Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem integumen khususnya luka bakar, mencakup konsep penyakit luka bakar, klasifikasi, manifestasi klinis, dan konsep asuhan keperawatan untuk luka bakar."
1. DOSEN : Ns WA ODE FITRI NINGSIH, S.Kep
TUGAS : KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN
“LUKA BAKAR”
OLEH
KELOMPOK 3:
NURSANTI ZUUHI
VEVIANTI MAVIKA SARI
FITROH AMALIA ANGGRAENI
SARIANI
JUM SUBRAJAT
SITTI FEBRIANTI
ANDI ARAS
SUHIDIN
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2013/2014
2. KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Askep ini tepat
pada waktunya. Askep ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ‘’
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT‘’. Adapun askep ini membahas mengenai
ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN “LUKA
BAKAR”.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah
mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan askep ini. Penyusun
menyadari bahwa dalam penulisan askep ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan
senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan askep ini.
Semoga hasil dari penyusunan askep ini dapat dimanfaatkan bagi generasi
mendatang, khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Pemerintah
Kabupaten Muna.
Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak
terima kasih.
Raha, oktober 2013
Penyusun
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………
DAFTAR ISI …………………………………………………………….
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang …………………………………………….............
B. Rumusan Masalah……………………………………....................
C. Tujuan …………………………………………............................
D. Manfaat………………………………………………...................
BAB II : PEMBAHASAN
1. KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian ………………………………………………......
B. Etiologi..............................……………………………….....
C. Patofisiologi……………………………………………… ...
D. Manifestasi Klinis……………………………………….......
E. Klasifikasi luka bakar ...........................................................
F. Derajat luka bakar .........……………………………….............
G. Penatalaksanaan ...............................................................
H. Terapi .....................................................................................
2. KONSEP ASKEP
A. Pengkajian ……………………………………..………........
B. Diagnosa………………………………………………….....
C. Perencanaan……………………………………………........
D. Evaluasi ..................................................................................
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………........
B. Saran……………………………………………….…….........
DAFTAR PUSTAKA
4. BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang
beratmemperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan
cederaoleh sebab lain .Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab
lukabakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan
suhutinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat
tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah
tangga.(Sjamsuhidajat, 2005 )
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami konsep Asuhan Keperawatan pada pasien luka bakar.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep penyakit dan konsep asuhan
keperawatan gawat darurat pada pasien luka bakar.
5. BAB II
PEMBAHASAN
1. KONSEP MEDIK
A. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan kulit disertakan jaringan dibawahnya yang disebabkan
oleh perpindahan panas ketubuh (Oswari Jonatan, 1995)
Luka bakar adalah perpindahan energi dari sumber panas ketubuh, panas tersebut
mungkun melalui konduksi atau radiasi elektronik. (Effendi Crhistiante
B. Anatomi Fisiologi
Fisiologi Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang luas yang menutupi otot dan mempunyai peranan
dalam hemeostasis. Kulit terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
1. Lapisan epidermis yang terdiri dari
a. Stratum korneum
Selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel dan mengandung zat kreatin
b. Stratum lusidum
Sel pipih yang hanya terdapat pada telapak tangan dan kaki tembus cahaya
c. Stratum glanulosum
Sel pipih seperti kumparan terdapat hanya 2-3 lapisan yang sejajar dengan
permukaan kulit
d. Stratum spinosum
Lapisan yang paling tebal yang terdiri dair 5-8 lapisan
e. Stratum basale
Sel yang terletak dibagian basale merupakan sel-sel induk yang menggantikan sel
diatasnya, sel yang terbentuk diinti yang lonjong didalamnya terdapat butir yang
halus yang disebut butir melarin warna.
2. Lapisan dermis
` Membentuk bagian terbesar dari kulit dengan kekuatan dan struktur dari kulit.
