2. 1
Sang Penakluk:
Sultan Muhammad Al Fatih
Penulis
Abu Aisyah (www.KisahIslam.net)
Penyunting
B. Subagia
Perwajahan Isi
B.S. Gia
Penata Letak
Bahgia
Desain Sampul
Abu Zubair
Penerbit
Melek Pustaka
Bogor: JL. KH. Sholeh Iskandar Km.2. Bogor 16162
Telp. 085813405685
e-mail: redaksimelek@yahoo.com
cetakan pertama 1435 H
Melek adalah akronim dari Medium Intelektual yang awalnya sebuah komunitas
santri-santri Ulil Albaab Bogor. Komunitas ini terus berusaha memberikan
pencerahan-pencerahan kepada umat Islam menuju kejayaannya. Kami
berkomitmen untuk menebarkan ilmu-ilmu keislaman yang bermanfaat bagi kaum
muslimin.
3. 2
Daftar isi
Daftar isi......................................................................................2
Sang Penakluk .............................................................................3
Kelahiran dan Pertumbuhan Sultan Al Fatih .................................4
Memimpin Pemerintahan.............................................................5
Penaklukan Konstatinopel............................................................7
Penyempurnaan Penaklukan.........................................................8
Kematian Sulthan Muhammad II Al Fatih..................................11
Wasiat Sultan Muhammad II Al Fatih Sebelum Wafat ................14
4. 3
Sang Penakluk
Muhammad II bin Murad II bin Muhammad Jalbi
Julukan: Sultan Ghazi Muhammad Al Fatih
Tahun Kelahiran: 835 H / 1432 M
Tempat Kelahiran: Adranah – Turaqiya – Turki
Tahun Wafat: 886 H / 1481 M
Tempat Wafat: Dariqa – Kokali – Turki
Sultan Ghazi Muhammad Khan II Al Fatih adalah Sultan ke-7
Dinasti Utsmani dan keturunan keluarga Utsman. Selain gelar Al
Fatih beliau juga dijuluki ‘Abi Al Futuh’ dan ‘Abi Al Khairat’. Dan
setetlah penaklukan Konstatinopel beliau dijuluki ‘Qaisar’ dan
julukan itu disandarkan pula kepada sultan-sultan setelah beliau.
Sultan Al Fatih ini terkenal beliau adalah yang telah menghabisi
hingga akhir kekaisaran Bizantium setelah berlangsung lebih dari
11 abad.
Sultan Al Fatih memerintah kurang lebih 30 tahun. Selama itu
Sultan Al Fatih telah melakukan penaklukan-penaklukan di Asia,
menyatukan kerajaan-kerajaan di Anatolia, menyerang Eropa
sampai Belgrade. Salah satu yang menonjol dari system
pemerintahannya adalah integrasinya terhadap departemen-
departemen Byzantium lama dalam Dinasti Utsmani untuk
selanjutnya.
5. 4
Kelahiran dan Pertumbuhan Sultan Al Fatih
Sultan Muhammad II Al Fatih lahir pada 27 Rajab 835 H / 30
Maret 1432 M di kota Edirne. Modal Daulah Utsmaniyah
berikutnya. Ia tumbuh dalam naungan ayahandanya sendiri, Sultan
Murad II, Sultan ke-6 Daulah Ustmaniyah. Ayah Sultan Muhammad
II Al Fatih memperhatikan putranya dengan menjaga dan
mendidiknya, supaya nantinya pantas menjadi pemimpin dan bisa
memenuhi tanggung jawabnya. Sultan Muhammad II Al Fatih telah
menyelesaikan hafalan Qur’annya, membaca hadits, belajar ilmu
fikih, matematika, astronomi dan urusan perang. Disamping itu
semua, Sultan Muhammad II Al Fatih juga belajar bahasa Arab,
Persia, Latin dan Yunani.
Sultan Muhammad II Al Fatih ditempatkan oleh ayahnya untuk
memerintah Magnesia (ketika itu ia masih kecil) untuk melatihnya
mengurusi urusan kenegaraan dan pengelolaannya di bawah
bimbingan sekelompok pembesar ulama masanya, seperti Syaikh
Aq Syamsudin dan al Mula al Kaurani. Merekalah yang membekali
terciptanya kepribadian sang pemimpin kecil, membangun arah
intelektualitas dan kulturanya dengan pondasi keIslaman yang
kokoh.
