SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
Survai Entomologi
SE adalah kegiatan dalam rangka pengumpulan data untuk :
- Inventarisasi dan dokumentasi
- Setelah dianalisa menjadi informasi yg berguna sebagai
bahan pertimbangan penentu kebijaksanaan dalam
menyusun program/ strategi P2M
MACAM SURVAI
1. Spot survai (Survai sewatu)
2. Longitudinal survai (Survai dalam waktu lama)
3. Survai dasar (memperoleh data dasar)
4. Survai evaluasi (sesudah intervensi peng./pemberantasan)
5. Survai kerentanan vektor terhadap insektisida.
6. Survai penentuan ketepatan dosis aplikasi
7. Survai dinamika penularan penyakit (terjadinya penularan)
KEGIATANNYA :
Penentuan lokasi SE (Kasus, bentuk/ macam perauran ada)
Penangkapan nyamuk dan jentik
Melaksanakan : - uji kerentanan
- uji bioassay
Pengamatan dinamika penularan penyakit
TUJUAN :
Data yg terkumpul dianalisa, dipelajari untuk mengetahui:
Fauna nyamuk (inventarisasi dan dokumentasi)
Bionomik nyamuk vektor maupun bukan vektor
Hubungan nyamuk dengan parasit (vektor, tersangka vektor, dimana terjadi
penularan penyakit).
Hubungan nyamuk dengan lingkungannya, antara lain : suhu, kelembaban, angin,
musim dan ketinggian.
Bentuk perairan yg menjadi tempat perindukan (sungai, rawa, sawah, muara, lagun,
tumbuhan, kena sinar matahari langsung/ tidak, air menalir/tidak dll)
Perubahan lingkungan yang terjadi antara lain : (penebangan hutan, pembukaan
pemukiman baru atau sawah baru, pembangunan waduk, gempa bumi dan lain-
lain).
Keberadaan ternak (sapi dan kerbau) pengaruhnya thdp vektor
Pengaruh penggunaan insektisida kesehatan atau pertanian
PELAKSANAAN SURVAI
Spot survai, longitudinal survai, survai dasar dan survai evaluasi
dilakukan dgn penangkapan nyamuk baik malam/ pagi hari dan
penangkapan jentik.
Penangkapan malam hari (18.00-24.00 atau 18.00-06.00).
(Pemilihan lokasi, rumah, kandang, merekrut/melatih tenaga lokal)
1. Penangkapan umpan orang dalam 3 rumah (UOD), dilakukan oleh 3 orang,
masing-masing orang duduk didalam satu rumah.
2. Penangkapan umpan orang luar 3 rumah (UOL), dilakukan oleh 3 orang, masing-
masing orang duduk diluar rumah.
Untuk UOD/L penangkapan dalam setiap jamnya, dilakukan selama 40 /60 menit.
Hasil penangkapan nyamuk dalam tiap jam disetor ke koordinator/ diambil oleh
petugas.
Dalam penangkapan ini :
- kaki harus telanjang (celana digulung sampai lutut).
- tidak boleh merokok, tidak boleh menggunakan minyak/ bahan
yang bersifat menolak nyamuk.
- petugas tetap duduk, nyamuk yang datang/ hinggap ditangkap
dengan aspirator, kemudian dimasukkan dalam gelas kerta/ lastik
yang sudah disiapkan dan ada catatan jam penngkapan.
3. Penangkapan nyamuk yang hinggap didinding rumah dilakukan selama 10 menit oleh
petugas UOD. Penangkap harus mencari (jalan) nyamuk yang hinggap di dinding
dalam rumah, hasil tangkapan dimasukan dalam gelas kertas/plastik yang sudah
disiapkan terus diserahkan ke kooridantor.
4. Penangkapan nyamuk di kandang ( sapi atau kerbau) dan sekitarnya selama 10 menit
oleh petugas UOL. Penangkap harus mencari (jalan) nyamuk yang hinggap dikandang
atau disemak-semak sekitar kandang, hasil tangkapan dimasukkan dalam gelas kertas
yang sudah disiapkan terus diserahkan ke koordinator.
Penangkapan nyamuk pagi hari (06.00-08.000).
Penangkapan nyamuk pagi hari meliputi :
1. Penangkapan nyamuk didalam 8 atau 16 rumah dilakukan oleh 2 orang. Tiap rumah
dikoleksi selama 15 menit.
2. Penangkapan nyamuk istirahat di 2-4 kandang, dilakukan 1-2 orang. Lama
penangkapan 15 menit.