Lapisan ini terdiri dari 2, yaitu:
a. Bagian atas yang disebut pars papilaris
b. Bagian bawah disebut pars latikularis
Lapisan papilaris dermis berada dibawah langsung epidermis dan tersusun
terutama dari sel-sel fibroblast yang dapat menggantikan satu kalogen yaitu suatu
komponen dari jaringan ikat
3. Jaringan subkutan atau hypodermis
Lapisan kulit yang terdalam, lapisan ini yang terutama adalah jaringan adipose
yang memberikanbantalan antara lapisan kulit dan struktur interna seperti otot dan
tulang
6. C. Etiologi
1. Bahan kimia : Asam alkali, cuka para, air aki
2. Radiasi : Sinar matahari, terapi radiasi
3. Thermal : Air panas, api, uap panas, asap
4. Elektrik : Kesetrum listrik, sambar petir
D. Manifestasi klinis
Nyeri pada luka
Takikardi dan tekanan darah turun
Adanya kemerahan/bulla pada permukaan kulit yang cidera
Tubuh klien terasa panas
Ekstremitas dingin (perubahan suhu dari panas kedingin)
Perubahan tingkat kesadaran
Dehidrasi (penurunan turgor kulit, penurunan jumlah urine yang keluar)
Peningkatan frekuensi nafas
Keterbatasab mobilitas
E. Patofisiologi Luka Bakar
Luka bakar disebabkan karena pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada
tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar
dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi dan kimia. Destruksi jaringan
terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein dan ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran
napas atas menipakan lokasi destruksi jaringan. Janingan yang dalam, termasuk organ
visera, dapat mengalami kerusakan karena karena luka bakar elektrik atau kontak yang
lama dengan agen penyebab (burning agen). Nekrosis atau kegagalan organ dapat terjadi.
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya
kontak dengan agen penyebab luka bakar tersebut. Suhu yang kurang dari 40°C dapat
ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar
Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya, kemudian
perawatannya dilakukan dengan tiga fase luka bakar, yaitu: fase darurat/resusitasi, fase
akut atau intermediate dan fase rehabilitasi.
7. Fase Durasi Prioritas
Fase resusitasi yang
Darurat/segera
Dari awitan cedera hingga
selesainya resusitasi cairan
Pertolongan pertama
Pencegahan syok
Pencegahan gangguan
pernapasan Deteksi dan
penanganan cedera yang
menyertai Penilaian luka
dan perawatan
pendahuluan
Fase akut Dari dimulainya diuresis
hingga hamper selesainya
proses penutupan luka
Perawatan dan penutupan
luka
Pencegahan/penanganan
komplikasi termasuk
infeksi
Dukungan nutrisi
Fase rehabilitasi Dan penutupan luka yang
besar hingga kembalinya
kepada tingkat penyesuaian
fisik dan psikososial yang
optimal
Pencegahan parut &
kontraktur Rehabilitasi
fasik, oksupasional &
vokasional
Rekonstruksi fungsional &
kosmetik
Konseling psikologi
F. Derajad Luka bakar
Kedalaman luka bakar tergantung oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu
tinggi. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga
memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu
domba (wol). Bahan sintesis seperti nilon dan dakron selain mudah terbakar juga mudah
turner oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat derajat kedalaman.
