SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
PROPOSAL PTK FISIKA 
UPAYA PENINGKATAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE 
JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA HUKUM NEWTON KELAS 
X SMAN 98 JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011.2012 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah 
Pelaksanaan pembelajaran Fisika , saat ini masih mengalami banyak 
kendala. Baik ditinjau dari individual peserta didik yang notabene kurang 
berminat dalam belajar fisika, guru yang kurang professional maupun perangkat 
pembelajaran yang kurang memadai, yang kesemuanya itu menyebabkan 
turunnya hasil belajar fisika. 
Dalam upaya menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan 
efisien, maka guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip mengajar diantaranya 
menggunakan alat bantu mengajar atau alat peraga. Bahwa dalam prinsip 
mengajar yaitu sebagai guru, diharapkan mampu memperhatikan perbedaan 
individual siswa, menggunakan variasi metode mengajar; menggunakan alat bantu 
mengajar; melibatkan siswa secara aktif; menumbuhkan minat belajar siswa, dan 
menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif. 
Melihat dari kenyataan yang ada, maka mata pelajaran FISIKA seharusnya 
merupakan suatu pelajaran yang ditunggu-tunggu, disenangi, menantang dan 
bermakna bagi peserta didik ,Disisi lain sebenarnya mereka telah memiliki 
kemampuan dasar yang tinggi dan dengan kemajuan teknologi mereka mampu 
menyerap berbagai informasi yang ada, terutama sekali pemahaman konsep 
FISIKA , dikarenakan media pembelajaran yang cukup memadai seperti LCD 
Proyektor, Laboratorium , dimana mereka dapat dengan mudah mempraktekkan , 
dan menambah wawasan materi - materi yang diberikan oleh guru.
Namun,kenyataan dilapangan tidaklah demikian. Hal ini dapat dilihat dari hasil 
evaluasi siswa yang telah dilaksanakan, selalu rendah. 
Berdasarkan data dari SMAN 98 Jakarta diperoleh gambaran bahwa , 
walaupun media pembelajaran cukup memadai, namun ternyata masih kurang 
meningkatkan hasil evaluasi FISIKA yang baik, terutama siswa kelas X yang 
masih dalam proses pemilihan jurusan, sehingga peran guru dalam menerapkan 
berbagai model pembelajaran sangat diharapkan dapat memberi angin segar bagi 
peningkatan kualitas dan kuantitas siswa untuk masuk jurusan IPA. 
Dari uraian di atas bahwa mata pelajaran FISIKA mempunyai nilai yang 
strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul, 
handal, dan bermoral semenjak dini,. Hal yang menjadi hambatan selama ini 
dalam pembelajaran FISIKA adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran 
FISIKA dengan metode pembelajaran yang menarik, menantang, dan 
menyenangkan. 
Supaya pembelajaran FISIKA menjadi pembelajaran yang aktif, inovatif, 
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM), dapat dilakukan melalui berbagai 
macam cara. Salah satu caranya yaitu melalui penerapan model pembelajaran 
kooperatif dengan tipe Jigsaw. Namun seberapa jauh keefektifitasannya model 
pembelajaran tersebut dalam meningkatkan hasil belajar siswa, akan dilakukan 
penelitian yang salah satunya dengan menggunakan penelitian tindakan kelas 
(PTK). 
2 
B. Perumusan Masalah 
Adapun rumusan masalahnya adalah : 
a. Bagaimana perkembangan hasil belajar FISIKA siswa kelas X dengan 
menggunakan model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw pada materi Hukum 
newton? 
b. Bagaimana keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar menggunakan 
model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw? 
c. Bagaimana tanggapan siswa tentang model pembelajaran FISIKA dengan 
metode pembelajaran kooperartif tipe Jigsaw?
3 
C. Batasan Masalah 
Batasan masalah penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran 
koopertif tipe Jigsaw pada materi Hukum Newton untuk meningkatkan haisl 
belajar Fisika di kelas X semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 SMA Negeri 98 
Jakarta. 
D. Pemecahkan Masalah 
Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam Penelitian 
Tindakan Kelas (PTK) ini, yaitu model pembelajaran kooperatif dengan tipe 
JIGSAW. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan hasil belajar siswa kelas X 
semester 1, tahun pelajaran 2011/2012 SMAN 98 Jakarta dalam pelajaran FISIKA 
meningkat. 
E. Tujuan Penelitian 
Tujuan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah : 
1. Guru dapat menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW 
sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran FISIKA 
2. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW, siswa mampu 
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran FISIKA kelas X 
semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 SMAN 98 Jakarta 
F. Manfaat Penelitian 
Manfaat yang diperoleh dari PTK antara lain : 
1. Proses belajar mengajar FISikA tidak lagi bersifat konvensional. 
Strategi pembelajaran yang lebih tepat, bersifat variatif, sehingga membuat 
anak didik nyaman saat pembelajaran berlangsung. 
2. Bagi siswa. Menumbuhkan keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas 
mandiri maupun kelompok. 
3. Menanamkan keberanian siswa mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan, 
dan saran meningkat. 
4. Meningkatnya kualitas pembelajaran FISiKA.
4 
5. Meningkatnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran FISIKA. 
BAB II 
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 
A. KAJIAN TEORI 
A.1.Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang 
berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi 
belajar enggan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat 
kemampuanya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa 
anggota kelompok harus saling bekerja sama saling membantu untuk memahami 
materi pelajaran. Dalam pembelajan kooperatif, belajar dikatakan belum selesai 
jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. 
a) Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai 
berikut : (Lungdren, 1994). 
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau 
berenang bersama.” 
2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta 
didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri 
sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. 
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan 
yang sama.
4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para 
5 
anggota kelompok. 
5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut 
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. 
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh 
keterampilan bekerja sama selama belajar. 
7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual 
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. 
Menurut Thompson, et al. (1995), pembelajaran kooperatif turut 
menambah unsur-unsur interaksi sosial dalam pembelajaran TIK. Pembelajaran 
kooperatif bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu 
sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, 
dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri 
dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat 
untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda 
latar belakangnya. 
Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus 
agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi 
pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau 
tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota 
kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995). 
b) Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif 
Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah; (a) setiap anggota 
memiki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap 
angota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman 
sekelompoknya (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan 
intersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat 
diperlukan(Carin, 1993).
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif 
sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu penghargaan kelompok, 
pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. 
6 
a. Penghargaan kelompok 
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk 
memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika 
kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok 
didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam 
menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, 
dan saling peduli. 
b. Pertanggungjawaban individu 
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua 
anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas 
anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya 
pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk 
menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman 
sekelompoknya. 
c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan 
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai 
perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang 
terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang 
berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk 
berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. 
c) Tujuan Pembelajaran Kooperatif 
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional 
yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan 
pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah 
menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau 
dipengaruhioleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya 
tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. 
7 
(2000), yaitu: 
a. Hasil belajar akademik 
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga 
memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. 
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu 
siswa. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model 
struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada 
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil 
belajar. Di samping mengubah norma yangberhubungan dengan hasil 
belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada 
siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yangbekerja bersama 
menyelesaikan tugas-tugas akademik. 
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu 
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas 
dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, 
kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi 
peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja 
dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur 
penghargaankooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. 
c. Pengembangan keterampilan sosial 
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan 
kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan 
sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak 
muda masih kurang dalam keterampilan sosial. 
d. Keterampilan Kooperatif 
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, 
tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilan-
keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan 
kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. 
Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun tugas 
anggota kelompok selama kegiatan. 
8 
d) Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif 
Urutan langkah- langkah prilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif 
a. Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif 
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat 
beberapa variasi dari model tersebut. Ada empat pendekatan pembelajaran 
kooperatif (Arends, 2001). Tapi disini yang akan diuraikan hanya mengenai 
pembelajaran tipe Jigsaw. 
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson 
dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan 
teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Untuk melihat dengan 
jelas perbandingan antara keempat pendekatan pembelajaran kooperatif atau yang 
lebih sering disebut sebagai tipe pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe 
Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa 
anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian 
materi belajar dan mampu mengarjarkan bagian tersebut kepada anggota lain 
dalam kelompoknya (Arends,1997). 
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model 
pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri 
dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang 
positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus 
dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain 
(Arends,1997). 
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap 
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya 
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan 
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama 
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994). 
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu 
untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik 
pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali 
pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain 
tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. 
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal 
dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang 
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang 
beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, 
yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang 
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan 
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan 
kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok 
ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 2001). 
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik 
yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang 
ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain 
untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para 
anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada 
teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di 
kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab 
siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling 
memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir 
pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang 
telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap 
anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar 
dapat mengerjakan kuis dengan baik. Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif 
tipe Jigsaw, disusun langkahlangkah pokok sebagai berikut; (1) pembagian tugas, 
(2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun 
9
rencana pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini diatur secara instruksional 
sebagai berikut (Slavin, 1995): 
a. Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut 
10 
untuk mendapatkan informasi. 
b. Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu 
untuk mendiskusikan topik tersebut. 
c. Diskusi kelompok: ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan 
topik pada kelompoknya. 
d. Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik. 
e. Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan 
penghargaan kelompok. 
Setelah kuis dilakukan, maka dilakukan perhitungan skor perkembangan 
individu dan skor kelompok. Skor individu setiap kelompok memberi sumbangan 
pada skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada kuis 
sebelumnya dengan skor terakhir. Arends (1997) memberikan petunjuk 
perhitungan skor kelompok sebagaimana terlihat 
Pelaksanaan pembelajaran mengikuti langkah- langkah sebagai berikut: 
Tahap 1: Pembentukan kelompok asal (home group) 
Siswa dikelompokan ke dalam beberapa kelompok dengan jumlah 
anggota masing-masing kelompok 4-6 orang. Penyusunan kelompok 
memperhatikan keheterogenan siswa (kecerdasan, keaktifan, dan 
gender). Setiap siswa diberikan permasalahan (soal) yang berbeda. 
Dalam kelompok asal ini, siswa menyimak bahan ajar, membaca soal 
dengan bimbingan guru. 
Tahap 2: Pembentukan kelompok ahli (expert group) 
Setiap siswa yang memiliki tugas berbeda meninggalkan kelompok 
asal untuk bergabung ke dalam ahli yang terdiri dari siswa yang 
memiliki soal yang sama. Di dalam kelompok ahli ini, siswa 
membahas dan menyelesaikan soal bersama. 
Tahap 3: Kembali ke kelompok asal
Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya masing-masing untuk 
menginformasikan hasil penyelesaian soal yang dibahas di kelompok 
ahli serta untuk mendengarkan penjelasan teman-temannya sesuai 
dengan kekhususan tugas masing-masing . 
11 
Tahap 4: Evaluasi 
Siswa mengerjakan beberapa soal yang mewakili keseluruhan materi 
yang diajarkan. 
Tahap 5: Penghargaan kelompok 
Dalam hal ini, penghargaan kelompok diambil dari nilai-nilai anggota 
kelompok, kemudian siswa-siswi pada kelompok yang memperoleh 
nilai tertinggi mendapatkan penghargaan yang diumumkan di depan 
kelas. 
Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe 
Jigsaw ialah: 
1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw 
a. Siswa menjadi lebih aktif 
b. Setiap kelompok mendapat tugas yang berbeda sehingga tidak 
mudah untuk mencari jawaban ke kelompok lain 
c. Tugas guru menjadi lebih ringan 
d. Diskusi menjadi lebih aktif 
e. Siswa yang nilainya tinggi diberikan penghargaan yang dapat 
memberikan semangat belajar siswa. 
2. Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw; 
a. Siswa cenderung ribut, sebab peran guru sangat sedikit. 
b. Biasanya siswa merasa minder, sebab tak termasuk group ahli. 
c. Membutuhkan waktu yang lama 
d. Biasanya siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan hasil 
temuannya kepada temannya.
Peran guru dalam pembelajaran ini ialah sebagai fasilitator, motivator, 
pembimbing dan evaluator, sebagai fasilitator dan motivator, guru menyediakan 
fasilitas/sumber belajar dan kondisi belajar yang dapat memotivasi, membantu, 
serta membimbing siswa dalam mengkonstruksikan pengetahuannya. Guru 
hendaknya memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan ide-ide mereka 
sendiri, dan merangsang keingintahuan siswa serta membantu mereka dalam 
mengungkapkan gagasan-gagasan dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka. 
Selain itu guru mengevaluasi apakah pemikiran siswa jalan atau tidak. Guru 
membantu siswa dalam mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan yang diambilnya 
dengan mengembangkan pertanyaan kritis. 
Agar peran dan tugas tersebut berjalan dengan baik, pendekatan kepada 
murid mutlak diperlukan, sehingga kecanggungan untuk berinteraksi diganti oleh 
antusiasme terhadap belajar 
12 
A.2. Hakekat Belajar 
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan 
penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih 
Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan 
individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Lantas, apa sesungguhnya belajar 
itu ? 
Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan 
oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, 
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan 
lingkungannya”. 
A.3. Hakekat Hasil Belajar 
Hasil belajar yang merupakan alat ukur keberhasilan proses belajar 
memiliki peraran yang sangat penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Moh. 
User Usman dan Lilis Setiawaty : “ hasil belajar memiliki pengertian perubahan
tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar individu, serta 
individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi 
dengan lingkungannya”. 
Hasil belajar adalah “pengukuran secara keseluruhan kegiatan yang 
dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar dalam upaya mencapai 
tujuan yang ditetapkan. 
Hasil belajar pada hakekatnya menuju pada prestasi belajar , yaitu untuk 
