SlideShare a Scribd company logo
1 of 46
Download to read offline
NAVIGASI DARAT
 MEMBACA PETA TOPOGRAFI

          DAN

TEHNIK PENGGUNAAN KOMPAS




     SERDADU RIMBA
DAFTAR ISI

BAB 1______________________________________________________ PEMBUKAAN

BAB 2 ______________________________________________________ PENGENALAN PETA

    •   2-1 DEFINISI
    •   2-2 TUJUAN
    •   2-3 PENGADAAN
    •   2-4 KEAMANAN PETA
    •   2-5 PERAWATAN PETA
    •   2-6 KATEGORI PETA
    •   2-7 PETA PENGGANTI
    •   2-8 STANDAR AKURASI PETA

BAB 3 ______________________________________________________ INFORMASI MARGINAL DAN SIMBOL

    •   3-1 INFORMASI MARGINAL PADA PETA
    •   3-2 CATATAN TAMBAHAN
    •   3-3 SIMBOL PETA TOPOGRAFI
    •   3-4 SIMBOL MILITER
    •   3-5 WARNA YANG DIGUNAKAN PADA PETA

BAB 4 ______________________________________________________GRID
 • 4-1 REFERENSI
 • 4-2 KOORDINAT GEOGRAPHIS
 • 4-3 GRID MILITER
 • 4-4 MENENTUKAN POINT MENGGUNAKAN GRID MILITER
 • 4-5 GRID REFERENCE BOX
 • 4-6 SISTEM KOORDINAT LAIN

BAB 5 ______________________________________________________ SKALA DAN JARAK
 • 5-1 PECAHAN REPRESENTATIF
 • 5-2 SKALA GRAPHIS / SKALA BALOK
 • 5-3 METODE LAIN UNTUK MENGUKUR JARAK

BAB 6 ______________________________________________________ ARAH
 • 6-1 METODE UNTUK MENYATAKAN ARAH
 • 6-2 GARIS DASAR ARAH
 • 6-3 AZIMUTH
 • 6-4 PROTRAKTOR
 • 6-5 DEKLINASI
 • 6-6 RESECTION
 • 6-7 INTERSECTION
 • 6-8 MODIFIED RESECTION
 • 6-9 POLAR COORDINATES

BAB 7______________________________________________________ KOMPAS
 • 7-1 JENIS KOMPAS
 • 7-2 KOMPAS LENSATIK
 • 7-3 PENANGANAN DAN PERLAKUAN KOMPAS
 • 7-4 TEHNIK MENGGUNAKAN KOMPAS
 • 7-5 PENYETELAN KOMPAS
 • 7-6 MEMBY-PASS RINTANGAN
 • 7-7 OFFSET

LAMPIRAN A
LAMPIRAN B




2                                              Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
BAB 1

                                         PEMBUKAAN
Secara historis, perkembangan peta topografi sebagian besar didorong oleh kebutuhan militer.
Pengenalan medan dapat memberikan perbedaan nyata dalam medan pertempuran. Kemampuan
membaca peta sangat di butuhkan jika ingin memenangkan pertempuran. Tidak hanya dalam medan
pertempuran, hal ini juga berlaku untuk keperluan sipil seperti berburu, menempuh rimba,
menyusur rawa, hiking, mendaki gunung, bukit atau penggunaan lainnya dimana ketepatan navigasi
darat diperlukan.

Karakteristik unik yang membedakan peta topografi dari jenis peta lainnya adalah peta ini
menunjukkan kontur topografi atau bentuk tanah di samping fitur lainnya seperti jalan, sungai,
danau, dll Karena peta topografi menunjukkan kontur bentuk tanah, maka peta jenis ini merupakan
jenis peta yang paling cocok untuk kegiatan outdoor dari peta kebanyakan.




                                              BAB 2

                                    PENGENALAN PETA
Kartografi adalah seni dan ilmu mengekspresikan ciri-ciri fisik yang dikenal di bumi dengan peta
dan grafik. Tidak ada yang tahu siapa yang pertama kali membuat peta. Namun studi sejarah
menunjukkan bahwa tuntutan yang paling mendesak untuk akurasi dan detail dalam pemetaan
sebagai hasil kebutuhan militer. Saat ini, operasi taktis dan kegiatan tentara sedemikian kompleks
sehingga sangat penting bagi semua prajurit untuk dapat membaca dan menafsirkan peta, agar dapat
bergerak cepat dan efektif di medan perang. Bab ini mencakup definisi dan tujuan peta dan
menjelaskan keamanan peta, tipe, kategori, dan skala.

2-1. DEFINISI
Sebuah peta adalah representasi grafis dari bagian permukaan bumi yang ditarik ke skala, seperti
yang terlihat dari atas. Menggunakan warna, simbol, dan label untuk mewakili fitur yang ditemukan
pada permukaan bumi. Representasi yang ideal akan terwujud jika setiap fitur dari daerah yang
dipetakan dapat ditunjukkan dalam bentuk yang benar. Untuk dapat dimengerti, peta harus diwakili
dengan tanda konvensional dan simbol. Pada peta skala 1:250.000, simbol yang ditentukan untuk
membangun mencakup areal seluas 500 meter persegi di atas tanah, sebuah simbol jalan adalah
setara dengan lebar jalan sekitar 520 kaki di tanah, simbol untuk rel kereta api tunggal adalah setara
dengan rel kereta api sekitar 1.000 kaki pada tanah.
Pemilihan fitur yang akan ditampilkan, serta penggambaran legenda harus sesuai dengan pedoman
yang ditetapkan oleh Badan Pemetaan.

2-2. TUJUAN
Sebuah peta memberikan informasi tentang keberadaan, lokasi, dan jarak, seperti lokasi penduduk
dan rute perjalanan dan komunikasi. Hal ini juga menunjukkan variasi daerah, ketinggian kontur,
dan tingkat tutupan vegetasi. Dengan kekuatan militer yang tersebar di seluruh dunia, maka militer
bergantung pada peta untuk memberikan informasi terhadap unsur-unsur tempur dan untuk
menyelesaikan operasi logistik. Mobilitas tentara dan material yang harus diangkut, disimpan, dan
ditempatkan ke dalam operasi pada waktu dan tempat yang tepat. Banyak dari perencanaan ini
harus dilakukan dengan menggunakan peta. Oleh karena itu, operasi pun memerlukan pasokan peta,

3                                                  Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
namun meskipun kita memiliki peta terbaik, peta tidak akan berharga kecuali pengguna peta tahu
bagaimana cara membacanya.

2-3. PENGADAAN
Kebanyakan unit militer yang berwenang memiliki proyek pembuatan peta. Seperti Direktorat
Topografi Angkatan Darat di Indonesia. Kita dapat memesan peta dengan mengisi formulir untuk
setiap satu lembar petanya. Untuk mendapatkan peta topografi Indonesia skala 1:250.000 tahun
1954 secara online dapat mengunjungi situs kami http://serdadurimba.blogspot.com/2011/06/peta-
topographi-indonesia.html.

2-4. KEAMANAN PETA
Semua peta harus dianggap sebagai dokumen yang memerlukan penanganan khusus. Jika peta jatuh
ke tangan yang tidak sah, dapat membahayakan.
    “Peta tidak boleh jatuh ke tangan yang tidak sah.”

2-5. PERAWATAN PETA
Peta yang dicetak di atas kertas dan memerlukan perlindungan dari air, lumpur, dan robek. Bila
mungkin, peta harus diletakkan dalam tempat tahan air, atau di beberapa tempat terlindungi lain
yang mudah digapai. Agar peta mampu bertahan lama, perawatan wajib dilakukan. Jika kita harus
menandai peta, penggunaan pensil dianjurkan. Gunakan garis-garis terang sehingga mereka dapat
terhapus dengan mudah tanpa rusak, bernoda, atau meninggalkan tanda yang dapat menyebabkan
kebingungan di kemudian hari. Jika margin peta harus dipotong untuk alasan apapun, adalah
penting untuk mencatat informasi marginal yang mungkin diperlukan kemudian, seperti data grid
dan deklinasi magnetis. Perhatian khusus harus diambil pada peta yang digunakan dalam misi
taktis, terutama dalam unit kecil, misi mungkin tergantung pada peta itu. Semua anggota dari unit
tersebut harus akrab dengan lokasi peta di setiap saat.

2-6. KATEGORI PETA
Misi Direktorat Topografi adalah untuk menyediakan pemetaan, charting, dan semua dukungan
geodesi untuk angkatan bersenjata dan semua operasi keamanan nasional lainnya. Selain peta
topografi, ditopad juga memproduksi produk lain. peta militer dikategorikan dengan skala dan
jenis.
Skala. Karena peta adalah representasi grafis dari bagian permukaan bumi yang ditarik ke atas
kertas seperti yang terlihat dari atas, penting untuk mengetahui apa skala matematika telah
digunakan. Ini untuk menentukan jarak antara obyek atau lokasi pada peta, ukuran area tertutup,
dan bagaimana skala dapat mempengaruhi jumlah detail yang ditampilkan. Matematika Skala peta
adalah perbandingan atau fraksi antara jarak pada peta dan jarak yang sesuai pada permukaan bumi.
Skala dijadikan sebagai perwakilan fraksi dengan jarak peta sebagai pembilang dan jarak tanah
sebagai denominator.

                                                        jarak peta
              Perwakilan fraksi (skala)            =    ——————————
                                                        jarak tanah

Menurut kategorinya, skala peta dibagi ke dalam tiga kategori. Yaitu skala kecil, menengah dan
besar (Gambar 2-1).




4                                               Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
Gambar 2-1. Skala.

      (1) Kecil. Peta dengan skala 1:1.000.000 dan lebih kecil digunakan untuk perencanaan umum
          dan untuk studi strategis (peta bawah pada Gambar 2-1). Peta skala kecil standar memiliki
          skala 1:1.000.000. Peta ini meliputi area yang sangat besar dengan mengorbankan detail.
      (2) Menengah. Peta dengan skala lebih besar dari 1:1.000.000 tetapi lebih kecil dari 1:75,000
          digunakan untuk perencanaan operasional (peta tengah pada Gambar 2-1). Peta ini
          mengandung detail dengan jumlah sedang. Peta skala menengah standar memiliki skala
          1:250.000. Ada juga peta dengan skala 1:100.000.
      (3) Besar. Peta dengan skala 1:75,000 dan lebih besar digunakan untuk perencanaan taktis,
          administrasi, dan logistik (peta atas pada Gambar 2-1). Peta jenis inilah yang sering
          ditemukan dan digunakan pihak militer. Peta skala besar standar 1:50.000, namun banyak
          daerah telah dipetakan dengan skala 1:25.000.
Jenis. Peta pilihan untuk navigator adalah peta topografi skala 1:50.000. Ketika beroperasi di
tempat-tempat asing, kita mungkin menemukan bahwa produk-produk peta belum diproduksi untuk
mencakup daerah tertentu pada lokasi operasi kita, atau mungkin tidak tersedia untuk unit kita
ketika kita membutuhkannya. Oleh karena itu, kita harus siap untuk menggunakan peta yang
diproduksi oleh pemerintah asing yang mungkin tidak memenuhi standar untuk akurasi yang
ditetapkan. Peta-peta ini sering menggunakan simbol-simbol yang mirip dengan yang ditemukan
pada peta produksi negara kita tetapi memiliki makna sangat berbeda.
      (1) Planimetrik Peta. Peta ini hanya menyajikan posisi horizontal untuk fitur yang diwakili.
          Berbeda dari peta topografi, peta ini biasanya diwakili oleh garis kontur. Terkadang, peta
          jenis ini disebut juga peta garis.
      (2) Peta Topografi. Ini adalah peta yang menggambarkan fitur medan dengan cara yang
          terukur (biasanya melalui penggunaan garis kontur), serta posisi horisontal untuk fitur
          yang diwakili. Posisi vertikal, atau bantuan, biasanya diwakili oleh garis kontur pada peta
          topografi militer. Pada peta yang menunjukkan relief, ketinggian dan kontur diukur dari
          bidang daerah ukur vertikal tertentu, biasanya permukaan laut. Gambar 3-1 menunjukkan
          peta topografi yang khas.
      (3) Peta yg dibuat dgn potret. Ini adalah reproduksi dari foto udara yang di atasnya diberi grid
          baris, data marginal, nama tempat, nomor rute, level penting, batas-batas, dan skala
          perkiraan dan arah.
      (4) Peta Operasi Bersama. Peta ini didasarkan pada format standar 1:250.000 peta topografi
          skala menengah militer, tetapi peta ini berisi informasi tambahan yang diperlukan dalam
          operasi udara dan darat secara bersamaan (Gambar 2-2). Sepanjang tepi utara dan timur

5                                                  Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
detail, grafis melampaui lembar peta standar untuk memberikan informasi tumpang tindih
           dengan lembar yang berdekatan. Peta ini baik untuk digunakan dalam format darat dan
           udara. Setiap versi diidentifikasi dalam margin yang lebih rendah sebagai Grafis Operasi
           Bersama (udara atau darat). Terdapat informasi topografi identik pada keduanya, tapi versi
           darat menunjukkan elevasi dan kontur dalam meter dan versi udara menunjukkan elevasi
           dan kontur dengan kaki(feet). Layer (elevasi), pewarnaan dan bayangan ditambahkan
           sebagai bantuan untuk bahan interpolasi. Kedua versi menekankan fasilitas airlanding
           (ditampilkan dalam warna ungu), tapi versi udara memiliki simbol tambahan untuk
           mengidentifikasi bantuan dan rintangan untuk navigasi udara.
     (5)   Photo Mozaik. Ini adalah bagian foto udara yang biasa disebut mozaik dalam penggunaan
           topografi. Mosaik berguna sekali ketika waktu tidak memungkinkan penyusunan peta
           yang lebih akurat. Ketepatan mozaik tergantung pada metode yang digunakan dalam
           persiapan dan mungkin berbeda dari sekadar efek gambar yang baik dari sebuah peta
           planimetrik.
     (6)   Terrain Model. Ini adalah model skala fitur yang menunjukkan medan, dan dalam skala
           besar model menunjukkan bentuk industri dan budaya. Peta ini menyediakan sarana untuk
           memvisualisasikan daratan untuk tujuan perencanaan, indoktrinasi dan untuk briefing.
     (7)   Peta Kota Militer. Peta ini termasuk peta topografi (biasanya pada skala 1:12,550, kadang-
           kadang sampai 1:5,000), yang menunjukkan rincian kota. Didalamnya terdapat hal
           terperinci seperti jalan-jalan, nama jalan, bangunan penting, dan elemen lain dari lansekap
           kota penting untuk navigasi dan operasi militer di medan perkotaan. Skala dari sebuah
           peta kota militer tergantung pada pentingnya dan ukuran kota, kepadatan detail, dan
           informasi intelijen yang tersedia.
     (8)   Peta Khusus. Ini adalah peta untuk tujuan khusus, seperti mobilitas, komunikasi, dan peta
           penyerangan. Peta ini biasanya di cetak di dalam skala lebih kecil dari 1:100.000 tetapi
           lebih besar dari 1:1.000.000. Peta tujuan khusus adalah salah satu jenis peta yang telah
           dirancang atau dimodifikasi untuk memberikan informasi yang tidak tercakup di peta
           standar. Beberapa subyek yang dibahas adalah:
             • Medan.
             • Karakteristik Drainase.
             • Vegetasi.
             • Iklim.
             • Pesisir dan pantai pendaratan.
             • Jalan dan jembatan.
             • Rel kereta api.
             • Lapangan udara.
             • Daerah perkotaan.
             • Tenaga listrik.
             • Lokasi bahan bakar.
             • Sumber daya air permukaan.
             • Sumber daya air tanah.
             • Daerah industri.
             • Jalur lintasan.
             • Kesesuaian untuk pembangunan lapangan terbang.
             • Operasi penerjunan pasukan.

2-7. PETA PENGGANTI MILITER
Jika peta militer tidak tersedia, maka mau tidak mau kita harus menggunakan peta pengganti. Peta-
peta pengganti dapat diambil dari peta militer atau komersial asing.
      a. Peta Asing. Ini adalah peta yang telah disusun oleh negara-negara lain selain negara kita
          sendiri. Jika waktu memungkinkan, maka saat peta ini harus digunakan, informasi
          marginal dan grid diubah agar sesuai dengan standar negara kita. Hasil skala mungkin

6                                                   Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
berbeda dari peta kita, tetapi biasanya rasio jarak peta ke jarak tanah dapat digunakan
          dengan cara yang sama. Legenda harus digunakan karena simbol-simbol peta biasanya
          berbeda dari yang digunakan di negara kita. Karena akurasi peta asing sangat bervariasi,
          maka peta ini biasanya dievaluasi menggunakan standar akurasi yang ditetapkan sebelum
          dikeluarkan untuk pasukan.
     b.   Atlas. Ini adalah koleksi peta daerah, negara, benua, atau dunia. peta jenis ini hanya untuk
          digunakan untuk informasi umum saja, tidak untuk informasi mendetil.
     c.   Peta Geografis. Peta ini memberikan gambaran keseluruhan dari daerah yang dipetakan
          dengan informasi iklim, populasi, relief, vegetasi, dan hidrografi. Peta ini juga
          menunjukkan lokasi umum dari kota-kota besar.
     d.   Peta Jalan / Wisatawan. Ini adalah peta wilayah di mana sarana transportasi utama dan
          bidang turisme yang akan ditampilkan. Beberapa jaringan sekunder menunjukkan peta
          jalan, tempat bersejarah, museum, dan pantai secara rinci. Peta ini biasanya berisi jarak
          jalan dan waktu yang ditempuh antar titik. Pertimbangan yang hati-hati terhadap skala
          harus dilakukan bila menggunakan peta ini.
     e.   Peta Kota / Utility. Ini adalah peta daerah perkotaan yang menunjukkan jalan-jalan,
          saluran air, saluran listrik dan telepon, dan selokan.
     f.   Sketsa Lapangan. Ini adalah gambar awal dari suatu daerah atau bagian dari medan.
     g.   Foto Udara. Jenis ini dapat digunakan sebagai suplemen peta atau pengganti untuk
          membantu kita menganalisis medan, merencanakan rute, atau panduan gerakan.

2-8. STANDAR AKURASI PETA
Standar akurasi peta adalah derajat yang sesuai dengan posisi horizontal dan vertikal yang mewakili
nilai-nilai di peta dengan suatu standar yang ditetapkan. Standar ini ditentukan direktorat terkait
berdasarkan kebutuhan pengguna. Sebuah peta dapat dipertimbangkan untuk memenuhi persyaratan
standar akurasi kecuali dinyatakan khusus dalam informasi marginal.




                                               BAB 3

                        INFORMASI MARGINAL DAN SIMBOL
Sebuah peta dapat dihasilkan dari berbagai informasi, oleh karena itu pengguna harus membaca
instruksi yang ada di peta. Merupakan hal yang penting bagi kita untuk mengenali cara membaca
instruksi ini. Instruksi ini biasanya terletak pada informasi marginal dan simbol yang terletak pada
peta. Tidak semua peta sama, jadi merupakan hal yang penting untuk mempelajari setiap informasi
marginal secara seksama pada setiap peta yang berbeda.

3-1. INFORMASI MARGINAL PADA PETA
      a. Sheet Name. Sheet name/nama sheet biasanya dicetak dengan huruf tebal dan terdapat
         pada bagian tengah dari atas peta dan bagian kiri bawah pada tepi peta.
      b. Sheet Number. Sheet number/nomor sheet biasanya dicetak dengan huruf tebal dan
         terdapat pada bagian kiri atas peta dan bagian kiri bawah pada tepi peta. Sheet number
         digunakan sebagai referensi sektor terhadap suatu daerah, perintah operasi, dan
         perencanaan. Untuk peta dengan skala 1:100.000 dan lebih besar, sheet number
         diputuskan oleh pihak yang berwenang untuk membuat orientasi dari peta skala 1:100.000,
         1:50.000, dan 1:25.000.
      c. Series Name. Series name/nama seri juga dicetak dengan huruf tebal dan berada ditempat
         yang sama dengan sheet number di sudut kiri atas tepi peta. Nama yang ada di series name
         biasanya ditentukan secara bersama antar negara. Dalam sebuah seri peta terkadang

7                                                  Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
terdapat grup dari peta sejenis dengan skala sama dan kesamaan sheet line atau format
         yang di desain untuk menutupi beberapa bagian area geographi.
    d.   Skala. Lokasi skala berada di dua tempat. Pertama di bagian kiri atas tepi peta setelah
         series name, dan kedua berada pada bagian tengah dari bawah peta.
    e.   Series Number. Series number/nomor seri terdapat pada bagian kanan atas dan kiri bawah
         tepi peta.
    f.   Edition Number. Edition number/nomor edisi terdapat pada kanan atas dan area kiri
         bawah dari tepi peta.
    g.   Index Tepi / Batas. Diagram Index Tepi biasanya terdapat pada bagian kanan bawah tepi
         peta. Diagram ini biasanya berbentuk miniatur peta yang menampilkan batas daerah pada
         peta, seperti batas kabupaten, propinsi dan sebagainya.
    h.   Diagram Penggabungan Sheet. Peta dengan skala standar, memiliki diagram yang
         mengilustrasikan penggabungan antar sheet.
    i.   Elevation Guide. Bagian ini biasanya terletak pada bagian kanan bawah tepi peta.