3. Penangkapan nyamuk diluar rumah (di semak-semak, tebing-tebing sungai/ selokan),
dikerjakan oleh 4 orang.
Hasil penangkapan di identifikasi dgn kunci identifikasi O’Connor & Arwati 1999, dihitung
tiap sp,, nyamuk vektor/diduga vektor dibedah indung telurnya untuk penentuan
nyamuk sudah bertelur (parous)/belum (nuliparous) (umur populasi/parity rate),
nyamuk parous dibedah kelenjar ludahnya untuk penentuan vektor.
Cara menghitung kepadatan nyamuk
Kepadatan dihitung dalam satuan:
- Jml nyamuk menggigit tiap orang/jam (MHD= Man Hour Density),
- Jml nyamuk menggigit tiap orang/malam (MBR=Man Biting Rate).
Jml spesies nyamuk Anopheles tertangkap
MHD = _----------------------------------------------------------
Jml jam penangkapan x jml penangkap
Jml spesies Anopheles tertangkap semalam
MBR = --------------------------------------------------------------
Jml penangkap
Hinggap di dinding rumah, kandang malam hari:
1. Jumlah nyamuk tertangkap Misal : 100 ekor = 2 ekor/rumah
Jumlah rumah yang dikoleksi 50 rumah
2. Jumlah sp. nyamuk An. tertangkap = MHD
Jml. Penangkap x jam penangkapan
Penangkapan nyamuk istirahat pagi hari:
Di dalam rumah (16 rmh a dikoleksi 15 menit oleh 2 or)
Di luar rumah ( semak-semak, tebing sungai, tempat-2
teduh lainnya, jm 06-08)
Di Kandang (4 sp 8 kandang a dikoleksi 15 menit)
Jumlah sp. nyamuk An. tertangkap = MHD
Jml. Penangkap x jam penangkapan
Parameter atau informasi lain yg diperoleh dari SE:
Parity rate (Pembedahan ovari)
Konfirmasi vektor, % nyamuk infected (Pembedahan salivary gland)
Human Blood Index (Presipitin test)
Kepekaan vektor thdp insektisisda (Uji Resistensi)
Aktivitas mengisap darah (Landing collection)
Seasonal fluktuasi kepadatan populasi hubungannya dgn musim
Untuk dapat melakukan pengandalian vektor:
• Bionomik/Perilaku vektor (hub kehidupan vektor dg lingk)
– Kebiasaan menggigit & Aktivitas menggigit
• Breeding place (Habitat)
– Sawah, kubangan, pantai, sungai,
– Bak mandi, tempat penampungan air, ember dll
• Kerentanan terhadap insektisida
– OC; OP, K dan PY
• Tempat istirahat vektor
– Dalam rumah atau luar rumah
– (PENGGUNAAN KELAMBU BERINSEKTISIDA???)
• HARUS DIKETAHUI SPESIES/JENIS SERANGGA VEKTOR (SEHINGGA DAPAT
DILAKUKAN PENGENDALIAN)
Ruang lingkup bionomi vektor malaria
• Perkembangan daur hidup nyamuk
• Pertumbuhan
• waktu dan tempat oviposition,
• Faktor yang mengendalikan larval pengembangan dan juga kawin,
• Makanan,
• Perilaku terbang dan perilaku mencari mangsa
• Perilaku istirahat
• Pengaruh lingkungan terhadap populasi nyamuk Berbagai langkah-
langkah dari jalan kehidupan akan [jadi] dipertimbangkan di
(dalam) bagian berikut , strating dengan tempat kediaman yang
yang menternakkan itu
Pantai
Lubang Galian
Tambak
Mansonia uniformis
Mn. dives
An. barbirostris
An. aconitus
An. annularis
Culex
Mansonia
Aedes
An.maculatus
An. barbirostris
An.balabacensis
Culex
Mansonia
Armigeres
Aedes
Anopheles
Toxorenchytes
Sawah Rawa-rawa
Genangan air
sungai
Genangan air
hujan
Genangan air
sungai
(0 – 5 m dpl.)
(15- 25 m dpl.) (30 - 40 m dpl.)
(50 - 100m dpl.)
Lingk. Barak Lingk. Persawahan Lingk. Rawa-rawa
Lingk. Hutan
An. sundaicus
An. subpictus
Culex
Aedes
An. barbirostris
An. aconitus
An. annularis
Culex
Mansonia
Armigeres
Aedes
An. barbirostris
An. aconitus
An. annularis
Culex
Mansonia
Armigeres
Aedes
Daur hidup
telur - jentik - kepompong/pupa - nyamuk
(dewasa).
Telur
Oviposition (peletakan telur) terjadi setelah telur
benar-benar masak. Peletakan telur tertunda atau