mengukur penguasaan materi penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang 
mempertimbangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditujukan dengan nilai 
13 
A.4. Hakekat Fisika 
Mengapa kita belajar fisika ?,Ada dua alasan, pertama adalah fisika 
merupakan ilmu yang paling dasar ,dari ilmu pengethuan lainnya. Ilmuwan dari 
berbagai disiplin ilmu memanfaatkan ide – ide dari fisika dan fisika juga 
merupakan dasar dari ilmu rekayasa dan teknologi. Fisika adalah ilmu 
eksperimental. Fisikawan mengamati fenomena alam dan berusaha menemukan 
pola dan prinsip yang menghubungkan fenomena – fenomena ini. Pola ini disebut 
teori fisika atau ketika mereka sudah benar – benar terbukti dan digunakan luas, 
disebut hokum atau prinsip fisika.Perkembangan teori fisika memerlukan 
kreatifitas dalam setiap tahap – tahapnya.Fisikawan harus bekrtja untuk 
mengajukan pertanyaan yang tepat, merancang untuk mencoba menjawab 
pertanyaan yang tepat, merancang percobaan untuk menjawab pertanyaan – 
pertanyaan itu, dan menarik kesimpulan yang tepat dari hasilnya. 
Fisika bukanlah sekedar kumpulan fakta atau prinsip. Fisika adalah proses 
yang membawa kita padaprinsip – prinsip umum yang mendeskripsikan 
bagaimana perilaku dunia fisik.Bagian terpenting dari hubungan antara teori dan 
percobaan adalah mempelajari bagaimana cara mengaplikasikan prinsip – prinsip 
fisika pada berbagai persoalan praktis 
A.5. Hukum Newton
Hukum gerak Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar 
mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang 
bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Hukum ini telah 
dituliskan dengan pembahasaan yang berbeda-beda selama hampir 3 abad dan 
dapat dirangkum sebagai berikut: 
1. Hukum Pertama: setiap benda akan memiliki kecepatan yang konstan 
kecuali ada gaya yang resultannya tidak nol bekerja pada benda tersebut. 
Berarti jika resultan gaya nol, maka pusat massa dari suatu benda tetap 
diam, atau bergerak dengan kecepatan konstan (tidak mengalami 
percepatan). 
2. Hukum Kedua: sebuah benda dengan massa M mengalami gaya resultan 
sebesar F akan mengalami percepatan a yang arahnya sama dengan arah 
gaya, dan besarnya berbanding lurus terhadap F dan berbanding terbalik 
terhadap M. atau F=Ma. Bisa juga diartikan resultan gaya yang bekerja 
pada suatu benda sama dengan turunan dari momentum linear benda 
tersebut terhadap waktu. 
3. Hukum Ketiga: gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang 
sama, dengan arah terbalik, dan segaris. Artinya jika ada benda A yang 
memberi gaya sebesar F pada benda B, maka benda B akan memberi gaya 
sebesar –F kepada benda A. F dan –F memiliki besar yang sama namun 
arahnya berbeda. Hukum ini juga terkenal sebagai hukum aksi-reaksi, 
dengan F disebut sebagai aksi dan –F adalah reaksinya. 
Ketiga hukum gerak ini pertama dirangkum oleh Isaac Newton dalam 
karyanya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica, pertama kali 
diterbitkan pada 5 Juli 1687. Newton menggunakan karyanya untuk 
menjelaskan dan meniliti gerak dari bermacam-macam benda fisik maupun 
sistem. Contohnya dalam jilid tiga dari naskah tersebut, Newton menunjukkan 
bahwa dengan menggabungkan antara hukum gerak dengan hukum gravitasi 
umum, ia dapat menjelaskan hukum pergerakan planet milik Kepler. 
14
Hukum Newton diterapkan pada benda yang dianggap sebagai partikel dalam 
evaluasi pergerakan misalnya, panjang benda tidak dihiraukan, karena obyek yang 
dihitung dapat dianggap kecil, relatif terhadap jarak yang ditempuh. Perubahan 
bentuk (deformasi) dan rotasi dari suatu obyek juga tidak diperhitungkan dalam 
analisisnya. Maka sebuah planet dapat dianggap sebagai suatu titik atau partikel 
untuk dianalisa gerakan orbitnya mengelilingi sebuah bintang. 
Dalam bentuk aslinya, hukum gerak Newton tidaklah cukup untuk menghitung 
gerakan dari obyek yang bisa berubah bentuk (benda tidak padat). Leonard Euler 
pada tahun 1750 memperkenalkan generalisasi hukum gerak Newton untuk benda 
padat yang disebut hukum gerak Euler, yang dalam perkembangannya juga dapat 
digunakan untuk benda tidak padat. Jika setiap benda dapat direpresentasikan 
sebagai sekumpulan partikel-partikel yang berbeda, dan tiap-tiap partikel 
mengikuti hukum gerak Newton, maka hukum-hukum Euler dapat diturunkan dari 
hukum-hukum Newton. Hukum Euler dapat dianggap sebagai aksioma dalam 
menjelaskan gerakan dari benda yang memiliki dimensi 
15 
B. HIPOTESIS TINDAKAN 
Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif dengan tipe Jigsaw 
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran FISIKA kelas X di 
SMAN 98 Jakarta
16 
BAB III 
METODE PENELITIAN 
A. Seting Penelitian 
1. Tempat Penelitian 
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan di SMAN 
98 Jakarta, yang beralamat di Jl. Jaha Kalisari Pasar Rebo Jakarta Timur untuk 
mata pelajaran Fisika. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X tahun 
pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang, terdiri dari 19 
siswa laki – laki 21 siswa perempuan. 
2. Waktu Penelitian 
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan selama satu 
bulan yakni pada bulan November 2011 . 
3.Siklus Penelitian 
PTK ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan hasil 
belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran kooperatif tipe 
Jigsaw 
B. Subyek Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subyek penelitian adalah 
siswa kelas X yang terdiri dari 40 siswa dengan komposisi perempuan 21 
orang dan laki – laki 19 orang 
17 
C. Jenis Penelitian 
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian tindakan kelas 
D. Prosedur Penelitian 
Siklus 1 
Siklus pertama dalam PTK ini perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, 
dan refleksi, sebagai berikut: 
1. Perencanaan 
a. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui 
kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan 
menggunakan pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw. 
b. Membuat rencana pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw 
c. Membuat lembar kerja siswa 
d. Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK 
e. Menyusun alat evaluasi. 
2. Pelaksanaan 
a. Membagi siswa dalam 10 kelompok dengan jumlah 4 siswa 
perkelompok. 
b. Menyajikan materi pembelajaran 
c. Diberi materi diskusi 
d. Dalam diskusi kelompok guru mengarahkan kelompok 
e. Salah satu dari kelompok diskusi, mempresentasikan 
3. Pengamatan
Tim peneliti (guru dan kolabor) melakukan pengamatan terhadap 
aktivitas pembelajaran koopretif Tipe Jigsaw. 
18 
4. Refleksi 
Tim peneliti melakukan refleksi atau perenungan terhadap 
pelaksanaan siklus pertama dan menyusun rencana untuk siklus kedua 
Siklus 2 
Pada siklus kedua, peneliti mencoba melakukan observasi, untuk 
menerapkan hal yang sama. Peneliti mengarahkan siswa ahli untuk 
lebih menguasai konsep fisika dan menerangkan ke kelompoknya 
dengan cara yang lebih mudah. 
Guru kembali mengamati aktivitas siswa, untuk merencanakan langkah 
selanjutnya. 
Siklus 3 
Siklus ketiga merupakan putaran ketiga dari pembelajaran koopertif 
Tipe Jigsaw dengan tahapan yang sama seperti pada pada siklus 
pertama dan kedua 
E. Rincian Pembiayaan 
No Jenis Penggunaan Jumlah ( Rp) Keterangan 
1 ATK Rp. 500.000,- 
2 Transportasi Rp. 145.000,- 5hari x 4minggu 
3 Foto Copy Rp. 465.000,- 
4 Pengumpulan data Rp. 200,000,- 
5 Analisis data Rp. 100.000,- 
6 Penyusunan draf awal Rp. 50.000,-
19 
7 Perbaikan laporan Rp. 115.000,- 
8 Penggandaan laporan Rp. 625.000,- 
F. Jadual Penelitian 
Jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada Tabel 
3.1. berikut ini : 
NO Rencana Kegiatan 
Waktu (Minggu Ke) 
1 2 3 4 
1 Persiapan 
Menyusun konsep 
pelaksanaan 
x 
Menyusun instrument x 
Menyusun LKS x 
Menyusun strategi 
penelitian 
x 
2 Pelaksanaan 
Menyiapkan kelas dan 
alat 
x 
Melakukan tindakan 
Siklus I 
x 
Melakukan tindakan 
siklus II 
x
20 
3 Penyusunan laporan 
Menyusun konsep 
laporan 
x 
mendiskusikan hasil 
penelitian 
x 
Perbaikan laporan x 
Penggandaan 
dan pengiriman hasil 
x 
DAFTAR PUSTAKA 
Arends, Richard I.1997. Classroom instructional and management. New York : 
McGraw-Hill 
Carin, A.1993. Teaching Modern Science. New York : Macmillan Publishing 
Company. 
Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Bandung : Erlangga. 
Hamalik, O. (2002). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru 
Algensindo. 
Ibrahim, H. Muslimin, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University 
Press. 
Lie, Anita 2002. Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative learning 
di ruang-ruang kelas. Jakarta : PT. Grasindo. 
Lundgren, Linda. 1994. Cooperative learning in the science classroom. Glencoe : 
MacMillan/McGraw-Hill. 
Mawani Sri, Rahmiati. (2011). Modul FISIKA. Jakarta: PLPG Rayon 137 Universitas 
Muhammadiyah Prof.DR.Hamka 
Muhammad, N. (1996). Pembelajaran Kooperatif dalam Kelas IPA. Surabaya: 
IKIP. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Permadi. 
Ruseeffendi, E.T. (1988). Pengajaran Modern untuk Orang tua Murid, Guru, 
dan SPG. Edisi Kelima. Bandung : Tarsito. 
Slavin, Robert E. 2000. Educational psychology : Theory and practice. Sixth 
Edition. Boston : Allyn and Bacon.
Thompson, M., McLaughlin,C.W.,& Smith,R.G. (1995). Merril Physical Science 
21 
Teacher. Wraparound Edition, New York: Glencoe McGraw-Hill 
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 
Ambar Lestari,dilahirkan di Jakarta, 28 Maret 1974 . Menamatkan 
pendidikannya di jenjang S1 IKIP Jakarta jurusan Pendidikan Fisika tahun 
1998.Dikaruniai dua orang putri yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Saat 
ini tinggal bersama suami di Jalan Mahakam VII no. 136 Depok Timur.Aktifitas : 
selain menjadi ibu rumah tangga juga menjadi staff pengajar Fisika di SMA 
Negeri 98 Jakarta.

