SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
Download to read offline
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gampa bumi di Indonesia dapat terjadi sewaktu-waktu, karena letak
geografis Indonesia berada pada pertemuan empat lempeng tektonik. Apabila
terjadi pergeseran atau patahan pada lempeng akan menimbulkan peluang bencana
gempa. Adapun empat lempeng tektonik tersebut sebagai berikut:
lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat
sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera,
Jawa, Nusa Tenggara dan Sulawesi yang sisinya berupa pegunungan
vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawarawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti
letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor.
(Ikhwanuddin, 2006: 1).
Dengan kondisi geogrfis seperti itu, sudah saatnya untuk senantiasa siap siaga di
dalam menghadapi bencana. Baik kesiapan dari infrastruktur bangunan yang tahan
gempa maupun kesiapan dalam hal pengetahuan akan gempa.
Pengetahuan masyarakat terkait gempa harus ditingkatkan, adanya
masyarakat yang menjadi korban bencana karena kurangnya pemahaman tindakan
penyelamatan saat terjadinya bencana gempa. Bencana gempa memang tidak
dapat dihindari, akan tetapi perlunya mewaspadai resiko bencana tersebut. Jadi
secara tidak langsung, dengan meningkatakan pengetahuan akan gempa mampu
memberikan kewaspadaan masyarakat untuk melakukan tindakan penyelamatan
diri.
Dalam meningkatkan kewaspadaan gempa perlu adanya daya dukung
teknologi. Peran teknologi dalam bencana gempa selama ini belum berfungsi
memberikan informasi secara jelas. Contohnya saja seismometer, alat ini dapat
merekam getaran yang ditimbulkan oleh sumber gempa kemudian di
ilustrasikannya dalam gambar gelombang, tetapi tidak semua orang dapat
mengartikan gelombang yang terekam pada seismometer. Maka perlu alat yang
benar-benar mampu memberikan informasi/tanda secara langsung kepada
masyarakat di daerah bahwa telah terjadi gempa.
1
2
Pada daerah yang terkena gempa akan terlihat retakan-retakan pada tanah
dan robohnya beberapa bangunan. Hal ini disebabkan, gelombang gempa
merambat dengan membawa energi dari pusat gempa ke segala arah melalui
lapisan-lapisan bumi. Berdasarkan medium rambatannya, gelombang gempa
terbagi menjadi dua yaitu gelombang bodi (body wave) dan gelombang
permukaan (surface wave). Gelombang bodi merupakan gelombang pada gempa
yang menjalar masuk menembus medium ke dalam bumi. Gelombang ini terbagi
atas dua tipe yaitu gelombang primer (P) dan gelombang sekunder (S), baik
gelombang primer dan sekuder akan dirambatkan dari pusat gempa yang sama,
akan tetapi keduanya memiliki kecepatan rambat yang berbeda.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengambil
judul Seminar Fisika tentang ”Gelombang Primer (P) dan Gelombang
Sekunder (S) Pada Gelombang Seismik”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat di identifikasi
masalah-masalah sebagai berikut :
1. Gampa bumi di Indonesia dapat terjadi sewaktu-waktu, karena letak
geografis Indonesia berada pada empat lempeng tektonik.
2. Masyarakat yang menjadi korban bencana karena kurangnya pemahaman
tindakan penyelamatan saat terjadinya bencana gempa.
3. Peran teknologi dalam bencana gempa belum berfungsi memberikan
informasi secara jelas.
4. Adanya perbedaan kecepatan rambat gelombang primer dan sekunder
meski dari pusat gempa yang sama.
3
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, penulis
membatasi permasalahan yang akan dibahas pada Makalah Seminar Fisika,
sebagai berikut :
1. Gelombang primer pada gelombang seismik
2. Gelombang sekunder pada gelombang seismik
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan

identifikasi

dan

pembatasan

masalah,

maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perumusan kecepatan gelombang primer pada gelombang
seismik ?
2. Bagaimana perumusan kecepatan gelombang sekunder pada gelombang
seismik ?
3. Bagaimana aplikasi gelombang primer dan sekunder pada Tsunami early
warning system?
E. Tujuan
Dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui perumusan kecepatan gelombang primer pada gelombang
seismik.
2. Mengetahui perumusan kecepatan gelombang sekunder pada gelombang
seismik.
3. Mengetahui aplikasi gelombang primer dan sekunder pada tsunami early
warning system.
4
F. Manfaat
Hasil dari penulisan makalah seminar fisika diharapkan dapat:
1. Bagi penulis dan pembaca akan manambah wawasan pengetahuan tentang
gelombang primer dan gelombang sekunder pada gelombang seismik.
2. Menambah koleksi perpustakaan prodi Pendidikan Fisika sebagai
referensi bahan mata kuliah geofisika.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Gelombang
Gelombang merupakan gejala usikan dari keadaan setimbang yang dapat
merambat dalan ruang. ketika ditinjau dari mekanisme perambatannya,
gelombang sendiri dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu gelombang mekanik
dan gelombang elektromganetik. Jika ditinjau dari arah rambatnya, gelombang
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu gelombang tranversal dan gelombang
longitudinal.
Pada gelombang mekanik, perlu adanya medium sebagai rambatan
adanya
gelombangnya, mediumnya itu dapat berupa zat padat, cair dan gas. Salah satu
contoh dari gelombang mekanik yang dapat merambat pada medium gas yaitu
gelombang bunyi. Sedangkan gelombang elektromagnetik sendiri merupakan
.
gelombang yang merambat dalam ruangan tanpa adanya medium perantara.
ang
Gelombang ketika ditinjau dari arah rambatnya dapat dibedakan menjadi
gelombang tranversal dan longitudinal. Gelombang tranversal merupakan
gelombang yang arah getarannya tegak lurus dengan arah perambatannya.
Gelombang tranversal ini memiliki ciri ciri berupa adanya lembah dan puncak
ciri-ciri
gelombang. Contohnya yaitu gelombang seismik primer (P) pada gempa bumi.
Puncak
Panjang gelombang
Amplitudo
Amplitudo
Lembah

Gambar 2.1 Gelombang Tranversal
(Giancoli, 2001: 382)
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarnya sejajar
dengan arah rambatnya. Gelombang longitudinal ini memliki ciri
ciri-ciri berupa

5
6
adanya rapatan dan regangan pada gelombang. Contohnya gelombang seismik
sekunder pada gempa bumi.
rapatan

Arah rambat sejajar arah getar

regangan
Gambar 2.2 Gelombang Longitudinal
(Giancoli, 2001: 384)
Macam-macam besaran pokok pada gelombang.
1. Amplitudo (A) merupakan ketinggian/simpangan maksimum puncak atau
kedalaman lembah yang dicapai suatu partikel dari titik kesetimbangannya
dalam satuan (m)
2. Panjang Gelombang (λ) merupakan jarak antara dua puncak atau
regangan yang ditempuh oleh sebuah gelombang dalam satu periode (m)
3. Frekuensi (f ) merupakan banyaknya gelombang yang terjadi dalam satu sekon
(s)
4. Periode (T) merupakan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan atau
membentuk satu gelombang penuh.
5. Cepat rambat gelombang (‫ )ݒ‬merupakan rata-rata pergerakan gelombang pada
medium setiap satuan waktu (m/s). Secara rumusan matematis dapat dituliskan
sebagai berikut.

