1. BAB I
SOSIOLOGI
SOSIALISASI DAN KEPRIBADIAN
a. Sosialisasi
1. Pengertian
a. Prof. Koentjaraningrat
Memahami sosialisasi sebagai seluruh proses seorang individu sejak masa kanak-kanak
sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan
individu-individu lain yang hidup dalam masyarakat sekitarnya.
b. M.J. Herskovits
Sosialisasi adalah suatu proses seorang anak menyesuaikan diri dengan norma-norma
yang berlaku di lingkungan keluarganya.
c. Soerjono Soekanto
Sosialiasi adalah suatu proses anggota masyarakat mempelajari norma-norma dan nilai-
nilai sosial di mana ia menjadi anggota.
d. Peter L. Berger
Sosialisasi adalah proses anak belajar menjadi anggota-anggota yang berpartisipasi
dalam masyarakat.
Batasan atau pengertian di atas memaparkan beberapa segi penting dari sosialisasi:
a. Sosialisasi secara fundamental merupakan proses hasil belajar, belajar dari pengalaman,
atau seperti yang dikemukakan oleh Aberle sebagai pola-pola aksi.
b. Memberikan indikasi (petunjuk) umum hasil belajar tingkah laku individu dalam batas-
batas yang luas, dan lebih khusus lagi berkenaan dengan pengetahuan atau informasi,
motif-motif (nilai-nilai), dan sikap-sikap.
c. Sosialisasi merupakan proses yang berlangsung sejak masa kecil sampai dengan akhir
hayat individu. Dan akan terus berlangsung sepanjang hidup individu.
d. Sosialisasi merupakan prakondisi yang diperlukan bagi aktivitas social dan baik secara
inplisit maupun eksplisit memberikan penjelasan mengenai tingkah laku sosial.
Dari beberapa pengertian di atas maka secara sosiologis yang dimaksud dengan
sosialisasi adalah proses belajar yang dialami individu sejak masa kanak-kanak sampai masa
tuanya.
Di dalam keluarga, anak akan mengalami sosialisasi. Anak mendapat pengetahuan
tentang bagaimana cara makan yang sopan, cara duduk, cara berpakaian, cara berbahasa,
dan sebagainya. Dengan demikian, semua nilai-nilai, norma-norma, aturan adat istiadat,
pendirian-pendirian, dan anggapan-anggapan yang hidup dalam kebudayaannya diajarkan
kepada anak.
Kalau di atas disebutkan mengenai orang tua yang memberikan atau mengenalkan nilai
dan norma kepada anak disebut sosialisasi maka ketika anak mulai menyerap dan
menjadikan nilai dan norma menjadi bagian dari kepribadiannya disebut internalisasi.
2. Tujuan Sosialisasi
Mengenai tujuan sosialisasi, Robert M.Z. Lawang mengatakan sebagai berikut:
a. Diharapkan seorang individu mampu hidup dengan baik di tengah masyarakat. Ia
mampu berinteraksi dengan masyarakatnya. Hal ini dapat dirumuskan sebagai fungsi
1
2. integratif. Fungsi integratif ini dapat dijelaskan bahwa sosialisasi merupakan proses di
mana seorang individu dibentuk untuk dapat bersikap dan berperilaku sesuai dengan
perilaku kelompoknya.
b. Supaya masyarakat tetap ada dengan semua nilai-nilai dan normanya. Hal tersebut
dimaksudkan sebagai suatu proses pewarisan nilai-nilai yang hidup dan berkembang
dalam masyarakat. Semua nilai yang dijunjung tinggi diberikan atau diajarkan kepada
tiap individu yang menjadi anggota masyarakat tersebut. Hal ini penting sebagai upaya
melestarikan masyarakat, dan menjaga masyarakat agar tidak hancur oleh nilai-nilai
asing.