More Related Content

What's hot

Kumpulan soal-soal Konsep Zat dan Wujudnya UN IPA SMP Kelas 9 Nurul Faela Shufa
Kumpulan soal-soal Konsep Zat dan Wujudnya UN IPA SMP Kelas 9 Nurul Faela ShufaKumpulan soal-soal Konsep Zat dan Wujudnya UN IPA SMP Kelas 9 Nurul Faela Shufa
Kumpulan soal-soal Konsep Zat dan Wujudnya UN IPA SMP Kelas 9 Nurul Faela ShufaNurul Shufa
 
Contoh Soal HOTS Fisika.pdf
Contoh Soal HOTS Fisika.pdfContoh Soal HOTS Fisika.pdf
Contoh Soal HOTS Fisika.pdfAmrinaRosada40
 
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdf
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdfLK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdf
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdfadenurosita
 
Modul Ajar Fisika Fase E 2022-2023.pdf
Modul Ajar Fisika Fase E 2022-2023.pdfModul Ajar Fisika Fase E 2022-2023.pdf
Modul Ajar Fisika Fase E 2022-2023.pdfFaqihUddin4
 
Contoh rpp pai sd kelas 1 kurikulum 2013
Contoh rpp pai sd kelas 1 kurikulum 2013Contoh rpp pai sd kelas 1 kurikulum 2013
Contoh rpp pai sd kelas 1 kurikulum 2013sholikhahpertiwi
 
Pedoman observasi untuk peserta didik
Pedoman observasi untuk peserta didikPedoman observasi untuk peserta didik
Pedoman observasi untuk peserta didikTyasMommy Cozy Azalea
 
RPP IPA KELAS 9 SMP Bab 3.Pewarisan Sifat
RPP IPA KELAS 9 SMP Bab 3.Pewarisan SifatRPP IPA KELAS 9 SMP Bab 3.Pewarisan Sifat
RPP IPA KELAS 9 SMP Bab 3.Pewarisan Sifatsajidintuban
 
Rpp gelombang bunyi dan cahaya
Rpp gelombang bunyi dan cahayaRpp gelombang bunyi dan cahaya
Rpp gelombang bunyi dan cahayaJoko Wahyono
 
Kelompok 6- Model Pembelajaran Webbed-1.ppt
Kelompok 6- Model Pembelajaran Webbed-1.pptKelompok 6- Model Pembelajaran Webbed-1.ppt
Kelompok 6- Model Pembelajaran Webbed-1.pptTutiPatmawati3
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 SMP Bab 4 Gerak dan Gaya - A. Gerak Benda
Modul Ajar IPA Kelas 7 SMP Bab 4 Gerak dan Gaya - A.  Gerak BendaModul Ajar IPA Kelas 7 SMP Bab 4 Gerak dan Gaya - A.  Gerak Benda
Modul Ajar IPA Kelas 7 SMP Bab 4 Gerak dan Gaya - A. Gerak BendaModul Guruku
 
Silabus IPA 8.docx
Silabus IPA 8.docxSilabus IPA 8.docx
Silabus IPA 8.docxClybsChannel
 
RPP HUKUM ARCHIMEDES
RPP HUKUM ARCHIMEDESRPP HUKUM ARCHIMEDES
RPP HUKUM ARCHIMEDESMAFIA '11
 
LK 1.3 Penentuan Akar Penyebab Masalah - Maimunah.docx
LK 1.3 Penentuan Akar Penyebab Masalah - Maimunah.docxLK 1.3 Penentuan Akar Penyebab Masalah - Maimunah.docx
LK 1.3 Penentuan Akar Penyebab Masalah - Maimunah.docxmaimunahSPd1
 
LK 1.2 Eksplorasi Masalah.docx
LK 1.2  Eksplorasi Masalah.docxLK 1.2  Eksplorasi Masalah.docx
LK 1.2 Eksplorasi Masalah.docxIrmadaBoheaIR
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi MEI.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi MEI.pdfLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi MEI.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi MEI.pdfMeilanieGitchuu
 
TEORI BELAJAR AUSUBEL
TEORI BELAJAR AUSUBELTEORI BELAJAR AUSUBEL
TEORI BELAJAR AUSUBELharishmwddh
 
12. lks percobaan kalor (karlina)
12. lks percobaan kalor (karlina)12. lks percobaan kalor (karlina)
12. lks percobaan kalor (karlina)eli priyatna laidan
 

What's hot (20)

Lembar observasi siswa
Lembar observasi siswaLembar observasi siswa
Lembar observasi siswa
 
Rpp perpindahan kalor
Rpp perpindahan kalorRpp perpindahan kalor
Rpp perpindahan kalor
 
Kumpulan soal-soal Konsep Zat dan Wujudnya UN IPA SMP Kelas 9 Nurul Faela Shufa
Kumpulan soal-soal Konsep Zat dan Wujudnya UN IPA SMP Kelas 9 Nurul Faela ShufaKumpulan soal-soal Konsep Zat dan Wujudnya UN IPA SMP Kelas 9 Nurul Faela Shufa
Kumpulan soal-soal Konsep Zat dan Wujudnya UN IPA SMP Kelas 9 Nurul Faela Shufa
 
Contoh Soal HOTS Fisika.pdf
Contoh Soal HOTS Fisika.pdfContoh Soal HOTS Fisika.pdf
Contoh Soal HOTS Fisika.pdf
 
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdf
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdfLK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdf
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdf
 
Modul Ajar Fisika Fase E 2022-2023.pdf
Modul Ajar Fisika Fase E 2022-2023.pdfModul Ajar Fisika Fase E 2022-2023.pdf
Modul Ajar Fisika Fase E 2022-2023.pdf
 
Contoh rpp pai sd kelas 1 kurikulum 2013
Contoh rpp pai sd kelas 1 kurikulum 2013Contoh rpp pai sd kelas 1 kurikulum 2013
Contoh rpp pai sd kelas 1 kurikulum 2013
 
Pedoman observasi untuk peserta didik
Pedoman observasi untuk peserta didikPedoman observasi untuk peserta didik
Pedoman observasi untuk peserta didik
 
RPP IPA KELAS 9 SMP Bab 3.Pewarisan Sifat
RPP IPA KELAS 9 SMP Bab 3.Pewarisan SifatRPP IPA KELAS 9 SMP Bab 3.Pewarisan Sifat
RPP IPA KELAS 9 SMP Bab 3.Pewarisan Sifat
 
Rpp gelombang bunyi dan cahaya
Rpp gelombang bunyi dan cahayaRpp gelombang bunyi dan cahaya
Rpp gelombang bunyi dan cahaya
 
Kelompok 6- Model Pembelajaran Webbed-1.ppt
Kelompok 6- Model Pembelajaran Webbed-1.pptKelompok 6- Model Pembelajaran Webbed-1.ppt
Kelompok 6- Model Pembelajaran Webbed-1.ppt
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 SMP Bab 4 Gerak dan Gaya - A. Gerak Benda
Modul Ajar IPA Kelas 7 SMP Bab 4 Gerak dan Gaya - A.  Gerak BendaModul Ajar IPA Kelas 7 SMP Bab 4 Gerak dan Gaya - A.  Gerak Benda
Modul Ajar IPA Kelas 7 SMP Bab 4 Gerak dan Gaya - A. Gerak Benda
 