terhambat karena suhu rendah, tidak ada air atau
gagal kawin. Daya tetas telur menurun bila tertahan
lebih dari 15 hari terhitung dari saat penghisapan
darah
Telur diletakan di permukaan air
Jumlah telur nyamuk bervariasi + 100-300 butir (sekali
bertelur).
Ukuran telur + 0.5 mm.
Setelah 1-2 hari, telur akan menetas menjadi jentik
Larva
 Jentik mengalami pergantian kulit sebanyak 4 kali (4
instar).
 Kecepatan pertumbuhan meningkat dengan naiknya suhu
dan tersedianya makanan yang cukup.
 Pertumbuhan yang cepat pada suhu tinggi akan
menghasilkan individu yang kecil. Sementara itu pada suhu
rendah, pertumbuhan akan lambat dan dihasilkan individu
yang lebih besar.
 Pengelupasan kulit terjadi pada instar IV merupakan awal
perubahan bentuk larva menjadi pupa.
 Waktu yang diperlukan jentik menjadi kepompong adalah
8-10 hari, tergantung suhu, makanan dan spesies nyamuk.
Pupa
 Pupa merupakan stadium perkembangan istirahat, dan
tidak makan.
 Pada stadium pupa, terjadi proses pembetukan alat-alat
tubuh nyamuk, seperti: alat kelamin, sayap dan kaki
 Pupasi pada kebanyakan spesies cenderung terjadi pada
waktu-waktu tertentu seperti pada pagi, siang, senja atau
malam hari. Pupasi Ae. aegypti tidak terpengaruh oleh
keadaan gelap atau terang.
 Tahap pupasi memerlukan waktu 1-2 hari.
 Lama stadium pupa pada individu jantan 1-2 jam lebih
pendek bila dibandingkan dengan lama stadium pupa
nyamuk betina.
 Dari kepompong akan keluar nyamuk yang dapat
dibedakan jantan dan betina
Dewasa
 Proses kemunculan tersebut memakan waktu lebih kurang 15
menit dan 10 menit kemudian mulai dapat terbang di sekitar
perairan tempat perindukkannya.
 Nyamuk baru dapat terbang normal setelah kurang lebih satu
jam dan hinggap di tempat istirahatnya.
 Nyamuk jantan belum mampu kawin sebelum ruas abdomen
paling ujung berputar 180o. (1-2 hr)
 Nyamuk betina akan kawin satu kali dalam hidupnya, (24-48
jam) setelah keluar dari kepompong.
 Umur nyamuk jantan relatip pendek (+ 1 minggu), sedangkan
nyamuk betina umurnya lebih panjang, rata-rata 1-2 bulan.
 Nyamuk Anopheles dapat terbang secara aktif mencapai 0.5-2
km.
BEBERAPA HAL PENTING DALAM USAHA PEMBERANTASAN VEKTOR MALARIA
1. Umur populasi vektor
Pengetahuan tentang umur nyamuk sangat
penting untuk mengetahui masa penularan.
2. Distribusi musiman
memberikan gambaran atau menjelaskan musim
penularan penyakit yang tepat.
3. Perilaku mencari darah
 Waktu, Tempat, sumber, frekuensi menggigit
4. Perilaku istirahat (sebenarnya, sementara)
5. Pengaruh lingkungan
(1)faktor lingkungan phisik  angin
(2)faktor kimiawi  kadar garam
(3) faktor biologik. lumut ganggang
predator
PEMBERSIHAN /PENGANGKATAN LUMUT
REBOISASI HUTAN BAKAU
DI HUTAN BAKAU YANG RUSAK
TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK
TERBENTUK KARENA PENGGALIAN PASIR
(PENIMBUNAN/ KOLAM IKAN INTENSIF)
GENANGAN AIR SEPANJANG SUNGAI PADA MUSIM
KEMARAU
TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK
DI TAMBAK IKAN YG TIDAK TERPELIHARA
Lagoon
Lagoon
GAMBAR JENIS NYAMUK
ANOPHELES
(umur betina 63 hari)
Nyamuk Anopheles
Nyamuk beristirahat
Larva Anopheles saat memakan
makanan dipermukaan
Tempat Perkembangbiak An, maculatus, An. balabacensis
Tempat berkembangbiak An, sundaicus, An. subpictus
Tempat berkembangbiak An. aconitus dan
An, vagus
Tempat berkembangbiak An. Nigerrimus, An.
barbirostris
Tempat perindukan Anopheles balabacensis yang
digunakan untuk mandi dan letaknya jauh dari
pemukiman
Siklus hidup Anopheles
Survai Entomologi untuk Pengendalian Vektor Malaria