                          Gambar 3-1. Contoh peta topografi skala 1:250.000
    j. Diagram Deklinasi. Pada peta dengan skala besar, bagian ini terletak di tepi bawah. Pada
       peta dengan skala 1:250.000 informasi ini biasanya ditampilkan dengan format catatan
       pada bagian tengah bawah peta yang menerangkan konversi azimuth dari grid ke magnetik
       dan sebaliknya.
    k. Bar Scales / Balok Skala. Bagian ini berada di bagian tengah bawah peta setelah skala.
       Peta terkadang memiliki tiga atau lebih skala balok/bar scales yang masing-masingnya
       memiliki unit hitung yang berbeda.
    l. Catatan Contour Interval. Catatan ini terdapat pada bagian tengah bawah peta, biasanya
       di bawah bar scales yang menerangkan jarak vertikal antar garis kontur.
    m. Catatan Spheroid. Catatan ini juga terdapat pada bagian tengah bawah tepi peta.
       Spheroid (ellipsoid) memiliki parameter spesifik yang mendefinisikan axis X Y Z bumi.
       Spheroid merupakan salah satu bagian integral dari datum.
    n. Catatan Grid. Catatan ini memberikan informasi sistem grid yang digunakan dan interval
       antara grid lines dan memberikan identifikasi nomor UTM grid zone. Catatan ini juga
       terdapat pada bagian tengah bawah tepi peta


8                                                 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
o. Catatan Proyeksi. Sistem proyeksi merupakan kerangka awal dari sebuah peta. Catatan
        ini berada pada bagian tengah bawah tepi peta. Catatan ini berguna sebagai standar
        pemetan pada suatu wilayah berdasarkan letak wilayah.
          o TRANSVERSE MERCATOR PROJECTION. Peta skala lebih besar dari 1:500.000
              dengan lokasi antara 80° selatan dan 84° utara akan berdasarkan Transverse
              Mercator Projection.
          o LAMBERT CONFORMAL CONIC PROJECTIONS. Peta skala 1:1.000.000 dan
              lebih kecil dengan lokasi antara 80° selatan dan 84° utara akan berdasarkan pada
              standard parallel dari lambert conformal conic projection. Contohnya :
              LAMBERT CONFORMAL CONIC PROJECTIONS 36° 40' N AND 39° 20' N.
          o POLAR STEREOGRAPHIC PROJECTION . Peta daerah kutub dengan skala
              1:1.000.000 dan lebih besar (selatan dari 80° selatan dan utara dari 84° utara) akan
              berdasarkan polar stereographic projection.
     p. Catatan Vertical Datum. Letak catatan ini berada pada bagian tengah bawah tepi peta.
        Vertical datum atau vertical-control datum ditentukan dari beberapa level permukaan
        tertentu (contohnya, permukan laut) sebagai standar elevasi.
     q. Catatan Horizontal Datum. Letak catatan ini juga berada pada bagian tengah bawah tepi
        peta. Horizontal datum atau horizontal-control datum ditentukan dari beberapa referensi
        geodesi seperti: latitude, longitude, azimuth dari sebuah garis pada titik tertentu.
     r. Catatan Kontrol. Letak catatan ini juga berada pada bagian tengah bawah tepi peta.
        Catatan ini menampilkan pihak-pihak yang terlibat dalam aspek tehnikal dari semua
        informasi yang ada di peta.
     s. Catatan Persiapan. Letak catatan ini juga berada pada bagian tengah bawah tepi peta.
        Catatan ini melampirkan pihak yang bertanggung jawab mempersiapkan peta.
     t. Catatan Pencetakan. Juga berada di bagian tengah bawah tepi peta. Catatan ini
        menampilkan pihak yang bertanggung-jawab mencetak peta dan juga tanggal pencetakan
        peta.
     u. Referensi Grid. Tabel ini biasanya terletak di tengah dari tepi bawah peta. Tabel ini berisi
        instruksi untuk mengedit referensi grid.
     v. Unit Penerbit dan Simbol. Informasi ini berada pada bagian kiri bawah tepi peta.
        Informasi ini menampilkan pihak yang menyiapkan dan mencetak peta dengan simbol
        masing-masing. Informasi ini sangat penting bagi pengguna peta dalam mengevaluasi
        kebenaran peta.
     w. Legenda. Legenda berada pada bagian kiri bawah tepi peta. Informasi ini berguna sekali
        untuk mengidentifikasikan simbol topografi yang digunakan pada peta.

3-2. CATATAN TAMBAHAN
Tidak semua peta memiliki informasi marginal yang sama. Karna beberapa hal maka catatan
tambahan dan skala harus ditambahkan sebagai bantuan bagi pengguna peta. Contohnya :
      a. Glossary. Berisi penjelasan terminologi tehnikal atau translasi bahasa dari sebuah peta
         daerah negara asing.
      b. Classification. Beberapa peta khusus memerlukan catatan yang mengindikasikan bahwa
         peta memenuhi klasifikasi keamanan. Catatan ini berada dibagian atas dan bawah tepi
         peta.
      c. Protractor Scale. Pada beberapa peta, skala ini biasanya berada pada tepi atas. Skala ini
         digunakan untuk menjelaskan deklinasi magnetic-grid pada saat peta diorientasi dengan
         kompas.
      d. Coverage Diagram. Pada peta skala 1:100,000 dan lebih besar, diagram ini harus
         digunakan. Diagram ulasan ini biasanya terletak pada bagian bawah atau tepi kanan dan
         berisikan informasi kapan peta dibuat, tanggal pemotretan, kesesuaian sumber informasi.
         Pada peta skala 1:250.000 diagram ini digantikan dengan reliability diagram.


9                                                 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
e. Catatan Spesial. Catatan ini merupakan beberapa pernyataan informasi tambahan yang
        berkaitan dengan daerah peta. Biasanya terletak bagian kanan bawah tepi peta
     f. Catatan Pengguna. Catatan ini biasanya terletak pada bagian kanan bawah tepi peta.
        Catatan ini digunakan agar kita sebagai pengguna peta dapat memberikan tambahan
        perbaikan atas kesalahan yang ada di peta. Kesalahan pada peta harus ditandai dan
        diajukan kepada pihak terkait untuk diperbaiki.
     g. Stock Number Identification.
     h. Conversion Graph. Biasanya terletak pada tepi kanan.

3-3. SIMBOL PETA TOPOGRAFI
Kegunaan dari suatu peta adalah untuk memvisualisasikan suatu daerah dari permukaan bumi
dengan benar. Legenda pada peta berisi beberapa simbol yang biasanya digunakan untuk
menerangkan beberapa hal dalam peta topografi. Oleh karena itu, legenda peta wajib digunakan
sebagai referensi setiap kali peta digunakan.

3-4. SIMBOL MILITER
Sebagai tambahan pada simbol topografi yang digunakan untuk menyatakan suatu area, personil
militer memerlukan beberapa metode untuk menampilkan identitas, jumlah, lokasi, pergerakan
tentara, aktivitas dan installasi militer. Simbol yang digunakan untuk mewakili fitur ini disebut
simbol militer. Simbol ini biasanya tidak dicetak dalam peta karna fitur dan unit yang mewakili
selalu bergerak atau berganti, juga karna perimbangan keamanan militer. Simbol ini biasanya hanya
ada di peta spesial. Pengguna peta secara manual menggambarnya ke peta, demi tindakan
keamanan.

3-5. WARNA YANG DIGUNAKAN PADA PETA
Sejak abad ke-15, kebanyakan peta Eropa telah di warnai dengan seksama. Gambar profil dari
gunung dan bukit diwarnai dengan warna coklat, sungai dan danau dengan warna biru, vegetasi
dengan warna hijau, jalan dengan warna kuning, dan beberapa informasi spesial dengan warna
merah. Tak jauh berbeda dengan legenda dari peta modern yang masih menggunakan warna yang
hampir sama meskipun telah berlangsung selama beberapa dekade. Untuk memfasilitasi
pengidentifikasian fitur dalam sebuah peta, topografi dan informasi kultural sering di cetak dengan
warna berbeda. Warna ini bisa saja berbeda di setiap peta. Pada peta topografi skala besar standar,
warna dan fitur yang mewakilinya adalah:
   a. Hitam. Warna hitam mengindikasikan adanya fitur kultural seperti bangunan dan jalan, titik
       pemeriksaan elevasi dan beberapa hal.
   b. Merah-Coklat. Warna merah dan coklat yang dikombinasikan ini mengidentifikasikan fitur
       kultural, fitur relief, titik elevasi yang belum di survey dan elevasi seperti garis kontur pada
       peta yang dapat dibaca pada cahaya merah(biasanya lambung pesawat).
   c. Biru. Mengidentifikasikan fitur hidrographi seperti danau, rawa, sungai dan drainase.
   d. Hijau. Mengidentifikasikan fitur vegetasi, seperti hutan, perkebunan, dan lain-lain.
   e. Coklat. Mengidentifikasikan fitur relief dan elevasi, seperti kontur dan lain-lain.
   f. Merah. Pada peta lama warna ini mengidentifikasikan fitur kultural, seperti daerah populasi,
       jalan utama dan batas wilayah.
   g. Warna lain. Ada kalanya warna lain digunakan untuk menampilkan informasi spesial.




10                                                 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
BAB 4

                                              GRID
Pada bab ini kita akan mempelajari cara menentukan dan menyatakan suatu lokasi pada peta.
Mengetahui dan menguasai ilmu navigasi darat merupakan hal yang krusial dalam kegiatan
outdoor. Dengan kemampuan ini kita dapat menentukan lokasi kita atau suatu lokasi dengan akurat.

4-1. REFERENSI
Di dalam kota, kita dapat dengan mudah mencari sebuah lokasi. Hal yang kita butuhkan hanya
sebuah alamat rumah ; nama jalan, nomor rumah. Akan tetapi, menentukan dan mencari lokasi
dalam suatu daerah yang tak dikenal dapat menjadi sebuah masalah. Untuk menanggulangi masalah
ini, maka sebuah referensi yang tepat dan seragam telah dikembangkan.

4-2. KOORDINAT GEOGRAPHIS
Sistem koordinat geographis merupakan salah satu metode tertua yang masih digunakan untuk
menentukan suatu lokasi. Dengan menggambarkan cincin lingkaran timur-barat yang mengelilingi
bumi secara sejajar dengan garis ekuator, dan cincin lingkaran utara-selatan melintasi garis ekuator
dengan sudut yang tepat dan berpusat di kutub, maka jaringan garis referensi akan terbentuk. Dan,
lokasi setiap titik pada permukaan bumi dapat ditentukan.
    a. Jarak antara titik utara atau selatan dengan ekuator disebut latitude. Garis melingkar yang
        mengelilingi bumi sejajar/pararel dengan garis ekuator disebut garis latitude pararel atau
        garis lintang.
    b. Satu detik cincin yang mengelingi bola bumi melintasi garis latitude pada sudut yang tepat
        dan melintasi kutub dikenal dengan garis longitude meridian. Ada satu garis meridian yang
        di jadikan sebagai garis meridian primer dan melintasi kota Greenwich, Inggris yang dikenal
        Greenwich Meridian. Jarak antara garis timur atau barat dengan meridian primer disebut
        longitude atau garis bujur.




                                 Meridian primer dan ekuator.




11                                                Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
Garis referensi.

     c. Dalam koordinat geographis setiap lingkaran dibagi dengan 360 derajat, dan setiap satu
        derajat dibagi dengan 60 menit, dan setiap satu menit dibagi dengan 60 detik. Derajat
        disimbolkan dengan ° , menit dengan ′, dan detik dengan ″.
        Nilai latitude dimulai dari 0° pada ekuator, garis lintang ini akan di berikan nomor berurutan
        hingga 90° di bagian utara dan selatan. Maka kutub utara akan berada pada 90° latitude
        utara dan kutub selatan berada pada 90° latitude selatan. Nilai latitude utara dan selatan
        dapat memiliki nilai penomoran yang sama, maka arah N / LU atau S / LS harus selalu
        diberikan.
        Nilai longitude dimulai dari 0° pada meridian primer. Longitude diukur dari arah timur dan
        barat meridian primer mengelilingi bumi. Garis longitude timur meridian primer diberi nilai
        hingga 180° dan disebut longitude timur atau garis bujur timur. Dan garis longitude barat
        meridian primer diberi nilai hingga 180° dan disebut longitude barat atau garis bujur barat.
        Nilai arah E / BT atau W / BB harus selalu diberikan. Sedang garis yang berada pada titik
        tepat 180° dapat di beri nilai longitude timur atau longitude barat.
        Nilai koordinat geographis dapat lebih bernilai jika kita dapat menggabungkannya dengan
        unit ukur yang lebih familiar. Pada titik mana pun di muka bumi, jarak satu derajat latitude
        berkisar 111 kilometer (69 mil), satu detik berkisar 30 meter (100 kaki). Sedang untuk
        longitude, meskipun pada daerah ekuator jarak satu derajat longitude berkisar 111 kilometer
        (69 mil), semakin ke arah utara atau selatan jarak itu akan berkurang hingga berjarak nol
        pada kutub. Sebagai contoh : satu detik longitude berkisar 30 meter (100 kaki) pada ekuator,
        namun di Washington satu detik longitude telah berubah menjadi 24 meter (78 kaki).




                                Gambar 4-4 Latitude dan longitude.



12                                                  Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
d. Koordinat geographis selalu ada dalam semua peta militer standar. Empat buah garis yang
        ada di tubuh peta adalah garis latitude dan longitude. Nilai dari tiap garis diberikan dalam
        format derajat dan menit.
     e. Setelah garis lintang dan garis bujur telah digambarkan, maka interval geographis (sudut
        jarak antara garis yang bersinggungan) harus di tentukan. Bagi peta kebanyakan, peta
        dengan skala 1:25.000 intervalnya adalah 2'30". Dan untuk peta dengan skala 1:50.000
        intervalnya adalah 5'00".
     f. Ada beberapa negara yang membuat peta dengan nilai longitude yang tidak berdasarkan
        pada meridian primer yang melintasi Greenwich. Pada tabel 4-1 tampak meridian primer
        yang digunakan oleh beberapa negara. Saat peta ini digunakan, biasanya akan ada catatan
        dalam informasi marginal yang menyatakan perbedaan antara meridian primer yang biasa
        kita gunakan dengan yang ada di peta.




                      Amsterdam, Netherlands                       4° 53’01"E
                      Athens, Greece                              23° 42’59"E
                      Jakarta, Indonesia                         106° 48’28"E
                      Bern, Switzerland                            7° 26’22"E
                      Brussels, Belgium                            4° 22’06"E
                      Copenhagen, Denmark                         12° 34’40"E
                      Ferro (Hierro), Canary Islands             17° 39’46"W
                      Helsinki, Finland                           24° 53’17"E
                      Istanbul, Turkey                            28° 58’50"E
                      Lisbon, Portugal                            9° 07’55"W
                      Madrid, Spain                               3° 41’15"W
                      Oslo, Norway                                10° 43’23"E
                      Paris, France                                2° 20’14"E
                      Pulkovo, Russia                             30° 19’39"E
                      Rome, Italy                                 12° 27’08"E
                      Stockholm, Sweden                           18° 03’30"E
                      Tirane, Albania                             19° 46’45"E
                                 Tabel 4-1. Tabel meridian primer


Berikut langkah-langkah sederhana menentukan koordinat geographis suatu titik / point.
Contoh puncak gunung ratai, pesawaran pada peta TELUKBETUNG skala 1:250.000 series T503
sheet SB 48-7 EDITION-1 AMS cetakan tahun 1954.




13                                                 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
Gambar 4-5




     1. Pertama-tama hitung jarak dalam satu menit. Misalkan pada peta, jarak dari 0’ ke 15’ = 49
        mm,
        maka untuk mengetahui jarak peta dalam satu menitnya adalah dengan membagi jarak
        dengan jumlah menit =
                                  49 mm
                                  ——— = 3,267 mm
                                  15’
     2. Setelah hasil antar menit diketahui, selanjutnya bagi hasil tersebut dengan 60” untuk
        mengetahui jarak antar detiknya
                                  3,267 mm
                                  ——— = 0,054 mm
                                  60”
     3. Ukur jarak suatu point yang ingin diketahui dengan titik point tertentu. Contohnya jarak
        point/titik puncak gunung ratai dengan titik 5°30’ S = 2,6 mm dan 17,5 mm untuk jaraknya
        dengan titik 105°00’ E




14                                               Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
Gambar 4-6

     4. Kita dapat menggunakan metode hitung sederhana, yaitu dengan menjumlahkan bilangan
        menit secara berkelanjutan hingga mencapai angka yang mendekati nilai jarak yang didapat.
        Contohnya       S      2,6 mm tidak dapat mencukupi nilai 3,267 jadi masih masuk 30’
                        E      3,267 x 5       = 16,335 mm mendekati 17,5 mm
        Jika jarak tidak mencukupi satu menit maka jarak akan langsung di konversikan ke detik.
     5. Selanjutnya kita beralih mengkonversikan pada sisa dari hasil perhitungan nomor 4
                        S                             = 2,6 mm         hasil ini akan dicari detiknya
                        E      17,5 – 16,335          = 1,165 mm       hasil ini akan dicari detiknya
     6. Telah kita ketahui dari perhitungan nomor 2 bahwa satu detik berjarak 0,054 mm
        Maka untuk mengetahui nilai detiknya adalah dengan mebagi sisa hasil perhitungan nomor 5
        dengan nilai jarak satu detik.
                        S              2,6 / 0,054    = 48,148 detik
                        E              1,165 / 0,054 = 21,574 detik
     7. Setelah semua hasil telah dihitung maka akan didapat hasil koordinat geographis suatu
        point.
        Maka koordinat geographis puncak gunung ratai adalah :
                5°30’48,15” S / LS
            105°5’21,574” E / BT

Latihan :
Cari koordinat puncak mahameru dari gambar peta LUMAJANG skala 1:250.000 series T503 sheet
SC 49-4 EDITION-1 AMS cetakan tahun 1954 berikut. Jika diketahui jarak antara 0’ ke 15’ = 48,6
mm pada peta.

15                                                 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
Koordinat geographis puncak mahameru = ?


4-3. GRID MILITER
Pada pemeriksaan dari transverse mercator projection, yang mana digunakan untuk peta militer
skala besar, menyatakan bahwa kebanyakan garis latitude dan longitude merupakan garis lengkung.
Sehingga point pertemuan kedua garis ini terkadang memiliki sudut yang berbeda dan kotak
areanya pun memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda-beda antar satu daerah dengan daerah lain,
hal ini tentu saja terkadang menyulitkan saat kita harus menentukan suatu point dan melakukan
pengukuran suatu arah. Untuk mengatasi hal ini maka grid segiempat di ikutkan dalam proyeksi.
Grid ini memiliki garis yang benar-benar lurus dan bersinggungan dengan sudut yang tepat. Grid ini
akan membagi peta menjadi beberapa sektor dengan kotak area yang memiliki ukuran dan sudut
yang sama. Dengan adanya grid ini maka pengguna peta lebih dimudahkan dalam melakukan
perhitungan ukuran dan jarak.
    a. Universal Transverse Mercator Grid. UTM grid / sumbu salib UTM telah di desain
        untuk menutupi kekurangan transverse mercator projection pada bagian bumi antara latitude
        84° N dan latitude 80° S.
          • Globe dibagi menjadi 60 zona (tiap zona memiliki lebar 6 derajat) dengan garis intersect
            awal pada meridian primer dan ekuator dan berlanjut secara sejajar dengan interval yang
            sama. Tiap-tiap grid identik satu dengan yang lain. Grid ini masih tetap menggunakan
            label arah N, S, E atau W atau dapat juga menggunakan nilai negatif pada arah selatan
            ekuator dan arah barat meridian primer.



16                                                Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
Gambar 4-7. UTM grid zone

     b. Universal Polar Stereographic Grid. UPS grid digunakan untuk menggambarkan wilayah
        daerah sekitar kutub.
          • Kekurangan transverse mercator projection di eliminasi dengan menambahkan “false
            value” pada garis dasar, hal ini menghasilkan nilai positif untuk tiap point pada tiap-tiap
            zona. Jarak selalu di ukur ke arah KANAN dan ke arah ATAS (timur dan utara pada
            peta), dan nilai yang dihasilkan disebut "false easting / kesalahan timur" dan "false
            northing / kesalahan utara ". Nilai false easting untuk tiap pusat meridian adalah 500.000
            meter, dan nilai false northing untuk ekuator adalah 0 meter saat di ukur dari hemisphere
            bagian utara dan 10.000.000 meter saat di ukur dari hemisphere bagian selatan.




                                False easting dan northing pada UPS grid.




17                                                  Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
Gambar 4-9. Grid zone pada UPS grid
        • North Polar Area. Titik awal UPS grid yang digunakan pada daerah sekitar kutub utara
          adalah kutub utara. Garis dasar "utara-selatan" adalah garis yang terbentuk dari 0 derajat
          dan 180 derajat meridian, dan garis dasar "timur-barat" adalah garis yang terbentuk dari
          dua buah garis meridian 90 derajat.
        • South Polar Area. Titik awal UPS grid yang digunakan pada daerah sekitar kutub
          selatan adalah kutub selatan. Garis dasarnya sama dengan north polar area.




                       Gambar 4-10. Coordinate scale / Protraktor GTA 5-2-12

4-4. MENENTUKAN TITIK/POINT MENGGUNAKAN KOORDINAT GRID
Berdasarkan prinsip militer dalam membaca peta (KANAN dan ATAS), suatu lokasi dalam peta
dapat ditentukan dengan koordinat grid. Jumlah digit yang dihasilkan akan berpengaruh pada hasil
pencarian suatu point. Semakin banyak digit yang dihasilkan maka point akan semakin presisi,
karna semakin sedikit digit yang dihasilkan maka semakin luas daerah yang dilingkupi. Hal ini
sangat berguna saat kita harus menentukan suatu lokasi dengan tingkat ketepatan tinggi, seperti

18                                               Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
misalnya, titik penjemputan SAR dimana terdapat korban yang harus segera ditangani, titik
penerjunan yang dekat dengan lokasi daerah musuh, titik pemboman yang dekat daerah kawan, dll.
   a. Tanpa coordinate scale / protraktor. Menentukan grid tanpa protraktor / coordinate scale
       berdasarkan pada nomor garis grid utara-selatan yang ada pada tepi bawah peta. Pertama,
       baca garis grid utara-selatan ke arah kanan menuju point yang di cari, kedua, baca garis grid
       timur-barat ke arah atas menuju point yang di cari. Contoh : Kota Jepara pada peta
       TELUKBETUNG skala 1:250.000 series T503 sheet SB 48-7 EDITION-1 AMS cetakan
       tahun 1954 yang dibaca K2425




                                                                                      2




                            1
                            Gambar 4-11. Menentukan grid tanpa protraktor.

     b. Dengan Coordinate Scale. Dalam hal penggunaan coordinate scale / protraktor untuk
        menentukan grid koordinat, kita harus memastikan skala yang digunakan pada protraktor
        adalah skala yang sesuai dengan yang digunakan pada peta. Untuk menggunakan protraktor
        letakkan point nol-nol / zero-zero point pada sudut kiri bawah kotak grid dan jadikan garis
        horizontal skala mengarah ke atas dari garis grid timur-barat lalu geser ke arah kanan hingga
        garis vertikal skala menyentuh point koordinat yang di butuhkan.
        Contoh: Kota Pantanpukuh pada peta MEULABOH skala 1:250.000 series T503 sheet NB
        47-13 EDITION-1 AMS cetakan tahun 1954 yang dibaca LE263148




19                                                 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
480
                                630




                      Gambar 4-12. Menentukan grid menggunakan protraktor
     Pertama-tama letakkan protraktor sejajar dengan garis grid / grid line. Lalu baca ke arah
     kanan, maka kita akan melihat bahwa titik 630 berada tepat pada garis grid LE 2 dimana
     artinya dapat kita baca 263 , selanjutnya baca ke arah atas, kita lihat titik 480 pada protraktor
     berada tepat pada area 1 di titik yang dicari, yang artinya dapat dibaca 148. Langkah
     terakhir, gabungkan hasil koordinat : LE263148




                                   Gambar 4-13. Zero-zero point
       Catatan: Dalam menentukan koordinat grid, selalu perhatikan arah membaca
                grid, kode zona area, jarak point dengan grid line. Untuk point yang
                memiliki jumlah digit lebih dari empat, maka digit harus diberikan
                berurutan (latitude - longitude)



20                                               Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
Terdapat dua sisi pada coordinate scale 1:50.000: vertikal dan horizontal. Sisi ini memiliki panjang
1.000 meter. Titik dimana kedua sisi bersinggungan adalah titik nol-nol / zero-zero point. Tiap-tiap
sisi dibagi menjadi 10 bagian dimana setiap bagian mewakili jarak 100 meter yang ditandai dengan
nomor dan garis, dan tiap-tiap segmen 100 meter dibagi menjadi 2 bagian yang mewakili 50 meter
yang di tandai dengan garis pendek (gambar 4-18). Dengan menggunakan interpolasi, maka setiap
bagian 50 meter dibagi menjadi lima bagian yang tiap-tiap bagiannya mewakili jarak 10 meter.




                               Gambar 4-14. 1:50.000 coordinating scale.