Derajat & derajat luka
baker
Bagian kulit
yang terkena
Gejala Penampilan luka Perjalanan
kesembuhan
Derajat satu
(superficial) tersengat
matahari
Terkena api dengan
intensitas rendah
Epidermis Kesemutan
Hiperestesia
(supersensitive)
Rasa nyeri
mereda bila
didinginkan
Memerah,
menjadi putih
bila di tekan
Minimal atau
tanpa edema
Kesembuhan
lengkap dalam I
minggu
Pengelupasan
kulit
Derajat dua (Partial
thickness) tersiram air
mendidih
Epidermis dan
bagian dermis
Nyeri hiperestesia
Sensitif terhadap
udara yang dingin
Melepuh dasar
luka berbintik-bintik
merah,
Kesembuhan
dalam 2-3 minggu
Pembentukan
8. Terbakar oleh nyala
api
epidermis retak,
permukaan luka
baah edema
parut &
depigment asi
infeksi dapat
mengubahnya
menjadi derajat
tiga
Derajat tiga (full
thickness)
Terbakar nyala api
Terkena cairan
mendidih dalam
waktu yang lama
tersengat arus listrik
Epidermis,
keseluruhan
dermis dan
kadang-kadang
jaringan
subkutan
Tidak terasa nyeri
Syok
Hematuria &
kemungkinan
hemolisis
Kemungkinan
terdapat luka
masuk dan keluar
(pada luka bakar
listrik)
Kering, luka
bakar bewarna
putih seperti
bahan kulit atau
gosong
Kulit retak
dengan bagian
lemak yang
nampak
Edema
Pembentukan
esker
Diperlukan
pencangkokan
Pembentukan
parut&hilangnya
kontur serta fungsi
kulit
Hilangnya jari
tangan atau
ekstremitas dapat
terjadi
Umumnya luka bakar memiliki kedalaman yang tidak seragam. Ketika dinilai, luka
bakar biasanya mencakup daerah-daerah cedera superfisial pada bagian perifer luka
dengan peningkatan kedalaman di sebelah proksimal. Setiap daerah memiliki 3 zona
cedera. Daerah yang sebelah dalam mengalami kerusakan yang paling parah, sedangkan
zona yang sebelah luar kerusakannya paling ringan. Daerah sebelah dalam dikenal
sebagai zona koagulasi dimana terjadi kerusakan seluler. Daerah yang tengah disebut
zona statis tempat terjadinya gangguan suplai darah, inflamasi dan cedera jaringan.
Daerah ini masih dapat diselamatkan sampai derajat tertentu dengan resusitasi cairan
yang berhasil baik. Daerah sebelah luar merupakan zona hyperernia.
Zona ini merupakan luka bakar derajat satu yang harus sembuh dalam waktu I minggu
dan lebih khas untuk cedera terbakar atau tersengat arus listrik ketimbang cedera akibat
cairan yang panas.
Dalam menentukan dalamnya luka bakar, yang harus diperhatikan yaitu faktor-faktor:
1. Riwayat terjadinya luka bakar
2. Penyebab luka bakar
3. Suhu agen yang menyebabkan luka bakar
4. Lamanya kontak dengan agen
5. Tebalnya kulit
9. G. Perawatan Luka Bakar
Perawatan di Tempat Kejadian
Prioritas pertama dalam perawatan di tempat kejadian bagi seorang korban luka bakar
adalah mencegah agar orang yang menyelamatkan tidak turut mengalami luka bakar.
1. Mematikan api
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan
oksigen bagi api yang menyala. Korban dapat mengusahakan dengan cepat
menjatuhkan diri dan berguling dan mencegah meluasnya bagian pakaian yang
terbakar. Kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat diakhiri missal dengan
mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan diri ke air dingin atau
melepaskan baju yang tersiram air panas. Jika sumber luka bakarnya adalah arus
listnik, sumber listrik harus dipadamkan.
2. Mendinginkan luka bakar
Proses koagulasi protein set di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung
terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat
dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu
dingin ini pada jam pertama. Oleh karena itu merendam bagian yang terbakar selama
lima belas menit pertama dalam air sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu
jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. Dengan dernikian luka
yang sebenarnya menuju derajat II dapat dihentikan pada derajat I atau luka yang
menjadi derajat III dihentikan pada tingkat I atau II. Pencelupan atau penyiraman
dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin sekurang-kurangnya 15 menit.
3. Melepaskan benda penghalang
Meskipun pakaian yang menempel pada luka bakar dapat dibiarkan pakaian
lain dan semua barang perhiasan harus segera dilepaskan untuk melakukan penilaian
serta mencegah terjadinya kontriksi sekunder akihat edema yang timbul dengan
cepat.