More Related Content

What's hot

Program kesling di puskesmas
Program kesling di puskesmasProgram kesling di puskesmas
Program kesling di puskesmasJoni Iswanto
 
Sop pengelolaan limbah B3
Sop pengelolaan limbah B3Sop pengelolaan limbah B3
Sop pengelolaan limbah B3Sidik Darmanto
 
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGANPeraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGANAdelina Hutauruk
 
Sanitasi tempat umum
Sanitasi tempat umumSanitasi tempat umum
Sanitasi tempat umumsanggede
 
360552721-Laporan-Bulanan-Ppi-September-2017-Copy.docx
360552721-Laporan-Bulanan-Ppi-September-2017-Copy.docx360552721-Laporan-Bulanan-Ppi-September-2017-Copy.docx
360552721-Laporan-Bulanan-Ppi-September-2017-Copy.docxcitramedika3
 
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)Anjas Asmara, S.Si
 
Contoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukmContoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukmKlinikSubanmedika
 
Bab viii surveilans epid
Bab viii surveilans epidBab viii surveilans epid
Bab viii surveilans epidNajMah Usman
 
Permenkes no. 13 tahun 2015 ttg pelayanan kesling di puskesmas
Permenkes  no. 13 tahun  2015  ttg pelayanan kesling di puskesmasPermenkes  no. 13 tahun  2015  ttg pelayanan kesling di puskesmas
Permenkes no. 13 tahun 2015 ttg pelayanan kesling di puskesmasAdelina Hutauruk
 
Cara Pengambilan Sampel Sampling Air
Cara Pengambilan Sampel Sampling AirCara Pengambilan Sampel Sampling Air
Cara Pengambilan Sampel Sampling AirSaid Muhammad
 
4 pencegahan-penyakit
4 pencegahan-penyakit4 pencegahan-penyakit
4 pencegahan-penyakitphiqe kbn
 
Pertemuan 1 - epidemiologi penyakit menular
Pertemuan   1 - epidemiologi penyakit menularPertemuan   1 - epidemiologi penyakit menular
Pertemuan 1 - epidemiologi penyakit menularLila Kania
 
ICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptx
ICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptxICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptx
ICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptxPatenPisan1
 
Indikator nasional penanggulangan tb
Indikator nasional penanggulangan tbIndikator nasional penanggulangan tb
Indikator nasional penanggulangan tbNurul Atika
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)
Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)
Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)Dhenok Citra Panyuluh
 
Modul pelaksanaan penyelidikan klb
Modul pelaksanaan penyelidikan klbModul pelaksanaan penyelidikan klb
Modul pelaksanaan penyelidikan klbWiandhariEsaBBPKCilo
 
Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengueDemam berdarah dengue
Demam berdarah dengueJoni Iswanto
 
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.docKAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.dockeslingkembangan
 
PTPS : LIMBAH MEDIS
PTPS : LIMBAH MEDISPTPS : LIMBAH MEDIS
PTPS : LIMBAH MEDISJUHERAH
 

What's hot (20)

Program kesling di puskesmas
Program kesling di puskesmasProgram kesling di puskesmas
Program kesling di puskesmas
 
Sop pengelolaan limbah B3
Sop pengelolaan limbah B3Sop pengelolaan limbah B3
Sop pengelolaan limbah B3
 
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGANPeraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
 
Sanitasi tempat umum
Sanitasi tempat umumSanitasi tempat umum
Sanitasi tempat umum
 
360552721-Laporan-Bulanan-Ppi-September-2017-Copy.docx
360552721-Laporan-Bulanan-Ppi-September-2017-Copy.docx360552721-Laporan-Bulanan-Ppi-September-2017-Copy.docx
360552721-Laporan-Bulanan-Ppi-September-2017-Copy.docx
 
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
 
Contoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukmContoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukm
 
Bab viii surveilans epid
Bab viii surveilans epidBab viii surveilans epid
Bab viii surveilans epid
 
Permenkes no. 13 tahun 2015 ttg pelayanan kesling di puskesmas
Permenkes  no. 13 tahun  2015  ttg pelayanan kesling di puskesmasPermenkes  no. 13 tahun  2015  ttg pelayanan kesling di puskesmas
Permenkes no. 13 tahun 2015 ttg pelayanan kesling di puskesmas
 