Silabus IPA 8.docx
Silabus IPA 8.docxSilabus IPA 8.docx
Silabus IPA 8.docx
 
RPP HUKUM ARCHIMEDES
RPP HUKUM ARCHIMEDESRPP HUKUM ARCHIMEDES
RPP HUKUM ARCHIMEDES
 
LK 1.3 Penentuan Akar Penyebab Masalah - Maimunah.docx
LK 1.3 Penentuan Akar Penyebab Masalah - Maimunah.docxLK 1.3 Penentuan Akar Penyebab Masalah - Maimunah.docx
LK 1.3 Penentuan Akar Penyebab Masalah - Maimunah.docx
 
LK 1.2 Eksplorasi Masalah.docx
LK 1.2  Eksplorasi Masalah.docxLK 1.2  Eksplorasi Masalah.docx
LK 1.2 Eksplorasi Masalah.docx
 
Kunci LKPD Hukum Archimedes
Kunci LKPD Hukum ArchimedesKunci LKPD Hukum Archimedes
Kunci LKPD Hukum Archimedes
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi MEI.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi MEI.pdfLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi MEI.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi MEI.pdf
 
TEORI BELAJAR AUSUBEL
TEORI BELAJAR AUSUBELTEORI BELAJAR AUSUBEL
TEORI BELAJAR AUSUBEL
 
12. lks percobaan kalor (karlina)
12. lks percobaan kalor (karlina)12. lks percobaan kalor (karlina)
12. lks percobaan kalor (karlina)
 

Similar to PTK FISIKA

Proposal ptk fisika hukum newton
Proposal ptk fisika hukum newtonProposal ptk fisika hukum newton
Proposal ptk fisika hukum newtonEko Supriyadi
 
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...Dhayu Dayu
 
Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...
Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...
Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...yurika mariani
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasContoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasMuh Yusuf Manguluang
 
Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe stad
Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe stadPengaruh pembelajaran kooperatif tipe stad
Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe stadAhmad Yanwar
 
Evan point proposal mini, mata kulia seminar
Evan  point proposal mini, mata kulia seminarEvan  point proposal mini, mata kulia seminar
Evan point proposal mini, mata kulia seminarEvan Labur
 
Skripsi penerapan pembelajaran think
Skripsi penerapan pembelajaran thinkSkripsi penerapan pembelajaran think
Skripsi penerapan pembelajaran thinkmasyasinpunya
 
Group Investigation ppt
Group Investigation pptGroup Investigation ppt
Group Investigation pptMuhamad Yogi
 
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyantiSkripsi hasriyanti
Skripsi hasriyantiAdhy Samin
 
SssStrategi pembelajaran kooperatif.pptx
SssStrategi pembelajaran kooperatif.pptxSssStrategi pembelajaran kooperatif.pptx
SssStrategi pembelajaran kooperatif.pptxStuckLegend
 

Similar to PTK FISIKA (20)

Proposal ptk fisika hukum newton
Proposal ptk fisika hukum newtonProposal ptk fisika hukum newton
Proposal ptk fisika hukum newton
 
Bagian ii
Bagian ii Bagian ii
Bagian ii
 
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
 
Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...
Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...
Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...
 
Skripsi NHT (Power Point)
Skripsi NHT (Power Point)Skripsi NHT (Power Point)
Skripsi NHT (Power Point)
 
Bab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadiBab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadi
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasContoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
 
Laporan kti bahadiman
Laporan kti bahadimanLaporan kti bahadiman
Laporan kti bahadiman
 
Karya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut rahaKarya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut raha
 
Karya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut rahaKarya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut raha
 
3022 3012-1-pb
3022 3012-1-pb3022 3012-1-pb
3022 3012-1-pb
 
Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe stad
Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe stadPengaruh pembelajaran kooperatif tipe stad
Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe stad
 
Evan point proposal mini, mata kulia seminar
Evan  point proposal mini, mata kulia seminarEvan  point proposal mini, mata kulia seminar
Evan point proposal mini, mata kulia seminar
 
Skripsi penerapan pembelajaran think
Skripsi penerapan pembelajaran thinkSkripsi penerapan pembelajaran think
Skripsi penerapan pembelajaran think
 
Group Investigation ppt
Group Investigation pptGroup Investigation ppt
Group Investigation ppt
 
Sogol tugas ptk
Sogol tugas ptkSogol tugas ptk
Sogol tugas ptk
 
3. bab i
3. bab i3. bab i
3. bab i
 
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyantiSkripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
 
Ptk1
Ptk1Ptk1
Ptk1
 
SssStrategi pembelajaran kooperatif.pptx
SssStrategi pembelajaran kooperatif.pptxSssStrategi pembelajaran kooperatif.pptx
SssStrategi pembelajaran kooperatif.pptx
 

More from EKO SUPRIYADI

Rpp kelas x otomotif ddtm ( c ) kikin
Rpp kelas x otomotif ddtm ( c ) kikinRpp kelas x otomotif ddtm ( c ) kikin
Rpp kelas x otomotif ddtm ( c ) kikinEKO SUPRIYADI
 
Rpp kelas x otomotif ddtm ( b ) kikin
Rpp kelas x otomotif ddtm ( b ) kikinRpp kelas x otomotif ddtm ( b ) kikin
Rpp kelas x otomotif ddtm ( b ) kikinEKO SUPRIYADI
 
Rpp kelas xi otomotif 009 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 009 b kikinRpp kelas xi otomotif 009 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 009 b kikinEKO SUPRIYADI
 
Rpp kelas xi otomotif 002 b
Rpp kelas xi otomotif   002 bRpp kelas xi otomotif   002 b
Rpp kelas xi otomotif 002 bEKO SUPRIYADI
 
Rpp kelas xi otomotif 016 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 016 b kikinRpp kelas xi otomotif 016 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 016 b kikinEKO SUPRIYADI
 
Rpp kelas xi otomotif 012 b kikin
Rpp kelas xi otomotif   012 b kikinRpp kelas xi otomotif   012 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 012 b kikinEKO SUPRIYADI
 
Rpp kelas xi otomotif 002 b kikin
Rpp kelas xi otomotif   002 b kikinRpp kelas xi otomotif   002 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 002 b kikinEKO SUPRIYADI
 
Rpp kelas xi otomotif 003 b kikin
Rpp kelas xi otomotif   003 b kikinRpp kelas xi otomotif   003 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 003 b kikinEKO SUPRIYADI
 
Rpp kelas xi otomotif 010 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 010 b kikinRpp kelas xi otomotif 010 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 010 b kikinEKO SUPRIYADI
 
Rpp kelas xi otomotif 007 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 007 b kikinRpp kelas xi otomotif 007 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 007 b kikinEKO SUPRIYADI
 
Rpp kelas xi otomotif 013 b kikin
Rpp kelas xi otomotif   013 b kikinRpp kelas xi otomotif   013 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 013 b kikinEKO SUPRIYADI
 
Rpp kelas xi otomotif 004 b kikin
Rpp kelas xi otomotif   004 b kikinRpp kelas xi otomotif   004 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 004 b kikinEKO SUPRIYADI
 
Rpp kelas xi otomotif 002 b kikin
Rpp kelas xi otomotif   002 b kikinRpp kelas xi otomotif   002 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 002 b kikinEKO SUPRIYADI
 
Rpp kelas xi otomotif 017 b kikin
Rpp kelas xi otomotif   017 b kikinRpp kelas xi otomotif   017 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 017 b kikinEKO SUPRIYADI
 
Rpp kelas xi otomotif 010 b kikin
Rpp kelas xi otomotif   010 b kikinRpp kelas xi otomotif   010 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 010 b kikinEKO SUPRIYADI
 
Rpp kelas x otomotif 019 b kikin
Rpp kelas x otomotif   019 b kikinRpp kelas x otomotif   019 b kikin
Rpp kelas x otomotif 019 b kikinEKO SUPRIYADI
 