4. Menutup luka bakar
Luka bakar hams ditutup secepat mungkin untuk memperkecil kemungkinan
kontaminasi bakteri dan meagurangi nyeri dengan mencegah aliran udara agar tidak
mengenai permukaan kulit yang terbakar.
5. Mengirigasi Luka bakar kimia
Luka bakar kimia akibat bahan korosif harus segera dibilas dengan air mengalir. Jika
mengenai mata harus segera dicuci dengan air bersih yang sejuk.
10. H. Proses Penyembuhan Luka
Fase Inflamasi:
• Merupakan awal dari proses penyembuhan luka.
• Proses peradangan akut terjadi dalam 24 – 48 jam pertama stlh cedera.
• Proses epitelisasi mulai terbentuk pada fase ini beberapa jam setelah terjadi luka.
• Terjadi reproduksi dan migrasi sel dari tepi luka menuju ke tengah luka.
• Fase ini dpt memanjang bila status nutrisi buruk atau sress fisik lainnya spt infeksi
Fase proliferasi:
• Merupakan fase lanjutan dari tahap inflamasi.
• Proses peradangan akut terjadi dalam 48 jam sampai 3 minggu
• persiapan pembentukan struktur protein untuk rekonstruksi jaringan
• aktif bergerak dan mengeluarkan substansi:
- kolagen, elastin. hyaluronic acid, fibronectin dan proteoglycans
• proses sintetik disebut fibroplasia dengan peran :
- proliferasi, migrasi, deposit jar. matriks dan kontraksi luka
Pembentukan jar. granulasi dari makrophag, pembuluh darah dan fibroblast.
- proses pembetukan kapiler didalam luka
- upaya respons untuk oksigenisasi dan nutrisi
Epitelialisasi
- Fibroblast keluarkan KGF (Keratinocyte) - stimulasi mitosis sel
epidermis
- Keratinasi mulai dari pinggir ketengah
- Dengan sintesa kolagen, kualitas dermis disempurnakan
Kontraksi
- Struktur fibroblast berubah menjadi myofibroblast -- kontraksi
Tuluan untuk memperkecil luka / defek
Fase remodeling atau maturasi
• Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan
luka.
• Terjadi proses yang dinamis berupa remodelling kolagen, kontraksi luka dan
pematangan parut.
• Fase ini berlangsung mulai 3 minggu sampai 2 tahun . Akhir dari penyembuhan ini
didapatkan parut luka yang matang yang mempunyai kekuatan 80% dari kulit
normal.
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hitung darah lengkap peningkatan Fit awal menuajukkan hemokonsentrasi
sehubungan dengan kehilangan cairan
a. EKG : tanda iskemia miokardial dapat terjadi pada luka bakar listrik
b. GDA : Dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi
c. Fotografi luka bakar : memberikan eatatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya.
11. B. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Biodata
Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status, suku/bangsa,
diagnosa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no. medical record, dan alamat.
Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dan
hubungan dengan klien.
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
RSMRS
- Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat penyakit
yang sama ketika klien masuk rumah sakit.
Keluhan utama : Nyeri
Riwayat keluhan utama
P : nyeri
Q : Terus menerus
R : seluruh tubuh
S : 7(1-10)
T : saat mengalami luka bakar
Riwayat kesehatan dahulu
- Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama sebelumnya.
- Riwayat pemakaian obat-obatan
12. b. Pengkajian primer
Airway
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Jalan napas bersih
Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi
Tidak ada jejas badan daerah dada
2) Breathing
Peningkatan frekunsi napas
Napas dangkal
Distress pernapasan
Kelemahan otot pernapasan
Kesulitan bernapas : sianosis
3) Circulation
Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
Sakit kepala
Pingsan
berkeringat banyak
Reaksi emosi yang kuat
Pusing, mata berkunang – kunang
4) Disability
Dapat terjadi penurunan kesadaran
Triase : merah
13. 1. Riwayat Keparawatan.