ఒ

‫்=ݒ‬

(2.1)

Sedangkan hubungan antara periode dan frekuensi adalah
ଵ

ଵ

݂ = ் atau ܶ = ௙

(2.2)

Sehingga kecepatan gelombang dapat dinyatakan dalam bentuk rumus yang
lain sebagai berikut

Keterangan:

‫=ݒ‬

ఒ

்

atau ‫ߣ .݂ = ݒ‬

v = Cepat rambat gelombang (m/s)

(2.2)
7

λ = Panjang gelombang (m)
f = Frekuensi (Hz)
T = Periode (s)
( Giancoli, 2001:382-384 )
B. Persamaan Gelombang
Sistem gelombang mempunyai fungsi gelombang yang menggambarkan
perpindahan satu partikel dalam medium. Fungsi tersebut tergantung pada posisi
dan waktu (dimensi ruang dan waktu ), sehingga secara umum fungsi gelombang
dapat dinyatakan dengan ‫ .)ݐ ,ݔ( ݕ‬Pada gelombang satu dimensi, di mana
gelombang merambat dalam arah

x dan bergerak dengan kecepatan konstan

sebesar v, fungsi gelombang dapat dinyatakan sebagai berikut
‫)ݐݒ ± ݔ(݂ = )ݐ ,ݔ( ݕ‬

(2.4)

Apabila fungsi gelombang (2.4) dipenuhi oleh salah satu dari fungsi (‫ )ݐݒ − ݔ‬atau

(‫ .)ݐݒ + ݔ‬Dengan memisalkan ߙ = ‫ ,ݐݒ − ݔ‬maka fungsi gelombang pada
persamaan (2.4) dapat dinyatakan sebagai berikut

‫)ߙ(ݕ = )ݐݒ − ݔ(ݕ = )ݐ ,ݔ(ݕ‬

(2.5)

Dengan menggunakan dalil rantai ketika diturunkan terhadap x, maka fungsi
gelombang pada persamaan (2.5) akan diperoleh sebagai berikut
డ௬
డ௫

డ௬
డ௫

డ௬
డ௫

డ௬
డ௫

డ௬ డఈ

= డఈ
= ‫ݕ‬ᇱ

= ‫ݕ‬ᇱ

= ‫ݕ‬ᇱ

డ௫

డఈ
డ௫

డ(௫ି௩௧)
డ௫

(2.6)

Ketika diturunkan terhadap t, maka akan diperoleh sebagai berikut
డ௬
డ௧

డ௬
డ௧

డ௬
డ௧

డ௬
డ௧

డ௬ డఈ

= డఈ
= ‫ݕ‬ᇱ

=

డ௧

డఈ
డ௧

డ(௫ି௩௧)
‫ ݕ‬ᇱ డ௧

= −‫ ݕݒ‬ᇱ

(2.7)
8
Dengan mengambil turunan-turunan kedua, dari persamaan (2.6) dan persamaan
(2.7) akan diperoleh

డ

డ௫ డ௫

డమ ௬

డ

డ௧

డ൫௬ ᇲ ൯

డ௬

ቀ ቁ=
డ௫ మ

డ௬

డ௫ మ

= ‫ ݕ‬ᇱᇱ

డ௬ ᇲ

ቀ ቁ = −‫ݒ‬
డ௧

డమ ௬

డ௧ మ

డమ ௬

డ௧ మ

(2.8)

= −‫ݒ‬

డ௧ మ

డ௬ ᇲ డ(௫ି௩௧)
డఈ

= ‫ ݒ‬ଶ ‫ ݕ‬ᇱᇱ

డ௧

ଵ డమ ௬

‫ ݕ‬ᇱᇱ = ௩మ

డ௧ మ

(2.9)

Dengan mensubtitusikan persamaan (2.8) ke dalam persamaan (2.9) maka akan
diperoleh persamaan berikut.

డమ ௬
డ௫ మ

=

ଵ డమ ௬

௩మ

డ௧ మ

(2.10)

Persamaan (2.10) merupakan rumusan perambatan gelombang dengan kecepatan

v dalam ruang satu dimensi. (Paul A.Tipler, 1998: 495)
C. Gelombang Seismik
Gelombang termasuk bagian dari fenomena yang ada di alam.
Gelombang timbul karena adanya perambatan dari usikan atau energi dari suatu
sumber ke titik-titik yang lain. Misalnya gelombang yang ditimbulkan karena
adanya gempa bumi. Gempa bumi merupakan getaran atau guncangan yang
terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba
yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi.
Gempa bumi terjadi pada retakan dalam kerak bumi yang disebut
patahan. Patahan terbentuk karena batuan rapuh dan pecah yang disebabkan oleh
tekanan besar yang mendesaknya. Patahan tersebut akan bergerak secara
perlahan-lahan pada lempeng bumi. Sehingga dapat menyebabkan tekana pada
daerah kerak bumi.
Gempa bumi terjadi ketika tekanan telah semakin meningkat di daerah
batuan sampai pada tingkat tertentu, sehingga terjadi pergerakan mendadak.
9
Pergerakan mendadak ini dapat menciptakan patahan baru ketika batuan pecah
pada titik terlemah, atau pergerakan menyebabkan batuan tergelincir di sepanjang
patahan yang ada. Pada saat gempa bumi terjadi, sejumlah besar energi dilepaskan
bersamaan dengan dilepasnya tekanan. Energi yang dipancarkan dari sumber
gempa akan menjalar kesegala arah dalam bentuk gelombang, sehingga efeknya
dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.
Apabila terjadi suatu gempa bumi yang cukup kuat, maka gelombanggelombang elastik dipancarkan dari pusat gempa bumi ke semua arah. Gelombang
yang terpancarkan dari pusat gempa akan terekam oleh alat yang dinamakan
seismometer. Seismometer merupakan alat yang dirancang untuk merekam atau
mencatat gerakan tanah dalam arah tertentu baik dalam arah vertikal maupun
horizontal.

Dalam

kamus

lengkap

fisika

(Oxford,1990:39) “Seismograf

didefinisakan sebagi alat pencatat getaran bumi yang diakibatkan pengaruh
gempa, kemudian Seismogram merupakan grafik getaran yang direkam oleh
sesimograf”.
1. Konsep Gelombang Seismik
Gelombang seismik adalah gelombang yang merambat baik di dalam
maupun diluar permukaan bumi yang berasal dari sumber seismik.