Secara umum tujuan sosialisasi adalah sebagai berikut.
a. Seseorang mampu menjadi anggota masyarakat yang baik.
b. Seseorang dapat menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan harapan masyarakat.
c. Seseorang akan lebih mengenal dirinya sendiri dalam lingkungan sosialnya.
d. Seseorang akan menyadari eksistensi dirinya terhadap masyarakat di sekelilingnya.
3. Pelaksanaan Sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang membantu seseorang individu menerima nilai-nilai
atau tempat seorang individu belajar terhadap segala sesuatu yang kemudian menjadikan
dewasa.Agen sosialisasi adalah sebagai berikut.
a. Keluarga
Keluarga bagi seorang individu merupakan agen sosialisasi yang pertama.Keluarga
baik secara langsung maupun tidak langsung merupakan bangunan (struktur) sosialisasi
pertama seseorang yang kekal dan kuat.Dari keluarga, seorang anak mulai mengenal
lingkungan social dan budayanya. Seorang individu akan mengenal ayah, ibu, adik, dan
kakak, dan akhirnya ia dapat mengenal dirinya dengan demikian ia dapat membedakan
dirinya dengan orang lain.
Pembentukan sikap mental dan kepribadian akan berjalan efektif di dalam keluarga.
Oleh karena itu, amat logis apabila sikap kepribadian anak merupakan cerminan sikap,
mental dan kepribadian orang tua. Anak akan menjadi pewaris nilai-nilai yang dipegang
oleh keluarganya.
Dalam lingkungan keluarga dikenal dua macam sosialisasi, yaitu sosialisasi refresif
(refressive socialization) yang mengutamakan ketaatan anak kepada orang tua dan
sosialisasi partisipasi (participatory socialization) yang mengutamakan adanya partisipasi
pada anak.
1) Sosialisasi Refresif menekankan penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Contoh,
orang tua yang melakukan hokum fisik kepada anaknya yang tidak menaati
perintahnya, dan mengakibatkan anak tersebut menderita cacat, kasus itu
merupakan contoh ekstrem sosialisasi dengan cara represif.
2) Sosialisasi Partisipatif adalah suatu pola sosialisasi yang memberikan apa yang
diminta anak apabila anak berperilaku baik. Tekanannya terletak pada interaksi anak
yang menjadi pusat sosialisasi dan kebutuhannya.
Dalam sosialisasi, bahasa merupakan sarana yang paling baik. Bahasa juga
menjadi perantara dalam proses pengembangan diri. Dengan bahasa, seorang
belajar berkomunikasi, belajar berpikir, dan belajar mengenal diri.Pengalaman-
pengalaman yang terdahulu dipergnakan untuk meninjau dan menilai keadaan
sekarang.Jadi, bahasa memungkinkan seseorang untuk dapat mengenal diri sendiri.
2
3. Apabila dirumuskan dengan cara lain, ciri-ciri sosialisasi partisipatif adalah
sebagai berikut.
a) memberi imbalan bagi perilaku yang baik;
b) hukuman dan imbalan simbolis;
c) otonomi pada anak;
d) komunikasi sebagai interaksi;
e) komunikasi verbal;
f) sosialisasi berpusat pada anak;
g) orang tua memperhatikan kebutuhan anak;
h) dalam keluarga biasanya mempunyai tujuan yang sama.
b. Sekolah
Sekolah sebagai agen sosialisasi kedua memiliki potensi yang tidak kalah pentingnya
dalam pembentukan sikap dan perilaku seorang anak. Sekolah akan membentuk pola
berpikir dan berperilaku seorang anak secara lebih luas. Individu akan memberi
bimbingan berpikir, bekal ilmu pengetahuan, dan kemampuan untuk hidup dalam
suasana sosial yang lebih luas.
c. Kelompok Pergaulan
Meskipun keluarga dan sekolah merupakan agen sosialisasi, ada juga unit lain yang
bisa membentuk pola-pola perilaku seseorang. Salah satunya adalah kelompok
pergaulan atau lingkungan pergaulan. Contohnya, adalah kelompok bermain ketika
masih kanak-kanak, kelompok persahabatan, dan kelompok kerja yang kecil, setiap
anggota memiliki kedudukan dan peran yang relative sama dan saling memiliki ikatan-
ikatan yang erat.
d. Media Masa
Masyarakat modern tidak dapat hidup tanpa komunikasi yang luas, cepat, dan
secara umum beragam. Informasi tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di mana saja
di dunia segera menjadi berita dalam beberapa jam saja.