Riwayat Kejadian Luka Bakar.
D A T A INFORMASI YANG DIPERLUKAN
Waktu dan tempat penyebab
Situasi saat kejadian
Pukul ? : dirumah / ditempat kerja
- Faktor predisposisi
- Sumber panas / agen
- Lamanya terkena
- Temperatur agen
- Ruangan : terbuka/tertutup
- Gambaran rinci kejadian luka bakar
- Karena kecalakaan / kelalaian /
disengaja
- Penyebab : diri sendiri/ orang lain
- Adanya pengarug obat / alkohol
2. Data Subjektif.
Apakah ada cedera yang bersamaan.
Nyeri pada daerah luka bakar.
3. Data Objektif.
Prosentase luas permukaan tubuh yang terbakar.
Kedalaman luka bakar.
Letak anatomis luka bakar.
Kulit tampak kemerahan, gelembung.
Edema.
Suhu tubuh bervariasi.
Taki kardia.
14. 4. Laboratorium :
Nilai laboratorium normal dan perubahan pasca luka bakar.
Pemeriksaan
Laboratorium
Nilai
Normal
Perubahan pasca
Luka bakar
peyebab
Pemeriksaan serum
Hemoglobin
Hematokrit
Nitrogen Urea
Glukosa
Elektrolit :
Natrium
Kalium
Klorida
Analisa gas darah
12-15 g/dL (P)
14-16 g/ dL (L)
37-45 % ( P )
45-50 % ( L )
5-15 mg / dL
60-100 mg / dL
136-145 mEq /L
3,5-5,0 mEq / L
96 – 106 mEq / L
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Kehilangan
vol.cairan
Kehilangan
vol.cairan
Kehilangan
vol.cairan
Respons stres
Kehilangan vol.
Cairan dan
gangguan Na-K
Gangguan pompa
Na –K kerusakan
jaringan,
hemolisis sel sel
darah merah
Kehilangan vol
cairan dan
resorpsi Ci dalam
urine
15. Sumber : Ignatavicius D & Bayn Marlyn : Medical surgical Nursing; A
Nursing Process Approach Philadelphia, 1991 WB Saunders.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi kekurangan Volume cairan elektrolit berhubungan dengan
rusaknya jaringan kulit akibat luka bakar. Hasil yang diharapkan pasien dapat
mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan tidak adanya tanda tanda
dehidrasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN :
1. Kaji dan catat luas dan dalamnya luka bakar.
2. Kaji dan catat turgor kulit.
3. Pantau dan catat tanda tanda vital tiap 2 jam.
4. Pantau dan catat masukan dan keluarnya cairan ( Balance cairan yang
cermat ) tiap 2 jam.
5. Motivasi pasien untuk banyak minum.
6. Siapkan minuman yang banyak dekat pasien K/P.
7. Dapatkan berat badan masuk dan timbang berat badan tiap hari kalau
memungkinkan.
PO2
PCO2
PH
Karboksihenmoglo
bin
Protein total
Albumin
80 – 100 mmHg
32 – 45 mmHg
7,34 – 7,45
0
6,0 – 8,0 g /dl
3,5 –50 g / d;
Normal
Rendah
Meningkat
Rendah
Rendah
Asidesis
acetabolik
Inhalasi asap
rokok dan karbon
monoksida
Kehilangan
protein yg keluar
melalui luka
Kehilangan
protein melalui
luka dan membran
vascular karena
peningkatan
permeabilitas
16. 8. Beri pengganti cairan IV dan eletrolit dengan kaloborasi dokter.
9. Monitor hasil elektrolit serum dan hemotokrit.
EVALUASI :
Dengan resusitasi cairan yang adekuat keseimbangan cairan diperkirakan
tercapai dalam waktu 24 – 46 jam dengan ditandai :
Turgor kulit kenyal dan elastis.