Perang Syaikh Aq Syamsudin tampak dalam pembentukan
kepribadian Muhammad Al Fatih. Ia telah mendoktrin dalam diri
Sultan Muhammad II Al Fatih sejak kecil tentang dua hal; Pertama,
melipatgankan gerakan berjihad untuk Utsmani. Kedua, selalu
memberitahukan kepada Sultan Muhammad II Al Fatih sejak kecil
bahwa ia adalah pemimpin yang telah dijelaskan dalam hadits Nabi
6. 5
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dalam kitab musnad
karya Imam Ahmad bin Hanbal yang artinya, “Sungguh nanti
Konstatinopel akan ditaklukan. Sebaik-baik pemimpin adalah
kepemimpinannya, dan, sebaik-baik pasukan adalah pasukannya.”
Oleh karena itu, Sultan Muhammad II Al Fatih berharap hadits Nabi
tersebut akan terealisasikan kepadanya. Ia tumbuh sebagai pemuda
yang berjiwa tekun, tinggi cita-citanya, bagus perangainya, tajam
daya peka dan perasaannya, berbudi luhur, ahli syair, serta
berpengetahuan tinggi tentang urusan perang dan politik. Ia sering
mengikuti ayahnya bersama-sama dalam peperagan dan
pertempurannya.
Memimpin Pemerintahan
Sultan Muhammad II Al Fatih memimpin kerajaan sepeninggal
ayahnya pada 5 Muharram 855 H / 7 November 1451 M. Ia
memulai mempersiapkan peralataan untuk menaklukan
Konstatinopel, agar mimpinya bisa terealisasi. Pada saat yang sama,
ia memudahkan kerajaan yang masih baru untuk melakukan
penaklukan-penaklukan di daerah Balkan. Sultan Muhammad II Al
Fatih menjadikan Negara tersebut bergandengan yang tidak bisa
dipisahkan oleh musuh yang hendak menyergapnya dan supaya
menjadi tempat kabar gembira kenabian. Sultan Muhammad II Al
Fatih menyiapkan siasat dan militer untuk penaklukan tersebut.
Termasuk salah satu siasatnya adalah memperbaharui perjanjian
dan kesepakatan gencatan senjata dengan semua tetangganya dan
orang-orang yang mempunyai hubungan tertentu dengan
kesultanan, seperti Serbia dan Ksatria Suci Johana (Khight of St
John) dan yang lain. Tujuannya adalah untuk mengisolasi kerajaan
7. 6
Byzantium dimulai dari tetangganya, baik dengan politik maupun
pertempuran. Kemudian Sultan Muhammad II Al Fatih
mempersiapkan lebih dari seperempat juta pasukan mengelilingi
Byzantium dari arah darat dan dilanjutkan pengepungan kota
selama 53 hari. Dan selama itu telah diselesaikan pembangunan
fasilitas militer yang sangat besar dan mendatangkan pakar militer
yang handal termasuk produsen terkenal dari Hungaria ‘Urban’ dan
orang yang mampu melakukan serangan balasan yang besar
dengan melemparkan bola-bola batu besar yang berapi. Byzantium
telah melakukan segala upaya untuk mempertahankan kota. Jumlah
yang besar dari pasukan Utsmani dapat dilihat dari proses-proses
persiapan penaklukan. Dan, yang menjadi hambatan paling pokok
yang berada di depan para pasukan Utsmani adalah rantai besar
yang digunakan pasukan Byzantium untuk mengendalikan pintu
masuk tanduk emas. Dan tidak mungkin bisa dibuka kecuali
melompati rantai ini namun gagal. Kemudian pasukan
memindahkan 70 perahu setelah mengaspal dan meratakan
tanahnya dalam waktu yang singkat. Setelah selesai, dituangkan
minyak di papan kayu dan diletakkan di jalan untuk memudahkan
jalannya perahu-perahu diatasnya sepanjang 3 mil dan semua ini
selesai dalam semalam dan jauh dari pengintai musuh.
Pengepungan kota telah sempurna dari segala sisi.