Dari

sumber sesmik ini akan muncul getaran pada kerak bumi yang diakibatkan
adanya gangguan pada salah satu lapisan bumi. Getaran yang mencapai
permukaan bumi pada umumnya menyebabkan pergerakan ke berbagai arah,
pergerakan tersebut dikenal dengan gempa bumi. Gelombang seismik akan
mengalami osislasi partikel terhadap medium yang di lewatinya, Osilasi
partikel medium terjadi akibat interaksi antara gaya gangguan malawan gayagaya elastik. Dari interaksi ini muncul gelombang longitudinal, gelombang
transversal dan kombinasi diantara keduanya. (Afnimar, 2009:7)
Gerakan batuan yang tiba-tiba di sepanjang celah pada sesar bumi
menimbulkan getaran yang mentransmisikan energi dalam bentuk gelombang
bodi (body wave). Sedangkan gelombang yang merambat dari episenter ke

sepanjang permukaan bumi disebut gelombang permukaan (surface wave).
10
Berdasarkan tempat menjalarnya, gelombang seismik dapat dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu gelombang bodi (body wave) dan gelombang
permukaan (surface wave). Gelombang bodi ini terdiri dari dua tipe yaitu
gelombang primer (P) dan gelombang sekunder (S). gelombang primer (P)
adalah gelombang longitudinal yang arah pergerakkan partikelnya searah
dengan arah rambat gelombang. Kemudian gelombang sekunder (S) adalah
gelombang yang arah pergerakkan partikelnya tegak lurus dengan arah rambat
gelombang.
Gelombang primer dan sekunder akan merambat meninggalkan
sumber gempa pada saat yang bersamaan, tetapi gelombang primer akan
mencapai seismometer terlebih dahulu dibandingkan dengan gelombang
sekunder, karena kecepatan perambatan gelombang primer lebih cepat.

Gambar 2.3 Rekaman Gelombang Primer Dan Sekunder Pada Seismometer
Beda waktu antara kedatangan gelombang P pertama dan gelombang
S pertama ini dikenal sebagai panjang waktu getaran pendahuluan atau waktu
SP. Beda waktu ini merupakan petunjuk yang penting untuk mengetahui
lokasi sumber gempa. Waktu SP dapat mencapai orde sekon ataupun menit
bergantung pada jarak sumber gempa ke stasiun pencatat. Akan tetapi, waktu
SP selalu dapat mengungkap jarak stasiun pencatat ke episentruum, yaitu
suatu titik yang terletak di permukaan Bumi tepat di atas sumber gempa
(hiposentrum).
11
Gelombang

permukaan

merupakan

gelombang

elastik

yang

menjalar/merambat dari episenter sepanjang permukaan bumi dengan
merambat
amplitudonya melemah bila semakin masuk ke dalam medium Beberapa tipe
medium.
gelombang permukaan yaitu gelombang Rayleigh, gelombang Lo
Love,
gelombang tabung. Gelombang Rayleigh adalah gelombang yang merambat
pada batas permukaan saja dan hanya dapat merambat pada media padat serta
arah getarannya berlawanan arah dengan arah perambatannya. Gelombang
Love adalah gelombang yang hanya merambat pada batas lapisan saja dan
bergerak pada bidang yang horizontal saja. Gelombang tabung merupakan
gerak/aliran fluida di sepanjang sumur pengeboran.

Gambar 2.4 Gelombang Primer

1. Persamaan Gelombang seismik

Gambar 2.5 Gelombang Sekunder
(W.M.Telford,1992)
2. Gelombang Bodi
a. Gelombang Primer (P)
Gelombang primer atau gelombang longitudinal akan tercatat
elombang
pertama kali pada seismometer Gelombang ini memiliki a
ma
seismometer.
arah getaran
ke depan dan ke belakang sehingga materi yang dilewati sebagai
mediumnya mengalami tekanan dan peragangan seperti spiral. Oleh
ngalami
12
karena itu, sering disebut sebagai Push-Pull Wave atau Compressional
Wave.
Gelombang primer terjadi karena adanya rambatan dari
hiposentrum yang bergerak melewati lapisan litosfer secara menyebar
ke berbagai arah. Gelombang primer dapat merambat melalui medium
padat, cair dan gas. Dengan arah rambatan ke depan, maka gelombang
primer ini memiliki kecepatan yang tergolong tinggi, kecepatannya
antara 7-14 km per detik dan mempunyai periode antara 5-7 detik.

Gambar 2.6 Gelombang Primer (P-wave)
(earthquake.wordpress.com)
Gelombang primer

akan merambat dengan mudah pada

medium padat maupun medium cair. Pada umumnya, semakin padat
suatu batuan, semakin cepat perambatan gelombang P. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya perbedaan kecepatan antar bidang batas.
Ketika semakin padat medium yang dilaluinya, maka semakin kecil
simpangan yang terjadi pada gelombang, dan semakin renggang
medium yang dilaluinya akan semakin besar simpangannya.
13

Gambar 2.7. Rambatan Gelombang Primer (P) dan
Sekunder (S) Pada Interior Bumi
(rajebo.blogspot.com)
Pada gambar 2.7 sebagaimana dinyatakan oleh Noor Djauhari
(2009) bahwa, “Rambatan gelombang primer di dalam interior bumi
yang berasal dari suatu sumber gempa. Sifat dari rambat gelombang
seismik di dalam bumi diperlihatkan oleh gelombang primer yang
merambat baik pada Inti bagian luar maupun inti bagian dalam”.
Berdasarkan sifat rambat gelombang primer tersebut, maka gelombang
primer itu dapat merambat pada inti bumi bagian luar yang berfasa cair
dan Inti bumi bagian dalam berupa padatan.
14

Gambar 2.8. Rambatan Gelombang P dan S Pada Lapisan Bumi
(rajebo.blogspot.com)
Pada gambar 2.8 menurut Noor Djauhari (2009) bahwa
“kecepatan rambat gelombang primer dan gelombang sekunder kearah
interior bumi. Gelombang P tetap menjalar pada bagian luar Inti Bumi
yang berfasa cair, namun terjadi perubahan kecepatan rambat gelombang
primer dari bagian Mantel Bumi ke arah Inti Bumi bagian luar menjadi
lambat”. Dari gambar tersebut antara Kulit Bumi dengan Mantel Luar
dibatasi oleh suatu material yang berfase semi-plastis yang saat ini dikenal
sebagai tempat di mana kerak bumi yang saling bergerak. Dengan
demikian bahwa, gelombang primer dapat merambat pada interior bumi
baik yang berfasa padat maupun berfasa cair.
b. Gelombang Sekunder (S)
Gelombang

transversal

atau

gelombang

sekunder

adalah

gelombang gempa yang bersama-sama dengan gelombang primer
dirambatkan dari hiposentrum ke segala arah dalam lapisan litosfer.
Gelombang sekunder memiliki arah getar tegak lurus terhadap arah
rambatnya, gelombang sekunder ini merambat di sela-sela bebatuan
dengan kecepatan antara 4-7 km/detik dan mempunyai periode 11-13
detik. Gelombang sekunder hanya dapat merambat melalui medium padat.
15
Ketika melewati medium cair atau udara gelombangnya akan teredam
sehingga tidak tercatat oleh seismograf.

Gambar 2.9 Gelombang Sekunder (S-wave)
(earthquake.wordpress.com)
Sebagaiamana yang diperlihatkan pada Pada gambar 2.7 bahwa
untuk sifat rambatan dari gelombang gempa di dalam bumi berupa
gelombang sekunder tidak merambat pada Inti Bumi bagian luar. Jadi
untuk gelombang sekunder hanya merambat pada bagian mantel dari
interior bumi. Kemudian untuk kecepatan rambat gelombang sekunder
yang diperlihatkan pada gambar 2.8 menunjukkan bahwa gelombang
sekunder tidak menjalar pada bagian Inti Bumi bagian luar yang berfasa
cair (liquid).
D. Kecepatan gelombang primer (P) dan kecepatan gelombar sekunder (S)
Jika sebuah medium/benda padat berada dalam keadaaan setimbang
dipengaruhi gaya-gaya yang berusaha menarik, menggeser, atau menekannya
maka bentuk benda tersebut akan berubah (terdeformasi). Jika benda kembali
ke bentuknya semula bila gaya-gaya dihilangkan maka benda dikatakan
elastik. Hubungan antara gaya dan deformasinya dapat dijelaskan dengan
menggunakan konsep tegangan (stress), regangan (strain), hukum Hooke dan
konstanta elastiknya
16

1. Tegangan (࣌)

Tegangan (stress) didefenisikan sebagai gaya persatuan luas.

