3. A. Pentingnya Alasan Rasional
Alasan rasional, seperti orang yang akan berusaha untuk mengembangkannya, menyusun dan selalu dalam proses
menjadi. Alasan rasional kamu mungkin menjadi lebih jelas, lebih komprehensif, lebih logis dalam saling hubungannya
dengan bagian-bagian yang lain, lebih jelas dalam implikasi-implikasinya terhadap perilaku kamu sebagai guru. Tetapi
itu sebaiknya tidak pernah berakhir dipikirkan, karena akan berimplikasi bahwa kamu menghentikan perubahan dan
pertumbuhan. Satu alasan yang penting untuk mengembangkan alasan rasional adalah menghindari gangguan
membabi buta dari keyakinan-keyakinan kamu terhadap para siswa kamu.
Ketika persekolahan menyentuh terhadap nilai-nilai, para orang tua secara khusus mungkin bereaksi
secara emosional. Untuk sebagai alasan, hanya guru yang memutuskan untuk berhadapan dengan nilai-
nilai secara jelas (diakui, tentu saja, bahwa guru bukan menghindari berhadapan dengan nilai-nilai
secara implisit) sebaiknya memiliki kesadaran rasional sebagai fondasi untuk pendekatannya.
Pemberitahuan dari alasan ini dengan para guru yang lain, dengan kepala sekolah, dan bahkan dengan
pengawas, mungkin menolong untuk menjamin bahwa dukungan penting akan diperoleh, jika
dibutuhkan. Lebih dari itu, berjalan melalui proses diskusi mengenai alasan kamu dengan orang dari
sekolah lain mungkin membantu kamu untuk berkomunikasi pada gilirannya dengan para orang tua
dan untuk mengajak mereka untuk mempublikasikannya.
4. Alasan rasional adalah penting untuk para guru untuk
mengembangkan sejumlah alasan rasional. Itu dapat
membantu mereka untuk mengklarifikasi nilai-nilai
mereka sendiri. Dapat menolong mereka untuk
memutuskan nilai-nilai apakah yang mereka ingin ajarkan
dan mengapa dan untuk menjelaskan alasan-alasan dari
keputusan mereka terhadap yang lain. Dapat menolong
mereka untuk memilih dari sejumlah prosedur-prosedur
yang saling berlawanan yang didukung oleh perbedaan
pendekatan-pendekatan dari pendidikan nilai-nilai yang
rekomendasikan. Dapat menolong mereka untuk
memilih secara tepat materi pelajaran yang berorientasi
nilai dan aktivitas-aktivitas belajar untuk para siswa. Dan
barangkali amat penting, dapat menolong mereka untuk
menentukan nilai-nilai apakah yang bermanfaat diajarkan
pada tingkat pertama.
5. B. Pertanyaan-Pertanyaan yang Berfokus pada
Nilai-Nilai
Ada tiga kategori pertanyaan-pertanyaan dari berbagai contoh yang para guru dapat
ajukan untuk menolong siswa membuat kesimpulan mengenai dan menggunakan
diskusi-diskusi nilai-nilai berikut. Tiga kategorinya yaitu sebagai berikut.
1. Pertanyaan-Pertanyaan yang Diajukan untuk Fakta-Fakta
Tujuan utama dari pertanyaan-pertanyaan tipe faktual adalah untuk menentukan jika
para siswa memperoleh atau menghasilkan sejumlah data faktual yang diinginkan.
2. Pertanyaan-Pertanyaan yang Diajukan untuk Definisi-Definisi
Tujuan utama dari pertanyaan-pertanyaan tipe-definisional adalah untuk menghasilkan
apa sesuatu bermakna, ketika seseorang menggunakan istilah atau kata.