Dari pembahasan di atas dapat dipahami bahwa media sosialisasi nilai-nilai sosial
dan budaya bagi pembentukan pola-pola perilaku seseorang dapat melalui empat agen,
yaitu keluarga, sekolah, kelompok pergaulan atau lingkungan pergaulan, dan media
massa.
Kalau kita membicarakan agen sosialisasi, maka kita pun teringat akan konsep Ki
Hajar Dewantara mengenai pendidikan. Akan tetapi harus diingat konsep mengenai
sosialisasi, pendidikan merupakan satu agen saja.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan manusia berlangsung melalui tiga agen
atau pusat, sehingga popular disebut sebagai tri pusat pendidikan. Tri pusat pendidikan
mengandung pengertian bahwa pendidikan manusia pada dasarnya ditempuh melalui
tiga pusat, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat.
4. Bentuk-Bentuk Sosialisasi
Beger dan Luekman menyatakan bahwa sosialisasi mempunyai dua bentuk, yaitu sebagai
berikut.
a. Sosialisasi Primer
Sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil pada saat ia tercatat sebagai
anggota masyarakat melalui agen-agen sosialisasi utama. Proses ini mulai pada saat
3
4. seseorang berusia anak-anak atau belum masuk sekolah untuk mengenal keadaan
lingkungan keluarga, teman sepermainan, tetangga, dan sebagainya.
b. Sosialisasi Sekunder
Proses sosialisasi lanjutan yang berlangsung dalam masyarakat. Proses ini dimulai
dengan proses desosialisasi yaitu seseorang mengalami pencabutan diri terhadap
proses-proses sosialisasi yang telah dilakukannya dan kemudian diikuti oleh proses
resosialisasi yaitu seseorang diberi suatu diri yang baru setelah mengalami desosialisasi.
Sosialisasi sekunder berlangsung di luar keluarga melalui agen, teman bermain, sekolah,
dan media massa.
5. Faktor-Faktor Penghambat dalam sosialisasi
Dalam pelaksanaan sosialisasi tidak terlepas dari berbagai hambatan-hambatan dan
rintangan.Untuk itu ada beberapa hambatan dalam sosialisasi yakni sebagai berikut.
a. Kemampuan berbahasa, orang yang pandai berbahasa mempunyai kecenderungan
dapat dengan mudah melakukan sosialisasi. Sebaliknya apabila sulit berbahasa, sulit pula
berkomunikasi. Kesulitan berbahasa bisa disebabkan oleh antara lain sebagai berikut.
1) cacat pada bibir sumbin g;
2) bicara gagap;
3) malu berbicara, pendiam, dan;
4) kurang fasih menguasai bahasa.
b. Cara terbentuknya sosialisasi sangat ditentukan oleh pergaulan. Orang yang pandai
bergaul dan bisa menempatkan dirinya akan mudah menjalankan proses sosialisasi.