Koordinat grid menggunakan metode penulisan yang bersambung tanpa spasi, tanda garis, tanda
kurung, atau titik desimal. Oleh karena itu, saat harus menuliskan atau melaporkan koordinat
menggunakan metode koordinat ini kita harus mengetahui dimana harus meletakkan pemisah yang
tepat antara pembacaan KANAN dan ATAS. Sekali lagi, latihan harus dimaksimalkan, karna
kesalahan penulisan koordinat dapat menyebabkan kesalahan baca yang dapat membahayakan.

4-5. GRID REFERENCE BOX
Grid reference box (gambar 4-19) merupakan salah satu informasi marginal yang ada pada tiap-tiap
sheet peta yang berisi langkah-langkah instruksi untuk menyatakan grid koordinat. Grid reference
box dibagi menjadi dua bagian :




                                   Gambar 4-15. Grid reference box


21                                                 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
a. Bagian sebelah kiri menampilkan diagram yang membagi zona ke dalam kotak area seluas
        100.000 - 500.000 meter dan menerangkan identifikasi grid zone designation.
     b. Bagian sebelah kanan menjelaskan panduan untuk memberikan koordinat pada suatu point.

4-6. SISTEM KOORDINAT LAIN
Selain sistem koordinat geographis dan sistem koordinat grid militer, ada sistem koordinat lain :
    a. British Grid. Di beberapa area british grid masih digunakan pada peta militer.
    b. World Geographic Reference System (GEOREF). Sistem ini biasanya digunakan oleh
        angkatan udara.



                                              BAB 5

                                    SKALA DAN JARAK
Sebuah peta wajib menggunakan skala untuk merepresentasikan graphis dari bagian permukaan
bumi. Dengan adanya skala maka kita sebagai pengguna peta dapat mengkonversikan jarak yang
ada di peta menjadi jarak sesungguhnya di darat. Kemampuan untuk menentukan jarak pada peta
harus seimbang dengan kemampuan menentukan jarak di permukaan bumi, karna hal ini merupakan
faktor penting yang akan mempengaruhi perencanaan dan pelaksanaan suatu operasi atau ekspedisi.

5-1. PECAHAN REPRESENTATIF
Skala numerikal sebuah peta mengindikasikan hubungan jarak yang diukur pada peta dengan jarak
yang sesuai pada permukaan bumi. Skala ini biasanya ditulis dalam bentuk pecahan dan biasa
disebut pecahan representatif. Pecahan representatif atau RF ini selalu ditulis dengan jarak di peta
sebagai 1 dan tidak terikat dengan satuan ukur apa pun (nilai satu pada skala dapat kita jadikan
dalam format meter, yard, inchi, dll). Dan pecahan 1/50.000 atau 1:50.000 memiliki arti bahawa
satu unit ukur dalam peta sama dengan 50.000 unit ukur di permukaan bumi.
Jarak antara dua point di permukaan bumi ditentukan dengan mengukur dua point yang sama pada
peta dan mengalikan hasil pengukuran pada peta dengan denominator pecahan representatif.
Contoh:
Diketahui skala peta 1:50.000
Pecahan representatif atau RF = 1/50.000
Jarak dari point A ke point B pada peta adalah 5 unit.
5 x 50.000 = 250.000 unit pada jarak permukaan bumi.




                              Gambar 5-1. Contoh pengkonversian skala.




22                                                Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
Sejak jarak pada kebanyakan peta di tandai dalam meter dan pecahan representatif (RF) dalam
banyak kasus dinyatakan dalam unit ukur ini, maka dalam sistem metrik, unit ukur standar yang di
gunakan adalah meter.
            1 meter sama dengan 100 centimeter (cm).
            1,000 meter sama dengan 1 kilometer (km).
            10 kilometer sama dengan 10,000 meter
Terkadang timbul kendala saat sebuah peta atau sketsa tidak memiliki skala atau pecahan
representatif (RF). Untuk dapat menentukan jarak permukaan dalam sebuah peta, skala harus di
tentukan.
Ada dua metode untuk menentukannya :
1. Melakukan perbandingan dengan jarak permukaan bumi
Ukur jarak antar dua point pada peta (map distance atau MD).
Cari dan tentukan jarak horizontal antar dua point yang sama pada permukaan bumi (ground
distance atau GD).
Gunakan formula pecahan representatif (RF formula) dan ingat bahwa skala atau pecahan
representatif tidak terikat unit ukur.

                             1                Jarak pada peta / MD
               Skala / RF = —— =         ———————————————
                             X           Jarak pada permukaan bumi /GD

Jarak pada peta dan jarak pada permukaan bumi harus menggunakan satu unit ukur yang sama.
           Contoh:
           Jarak pada peta / MD = 4, 32 centimeter
           Jarak pada permukaan bumi / GD = 2. 16 kilometer = 216.000 centimeter

                                      1                         4, 32
                  RF       =         ——           =             ——
                                      X                        216.000
                                             atau
                           216.000
                            ——                   =              50.000
                            4, 32
                                             hasil
                                   1
                RF     =         ——              atau            1:50.000
                                50,000

2. Melakukan perbandingan dengan peta dengan area sama lain yang memiliki skala
Ukur jarak antar dua point pada peta yang tidak memiliki skala.(map distance atau MD).
Cari dan tentukan jarak horizontal antar dua point yang sama pada peta yang memiliki skala
(ground distance atau GD).
Lakukan perbandingan antar dua peta, gunakan MD dan GD untuk mencari skala.
                                                          1                MD
                         Skala / RF              =      ——         =       ——
                                                          X                GD
Terkadang kita harus menentukan jarak peta dari jarak permukaan bumi yang di ketahui dengan
skala / RF.
                                                   Jarak pada permukaan bumi / GD
             Jarak pada peta / MD        = ——————————————————
                                                   Denominator atau skala / RF


23                                              Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
Contoh :
           Jarak pada permukaan bumi = 2.200 meter
           Skala / RF = 1:50.000

                                               2.200 meter
                               MD =          ————————
                                                  50.000

           MD = 0. 044 meter x 100 (centimeter per meter)
           MD = 4. 4 centimeter

Sebuah skala peta akan berpengaruh besar terhadap hasil pengukuran saat kita mencari jarak
permukaan bumi dari sebuah peta. Saat nilai denominator skala semakin kecil maka tingkat akurasi
pengukuran akan semakin meningkat. Sebagai contoh, peta dengan skala 1:250.000 tentu tidak akan
lebih akurat dari peta 1:50.000, karna ruang yang di cakup peta skala 1:250.000 lebih luas maka
detail fitur akan sedikit di kurangi.

5-2. SKALA GRAPHIS / SKALA BALOK
Skala graphis atau skala balok / bar scale merupakan sebuah penggaris yang di cetak pada peta dan
digunakan untuk mengkonversikan jarak pada peta ke jarak sesungguhnya pada permukaan bumi.
Skala ini dibagi menjadi dua bagian, skala primer dan skala tambahan. Skala primer berada pada
bagian sebelah kanan dari nol skala di tandai dengan unit ukur penuh. Dan skala tambahan berada
pada bagian sebelah kiri dari nol. Kebanyakan peta memiliki tiga atau lebih skala graphis yang
masing-masing menggunakan unit ukur yang berbeda-beda.




                         Gambar 5-2. Skala graphis atau skala balok / bar scale




Berikut contoh langkah-langkah untuk menentukan jarak dari garis lurus antar dua point pada peta,
letakkan tepi kertas yang lurus pada tiap-tiap point pada peta. Buat garis tanda pada tepi kertas di
tiap point (gambar 5-3)


24                                                  Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
Gambar 5-3. penandaan point menggunakan kertas

Untuk mengkonversikan jarak pada peta ke jarak sesungguhnya pada permukaan bumi, pindahkan
kertas ke skala balok, dan luruskan tanda sebelah kanan (point B) dengan skala primer dan tanda
sebelah kiri (point A) berada pada skala tambahan (gambar 5-4).




                                        25 Km


                                            Gambar 5-4

Tanda sebelah kanan (point B) sejajar dengan tanda 25 kilometer atau 25.000 meter pada skala
primer, artinya jarak antar point berkisar 25 kilometer atau 25.000 meter. Untuk mengukur jarak
sesungguhnya, ukur jarak pada skala tambahan dimulai dari nol ke arah kiri (gambar 5-5) dan
jumlahkan dengan jarak skala primer.




                                            Gambar 5-5

Maka hasil yang di dapat adalah 3,75 + 25 = 28,75 Km atau 28.750 meter
Jarak dari point A ke point B                = 28.750 meter
Untuk mengukur jarak pada jalan, sungai atau garis yang berliku menggunakan tepi kertas lurus,
maka tepi kertas harus mengikuti alur liku dan berikan tanda pada setiap tikungan alur.



25                                               Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
Gambar 5-6. Penandaan pada tepi kertas mengikuti alur
Selanjutnya untuk mengkonversikan jarak pada peta ke jarak sesungguhnya pada permukaan bumi,
pindahkan kertas ke skala balok, dan luruskan tanda sebelah kanan (point A) dengan skala primer
dan tanda sebelah kiri (point B) berada pada skala tambahan (gambar 5-7).




                                            Gambar 5-7
Untuk mengetahui jarak, lakukan perhitungan seperti langkah sebelumnya.

Mungkin akan ada saat dimana jarak yang kita ukur melebihi panjang yang ada pada skala graphis.
Dalam kasus ini ada bermacam-macam cara untuk mengatasinya.
      1. Tehnik yang pertama adalah dengan meluruskan tanda sebelah kiri dengan ujung skala
          primer, dan mengukur kelebihan jarak dengan skala tambahan.
          Contoh : Gambar 5-8 dimana point a dengan point b memiliki kelebihan ukuran jarak
          dengan skala graphis. Pertama letakkan tanda point b dengan ujung skala primer (titik 30
          kilometer), kedua beri tanda pada ujung skala tambahan (titik 5 kilometer) dengan tanda
          point c, maka otomatis kita telah mengetahui bahwa dari titik c ke titik b adalah 35 Km.




26                                                Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
Gambar 5-8

           Selanjutnya ukur jarak antara titik a dengan titik c (gambar 5-9) dimana didapat jarak
           antara titik a dengan titik c adalah 2,35 Km




                                            Gambar 5-9
           Jumlahkan jarak b-c dengan jarak a-c
           Jarak seluruhnya = jarak b-c + jarak a-c
                             = 35 Km + 2,35 Km
                             = 37,35 Km atau 37.350 meter

       2. Tehnik lain yang digunakan adalah dengan mengeser kertas secara beraturan ke arah
          kanan hingga tanda point a berada pada skala tambahan.

Mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk menempuh suatu jarak merupakan salah satu faktor
penting. Hal ini dapat ditentukan jika kita memiliki sebuah peta dan skala graphis waktu-jarak di
buat untuk digunakan dengan peta.

D = Jarak                                                     Jarak / D
R = Kecepatan                             Waktu / T =       ——————
T = Waktu                                                   Kecepatan / R
Sebagai contoh, jika sebuah tim ekspedisi berjalan dengan kecepatan rata-rata 4 kilometer per jam,
maka di butuhkan waktu sekitar 3 jam untuk menempuh jarak 12 kilometer.

              12 (D)
              ———                     =                       3 (T)
              4 (R)



5-3. METODE LAIN UNTUK MENGUKUR JARAK
Akan ada saat dimana kita tidak dapat mengukur jarak dengan akurat saat kita harus menghadapi
medan yang menanjak atau menurun. Terkadang sering terjadi kesalahan fatal saat mengukur jarak
pada area perbukitan atau pegunungan. Oleh karna itu, mempelajari tehnik untuk mengenal
langkah, mengukur dan memperkirakan jarak berdasarkan langkah merupakan hal yang cukup
penting.
       a. Penghitungan Langkah. Tehnik ini tentu saja tidak dapat dijadikan patokan dalam
          mengukur jarak untuk dipakai bersama-sama, karna langkah tiap orang pasti berbeda-
          beda tergantung postur tubuh, panjang langkah kaki, dan kecepatan langkah. Contohnya,

27                                                Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
meskipun ada yang menyatakan rata-rata kita dapat menempuh jarak 4 kilometer dalam
        satu jam pada daerah rata, namun ada juga yang sanggup menempuh jarak 5 kilometer
        per jam berjalan menanjak di daerah pegunungan. Itu artinya, tiap-tiap individu harus
        mempelajari langkah kakinya sendiri. Latihan dapat dimulai dengan mengukur jarak
        langkah kaki, selanjutnya mengetahui berapa banyak langkah yang dibutuhkan untuk
        mencapai jarak tertentu. Tentu saja tiap-tiap medan memiliki karakteristik yang berbeda,
        medan rata tentu tidak sama dengan medan yang menanjak atau menurun. Ingat, jangan
        sekali-kali mencoba mengaplikasikan penghitungan langkah daerah rata pada daerah
        menanjak atau menurun. Kita dapat menggunakan berbagai metode untuk menghitung
        jumlah langkah, kita dapat mengantungi sebutir batu krikil setiap kita telah melangkah
        sejauh 100 meter, menggunakan step counter atau pedometer elektrik, atau metode
        lainnya.




                       Gambar 5-9. Bermacam metode menghitung langkah
        Beberapa faktor yang ikut mempengaruhi dalam penghitungan langkah adalah :
        1. Kemiringan tanah. Jumlah langkah yang dibutuhkan untuk menuruni bukit
           biasanya lebih sedikit daripada jumlah langkah untuk mendaki bukit.
        2. Angin. Berjalan melawan arah angin tentu akan sedikit menghambat langkah,
           sedang berjalan searah angin akan mempercepat langkah.
        3. Permukaan. Berjalan di atas tanah tentu akan berbeda dengan berjalan diatas
           bebatuan, lumpur, rawa atau salju.
        4. Elemen. Hujan, air, semak belukar, dsb sering menjadi penghambat langkah.
        5. Jarak pandang. Kabut terkadang menjadi penghambat saat berjalan di daerah
           pegunungan
        6. Pakaian. Pakaian, jenis sepatu terkadang berpengaruh terhadap traksi langkah.

     b. Odometer. Jika kita menggunakan kendaraan tentu kita dapat menggunakan odometer
        untuk mengukur jarak.
     c. Subtense. Metode trigonometri ini biasanya digunakan oleh militer untuk mengukur
        jarak tembak suatu target. Prinsipnya hampir sama dengan yang digunakan pada pasukan
        artilleri, yaitu dengan menggunakan teropong tembak yang memiliki lingkaran bidik
        dimana prinsip dasarnya adalah semakin jauh suatu target maka akan tampak semakin
        kecil.
     d. Perkiraan. Mungkin ada saat dimana kita harus memperkirakan jarak dikarenakan
        situasi taktikal. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk memperkirakan jarak.
        1. Unit ukur 100-Meter. Untuk dapat menggunakan metode ini kita harus dapat
             membayangkan / memvisualisasikan jarak 100 meter di tanah. Untuk jarak lebih dari
             500 meter, kita harus menentukan panjang jarak dari 0 meter ke 100 meter kemudian
             melipat gandakannya secara berulang-ulang hingga mencapai titik akhir antara dua
             objek yang diukur. Dibutuhkan latihan untuk melakukan hal ini.
        2. Flash-To-Bang. Metode ini biasanya digunakan pihak militer saat dalam medan
             pertempuran. Prinsip dasarnya adalah dengan membandingkan kecepatan suara
             dengan kecepatan cahaya. Caranya adalah dengan mengukur interval waktu yang
             dibutuhkan untuk mendengarkan suara tembakan dari sebuah cahaya tembakan

28                                            Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
musuh. Kita dapat menggunakan stopwatch atau tehnik penghitungan tetap, dan
               kalikan dengan 330 meter jumlah detik yang didapat (ada beberapa senjata yang
               dapat mencapai jarak 350 meter setiap detiknya).

Metode yang digunakan pada cara diatas membutuhkan keahlian, dan keahlian hanya bisa di dapat
dari latihan yang konstan. Dari bermacam-macam metode diatas, kita dapat memilih salah satu yang
menurut kita paling tepat untuk menentukan jarak.



                                              BAB 6

                                              ARAH
Berada pada tempat yang tepat pada waktu yang tepat merupakan hal yang penting. Arah
mengambil peranan penting dalam keseharian, begitu juga bagi para pendaki gunung, penjelajah
rimba, penyusur rawa dan sungai.

6-1. METODE UNTUK MENYATAKAN ARAH
Para personel militer, pendaki gunung, penjelajah rimba, dsb memerlukan cara untuk menyatakan
arah yang akurat dan dapat digunakan secara bersama-sama di setiap bagian permukaan bumi ini.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam menyatakan suatu point atau arah, yaitu:
       a. Derajat. Unit ukur yang sering dan banyak di gunakan adalah derajat (°) yang
          memiliki subdivisi menit (‘) dan detik (").
          1 derajat = 60 menit.
          1 menit      = 60 detik.
       b. Mil. Merupakan unit ukur khusus militer (disingkat=mil) yang sering digunakan oleh
          pasukan artilleri, tank dan meriam mortir. Mil membagi lingkaran menjadi 6.400 sudut
          dengan vertex pada pusat lingkaran. Ukuran ini dapat menggunakan dua metode ukur
          sekaligus. Lingkaran yang memiliki nilai 6.400 mil dibagi 360 derajat, atau 17,78 mil
          per derajat.
       c. Grad. Merupakan unit ukur yang terkadang di temukan pada peta asing. Terdapat 400
          grad dalam sebuah lingkaran (sebuah sudut 90 derajat sama dengan 100 grad). Tiap-tiap
          grad dibagi menjadi 100 menit centesimal (centigrad) dan menit dibagi menjadi 100
          detik centesimal (miligrad).

6-2. GARIS DASAR ARAH
Untuk melakukan pengukuran dan untuk menyatakan arah menjadi unit ukur, dibutuhkan suatu titik
awal dan point referensi. Terdapat tiga buah garis dasar, yaitu : true north, magnetik north, dan grid
north. Dan yang sering digunakan adalah magnetik dan grid.

6-3. AZIMUTH
Azimuth adalah sudut horizontal yang diukur searah jarum jam dari garis dasar utara. Garis dasar
utara ini dapat di ambil dari true north, magnetic north atau grid north. Azimuth merupakan metode
yang sering digunakan untuk menyatakan arah.
    a. Back Azimuth. Back azimuth adalah arah kebalikan / lawan arah dari azimuth. Untuk
        mendapat hasil back azimuth dari azimuth, tambahkan 180 derajat pada azimuth yang
        memiliki sudut kurang dari 180 derajat. Sedang untuk azimuth yang memiliki sudut lebih
        besar dari 180 derajat harus di kurangi dengan 180 derajat. Back azimuth untuk sudut tepat
        180 derajat dapat di beri nilai 0 derajat atau 360 derajat.



29                                                 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
PERINGATAN
                 Saat mengkonversikan azimuth ke back azimuth, selalu
                 perhatikan saat menambahkan atau menguranginya dengan
                 180 derajat. Kesalahan kecil dapat menyebabkan malapetaka.

     b. Magnetic Azimuth. Magnetic azimuth merupakan hasil pengukuran yang di dapat dari
        menggunakan instrument magnetik, seperti kompas lensatik, kompas M2 dsb.


6-4. PROTRAKTOR
Protraktor memiliki banyak tipe, lingkaran, setengah lingkaran, kotak dan segi empat. Semua jenis
protraktor itu membagi lingkaran ke dalam unit ukur tertentu dan masing-masing memiliki titik
pusat dan sudut ukur di bagian tepi luarnya.
Protraktor militer, GTA 5-2-12, memiliki dua buah sudut ukur: satu dalam derajat dan yang lain
dalam mil (gambar 4-14). Protraktor ini menampilkan lingkaran azimuth. Sudut yang ada pada
protraktor di mulai dari 0 sampai 360 derajat, dan tiap garis yang ada mewakili satu derajat. Garis
yang membujur dari 0 ke 180 derajat di sebut garis dasar / base line protraktor. Dan titik pusat
protraktor berada pada garis singgung yang dihasilkan dari pertemuan garis dasar protraktor dengan
garis yang dimulai dari 90 ke 270 derajat. Saat menggunakan protraktor, garis dasar protraktor
harus selalu sejajar dengan garis grid utara-selatan. Artinya titik 0 atau 360 derajat harus selalu
menghadap arah utara dan sudut 90 derajat berada pada sisi kanan.

     Menentukan grid azimuth.
     1. Tarik garis yang menghubungkan dua buah point (A dan B).
     2. Letakkan titik pusat protraktor pada point awal dan sejajarkan garis 0 - 180 derajat dengan
        garis grid vertikal.
     3. Baca nilai sudut yang di dapat pada sudut ukur, maka hasil yang di dapat adalah grid
        azimuth dari point A ke point B.




                                 Gambar 6-1. Menentukan grid azimuth

     Untuk mendapatkan hasil yang akurat dengan menggunakan protraktor selalu pastikan untuk
     memeriksa apakah garis dasar / base line protraktor sudah sejajar garis grid utara-selatan.




30                                                 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
6-5. DEKLINASI
Deklinasi adalah sudut yang menjelaskan perbedaan antara sudut utara magnetik dengan sudut utara
sebenarnya / true north.
    a. Lokasi. Diagram deklinasi merupakan bagian dari informasi marginal. Pada peta skala besar
       informasi ini berada pada tepi bawah, dan pada peta skala menengah informasi ini berbentuk
       catatan pada bagian tengah tepi bawah peta.
    b. Grid-Magnetic Angle. Nilai G-M angle merupakan ukuran sudut yang berada diantara grid
       utara dan magnetik utara. G-M angle ini merupakan hal yang sangat penting bagi pembaca
       peta / navigator. G-M angle ini digunakan untuk menaksirkan nilai azimuth yang dihasilkan
       dari magnetik azimuth kompas ke grid azimuth pada peta, sehingga kesalahan arah dapat di
       hindarkan.




                           Gambar 6-2. West G-M angle dan East G-M angle

     c. Pemusatan Grid. Sebuah busur yang terdiri dari garis putus-putus yang berpusat pada true
        north dan grid north.
     d. Konversi. Terdapat sudut yang membedakan grid north dan magnetic north. Selama arah
        magnetic north tidak sesuai dengan garis grid north pada peta maka konversi dari magnetic
        ke grid atau sebaliknya di butuhkan
     e. Pengaplikasian. Ingat, tidak ada nilai negatif azimuth pada lingkaran azimuth. Nilai 0
        derajat sama dengan 360 derajat, maka 2 derajat sama dengan 362 derajat. Karna nilai 2
        derajat berada pada titik yang sama pada titik 362 point.
          Catatan: Saat mengkonversikan magnetik azimuth ke grid azimuth. Perhatikan
                     saat menambahkan atau menguranginya dengan G-M angle.
                     Kesalahan kecil satu derajat dapat memberikan perbedaan yang
                     signifikan di lapangan.




                                      Gambar 6-3. G-M Angle



6-6. RESECTION
Prinsip dasar resection adalah untuk menentukan posisi kita di peta dengan menggunakan dua atau
lebih tanda medan yang di kenali. Untuk dapat melakukan tekhnik resection kita harus berada di
tempat terbuka agar dapat membidik tanda medan. Dalam artian tidak ada penghalang antara tanda
medan dengan diri kita, seperti pepohonan, dsb.