3.Pertanyaan-Pertanyaan yang Diajukan untuk Kesimpulan-Kesimpulan
Tipe pertanyaan-pertanyaan kesimpulan diajukan kepada para siswa untuk "
melampaui data" sebelumnya diperoleh. Untuk menjelaskan mengapa mereka pikir
sesuatu terjadi, untuk menarik kesimpulan, untuk menyarankan suatu sikap, perasaan,
nilai, atau menyatakan pikiran, atau bentuk hipotesis tentang apa kadang-kadang yang
mungkin terjadi dimasa depan.
6. Pertanyaan
C. Pola-pola
Tidak hanya pertanyaan-pertanyaan yang guru ajukan adalah penting dalam menyuruh
para siswa untuk membuat kesimpulan-kesimpulan tentang nilai-nilai, tetapi juga
bagaimana mereka ditanya. Kritik terhadap pembela klarifikasi nilai (juga akan diberikan
kepada para pendukung penalaran moral) dilakukan lebih dulu bahwa mereka tidak
menekankan, atau bahkan tidak membuat jelas, pentingnya fakta-fakta untuk membuat
keputusan yang cerdas. Hasilnya, mereka tidak membangun berbagai prosedur untuk
mendorong dan menolong para siswa untuk terlibat dalam pengumpulan fakta yang
sistematis dalam aktivitas-aktivitas dan strategi-strategi mereka. Mereka nampaknya gagal
untuk mewujudkan bahwa dalam kesimpulan-kesimpulan dan keputusan-keputusan yang
cerdas mengenai nilai adalah tidak sama, jika para siswa tidak memahami fakta-fakta
yang dilibatkan dalam kejadian-kejadian dan dilema-dilema nilai-nilai.
Ada dua bentuk dari pola-pola pertanyaan yang disarankan untuk diri mereka sendiri.
Pertama, disebut perluasan secara horisontal, digunakan ketika guru mengharapkan untuk
membangkitkan lebih banyak respon dengan tipe yang sama dari para siswa. Tipe kedua
dari pola pertanyaan adalah diberikan dengan perluasan vertikal. Pola ini digunakan
ketika guru ingin memperoleh bentuk respon yang berbeda setelah memperoleh
beberapa respon dari tipe yang sama.
7. Pertanyaan yang diberikan dengan perluasan horisontal adalah pola yang
lebih menguntungkan untuk diikuti ketika ia datang untuk mengawali dan
memelihara diskusi-diskusi kelas tentang nilai-nilai. Hal ini secara khusus
benar ketika satu keinginan untuk memperoleh bagan nilai-nilai yang
memuat sejumlah besar informasi. Juga, diskusi-diskusi yang terjadi
kemungkin besar mengikutsertakan partisipasi lebih banyak siswa pada
tingkat yang sama (yaitu lebih banyak mendiskusikan alasan-alasan,
kesimpulan-kesimpulan, dan lain-lain pada waktu yang sama). Pada sisi
yang lain, jika guru ingin kepada titik nol pada siswa tertentu dan
menolong mereka memperluas pemikirannya dengan beberapa
kedalaman, kemudian perluasan vertikal kelihatannya cocok. Tetapi
adalah gagasan baik untuk mencoba pola-pola untuk menentukan
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari setiap pola pertanyaan
sejauh penting bagi gaya mengajar kamu sendiri.
8. D. Mengidentifikasi Nilai-nilai
Dengan perbedaan tipe-tipe pertanyaan-pertanyaan dan pola-pola menanyakan pikiran, pertimbangkan strategi
menanyakan yang para guru dapat gunakan untuk menolong para siswa membuat beberapa kesimpulan-kesimpulan yang
masuk akal tentang nilai-nilai seseorang atau kelompok. Esensi dari strategi yang sekarang melibatkan para siswa dengan
peristiwa nilai. Kemudian meminta mereka untuk menganjurkan nilai-nilai apa yang tercermin dari peristiwa. Suatu
peristiwa nilai adalah pernyataan, argumen, deskripsi, atau ilustrasi dalam mana individu atau kelompok lakukan atau
perkataan-perkataan sesuatu yang menunjukkan atau mengimplikasikan apakah ia atau orang pikirkan dalam kehidupan.