Cara Pengambilan Sampel Sampling Air
Cara Pengambilan Sampel Sampling AirCara Pengambilan Sampel Sampling Air
Cara Pengambilan Sampel Sampling Air
 
4 pencegahan-penyakit
4 pencegahan-penyakit4 pencegahan-penyakit
4 pencegahan-penyakit
 
Pertemuan 1 - epidemiologi penyakit menular
Pertemuan   1 - epidemiologi penyakit menularPertemuan   1 - epidemiologi penyakit menular
Pertemuan 1 - epidemiologi penyakit menular
 
ICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptx
ICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptxICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptx
ICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptx
 
Indikator nasional penanggulangan tb
Indikator nasional penanggulangan tbIndikator nasional penanggulangan tb
Indikator nasional penanggulangan tb
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)
Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)
Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)
 
Kmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasaboga
Kmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasabogaKmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasaboga
Kmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasaboga
 
Modul pelaksanaan penyelidikan klb
Modul pelaksanaan penyelidikan klbModul pelaksanaan penyelidikan klb
Modul pelaksanaan penyelidikan klb
 
Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengueDemam berdarah dengue
Demam berdarah dengue
 
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.docKAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
 
PTPS : LIMBAH MEDIS
PTPS : LIMBAH MEDISPTPS : LIMBAH MEDIS
PTPS : LIMBAH MEDIS
 

Similar to Survai Entomologi untuk Pengendalian Vektor Malaria

TEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptx
TEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptxTEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptx
TEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptxBunyaminSidrap
 
Bioekologi dan morfologi 1
Bioekologi dan morfologi 1Bioekologi dan morfologi 1
Bioekologi dan morfologi 1Semiani Satsuki
 
Makalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopisMakalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopisNovi Fachrunnisa
 
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakatpresentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakatLuthfiNurFitriani
 
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdf
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdfPENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdf
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdfTazmanianDevilz
 
Vektor penyakit.pptx
Vektor penyakit.pptxVektor penyakit.pptx
Vektor penyakit.pptxnopia wati
 
materi-lengkapvektor menjadi hal penting untuk diperhatikan
materi-lengkapvektor menjadi hal penting untuk diperhatikanmateri-lengkapvektor menjadi hal penting untuk diperhatikan
materi-lengkapvektor menjadi hal penting untuk diperhatikanhidnisa
 
Integrated pest management
Integrated pest managementIntegrated pest management
Integrated pest managementHery Mulyanto
 
132976 envenomasi
132976 envenomasi132976 envenomasi
132976 envenomasiPuspa YaNi
 
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANJosua Sitorus
 

Similar to Survai Entomologi untuk Pengendalian Vektor Malaria (20)

Pengendalian malaria smt3
Pengendalian malaria smt3Pengendalian malaria smt3
Pengendalian malaria smt3
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
TEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptx
TEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptxTEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptx
TEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptx
 
Bioekologi dan morfologi 1
Bioekologi dan morfologi 1Bioekologi dan morfologi 1
Bioekologi dan morfologi 1
 
6 ayyub-hama tikus
6 ayyub-hama tikus6 ayyub-hama tikus
6 ayyub-hama tikus
 
Makalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopisMakalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopis
 
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakatpresentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
 
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdf
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdfPENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdf
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdf
 
Biologi Udang.pdf
Biologi Udang.pdfBiologi Udang.pdf
Biologi Udang.pdf
 
Vektor penyakit.pptx
Vektor penyakit.pptxVektor penyakit.pptx
Vektor penyakit.pptx
 
materi-lengkapvektor menjadi hal penting untuk diperhatikan
materi-lengkapvektor menjadi hal penting untuk diperhatikanmateri-lengkapvektor menjadi hal penting untuk diperhatikan
materi-lengkapvektor menjadi hal penting untuk diperhatikan
 
Integrated pest management
Integrated pest managementIntegrated pest management
Integrated pest management
 