Sebaliknya orang yang sulit berkomunikasi, bersikap kaku, kurang beretika dan
cenderung menghambat sosialisasi.
c. Kehidupan masyarakat yang terisolir
d. Kesulitan dalam melakukan komunikasi
e. Hambtaan alam
f. Adanya perbedaan kelakuan antara satu individu dengan individu yang lain
g. Perubahan dalam masyarakat akibat modernisasi.
h. Terjadinya kesenjangan kebudayaan antarkelompok masyarakat
B. Kepribadian
1. Pengertian Kepribadian
a. Theodore M. Newcomb
Kepribadian adalah seluruh organisasi sikap yang dimiliki seseorang sebagai
latar belakang dari perilakunya. Menurut Newcomb, kepribadian menunjuk pada
organisasi sikap seseorang untuk berbuat, mengetahui, berpikir, dan merasakan
apabila ia berhubungan dengan orang lain atau pada saat ia menghadapi masalah.
b. Roucek dan Warren
Kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan
sosiologis yang mendasari perilaku individu
1)Faktorbiologis meliputi sistim syaraf, watak, seksual, proses pendewasaan,
kelainan fisik, dan kondisi fisik.
2) Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi kepribadian adalah unsure
tempramen, kemampuan belajar, perasaan, keterampilan, dan keinginan.
4
5. 3) Faktor sosiologis meliputi proses internalisasi, proses sosialisasi, dan proses
enkulturasi yang diperolah sejak seseorang anak lahir sampai ia dewasa.
c. Koentjaraningrat
Kepribadian adalah suatu susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang
menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu.
Berdasarkan pengertian kepribadian dari beberapa ahli di atas maka kepribadian
adalah sebagai berikut.
a. Kepribadian merupakan abstraksi dari pola perilaku manusia dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Kepribadian merupakan cirri watak yang khas dan konsisten sebagai identitas
seorang individu.
c. Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan sifat lain yang khas pada
saat seseorang berhubungan dengan orang lain.
2. Pembentukan Kepribadian
a. Soerjono Soekanto
Secara sosiologis, kepribadian terbentuk melalui proses sosialisasi yang
dimulai sejak seseorang dilahirkan sampai menjelang akhir hayatnya. Sehingga
melalui proses sosialisasi seorang individu mendapatkan pembentukan sikap dan
perilaku yang sesuai dengan perilaku kelompoknya.
b. Roucek dan Warren
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian seseorang
individu adalah sebagai berikut.
1) Faktor biologis misalnya, seseorang yang mempunyai cacat fisik bawaan sejak ia
dilahirkan maka hal ini akan menimbulkan sifat rendah diri sehingga kepribadian
orang tersebut akan tertutup.
2) Faktor psikologis seperti pemarah dan agresif akan mempengaruhi kehidupan
seseorang hingga bisa menyebabkan terbentuknya kepribadian dalam wujud
ketidaksabaran perilaku.
3) Faktor sosiologis.
Kamu dapat lihat pada perbedaan masyarakat gemeinschaff dan masyarakat
gesselchaff.Perilaku masyarakat gemeinschaff cenderung ramah, memiliki
solidaritas tinggi, saling mengenal dengan dekat, dan rasa kebersamaan yang
sangat kuat. Sedangkan masyarakat gesselschaff terlihat berperilaku individual,
tidak saling mengenal dengan dekat, rasa solidaritas, rendah dan rasa
kebersamaan yang kurang
c. Koentjaraningrat
Pembentukan kepribadian seseorang dipengaruhi oleh unsure-unsur berikut ini.
1) Unsur pengetahuan yang bersumber dari pola piker yang rasional.
2) Unsur perasaan yang bersifat positif maupun negatif terhadap suatu hal atau
keadaan yang terjadi.
3) Unsur naluri atau dorongan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup baik
yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian
seorang adalah sebagai berikut.
5
6. a. Warisan Biologis (Keturunan)
b. Lingkungan Fisik
c. Warisan Sosial
d. Pengalaman Kelompok
3. Proses Pembentukan Kepribadian
a. Masa Anak-Anak
Sejak dilahirkan seorang anak (terutama balita) hidupnya sangat tergantung kepada
perlindungan dan bantuan orang tua serta saudara-saudara dekat di lingkungan
keluarganya.Ia belajar menirukan apa-apa yang diajarkan orang tuanya, mulai dari
belajar makan, belajar berbicara, belajar bertindak, dan berperilaku.
b. Masa Remaja
Tahapan ini merupakan kelanjutan yang lebih tinggi dari teknik bermain peran pada
masa anak-anak. Seorang remaja tidak hanya bisa meniru peran seseorang yang
diidolakannya, akan tetapi sudah mengidentifikasikan dirinya, seolah-olah ia sudah
menyamakan (identik) dirinya sebagai tokoh idolanya.
c. Masa Dewasa
Pada tahapan ini seorang individu dewasa diharapkan sudah menyelaraskan dan
menyesuaikan dirinya dengan pola sosial budaya masyarakat tempat ia hidup.