31                                               Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
Tehnik resection menggunakan peta dan kompas
      1. a. Lakukan orientasi peta dan medan, cari tanda medan yang mudah di kenali, misal
          puncak bukit, menara, dsb.




                                   Contoh 1a. Orientasi medan

          b.Tandai lokasi tanda medan yang sudah dikenali pada peta.




                                 Contoh 1b. Tandai tanda medan
                                   Menara diberi tanda TM 1
      2. Bidik tanda medan menggunakan kompass, dan ubah Magnetic Azimuth ke Grid
         Azimuth.




                                  Contoh 2. bidik tanda medan,


32                                              Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
3. Ubah hasil sudut bidik Grid Azimuth ke Back Azimuth dan tarik garis dari tanda medan
        pada peta dengan sudut Back Azimuth.




                        Contoh 3. Merubah grid azimuth ke back azimuth
                        Menara           = 29 derajat magnetik
                        G-M angle        = 21 derajat
                        Grid Azimuth     = 29 + 21       = 50 derajat
                        Back Azimuth     = 50 + 180      = 230 derajat

     4. a. Cari titik kedua tanda medan yang dikenali.




                                  Contoh 4.a Cari titik kedua
        b. Tandai lagi lokasi tanda medan yang sudah dikenali pada peta.




                                Contoh 4b. Tandai tanda medan
                                 Jembatan diberi tanda TM 2


33                                             Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
5. Bidik tanda medan menggunakan kompas, dan ubah Magnetic Azimuth ke Grid
        Azimuth.




                                  Contoh 5. bidik tanda medan
     6. Ubah hasil sudut bidik Grid Azimuth ke Back Azimuth dan tarik garis dari tanda medan
        pada peta dengan sudut Back Azimuth.




                         Contoh 6. Merubah grid azimuth ke back azimuth
                         Jembatan         = 151 derajat magnetik
                         G-M angle        = 21 derajat
                         Grid Azimuth     = 151 + 21      = 172 derajat
                         Back Azimuth     = 172 + 180     = 352 derajat
     7. Titik perpotongan kedua garis adalah lokasi kita.




                                    Contoh 7. Hasil pencarian


34                                              Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
8. Periksa hasil pencarian dengan membidik tanda medan lain.




                                 Contoh 8. Pemeriksaan hasil pencarian

6-7. INTERSECTION
Intersection adalah tehnik menentukan suatu point pada peta menggunakan dua atau lebih titik bidik
yang diketahui. Tehnik ini biasanya dilakukan untuk mengetahui jarak suatu lokasi atau mengetahui
point yang tidak dapat diakses seperti target area musuh, area berbahaya, dll.
Tehnik intersection menggunakan peta dan kompas
    1. lakukan orientasi peta menggunakan kompas.
    2. Ketahui lokasi kita pada peta




     3. Bidik point yang ingin diketahui menggunakan kompas
     4. Konversikan magnetik azimuth ke grid azimuth
     5. Tarik garis dari posisi kita pada peta dengan sudut grid azimuth




        5. Pindah ke lokasi / point lain dan ulangi langkah 1, 2, 3, 4 dan 5

35                                                 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
6. Titik di mana dua garis bidik bersinggungan adalah posisi obyek yang dicari.
          Selanjutnya kita dapat menentukan grid koordinatnya.




6-8. MODIFIED RESECTION
Modified resection adalah suatu metode menentukan posisi pada peta ketika kita berada pada fitur
linear di darat seperti jalan raya, kanal, atau sungai. Berikut langkah-langkahnya:
        a. Lakukan orientasi peta dan medan.
        b. Tandai lagi lokasi tanda medan yang sudah dikenali pada peta.
        c. Bidik tanda medan yang dikenali menggunakan kompas.
        d. Ubah Magnetic Azimuth ke Grid Azimuth.
        e. Ubah Grid Azimuth.ke Back Azimuth.
        f. Menggunakan protraktor, tarik garis back azimuth pada peta dari point yang kita kenali.
        g. Titik perpotongan antara garis back azimuth dengan garis linear adalah lokasi kita.

6-9. POLAR COORDINATES
Metode untuk mengetahui lokasi atau memplotting posisi yang tidak di ketahui dari posisi yang di
ketahui dengan memberikan suatu arah dan jarak sepanjang garis arah di sebut polar koordinat.
Untuk melakukan hal ini, beberapa elemen berikut harus ada :
    • Lokasi yang diketahui pada peta.
    • Azimuth (grid atau magnetik).
    • Jarak (meter).
Menggunakan laser range finder untuk menentukan jarak dapat meningkatkan keakurasian hasil
pencarian posisi yang tidak diketahui.


                                             BAB 7

                                          KOMPAS
Kompas merupakan salah satu peralatan navigasi utama untuk di gunakan bersamaan dengan peta.
Sebuah peta tidak akan memiliki nilai lebih jika tidak ada kompas. Dengan adanya kompas kita
dapat mengetahui arah gerakan, azimuth magnetik suatu point dll.

7-1. JENIS KOMPAS
Terdapat bermacam-macam jenis kompas, kompas lensatik merupakan jenis kompas yang simpel
dan sering kita temui. Kompas artilleri M2 merupakan jenis kompas yang di desain untuk
ketepatan dan akurasi. Kompas saku merupakan jenis kompas yang kecil dan dapat kita letakkan
pada jam tangan, binokular, dsb.


36                                               Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
Gambar 7-1. Contoh jenis kompas

7-2. KOMPAS LENSATIK
Kompas lensatik (gambar 7-2) terdiri dari 3 bagian : cover, base dan lensa.




                                    Gambar 7-2. Kompas Lensatik
           a. Cover atau penutup kompas berguna untuk melindungi jarum magnetik dan piringan
              azimuth saat tidak digunakan. Di bagian tengahnya terdapat kawat bidik untuk
              membidik point atau titik.
           b. Base atau tubuh kompas memiliki bagian sebagai berikut:
              - Cakra angka atau piringan azimuth / floating dial bertumpu pada suatu poros,
                sehingga dapat berputar bebas saat berotasi.
              - Pelindung piringan azimuth adalah kaca atau plastik bening yang memiliki garis
                indek tetap berwana hitam.
              - Cincin gerigi pada saat diputar akan berbunyi klik, dan tiap klik menandakan rotasi
                sebanyak 3°, total ada 120 klik dalam satu lingkaran penuh.
           c. Lensa digunakan untuk membaca azimuth dan memiliki celah bidik yang digunakan
              bersamaan dengan kawat bidik pada cover. Celah bidik ini juga digunakan untuk
              mengunci piringan azimuth agar tidak bergerak saat ditutup. Celah bidik harus
              dibuka lebih dari 45° agar piringan azimuth bergerak bebas.

          Catatan: Beberapa kompas saat dibuka memiliki barisan garis yang setara
                   dengan protraktor skala 1:50.000.



37                                                Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
7-3. PENANGANAN DAN PERLAKUAN KOMPAS
Kompas merupakan instrumen yang mudah rusak dan harus di rawat dengan kehati-hatian.
    a. Pemeriksaan. Pemeriksaan mendetail wajib dilakukan saat pertama kali menggunakan
       kompas. Hal yang wajib di periksa adalah piringan azimuth yang memiliki jarum magnetik.
       Kawat bidik juga harus selalu lurus, bagian kaca dan kristal tidak rusak, nomor pada
       piringan dapat terbaca dengan baik, dan yang paling penting adalah piringan dapat berputar
       dengan bebas.
    b. Efek Logam dan Medan Listrik. Benda logam dan sumber listrik dapat berpengaruh pada
       performa kompas.
    c. Akurasi. Kompas dengan kondisi baik adalah kompas yang akurat. Pemeriksaan secara
       periodik wajib dilakukan. Kompas yang memiliki perbedaan 3° sebaiknya tidak dipakai.
    d. Proteksi. Jika tidak digunakan sebaiknya kompas ditutup sehingga piringan azimuth akan
       terkunci dan mencegah getaran pada piringan. Hal ini juga untuk melindungi bagian kaca
       dan lensa bidik dari goresan.

7-4. TEHNIK MENGGUNAKAN KOMPAS
Tehnik memegang kompas ada dua : centerhold dan compass-to-cheek.
    a. Centerhold. Pertama, buka penutup kompas secara penuh sehingga lurus dengan tubuh
       kompas. Buka juga lensa secara penuh sehingga piringan dapat berputar bebas. Selanjutnya
       letakkan ibu jari pada dudukan ibu jari di kompas, letakkan kedua jari telunjuk di sisi kanan
       dan sisi kiri kompas sehingga posisi kompas stabil. Pastikan kompas berada diantara dagu
       dan pinggang agar mudah dibaca. Untuk mengukur azimuth, putar tubuh pada point objek
       yang akan di bidik selanjutnya baca azimuth pada garis index tetap kompas.
       Keuntungan penggunaan tehnik ini yaitu :
           1       Cepat dan mudah di lakukan.
           2       Dapat digunakan pada setiap kondisi jarak pandang.
           3       Dapat digunakan di medan area mana saja.
           4       Dapat digunakan tanpa harus melepaskan daypack, ransel
           5       Dapat digunakan tanpa harus melepaskan kacamata.




                                   Gambar 7-3. Tehnik Centerhold.
     b. Compass-to-Cheek. Buka penutup kompas / cover dan posisikan pada posisi vertikal,
        selanjutnya posisikan pembidik sedikit ke depan. Bidik point yang di inginkan, lalu baca
        azimuth melalui lensa (gambar 7-4).

         Catatan : Tehnik compass-to-cheek ini merupakan tehnik yang terbaik untuk
                   melakukan pembidikan point dan tehnik ini sering digunakan.




38                                                Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
Gambar 7-4. Tehnik Compass-to-cheek.

7-5. PENYETELAN KOMPAS DAN TEHNIK MENGIKUTI AZIMUTH
Mengikuti azimuth biasanya dilakukan untuk mencapai suatu point dengan arah yang tetap.
Meskipun jenis kompas lensatik berbeda-beda namun prinsip penggunaannya sama.
    1 Dalam keadaan terang, siang hari atau pencahayaan yang cukup :
       • Pegang kompas di telapak tangan
       • Putar hingga di dapat azimuth point yang di inginkan berada tepat pada garis index tetap.
          (sebagai contoh, 320°)




                             Gambar 7-5. Kompas disetel pada 320 derajat.
       •   Putar cincin gerigi hingga garis hijau pada kaca sejajar dengan panah arah utara. Setelah
           garis sejajar didapat maka artinya kompas telah di setel.
       •   Untuk mengikuti azimuth, gunakan tehnik centerhold dan putar tubuh sehingga panah
           arah utara sejajar dengan garis hijau pada kaca. Selanjutnya ikuti arah depan kompas,
           dimana garis index tetap dan kawat bidik berada.

39                                                 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
2. Dalam keadaan pencahayaan yang terbatas atau malam hari, azimuth harus di setel pada
        kompas dengan mendengarkan bunyi klik yang di hasilkan dari memutar cincin gerigi.
        Ingat, terdapat interval 3° pada setiap klik.
        • Putar cincin gerigi hingga garis hijau pada kaca berada diatas garis index tetap
        • Cari azimuth yang di inginkan dan bagi dengan angka 3. Maka hasilnya adalah jumlah
           klik yang harus dibuat.
        • Hitung jumlah klik yang di inginkan. Jika azimuth lebih kecil dari 180° maka cincin
           gerigi harus diputar melawan arah jarum jam.
                Contoh : Jika azimuth yang di inginkan adalah 51° artinya 51° : 3 = 17
                          maka cincin gerigi harus diputar sebanyak 17 klik melawan arah jarum jam
        • Jika azimuth lebih besar dari 180° maka 360° harus dikurangi dengan nilai azimuth lalu
           dibagi tiga dan cincin gerigi harus diputar searah jarum jam.
                Contoh : Jika azimuth yang di inginkan adalah 330°
                          360° - 330° = 30°
                          30° : 3 = 10
                          maka cincin gerigi harus diputar sebanyak 10 klik searah jarum jam
        • Untuk mengikuti azimuth, gunakan tehnik centerhold dan putar tubuh sehingga panah
           arah utara sejajar dengan garis hijau pada kaca. Selanjutnya ikuti arah depan kompas,
           dimana garis index tetap dan slot bidik malam sejajar.
           Catatan : Saat kompas digunakan dalam keadaan gelap, jika memungkinkan sebaiknya
                        azimuth di setel saat cahaya masih tersedia.
                        Beberapa model kompas tidak memiliki bunyi klik saat cincin gerigi di putar.

7-6. MEMBY-PASS RINTANGAN
Saat mengikuti azimuth terkadang kita di hadapi rintangan alam seperti jurang, tebing, danau, dsb.
Mau tidak mau kita harus merubah arah langkah, untuk melakukannya kita harus bergerak dengan
tepat agar arah azimuth tidak berubah.
        Sebagai contoh, saat kita bergerak dengan azimuth 90° dan menghadapi rintangan, maka
        rubah arah menjadi 180° dan bergerak sejauh 100 meter, selanjutnya rubah arah ke 90° dan
        bergerak sejauh 150 meter lalu rubah arah menjadi 360° dan bergerak 100 meter lalu rubah
        arah 90° kembali pada garis arah azimuth awal.




                               Gambar 7-6. Contoh memby-pass rintangan

        Tehnik yang sama juga dilakukan pada saat memby-pass rintangan pada malam hari. Namun
        dengan memperhatikan garis hijau dan arah jarum magnetik yang dapat bercahaya pada
        malam hari.


40                                                Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
7-7. OFFSET
Offset yang disengaja merupakan penyimpangan magnetik ke arah kanan atau kiri azimuth yang
direncanakan. Kita dapat menggunakannya saat tujuan berada sepanjang fitur linear seperti jalan,
kanal atau sungai. Tehnik ini berguna untuk antisipasi dikarenakan kesalahan kompas atau peta,
maka kita tidak tahu apakah tujuan berada pada sebelah kanan atau kiri azimuth. Dalam satu derajat
offset akan didapat perbedaan jarak 18 meter setiap menempuh jarak 1.000 meter. Offset sebanyak
10 derajat merupakan nilai yang cukup memadai untuk kebanyakan penggunaan taktikal.
Sebagai contoh : Suatu obyek memiliki jarak 1.000 meter dengan azimuth 90°, dan offsetnya adalah
10° ke arah kiri azimuth. Maka setelah kita mencapai jarak 1.000 meter, obyek sebenarnya akan
berada diantara jarak 180 meter dari azimuth.




                                     Gambar 7-7. Tehnik offset




                                       LAMPIRAN A

              TEHNIK LAIN MENENTUKAN ARAH MATA ANGIN
Saat kompas tidak tersedia, tehnik yang berbeda harus digunakan untuk menentukan arah.

A-1. METODE BAYANGAN
Metode ini merupakan metode yang mudah dilakukan. Dengan menggunakan empat langkah
berdasarkan bayangan dari sinar matahari.
Langkah pertama. Letakkan tongkat atau ranting secara tegak pada area yang dapat terpapar sinar
matahari, sehingga kita mendapatkan bayangan dari tongkat atau ranting. Tandai ujung bayangan
tongkat atau ranting.
Langkah kedua. Tunggu 10 – 15 menit hingga ujung bayangan bergerak beberapa centimeter, lalu
tandai posisi baru ujung bayangan tongkat atau ranting.
Langkah ketiga. Tarik garis lurus antara tanda ujung bayangan pertam dengan ujung bayangan
kedua.
Langkah keempat. Berdiri tegak dengan tanda pertama di sebelah kiri dan tanda kedua di sebelah
kanan. Maka kita telah menghadap arah utara.




41                                               Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
Gambar A-1. Tehnik bayangan

A-2. METODE JAM TANGAN
Kita juga dapat menentukan arah menggunakan jam tangan analog. Arah yang di dapat akan lebih
akurat jika kita menggunakan waktu lokal, tanpa perubahan daylight saving time. Semakin jauh kita
dari ekuator maka hasil yang didapat lebih akurat. Jika kita menggunakan jam tangan digital kita
dapat mengatasi masalah ini dengan menggambar jam pada kertas dan menggunakannya.
Pada belahan bumi utara,
pegang jam horizontal dan
arahkan jarum penanda jam pada
matahari. Bagi dua sudut antara
jarum jam dengan angka 12 pada
jam untuk mendapatkan garis
utara-selatan. Jika kita masih
bingung menentukan arah mana
yang utara dan arah mana yang
selatan, ingat bahwa matahari
selalu terbit dari timur dan
tenggelam di barat. Artinya
matahari berada pada arah timur
sebelum jam 12 siang dan berada
pada sebelah barat setelah jam 12
siang.
Pada belahan bumi selatan,
arahkan angka 12 pada jam tangan menghadap matahari, dan bagi dua sudut antara angka 12
dengan jarum penanda jam. Maka kita mendapatkan garis utara-selatan.


42                                              Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
A-3. METODE BINTANG
Kita dapat memanfaat konstellasi bintang sebagai petunjuk arah. Pelaut jaman pertengahan dan
bangsa arab telah memanfaatkan konstellasi ini dengan baik. Penggunaan sekstar dikembangkan
untuk navigasi laut. Ilmu perbintangan pun berkembang.
Perlu diketahui bahwa konstellasi yang kita lihat pada langit malam hari tidaklah tetap. Mereka
selalu bergerak karna bumi berotasi. Dan juga tergantung bagian bumi yang kita pijak dan waktu
dalam tahun dan jam pada malam hari ikut mengambil peranan. Bagi kita yang tidak mengerti ilmu
perbintangan tentu ini menjadi masalah. Namun ada satu bintang yang posisinya tetap sepanjang
tahun sepanjang malam. Bintang ini disebut Bintang Utara atau North Star yang juga di sebut Polar
Star atau Polaris. Letak bintang utara ini berada kurang 1° dari kutub utara dan tidak bergerak dari
tempatnya karena axis bumi menghadap ke arahnya. Bintang utara termasuk ke dalam jajaran
bintang yang di sebut Ursa Minor atau Little Dipper. Bintang ini merupakan bintang terakhir pada
rangkaian Dipper atau Ursa. Terdapat dua bintang pada jajaran Ursa Mayor atau Big Dipper yang
digunakan sebagai pointer ke Bintang Utara. Jika kita masih bingung membedakan Bntang Utara
dengan bintang yang lain dalam jajaran Ursa Minor, maka perhatikan bahwa Rasi Ursa Mayor dan
Rasi Cassiopeia bergerak mengitari Bintang Utara. Namun bintang ini hanya dapat dilihat pada
belahan bumi bagian utara, jadi tidak dapat digunakan pada bagian bumi bagian selatan.




                                     Gambar A-3. Bintang Utara
Pada bagian bumi sebelah selatan, kita dapat menggunakan rasi bintang Souhern Cross atau Gubuk
Penceng. Dalam menggunakan rasi bintang ini kita harus membayangkan point imajiner yang tepat.




Dibutuhkan latihan untuk menguasai tehnik menggunakan bintang ini.

43                                                Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
LAMPIRAN B

                                 TEHNIK MELIPAT PETA
Salah satu hal yang menjadi prioritas dalam menggunakan peta adalah perawatan. Dan salah satu
cara merawatnya adalah dengan membawanya dengan benar. Agar peta dapat mudah dibawa dan
digunakan tanpa merusaknya adalah dengan mempelajari cara melipatnya.

B-1. METODE PELIPATAN
Gambar berikut cara melipat peta menjadi cukup kecil agar mudah dibawa namun masih mudah
digunakan tanpa harus membuka seluruhnya.




                                Gambar B-1. Dua metode melipat peta.

B-2. METODE PERLINDUNGAN
Setelah peta telah dilipat, harus disisipkan dalam tempat yang terlindungi. Beri perekat ke bagian
belakang segmen sesuai dengan A, F, L, dan Q (Gambar B-2).




44                                                 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
Gambar B-2. Metode pelipatan peta untuk penggunaan khusus.


B-3. PRAKTEK CUT
Sebaiknya sebelum melakukan praktek cut, lipat peta dengan cara yang digambarkan dalam
Gambar B-1.




45                                               Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
NOTABENE

Panduan ini hanya sekedar membahas dasar dari navigasi darat, karna pendalaman dan ketrampilan
navigasi darat sesungguhnya hanya akan kita dapat di lapangan dengan praktek dan latihan. Sebuah
teori yang mumpuni pun tak akan berkembang tanpa adanya praktek dan latihan. Dengan adanya
praktek dan latihan kita dapat mempelajari kekurangan dan kesalahan sebuah teori. Panduan ini
dibuat dari beberapa referensi dan masukan jadi intinya panduan ini bukan buatan kami, panduan
ini sebenarnya kami buat untuk kalangan sendiri. Namun karena panduan navigasi jarang
ditemukan maka kami mencoba membaginya untuk sekedar berbagi ilmu dan pengalaman. Jelas
panduan ini memiliki banyak kekurangan, dan bagi pihak yang ingin memberi tambahan atau
sekedar saran dan kritik silakan kunjungi situs kami di http://serdadurimba.blogspot.com




Salam Juang…!




                 SAVE OUR PLANET
              STOP GLOBAL WARMING
               STOP ILEGAL LOGGING
                                                Iwan                    Digitally signed by Iwan GAOK
                                                                        DN: cn=Iwan GAOK, c=ID, o=Serdadu
                                                                        Rimba, ou=Serdadu Rimba,
                                                                        email=serdadurimba@serdadurimba.
                                                                        co.cc

                                                GAOK                    Reason: I am the author of this
                                                                        document
                                                                        Date: 2011.08.15 18:08:21 +07'00'


46                                              Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum GIS Digitasi
Laporan Praktikum GIS DigitasiLaporan Praktikum GIS Digitasi
Laporan Praktikum GIS DigitasiSally Indah N
 
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgisTutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgisEgi Septiana
 
Koreksi Geometrik, Digitasi Peta dan Pengisian Tabel Atribute
Koreksi Geometrik, Digitasi Peta dan Pengisian Tabel AtributeKoreksi Geometrik, Digitasi Peta dan Pengisian Tabel Atribute
Koreksi Geometrik, Digitasi Peta dan Pengisian Tabel AtributeAzmi Rahman
 
Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi)
Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi) Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi)
Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi) bramantiyo marjuki
 
Penginderaan Jauh : Klasifikasi Terselia
Penginderaan Jauh : Klasifikasi TerseliaPenginderaan Jauh : Klasifikasi Terselia
Penginderaan Jauh : Klasifikasi TerseliaWachidatin N C
 
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPSSurvei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPSbramantiyo marjuki
 
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan RuangSurvey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruangushfia
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Nurul Afdal Haris
 
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan...
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan...Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan...
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan...Gedhe Foundation
 
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanInterpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanbramantiyo marjuki
 

What's hot (20)

komposit warna
komposit warnakomposit warna
komposit warna
 
Laporan Praktikum GIS Digitasi
Laporan Praktikum GIS DigitasiLaporan Praktikum GIS Digitasi
Laporan Praktikum GIS Digitasi
 
LAYOUT PADA ARCGIS 10.0
LAYOUT PADA ARCGIS 10.0LAYOUT PADA ARCGIS 10.0
LAYOUT PADA ARCGIS 10.0
 
Bab 8: Pemetaan dengan Alat GPS
Bab 8:   Pemetaan dengan Alat GPSBab 8:   Pemetaan dengan Alat GPS
Bab 8: Pemetaan dengan Alat GPS
 
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
 
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgisTutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
 
Koreksi Geometrik, Digitasi Peta dan Pengisian Tabel Atribute
Koreksi Geometrik, Digitasi Peta dan Pengisian Tabel AtributeKoreksi Geometrik, Digitasi Peta dan Pengisian Tabel Atribute
Koreksi Geometrik, Digitasi Peta dan Pengisian Tabel Atribute
 
Laporan Praktikhum IUT
Laporan Praktikhum IUTLaporan Praktikhum IUT
Laporan Praktikhum IUT
 
Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi)
Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi) Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi)
Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi)
 
Penginderaan Jauh : Klasifikasi Terselia
Penginderaan Jauh : Klasifikasi TerseliaPenginderaan Jauh : Klasifikasi Terselia
Penginderaan Jauh : Klasifikasi Terselia
 
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPSSurvei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPS
 
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan RuangSurvey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
 
TRANSFORMASI KOORDINAT UTM KE TM3º
TRANSFORMASI KOORDINAT UTM KE TM3ºTRANSFORMASI KOORDINAT UTM KE TM3º
TRANSFORMASI KOORDINAT UTM KE TM3º
 
Navigasi darat
Navigasi daratNavigasi darat
Navigasi darat
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
 
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan...
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan...Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan...
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan...
 