KELELAWAR.ppt.pptx
KELELAWAR.ppt.pptxKELELAWAR.ppt.pptx
KELELAWAR.ppt.pptx
 
nematoda usus
nematoda ususnematoda usus
nematoda usus
 
132976 envenomasi
132976 envenomasi132976 envenomasi
132976 envenomasi
 
Serangga Merugikan
Serangga MerugikanSerangga Merugikan
Serangga Merugikan
 
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
 
Sop prl kkp
Sop prl kkpSop prl kkp
Sop prl kkp
 
Biologi 2
Biologi 2Biologi 2
Biologi 2
 
Biologi 2
Biologi 2Biologi 2
Biologi 2
 

Survai Entomologi untuk Pengendalian Vektor Malaria

  • 1.
  • 2.
  • 3. Survai Entomologi SE adalah kegiatan dalam rangka pengumpulan data untuk : - Inventarisasi dan dokumentasi - Setelah dianalisa menjadi informasi yg berguna sebagai bahan pertimbangan penentu kebijaksanaan dalam menyusun program/ strategi P2M MACAM SURVAI 1. Spot survai (Survai sewatu) 2. Longitudinal survai (Survai dalam waktu lama) 3. Survai dasar (memperoleh data dasar) 4. Survai evaluasi (sesudah intervensi peng./pemberantasan) 5. Survai kerentanan vektor terhadap insektisida. 6. Survai penentuan ketepatan dosis aplikasi 7. Survai dinamika penularan penyakit (terjadinya penularan)
  • 4. KEGIATANNYA : Penentuan lokasi SE (Kasus, bentuk/ macam perauran ada) Penangkapan nyamuk dan jentik Melaksanakan : - uji kerentanan - uji bioassay Pengamatan dinamika penularan penyakit TUJUAN : Data yg terkumpul dianalisa, dipelajari untuk mengetahui: Fauna nyamuk (inventarisasi dan dokumentasi) Bionomik nyamuk vektor maupun bukan vektor Hubungan nyamuk dengan parasit (vektor, tersangka vektor, dimana terjadi penularan penyakit). Hubungan nyamuk dengan lingkungannya, antara lain : suhu, kelembaban, angin, musim dan ketinggian. Bentuk perairan yg menjadi tempat perindukan (sungai, rawa, sawah, muara, lagun, tumbuhan, kena sinar matahari langsung/ tidak, air menalir/tidak dll) Perubahan lingkungan yang terjadi antara lain : (penebangan hutan, pembukaan pemukiman baru atau sawah baru, pembangunan waduk, gempa bumi dan lain- lain). Keberadaan ternak (sapi dan kerbau) pengaruhnya thdp vektor Pengaruh penggunaan insektisida kesehatan atau pertanian
  • 5. PELAKSANAAN SURVAI Spot survai, longitudinal survai, survai dasar dan survai evaluasi dilakukan dgn penangkapan nyamuk baik malam/ pagi hari dan penangkapan jentik. Penangkapan malam hari (18.00-24.00 atau 18.00-06.00). (Pemilihan lokasi, rumah, kandang, merekrut/melatih tenaga lokal) 1. Penangkapan umpan orang dalam 3 rumah (UOD), dilakukan oleh 3 orang, masing-masing orang duduk didalam satu rumah. 2. Penangkapan umpan orang luar 3 rumah (UOL), dilakukan oleh 3 orang, masing- masing orang duduk diluar rumah. Untuk UOD/L penangkapan dalam setiap jamnya, dilakukan selama 40 /60 menit. Hasil penangkapan nyamuk dalam tiap jam disetor ke koordinator/ diambil oleh petugas. Dalam penangkapan ini : - kaki harus telanjang (celana digulung sampai lutut). - tidak boleh merokok, tidak boleh menggunakan minyak/ bahan yang bersifat menolak nyamuk. - petugas tetap duduk, nyamuk yang datang/ hinggap ditangkap dengan aspirator, kemudian dimasukkan dalam gelas kerta/ lastik yang sudah disiapkan dan ada catatan jam penngkapan.