Apabila gaya yang bekerja tegak lurus terhadap permukaan, maka
tegangan yang demikian dikatakan tegangan normal (normal stress).
Sedangkan gaya yang bekerja sejajar dengan permukaan dikatakan
sebagai tegangan geser (shearing stress). Gaya yang bekerja dalam arah
yang tidak sejajar dan tidak tegak lurus pada permukaan, tegangannya
dapat diuraikan ke dalam komponen normal dan komponen geser.

Gambar 2.10 Komponen Tegangan
(W.M.Telford,1992)
Jika ditinjau sebuah elemen kecil volume di mana tegangannya
berada pada dua permukaan yang tegak lurus terhadap sumbu x, maka
komponen-komponen tegangannya ditunjukkan seperti pada gambar 2.10
Tegangan normal ditunjukkan oleh σxx, sedangkan tegangan geser
ditunjukkan oleh σyx dan σzx. Jika benda berada dalam kesetimbangan
statis, gaya-gaya yang bekerja padanya harus setimbang. Berarti ketiga
tegangan yakni σxx, σyx dan σzx bekerja pada bidang OABC haruslah sama
dan berlawanan dengan hubungan tegangan yang ditunjukkan pada bidang
DEFG.
17
2. Regangan (ࢿ)

Regangan didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada suatu

benda untuk meregangkan benda tersebut. Perubahan fraksional suatu
benda elastik baik bentuk maupun dimensinya dinamakan dengan
regangan. Analisis kuantitatif dua dimensi regangan dapat diilustrasikan
seperti pada gambar (2.11)
Pada gambar dibawah terlihat perubahan posisi koordinat PQRS

menjadi ܲᇱ , ܳ ᇱ , ܴ ᇱ , ܵ ᇱ . Pada saat titik P berubah menjadi ܲᇱ akan

mempunyai komponen u dan v, misalkan u = u (x,y) danv = v (x,y), maka :

Gambar 2.11 Analisis Tekanan Dua Dimensi
(W.M Telford.1992)
ܲ (‫;)ݕ݀ + ݕ ,ݔ݀ + ݔ(ܴ ;)ݕ݀ + ݕ ,ݔ(ܵ ;)ݕ ,ݔ݀ + ݔ(ܳ ;)ݕ ,ݔ‬

ܲᇱ ; (‫ ܳ ,)ݒ + ݕ ,ݑ + ݔ‬ᇱ ; ቀ‫ + ݑ + ݔ݀ + ݔ‬డ௫ ݀‫ + ݒ + ݕ ,ݔ‬డ௫ ݀‫ݔ‬ቁ
డ௨

డ௨

డ௩

డ௩

ܵ ᇱ ; ቀ‫ + ݑ + ݔ‬డ௬ ݀‫ + ݒ + ݕ݀ + ݕ ,ݕ‬డ௬ ݀‫ݕ‬ቁ
డ௨

డ௨

డ௩

డ௩

ܴ ᇱ ; ቀ‫ + ݑ + ݔ݀ + ݔ‬డ௫ ݀‫ + ݔ‬డ௬ ݀‫ + ݒ + ݕ݀ + ݕ ,ݕ‬డ௫ ݀‫ + ݔ‬డ௬ ݀‫ݕ‬ቁ
Dalam bentuk tiga dimensi, komponen perpindahan titik P (x, y
dan z) ditulis dengan (u, v dan w), sehingga regangan normal tunjukkan
oleh persamaan (2.11), regangan geser persamaan (2.12), sedangkan
komponen regangan pada benda yang mengalami perpindahan secara
rotasional ditunjukkan oleh persamaan (2.13).
18
డ௨

ߝ௫௫ =

Regangan normal

డ௫

డ௩

ߝ௬௬ = డ௬
ߝ௭௭ =

డ௪
డ௫

ߝ௫௬ = ߝ௬௫ =

Regangan geser

(2.11)

ߝ௬௭ = ߝ௭௬ =
ߝ௭௫ = ߝ௫௭ =

డ௩

డ௫

డ௪
డ௬

డ௨

+

+

+
డ௭

డ௨
డ௬

డ௩

(2.12)

డ௭

డ௪
డ௫

sedangkan komponen regangan pada benda yang mengalami perpindahan
secara rotasional adalah:
ଵ డ௪

ߠ௫ = ଶ ቀ డ௬ −

Perubahan

dimensi

డ௩
డ௭

ଵ డ௨

ቁ ; ߠ௬ = ଶ ቀ డ௭ −

yang

disebabkan

డ௪
డ௫

ଵ డ௩

ቁ ; ߠ௭ = ଶ ቀడ௫ −

oleh

strain

డ௩

డ௬

ቁ (2.13)

normal

akan

mengakibatkan perubahan volume. Perubahan volume per satuan volume
disebut dilatasi (dilatation) dan diberi simbol ∆, dimisalkan ∆ = ߠ.
ߠ = ߝ௫௫ + ߝ௬௬ + ߝ௭௭ =

డ௨
డ௫

+

డ௩

డ௬

+

డ௪
డ௭

(2.14)

(W.M.Telford, 1992: 140-143)
3. Hukum Hooke
Pada tahun (1635-1703) Robert Hooke menunjukkan eksperimen
bahwa pertambahan panjang benda sebanding dengan berat atau gaya yang
diberikan pada benda. Perbandingan dinyatakan dalam persamaan
‫ܮ∆ ݇ = ܨ‬

(2.15)

Disini F menyatakan gaya (berat benda) yang menarik benda, ∆‫ܮ‬

adalah perubahan panjang, dan k adalah konstansta pembanding. Ternyata
persamaan (2.15) berlaku untuk hampir semua materi padat dari besi
sampai tulang, tetapi hanya sampai pada batas tertentu. Karena jika gaya
terlalu besar, benda merenggang sangat besar dan akhirnya patah.
(Giancoli, 2001: 299)
19
Dalam hal ini, Hooke merumuskan hubungan antara tegangan dan
regangan. Hooke mengemukakan bahwa jika tegangan bekerja pada
sebuah benda dan menimbulkan regangan cukup kecil, maka terdapat
hubungan

secara

linier

antara

tegangan

dan

regangan.