Hal yang paling menonjol dari yang telah dipersiapkan untuk
penaklukan penuh berkah ini adalah menuangkan perlawanan
dahsyat yang belum pernah terlihat di Eropa. Kemudian membuat
perahu-perahu jalan Dardaniel. Dan disamping Eropa dari arah
selat Bosporus dibangun benteng besar yang terkenal dengan
sebutan ‘Benteng Rumeli Hishar’ untuk menguasai Bosporus.
8. 7
Penaklukan Konstatinopel
Setelah selesai mempersiapkan semua sarana yang akan
digunakan untuk menaklukan Konstatinopel, Sultan Muhammad II
Al Fatih memberangkatkan pasukannya yang mencapai 265 ribu,
baik pasukan yang berjalan maupun yang berkuda. Mereka disertai
dengan perlawanan yang besar. Mereka menuju Konstatinopel pada
pagi hari ketiga bertepatan 20 Jumadil Ula 857H / 29 Mei 1453M.
Pasukan Sultan Muhammad II Al Fatih berhasil menyerbu benteng-
benteng Konstatinopel. Peristiwa ini sangat langka dalam sejarah,
sebab dilakukan hanya dalam satu kali operasi militer. Dari
penaklukan tersebut, Sultan Muhammad II Al Fatih mendapat gelar
‘Al Fatih’ dan beliau tidak dikenal kecuali dengan julukan tersebut.
Ketika Sultan Muhammad II Al Fatih masuk ke dalam kota ia
langsung loncat dari kudanya dan melakukan sujud syukur kepada
Allah ta’ala. Kemudian ia menuju gereja Aya Shofia dan
memerintahkan untuk membangun masjid di tempat
dimakamkannya sahabat Abi Ayyub Al Anshari orang yang berada
dalam jajaran pasukan awal yang pernah menaklukan kota tua.
Sultan Muhammad II menetapkan pengambilan Konstatinopel
sebagai ibukota dari Daulah Utsmaniyah dan memberinya nama
‘Islam Baul’ dalam bahasa Arab senada dengan Darul Islam,
kemudian diubah dan terkenal dengan ‘Istanbul’. Sultan
Muhammad II menerapkan kebijakan yang toleran terhadap
penduduk kota, memastikan mereka melakukan ibadah secara
bebas dan memaafkan orang-orang yang meninggalkan kota dalam
masa-masa pengepungan untuk kembali ke rumahnya.
9. 8
Penyempurnaan Penaklukan
Setelah menyelesaikan penaklukan yang telah direalisasikan
Sultan Muhammad II yang saat itu usianya belum melebihi 25
tahun, ia menuju Negara Balkan untuk menyempurnakan
penaklukannya. Sultan Muhammad II menaklukan Serbia tahun 863
H /1459 M, Morah di Yunani 865 H / 1460 M, Aflaq dan Baghdan
(Rumania) tahun 866 H / 1462 M, Albania sekitar tahun 867-884H
/ 1463 – 1479 M, Bosnia dan Herzegovina sekitar tahun 867-870 H
/ 1463-1465M. Ia juga berusaha menaklukan Hongaria tahun 881 H
/ 1476 M sebagaimana angan-angannya mengarah menuju Asia
kecil maka ia menaklukan Trabzon tahun 866 H / 1461 M.
Dan termasuk yang menjadi tujuan-tujuan Sultan Muhammad
II adalah ia ingin menjadi Kaisar di Roma, mengumpulkan pecahan
baru ke dalam wilayah penaklukannya, dan menjadikan
Konstatinopel sebagai benteng Byzantium. Untuk mewujudkan
keinginan tersebut, maka ia harus menaklukan Italia. Karena itu ia
harus mempersiapkan yang dijanjikan, mempersiapkan armada
besar dan mampu mengambil pasukannya dan jumlah yang besar
untuk melakukan perlawanan dari dekat kota ‘Autran’. Pasukan Al
Fatih berhasil menguasai benteng kota tersebut pada Jumadal Ula
885H / Juli 1480M.
Sultan Muhammad II berkeinginan untuk mengambil kota
tersebut sebagai pondasi yang digunakan tempat melajunya
pasukan dari arah utara menuju Roma, namun sebelum itu maut
telah menjemputnya pada 4 Rabi’ul Awal 886 H / 3 Mei 1481 M.