Rpp kelas x otomotif 017 b kikin
Rpp kelas x otomotif   017 b kikinRpp kelas x otomotif   017 b kikin
Rpp kelas x otomotif 017 b kikinEKO SUPRIYADI
 
Rpp kelas x otomotif 016b kikin
Rpp kelas x otomotif   016b kikinRpp kelas x otomotif   016b kikin
Rpp kelas x otomotif 016b kikinEKO SUPRIYADI
 
Rpp kelas x otomotif 010 b kikin
Rpp kelas x otomotif   010 b kikinRpp kelas x otomotif   010 b kikin
Rpp kelas x otomotif 010 b kikinEKO SUPRIYADI
 
Rpp kelas x otomotif 009 b kikin
Rpp kelas x otomotif   009 b kikinRpp kelas x otomotif   009 b kikin
Rpp kelas x otomotif 009 b kikinEKO SUPRIYADI
 

More from EKO SUPRIYADI (20)

Rpp kelas x otomotif ddtm ( c ) kikin
Rpp kelas x otomotif ddtm ( c ) kikinRpp kelas x otomotif ddtm ( c ) kikin
Rpp kelas x otomotif ddtm ( c ) kikin
 
Rpp kelas x otomotif ddtm ( b ) kikin
Rpp kelas x otomotif ddtm ( b ) kikinRpp kelas x otomotif ddtm ( b ) kikin
Rpp kelas x otomotif ddtm ( b ) kikin
 
Rpp kelas xi otomotif 009 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 009 b kikinRpp kelas xi otomotif 009 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 009 b kikin
 
Rpp kelas xi otomotif 002 b
Rpp kelas xi otomotif   002 bRpp kelas xi otomotif   002 b
Rpp kelas xi otomotif 002 b
 
Rpp kelas xi otomotif 016 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 016 b kikinRpp kelas xi otomotif 016 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 016 b kikin
 
Rpp kelas xi otomotif 012 b kikin
Rpp kelas xi otomotif   012 b kikinRpp kelas xi otomotif   012 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 012 b kikin
 
Rpp kelas xi otomotif 002 b kikin
Rpp kelas xi otomotif   002 b kikinRpp kelas xi otomotif   002 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 002 b kikin
 
Rpp kelas xi otomotif 003 b kikin
Rpp kelas xi otomotif   003 b kikinRpp kelas xi otomotif   003 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 003 b kikin
 
Rpp kelas xi otomotif 010 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 010 b kikinRpp kelas xi otomotif 010 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 010 b kikin
 
Rpp kelas xi otomotif 007 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 007 b kikinRpp kelas xi otomotif 007 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 007 b kikin
 
Rpp kelas xi otomotif 013 b kikin
Rpp kelas xi otomotif   013 b kikinRpp kelas xi otomotif   013 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 013 b kikin
 
Rpp kelas xi otomotif 004 b kikin
Rpp kelas xi otomotif   004 b kikinRpp kelas xi otomotif   004 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 004 b kikin
 
Rpp kelas xi otomotif 002 b kikin
Rpp kelas xi otomotif   002 b kikinRpp kelas xi otomotif   002 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 002 b kikin
 
Rpp kelas xi otomotif 017 b kikin
Rpp kelas xi otomotif   017 b kikinRpp kelas xi otomotif   017 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 017 b kikin
 
Rpp kelas xi otomotif 010 b kikin
Rpp kelas xi otomotif   010 b kikinRpp kelas xi otomotif   010 b kikin
Rpp kelas xi otomotif 010 b kikin
 
Rpp kelas x otomotif 019 b kikin
Rpp kelas x otomotif   019 b kikinRpp kelas x otomotif   019 b kikin
Rpp kelas x otomotif 019 b kikin
 
Rpp kelas x otomotif 017 b kikin
Rpp kelas x otomotif   017 b kikinRpp kelas x otomotif   017 b kikin
Rpp kelas x otomotif 017 b kikin
 
Rpp kelas x otomotif 016b kikin
Rpp kelas x otomotif   016b kikinRpp kelas x otomotif   016b kikin
Rpp kelas x otomotif 016b kikin
 
Rpp kelas x otomotif 010 b kikin
Rpp kelas x otomotif   010 b kikinRpp kelas x otomotif   010 b kikin
Rpp kelas x otomotif 010 b kikin
 
Rpp kelas x otomotif 009 b kikin
Rpp kelas x otomotif   009 b kikinRpp kelas x otomotif   009 b kikin
Rpp kelas x otomotif 009 b kikin
 