  • 6. 3. Penangkapan nyamuk yang hinggap didinding rumah dilakukan selama 10 menit oleh petugas UOD. Penangkap harus mencari (jalan) nyamuk yang hinggap di dinding dalam rumah, hasil tangkapan dimasukan dalam gelas kertas/plastik yang sudah disiapkan terus diserahkan ke kooridantor. 4. Penangkapan nyamuk di kandang ( sapi atau kerbau) dan sekitarnya selama 10 menit oleh petugas UOL. Penangkap harus mencari (jalan) nyamuk yang hinggap dikandang atau disemak-semak sekitar kandang, hasil tangkapan dimasukkan dalam gelas kertas yang sudah disiapkan terus diserahkan ke koordinator. Penangkapan nyamuk pagi hari (06.00-08.000). Penangkapan nyamuk pagi hari meliputi : 1. Penangkapan nyamuk didalam 8 atau 16 rumah dilakukan oleh 2 orang. Tiap rumah dikoleksi selama 15 menit. 2. Penangkapan nyamuk istirahat di 2-4 kandang, dilakukan 1-2 orang. Lama penangkapan 15 menit. 3. Penangkapan nyamuk diluar rumah (di semak-semak, tebing-tebing sungai/ selokan), dikerjakan oleh 4 orang. Hasil penangkapan di identifikasi dgn kunci identifikasi O’Connor & Arwati 1999, dihitung tiap sp,, nyamuk vektor/diduga vektor dibedah indung telurnya untuk penentuan nyamuk sudah bertelur (parous)/belum (nuliparous) (umur populasi/parity rate), nyamuk parous dibedah kelenjar ludahnya untuk penentuan vektor.
  • 7. Cara menghitung kepadatan nyamuk Kepadatan dihitung dalam satuan: - Jml nyamuk menggigit tiap orang/jam (MHD= Man Hour Density), - Jml nyamuk menggigit tiap orang/malam (MBR=Man Biting Rate). Jml spesies nyamuk Anopheles tertangkap MHD = _---------------------------------------------------------- Jml jam penangkapan x jml penangkap Jml spesies Anopheles tertangkap semalam MBR = -------------------------------------------------------------- Jml penangkap Hinggap di dinding rumah, kandang malam hari: 1. Jumlah nyamuk tertangkap Misal : 100 ekor = 2 ekor/rumah Jumlah rumah yang dikoleksi 50 rumah 2. Jumlah sp. nyamuk An. tertangkap = MHD Jml. Penangkap x jam penangkapan
  • 8. Penangkapan nyamuk istirahat pagi hari: Di dalam rumah (16 rmh a dikoleksi 15 menit oleh 2 or) Di luar rumah ( semak-semak, tebing sungai, tempat-2 teduh lainnya, jm 06-08) Di Kandang (4 sp 8 kandang a dikoleksi 15 menit) Jumlah sp. nyamuk An. tertangkap = MHD Jml. Penangkap x jam penangkapan Parameter atau informasi lain yg diperoleh dari SE: Parity rate (Pembedahan ovari) Konfirmasi vektor, % nyamuk infected (Pembedahan salivary gland) Human Blood Index (Presipitin test) Kepekaan vektor thdp insektisisda (Uji Resistensi) Aktivitas mengisap darah (Landing collection) Seasonal fluktuasi kepadatan populasi hubungannya dgn musim
  • 9. Untuk dapat melakukan pengandalian vektor: • Bionomik/Perilaku vektor (hub kehidupan vektor dg lingk) – Kebiasaan menggigit & Aktivitas menggigit • Breeding place (Habitat) – Sawah, kubangan, pantai, sungai, – Bak mandi, tempat penampungan air, ember dll • Kerentanan terhadap insektisida – OC; OP, K dan PY • Tempat istirahat vektor – Dalam rumah atau luar rumah – (PENGGUNAAN KELAMBU BERINSEKTISIDA???) • HARUS DIKETAHUI SPESIES/JENIS SERANGGA VEKTOR (SEHINGGA DAPAT DILAKUKAN PENGENDALIAN)
  • 10. Ruang lingkup bionomi vektor malaria • Perkembangan daur hidup nyamuk • Pertumbuhan • waktu dan tempat oviposition, • Faktor yang mengendalikan larval pengembangan dan juga kawin, • Makanan, • Perilaku terbang dan perilaku mencari mangsa • Perilaku istirahat • Pengaruh lingkungan terhadap populasi nyamuk Berbagai langkah- langkah dari jalan kehidupan akan [jadi] dipertimbangkan di (dalam) bagian berikut , strating dengan tempat kediaman yang yang menternakkan itu
  • 11. Pantai Lubang Galian Tambak Mansonia uniformis Mn. dives An. barbirostris An. aconitus An. annularis Culex Mansonia Aedes An.maculatus An. barbirostris An.balabacensis Culex Mansonia Armigeres Aedes Anopheles Toxorenchytes Sawah Rawa-rawa Genangan air sungai Genangan air hujan Genangan air sungai (0 – 5 m dpl.) (15- 25 m dpl.) (30 - 40 m dpl.) (50 - 100m dpl.) Lingk. Barak Lingk. Persawahan Lingk. Rawa-rawa Lingk. Hutan An. sundaicus An. subpictus Culex Aedes An. barbirostris An. aconitus An. annularis Culex Mansonia Armigeres Aedes An. barbirostris An. aconitus An. annularis Culex Mansonia Armigeres Aedes