Tanpa

memperhitungkan komponen arah atas kedua variabel tersebut, pada
medium yang bersifat homogen isotropik. Dalam seismologi, medium
elastik yang bersifat homogen isotropik didefinisikan sebagai sifat medium
di mana tidak terdapat variasi densitas di dalam medium sehingga
gelombang menjalar dengan kecepatan yang sama dalam medium. Hooke
mendefinisikan:

ߪ௜௜ = ߣ ߠ + 2 μ ε௜௜ ݅ = ‫ݖ ,ݕ ,ݔ‬

ߪ௜௝ = μ ε௜௝ ݅, ݆ = ‫݆ ≠ ݅ ,ݖ ,ݕ ,ݔ‬

(2.16)
(2.17)

λ dan µ disebut konstanta Lame, dengan µ menyatakan hambatan
regangan geser. Pada harga tegangan tetap (σ) regangan akan menjadi
besar bila modulus gesernya kecil, begitu juga sebaliknya.
4. Konstanta Elastik
Konstanta elastik adalah tinjauan hubungan antara teganganregangan dan perubahan bentuk benda yang ditimbulkannya. Untuk
medium yang homogen isotropik konstanta elastik meliputi
a. Modulus Young (E)
Modulus Young didefinisikan sebagai besarnya regangan yang
ditunjukkan oleh perubahan panjang suatu benda. Semua komponen
regangan yang tidak searah sumbu panjang adalah nol. Hal ini
disebabkan tegangan hanya terjadi pada arah sumbu panjang tersebut,
pada arah yang lain tegangannya nol.
‫=ܧ‬

ఙೣೣ
ఌೣೣ

(2.18)
20
b. Modulus Bulk (K)
Jika benda mengalami gaya internal dari semua sisi, maka
volume bendanya akan berkurang. Tekanan yang dikenakan pada suatu
benda didefinisikan sebagai gaya per luas yang ekivalen dengan
tegangan (tekanan hidrostatik). Untuk keadaan ini, perubahan volume

(∆‫ )ݒ‬sebanding dengan volume awal(‫ݒ‬଴ ). Jadi modulus Bulk adalah
hubungan antara tegangan (tekanan hidrostatik) Ph= F/A dan regangan
volume ߠ =

∆௩
௩బ

, maka persamaan matematis modulus Bulk
ிൗ

‫ = ܭ‬஺௏ ஺ =
ൗ௏
೚

ି௉

(2.19)

ఏ

Tanda minus menunjukkan bahwa volume berkurang terhadap
penambahan tekanan.
c. Modulus Rigiditas (µ)
Tekanan terhadap suatu benda dapat menimbulkan regangan
berupa pergeseran pada salah satu permukaan bidangnya. Tekanan
yang bekerja pada benda ini disebut tekanan geser dan regangannya
disebut regangan geser. Perubahan bentuk akibat pergeseran ini tidak
disertai perubahan volumenya. Hubungan antara tegangan dan
regangan yang menimbulkan pergeseran sederhana ini disebut modulus
Rigiditas. Perumusan matematisnya sebagai berikut
ߤ=

୘ୣ୥ୟ୬୥ୟ୬ ୥ୣୱୣ୰
୰ୣ୥ୟ୬୥ୟ୬ ୥ୣୱୣ୰

=

ఙೣೣ
ఌೣ೤

(2.20)

d. Rasio Poisson (࣏)
Rasio Poisson atau poisson’s ratio adalah ukuran besarnya
regangan pada suatu benda berupa kontraksi dalam arah transversal
dan peregangan dalam arah longitudinal akibat terkena tekanan.
Apabila diterapkan pada silinder, di mana arah transversalnya
dinyatakan dengan diameter silinder (D) dan arah longitudinal dengan
panjang silinder (݈), maka rasio Poisson adalah:
࣏=

୏୭୬୲୰ୟ୩ୱ୧ ୲୰ୟ୬୴ୣ୰ୱୟ୪

୮ୣ୰ୣ୥ୟ୬୥ୟ୬ ୪୭୬୥୧୲୳ୢ୧୬ୟ୪

=

஺஽/஽
∆௟ ⁄௟೚
21
ࢿ࢟࢟

࣏=−

ࢿ࢞࢞

=−

ఌ೥೥

ఌೣೣ

(2.21)

Hubungan antara konstanta elastik pada medium homogen isotropik
saling terkait membentuk perumusan sebagai berikut, yaitu
‫=ܧ‬

‫=ܭ‬

ఓ (ଷఒାଶఓ)
(ఒାఓ)

(2.22)

(ଷఒାଶఓ)
ଷ

(2.23)

ఒ

߭ = ଶ(ఒାఓ)

(2.24)

5. Kecepatan gelombang primer (P)
Penentuan kecepatan gelombang primer, diawali dengan tinjauan
terhadap sebuah benda (medium) homogen berbentuk kubus yang
dikenakan oleh sebuah gaya tertentu. Tekanan yang mengenai benda
tersebut jika ditinjau pada salah satu permukaa, maka akan mempunyai
komponen-komponen sebagai berikut:
ߪ௫௫ +

డఙೣೣ
డ௫

డఙ೤ೣ

݀‫ߪ ; ݔ‬௬௫ +

డ௬

݀‫ߪ ; ݕ‬௭௫ +

డఙ೥ೣ
డ௭

݀‫ݖ‬

(2.25)

Karena tekanan ini berlawanan dengan yang bertindak di bagian belakang,
maka tekanan bersih yang bekerja pada elemen volum kubus adalah
డఙೣೣ
డ௫

݀‫; ݔ‬

డఙ೤ೣ
డ௬

݀‫; ݕ‬

డఙ೥ೣ
డ௭

݀‫ݖ‬

(2.26)

Tekanan ini bekerja pada permukaan yang luasnya (dy,dz) dan
mempengaruhi volume (dx,dy,dz), dengan itu didapatkan gaya bersih per
satuan volume dalam arah sumbu x, y, dan z bernilai
డఙೣೣ
డ௫

;

డఙ೤ೣ
డ௬

;

డఙ೥ೣ
డ௭

(2.27)

Untuk ke-empat permukaan yang lain, persamaanya dapat diperoleh
dengan cara yang sama, sehingga gaya total persatuan volume dalam
sumbu x adalah

డఙೣೣ
డ௫

+

డఙ೤ೣ
డ௬

+

డఙ೥ೣ
డ௭

(2.28)

Komponen-Komponen tekanan di atas disebut gaya tiap unit
volume benda pada bidang x yang berarah pada sumbu x, y, z. Untuk
22
permukaan bidang lainnya, hubungan variabel gaya tiap satuan volumenya
analog dengan bidang x. Total gaya pada sumbu x yang terjadi pada benda
kubus adalah:

‫[ =ܨ‬

డఙೣೣ
డ௫

డఙ೤ೣ

+

డ௬

డఙ೥ೣ

+

డ௭

Dengan ݀‫ = ݖ݀ݕ݀ݔ‬satuan volume kubus

] ݀‫ݖ݀ݕ݀ݔ‬

(2.29)

Sedangkan menurut hukum II Newton, gaya adalah perkalian antara massa
dan percepatannya, F = m.a, bila dikaitkan dengan densitas benda ߩ =
maka:

‫ )ݖ݀ݕ݀ݔ݀( ߩ = ܽݒߩ = ܽ݉ = ܨ‬డ௧ మ

డమ ௨

௠
௩

,

(2.30)

Dengan menggunakan definisi gaya tersebut, maka persamaan (2.28)
menjadi;

డమ ௨

ߩ(݀‫ )ݖ݀ݕ݀ݔ‬డ௧ మ = ቂ
డమ ௨

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቂ

డఙೣೣ

డఙೣೣ
డ௫

డ௫

+

+

డఙ೤ೣ

డఙ೤ೣ
డ௬

డ௬

డఙ೥ೣ

+

డఙ೥ೣ

+

డ௭

డ௭

ቃ ݀‫ݖ݀ݕ݀ݔ‬

ቃ ݀‫ݖ݀ݕ݀ݔ‬

(2.31)

Di mana ߩ adalah kerapatan eleman kubus. Hubungan ini disebut
persamaan gerak yang searah sumbu x. Pada persamaan gerak untuk
sumbu y dan z, dapat diperoleh dengan cara yang sama yaitu hanya dengan
menggantikan tegangan normal ߪ௫௫ dengan ߪ௬௬ atau ߪ௭௭ .