PTK FISIKA

  • 1. PROPOSAL PTK FISIKA UPAYA PENINGKATAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA HUKUM NEWTON KELAS X SMAN 98 JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011.2012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran Fisika , saat ini masih mengalami banyak kendala. Baik ditinjau dari individual peserta didik yang notabene kurang berminat dalam belajar fisika, guru yang kurang professional maupun perangkat pembelajaran yang kurang memadai, yang kesemuanya itu menyebabkan turunnya hasil belajar fisika. Dalam upaya menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, maka guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip mengajar diantaranya menggunakan alat bantu mengajar atau alat peraga. Bahwa dalam prinsip mengajar yaitu sebagai guru, diharapkan mampu memperhatikan perbedaan individual siswa, menggunakan variasi metode mengajar; menggunakan alat bantu mengajar; melibatkan siswa secara aktif; menumbuhkan minat belajar siswa, dan menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif. Melihat dari kenyataan yang ada, maka mata pelajaran FISIKA seharusnya merupakan suatu pelajaran yang ditunggu-tunggu, disenangi, menantang dan bermakna bagi peserta didik ,Disisi lain sebenarnya mereka telah memiliki kemampuan dasar yang tinggi dan dengan kemajuan teknologi mereka mampu menyerap berbagai informasi yang ada, terutama sekali pemahaman konsep FISIKA , dikarenakan media pembelajaran yang cukup memadai seperti LCD Proyektor, Laboratorium , dimana mereka dapat dengan mudah mempraktekkan , dan menambah wawasan materi - materi yang diberikan oleh guru.
  • 2. Namun,kenyataan dilapangan tidaklah demikian. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi siswa yang telah dilaksanakan, selalu rendah. Berdasarkan data dari SMAN 98 Jakarta diperoleh gambaran bahwa , walaupun media pembelajaran cukup memadai, namun ternyata masih kurang meningkatkan hasil evaluasi FISIKA yang baik, terutama siswa kelas X yang masih dalam proses pemilihan jurusan, sehingga peran guru dalam menerapkan berbagai model pembelajaran sangat diharapkan dapat memberi angin segar bagi peningkatan kualitas dan kuantitas siswa untuk masuk jurusan IPA. Dari uraian di atas bahwa mata pelajaran FISIKA mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul, handal, dan bermoral semenjak dini,. Hal yang menjadi hambatan selama ini dalam pembelajaran FISIKA adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran FISIKA dengan metode pembelajaran yang menarik, menantang, dan menyenangkan. Supaya pembelajaran FISIKA menjadi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM), dapat dilakukan melalui berbagai macam cara. Salah satu caranya yaitu melalui penerapan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Jigsaw. Namun seberapa jauh keefektifitasannya model pembelajaran tersebut dalam meningkatkan hasil belajar siswa, akan dilakukan penelitian yang salah satunya dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). 2 B. Perumusan Masalah Adapun rumusan masalahnya adalah : a. Bagaimana perkembangan hasil belajar FISIKA siswa kelas X dengan menggunakan model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw pada materi Hukum newton? b. Bagaimana keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw? c. Bagaimana tanggapan siswa tentang model pembelajaran FISIKA dengan metode pembelajaran kooperartif tipe Jigsaw?
  • 3. 3 C. Batasan Masalah Batasan masalah penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw pada materi Hukum Newton untuk meningkatkan haisl belajar Fisika di kelas X semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 SMA Negeri 98 Jakarta. D. Pemecahkan Masalah Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, yaitu model pembelajaran kooperatif dengan tipe JIGSAW. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan hasil belajar siswa kelas X semester 1, tahun pelajaran 2011/2012 SMAN 98 Jakarta dalam pelajaran FISIKA meningkat. E. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah : 1. Guru dapat menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran FISIKA 2. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW, siswa mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran FISIKA kelas X semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 SMAN 98 Jakarta F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari PTK antara lain : 1. Proses belajar mengajar FISikA tidak lagi bersifat konvensional. Strategi pembelajaran yang lebih tepat, bersifat variatif, sehingga membuat anak didik nyaman saat pembelajaran berlangsung. 2. Bagi siswa. Menumbuhkan keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok. 3. Menanamkan keberanian siswa mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan, dan saran meningkat. 4. Meningkatnya kualitas pembelajaran FISiKA.
  • 4. 4 5. Meningkatnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran FISIKA. BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. KAJIAN TEORI A.1.Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar enggan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuanya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajan kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. a) Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : (Lungdren, 1994). 1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama.” 2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. 3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
  • 5. 4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para 5 anggota kelompok. 5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. 6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. 7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Menurut Thompson, et al. (1995), pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial dalam pembelajaran TIK. Pembelajaran kooperatif bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995). b) Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah; (a) setiap anggota memiki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap angota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan intersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan(Carin, 1993).
  • 6. Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. 6 a. Penghargaan kelompok Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli. b. Pertanggungjawaban individu Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. c) Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhioleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).
  • 7. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. 7 (2000), yaitu: a. Hasil belajar akademik Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yangberhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yangbekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. b. Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaankooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. c. Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. d. Keterampilan Kooperatif Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilan-
  • 8. keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun tugas anggota kelompok selama kegiatan. 8 d) Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Urutan langkah- langkah prilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif a. Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Ada empat pendekatan pembelajaran kooperatif (Arends, 2001). Tapi disini yang akan diuraikan hanya mengenai pembelajaran tipe Jigsaw. Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Untuk melihat dengan jelas perbandingan antara keempat pendekatan pembelajaran kooperatif atau yang lebih sering disebut sebagai tipe pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengarjarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends,1997). Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends,1997). Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
  • 9. demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994). Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 2001). Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik. Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, disusun langkahlangkah pokok sebagai berikut; (1) pembagian tugas, (2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun 9
  • 10. rencana pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut (Slavin, 1995): a. Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut 10 untuk mendapatkan informasi. b. Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut. c. Diskusi kelompok: ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya. d. Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik. e. Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok. Setelah kuis dilakukan, maka dilakukan perhitungan skor perkembangan individu dan skor kelompok. Skor individu setiap kelompok memberi sumbangan pada skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada kuis sebelumnya dengan skor terakhir. Arends (1997) memberikan petunjuk perhitungan skor kelompok sebagaimana terlihat Pelaksanaan pembelajaran mengikuti langkah- langkah sebagai berikut: Tahap 1: Pembentukan kelompok asal (home group) Siswa dikelompokan ke dalam beberapa kelompok dengan jumlah anggota masing-masing kelompok 4-6 orang. Penyusunan kelompok memperhatikan keheterogenan siswa (kecerdasan, keaktifan, dan gender). Setiap siswa diberikan permasalahan (soal) yang berbeda. Dalam kelompok asal ini, siswa menyimak bahan ajar, membaca soal dengan bimbingan guru. Tahap 2: Pembentukan kelompok ahli (expert group) Setiap siswa yang memiliki tugas berbeda meninggalkan kelompok asal untuk bergabung ke dalam ahli yang terdiri dari siswa yang memiliki soal yang sama. Di dalam kelompok ahli ini, siswa membahas dan menyelesaikan soal bersama. Tahap 3: Kembali ke kelompok asal
  • 11. Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya masing-masing untuk menginformasikan hasil penyelesaian soal yang dibahas di kelompok ahli serta untuk mendengarkan penjelasan teman-temannya sesuai dengan kekhususan tugas masing-masing . 11 Tahap 4: Evaluasi Siswa mengerjakan beberapa soal yang mewakili keseluruhan materi yang diajarkan. Tahap 5: Penghargaan kelompok Dalam hal ini, penghargaan kelompok diambil dari nilai-nilai anggota kelompok, kemudian siswa-siswi pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi mendapatkan penghargaan yang diumumkan di depan kelas. Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ialah: 1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw a. Siswa menjadi lebih aktif b. Setiap kelompok mendapat tugas yang berbeda sehingga tidak mudah untuk mencari jawaban ke kelompok lain c. Tugas guru menjadi lebih ringan d. Diskusi menjadi lebih aktif e. Siswa yang nilainya tinggi diberikan penghargaan yang dapat memberikan semangat belajar siswa. 2. Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw; a. Siswa cenderung ribut, sebab peran guru sangat sedikit. b. Biasanya siswa merasa minder, sebab tak termasuk group ahli. c. Membutuhkan waktu yang lama d. Biasanya siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan hasil temuannya kepada temannya.