  • 12. Daur hidup telur - jentik - kepompong/pupa - nyamuk (dewasa).
  • 13. Telur Oviposition (peletakan telur) terjadi setelah telur benar-benar masak. Peletakan telur tertunda atau terhambat karena suhu rendah, tidak ada air atau gagal kawin. Daya tetas telur menurun bila tertahan lebih dari 15 hari terhitung dari saat penghisapan darah Telur diletakan di permukaan air Jumlah telur nyamuk bervariasi + 100-300 butir (sekali bertelur). Ukuran telur + 0.5 mm. Setelah 1-2 hari, telur akan menetas menjadi jentik
  • 14. Larva  Jentik mengalami pergantian kulit sebanyak 4 kali (4 instar).  Kecepatan pertumbuhan meningkat dengan naiknya suhu dan tersedianya makanan yang cukup.  Pertumbuhan yang cepat pada suhu tinggi akan menghasilkan individu yang kecil. Sementara itu pada suhu rendah, pertumbuhan akan lambat dan dihasilkan individu yang lebih besar.  Pengelupasan kulit terjadi pada instar IV merupakan awal perubahan bentuk larva menjadi pupa.  Waktu yang diperlukan jentik menjadi kepompong adalah 8-10 hari, tergantung suhu, makanan dan spesies nyamuk.
  • 15. Pupa  Pupa merupakan stadium perkembangan istirahat, dan tidak makan.  Pada stadium pupa, terjadi proses pembetukan alat-alat tubuh nyamuk, seperti: alat kelamin, sayap dan kaki  Pupasi pada kebanyakan spesies cenderung terjadi pada waktu-waktu tertentu seperti pada pagi, siang, senja atau malam hari. Pupasi Ae. aegypti tidak terpengaruh oleh keadaan gelap atau terang.  Tahap pupasi memerlukan waktu 1-2 hari.  Lama stadium pupa pada individu jantan 1-2 jam lebih pendek bila dibandingkan dengan lama stadium pupa nyamuk betina.  Dari kepompong akan keluar nyamuk yang dapat dibedakan jantan dan betina
  • 16. Dewasa  Proses kemunculan tersebut memakan waktu lebih kurang 15 menit dan 10 menit kemudian mulai dapat terbang di sekitar perairan tempat perindukkannya.  Nyamuk baru dapat terbang normal setelah kurang lebih satu jam dan hinggap di tempat istirahatnya.  Nyamuk jantan belum mampu kawin sebelum ruas abdomen paling ujung berputar 180o. (1-2 hr)  Nyamuk betina akan kawin satu kali dalam hidupnya, (24-48 jam) setelah keluar dari kepompong.  Umur nyamuk jantan relatip pendek (+ 1 minggu), sedangkan nyamuk betina umurnya lebih panjang, rata-rata 1-2 bulan.  Nyamuk Anopheles dapat terbang secara aktif mencapai 0.5-2 km.
  • 17. BEBERAPA HAL PENTING DALAM USAHA PEMBERANTASAN VEKTOR MALARIA 1. Umur populasi vektor Pengetahuan tentang umur nyamuk sangat penting untuk mengetahui masa penularan. 2. Distribusi musiman memberikan gambaran atau menjelaskan musim penularan penyakit yang tepat. 3. Perilaku mencari darah  Waktu, Tempat, sumber, frekuensi menggigit
  • 18. 4. Perilaku istirahat (sebenarnya, sementara) 5. Pengaruh lingkungan (1)faktor lingkungan phisik  angin (2)faktor kimiawi  kadar garam (3) faktor biologik. lumut ganggang predator
  • 20. REBOISASI HUTAN BAKAU DI HUTAN BAKAU YANG RUSAK
  • 21. TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK TERBENTUK KARENA PENGGALIAN PASIR (PENIMBUNAN/ KOLAM IKAN INTENSIF)
  • 22. GENANGAN AIR SEPANJANG SUNGAI PADA MUSIM KEMARAU
  • 23. TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DI TAMBAK IKAN YG TIDAK TERPELIHARA
  • 29. Larva Anopheles saat memakan makanan dipermukaan
  • 30.
  • 31. Tempat Perkembangbiak An, maculatus, An. balabacensis
  • 32. Tempat berkembangbiak An, sundaicus, An. subpictus
  • 33. Tempat berkembangbiak An. aconitus dan An, vagus
  • 34. Tempat berkembangbiak An. Nigerrimus, An. barbirostris
  • 35. Tempat perindukan Anopheles balabacensis yang digunakan untuk mandi dan letaknya jauh dari pemukiman