Pada persamaan (2.31) dapat diperoleh penyelesaiannya dengan

mensubtitusikan persamaan (2.16) dan (2.17) berupa definisi dari hukum
Hooke.

డమ ௨

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቂ
ߩቀ

డమ ௨
డ௧ మ

డమ ௨

ቁ=

డఙೣೣ
డ௫

డమ ௨

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ߣ
డమ ௨

డ௫

డ(ఏ)
డ௫

డ(ఏ)
డ௫

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቄቀߣ
డమ ௨
డ௧ మ

డఙ೤ೣ
డ௬௦

డ(ఒ ఏାଶ µ εೣೣ )

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ߣ

ߩቀ

+

ቁ=ߣ

+

డ௫

డ(ఏ)
డ௫

+

డఙ೥ೣ
డ௭

డ௫

డ௬

+

డ(εೣೣ )

+ 2ߤ

+ ߤ ቀ2

ቃ ݀‫ݖ݀ ݕ݀ ݔ‬

డ൫µ ε೤ೣ ൯

డ(ଶ µ εೣೣ )

+2µ

డ(ఏ)

+

డ௫

డఌೣೣ
డ௫

డఌೣೣ
డ௫

డ(µ ε೥ೣ )

+

డ൫µ ε೤ೣ ൯

+µ

డ௬

+

డ൫ ε೤ೣ ൯
డ௬

ቁ+ ߤ

+

డ௭

డఌೣ೤

డఌೣ೤
డ௬

డ௬

+

డ(µ ε೥ೣ )

+µ

డ௭

డ(ε೥ೣ )

+ ߤ

డఌೣ೥
డ௭

ቁ

డ௭

డఌೣ೥
డ௭

ቅ
23

Dengan menggunakan tetapan regangan geser dan regangan normal berupa
ப୳

ε௫௫ =
డ௨
డ௭

+

ߩቀ

ப୶

డ௪
డ௫

డమ ௨
డ௧ మ

డ௩

; ߝ௫௬ = ߝ௬௫ =

డ௫

+

డ௨

; ߝ௬௭ = ߝ௭௬ =

డ௬

డ௪

+

డ௬

డ௩
డ௭

dan ߝ௭௫ = ߝ௫௭ =

maka dapat diperoleh penyelesaian sebagai berikut.

ቁ = ൝ߣ

డ(ఏ)
డ௫

+ ߤ ቊ2

డ

డ௫

డమ ௨

డఏ

డఏ
డఏ

ப୶

డమ ௨

డమ ௨

ப୳

ቁ + ቆ

డమ ௨

డమ ௨

ቀ

డ

ቀ

డ௩

డ௬ డ௫

డమ ௩

+

డ௨
డ௬

డమ ௨

డ

ቁቇ + ൬ ቀ
డ௭

డమ ఓ

డ௨
డ௭

+

డ௪
డ௫

ቁ൰ቋൡ

డమ ௪

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቊߣ డ௫ + ߤ ቄ2 డ௫ మ + ቀడ௬డ௫ + డ௬ మ ቁ + ቀ డ௭ మ + డ௭డ௫ቁቅቋ
డమ ௨

డమ ఓ

డమ ௩

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቄߣ డ௫ + ߤ ቀ2 డ௫ మ + డ௬ మ + డ௭ మ + డ௬డ௫ +
డమ ௨

డమ ௨

డమ ఓ

డమ ௨

డమ ௪

డ௭డ௫

డమ ௩

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቄߣ డ௫ + ߤ ቀడ௫ మ + డ௬ మ + డ௭ మ + డ௫ మ + డ௬డ௫ +

ቁቅ

డమ ௪

డ௭డ௫

ቁቅ

Persamaan diatas dapat disederhanakan dengan menggunakan tetapan
డమ ௨

డమ ௨

డమ ఓ

laplacian , ∇ଶ ‫ = ݑ‬డ௫ మ + డ௬ మ + డ௭ మ maka
డమ ௨

డఏ

డమ ௨

డఏ

డమ ௨

డఏ

డమ ௨

డమ ௩

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቄߣ డ௫ + ߤ ቀ∇ଶ ‫ + ݑ‬డ௫ మ + డ௬డ௫ +
డమ ௨

డమ ௩

డమ ௪

డ௭డ௫

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቄߣ డ௫ + ߤ∇ଶ ‫ ݑ + ݑ‬ቀడ௫ మ + డ௬డ௫ +
డ

డ௨

డ௩

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቄߣ డ௫ + ߤ∇ଶ ‫ ݑ + ݑ‬డ௫ ቀడ௫ + డ௬ +

డ௨

Dengan ; ߠ = డ௫ +

డ௩

డ௬

+

డమ ௨

డ௪
డ௭

డఏ

ቁቅ

డమ ௪

డ௭డ௫

డ௪
డ௭

ቁቅ

ቁቅ

డఏ

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ߣ డ௫ + ߤ∇ଶ ‫ ݑ + ݑ‬డ௫
ߩቀ

డమ ௨
డ௧ మ

ቁ =ߣ

డఏ
డ௫

+‫ݑ‬

డఏ
డ௫

+ ߤ∇ଶ ‫ݑ‬

Sehingga persamaan gerak untuk media elastik dan homogen isotropis
didapatkan sabagai berikut
డమ ௨

డఏ

(2.32)

డమ ௩

డఏ

(2.33)

డమ ௪

డఏ

(2.34)

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௫ + ߤ∇ଶ ‫ݑ‬
ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬ + ߤ∇ଶ ‫ݒ‬

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௭ + ߤ∇ଶ ‫ݓ‬

Gelombang yang merambat pada suatu media ke segala arah,
secara tiga dimensi arah perambatan gelombang dinyatakan dengan sumbu
24
x, y, z, untuk menentukan persamaan gelombang ini, persamaan (2.32),
(2.33) dan (2.34 ) masing-masing dideferensiasikan terhadap x, y dan z.
maka diperoleh persamaan sebagai berikut.
డమ

డ௨

డ

డఏ

డ௨

(2.35)

డమ

డ௩

డ

డఏ

డ௩

(2.36)

డమ

డ௪

డ

డఏ

డ௪

(2.37)

ߩ డ௧ మ ቀడ௫ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௫ ቀడ௫ ቁ + ߤ∇ଶ

డ௫

ߩ డ௧ మ ቀడ௬ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬ ቀడ௫ ቁ + ߤ∇ଶ డ௬
ߩ డ௧ మ ቀ డ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௭ ቀడ௫ ቁ + ߤ∇ଶ