Bagian-bagian yang digunakan untuk merekam respon-respon untuk analisis selanjutnya. Peristiwa-peristiwa nilai dapat
ditemukan dalam berbagai sumber-sumber berbeda termasuk artikel-artikel surat kabar dan majalah, kutipan-kutipan dari
cerita fiksi, kartun-kartun politik, potongan-potongan komik, iklan-iklan, editorial-editorial, karangan-karangan, puisi-puisi,
bahkan lagu-lagu. Karakteristik kunci adalah bahwa semua peristiwa-peristiwa nilai secara umum adalah bahwa mereka
menggambarkan contoh-contoh dalam mana individu-individu melakukan atau mengatakan sesuatu yang menyatakan
apa yang ia pikir bermanfaat, yaitu, bermanfaat memiliki atau melakukan atau mencoba untuk mencapai. Secara ringkas,
apakah nilai-nilai seseorang. Itu secara jelas karakteristik yang penting, untuk sikap-sikap para siswa dalam eksperimen
memelihara nilai-nilai pribadi jika mereka menyaksikan peristiwa yang tidak memperlihatkan bahwa orang melakukan
atau mengatakan sesuatu yang mencerminkan nilai-nilainya.
9. Setelah peristiwa nilai dibaca
(atau dilihat pada, didengar
untuk), guru (atau siswa yang
lain) mengajukan kepada
kelas beberapa pertanyaan
mengenai peristiwa dengan
urutan yang ditetapkan
sebelumnya. Kelas didorong
untuk menganalisis peristiwa
dalam istilah nilai-nilai yang
mereka tercemin dari
peristiwa itu.
Tugas pertanyaan adalah untuk:
• Meminta fakta-fakta
• Meminta kesimpulan-
kesimpulan tentang alasan-
alasan mengapa fakta-fakta
dimunculkan
• Meminta kesimpulan-
kesimpulan tentang apa nilai-
nilai individu
• Meminta bukti spesifik yang
mendukung kesimpulan-
kesimpulan
10. E. Membandingkan dan Membedakan Nilai-Nilai
Asumsi yang melandasi rangkaian pertanyaan-pertanyaan sebelumnya adalah bahwa guru dapat menggunakannya untuk
menolong para siswa membuat kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal tentang apa nilai orang lain. Satu peristiwa,
bagaimanapun, adalah amat goyah pondasinya di atas mana untuk menjadi landasan kesimpulan tentang nilai-nilai pribadi
orang lain. Meminta siswa untuk melihat beberapa indikasi dari nilai-nilai dalam contoh tertentu adalah menolong dalam
mempertajam mereka terhadap fakta berupa tindakan-tindakan dan kata-kata sebagai indikator-indikator nilai. Kita dapat
saja keliru, bagaimanapun, untuk setiap individu yang terlibat mungkin mencoba bingung atau menyesatkan kita. Atau
mereka mungkin bertindak dengan terpaksa atau tekanan yang luar biasa. Mereka mungkin berperilaku dengan cara keluar
tertentu dari ketakutan dan ketidaktahuan. Ide dari konsistensi dari tindakan-tindakan setiap waktu oleh karena itu
merupakan konsep penting untuk para siswa dalam memahami dan berpikir. Itu akan menolong untuk mendorong para
siswa mengikuti kata-kata dan tindakan-tindakan yang dilakukan individu setiap waktu (sebagai contoh beberapa pejabat
publik sebagai yang dilaporkan dalam surat kabar dan media lain). Kontradiksi-kontradiksi apakah yang mereka lihat?.