Tugas Manajemen Survei dan Pemetaan
Tugas Manajemen Survei dan PemetaanTugas Manajemen Survei dan Pemetaan
Tugas Manajemen Survei dan Pemetaan
 
Laporan DGN95 - RSGI
Laporan DGN95 - RSGILaporan DGN95 - RSGI
Laporan DGN95 - RSGI
 
Pemetaan Batas Desa
Pemetaan Batas DesaPemetaan Batas Desa
Pemetaan Batas Desa
 
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanInterpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
 

Similar to PETA TOPONIMI

Modul geografi peta dan inderaja
Modul geografi peta dan inderajaModul geografi peta dan inderaja
Modul geografi peta dan inderajasman 2 mataram
 
Peta topografi and
Peta topografi andPeta topografi and
Peta topografi andcatraaa
 
Laporan praktikum corel draw
Laporan praktikum corel drawLaporan praktikum corel draw
Laporan praktikum corel draw'Oke Aflatun'
 
Laporan Kartografi Long Cross Section Peta RBI 1608-111 Batu
Laporan Kartografi Long Cross Section Peta RBI 1608-111 BatuLaporan Kartografi Long Cross Section Peta RBI 1608-111 Batu
Laporan Kartografi Long Cross Section Peta RBI 1608-111 BatuNational Cheng Kung University
 
Materi 1-pengenalan-peta-dan-foto-udara1
Materi 1-pengenalan-peta-dan-foto-udara1Materi 1-pengenalan-peta-dan-foto-udara1
Materi 1-pengenalan-peta-dan-foto-udara1Nodd Nittong
 
Persebaran
PersebaranPersebaran
PersebaranMIrvan2
 
Handout kartografi
Handout kartografiHandout kartografi
Handout kartografiAndi Ilham
 
Tugas mandiri 1 dan 2 Sistem Informasi Geografi
Tugas mandiri 1 dan 2 Sistem Informasi GeografiTugas mandiri 1 dan 2 Sistem Informasi Geografi
Tugas mandiri 1 dan 2 Sistem Informasi GeografiMuhamad Purnomo
 
Dasar dasar perpetaan
Dasar dasar perpetaanDasar dasar perpetaan
Dasar dasar perpetaanZia Ul Maksum
 
PETA MATERI KELAS XII IPS
PETA MATERI KELAS XII IPSPETA MATERI KELAS XII IPS
PETA MATERI KELAS XII IPSDwi Anita
 
Pembesaran Udang I_universitas hasanuddin
Pembesaran Udang I_universitas hasanuddinPembesaran Udang I_universitas hasanuddin
Pembesaran Udang I_universitas hasanuddinAsri Renggo
 

Similar to PETA TOPONIMI (20)

Modul geografi peta dan inderaja
Modul geografi peta dan inderajaModul geografi peta dan inderaja
Modul geografi peta dan inderaja
 
Peta topografi and
Peta topografi andPeta topografi and
Peta topografi and
 
Laporan praktikum corel draw
Laporan praktikum corel drawLaporan praktikum corel draw
Laporan praktikum corel draw
 
Laporan Kartografi Long Cross Section Peta RBI 1608-111 Batu
Laporan Kartografi Long Cross Section Peta RBI 1608-111 BatuLaporan Kartografi Long Cross Section Peta RBI 1608-111 Batu
Laporan Kartografi Long Cross Section Peta RBI 1608-111 Batu
 
Makala peta
Makala petaMakala peta
Makala peta
 
Makalah boas
Makalah boasMakalah boas
Makalah boas
 
Materi 1-pengenalan-peta-dan-foto-udara1
Materi 1-pengenalan-peta-dan-foto-udara1Materi 1-pengenalan-peta-dan-foto-udara1
Materi 1-pengenalan-peta-dan-foto-udara1
 
Persebaran
PersebaranPersebaran
Persebaran
 
Peta.ppt
Peta.pptPeta.ppt
Peta.ppt
 
Handout kartografi
Handout kartografiHandout kartografi
Handout kartografi
 
Tugas mandiri 1 dan 2 Sistem Informasi Geografi
Tugas mandiri 1 dan 2 Sistem Informasi GeografiTugas mandiri 1 dan 2 Sistem Informasi Geografi
Tugas mandiri 1 dan 2 Sistem Informasi Geografi
 
Handout kartografi
Handout kartografiHandout kartografi
Handout kartografi
 
Dasar dasar perpetaan
Dasar dasar perpetaanDasar dasar perpetaan
Dasar dasar perpetaan
 
Peta,sig,idrejaa kelompok 9 a
Peta,sig,idrejaa kelompok 9 aPeta,sig,idrejaa kelompok 9 a
Peta,sig,idrejaa kelompok 9 a
 
geografi Bab 1
geografi Bab 1geografi Bab 1
geografi Bab 1
 
PETA MATERI KELAS XII IPS
PETA MATERI KELAS XII IPSPETA MATERI KELAS XII IPS
PETA MATERI KELAS XII IPS
 
Pembesaran Udang I_universitas hasanuddin
Pembesaran Udang I_universitas hasanuddinPembesaran Udang I_universitas hasanuddin
Pembesaran Udang I_universitas hasanuddin
 
Laporan Interpretasi Ruang Peta Dasar
Laporan Interpretasi Ruang Peta DasarLaporan Interpretasi Ruang Peta Dasar
Laporan Interpretasi Ruang Peta Dasar
 
Laporan Interpret Bikin Peta di Kalkir
Laporan Interpret Bikin Peta di KalkirLaporan Interpret Bikin Peta di Kalkir
Laporan Interpret Bikin Peta di Kalkir
 