Individu yang sudah memperoleh status dan peran yang mantap, sehingga ia mejadi
anggota penuh dari masyarakatnya.
4. Hubungan Antara Kepribadian, Masyarakat, dan Kebudayaan
Menurut Soerjono Soekanto ada beberapa tipe kebudayan khusus atau subculture
yang secara nyata dapat mempengaruhi bentuk kepribadian seorang individu, yaitu
sebagai berikut.
a. Budaya khusus atas dasar faktor kedaerahan
b. Budaya khusus masyarakat desa dan kota
c. Budaya khusus kelas sosial
d. Budaya khusus atas dasar agama
e. Budaya khusus berdasarkan profesi
6
7. BAB II
Perilaku Menyimpang dalam Masyarakat
A. Perilaku Menyimpang
1. Pengertian Perilaku Menyimpang
Menurut Bruce J. Cohen perilaku menyimpang didefinisikan sebagai perilaku yang
tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok
tertentu dalam masyarakat.
Menurut Robert M.Z. Lawang, perilaku menyimpang adalah suatu tindakan yang
menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam satu sistem social, sedangkan
menurut Lemert penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyimpangan
primer dan penyimpangan sekunder.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang
a. Faktor Internal
1) Faktor Intelegensi
2) Kondisi Fisik
3) Kondisi Psikis
4) Kepribadian
5) Usia
6) Jenis Kelamin
7) Kedudukan Seseorang dalam Keluarga
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Sosial Ekonomi
2) Kondisi Politik
3) Faktor budaya
4) Kehidupan Rumah Tangga atau Keluarga
5) Pendidikan di Sekolah
6) Pergaulan
7) Media Massa
3. Kalsifikasi Perilaku Menyimpang
a. Berdasarkan sifatnya, penyimpangan menjadi dua, yaitu
1) Penyimpangan yang bersifat positif, yaitu penyimpangan yang dilakukan
oleh individu atau kelompok yang mempunyai dampak positif terhadap
dampak sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif dan kreatif,
sehingga masyarakat masih dapat menerimanya.
2) Penyimpangan yang bersifat negatif, yaitu penyimpangan yang dilakukan
oleh individu atau kelompok yang mengacu pada hal-hal yang bersifat
negatif karena mengandung nilai sosial yang rendah serta dapat berakibat
buruk kepada dirinya atau lingkungan sekitarnya
b. Berdasarkan jumlah orang yang melakukan, penyimpangan dapat dibagi menjadi
dua, yaitu
1) Penyimpangan individual, yaitu penyimpangan yang dilakukan oleh seorang
diri tanpa kawan terhadap nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Contoh, seorang murid yang membolos sekolah.
2) Penyimpangan kelompok, yaitu penyimpangan yang dilakukan oleh
beberapa orang secara bersama-sama
c. Berdasarkan jenis, penyimpangan dapat dibedakan menjadi lima, yaitu
1) Tindakan kriminal atau kejahatan.
