2. Pendahuluan
Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan
mengontrol interaksi yang dilakukan individu
terhadap lingkungan sekitarnya.
Sistem saraf adalah salah satu sistem tubuh
yang berperan penting dalam mengatur
sebagian besar aktivitas sistem tubuh yang lain.
Karena pengaturan yang dilakukan sistem saraf
tersebut, maka terjalinlah komunikasi di antara
berbagai sistem tubuh sehingga tubuh berfungsi
sebagai unit yang harmonis.
3. Dalam sistem saraf inilah berasal segala
fenomena kesadaran, pikiran, ingatan,
bahasa, sensasi dan gerakan.
Jadi kemampuan untuk dapat memahami,
belajar dan memberi respon terhadap suatu
rangsangan merupakan hasil integrasi dari
sistem saraf yang terwujud dalam bentuk
kepribadian dan tingkah laku individu.
4. Sistim saraf manusia merupakan suatu jaringan
saraf yang kompleks, sangat khusus, dan saling
berhubungan satu dengan yang lain.
Jaringan saraf tersebut terdiri dari Neuroglia
dan Neuron (sel saraf).
Kedua jenis sel tersebut demikian erat berkaitan
dan terintegrasi satu sama lainnya sehingga
secara bersama–sama berfungsi sebagai satu
unit.
5. Neuroglia
Neuroglia ( berasal dari kata ‘nerve glue’ ) yang
pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Virchow
pada tahun 1854.
Neuroglia tersusun atas berbagai macam sel yang
secara keseluruhan menyokong, melindungi dan
berperan sebagai sumber nutrisi bagi sel saraf
(Neuron), baik pada susunan saraf pusat (SSP)
maupun pada susunan saraf tepi (SST).
Sel-sel glia memegang peranan sangat penting
dalam menunjang aktivitas neuron. Sel ini sangat
penting bagi integritas struktur sistem saraf dan bagi
fungsi normal neuron.
6. Sel-sel glia mengelilingi badan sel, akson, dan
dendrite. Selain itu, sel glia juga ditemui dalam
ruang interseluler.
Sel-sel glia menyediakan lingkungan mikro yang
sesuai untuk aktivitas neuron.
Neuroglia menyusun 40 % volume otak dan medulla
spinalis.
Namun demikian, secara keseluruhan jumlah
Neuroglia lebih banyak dari neuron. Jumlah
neuroglia bisa 10 – 50 kali lebih banyak dari jumlah
neuron.
7. Di dalam SSP, ada tiga Neuroglia penting
yang berhasil diidentifikasi yaitu:
1. Oligodendrosit
2. Astrosit
3. Mikroglia
Sementara itu, dalam SST ditemukan satu
jenis Neuroglia, yaitu sel Schwann yang
berperan sebagai pelindung dan penyokong
neuron dalam SST.
8. Astrosit
Astrosit atau Astroglia berfungsi sebagai “sel
pemberi makan“ bagi neuron yang ada di
dekatnya.
Astrosit dibedakan atas:
1. Astrosit dengan beberapa juluran panjang disebut
astrosit fibrosa dan berlokasi di substansia putih.
2. Astrosit protoplasmatis, dengan banyak cabang-
cabang pendek ditemukan dalam substansi kelabu.
Badan sel Astrosit berbentuk bintang dengan
banyak tonjolan dan kebanyakan berakhir pada
pembuluh darah sebagai kaki ‘perivaskular’
atau ‘foot processes’.
9. Astrosit juga membentuk dinding perintang
antara aliran kapiler darah dengan neuron,
sekaligus mengadakan pertukaran zat di antara
keduanya. Dengan cara inilah sel–sel saraf
terlindungi dari substansi yang berbahaya yang
mungkin saja terlarut dalam darah.
Namun demikian, fungsi astrosit sebagai
benteng darah otak tersebut masih
memerlukan pemastian lebih lanjut, karena
diduga celah endothel kapiler darahlah yang lebih
berperan sebagai benteng darah otak.
10.
11. Oligodendrosit
Oligodendrosit merupakan sel glia yang
berperan membentuk selaput mielin dalam
SSP.
Sel ini mempunyai lapisan dengan substansi
lemak yang mengelilingi serabut-serabut
akson sehingga terbentuk selubung mielin.
Dibanding astrosit, oligodendrosit
mempunyai badan sel yang relatif lebih kecil.
12.
13. Mikroglia
Mikroglia adalah sel kecil yang bentuknya
memanjang dengan juluran-juluran pendek
yang ireguler.
Dibanding oligodendrosit, mikroglia
mempunyai badan sel yang relatif lebih kecil.
Inti sel dari mikroglia berbentuk panjang dan
padat, berbeda dengan inti sel dari sel glia
lainnya yang berbentuk bulat.
14. Mikroglia mempunyai sifat-sifat phagocyte
yang bertujuan menyingkirkan serpihan–
serpihan yang dapat berasal dari sel–sel otak
yang mati, bakteri dan lain – lain.
Mikroglia ini ditemukan di seluruh bagian SSP
dan dianggap berperanan penting dalam
proses melawan infeksi.
15.
16. Sel Schwann
Sel Schwann sebagai neuron unipolar,
sebagaimana oligodendrosit, membentuk mielin
dan neurolemma pada SST.
Neurolema adalah membran sitoplasma halus
yang dibentuk oleh sel–sel Schwann yang
membungkus serabut akson neuron dalam SST,
baik yang bermielin maupun tidak bermielin.
Neurolema merupakan struktur penyokong dan
pelindung bagi serabut akson.
18. Mielin merupakan suatu kompleks protein
lemak bewarna putih yang mengisolasi tonjolan
saraf, khususnya serabut akson dari arus listrik.
Selubung mielin memberikan insulasi listrik pada
akson, analog dengan insulasi plastik yang
membungkus kabel tembaga.
Selubung mielin tidak kontinu di sepanjang
tonjolan saraf, namun terdapat celah yang tidak
berselaput mielin, dinamakan Nodus Ranvier.
19. Tonjolan saraf, baik pada SSP maupun SST
dapat bermielin atau tidak bermielin.
Serabut saraf yang mempunyai selubung
mielin dinamakan serabut bermielin, dan
dalam SSP dinamakan massa putih
(Substansia Alba). Sementara itu, serabut
saraf yang tak bermielin dinamakan serabut
tak bermielin dan dinamakan massa kelabu
(Substansia Grisea).
20.
21. Neuron dan Neuroglia
Walaupun neuroglia secara struktur menyerupai
neuron, tetapi neuroglia tidak dapat
menghantarkan impuls saraf, suatu fungsi
yang merupakan bagian yang paling
berkembang pada neuron.
Perbedaan lain yang penting adalah neuroglia
tidak pernah kehilangan kemampuan untuk
melakukan pembelahan. Kemampuan ini tidak
dipunyai oleh neuron, khususnya neuron dalam
SSP. Karena alasan inilah kebanyakan tumor–
tumor otak adalah Gliomas atau tumor yang
berasal dari sel–sel glia.