10. 9
Sultan Muhammad II: Sang Negarawan dan Pelindung
Peradaban
Medan jihad dan perang yang diperjuangkan oleh Sulthan
Muhammad II di tengah-tengah masa pemerintahannya, yang
mencapai 30 tahun, masih belum menunjukkan prestasinya,
dimana Dinasti Utsmaniyah bisa sampai melakukan peluasan yang
sangat besar yang belum pernah dilihat sebelumnya. Namun
Sulthan Muhammad II adalah seorang negarawan berkaliber tinggi
yang mampu mengelola kerjasama dengan Kara Manley
Mohammed Pasha. Sekretarisnya, Laits Zadeh Mohammed Chalabi
mengarang buku yang diberi judul dengan nama nya sendiri.
Muhammad Al Fatih berhasil meninggalkan prinsip-prinsip dasar
politik Daulah Utsmaniyah yang masih berjalan sampai tahun
1255H/1839M.
Sulthan Muhammad II terkenal sebagai seorang pelindung
peradaban dan sastra. Ia merupakan penyair yang bagus dan
mempunya buku kumpulan syair-syair. Orientalis Jerman J Jacobs,
telah menyebarkan syair-syairnya di Berlin pada tahun
1322H/1904M. Sulthan Muhammad II Al Fatih selalu belajar,
membaca sastra dan syair, bersama para ulama dan penyair, dan
memilih sebagian dari mereka dan menjadikannnya sebagai pejabat
kementrian.
Termasuk bukti cinta Sulthan Muhammad II Al Fatih pada syair
ia mempercayakan kepada Syehda, seorang penyair untuk
mengatur puisi epos yang menggambarkan sejarah Utsmani seperti
Syahnameh yang dilantunkan oleh al Firdausi. Sulthan Muhammad
II Al Fatih ketika mendengar ada seorang yang ahli dalam satu
11. 10
bidang keilmuan maka ia memanggilnya dan memberinya bantuan
dan pertolongan dengan harta atau membawanya ke kerajaan
untuk mengambil keuntungan dari keilmuannya sebagaimana
pernah dilakukan Sulthan Muhammad II Al Fatih bersama tokoh
ahli ilmu astronomi, Ali Qashja al Samarqandi. Setiap tahunnya
Sulthan Muhammad II Al Fatih mengirimkan harta yang banyak
kepada penyair Hindia, Khawaja Jehan, dan penyair dari Persia,
Abdurrahman Jabi.
Sulthan Muhammad II Al Fatih mendatangkan para pelukis dari
Italia ke gedung kerajaan untuk menyelesaikan lukisan-lukisan
kuno dan melatih sebagian orang kerajaan untuk mendalami bidang
melukis.
Dan selain sibuk mengurusi jihad, Sulthan Muhammad II Al
Fatih juga sibuk membangun dan merekonstruksi bangunan
modern. Pada masa jabatannya, ia melakukan pembangunan lebih
dari 300 masjid, diantaranya 192 masjid dan satu universitas di
Istanbul di samping itu juga membangun 57 sekolahan dan asrama
dan 59 kamar mandi umum.
Termasuk bangunan peninggalan Sulthan Muhammad II Al
Fatih yang paling terkenal adalah Masjid Sulthan Muhammad dan
Universitas Abu Ayyub Al Anshari.
Sungguh, Sulthan Muhammad II Al Fatih seorang muslim yang
teguh dengan hukum-hukum syariat Islam, bertakwa, dan wara’. Itu
semua karena keutamaannya yang tumbuh dan pengaruh yang
agung yang melekat dari ayahnya. Adapun perilaku militer yang
dilakukannya adalah perilaku yang sangat modern, yang belum
12. 11
pernah terlihat di Eropa pada abad pertengahan dan belum pernah
dikenal metode ketentraannya sebelumnya.