7
8. 2) Penyimpangan seksual, yaitu tindakan atau perilaku seksual yang tidak
sewajarnya atau tidak selayaknya untuk dilakukan. Macam-macam kelainan
seksual adalah sebagai berikut.
a. Sodomi, yaitu hubungan seksual melalui anus
b. Transeksual
c. Masokisme seksual
d. Homoseksual
e. Inses
f. Voyeurism atau scoptophilia
g. Transvestite
h. Kumpul kebo
i. Sadisme seksual
j. Nechrophili
k. Zina
l. Pelacuran
3) Penyimpangan dalam bentuk pemakaian atau peredaran obat terlarang dan
alkoholisme
4) Penyimpangan dalam bentuk gaya hidup yang lain dari biasanya. Bentuk
penyimpangan ini antara lain sebagai berikut.
a) Sikap arogansi
b) Sikap eksentrik
5) Tawuran atau perkelahian antarpelajar
4. Perilaku Menyimpang Hasil Sosialisasi yang tidak Sempurna
Pada dasarnya proses sosialisasi yang tidak sempurna pun dapat
membentuk perilaku menyimpang. Hal ini terjadi, misalnya karena individu
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi ketika bersosialisasi atau dapat juga
terjadi jika individu tersebut tidak dapat mendalami norma-norma masyarakat yang
berlaku dan menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari. Apalagi jika individu
tersebut tidak mampu memiliki kepercayaan diri dan kemampuan dalam proses
sosialisasi tersebut.
Proses sosialisasi juga dapat tidak berhasil pada akhirnya karena sejak kecil
seseorang mengamati bahkan meniru perilaku menyimpang yang dilakukan oleh
orang-orang dewasa terutama orang-orang di sekitarnya seperti orang tua dan
kakak.
5. Teori-Teori Penyimpangan
a. Teori Differential Association (Edwin H. Sutherland)
Untuk menjadi penjahat sebelumnya seorang harus mempelajari bagaimana
caranya menjadi penjahat.lebih lanjut ia beranggapan bahwa pengajaran ini
terjadi sebagai akibat dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain. Semakin
tinggi intensitas interaksi dengan orang lain atau kelompok, maka semakin
banyak sesuau yang diserap dan dilaksanakan.
b. Teori Labeling (Edwin M. Lemert)
Sesorang menjadi pentimpang karena proses labeling atau pemberian cap,
julukan, etiket, merek dan stigma yang diberikan masyarakat kepadanya. Akibat
dari stigma inilah seseorang sudah dianggap jelek dan tidak bisa diterima oleh
masyarakat sehingga tidak menghentikan perilakunya yang menyimpang, tetapi
justru mengulangi perilaku menyimpang.
c. Teori Penyimpangan Sosial Jenjang Makro (Robert K. Merton)
Struktur social tidak hanya menghasilkan perilaku konformis atau tidak
menyimpang, tetapi menghasilkan pula perilaku menyimpang, struktur social
8
9. menciptakan keadaan yang menghasilkan pula perilaku nonkonformis atau
menyimpang.
Robert K. Merton mengidentifikasikan empat tipe cara adaptasi individu
terhadap situasi tertentu, yaitu konformitas, inovasi, ritualisme, dan
pemberontakan.
a. Konformitas, yaitu perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat
dan mengikuti cara yang ditentukan masyarakat untuk mencapai tujuan
tersebut.
b. Inovasi yaitu perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat, tetapi
memakai cara yang dilarang oleh masyarakat.
c. Ritualisme yaitu perilaku seseorang yang tidak mengikuti tujuan budaya,
namun masih tetap berpegang pada cara-cara yang digunakan masyarakat.
d. Pemberontakan terjadi ketika seseorang tidak lagi mengakui struktur sosial
yang ada dan berupaya menciptakan suatu struktur sosial yang lain.
B. Sikap Anti Sosial
1. Latar Belakang
Kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan
makhluk tuhan. Sebagai makhluk individu manusia memiliki hak-hak untuk
memenuhi kebutuhan dirinya yang tidak boleh diganggu atau dirampas oleh orang
lain. Di samping itu setiap individu juga memiliki personality yang berbeda-beda
yang dapat berwujud sifat-sifat yang baik dan sifat-sifat yang jelek.