Dengan cara (cara-cara) apakah mereka akan merubah kesimpulan-kesimpulan awal mereka? Dan mengapa? Bukti khusus
apakah yang menyebabkan mereka merubah kesimpulan-kesimpulan sebelumnya? Fokus terhadap bukti untuk beberapa
kesimpulan adalah penting, karena itu membantu para siswa untuk melihat bahwa kesimpulan-kesimpulan beragam istilah
dari bagaimana membenarkan mereka. Perhatian terhadap sejumlah bukti yang tersedia untuk menerima atau menolak
kesimpulan, oleh karena akan berlanjut.
11. F. Mendesain Pembelajaran untuk Mengajak
Menilai
Bentuk dari mata pelajaran di mana para siswa membuka terhadap dan diminta untuk mendiskusikan, sama seperti
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, oleh karena itu, adalah sangat penting dalam mengajak mereka untuk berpikir
tentang nilai-nilai. Sama-sama penting, jika tidak lebih juga, untuk mengembangkan nilai-nilai sebagai tipe-tipe kegiatan-
kegiatan belajar di mana para siswa diminta untuk berpartisipasi supaya menolong mereka memahami mata pelajaran di
mana mereka dibuka. Perbedaan yang akan dibuat antara kegiatan dan tujuan. Suatu tujuan adalah sasaran yang dicapai,
hasil-hasil yang diharapkan dari pengajaran. Suatu kegiatan adalah berbagai pengalaman belajar yang didesain untuk
menolong para siswa mencapai tujuan khusus. Satu dari berbagai kegiatan mungkin memenuhi banyak tujuan-tujuan.
Pada satu sisi, banyak kegiatan mungkin menjadi peluang (atau kadang-kadang diperlukan) untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan. Ketepatan dari kegiatan tertentu tergantung pada tujuan-tujuan yang ada dalam pikiran dan tingkat di mana
kegiatan dapat menolong para siswa mencapai tujuan. Hal penting adalah banyak bentuk-bentuk dari kegiatan-kegiatan
di mana para siswa diminta untuk berpartisipasi sebanyak peluang agar memelihara minat-minat dan mencegah
kebosanan. Bentuk dari banyak kegiatan khusus, bagaimanapun, akan selalu tergantung pada bentuk tujuan khusus yang
ingin dicapai.
12. Penting untuk para guru guna berpikir tentang tidak hanya apa yang
mereka ingin para siswa untuk pelajari, tetapi juga bagaimana para
guru mengharapkan para siswa untuk mempelajarinya. Pengetahuan
sendiri tidak akan mendorong para siswa untuk berpikir tentang atau
mengembangkan nilai-nilai; tidak akan merubah sikap-sikap; tidak
akan membangun keterampilan-keterampilan analisis nilai. Tujuan-
tujuan itu akan dicapai terutama dengan membuat para siswa
menggunakan pengetahuan yang mereka dapatkan. Pada satu sisi,
para siswa tidak dapat meningkatkan penalaran mereka mengenai
isu-isu nilai, mengklarifikasi perasaan-perasaan mereka, atau
meningkatkan keterampilan kecuali kalau mereka dilengkapi dengan
berbagai data untuk berpikir tentang dan menggunakan. Satu yang
tidak terdapat dalam realitas adalah pemisahan materi pelajaran dan
kegiatan-kegiatan belajar, untuk mereka yang melakukan dari tangan
ke tangan. Hal yang mesti dipikirkan dan direncanakan dengan
melalui para guru yang ingin untuk membantu para siswa menggali
dan berpikir tentang nilai-nilai dalam ruang-ruang kelas mereka.