Tanda tanda vital dalam batas normal.
Tidak terjadi sianosis.
Pasien tenang dan tidak gelisah.
Intake – output seimbang ( Produksi urine > 30 cc / menit ).
Laboratorium dalam batas normal : ( HT. Darah normal 37 – 40 % ).
2. Gangguan Pertukaran Gas, berhubungan dengan keracunan karbonmonosida,
keracunan asap, panas yang mengakibatkan kerusakan paru paru.
Hasil yang diharapkan pemeliharaan oksigenasi jaringan adekuat.
INTERVENSI KEPERAWATAN :
1. Kaji pola pernapasan pasien tiap 2 – 3 jam ( Tanda tanda gawat napas,
bunyi, frekwensi, irama, kedalaman napas ).
2. Pantau pasien terhadap tanda hypoksemia.
3. Baringkan pasien dalam posisi fowler bila memungkinkan.
4. Bebaskan pakaian pasien dan perhiasan yang ketat.
5. Berikan terapi O2 sesuai kolabiorasi dengan dokter.
6. Pantau AGD.
7. Siapkan untuk membantu intbasi ETT.
EVALUASI :
1. Frekwensi napas dalam batas normal : 12 – 18 X / Menit
2. Hasil pemeriksaan analisa gas darah dalam batas normal.
3. Tidak terjadi sianosis.
17. 3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan cedera luka bakar,
pengobatan, kerusakan jaringan.
Hasil yang diharapkan : Rasa nyaman terpenuhi, nyeri berkurang.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Kaji respon pasien terhadap nyeri saat perawatan luka, terapi fisik saat
istirahat.
2. Gunakan skala nyeri untuk mengkaji tingkat nyeri pasien.
3. Observasi tanda tanda vital.
4. Gunakan tekni pengalihan perhatian untuk mengalihkan nyeri.
5. Berikan obat analgetika sebelum melakukan prosedur rawat luka yang
menyakitkan.
6. Jelaskan semua prosedur pada pasien.
7. Ajak pasien berkomunikasi saat memberi perawatan luka atau prosedur
lainnya.
8. Kaji kebutuhan akan obat perena nyeri.
9. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
10. Beri posisi tidur yang nyaman sesuai keadaan pasien.
EVALUASI
Tingkat nyeri akan menurun sejalan dengan penyembuhan luka ( Skala
nyeri menurun ).
Ekpresi wajah dan posisi tubuh rileks.
Tanda vital ( Pernapasan dan nadi ) dalam batas normal.
18. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka bakar adalah suatu luka yang terjadi karena adanya kontak antara kulit dengan
panas kering, panas basah, bahan kimia, arus listrik dan radiasi (Long, 1996).
Luka bakar adalah suatu luka yang disebabkan karena adanya perpindahan energi dari
sumber panas ketubuh, dan panas tersebut bisa dihantarkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik (Effendy, 1999).
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air
panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan
kimia, serta sengatan matahari (sunburn) (Moenadjat, 2001).
B. Saran
Diharapkan semoga dengan Askep Gangguan Integumen Pada Klien Dengan luka
bakar ini yang merupakan bagian dari Keperawatan gawat darurat dapat bermanfaat bagi
kami dan teman-teman dalam melaksanakan asuhan keperawatan, sehingga perawat
mengetahui atau mengerti tentang gangguan yang berhubungan dengan gangguan
intergumen pada klien yang terkena luka bakar, Dalam rangka mengatasi masalah resiko
pada klien dengan gigitan ulaluka bakar maka tugas perawat yang utama adalah sering
mengobservasi akan kebutuhan klien yang mengalami luka bakar.
Serta kami menyadari bahwa Askep yang kami buat ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang sifatnta membangun sangat kami
butuhkan, baik itu dari teman-teman ataupun para pembaca.