Kematian Sulthan Muhammad II Al Fatih
Pada bulan Rabi’ul Awal 886H / 1481M, sulthan Muhammad II
Al Fatih pergi meninggalkan Konstatinopel diiringi pasukan yang
sangat banyak. Sebelum keberangkatannya, Sulthan Muhammad II
Al Fatih sudah mengalami sakit-sakitan namun tidak dia hiraukan
karena kecintaan dan kerinduannya terhadap jihad. Ia sendiri yang
keluar memimpin pasukannya. Termasuk kebiasaannya adalah
bersungguh-sungguh dalam laga pertempuran untuk mengobati
rasa sakit yang melandanya. Namun untuk kali ini rasa sakitnya
luar biasa. Ia mulai jalan tertatih-tatih, sehingga mengharuskannya
untuk mencari dokter. Pengobatan dan obat-obatan tidak
memberikan kesembuhan. Sultan Muhammad II Al Fatih meninggal
di tengah-tengah pasukannya pada hari Kamis, 4 Rabi’ul Awal 886H
/ 3 Mei 1481M. Ia wafat dalam usia 52 tahun setelah memimpin
kurang lebih selama 31 tahun.
Tidak ada seorang pun yang mengetahui arah yang akan dituju
oleh Sultan Muhammad II Al Fatih dengan pasukan-pasukannya.
Pendapat orang-orang yang berbeda-beda; apakah Sultan
Muhammad II Al Fatih hendak menuju Roudes untuk menaklukan
jazirah ini, jazirah yang telah menolak komandan Sultan
Muhammad II Al Fatih, Masih Basya atau bersiap untuk menyusul
pasukannya yang telah masuk di Italia selatan dan setelah itu ia
merangsek sendiri menuju Roma, Italia Utara, Perancis dan
Spanyol. Semua itu masih tetap rahasia yang disimpan oleh Sultan
13. 12
Muhammad II Al Fatih di hatinya dan tidak diberitahukan kepada
seorang pun.
Termasuk kebiasan Sultan Muhammad II Al Fatuih adalah
selalu mempertahankan arah yang ditujunya, sangat menjaga
kerahasiaan, dan membuat musuh-musuhnya kalang kabut dan
bingung dengan urusan mereka sendiri. Tidak ada seorang pun
yang tahu kapan mereka mendapatkan serangan terlebih dahulu,
kemudian secepat kilat rahasia ini diikuti dengan kesigapannya
merealisasikan apa yang ia rahasiakan. Sultan Muhammad II Al
Fatih tidak membiarkan musuhnya untuk lebih dahulu waspada
dan bersiap. Beberapa kali salah satu qadhi bertanya kepada Sultan
Muhammad II Al Fatih, “Dimana Anda meletakkan pasukan anda?”
Sultan Muhammad II menjawab, “Jika rambut jenggot saya ini tahu
itu semua, maka pasti saya akan mencabut dan membuangnya ke
neraka.”
Termasuk beberapa misi Sultan Muhammad II Al Fatih adalah
meneruskan penaklukan-penaklukan Islam dari Italia selatan
sampai Italia Utara, kemudian melanjutkan penaklukan tersebut
menuju Perancis, Spanyol dan beberapa Negara, bangsa dan umat
yang lain.
Diceritakan bahwa Sultan Muhammad II Al Fatih dibunuh
dengan cara diracun oleh dokter pribadinya, Ya’qub Basya, yang
telah mendapat hasutan dari penduduk Venesia untuk membunuh
Sultan Muhammad II Al Fatih. Ya’qub Basya sejak lahir bukanlah
Muslim, ia berkebangsaan Italia, mengaku-ngaku mendapat hidayah
dan masuk Islam. Ya’qub memulai ujicoba memasukkan racun
kepada sang Sultan. Namun, ketika ia mengetahui rencana
14. 13
ekspedisi militer sang sultan, maka ia menambah dosisnya, sampai
sang sultan wafat setelah menyelesaikan masa kekuasaannya dalam
pertempuran-pertempuran yang berhubungan dengan penaklukan,
penguatan kesultanan dan memajukannya dan menyelesaikan
tujuan-tujuan baru disela-sela pertempuran.
Sultan Al Fatih telah menaklukan Konstatinopel, seluurh
kekuasaan dan daerah Asia kecil, Serbia, Bosnia, Albania dan Morh.
Ia telah merealisasikan banyak pencapaian-pencapaian yang
diinginkan dalam negeri, yang berjalan menuju kemakmuran,
Sultan Al Fatih membuka jalan bagi pemimpin-pemimpn berikutnya
untuk focus pada perluasan Negara dan daerah-daerah yang baru.