డ௭

Dengan menjumlahkan ketiganya, maka akan diperoleh persamaan
berikut,
డ మ డ௨

డ௩

ߩ డ௧ ቀడ௫ + డ௬ +
డ మ డ௨

డ௩

ߩ డ௧ ቀడ௫ + డ௬ +

డ௨

డ௪
డ௭

డ௭ మ

డ

డ௨

డఏ

డ௩

ቀడ௫ + డ௬ +

డ௪
డ௭

ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௫ మ +
డ௭
డమ ఏ

డ௪

Dengan ߠ = డ௫ +

డమ ఓ

ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௫ ቀడ௫ ቁ +

డ௩

+
డ௬

డమ ఏ

డ௪
డ௭

డమ ఏ

ቁ

డ

డఏ

డమ ఏ

డఏ డఏ

ቀ ቁ + డ௭ ቀ డ௭ ቁ + ߤ∇ଶ

డ௬ డ௬
డమ ఏ

డ௨

డ௩

+ డ௭ మ + ߤ∇ଶ ቀడ௫ + డ௬ +
డ௬ మ
డమ ௨

డ௪
డ௭

ቁ

డమ ௨

dan persamaan laplacian: ∇ଶ ‫ = ݑ‬డ௫ మ + డ௬ మ +
డమ ఏ

atau ∇ଶ ߠ = డ௫ మ + డ௬ మ + డ௭ మ maka hasil penjumlahan di atas dapat

disederhanakan sebagai berikut

ߩ డ௧ మ = (ߣ + ‫∇)ݑ‬ଶ ߠ + ߤ∇ଶ ߠ
డమ ఏ
డమ ఏ

ߩ డ௧ మ = ߣ ∇ଶ ߠ + ‫∇ݑ‬ଶ ߠ + ‫∇ݑ‬ଶ ߠ
డమ ఏ

ߩ డ௧ మ = ߣ ∇ଶ ߠ + 2 ‫∇ݑ‬ଶ ߠ
ߩ డ௧ మ = (ߣ + 2ߤ)∇ଶ ߠ
డమ ఏ

డమ ఏ
డ௧ మ

=

ߙଶ =

ఒ ାଶఓ
ఘ

ఒ ାଶఓ

હ=ට

∇ଶ ߠ

(2.38)

ఘ

ૃ ା૛ૄ
ૉ

(2.39)
25
Persamaan (2.39) merupakan persamaan gelombang longitudinal.
Dari persamaan gelombang tersebut diperoleh kecepatan gelombang
longitudinal atau dikenal dengan kecepatan gelombang primer yaitu
૚

ࣅ ା ૛ࣆ ૛

ܸ =൬
௣

൰

࣋

Keterangan
Vp = kecepatan perambatan gelombang Primer (m/s)
λ = konstanta Lame (m/s)

µ = rigiditas medium (ܰ/݉ଶ )

ρ = massa jenis medium (kg/݉ଷ )
θ = perubahan volume atau dilatasi

6. Kecepatan Gelombang Sekunder (S)
Kecepatan gelombang sekunder didapat dengan menurunkan
terlebih dahulu persamaan (2.36) diturunkan terhadap z
ߩቀ

డమ

డమ ௩
డ௧ మ
డ௩

ቁ = (ߣ + ‫)ݑ‬

డఏ
డ௬
డ

+ ߤ∇ଶ ‫ݒ‬

డ௩

డఏ

ߩ డ௧ మ ቀడ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬ ቀ డ௭ ቁ + ߤ∇ଶ డ௭
డమ

డమ ఏ

డ௩

డ௩

ߩ డ௧ మ ቀడ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬డ௭ + ߤ∇ଶ డ௭

(2.40)

dan persamaan (2.37) diturunkan terhadap y
డమ ௪

డఏ

డ௪

డ

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௭ + ߤ∇ଶ ‫ݓ‬

డమ

ߩ డ௧ మ ቀ
డమ

డ௬

డ௪

ቁ = (ߣ + ‫)ݑ‬

డ௭

డఏ

డ௪

ቀ ቁ + ߤ∇ଶ డ௬

డమ ఏ

డ௬

డ௪

ߩ డ௧ మ ቀ డ௬ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௭డ௬ + ߤ∇ଶ డ௬

(2.41)

Dengan mengurangkan hasil turunan persamaan (2.40) dengan turunan
persamaan (2.41) maka akan diperoleh persamaan berikut

ߩ డ௧ మ ቀ డ௬ − డ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௭డ௬ + ߤ∇ଶ డ௬ − (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬డ௭ + ߤ∇ଶ డ௭
డమ

డ௪

డ௩

డమ ఏ

డ௪

డమ ఏ

డ௩

ߩ డ௧ మ ቀ డ௬ − డ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௭డ௬ − (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬డ௭ + ߤ∇ଶ డ௬ − ߤ∇ଶ డ௭
డమ

డ௪

డ௩

డమ ఏ

డమ ఏ

డ௪

డ௩
26
ߩ
ߩ
ߩ

డమ

డ௧

మቀ

డమ

డ௧ మ
డమ

డ௧ మ

ቀ
ቀ

డ௪
డ௬

డ௪
డ௬

డ௪
డ௬

−
−
−

డ௩
డ௭

డ௩
డ௭

డ௩
డ௭

ቁ = (ߣ + ‫)ݑ‬

ቀ −
ଶ డ௬

డ௩
డ௭

డ௪

డ௪
డ௬

−

డ௬

డ௭డ௬

−

− ߤ∇ଶ

డ௬

ቁ = ߤ∇ଶ ቀ

Dengan mensubtitusikan ቀ
ଵ డ௪

డ௪

ቁ = ߤ∇ଶ

డమ ఏ

−

డ௩
డ௭

డ௩
డ௭

డమ ఏ

డ௬డ௭

డ௩

+ ߤ∇ଶ

డ௪
డ௬

− ߤ∇ଶ

డ௩
డ௭

డ௭

ቁ

ቁ dengan tetapan rotasi berupa ߠ௫ =

ቁ maka akan diperoleh persamaan berikut
ߩ

డ మ ఏೣ

= ߤ∇ଶ ߠ௫

డ௧ మ

ߚଶ =

డ మೞ ఏೣ
డ௧ మ

డ మ ఏೣ
డ௧ మ

ఓ

(2.42)

ఘ

ఓ

= ఘ ∇ଶ ߠ௫

= ߚ ଶ ∇ଶ ߠ௫

(2.43)

Persamaan (2.42) menyatakan persamaan gelombang transversal. Dari
persamaan gelombang tersebut diperoleh kecepatan gelombang transversal
atau dikenal dengan kecepatan gelombang sekunder yaitu
ܸ =ඨ
௦

ࣆ
࣋

Vs = kecepatan perambatan gelombang sekunder (m/s)
µ = rigiditas medium (N/mଶ )

ρ = massa jenis medium (kg/݉ଷ )
(W.M.Telford, 1992: 143-145)
Berdasarkan pola-pola dari persamaan (2.38) dan (2.42), bahwa
persamaan tersebut berlaku umum untuk gelombang yang merambat
dalam media elastik homogen isotropis, hubungan ini disebut persamaan
gelombang skalar.