2. Penyebab Sikap Anti Sosial (ODD)
Ada lima tindakan orang dewasa atau pengasuh yang dapat menyebabkan perilaku
antisosial, di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Sikap yang tidak konsisten
b. Belum terpenuhi kebutuhan emosionalnya
c. Bersikap eksploitatif
d. Penganiayaan emosional
e. Lingkungan hidup jelek
3. Nilai Sosial sebagai Kontrol Sikap Anti Sosial
Nilai sosial pada umumnya diakui sebagai hasil consensus yang erat
kaitannya dengan pandangan hidup terhadap kesejahteraan masyarakat. Dengan
demikian, nilai sosial memuat tentang ketentuan-ketentuan atau cita-cita dari apa
yang dinilai baik dan benar oleh masyarakat. Nilai sosial ini merupakan alternative
yang dianggap sebagai dasar dalam melakukan tindakan sosial.
4. Pengawasan Sosial
Pada setiap keinginan masyarakat senantiasa menginginkan suatu
ketertiban dan keamanan, oleh karena itu segala tindakan manusia senantiasa diatur
dan dibatasi oleh berbagai norma sosial. Tujuannya adalah agar setiap tindakan
manusia tidak saling bertentangan dan tidak merugikan pihak lain.
9
10. BAB III
Peranan Ilmu Sosiologi
A. Konsep Sosiologi
1. Pengertian Konsep
Konsep adalah pengertian yang menunjukkan kepada sesuatu seperti benda,
keadaan, atau gerakan. Konsep dinyatakan dalam bentuk kata, nama pertanyaan,
atau symbol.
2. Konsep Sosiologi
a. Interaksi sosial adalah hubungan saling mempengaruhi antara individu dengan
individu, individu dan kelompok, kelompok dengan kelompok yang dapat
menimbulkan pengaruh satu sama lain.
b. Kelompok sosial adalah suatu system yang terdiri atas sejumlah orang yang
berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam kegiatan bersama.
c. Kebudayaan di sini berintikan nilai-nilai, ada nilai yang ukurannya baik dan ada
nilai yang ukurannya tidak baik yang semuanya itu dijadikan nilai baik/buruk,
pantas atau tidak pantas suatu gejala yang terjadi di masyarakat.
d. Lembaga sosial adalah kumpulan norma-norma segala tingkatan yang berkisar
pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat, artinya norma-
norma yang mengatur pergaulan hidup manusia, berkelompok pada berbagai
keperluan pokok kehidupan manusia (menurut Soerjono Soekanto).
e. Lapisan sosial merupakan perbedan penduduk dalam kelas sosial secara
vertikal.
f. Kekuasaan dan Wewenang, ada perbedaan antara kekkuasaan dan wewenang.
Kekuasaan merupakan wewenang untuk mempengaruhi pihak lain sedangkan
wewenang merupakan kekuasaan yang ada pada seseorang atau kelompok
orang yang mendapat pengakuan masyarakat.
g. Perubahan sosial, Kingsley David mengartikan perubahan sosial sebagai
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
h. Masalah social adalah suatu ketidaksesuaian antara unsure kebudayaan atau
masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok sosial yang
menyebabkan kepincangan ikatan sosial.
3. Fungsi Konsep bagi Kehidupan
a. Fungsi kognitif adalah konsep digunakan untuk memahami sesuatu.
b. Fungsi evaluatif adalah konsep digunakan untuk menilai sesuatu.
c. Fungsi pragmatic adalah konsep digunakan untuk mengetahui nilai.
d. Fungsi komunikatif adalah konsep yang digunakan sebagai alat berhubungan
dengan orang lain.
B. Teori Sosiologi
Sosiologi bersifat teoritis artinya sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang selalu
berusaha untuk menyusun abtraksi dan hasil-hasil observasi atau pengamatan.
C. Metode dalam Sosiologi
1. Macam-macam Metode Sosiologi
10
11. a. Metode Kualitatif merupakan metode yang mengutamakan bahan yang sukar
diukur dengan angka-angka atau ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak,
walaupun bahan-bahan tersebut terdapat secara nyata dalam masyarakat.