Navigasi darat
Navigasi darat Navigasi darat
Navigasi darat
 

PETA TOPONIMI

  • 1. NAVIGASI DARAT MEMBACA PETA TOPOGRAFI DAN TEHNIK PENGGUNAAN KOMPAS SERDADU RIMBA
  • 2. DAFTAR ISI BAB 1______________________________________________________ PEMBUKAAN BAB 2 ______________________________________________________ PENGENALAN PETA • 2-1 DEFINISI • 2-2 TUJUAN • 2-3 PENGADAAN • 2-4 KEAMANAN PETA • 2-5 PERAWATAN PETA • 2-6 KATEGORI PETA • 2-7 PETA PENGGANTI • 2-8 STANDAR AKURASI PETA BAB 3 ______________________________________________________ INFORMASI MARGINAL DAN SIMBOL • 3-1 INFORMASI MARGINAL PADA PETA • 3-2 CATATAN TAMBAHAN • 3-3 SIMBOL PETA TOPOGRAFI • 3-4 SIMBOL MILITER • 3-5 WARNA YANG DIGUNAKAN PADA PETA BAB 4 ______________________________________________________GRID • 4-1 REFERENSI • 4-2 KOORDINAT GEOGRAPHIS • 4-3 GRID MILITER • 4-4 MENENTUKAN POINT MENGGUNAKAN GRID MILITER • 4-5 GRID REFERENCE BOX • 4-6 SISTEM KOORDINAT LAIN BAB 5 ______________________________________________________ SKALA DAN JARAK • 5-1 PECAHAN REPRESENTATIF • 5-2 SKALA GRAPHIS / SKALA BALOK • 5-3 METODE LAIN UNTUK MENGUKUR JARAK BAB 6 ______________________________________________________ ARAH • 6-1 METODE UNTUK MENYATAKAN ARAH • 6-2 GARIS DASAR ARAH • 6-3 AZIMUTH • 6-4 PROTRAKTOR • 6-5 DEKLINASI • 6-6 RESECTION • 6-7 INTERSECTION • 6-8 MODIFIED RESECTION • 6-9 POLAR COORDINATES BAB 7______________________________________________________ KOMPAS • 7-1 JENIS KOMPAS • 7-2 KOMPAS LENSATIK • 7-3 PENANGANAN DAN PERLAKUAN KOMPAS • 7-4 TEHNIK MENGGUNAKAN KOMPAS • 7-5 PENYETELAN KOMPAS • 7-6 MEMBY-PASS RINTANGAN • 7-7 OFFSET LAMPIRAN A LAMPIRAN B 2 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 3. BAB 1 PEMBUKAAN Secara historis, perkembangan peta topografi sebagian besar didorong oleh kebutuhan militer. Pengenalan medan dapat memberikan perbedaan nyata dalam medan pertempuran. Kemampuan membaca peta sangat di butuhkan jika ingin memenangkan pertempuran. Tidak hanya dalam medan pertempuran, hal ini juga berlaku untuk keperluan sipil seperti berburu, menempuh rimba, menyusur rawa, hiking, mendaki gunung, bukit atau penggunaan lainnya dimana ketepatan navigasi darat diperlukan. Karakteristik unik yang membedakan peta topografi dari jenis peta lainnya adalah peta ini menunjukkan kontur topografi atau bentuk tanah di samping fitur lainnya seperti jalan, sungai, danau, dll Karena peta topografi menunjukkan kontur bentuk tanah, maka peta jenis ini merupakan jenis peta yang paling cocok untuk kegiatan outdoor dari peta kebanyakan. BAB 2 PENGENALAN PETA Kartografi adalah seni dan ilmu mengekspresikan ciri-ciri fisik yang dikenal di bumi dengan peta dan grafik. Tidak ada yang tahu siapa yang pertama kali membuat peta. Namun studi sejarah menunjukkan bahwa tuntutan yang paling mendesak untuk akurasi dan detail dalam pemetaan sebagai hasil kebutuhan militer. Saat ini, operasi taktis dan kegiatan tentara sedemikian kompleks sehingga sangat penting bagi semua prajurit untuk dapat membaca dan menafsirkan peta, agar dapat bergerak cepat dan efektif di medan perang. Bab ini mencakup definisi dan tujuan peta dan menjelaskan keamanan peta, tipe, kategori, dan skala. 2-1. DEFINISI Sebuah peta adalah representasi grafis dari bagian permukaan bumi yang ditarik ke skala, seperti yang terlihat dari atas. Menggunakan warna, simbol, dan label untuk mewakili fitur yang ditemukan pada permukaan bumi. Representasi yang ideal akan terwujud jika setiap fitur dari daerah yang dipetakan dapat ditunjukkan dalam bentuk yang benar. Untuk dapat dimengerti, peta harus diwakili dengan tanda konvensional dan simbol. Pada peta skala 1:250.000, simbol yang ditentukan untuk membangun mencakup areal seluas 500 meter persegi di atas tanah, sebuah simbol jalan adalah setara dengan lebar jalan sekitar 520 kaki di tanah, simbol untuk rel kereta api tunggal adalah setara dengan rel kereta api sekitar 1.000 kaki pada tanah. Pemilihan fitur yang akan ditampilkan, serta penggambaran legenda harus sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Badan Pemetaan. 2-2. TUJUAN Sebuah peta memberikan informasi tentang keberadaan, lokasi, dan jarak, seperti lokasi penduduk dan rute perjalanan dan komunikasi. Hal ini juga menunjukkan variasi daerah, ketinggian kontur, dan tingkat tutupan vegetasi. Dengan kekuatan militer yang tersebar di seluruh dunia, maka militer bergantung pada peta untuk memberikan informasi terhadap unsur-unsur tempur dan untuk menyelesaikan operasi logistik. Mobilitas tentara dan material yang harus diangkut, disimpan, dan ditempatkan ke dalam operasi pada waktu dan tempat yang tepat. Banyak dari perencanaan ini harus dilakukan dengan menggunakan peta. Oleh karena itu, operasi pun memerlukan pasokan peta, 3 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 4. namun meskipun kita memiliki peta terbaik, peta tidak akan berharga kecuali pengguna peta tahu bagaimana cara membacanya. 2-3. PENGADAAN Kebanyakan unit militer yang berwenang memiliki proyek pembuatan peta. Seperti Direktorat Topografi Angkatan Darat di Indonesia. Kita dapat memesan peta dengan mengisi formulir untuk setiap satu lembar petanya. Untuk mendapatkan peta topografi Indonesia skala 1:250.000 tahun 1954 secara online dapat mengunjungi situs kami http://serdadurimba.blogspot.com/2011/06/peta- topographi-indonesia.html. 2-4. KEAMANAN PETA Semua peta harus dianggap sebagai dokumen yang memerlukan penanganan khusus. Jika peta jatuh ke tangan yang tidak sah, dapat membahayakan. “Peta tidak boleh jatuh ke tangan yang tidak sah.” 2-5. PERAWATAN PETA Peta yang dicetak di atas kertas dan memerlukan perlindungan dari air, lumpur, dan robek. Bila mungkin, peta harus diletakkan dalam tempat tahan air, atau di beberapa tempat terlindungi lain yang mudah digapai. Agar peta mampu bertahan lama, perawatan wajib dilakukan. Jika kita harus menandai peta, penggunaan pensil dianjurkan. Gunakan garis-garis terang sehingga mereka dapat terhapus dengan mudah tanpa rusak, bernoda, atau meninggalkan tanda yang dapat menyebabkan kebingungan di kemudian hari. Jika margin peta harus dipotong untuk alasan apapun, adalah penting untuk mencatat informasi marginal yang mungkin diperlukan kemudian, seperti data grid dan deklinasi magnetis. Perhatian khusus harus diambil pada peta yang digunakan dalam misi taktis, terutama dalam unit kecil, misi mungkin tergantung pada peta itu. Semua anggota dari unit tersebut harus akrab dengan lokasi peta di setiap saat. 2-6. KATEGORI PETA Misi Direktorat Topografi adalah untuk menyediakan pemetaan, charting, dan semua dukungan geodesi untuk angkatan bersenjata dan semua operasi keamanan nasional lainnya. Selain peta topografi, ditopad juga memproduksi produk lain. peta militer dikategorikan dengan skala dan jenis. Skala. Karena peta adalah representasi grafis dari bagian permukaan bumi yang ditarik ke atas kertas seperti yang terlihat dari atas, penting untuk mengetahui apa skala matematika telah digunakan. Ini untuk menentukan jarak antara obyek atau lokasi pada peta, ukuran area tertutup, dan bagaimana skala dapat mempengaruhi jumlah detail yang ditampilkan. Matematika Skala peta adalah perbandingan atau fraksi antara jarak pada peta dan jarak yang sesuai pada permukaan bumi. Skala dijadikan sebagai perwakilan fraksi dengan jarak peta sebagai pembilang dan jarak tanah sebagai denominator. jarak peta Perwakilan fraksi (skala) = —————————— jarak tanah Menurut kategorinya, skala peta dibagi ke dalam tiga kategori. Yaitu skala kecil, menengah dan besar (Gambar 2-1). 4 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 5. Gambar 2-1. Skala. (1) Kecil. Peta dengan skala 1:1.000.000 dan lebih kecil digunakan untuk perencanaan umum dan untuk studi strategis (peta bawah pada Gambar 2-1). Peta skala kecil standar memiliki skala 1:1.000.000. Peta ini meliputi area yang sangat besar dengan mengorbankan detail. (2) Menengah. Peta dengan skala lebih besar dari 1:1.000.000 tetapi lebih kecil dari 1:75,000 digunakan untuk perencanaan operasional (peta tengah pada Gambar 2-1). Peta ini mengandung detail dengan jumlah sedang. Peta skala menengah standar memiliki skala 1:250.000. Ada juga peta dengan skala 1:100.000. (3) Besar. Peta dengan skala 1:75,000 dan lebih besar digunakan untuk perencanaan taktis, administrasi, dan logistik (peta atas pada Gambar 2-1). Peta jenis inilah yang sering ditemukan dan digunakan pihak militer. Peta skala besar standar 1:50.000, namun banyak daerah telah dipetakan dengan skala 1:25.000. Jenis. Peta pilihan untuk navigator adalah peta topografi skala 1:50.000. Ketika beroperasi di tempat-tempat asing, kita mungkin menemukan bahwa produk-produk peta belum diproduksi untuk mencakup daerah tertentu pada lokasi operasi kita, atau mungkin tidak tersedia untuk unit kita ketika kita membutuhkannya. Oleh karena itu, kita harus siap untuk menggunakan peta yang diproduksi oleh pemerintah asing yang mungkin tidak memenuhi standar untuk akurasi yang ditetapkan. Peta-peta ini sering menggunakan simbol-simbol yang mirip dengan yang ditemukan pada peta produksi negara kita tetapi memiliki makna sangat berbeda. (1) Planimetrik Peta. Peta ini hanya menyajikan posisi horizontal untuk fitur yang diwakili. Berbeda dari peta topografi, peta ini biasanya diwakili oleh garis kontur. Terkadang, peta jenis ini disebut juga peta garis. (2) Peta Topografi. Ini adalah peta yang menggambarkan fitur medan dengan cara yang terukur (biasanya melalui penggunaan garis kontur), serta posisi horisontal untuk fitur yang diwakili. Posisi vertikal, atau bantuan, biasanya diwakili oleh garis kontur pada peta topografi militer. Pada peta yang menunjukkan relief, ketinggian dan kontur diukur dari bidang daerah ukur vertikal tertentu, biasanya permukaan laut. Gambar 3-1 menunjukkan peta topografi yang khas. (3) Peta yg dibuat dgn potret. Ini adalah reproduksi dari foto udara yang di atasnya diberi grid baris, data marginal, nama tempat, nomor rute, level penting, batas-batas, dan skala perkiraan dan arah. (4) Peta Operasi Bersama. Peta ini didasarkan pada format standar 1:250.000 peta topografi skala menengah militer, tetapi peta ini berisi informasi tambahan yang diperlukan dalam operasi udara dan darat secara bersamaan (Gambar 2-2). Sepanjang tepi utara dan timur 5 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 6. detail, grafis melampaui lembar peta standar untuk memberikan informasi tumpang tindih dengan lembar yang berdekatan. Peta ini baik untuk digunakan dalam format darat dan udara. Setiap versi diidentifikasi dalam margin yang lebih rendah sebagai Grafis Operasi Bersama (udara atau darat). Terdapat informasi topografi identik pada keduanya, tapi versi darat menunjukkan elevasi dan kontur dalam meter dan versi udara menunjukkan elevasi dan kontur dengan kaki(feet). Layer (elevasi), pewarnaan dan bayangan ditambahkan sebagai bantuan untuk bahan interpolasi. Kedua versi menekankan fasilitas airlanding (ditampilkan dalam warna ungu), tapi versi udara memiliki simbol tambahan untuk mengidentifikasi bantuan dan rintangan untuk navigasi udara. (5) Photo Mozaik. Ini adalah bagian foto udara yang biasa disebut mozaik dalam penggunaan topografi. Mosaik berguna sekali ketika waktu tidak memungkinkan penyusunan peta yang lebih akurat. Ketepatan mozaik tergantung pada metode yang digunakan dalam persiapan dan mungkin berbeda dari sekadar efek gambar yang baik dari sebuah peta planimetrik. (6) Terrain Model. Ini adalah model skala fitur yang menunjukkan medan, dan dalam skala besar model menunjukkan bentuk industri dan budaya. Peta ini menyediakan sarana untuk memvisualisasikan daratan untuk tujuan perencanaan, indoktrinasi dan untuk briefing. (7) Peta Kota Militer. Peta ini termasuk peta topografi (biasanya pada skala 1:12,550, kadang- kadang sampai 1:5,000), yang menunjukkan rincian kota. Didalamnya terdapat hal terperinci seperti jalan-jalan, nama jalan, bangunan penting, dan elemen lain dari lansekap kota penting untuk navigasi dan operasi militer di medan perkotaan. Skala dari sebuah peta kota militer tergantung pada pentingnya dan ukuran kota, kepadatan detail, dan informasi intelijen yang tersedia. (8) Peta Khusus. Ini adalah peta untuk tujuan khusus, seperti mobilitas, komunikasi, dan peta penyerangan. Peta ini biasanya di cetak di dalam skala lebih kecil dari 1:100.000 tetapi lebih besar dari 1:1.000.000. Peta tujuan khusus adalah salah satu jenis peta yang telah dirancang atau dimodifikasi untuk memberikan informasi yang tidak tercakup di peta standar. Beberapa subyek yang dibahas adalah: • Medan. • Karakteristik Drainase. • Vegetasi. • Iklim. • Pesisir dan pantai pendaratan. • Jalan dan jembatan. • Rel kereta api. • Lapangan udara. • Daerah perkotaan. • Tenaga listrik. • Lokasi bahan bakar. • Sumber daya air permukaan. • Sumber daya air tanah. • Daerah industri. • Jalur lintasan. • Kesesuaian untuk pembangunan lapangan terbang. • Operasi penerjunan pasukan. 2-7. PETA PENGGANTI MILITER Jika peta militer tidak tersedia, maka mau tidak mau kita harus menggunakan peta pengganti. Peta- peta pengganti dapat diambil dari peta militer atau komersial asing. a. Peta Asing. Ini adalah peta yang telah disusun oleh negara-negara lain selain negara kita sendiri. Jika waktu memungkinkan, maka saat peta ini harus digunakan, informasi marginal dan grid diubah agar sesuai dengan standar negara kita. Hasil skala mungkin 6 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 7. berbeda dari peta kita, tetapi biasanya rasio jarak peta ke jarak tanah dapat digunakan dengan cara yang sama. Legenda harus digunakan karena simbol-simbol peta biasanya berbeda dari yang digunakan di negara kita. Karena akurasi peta asing sangat bervariasi, maka peta ini biasanya dievaluasi menggunakan standar akurasi yang ditetapkan sebelum dikeluarkan untuk pasukan. b. Atlas. Ini adalah koleksi peta daerah, negara, benua, atau dunia. peta jenis ini hanya untuk digunakan untuk informasi umum saja, tidak untuk informasi mendetil. c. Peta Geografis. Peta ini memberikan gambaran keseluruhan dari daerah yang dipetakan dengan informasi iklim, populasi, relief, vegetasi, dan hidrografi. Peta ini juga menunjukkan lokasi umum dari kota-kota besar. d. Peta Jalan / Wisatawan. Ini adalah peta wilayah di mana sarana transportasi utama dan bidang turisme yang akan ditampilkan. Beberapa jaringan sekunder menunjukkan peta jalan, tempat bersejarah, museum, dan pantai secara rinci. Peta ini biasanya berisi jarak jalan dan waktu yang ditempuh antar titik. Pertimbangan yang hati-hati terhadap skala harus dilakukan bila menggunakan peta ini. e. Peta Kota / Utility. Ini adalah peta daerah perkotaan yang menunjukkan jalan-jalan, saluran air, saluran listrik dan telepon, dan selokan. f. Sketsa Lapangan. Ini adalah gambar awal dari suatu daerah atau bagian dari medan. g. Foto Udara. Jenis ini dapat digunakan sebagai suplemen peta atau pengganti untuk membantu kita menganalisis medan, merencanakan rute, atau panduan gerakan. 2-8. STANDAR AKURASI PETA Standar akurasi peta adalah derajat yang sesuai dengan posisi horizontal dan vertikal yang mewakili nilai-nilai di peta dengan suatu standar yang ditetapkan. Standar ini ditentukan direktorat terkait berdasarkan kebutuhan pengguna. Sebuah peta dapat dipertimbangkan untuk memenuhi persyaratan standar akurasi kecuali dinyatakan khusus dalam informasi marginal. BAB 3 INFORMASI MARGINAL DAN SIMBOL Sebuah peta dapat dihasilkan dari berbagai informasi, oleh karena itu pengguna harus membaca instruksi yang ada di peta. Merupakan hal yang penting bagi kita untuk mengenali cara membaca instruksi ini. Instruksi ini biasanya terletak pada informasi marginal dan simbol yang terletak pada peta. Tidak semua peta sama, jadi merupakan hal yang penting untuk mempelajari setiap informasi marginal secara seksama pada setiap peta yang berbeda. 3-1. INFORMASI MARGINAL PADA PETA a. Sheet Name. Sheet name/nama sheet biasanya dicetak dengan huruf tebal dan terdapat pada bagian tengah dari atas peta dan bagian kiri bawah pada tepi peta. b. Sheet Number. Sheet number/nomor sheet biasanya dicetak dengan huruf tebal dan terdapat pada bagian kiri atas peta dan bagian kiri bawah pada tepi peta. Sheet number digunakan sebagai referensi sektor terhadap suatu daerah, perintah operasi, dan perencanaan. Untuk peta dengan skala 1:100.000 dan lebih besar, sheet number diputuskan oleh pihak yang berwenang untuk membuat orientasi dari peta skala 1:100.000, 1:50.000, dan 1:25.000. c. Series Name. Series name/nama seri juga dicetak dengan huruf tebal dan berada ditempat yang sama dengan sheet number di sudut kiri atas tepi peta. Nama yang ada di series name biasanya ditentukan secara bersama antar negara. Dalam sebuah seri peta terkadang 7 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 8. terdapat grup dari peta sejenis dengan skala sama dan kesamaan sheet line atau format yang di desain untuk menutupi beberapa bagian area geographi. d. Skala. Lokasi skala berada di dua tempat. Pertama di bagian kiri atas tepi peta setelah series name, dan kedua berada pada bagian tengah dari bawah peta. e. Series Number. Series number/nomor seri terdapat pada bagian kanan atas dan kiri bawah tepi peta. f. Edition Number. Edition number/nomor edisi terdapat pada kanan atas dan area kiri bawah dari tepi peta. g. Index Tepi / Batas. Diagram Index Tepi biasanya terdapat pada bagian kanan bawah tepi peta. Diagram ini biasanya berbentuk miniatur peta yang menampilkan batas daerah pada peta, seperti batas kabupaten, propinsi dan sebagainya. h. Diagram Penggabungan Sheet. Peta dengan skala standar, memiliki diagram yang mengilustrasikan penggabungan antar sheet. i. Elevation Guide. Bagian ini biasanya terletak pada bagian kanan bawah tepi peta. Gambar 3-1. Contoh peta topografi skala 1:250.000 j. Diagram Deklinasi. Pada peta dengan skala besar, bagian ini terletak di tepi bawah. Pada peta dengan skala 1:250.000 informasi ini biasanya ditampilkan dengan format catatan pada bagian tengah bawah peta yang menerangkan konversi azimuth dari grid ke magnetik dan sebaliknya. k. Bar Scales / Balok Skala. Bagian ini berada di bagian tengah bawah peta setelah skala. Peta terkadang memiliki tiga atau lebih skala balok/bar scales yang masing-masingnya memiliki unit hitung yang berbeda. l. Catatan Contour Interval. Catatan ini terdapat pada bagian tengah bawah peta, biasanya di bawah bar scales yang menerangkan jarak vertikal antar garis kontur. m. Catatan Spheroid. Catatan ini juga terdapat pada bagian tengah bawah tepi peta. Spheroid (ellipsoid) memiliki parameter spesifik yang mendefinisikan axis X Y Z bumi. Spheroid merupakan salah satu bagian integral dari datum. n. Catatan Grid. Catatan ini memberikan informasi sistem grid yang digunakan dan interval antara grid lines dan memberikan identifikasi nomor UTM grid zone. Catatan ini juga terdapat pada bagian tengah bawah tepi peta 8 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 9. o. Catatan Proyeksi. Sistem proyeksi merupakan kerangka awal dari sebuah peta. Catatan ini berada pada bagian tengah bawah tepi peta. Catatan ini berguna sebagai standar pemetan pada suatu wilayah berdasarkan letak wilayah. o TRANSVERSE MERCATOR PROJECTION. Peta skala lebih besar dari 1:500.000 dengan lokasi antara 80° selatan dan 84° utara akan berdasarkan Transverse Mercator Projection. o LAMBERT CONFORMAL CONIC PROJECTIONS. Peta skala 1:1.000.000 dan lebih kecil dengan lokasi antara 80° selatan dan 84° utara akan berdasarkan pada standard parallel dari lambert conformal conic projection. Contohnya : LAMBERT CONFORMAL CONIC PROJECTIONS 36° 40' N AND 39° 20' N. o POLAR STEREOGRAPHIC PROJECTION . Peta daerah kutub dengan skala 1:1.000.000 dan lebih besar (selatan dari 80° selatan dan utara dari 84° utara) akan berdasarkan polar stereographic projection. p. Catatan Vertical Datum. Letak catatan ini berada pada bagian tengah bawah tepi peta. Vertical datum atau vertical-control datum ditentukan dari beberapa level permukaan tertentu (contohnya, permukan laut) sebagai standar elevasi. q. Catatan Horizontal Datum. Letak catatan ini juga berada pada bagian tengah bawah tepi peta. Horizontal datum atau horizontal-control datum ditentukan dari beberapa referensi geodesi seperti: latitude, longitude, azimuth dari sebuah garis pada titik tertentu. r. Catatan Kontrol. Letak catatan ini juga berada pada bagian tengah bawah tepi peta. Catatan ini menampilkan pihak-pihak yang terlibat dalam aspek tehnikal dari semua informasi yang ada di peta. s. Catatan Persiapan. Letak catatan ini juga berada pada bagian tengah bawah tepi peta. Catatan ini melampirkan pihak yang bertanggung jawab mempersiapkan peta. t. Catatan Pencetakan. Juga berada di bagian tengah bawah tepi peta. Catatan ini menampilkan pihak yang bertanggung-jawab mencetak peta dan juga tanggal pencetakan peta. u. Referensi Grid. Tabel ini biasanya terletak di tengah dari tepi bawah peta. Tabel ini berisi instruksi untuk mengedit referensi grid. v. Unit Penerbit dan Simbol. Informasi ini berada pada bagian kiri bawah tepi peta. Informasi ini menampilkan pihak yang menyiapkan dan mencetak peta dengan simbol masing-masing. Informasi ini sangat penting bagi pengguna peta dalam mengevaluasi kebenaran peta. w. Legenda. Legenda berada pada bagian kiri bawah tepi peta. Informasi ini berguna sekali untuk mengidentifikasikan simbol topografi yang digunakan pada peta. 3-2. CATATAN TAMBAHAN Tidak semua peta memiliki informasi marginal yang sama. Karna beberapa hal maka catatan tambahan dan skala harus ditambahkan sebagai bantuan bagi pengguna peta. Contohnya : a. Glossary. Berisi penjelasan terminologi tehnikal atau translasi bahasa dari sebuah peta daerah negara asing. b. Classification. Beberapa peta khusus memerlukan catatan yang mengindikasikan bahwa peta memenuhi klasifikasi keamanan. Catatan ini berada dibagian atas dan bawah tepi peta. c. Protractor Scale. Pada beberapa peta, skala ini biasanya berada pada tepi atas. Skala ini digunakan untuk menjelaskan deklinasi magnetic-grid pada saat peta diorientasi dengan kompas. d. Coverage Diagram. Pada peta skala 1:100,000 dan lebih besar, diagram ini harus digunakan. Diagram ulasan ini biasanya terletak pada bagian bawah atau tepi kanan dan berisikan informasi kapan peta dibuat, tanggal pemotretan, kesesuaian sumber informasi. Pada peta skala 1:250.000 diagram ini digantikan dengan reliability diagram. 9 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 10. e. Catatan Spesial. Catatan ini merupakan beberapa pernyataan informasi tambahan yang berkaitan dengan daerah peta. Biasanya terletak bagian kanan bawah tepi peta f. Catatan Pengguna. Catatan ini biasanya terletak pada bagian kanan bawah tepi peta. Catatan ini digunakan agar kita sebagai pengguna peta dapat memberikan tambahan perbaikan atas kesalahan yang ada di peta. Kesalahan pada peta harus ditandai dan diajukan kepada pihak terkait untuk diperbaiki. g. Stock Number Identification. h. Conversion Graph. Biasanya terletak pada tepi kanan. 3-3. SIMBOL PETA TOPOGRAFI Kegunaan dari suatu peta adalah untuk memvisualisasikan suatu daerah dari permukaan bumi dengan benar. Legenda pada peta berisi beberapa simbol yang biasanya digunakan untuk menerangkan beberapa hal dalam peta topografi. Oleh karena itu, legenda peta wajib digunakan sebagai referensi setiap kali peta digunakan. 3-4. SIMBOL MILITER Sebagai tambahan pada simbol topografi yang digunakan untuk menyatakan suatu area, personil militer memerlukan beberapa metode untuk menampilkan identitas, jumlah, lokasi, pergerakan tentara, aktivitas dan installasi militer. Simbol yang digunakan untuk mewakili fitur ini disebut simbol militer. Simbol ini biasanya tidak dicetak dalam peta karna fitur dan unit yang mewakili selalu bergerak atau berganti, juga karna perimbangan keamanan militer. Simbol ini biasanya hanya ada di peta spesial. Pengguna peta secara manual menggambarnya ke peta, demi tindakan keamanan. 3-5. WARNA YANG DIGUNAKAN PADA PETA Sejak abad ke-15, kebanyakan peta Eropa telah di warnai dengan seksama. Gambar profil dari gunung dan bukit diwarnai dengan warna coklat, sungai dan danau dengan warna biru, vegetasi dengan warna hijau, jalan dengan warna kuning, dan beberapa informasi spesial dengan warna merah. Tak jauh berbeda dengan legenda dari peta modern yang masih menggunakan warna yang hampir sama meskipun telah berlangsung selama beberapa dekade. Untuk memfasilitasi pengidentifikasian fitur dalam sebuah peta, topografi dan informasi kultural sering di cetak dengan warna berbeda. Warna ini bisa saja berbeda di setiap peta. Pada peta topografi skala besar standar, warna dan fitur yang mewakilinya adalah: a. Hitam. Warna hitam mengindikasikan adanya fitur kultural seperti bangunan dan jalan, titik pemeriksaan elevasi dan beberapa hal. b. Merah-Coklat. Warna merah dan coklat yang dikombinasikan ini mengidentifikasikan fitur kultural, fitur relief, titik elevasi yang belum di survey dan elevasi seperti garis kontur pada peta yang dapat dibaca pada cahaya merah(biasanya lambung pesawat). c. Biru. Mengidentifikasikan fitur hidrographi seperti danau, rawa, sungai dan drainase. d. Hijau. Mengidentifikasikan fitur vegetasi, seperti hutan, perkebunan, dan lain-lain. e. Coklat. Mengidentifikasikan fitur relief dan elevasi, seperti kontur dan lain-lain. f. Merah. Pada peta lama warna ini mengidentifikasikan fitur kultural, seperti daerah populasi, jalan utama dan batas wilayah. g. Warna lain. Ada kalanya warna lain digunakan untuk menampilkan informasi spesial. 