13. G. Menggali Perasaan-perasaan
Nilai-nilai tidak hanya ide-ide, mereka juga komitmen-komitmen emosional. Nilai berisi
komponen “perasaan-perasaan” yang amat kuat. Orang memiliki perasaan-perasaan amat kuat
terhadap benda-benda yang mereka nilai. Para siswa dibantu, tidak hanya untuk
mengidentifikasi nilai-nilai orang lain, tetapi juga untuk mengerti mengapa mereka berbeda
dengan nilai-nilai yang mereka miliki sendiri, para guru akan butuh untuk meningkatkan
kepekaan siswa terhadap bagaimana orang lain merasa dalam berbagai situasi. Untuk
meningkatkan kepekaan siswa terhadap perasaan-perasaan dari orang-orang lain, mereka akan
dilengkapi dengan kesempatan-kesempatan untuk berbicara tentang perasaan-perasaan, untuk
mengidentifikasi dengan perasaan-perasaan dari orang lain, dan untuk memberikan reaksi
secara emosional dari diri mereka sendiri. Para guru akan mendorong dan membantu para
siswa untuk berpartisipasi dalam pengalaman-pengalaman yang membolehkan mereka
merasakan beberapa bentuk-bentuk yang berbeda dari emosi-emosi, untuk masuk dalam
kontak dengan beberapa orang berbeda (secara langsung atau seolah-olah mengalami), untuk
melakukan hal-hal yang berbeda, dan kemudian untuk membagi persepsi-persepsi mereka dari
dan perasaan-perasaan mengenai berbagai pengalaman. Pengalaman-pengalaman khusus bagi
para siswa untuk turut serta akan selalu tergantung pada tingkat-tingkat pengalaman mereka
dan analisis guru terhadap tipe pengalaman yang pantas terhadap kebutuhan-kebutuhan dan
kemampuan-kemampuan mereka.
14. Setelah para siswa berpartisipasi dalam pengalaman
yang serupa, mereka akan mendorong (tentu bukan
disyaratkan) untuk berbicara tentang bagaimana mereka
merasakan dan mengapa. Hal itu dapat membantu
mereka untuk mewujudkan perbedaan-perbedaan
dalam nilai-nilai dan perasaan-perasaan yang orang
miliki. Aturan yang berguna dari membaca sepintas di
sini adalah untuk diteruskan sebagai berikut:
• Menanyakan fakta-fakta.
• Menanyakan kesimpulan-kesimpulan tentang alasan-
alasan.
• Menanyakan kesimpulan-kesimpulan tentang
perasaan-perasaan.
• Memeriksa kesamaan dan perbedaan perasaan-
perasaan.
• Menanyakan kesimpulan-kesimpulan.
15. BERMAIN PERAN
Cara yang lain untuk menolong para siswa menggali perasaan-perasaan adalah melibatkan mereka dalam bermain
peran. Bermain-peran menghendaki para siswa untuk melakukan peran-peran orang secara khayal atau nyata dalam
berbagai situasi di mana perasaan-perasaan dan nilai-nilai mereka menarik dimainkan. Peristiwa-peristiwa nilai dan
dilema-dilema nilai memberikan banyak kesempatan-kesempatan untuk bermain-peran, dan contoh-contoh dari
peristiwa-peristiwa nilai dan dilema-dilema nilai telah dikemukakan pada halaman-halaman terdahulu. Bermain-peran
secara khusus berguna dalam membantu para siswa untuk menjadi sadar terhadap bagaimana orang yang dihilangkan,
didiskriminasi pada, diperlakukan dengan kejam, atau ditindas perasaaan. Walaupun kita mungkin tidak menyetujui
perasaan-perasaan siswa, kita harus menerima siswa sebagai orang yang peka dan berguna jika kita untuk
membantunya mengerti dan menerima kenyataan bahwa perbedaan bentuk-bentuk dari perasaan-perasaan dapat
dialami dalam situasi-situasi yang sama atau serupa. Hal yang ditekankan di sini adalah ketika sampai pada perasaan-
perasaan, guru harus mencoba untuk tidak menilai. Apa yang mereka coba untuk melakukan, adalah untuk mengikut
sertakan para siswa dalam beragam pengalaman yang kaya, sehingga mereka secara terus menerus memperluas
kesadaran dan pengertian terhadap perasaan-perasaan dari orang lain.