1) Metode Historis merupakan metode yang mempengaruhi analisis atau
penyelidikan atas peristiwa masa lampau yang kemudian dirumuskan
menjadi prinsip-prinsip umum.
2) Metode Komparatif merupakan metode perbandingan antara berbagai
macam masyarakat serta segala bidangnya untuk memperoleh persamaan-
persamaan, perbedan-perbedaan, dan sebab-sebabnya.
b. Metode kuantitatif merupakan metode yang mengutamakan bahan-bahan
keterangan dengan angka-angka, sehingga fakta-fakta sosial yang diteliti diukur
dengan skala indeks, table, dan formula atau rumus matematika.
Menurut Soejono Soekanto, ada beberapa metode sosiologi berdasarkan
penjenisan antara lain sebagai berikut.
a. Metode deduktif adalah metode yang menggunakan proses berpikir dari
pernyataan-pernyataan umum ke pernyataan yang bersifat khusus.
b. Metode induktif adalah metode yang menggunakan proses berpikir
bermula dari pengamatan terhadap kejadian khusus kemudian ditarik
kesimpulan secara umum.
c. Metode empiris adalah metode yang menyandarkan diri pada keadaan-
keadaan yang dengan nyata diperoleh dalam masyarakat.
d. Metode rasionalistis, adalah metode yang mengutamakan pemikiran
dengan logika dan pikiran sehat untuk mencapai pengertian tentang
masalah kemasyarakatan.
2. Keterbatasan Metode Sosiologi
Dalam penerapannya, metode-metode dalam sosiologi memiliki keterbatasan-
keterbatasan antara lain sebagai berikut.
a. Permasalahan yang ada dalam masyarakat sangat rumit.
b. Kesukaran dalam pengamatan, karena objek kajiannya bersifat subjektif
c. Kesukaran dalam replikasi.
d. Hubungan timbale balik antara pengamat dan objek kajian.
e. Kesukaran dalam pengendalian objek pengamatan.
f. Kesukaran dalam masalah pengukuran.
D. Pendekatan Sosiologi
1. Pendekatan Komparatif
Pendekatan yang melihat manusia dengan pandangan yang luas, tidak hanya yang
terisolasi atau hanya dalam tradisi social tertentu saja.
Ciri-ciri pendekatan komparatif adalah sebagai berikut.
a. Berusaha mengenali persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan sampai
pada generalisasi.
b. Berusaha memberikan keterangan-keterangan ilmiah yang dapat diterima.
c. Membanding-bandingkan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat
yang lain termasuk tradisi satu dengan tradisi yang lain dalam seluruh ruang
dan waktu.
11
12. d. Memberikan uraian tentang variasi bentuk-bentuk sosial dan mencatat asal-
usul serta perkembangan manusia dengan adat-istiadatnya, mencakup dimensi
waktu.
2. Pendekatan Holistik
Pendekatan berdasarkan pendapat, bahwa masyarakat itu dapat diselidiki sebagai
keseluruhan, sebagai unit-unit yang bersifat fungsional atau sebagai system
tertentu.
Secara khusus pendekatan holistic dalam sosiologi mempunyai dua aspek, antara
lain sebagai berikut.
1. Mencoba meninjau kebudayaan manusia sebagai jaringan tunggal yang sangat
berkaitan, sebagai kesatuan yang teratur dengan keseluruhan. Di dalamnya
semua bagian saling berhubungan sebagai komponen suatu system. Kejadian
yang terjadi pada komponen yang satu akan berpengaruh pada struktur dan
urutan kerja secara keseluruhan.
2. Mempelajari ciri-ciri biologis dengan ciri-ciri social budaya dari spesies-spesies.
Evolusi fisik manusia dan evolusi budaya tidak dipandang tanpa berkait-kaitan
untuk mendapatkan pemahaman yang tepat.
12