10 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 11. BAB 4 GRID Pada bab ini kita akan mempelajari cara menentukan dan menyatakan suatu lokasi pada peta. Mengetahui dan menguasai ilmu navigasi darat merupakan hal yang krusial dalam kegiatan outdoor. Dengan kemampuan ini kita dapat menentukan lokasi kita atau suatu lokasi dengan akurat. 4-1. REFERENSI Di dalam kota, kita dapat dengan mudah mencari sebuah lokasi. Hal yang kita butuhkan hanya sebuah alamat rumah ; nama jalan, nomor rumah. Akan tetapi, menentukan dan mencari lokasi dalam suatu daerah yang tak dikenal dapat menjadi sebuah masalah. Untuk menanggulangi masalah ini, maka sebuah referensi yang tepat dan seragam telah dikembangkan. 4-2. KOORDINAT GEOGRAPHIS Sistem koordinat geographis merupakan salah satu metode tertua yang masih digunakan untuk menentukan suatu lokasi. Dengan menggambarkan cincin lingkaran timur-barat yang mengelilingi bumi secara sejajar dengan garis ekuator, dan cincin lingkaran utara-selatan melintasi garis ekuator dengan sudut yang tepat dan berpusat di kutub, maka jaringan garis referensi akan terbentuk. Dan, lokasi setiap titik pada permukaan bumi dapat ditentukan. a. Jarak antara titik utara atau selatan dengan ekuator disebut latitude. Garis melingkar yang mengelilingi bumi sejajar/pararel dengan garis ekuator disebut garis latitude pararel atau garis lintang. b. Satu detik cincin yang mengelingi bola bumi melintasi garis latitude pada sudut yang tepat dan melintasi kutub dikenal dengan garis longitude meridian. Ada satu garis meridian yang di jadikan sebagai garis meridian primer dan melintasi kota Greenwich, Inggris yang dikenal Greenwich Meridian. Jarak antara garis timur atau barat dengan meridian primer disebut longitude atau garis bujur. Meridian primer dan ekuator. 11 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 12. Garis referensi. c. Dalam koordinat geographis setiap lingkaran dibagi dengan 360 derajat, dan setiap satu derajat dibagi dengan 60 menit, dan setiap satu menit dibagi dengan 60 detik. Derajat disimbolkan dengan ° , menit dengan ′, dan detik dengan ″. Nilai latitude dimulai dari 0° pada ekuator, garis lintang ini akan di berikan nomor berurutan hingga 90° di bagian utara dan selatan. Maka kutub utara akan berada pada 90° latitude utara dan kutub selatan berada pada 90° latitude selatan. Nilai latitude utara dan selatan dapat memiliki nilai penomoran yang sama, maka arah N / LU atau S / LS harus selalu diberikan. Nilai longitude dimulai dari 0° pada meridian primer. Longitude diukur dari arah timur dan barat meridian primer mengelilingi bumi. Garis longitude timur meridian primer diberi nilai hingga 180° dan disebut longitude timur atau garis bujur timur. Dan garis longitude barat meridian primer diberi nilai hingga 180° dan disebut longitude barat atau garis bujur barat. Nilai arah E / BT atau W / BB harus selalu diberikan. Sedang garis yang berada pada titik tepat 180° dapat di beri nilai longitude timur atau longitude barat. Nilai koordinat geographis dapat lebih bernilai jika kita dapat menggabungkannya dengan unit ukur yang lebih familiar. Pada titik mana pun di muka bumi, jarak satu derajat latitude berkisar 111 kilometer (69 mil), satu detik berkisar 30 meter (100 kaki). Sedang untuk longitude, meskipun pada daerah ekuator jarak satu derajat longitude berkisar 111 kilometer (69 mil), semakin ke arah utara atau selatan jarak itu akan berkurang hingga berjarak nol pada kutub. Sebagai contoh : satu detik longitude berkisar 30 meter (100 kaki) pada ekuator, namun di Washington satu detik longitude telah berubah menjadi 24 meter (78 kaki). Gambar 4-4 Latitude dan longitude. 12 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 13. d. Koordinat geographis selalu ada dalam semua peta militer standar. Empat buah garis yang ada di tubuh peta adalah garis latitude dan longitude. Nilai dari tiap garis diberikan dalam format derajat dan menit. e. Setelah garis lintang dan garis bujur telah digambarkan, maka interval geographis (sudut jarak antara garis yang bersinggungan) harus di tentukan. Bagi peta kebanyakan, peta dengan skala 1:25.000 intervalnya adalah 2'30". Dan untuk peta dengan skala 1:50.000 intervalnya adalah 5'00". f. Ada beberapa negara yang membuat peta dengan nilai longitude yang tidak berdasarkan pada meridian primer yang melintasi Greenwich. Pada tabel 4-1 tampak meridian primer yang digunakan oleh beberapa negara. Saat peta ini digunakan, biasanya akan ada catatan dalam informasi marginal yang menyatakan perbedaan antara meridian primer yang biasa kita gunakan dengan yang ada di peta. Amsterdam, Netherlands 4° 53’01"E Athens, Greece 23° 42’59"E Jakarta, Indonesia 106° 48’28"E Bern, Switzerland 7° 26’22"E Brussels, Belgium 4° 22’06"E Copenhagen, Denmark 12° 34’40"E Ferro (Hierro), Canary Islands 17° 39’46"W Helsinki, Finland 24° 53’17"E Istanbul, Turkey 28° 58’50"E Lisbon, Portugal 9° 07’55"W Madrid, Spain 3° 41’15"W Oslo, Norway 10° 43’23"E Paris, France 2° 20’14"E Pulkovo, Russia 30° 19’39"E Rome, Italy 12° 27’08"E Stockholm, Sweden 18° 03’30"E Tirane, Albania 19° 46’45"E Tabel 4-1. Tabel meridian primer Berikut langkah-langkah sederhana menentukan koordinat geographis suatu titik / point. Contoh puncak gunung ratai, pesawaran pada peta TELUKBETUNG skala 1:250.000 series T503 sheet SB 48-7 EDITION-1 AMS cetakan tahun 1954. 13 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 14. Gambar 4-5 1. Pertama-tama hitung jarak dalam satu menit. Misalkan pada peta, jarak dari 0’ ke 15’ = 49 mm, maka untuk mengetahui jarak peta dalam satu menitnya adalah dengan membagi jarak dengan jumlah menit = 49 mm ——— = 3,267 mm 15’ 2. Setelah hasil antar menit diketahui, selanjutnya bagi hasil tersebut dengan 60” untuk mengetahui jarak antar detiknya 3,267 mm ——— = 0,054 mm 60” 3. Ukur jarak suatu point yang ingin diketahui dengan titik point tertentu. Contohnya jarak point/titik puncak gunung ratai dengan titik 5°30’ S = 2,6 mm dan 17,5 mm untuk jaraknya dengan titik 105°00’ E 14 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 15. Gambar 4-6 4. Kita dapat menggunakan metode hitung sederhana, yaitu dengan menjumlahkan bilangan menit secara berkelanjutan hingga mencapai angka yang mendekati nilai jarak yang didapat. Contohnya S 2,6 mm tidak dapat mencukupi nilai 3,267 jadi masih masuk 30’ E 3,267 x 5 = 16,335 mm mendekati 17,5 mm Jika jarak tidak mencukupi satu menit maka jarak akan langsung di konversikan ke detik. 5. Selanjutnya kita beralih mengkonversikan pada sisa dari hasil perhitungan nomor 4 S = 2,6 mm hasil ini akan dicari detiknya E 17,5 – 16,335 = 1,165 mm hasil ini akan dicari detiknya 6. Telah kita ketahui dari perhitungan nomor 2 bahwa satu detik berjarak 0,054 mm Maka untuk mengetahui nilai detiknya adalah dengan mebagi sisa hasil perhitungan nomor 5 dengan nilai jarak satu detik. S 2,6 / 0,054 = 48,148 detik E 1,165 / 0,054 = 21,574 detik 7. Setelah semua hasil telah dihitung maka akan didapat hasil koordinat geographis suatu point. Maka koordinat geographis puncak gunung ratai adalah : 5°30’48,15” S / LS 105°5’21,574” E / BT Latihan : Cari koordinat puncak mahameru dari gambar peta LUMAJANG skala 1:250.000 series T503 sheet SC 49-4 EDITION-1 AMS cetakan tahun 1954 berikut. Jika diketahui jarak antara 0’ ke 15’ = 48,6 mm pada peta. 15 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 16. Koordinat geographis puncak mahameru = ? 4-3. GRID MILITER Pada pemeriksaan dari transverse mercator projection, yang mana digunakan untuk peta militer skala besar, menyatakan bahwa kebanyakan garis latitude dan longitude merupakan garis lengkung. Sehingga point pertemuan kedua garis ini terkadang memiliki sudut yang berbeda dan kotak areanya pun memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda-beda antar satu daerah dengan daerah lain, hal ini tentu saja terkadang menyulitkan saat kita harus menentukan suatu point dan melakukan pengukuran suatu arah. Untuk mengatasi hal ini maka grid segiempat di ikutkan dalam proyeksi. Grid ini memiliki garis yang benar-benar lurus dan bersinggungan dengan sudut yang tepat. Grid ini akan membagi peta menjadi beberapa sektor dengan kotak area yang memiliki ukuran dan sudut yang sama. Dengan adanya grid ini maka pengguna peta lebih dimudahkan dalam melakukan perhitungan ukuran dan jarak. a. Universal Transverse Mercator Grid. UTM grid / sumbu salib UTM telah di desain untuk menutupi kekurangan transverse mercator projection pada bagian bumi antara latitude 84° N dan latitude 80° S. • Globe dibagi menjadi 60 zona (tiap zona memiliki lebar 6 derajat) dengan garis intersect awal pada meridian primer dan ekuator dan berlanjut secara sejajar dengan interval yang sama. Tiap-tiap grid identik satu dengan yang lain. Grid ini masih tetap menggunakan label arah N, S, E atau W atau dapat juga menggunakan nilai negatif pada arah selatan ekuator dan arah barat meridian primer. 16 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 17. Gambar 4-7. UTM grid zone b. Universal Polar Stereographic Grid. UPS grid digunakan untuk menggambarkan wilayah daerah sekitar kutub. • Kekurangan transverse mercator projection di eliminasi dengan menambahkan “false value” pada garis dasar, hal ini menghasilkan nilai positif untuk tiap point pada tiap-tiap zona. Jarak selalu di ukur ke arah KANAN dan ke arah ATAS (timur dan utara pada peta), dan nilai yang dihasilkan disebut "false easting / kesalahan timur" dan "false northing / kesalahan utara ". Nilai false easting untuk tiap pusat meridian adalah 500.000 meter, dan nilai false northing untuk ekuator adalah 0 meter saat di ukur dari hemisphere bagian utara dan 10.000.000 meter saat di ukur dari hemisphere bagian selatan. False easting dan northing pada UPS grid. 17 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 18. Gambar 4-9. Grid zone pada UPS grid • North Polar Area. Titik awal UPS grid yang digunakan pada daerah sekitar kutub utara adalah kutub utara. Garis dasar "utara-selatan" adalah garis yang terbentuk dari 0 derajat dan 180 derajat meridian, dan garis dasar "timur-barat" adalah garis yang terbentuk dari dua buah garis meridian 90 derajat. • South Polar Area. Titik awal UPS grid yang digunakan pada daerah sekitar kutub selatan adalah kutub selatan. Garis dasarnya sama dengan north polar area. Gambar 4-10. Coordinate scale / Protraktor GTA 5-2-12 4-4. MENENTUKAN TITIK/POINT MENGGUNAKAN KOORDINAT GRID Berdasarkan prinsip militer dalam membaca peta (KANAN dan ATAS), suatu lokasi dalam peta dapat ditentukan dengan koordinat grid. Jumlah digit yang dihasilkan akan berpengaruh pada hasil pencarian suatu point. Semakin banyak digit yang dihasilkan maka point akan semakin presisi, karna semakin sedikit digit yang dihasilkan maka semakin luas daerah yang dilingkupi. Hal ini sangat berguna saat kita harus menentukan suatu lokasi dengan tingkat ketepatan tinggi, seperti 18 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 19. misalnya, titik penjemputan SAR dimana terdapat korban yang harus segera ditangani, titik penerjunan yang dekat dengan lokasi daerah musuh, titik pemboman yang dekat daerah kawan, dll. a. Tanpa coordinate scale / protraktor. Menentukan grid tanpa protraktor / coordinate scale berdasarkan pada nomor garis grid utara-selatan yang ada pada tepi bawah peta. Pertama, baca garis grid utara-selatan ke arah kanan menuju point yang di cari, kedua, baca garis grid timur-barat ke arah atas menuju point yang di cari. Contoh : Kota Jepara pada peta TELUKBETUNG skala 1:250.000 series T503 sheet SB 48-7 EDITION-1 AMS cetakan tahun 1954 yang dibaca K2425 2 1 Gambar 4-11. Menentukan grid tanpa protraktor. b. Dengan Coordinate Scale. Dalam hal penggunaan coordinate scale / protraktor untuk menentukan grid koordinat, kita harus memastikan skala yang digunakan pada protraktor adalah skala yang sesuai dengan yang digunakan pada peta. Untuk menggunakan protraktor letakkan point nol-nol / zero-zero point pada sudut kiri bawah kotak grid dan jadikan garis horizontal skala mengarah ke atas dari garis grid timur-barat lalu geser ke arah kanan hingga garis vertikal skala menyentuh point koordinat yang di butuhkan. Contoh: Kota Pantanpukuh pada peta MEULABOH skala 1:250.000 series T503 sheet NB 47-13 EDITION-1 AMS cetakan tahun 1954 yang dibaca LE263148 19 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 20. 480 630 Gambar 4-12. Menentukan grid menggunakan protraktor Pertama-tama letakkan protraktor sejajar dengan garis grid / grid line. Lalu baca ke arah kanan, maka kita akan melihat bahwa titik 630 berada tepat pada garis grid LE 2 dimana artinya dapat kita baca 263 , selanjutnya baca ke arah atas, kita lihat titik 480 pada protraktor berada tepat pada area 1 di titik yang dicari, yang artinya dapat dibaca 148. Langkah terakhir, gabungkan hasil koordinat : LE263148 Gambar 4-13. Zero-zero point Catatan: Dalam menentukan koordinat grid, selalu perhatikan arah membaca grid, kode zona area, jarak point dengan grid line. Untuk point yang memiliki jumlah digit lebih dari empat, maka digit harus diberikan berurutan (latitude - longitude) 20 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 21. Terdapat dua sisi pada coordinate scale 1:50.000: vertikal dan horizontal. Sisi ini memiliki panjang 1.000 meter. Titik dimana kedua sisi bersinggungan adalah titik nol-nol / zero-zero point. Tiap-tiap sisi dibagi menjadi 10 bagian dimana setiap bagian mewakili jarak 100 meter yang ditandai dengan nomor dan garis, dan tiap-tiap segmen 100 meter dibagi menjadi 2 bagian yang mewakili 50 meter yang di tandai dengan garis pendek (gambar 4-18). Dengan menggunakan interpolasi, maka setiap bagian 50 meter dibagi menjadi lima bagian yang tiap-tiap bagiannya mewakili jarak 10 meter. Gambar 4-14. 1:50.000 coordinating scale. Koordinat grid menggunakan metode penulisan yang bersambung tanpa spasi, tanda garis, tanda kurung, atau titik desimal. Oleh karena itu, saat harus menuliskan atau melaporkan koordinat menggunakan metode koordinat ini kita harus mengetahui dimana harus meletakkan pemisah yang tepat antara pembacaan KANAN dan ATAS. Sekali lagi, latihan harus dimaksimalkan, karna kesalahan penulisan koordinat dapat menyebabkan kesalahan baca yang dapat membahayakan. 4-5. GRID REFERENCE BOX Grid reference box (gambar 4-19) merupakan salah satu informasi marginal yang ada pada tiap-tiap sheet peta yang berisi langkah-langkah instruksi untuk menyatakan grid koordinat. Grid reference box dibagi menjadi dua bagian : Gambar 4-15. Grid reference box 21 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 22. a. Bagian sebelah kiri menampilkan diagram yang membagi zona ke dalam kotak area seluas 100.000 - 500.000 meter dan menerangkan identifikasi grid zone designation. b. Bagian sebelah kanan menjelaskan panduan untuk memberikan koordinat pada suatu point. 4-6. SISTEM KOORDINAT LAIN Selain sistem koordinat geographis dan sistem koordinat grid militer, ada sistem koordinat lain : a. British Grid. Di beberapa area british grid masih digunakan pada peta militer. b. World Geographic Reference System (GEOREF). Sistem ini biasanya digunakan oleh angkatan udara. BAB 5 SKALA DAN JARAK Sebuah peta wajib menggunakan skala untuk merepresentasikan graphis dari bagian permukaan bumi. Dengan adanya skala maka kita sebagai pengguna peta dapat mengkonversikan jarak yang ada di peta menjadi jarak sesungguhnya di darat. Kemampuan untuk menentukan jarak pada peta harus seimbang dengan kemampuan menentukan jarak di permukaan bumi, karna hal ini merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi perencanaan dan pelaksanaan suatu operasi atau ekspedisi. 5-1. PECAHAN REPRESENTATIF Skala numerikal sebuah peta mengindikasikan hubungan jarak yang diukur pada peta dengan jarak yang sesuai pada permukaan bumi. Skala ini biasanya ditulis dalam bentuk pecahan dan biasa disebut pecahan representatif. Pecahan representatif atau RF ini selalu ditulis dengan jarak di peta sebagai 1 dan tidak terikat dengan satuan ukur apa pun (nilai satu pada skala dapat kita jadikan dalam format meter, yard, inchi, dll). Dan pecahan 1/50.000 atau 1:50.000 memiliki arti bahawa satu unit ukur dalam peta sama dengan 50.000 unit ukur di permukaan bumi. Jarak antara dua point di permukaan bumi ditentukan dengan mengukur dua point yang sama pada peta dan mengalikan hasil pengukuran pada peta dengan denominator pecahan representatif. Contoh: Diketahui skala peta 1:50.000 Pecahan representatif atau RF = 1/50.000 Jarak dari point A ke point B pada peta adalah 5 unit. 5 x 50.000 = 250.000 unit pada jarak permukaan bumi. Gambar 5-1. Contoh pengkonversian skala. 22 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 23. Sejak jarak pada kebanyakan peta di tandai dalam meter dan pecahan representatif (RF) dalam banyak kasus dinyatakan dalam unit ukur ini, maka dalam sistem metrik, unit ukur standar yang di gunakan adalah meter. 1 meter sama dengan 100 centimeter (cm). 1,000 meter sama dengan 1 kilometer (km). 10 kilometer sama dengan 10,000 meter Terkadang timbul kendala saat sebuah peta atau sketsa tidak memiliki skala atau pecahan representatif (RF). Untuk dapat menentukan jarak permukaan dalam sebuah peta, skala harus di tentukan. Ada dua metode untuk menentukannya : 1. Melakukan perbandingan dengan jarak permukaan bumi Ukur jarak antar dua point pada peta (map distance atau MD). Cari dan tentukan jarak horizontal antar dua point yang sama pada permukaan bumi (ground distance atau GD). Gunakan formula pecahan representatif (RF formula) dan ingat bahwa skala atau pecahan representatif tidak terikat unit ukur. 1 Jarak pada peta / MD Skala / RF = —— = ——————————————— X Jarak pada permukaan bumi /GD Jarak pada peta dan jarak pada permukaan bumi harus menggunakan satu unit ukur yang sama. Contoh: Jarak pada peta / MD = 4, 32 centimeter Jarak pada permukaan bumi / GD = 2. 16 kilometer = 216.000 centimeter 1 4, 32 RF = —— = —— X 216.000 atau 216.000 —— = 50.000 4, 32 hasil 1 RF = —— atau 1:50.000 50,000 2. Melakukan perbandingan dengan peta dengan area sama lain yang memiliki skala Ukur jarak antar dua point pada peta yang tidak memiliki skala.(map distance atau MD). Cari dan tentukan jarak horizontal antar dua point yang sama pada peta yang memiliki skala (ground distance atau GD). Lakukan perbandingan antar dua peta, gunakan MD dan GD untuk mencari skala. 1 MD Skala / RF = —— = —— X GD Terkadang kita harus menentukan jarak peta dari jarak permukaan bumi yang di ketahui dengan skala / RF. Jarak pada permukaan bumi / GD Jarak pada peta / MD = —————————————————— Denominator atau skala / RF 23 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 24. Contoh : Jarak pada permukaan bumi = 2.200 meter Skala / RF = 1:50.000 2.200 meter MD = ———————— 50.000 MD = 0. 044 meter x 100 (centimeter per meter) MD = 4. 4 centimeter Sebuah skala peta akan berpengaruh besar terhadap hasil pengukuran saat kita mencari jarak permukaan bumi dari sebuah peta. Saat nilai denominator skala semakin kecil maka tingkat akurasi pengukuran akan semakin meningkat. Sebagai contoh, peta dengan skala 1:250.000 tentu tidak akan lebih akurat dari peta 1:50.000, karna ruang yang di cakup peta skala 1:250.000 lebih luas maka detail fitur akan sedikit di kurangi. 5-2. SKALA GRAPHIS / SKALA BALOK Skala graphis atau skala balok / bar scale merupakan sebuah penggaris yang di cetak pada peta dan digunakan untuk mengkonversikan jarak pada peta ke jarak sesungguhnya pada permukaan bumi. Skala ini dibagi menjadi dua bagian, skala primer dan skala tambahan. Skala primer berada pada bagian sebelah kanan dari nol skala di tandai dengan unit ukur penuh. Dan skala tambahan berada pada bagian sebelah kiri dari nol. Kebanyakan peta memiliki tiga atau lebih skala graphis yang masing-masing menggunakan unit ukur yang berbeda-beda. Gambar 5-2. Skala graphis atau skala balok / bar scale Berikut contoh langkah-langkah untuk menentukan jarak dari garis lurus antar dua point pada peta, letakkan tepi kertas yang lurus pada tiap-tiap point pada peta. Buat garis tanda pada tepi kertas di tiap point (gambar 5-3) 24 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 25. Gambar 5-3. penandaan point menggunakan kertas Untuk mengkonversikan jarak pada peta ke jarak sesungguhnya pada permukaan bumi, pindahkan kertas ke skala balok, dan luruskan tanda sebelah kanan (point B) dengan skala primer dan tanda sebelah kiri (point A) berada pada skala tambahan (gambar 5-4). 25 Km Gambar 5-4 Tanda sebelah kanan (point B) sejajar dengan tanda 25 kilometer atau 25.000 meter pada skala primer, artinya jarak antar point berkisar 25 kilometer atau 25.000 meter. Untuk mengukur jarak sesungguhnya, ukur jarak pada skala tambahan dimulai dari nol ke arah kiri (gambar 5-5) dan jumlahkan dengan jarak skala primer. Gambar 5-5 Maka hasil yang di dapat adalah 3,75 + 25 = 28,75 Km atau 28.750 meter Jarak dari point A ke point B = 28.750 meter Untuk mengukur jarak pada jalan, sungai atau garis yang berliku menggunakan tepi kertas lurus, maka tepi kertas harus mengikuti alur liku dan berikan tanda pada setiap tikungan alur. 25 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 26. Gambar 5-6. Penandaan pada tepi kertas mengikuti alur Selanjutnya untuk mengkonversikan jarak pada peta ke jarak sesungguhnya pada permukaan bumi, pindahkan kertas ke skala balok, dan luruskan tanda sebelah kanan (point A) dengan skala primer dan tanda sebelah kiri (point B) berada pada skala tambahan (gambar 5-7). Gambar 5-7 Untuk mengetahui jarak, lakukan perhitungan seperti langkah sebelumnya. Mungkin akan ada saat dimana jarak yang kita ukur melebihi panjang yang ada pada skala graphis. Dalam kasus ini ada bermacam-macam cara untuk mengatasinya. 1. Tehnik yang pertama adalah dengan meluruskan tanda sebelah kiri dengan ujung skala primer, dan mengukur kelebihan jarak dengan skala tambahan. Contoh : Gambar 5-8 dimana point a dengan point b memiliki kelebihan ukuran jarak dengan skala graphis. Pertama letakkan tanda point b dengan ujung skala primer (titik 30 kilometer), kedua beri tanda pada ujung skala tambahan (titik 5 kilometer) dengan tanda point c, maka otomatis kita telah mengetahui bahwa dari titik c ke titik b adalah 35 Km. 26 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 27. Gambar 5-8 Selanjutnya ukur jarak antara titik a dengan titik c (gambar 5-9) dimana didapat jarak antara titik a dengan titik c adalah 2,35 Km Gambar 5-9 Jumlahkan jarak b-c dengan jarak a-c Jarak seluruhnya = jarak b-c + jarak a-c = 35 Km + 2,35 Km = 37,35 Km atau 37.350 meter 2. Tehnik lain yang digunakan adalah dengan mengeser kertas secara beraturan ke arah kanan hingga tanda point a berada pada skala tambahan. Mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk menempuh suatu jarak merupakan salah satu faktor penting. Hal ini dapat ditentukan jika kita memiliki sebuah peta dan skala graphis waktu-jarak di buat untuk digunakan dengan peta. D = Jarak Jarak / D R = Kecepatan Waktu / T = —————— T = Waktu Kecepatan / R Sebagai contoh, jika sebuah tim ekspedisi berjalan dengan kecepatan rata-rata 4 kilometer per jam, maka di butuhkan waktu sekitar 3 jam untuk menempuh jarak 12 kilometer. 12 (D) ——— = 3 (T) 4 (R) 5-3. METODE LAIN UNTUK MENGUKUR JARAK Akan ada saat dimana kita tidak dapat mengukur jarak dengan akurat saat kita harus menghadapi medan yang menanjak atau menurun. Terkadang sering terjadi kesalahan fatal saat mengukur jarak pada area perbukitan atau pegunungan. Oleh karna itu, mempelajari tehnik untuk mengenal langkah, mengukur dan memperkirakan jarak berdasarkan langkah merupakan hal yang cukup penting. a. Penghitungan Langkah. Tehnik ini tentu saja tidak dapat dijadikan patokan dalam mengukur jarak untuk dipakai bersama-sama, karna langkah tiap orang pasti berbeda- beda tergantung postur tubuh, panjang langkah kaki, dan kecepatan langkah. Contohnya, 27 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 28. meskipun ada yang menyatakan rata-rata kita dapat menempuh jarak 4 kilometer dalam satu jam pada daerah rata, namun ada juga yang sanggup menempuh jarak 5 kilometer per jam berjalan menanjak di daerah pegunungan. Itu artinya, tiap-tiap individu harus mempelajari langkah kakinya sendiri. Latihan dapat dimulai dengan mengukur jarak langkah kaki, selanjutnya mengetahui berapa banyak langkah yang dibutuhkan untuk mencapai jarak tertentu. Tentu saja tiap-tiap medan memiliki karakteristik yang berbeda, medan rata tentu tidak sama dengan medan yang menanjak atau menurun. Ingat, jangan sekali-kali mencoba mengaplikasikan penghitungan langkah daerah rata pada daerah menanjak atau menurun. Kita dapat menggunakan berbagai metode untuk menghitung jumlah langkah, kita dapat mengantungi sebutir batu krikil setiap kita telah melangkah sejauh 100 meter, menggunakan step counter atau pedometer elektrik, atau metode lainnya. Gambar 5-9. Bermacam metode menghitung langkah Beberapa faktor yang ikut mempengaruhi dalam penghitungan langkah adalah : 1. Kemiringan tanah. Jumlah langkah yang dibutuhkan untuk menuruni bukit biasanya lebih sedikit daripada jumlah langkah untuk mendaki bukit. 2. Angin. Berjalan melawan arah angin tentu akan sedikit menghambat langkah, sedang berjalan searah angin akan mempercepat langkah. 3. Permukaan. Berjalan di atas tanah tentu akan berbeda dengan berjalan diatas bebatuan, lumpur, rawa atau salju. 4. Elemen. Hujan, air, semak belukar, dsb sering menjadi penghambat langkah. 5. Jarak pandang. Kabut terkadang menjadi penghambat saat berjalan di daerah pegunungan 6. Pakaian. Pakaian, jenis sepatu terkadang berpengaruh terhadap traksi langkah. b. Odometer. Jika kita menggunakan kendaraan tentu kita dapat menggunakan odometer untuk mengukur jarak. c. Subtense. Metode trigonometri ini biasanya digunakan oleh militer untuk mengukur jarak tembak suatu target. Prinsipnya hampir sama dengan yang digunakan pada pasukan artilleri, yaitu dengan menggunakan teropong tembak yang memiliki lingkaran bidik dimana prinsip dasarnya adalah semakin jauh suatu target maka akan tampak semakin kecil. d. Perkiraan. Mungkin ada saat dimana kita harus memperkirakan jarak dikarenakan situasi taktikal. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk memperkirakan jarak. 1. Unit ukur 100-Meter. Untuk dapat menggunakan metode ini kita harus dapat membayangkan / memvisualisasikan jarak 100 meter di tanah. Untuk jarak lebih dari 500 meter, kita harus menentukan panjang jarak dari 0 meter ke 100 meter kemudian melipat gandakannya secara berulang-ulang hingga mencapai titik akhir antara dua objek yang diukur. Dibutuhkan latihan untuk melakukan hal ini. 2. Flash-To-Bang. Metode ini biasanya digunakan pihak militer saat dalam medan pertempuran. Prinsip dasarnya adalah dengan membandingkan kecepatan suara dengan kecepatan cahaya. Caranya adalah dengan mengukur interval waktu yang dibutuhkan untuk mendengarkan suara tembakan dari sebuah cahaya tembakan 28 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 29. musuh. Kita dapat menggunakan stopwatch atau tehnik penghitungan tetap, dan kalikan dengan 330 meter jumlah detik yang didapat (ada beberapa senjata yang dapat mencapai jarak 350 meter setiap detiknya). Metode yang digunakan pada cara diatas membutuhkan keahlian, dan keahlian hanya bisa di dapat dari latihan yang konstan. Dari bermacam-macam metode diatas, kita dapat memilih salah satu yang menurut kita paling tepat untuk menentukan jarak. BAB 6 ARAH Berada pada tempat yang tepat pada waktu yang tepat merupakan hal yang penting. Arah mengambil peranan penting dalam keseharian, begitu juga bagi para pendaki gunung, penjelajah rimba, penyusur rawa dan sungai. 6-1. METODE UNTUK MENYATAKAN ARAH Para personel militer, pendaki gunung, penjelajah rimba, dsb memerlukan cara untuk menyatakan arah yang akurat dan dapat digunakan secara bersama-sama di setiap bagian permukaan bumi ini. Ada beberapa metode yang digunakan dalam menyatakan suatu point atau arah, yaitu: a. Derajat. Unit ukur yang sering dan banyak di gunakan adalah derajat (°) yang memiliki subdivisi menit (‘) dan detik ("). 1 derajat = 60 menit. 1 menit = 60 detik. b. Mil. Merupakan unit ukur khusus militer (disingkat=mil) yang sering digunakan oleh pasukan artilleri, tank dan meriam mortir. Mil membagi lingkaran menjadi 6.400 sudut dengan vertex pada pusat lingkaran. Ukuran ini dapat menggunakan dua metode ukur sekaligus. Lingkaran yang memiliki nilai 6.400 mil dibagi 360 derajat, atau 17,78 mil per derajat. c. Grad. Merupakan unit ukur yang terkadang di temukan pada peta asing. Terdapat 400 grad dalam sebuah lingkaran (sebuah sudut 90 derajat sama dengan 100 grad). Tiap-tiap grad dibagi menjadi 100 menit centesimal (centigrad) dan menit dibagi menjadi 100 detik centesimal (miligrad). 6-2. GARIS DASAR ARAH Untuk melakukan pengukuran dan untuk menyatakan arah menjadi unit ukur, dibutuhkan suatu titik awal dan point referensi. Terdapat tiga buah garis dasar, yaitu : true north, magnetik north, dan grid north. Dan yang sering digunakan adalah magnetik dan grid. 6-3. AZIMUTH Azimuth adalah sudut horizontal yang diukur searah jarum jam dari garis dasar utara. Garis dasar utara ini dapat di ambil dari true north, magnetic north atau grid north. Azimuth merupakan metode yang sering digunakan untuk menyatakan arah. a. Back Azimuth. Back azimuth adalah arah kebalikan / lawan arah dari azimuth. Untuk mendapat hasil back azimuth dari azimuth, tambahkan 180 derajat pada azimuth yang memiliki sudut kurang dari 180 derajat. Sedang untuk azimuth yang memiliki sudut lebih besar dari 180 derajat harus di kurangi dengan 180 derajat. Back azimuth untuk sudut tepat 180 derajat dapat di beri nilai 0 derajat atau 360 derajat. 29 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 30. PERINGATAN Saat mengkonversikan azimuth ke back azimuth, selalu perhatikan saat menambahkan atau menguranginya dengan 180 derajat. Kesalahan kecil dapat menyebabkan malapetaka. b. Magnetic Azimuth. Magnetic azimuth merupakan hasil pengukuran yang di dapat dari menggunakan instrument magnetik, seperti kompas lensatik, kompas M2 dsb. 6-4. PROTRAKTOR Protraktor memiliki banyak tipe, lingkaran, setengah lingkaran, kotak dan segi empat. Semua jenis protraktor itu membagi lingkaran ke dalam unit ukur tertentu dan masing-masing memiliki titik pusat dan sudut ukur di bagian tepi luarnya. Protraktor militer, GTA 5-2-12, memiliki dua buah sudut ukur: satu dalam derajat dan yang lain dalam mil (gambar 4-14). Protraktor ini menampilkan lingkaran azimuth. Sudut yang ada pada protraktor di mulai dari 0 sampai 360 derajat, dan tiap garis yang ada mewakili satu derajat. Garis yang membujur dari 0 ke 180 derajat di sebut garis dasar / base line protraktor. Dan titik pusat protraktor berada pada garis singgung yang dihasilkan dari pertemuan garis dasar protraktor dengan garis yang dimulai dari 90 ke 270 derajat. Saat menggunakan protraktor, garis dasar protraktor harus selalu sejajar dengan garis grid utara-selatan. Artinya titik 0 atau 360 derajat harus selalu menghadap arah utara dan sudut 90 derajat berada pada sisi kanan. Menentukan grid azimuth. 1. Tarik garis yang menghubungkan dua buah point (A dan B). 2. Letakkan titik pusat protraktor pada point awal dan sejajarkan garis 0 - 180 derajat dengan garis grid vertikal. 3. Baca nilai sudut yang di dapat pada sudut ukur, maka hasil yang di dapat adalah grid azimuth dari point A ke point B. Gambar 6-1. Menentukan grid azimuth Untuk mendapatkan hasil yang akurat dengan menggunakan protraktor selalu pastikan untuk memeriksa apakah garis dasar / base line protraktor sudah sejajar garis grid utara-selatan. 30 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 31. 6-5. DEKLINASI Deklinasi adalah sudut yang menjelaskan perbedaan antara sudut utara magnetik dengan sudut utara sebenarnya / true north. a. Lokasi. Diagram deklinasi merupakan bagian dari informasi marginal. Pada peta skala besar informasi ini berada pada tepi bawah, dan pada peta skala menengah informasi ini berbentuk catatan pada bagian tengah tepi bawah peta. b. Grid-Magnetic Angle. Nilai G-M angle merupakan ukuran sudut yang berada diantara grid utara dan magnetik utara. G-M angle ini merupakan hal yang sangat penting bagi pembaca peta / navigator. G-M angle ini digunakan untuk menaksirkan nilai azimuth yang dihasilkan dari magnetik azimuth kompas ke grid azimuth pada peta, sehingga kesalahan arah dapat di hindarkan. Gambar 6-2. West G-M angle dan East G-M angle c. Pemusatan Grid. Sebuah busur yang terdiri dari garis putus-putus yang berpusat pada true north dan grid north. d. Konversi. Terdapat sudut yang membedakan grid north dan magnetic north. Selama arah magnetic north tidak sesuai dengan garis grid north pada peta maka konversi dari magnetic ke grid atau sebaliknya di butuhkan e. Pengaplikasian. Ingat, tidak ada nilai negatif azimuth pada lingkaran azimuth. Nilai 0 derajat sama dengan 360 derajat, maka 2 derajat sama dengan 362 derajat. Karna nilai 2 derajat berada pada titik yang sama pada titik 362 point. Catatan: Saat mengkonversikan magnetik azimuth ke grid azimuth. Perhatikan saat menambahkan atau menguranginya dengan G-M angle. Kesalahan kecil satu derajat dapat memberikan perbedaan yang signifikan di lapangan. Gambar 6-3. G-M Angle 6-6. RESECTION Prinsip dasar resection adalah untuk menentukan posisi kita di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang di kenali. Untuk dapat melakukan tekhnik resection kita harus berada di tempat terbuka agar dapat membidik tanda medan. Dalam artian tidak ada penghalang antara tanda medan dengan diri kita, seperti pepohonan, dsb. 31 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 32. Tehnik resection menggunakan peta dan kompas 1. a. Lakukan orientasi peta dan medan, cari tanda medan yang mudah di kenali, misal puncak bukit, menara, dsb. Contoh 1a. Orientasi medan b.Tandai lokasi tanda medan yang sudah dikenali pada peta. Contoh 1b. Tandai tanda medan Menara diberi tanda TM 1 2. Bidik tanda medan menggunakan kompass, dan ubah Magnetic Azimuth ke Grid Azimuth. Contoh 2. bidik tanda medan, 32 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 33. 3. Ubah hasil sudut bidik Grid Azimuth ke Back Azimuth dan tarik garis dari tanda medan pada peta dengan sudut Back Azimuth. Contoh 3. Merubah grid azimuth ke back azimuth Menara = 29 derajat magnetik G-M angle = 21 derajat Grid Azimuth = 29 + 21 = 50 derajat Back Azimuth = 50 + 180 = 230 derajat 4. a. Cari titik kedua tanda medan yang dikenali. Contoh 4.a Cari titik kedua b. Tandai lagi lokasi tanda medan yang sudah dikenali pada peta. Contoh 4b. Tandai tanda medan Jembatan diberi tanda TM 2 33 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 34. 5. Bidik tanda medan menggunakan kompas, dan ubah Magnetic Azimuth ke Grid Azimuth. Contoh 5. bidik tanda medan 6. Ubah hasil sudut bidik Grid Azimuth ke Back Azimuth dan tarik garis dari tanda medan pada peta dengan sudut Back Azimuth. Contoh 6. Merubah grid azimuth ke back azimuth Jembatan = 151 derajat magnetik G-M angle = 21 derajat Grid Azimuth = 151 + 21 = 172 derajat Back Azimuth = 172 + 180 = 352 derajat 7. Titik perpotongan kedua garis adalah lokasi kita. Contoh 7. Hasil pencarian 34 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 35. 8. Periksa hasil pencarian dengan membidik tanda medan lain. Contoh 8. Pemeriksaan hasil pencarian 6-7. INTERSECTION Intersection adalah tehnik menentukan suatu point pada peta menggunakan dua atau lebih titik bidik yang diketahui. Tehnik ini biasanya dilakukan untuk mengetahui jarak suatu lokasi atau mengetahui point yang tidak dapat diakses seperti target area musuh, area berbahaya, dll. Tehnik intersection menggunakan peta dan kompas 1. lakukan orientasi peta menggunakan kompas. 2. Ketahui lokasi kita pada peta 3. Bidik point yang ingin diketahui menggunakan kompas 4. Konversikan magnetik azimuth ke grid azimuth 5. Tarik garis dari posisi kita pada peta dengan sudut grid azimuth 5. Pindah ke lokasi / point lain dan ulangi langkah 1, 2, 3, 4 dan 5 35 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 36. 6. Titik di mana dua garis bidik bersinggungan adalah posisi obyek yang dicari. Selanjutnya kita dapat menentukan grid koordinatnya. 6-8. MODIFIED RESECTION Modified resection adalah suatu metode menentukan posisi pada peta ketika kita berada pada fitur linear di darat seperti jalan raya, kanal, atau sungai. Berikut langkah-langkahnya: a. Lakukan orientasi peta dan medan. b. Tandai lagi lokasi tanda medan yang sudah dikenali pada peta. c. Bidik tanda medan yang dikenali menggunakan kompas. d. Ubah Magnetic Azimuth ke Grid Azimuth. e. Ubah Grid Azimuth.ke Back Azimuth. f. Menggunakan protraktor, tarik garis back azimuth pada peta dari point yang kita kenali. g. Titik perpotongan antara garis back azimuth dengan garis linear adalah lokasi kita. 6-9. POLAR COORDINATES Metode untuk mengetahui lokasi atau memplotting posisi yang tidak di ketahui dari posisi yang di ketahui dengan memberikan suatu arah dan jarak sepanjang garis arah di sebut polar koordinat. Untuk melakukan hal ini, beberapa elemen berikut harus ada : • Lokasi yang diketahui pada peta. • Azimuth (grid atau magnetik). • Jarak (meter). Menggunakan laser range finder untuk menentukan jarak dapat meningkatkan keakurasian hasil pencarian posisi yang tidak diketahui. BAB 7 KOMPAS Kompas merupakan salah satu peralatan navigasi utama untuk di gunakan bersamaan dengan peta. Sebuah peta tidak akan memiliki nilai lebih jika tidak ada kompas. Dengan adanya kompas kita dapat mengetahui arah gerakan, azimuth magnetik suatu point dll. 7-1. JENIS KOMPAS Terdapat bermacam-macam jenis kompas, kompas lensatik merupakan jenis kompas yang simpel dan sering kita temui. Kompas artilleri M2 merupakan jenis kompas yang di desain untuk ketepatan dan akurasi. Kompas saku merupakan jenis kompas yang kecil dan dapat kita letakkan pada jam tangan, binokular, dsb. 36 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 37. Gambar 7-1. Contoh jenis kompas 7-2. KOMPAS LENSATIK Kompas lensatik (gambar 7-2) terdiri dari 3 bagian : cover, base dan lensa. Gambar 7-2. Kompas Lensatik a. Cover atau penutup kompas berguna untuk melindungi jarum magnetik dan piringan azimuth saat tidak digunakan. Di bagian tengahnya terdapat kawat bidik untuk membidik point atau titik. b. Base atau tubuh kompas memiliki bagian sebagai berikut: - Cakra angka atau piringan azimuth / floating dial bertumpu pada suatu poros, sehingga dapat berputar bebas saat berotasi. - Pelindung piringan azimuth adalah kaca atau plastik bening yang memiliki garis indek tetap berwana hitam. - Cincin gerigi pada saat diputar akan berbunyi klik, dan tiap klik menandakan rotasi sebanyak 3°, total ada 120 klik dalam satu lingkaran penuh. c. Lensa digunakan untuk membaca azimuth dan memiliki celah bidik yang digunakan bersamaan dengan kawat bidik pada cover. Celah bidik ini juga digunakan untuk mengunci piringan azimuth agar tidak bergerak saat ditutup. Celah bidik harus dibuka lebih dari 45° agar piringan azimuth bergerak bebas. Catatan: Beberapa kompas saat dibuka memiliki barisan garis yang setara dengan protraktor skala 1:50.000. 37 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 38. 7-3. PENANGANAN DAN PERLAKUAN KOMPAS Kompas merupakan instrumen yang mudah rusak dan harus di rawat dengan kehati-hatian. a. Pemeriksaan. Pemeriksaan mendetail wajib dilakukan saat pertama kali menggunakan kompas. Hal yang wajib di periksa adalah piringan azimuth yang memiliki jarum magnetik. Kawat bidik juga harus selalu lurus, bagian kaca dan kristal tidak rusak, nomor pada piringan dapat terbaca dengan baik, dan yang paling penting adalah piringan dapat berputar dengan bebas. b. Efek Logam dan Medan Listrik. Benda logam dan sumber listrik dapat berpengaruh pada performa kompas. c. Akurasi. Kompas dengan kondisi baik adalah kompas yang akurat. Pemeriksaan secara periodik wajib dilakukan. Kompas yang memiliki perbedaan 3° sebaiknya tidak dipakai. d. Proteksi. Jika tidak digunakan sebaiknya kompas ditutup sehingga piringan azimuth akan terkunci dan mencegah getaran pada piringan. Hal ini juga untuk melindungi bagian kaca dan lensa bidik dari goresan. 7-4. TEHNIK MENGGUNAKAN KOMPAS Tehnik memegang kompas ada dua : centerhold dan compass-to-cheek. a. Centerhold. Pertama, buka penutup kompas secara penuh sehingga lurus dengan tubuh kompas. Buka juga lensa secara penuh sehingga piringan dapat berputar bebas. Selanjutnya letakkan ibu jari pada dudukan ibu jari di kompas, letakkan kedua jari telunjuk di sisi kanan dan sisi kiri kompas sehingga posisi kompas stabil. Pastikan kompas berada diantara dagu dan pinggang agar mudah dibaca. Untuk mengukur azimuth, putar tubuh pada point objek yang akan di bidik selanjutnya baca azimuth pada garis index tetap kompas. Keuntungan penggunaan tehnik ini yaitu : 1 Cepat dan mudah di lakukan. 2 Dapat digunakan pada setiap kondisi jarak pandang. 3 Dapat digunakan di medan area mana saja. 4 Dapat digunakan tanpa harus melepaskan daypack, ransel 5 Dapat digunakan tanpa harus melepaskan kacamata. Gambar 7-3. Tehnik Centerhold. b. Compass-to-Cheek. Buka penutup kompas / cover dan posisikan pada posisi vertikal, selanjutnya posisikan pembidik sedikit ke depan. Bidik point yang di inginkan, lalu baca azimuth melalui lensa (gambar 7-4). Catatan : Tehnik compass-to-cheek ini merupakan tehnik yang terbaik untuk melakukan pembidikan point dan tehnik ini sering digunakan. 38 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 39. Gambar 7-4. Tehnik Compass-to-cheek. 7-5. PENYETELAN KOMPAS DAN TEHNIK MENGIKUTI AZIMUTH Mengikuti azimuth biasanya dilakukan untuk mencapai suatu point dengan arah yang tetap. Meskipun jenis kompas lensatik berbeda-beda namun prinsip penggunaannya sama. 1 Dalam keadaan terang, siang hari atau pencahayaan yang cukup : • Pegang kompas di telapak tangan • Putar hingga di dapat azimuth point yang di inginkan berada tepat pada garis index tetap. (sebagai contoh, 320°) Gambar 7-5. Kompas disetel pada 320 derajat. • Putar cincin gerigi hingga garis hijau pada kaca sejajar dengan panah arah utara. Setelah garis sejajar didapat maka artinya kompas telah di setel. • Untuk mengikuti azimuth, gunakan tehnik centerhold dan putar tubuh sehingga panah arah utara sejajar dengan garis hijau pada kaca. Selanjutnya ikuti arah depan kompas, dimana garis index tetap dan kawat bidik berada. 39 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 40. 2. Dalam keadaan pencahayaan yang terbatas atau malam hari, azimuth harus di setel pada kompas dengan mendengarkan bunyi klik yang di hasilkan dari memutar cincin gerigi. Ingat, terdapat interval 3° pada setiap klik. • Putar cincin gerigi hingga garis hijau pada kaca berada diatas garis index tetap • Cari azimuth yang di inginkan dan bagi dengan angka 3. Maka hasilnya adalah jumlah klik yang harus dibuat. • Hitung jumlah klik yang di inginkan. Jika azimuth lebih kecil dari 180° maka cincin gerigi harus diputar melawan arah jarum jam. Contoh : Jika azimuth yang di inginkan adalah 51° artinya 51° : 3 = 17 maka cincin gerigi harus diputar sebanyak 17 klik melawan arah jarum jam • Jika azimuth lebih besar dari 180° maka 360° harus dikurangi dengan nilai azimuth lalu dibagi tiga dan cincin gerigi harus diputar searah jarum jam. Contoh : Jika azimuth yang di inginkan adalah 330° 360° - 330° = 30° 30° : 3 = 10 maka cincin gerigi harus diputar sebanyak 10 klik searah jarum jam • Untuk mengikuti azimuth, gunakan tehnik centerhold dan putar tubuh sehingga panah arah utara sejajar dengan garis hijau pada kaca. Selanjutnya ikuti arah depan kompas, dimana garis index tetap dan slot bidik malam sejajar. Catatan : Saat kompas digunakan dalam keadaan gelap, jika memungkinkan sebaiknya azimuth di setel saat cahaya masih tersedia. Beberapa model kompas tidak memiliki bunyi klik saat cincin gerigi di putar. 7-6. MEMBY-PASS RINTANGAN Saat mengikuti azimuth terkadang kita di hadapi rintangan alam seperti jurang, tebing, danau, dsb. Mau tidak mau kita harus merubah arah langkah, untuk melakukannya kita harus bergerak dengan tepat agar arah azimuth tidak berubah. Sebagai contoh, saat kita bergerak dengan azimuth 90° dan menghadapi rintangan, maka rubah arah menjadi 180° dan bergerak sejauh 100 meter, selanjutnya rubah arah ke 90° dan bergerak sejauh 150 meter lalu rubah arah menjadi 360° dan bergerak 100 meter lalu rubah arah 90° kembali pada garis arah azimuth awal. Gambar 7-6. Contoh memby-pass rintangan Tehnik yang sama juga dilakukan pada saat memby-pass rintangan pada malam hari. Namun dengan memperhatikan garis hijau dan arah jarum magnetik yang dapat bercahaya pada malam hari. 40 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 41. 7-7. OFFSET Offset yang disengaja merupakan penyimpangan magnetik ke arah kanan atau kiri azimuth yang direncanakan. Kita dapat menggunakannya saat tujuan berada sepanjang fitur linear seperti jalan, kanal atau sungai. Tehnik ini berguna untuk antisipasi dikarenakan kesalahan kompas atau peta, maka kita tidak tahu apakah tujuan berada pada sebelah kanan atau kiri azimuth. Dalam satu derajat offset akan didapat perbedaan jarak 18 meter setiap menempuh jarak 1.000 meter. Offset sebanyak 10 derajat merupakan nilai yang cukup memadai untuk kebanyakan penggunaan taktikal. Sebagai contoh : Suatu obyek memiliki jarak 1.000 meter dengan azimuth 90°, dan offsetnya adalah 10° ke arah kiri azimuth. Maka setelah kita mencapai jarak 1.000 meter, obyek sebenarnya akan berada diantara jarak 180 meter dari azimuth. Gambar 7-7. Tehnik offset LAMPIRAN A TEHNIK LAIN MENENTUKAN ARAH MATA ANGIN Saat kompas tidak tersedia, tehnik yang berbeda harus digunakan untuk menentukan arah. A-1. METODE BAYANGAN Metode ini merupakan metode yang mudah dilakukan. Dengan menggunakan empat langkah berdasarkan bayangan dari sinar matahari. Langkah pertama. Letakkan tongkat atau ranting secara tegak pada area yang dapat terpapar sinar matahari, sehingga kita mendapatkan bayangan dari tongkat atau ranting. Tandai ujung bayangan tongkat atau ranting. Langkah kedua. Tunggu 10 – 15 menit hingga ujung bayangan bergerak beberapa centimeter, lalu tandai posisi baru ujung bayangan tongkat atau ranting. Langkah ketiga. Tarik garis lurus antara tanda ujung bayangan pertam dengan ujung bayangan kedua. Langkah keempat. Berdiri tegak dengan tanda pertama di sebelah kiri dan tanda kedua di sebelah kanan. Maka kita telah menghadap arah utara. 41 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 42. Gambar A-1. Tehnik bayangan A-2. METODE JAM TANGAN Kita juga dapat menentukan arah menggunakan jam tangan analog. Arah yang di dapat akan lebih akurat jika kita menggunakan waktu lokal, tanpa perubahan daylight saving time. Semakin jauh kita dari ekuator maka hasil yang didapat lebih akurat. Jika kita menggunakan jam tangan digital kita dapat mengatasi masalah ini dengan menggambar jam pada kertas dan menggunakannya. Pada belahan bumi utara, pegang jam horizontal dan arahkan jarum penanda jam pada matahari. Bagi dua sudut antara jarum jam dengan angka 12 pada jam untuk mendapatkan garis utara-selatan. Jika kita masih bingung menentukan arah mana yang utara dan arah mana yang selatan, ingat bahwa matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam di barat. Artinya matahari berada pada arah timur sebelum jam 12 siang dan berada pada sebelah barat setelah jam 12 siang. Pada belahan bumi selatan, arahkan angka 12 pada jam tangan menghadap matahari, dan bagi dua sudut antara angka 12 dengan jarum penanda jam. Maka kita mendapatkan garis utara-selatan. 42 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 43. A-3. METODE BINTANG Kita dapat memanfaat konstellasi bintang sebagai petunjuk arah. Pelaut jaman pertengahan dan bangsa arab telah memanfaatkan konstellasi ini dengan baik. Penggunaan sekstar dikembangkan untuk navigasi laut. Ilmu perbintangan pun berkembang. Perlu diketahui bahwa konstellasi yang kita lihat pada langit malam hari tidaklah tetap. Mereka selalu bergerak karna bumi berotasi. Dan juga tergantung bagian bumi yang kita pijak dan waktu dalam tahun dan jam pada malam hari ikut mengambil peranan. Bagi kita yang tidak mengerti ilmu perbintangan tentu ini menjadi masalah. Namun ada satu bintang yang posisinya tetap sepanjang tahun sepanjang malam. Bintang ini disebut Bintang Utara atau North Star yang juga di sebut Polar Star atau Polaris. Letak bintang utara ini berada kurang 1° dari kutub utara dan tidak bergerak dari tempatnya karena axis bumi menghadap ke arahnya. Bintang utara termasuk ke dalam jajaran bintang yang di sebut Ursa Minor atau Little Dipper. Bintang ini merupakan bintang terakhir pada rangkaian Dipper atau Ursa. Terdapat dua bintang pada jajaran Ursa Mayor atau Big Dipper yang digunakan sebagai pointer ke Bintang Utara. Jika kita masih bingung membedakan Bntang Utara dengan bintang yang lain dalam jajaran Ursa Minor, maka perhatikan bahwa Rasi Ursa Mayor dan Rasi Cassiopeia bergerak mengitari Bintang Utara. Namun bintang ini hanya dapat dilihat pada belahan bumi bagian utara, jadi tidak dapat digunakan pada bagian bumi bagian selatan. Gambar A-3. Bintang Utara Pada bagian bumi sebelah selatan, kita dapat menggunakan rasi bintang Souhern Cross atau Gubuk Penceng. Dalam menggunakan rasi bintang ini kita harus membayangkan point imajiner yang tepat. Dibutuhkan latihan untuk menguasai tehnik menggunakan bintang ini. 43 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 44. LAMPIRAN B TEHNIK MELIPAT PETA Salah satu hal yang menjadi prioritas dalam menggunakan peta adalah perawatan. Dan salah satu cara merawatnya adalah dengan membawanya dengan benar. Agar peta dapat mudah dibawa dan digunakan tanpa merusaknya adalah dengan mempelajari cara melipatnya. B-1. METODE PELIPATAN Gambar berikut cara melipat peta menjadi cukup kecil agar mudah dibawa namun masih mudah digunakan tanpa harus membuka seluruhnya. Gambar B-1. Dua metode melipat peta. B-2. METODE PERLINDUNGAN Setelah peta telah dilipat, harus disisipkan dalam tempat yang terlindungi. Beri perekat ke bagian belakang segmen sesuai dengan A, F, L, dan Q (Gambar B-2). 44 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 45. Gambar B-2. Metode pelipatan peta untuk penggunaan khusus. B-3. PRAKTEK CUT Sebaiknya sebelum melakukan praktek cut, lipat peta dengan cara yang digambarkan dalam Gambar B-1. 45 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
  • 46. NOTABENE Panduan ini hanya sekedar membahas dasar dari navigasi darat, karna pendalaman dan ketrampilan navigasi darat sesungguhnya hanya akan kita dapat di lapangan dengan praktek dan latihan. Sebuah teori yang mumpuni pun tak akan berkembang tanpa adanya praktek dan latihan. Dengan adanya praktek dan latihan kita dapat mempelajari kekurangan dan kesalahan sebuah teori. Panduan ini dibuat dari beberapa referensi dan masukan jadi intinya panduan ini bukan buatan kami, panduan ini sebenarnya kami buat untuk kalangan sendiri. Namun karena panduan navigasi jarang ditemukan maka kami mencoba membaginya untuk sekedar berbagi ilmu dan pengalaman. Jelas panduan ini memiliki banyak kekurangan, dan bagi pihak yang ingin memberi tambahan atau sekedar saran dan kritik silakan kunjungi situs kami di http://serdadurimba.blogspot.com Salam Juang…! SAVE OUR PLANET STOP GLOBAL WARMING STOP ILEGAL LOGGING Iwan Digitally signed by Iwan GAOK DN: cn=Iwan GAOK, c=ID, o=Serdadu Rimba, ou=Serdadu Rimba, email=serdadurimba@serdadurimba. co.cc GAOK Reason: I am the author of this document Date: 2011.08.15 18:08:21 +07'00' 46 Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com