  • 12. Peran guru dalam pembelajaran ini ialah sebagai fasilitator, motivator, pembimbing dan evaluator, sebagai fasilitator dan motivator, guru menyediakan fasilitas/sumber belajar dan kondisi belajar yang dapat memotivasi, membantu, serta membimbing siswa dalam mengkonstruksikan pengetahuannya. Guru hendaknya memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan merangsang keingintahuan siswa serta membantu mereka dalam mengungkapkan gagasan-gagasan dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka. Selain itu guru mengevaluasi apakah pemikiran siswa jalan atau tidak. Guru membantu siswa dalam mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan yang diambilnya dengan mengembangkan pertanyaan kritis. Agar peran dan tugas tersebut berjalan dengan baik, pendekatan kepada murid mutlak diperlukan, sehingga kecanggungan untuk berinteraksi diganti oleh antusiasme terhadap belajar 12 A.2. Hakekat Belajar Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Lantas, apa sesungguhnya belajar itu ? Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”. A.3. Hakekat Hasil Belajar Hasil belajar yang merupakan alat ukur keberhasilan proses belajar memiliki peraran yang sangat penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Moh. User Usman dan Lilis Setiawaty : “ hasil belajar memiliki pengertian perubahan
  • 13. tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar individu, serta individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya”. Hasil belajar adalah “pengukuran secara keseluruhan kegiatan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Hasil belajar pada hakekatnya menuju pada prestasi belajar , yaitu untuk mengukur penguasaan materi penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang mempertimbangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditujukan dengan nilai 13 A.4. Hakekat Fisika Mengapa kita belajar fisika ?,Ada dua alasan, pertama adalah fisika merupakan ilmu yang paling dasar ,dari ilmu pengethuan lainnya. Ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu memanfaatkan ide – ide dari fisika dan fisika juga merupakan dasar dari ilmu rekayasa dan teknologi. Fisika adalah ilmu eksperimental. Fisikawan mengamati fenomena alam dan berusaha menemukan pola dan prinsip yang menghubungkan fenomena – fenomena ini. Pola ini disebut teori fisika atau ketika mereka sudah benar – benar terbukti dan digunakan luas, disebut hokum atau prinsip fisika.Perkembangan teori fisika memerlukan kreatifitas dalam setiap tahap – tahapnya.Fisikawan harus bekrtja untuk mengajukan pertanyaan yang tepat, merancang untuk mencoba menjawab pertanyaan yang tepat, merancang percobaan untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan itu, dan menarik kesimpulan yang tepat dari hasilnya. Fisika bukanlah sekedar kumpulan fakta atau prinsip. Fisika adalah proses yang membawa kita padaprinsip – prinsip umum yang mendeskripsikan bagaimana perilaku dunia fisik.Bagian terpenting dari hubungan antara teori dan percobaan adalah mempelajari bagaimana cara mengaplikasikan prinsip – prinsip fisika pada berbagai persoalan praktis A.5. Hukum Newton
  • 14. Hukum gerak Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Hukum ini telah dituliskan dengan pembahasaan yang berbeda-beda selama hampir 3 abad dan dapat dirangkum sebagai berikut: 1. Hukum Pertama: setiap benda akan memiliki kecepatan yang konstan kecuali ada gaya yang resultannya tidak nol bekerja pada benda tersebut. Berarti jika resultan gaya nol, maka pusat massa dari suatu benda tetap diam, atau bergerak dengan kecepatan konstan (tidak mengalami percepatan). 2. Hukum Kedua: sebuah benda dengan massa M mengalami gaya resultan sebesar F akan mengalami percepatan a yang arahnya sama dengan arah gaya, dan besarnya berbanding lurus terhadap F dan berbanding terbalik terhadap M. atau F=Ma. Bisa juga diartikan resultan gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan turunan dari momentum linear benda tersebut terhadap waktu. 3. Hukum Ketiga: gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang sama, dengan arah terbalik, dan segaris. Artinya jika ada benda A yang memberi gaya sebesar F pada benda B, maka benda B akan memberi gaya sebesar –F kepada benda A. F dan –F memiliki besar yang sama namun arahnya berbeda. Hukum ini juga terkenal sebagai hukum aksi-reaksi, dengan F disebut sebagai aksi dan –F adalah reaksinya. Ketiga hukum gerak ini pertama dirangkum oleh Isaac Newton dalam karyanya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica, pertama kali diterbitkan pada 5 Juli 1687. Newton menggunakan karyanya untuk menjelaskan dan meniliti gerak dari bermacam-macam benda fisik maupun sistem. Contohnya dalam jilid tiga dari naskah tersebut, Newton menunjukkan bahwa dengan menggabungkan antara hukum gerak dengan hukum gravitasi umum, ia dapat menjelaskan hukum pergerakan planet milik Kepler. 14
  • 15. Hukum Newton diterapkan pada benda yang dianggap sebagai partikel dalam evaluasi pergerakan misalnya, panjang benda tidak dihiraukan, karena obyek yang dihitung dapat dianggap kecil, relatif terhadap jarak yang ditempuh. Perubahan bentuk (deformasi) dan rotasi dari suatu obyek juga tidak diperhitungkan dalam analisisnya. Maka sebuah planet dapat dianggap sebagai suatu titik atau partikel untuk dianalisa gerakan orbitnya mengelilingi sebuah bintang. Dalam bentuk aslinya, hukum gerak Newton tidaklah cukup untuk menghitung gerakan dari obyek yang bisa berubah bentuk (benda tidak padat). Leonard Euler pada tahun 1750 memperkenalkan generalisasi hukum gerak Newton untuk benda padat yang disebut hukum gerak Euler, yang dalam perkembangannya juga dapat digunakan untuk benda tidak padat. Jika setiap benda dapat direpresentasikan sebagai sekumpulan partikel-partikel yang berbeda, dan tiap-tiap partikel mengikuti hukum gerak Newton, maka hukum-hukum Euler dapat diturunkan dari hukum-hukum Newton. Hukum Euler dapat dianggap sebagai aksioma dalam menjelaskan gerakan dari benda yang memiliki dimensi 15 B. HIPOTESIS TINDAKAN Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif dengan tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran FISIKA kelas X di SMAN 98 Jakarta
  • 16. 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Seting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan di SMAN 98 Jakarta, yang beralamat di Jl. Jaha Kalisari Pasar Rebo Jakarta Timur untuk mata pelajaran Fisika. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang, terdiri dari 19 siswa laki – laki 21 siswa perempuan. 2. Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan selama satu bulan yakni pada bulan November 2011 . 3.Siklus Penelitian PTK ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran kooperatif tipe Jigsaw B. Subyek Penelitian
  • 17. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas X yang terdiri dari 40 siswa dengan komposisi perempuan 21 orang dan laki – laki 19 orang 17 C. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian tindakan kelas D. Prosedur Penelitian Siklus 1 Siklus pertama dalam PTK ini perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi, sebagai berikut: 1. Perencanaan a. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw. b. Membuat rencana pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw c. Membuat lembar kerja siswa d. Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK e. Menyusun alat evaluasi. 2. Pelaksanaan a. Membagi siswa dalam 10 kelompok dengan jumlah 4 siswa perkelompok. b. Menyajikan materi pembelajaran c. Diberi materi diskusi d. Dalam diskusi kelompok guru mengarahkan kelompok e. Salah satu dari kelompok diskusi, mempresentasikan 3. Pengamatan
  • 18. Tim peneliti (guru dan kolabor) melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran koopretif Tipe Jigsaw. 18 4. Refleksi Tim peneliti melakukan refleksi atau perenungan terhadap pelaksanaan siklus pertama dan menyusun rencana untuk siklus kedua Siklus 2 Pada siklus kedua, peneliti mencoba melakukan observasi, untuk menerapkan hal yang sama. Peneliti mengarahkan siswa ahli untuk lebih menguasai konsep fisika dan menerangkan ke kelompoknya dengan cara yang lebih mudah. Guru kembali mengamati aktivitas siswa, untuk merencanakan langkah selanjutnya. Siklus 3 Siklus ketiga merupakan putaran ketiga dari pembelajaran koopertif Tipe Jigsaw dengan tahapan yang sama seperti pada pada siklus pertama dan kedua E. Rincian Pembiayaan No Jenis Penggunaan Jumlah ( Rp) Keterangan 1 ATK Rp. 500.000,- 2 Transportasi Rp. 145.000,- 5hari x 4minggu 3 Foto Copy Rp. 465.000,- 4 Pengumpulan data Rp. 200,000,- 5 Analisis data Rp. 100.000,- 6 Penyusunan draf awal Rp. 50.000,-
  • 19. 19 7 Perbaikan laporan Rp. 115.000,- 8 Penggandaan laporan Rp. 625.000,- F. Jadual Penelitian Jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut ini : NO Rencana Kegiatan Waktu (Minggu Ke) 1 2 3 4 1 Persiapan Menyusun konsep pelaksanaan x Menyusun instrument x Menyusun LKS x Menyusun strategi penelitian x 2 Pelaksanaan Menyiapkan kelas dan alat x Melakukan tindakan Siklus I x Melakukan tindakan siklus II x
  • 20. 20 3 Penyusunan laporan Menyusun konsep laporan x mendiskusikan hasil penelitian x Perbaikan laporan x Penggandaan dan pengiriman hasil x DAFTAR PUSTAKA Arends, Richard I.1997. Classroom instructional and management. New York : McGraw-Hill Carin, A.1993. Teaching Modern Science. New York : Macmillan Publishing Company. Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Bandung : Erlangga. Hamalik, O. (2002). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo. Ibrahim, H. Muslimin, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press. Lie, Anita 2002. Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative learning di ruang-ruang kelas. Jakarta : PT. Grasindo. Lundgren, Linda. 1994. Cooperative learning in the science classroom. Glencoe : MacMillan/McGraw-Hill. Mawani Sri, Rahmiati. (2011). Modul FISIKA. Jakarta: PLPG Rayon 137 Universitas Muhammadiyah Prof.DR.Hamka Muhammad, N. (1996). Pembelajaran Kooperatif dalam Kelas IPA. Surabaya: IKIP. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Permadi. Ruseeffendi, E.T. (1988). Pengajaran Modern untuk Orang tua Murid, Guru, dan SPG. Edisi Kelima. Bandung : Tarsito. Slavin, Robert E. 2000. Educational psychology : Theory and practice. Sixth Edition. Boston : Allyn and Bacon.
  • 21. Thompson, M., McLaughlin,C.W.,& Smith,R.G. (1995). Merril Physical Science 21 Teacher. Wraparound Edition, New York: Glencoe McGraw-Hill DAFTAR RIWAYAT HIDUP Ambar Lestari,dilahirkan di Jakarta, 28 Maret 1974 . Menamatkan pendidikannya di jenjang S1 IKIP Jakarta jurusan Pendidikan Fisika tahun 1998.Dikaruniai dua orang putri yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Saat ini tinggal bersama suami di Jalan Mahakam VII no. 136 Depok Timur.Aktifitas : selain menjadi ibu rumah tangga juga menjadi staff pengajar Fisika di SMA Negeri 98 Jakarta.