Kedok Ya’qub Basya terbongkar kemudian, ma ia dijatuhi
hukuman mati. Kabar kematian Sultan Muhammad II Al Fatih
sampai ke penduduk Venesia setelah 16 hari, dimana kabar itu
datang dalam bentuk pesan politik yang ditujukan ke kedutaan
Venesia di Konstatinopel dan pesan tersebut berisi kalimat berikut,
“Elang besar sungguh telah mati.” Kabar itu menyebar di Venesia
kemudian keseluruh daratan Eropa. Gereja-gereja di Eropa gembira
dan membunyikan lonceng selama tiga hari atas perintah Paus.
Sultan Muhammad II Al Fatih dimakamkan di pemakaman
khusus yang dibangun di salah satu universitas yang berada di
Astana. Ia meninggalkan reputasi yang mengesankan di kalangan
orang Islam dan Kristen.
15. 14
Wasiat Sultan Muhammad II Al Fatih Sebelum Wafat
Wasiat Sultan Muhammad II Al Fatih kepada putranya, Bayazid
II, ketika menjelang ajalnya, ia mengungkapkan pelajaran yang
paling benar tentang caranya dalam menjalani hidup, nilai-nilai dan
dasar-dasar yang diyakininya dan yang diharapkan bagi pemimpin-
pemimpin setelahnya untuk berjalan di atasnya. Dalam wasiatnya,
Sultan Muhammad II Al Fatih berkata, “Sebentar lagi aku mati,
namun aku tidak menyesal karena aku meninggalkan sepertimu.
Jadilah orang yang adil, baik dan penyayang. Utamakanlah rakyat
yang menolongmu tanpa diskriminasi (pilah pilih). Sebarkanlah
Islam, karena ini adalah kewajiban bagi semua pemimpin di bumi
ini. Dahulukan kepentingan urusan agama di atas segala-galanya
dan janganlah kamu tinggalkan untuk terus mengurusnya. Jangan
menjadikan pemimpin, orang yang tidak menganggap penting
urusan agama, orang yang tidak meninggalkan dosa-dosa besar dan
orang-orang yang tenggelam dalam perbuatan keji. Tinggalkan
bid’ah yang merusak dan jauhilah orang-orang yang menghasutnya.
Luaskanlah petak Negara dengan jihad. Jagalah harta Baitul Maal
dari orang-orang yang ingin mengacaukannya. Takutlah kamu
untuk tidak mengulurkan tanganmu (mengambil) harta salah satu
rakyatmu, kecuali dengan hak Islam! Jaminlah makanan orang yang
membutuhkannya. Serahkanlah kemuliaanmu kepada yang berhak.
Ulama adalah tembok kekuatan bagi Negara. Maka
agungkanlah peran mereka dan doronglah keberanian mereka. Jika
kamu mendengar slah satu diantara ulama itu ada yang tinggal di
Negara lain, maka datangkanlah kepadamu dan muliakanlah
mereka.
16. 15
Waspadalah, jangan sampai kami terbuai oleh harta dan
kekuatan tentaramu! Takutlah jika kalian dijauhkan oleh para
ulama yang ahli dalam hukum syariat! Takutlah jika kamu malah
cenderung melakukan sesuatu yang bersebrangan dengan hukum
syariat! Karena agama adalah tujuan kita. Hidayah adalah manhaj
kita, dan dengan itu semua kita menang.
Ambillah dariku suri taulan ini! Aku datang ke negeri ini
bagaikan semut yang kecil, kemudian Allah subhanahu wa ta’ala
memberiku nikmat yang mulia ini. Maka tetaplah pada jalanku,
contohlah aku, lakukan untuk memuliakan agama ini dan
mengagungkan pemeluknya, jangan kamu gunakan harta Negara
dalam kemewahan, kesenangan atau melebihi kadar kewajaran,
karena semua itu adalah sebab yang paling besar menuju jurang
kehancuran…”
Sumber: Dikutip dari ‘Para Penakluk Muslim Yang Tak
Terlupakan’, Tamir Badar, Pengantar: Dr.Raghib As Sirjani, Penerbit
al Kautsar