Kerajaan Janggala, Panjalu, dan Kadiri merupakan kerajaan Hindu yang berdiri pada abad ke-11 di Jawa Timur. Kerajaan Janggala didirikan oleh Airlangga dan berlokasi di Sidoarjo. Kerajaan Panjalu atau Kadiri didirikan oleh Sri Samarawijaya pada 1042 dan memiliki beberapa raja penting seperti Sri Kertajaya. Kerajaan-kerajaan ini meninggalkan peninggalan seperti candi, pras
2. KERAJAAN JANGGALA
• Kerajaan Janggala atau nama lainnya Jenggala adalah salah satu kerajaan Hindhu
yang terletak di kawasan Sidoarjo Jawa Timur.
• Kerajaan Jenggala diperkirakan sudah berdiri sejak tahun 1042 yang merupakan
salah satu dari dua kerajaan pimpinan Airlangga dari wangsa Isyana. Kerajaan
yang berlokasi di Kabupaten Sidoarjo, Jawa timur ini berakhir pada tahun 1930-an.
Menurut catatan sejarahnya, nama Jenggala berasal dari kata ‘Hujung Galuh’,
serta dalam catatan Cina menyebutkan’Jung-ya-lu’.
3. RAJA – RAJA JANGGALA
• Mapanji Garasakan, berdasarkan prasasti Turun Hyang II (1044), prasasti
Kambang Putih, dan prasasti Malenga (1052).
• Alanjung Ahyes, berdasarkan prasasti Banjaran (1052).
• Samarotsaha, berdasarkan prasasti Sumengka (1059).
8. KERAJAAN PANJALU
• Kerajaan Kediri (Kadiri) atau Panjalu merupakan salah satu kerajaan bercorak
Hindu-Buddha di Nusantara yang terletak di Jawa bagian timur. Sejarah Kerajaan
Kediri ini masih terkait dengan Kerajaan Kahuripan dan Dinasti Mataram Kuno,
juga Kerajaan Jenggala.
9. PENDIRI
• Sri Samarawijaya adalah pendiri Kerajaan Kediri pada 1042 Masehi. Kemudian,
berdasarkan Prasasti Sirah Keting tahun 1104, ditemukan nama Sri Jayawarsa
sebagai penguasa Kerajaan Kediri pada periode tersebut.
10. RAJA
• Maharaja Sri Samarawijaya (sejak 1042 Masehi) Maharaja Sri Jitendrakara
(sekitar tahun 1051) Maharaja Sri Bameswara (1117-1130) Maharaja Sri Jayabhaya
(1135-1157) Maharaja Sri Sarweswara (1159-1161) Maharaja Sri Aryeswara (sekitar
tahun 1171) Maharaja Sri Gandra (sekitar tahun 1181) Maharaja Sri Kamesywara
(sekitar tahun 1190) Maharaja Sri Kertajaya (1194-1222)
11. PENINGGALAN
• Kitab Wertasancaya karangan Empu Tan Akung yang berisi petunjuk tentang cara membuat syair
yang baik.
• Kitab Smaradhahana yang digubah oleh Empu Dharmaja dan berisi pujian kepada raja sebagai
titisan Dewa Kama. Kitab ini juga menyebutkan bahwa nama ibu kota kerajaannya adalah
Dahana.
• Kitab Lubdaka karangan Empu Tan Akung yang berisi kisah Lubdaka sebagai seorang pemburu
yang mestinya masuk neraka. Karena pemujaannya yang istimewa, ia ditolong dewa dan rohnya
diangkat ke surga.
• Kitab Kresnayana karangan Empu Triguna yang berisi riwayat Kresna sebagai anak nakal, tetapi
dikasihi setiap orang karean suka menolong dan sakti.
• Kitab Samanasantaka karangan Empu Monaguna yang mengisahkan Bidadari Harini yang
terkenal untuk Begawan Trenawindu.
• Kitab Baharatayuda yang diubah oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh.
• Kitab Gatotkacasraya dan Kitab Hariwangsa yang diubah oleh Empu Panuluh.