ଵ డమ ట

௩ మ డ௧ మ

= ∇ଶ ߰

(2.43)

Dengan ‫ ݒ‬menyatakan kecepatan tetap, ߰ menyatakan fungsi gelombang

yang direalisasikan sebagai usikan yang menjalar pada posisi (x,y,z) dan
waktu (t) tertentu, atau dapat dituliskan ߰(x,y,z,t). ( Asyafe, 2008 )
27
Apabila ߰ hanya merupakan fungsi dari x, maka persamaan (2.43)

menjadi;

ଵ డమ ట

௩మ

డ௧ మ

=

డమ ట
డ௫ మ

(2.44)

Jika dipilih solusi persamaan gelombang tersebut sebagai fungsi ߰ =

݂(‫ )ݐݒ − ݔ‬yang diketahui sebagai solusi D’Alemberts. Maka usikan yang

dimaksud menjalar sepanjang sumbu x positif, seperti gambar 2.12

Gambar 2.12. Tinjauan Satu Dimensi Penjalaran Gelombang Dalam Arah
Sumbu X Positif
Dari gambar tersebut ditunjukkan pada waktu (‫ݐ‬௢ ), bagian

gelombang di (‫ݔ‬௢ ) mencapai titik (ܲ௢ ), sehingga (߰௢ = ݂(‫ݔ‬௢ + ‫ݐݒ‬௢ ).

Kemudian pada waktu (‫ݐ‬௢ + ∆‫ )ݐ‬bagian yang sama dari gelombang ini di

(‫ݔ‬௢ + ∆‫ )ݔ‬mencapai titik ܲଵ , sehingga ߰ adalah ߰ = ݂[(‫ݔ‬௢ + ∆‫− )ݔ‬

‫ݐ(ݒ‬௢ + ∆‫ .])ݐ‬Karena keduanya merupakan bagian yang sama dari
gelombang tersebut, maka haruslah ߰௢ = ߰ଵ , sehingga:
(‫ݔ‬௢ − ‫ݐݒ‬଴ ) = [(‫ݔ‬௢ + ∆‫ݐ(ݒ − )ݔ‬௢ + ∆‫])ݐ‬

Maka besaran ‫ ݒ‬dapat dinyatakan sebagai
‫=ݒ‬

∆‫ݔ‬
∆‫ݐ‬

Jadi besaran ‫ ݒ‬disini merupakan kecepatan perambatan usikan atau

dikatakan sebagai kecepatan gelombang.
28
Suatu fungsi ߰ = ݂(‫ )ݐݒ − ݔ‬juga merupakan penyelesaian dari

persamaan (2.44). yang mengindikasikan perambatan gelombang dalam
arah sumbu x negatif. Oleh karena itu, penyelesaian umum dari persamaan
(2.44) dapat dituliskan

߰ = ݂(‫)ݐݒ + ݔ(݃ + )ݐݒ − ݔ‬

Persamaan ini menggambarkan perambatan gelombang sepanjang sumbu x

dalam arah yang berlawanan dengan kecepatan ‫ .ݒ‬Karena besaran ߰ ini
tidak bergantung pada sumbu y ataupun z, maka usikan yang terjadi
haruslah sama disemua tempat di dalam bidang yang tegak lurus terhadap
sumbu x. jenis gelombang ini disebut gelombang datar.
(Susilowati, 2008: 15-16)
E. Aplikasi Gelombang Primer dan Sekunder pada Tsunami Early Warning
System (TEWS)
Pada saat gempa bumi terjadi, gelombang gempa bumi menjalar
melalui lapisan dalam bumi dan direkam oleh jaringan Seismograf.
Rekaman gempa bumi digunakan untuk menentukan lokasi dan kekuatan
sumber gempa bumi. Apabila hasil analisa menunjukan bahwa parameter
gempa bumi yang terjadi memenuhi kriteria berpotensi menimbulkan
tsunami,

maka

National/Regional

Tsunami

Warning

Center

(NTWC/RTWC) akan mengeluarkan warning potensi tsunami terutama ke
institusi interface yang akan menindaklanjuti dengan penyebaran melalui
berbagai media termasuk aktivasi sirine. Gempa yang berpotensi tsunami
jika berlokasi dibawah laut dengan kedalaman kurang dari 70-100 km
dengan magnitude lebih besar dari 7 Skala Richter (SR). Warning potensi
tsunami ditindaklanjuti dengan konfirmasi terjadinya tsunami berdasarkan
data hasil deteksi tsunami oleh sensor Buoys ataupun Tide Gauge.
(Fauzi dan Harjadi P, 2010: 6)
Kecepatan gelombang tsunami tidak lebih cepat dari kecepatan
gelombang gempa. Oleh karena itu beda waktu tiba gelombang gempa
29
dan tsunami dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan peringatan akan
datangnya tsunami dengan membangun sistem peringatan dini tsunami.
Pada TEWS terdapat dua komponen utama di antaranya
1. Komponen Struktural
Komponen struktural diantarannya yaitu stasiun pasang surut,
tsunami buoy dan seismometer.
a. Tide Gauges (stasiun pasang surut).

Gambar 2.12 Tide Gauges
Tide Gauges terletak dipesisir pulau atau pelabuhan. Tide gauges
akan mengukur perubahan permukaan laut dan dapat mencatat air
surut beberpa menit sebelum gelombang tsunami tiba.
b. Tsunami buoy

Gambar 2.13 Tsunami Buoy
30
Tsunami bouy adalah sebuah alat yang dipasang di laut
dalam. Di Indonesia sekarang menggunakan 4 jenis buoy yang
sedang beroperasi di perairan Indonesia, yaitu Buoy Tsunami
Indonesia, Deep
Tsunamis (DART)

Ocean

Assessment

and

Amerika, German-Indonesian

Reporting
Tsunami

Warning System (GITWS) dan Buoy Wavestan. Pada buoy ini
terdapat OBU (Ocean Bottom Unit) di mana nantinya alat inilah
yang mendeteksi adanya gelombang yang berpotensi sebagai
tsunami yang lewat di atasnya.
c. Seismometer

Gambar 2.14 Seismometer
Instrumen ini mampu mengukur gelombang seismik yang
dioperasikan oleh BMKG. Dari sini akan diperoleh data beberpa
lokasi, waktu, kedalaman, dan magnitude suatu gempa. Untuk itu
jaringan seismometer telah dipasang di Indonesia yang terhubung
dengan NTWC melalui satelit. (Harald Spahn, 2010: 5-7)
31

Gambar 2.15 Stasiun Seismik
(Fauzi, Harjadi P, 2010:12)
Jaringan Seismik didesain terdiri dari 160 broadband
mik
seismometer, 500 accelerometer dan akan dikelompokan ke dalam
10 Regional Center. Dengan jumlah sensor tersebut dan jarak tiap
sensor ±100 km, maka dalam 3 menit pertama sumber gempa bumi
yang terjadi diwilayah Indonesia dapat ditentukan lokasinya.
(Fauzi, Harjadi P., 2010:12)

Gambar 2.16 Rekaman Gelombang Seismik Pada Seismometer
Ada tiga fase gelombang seismik yang yang dapat diamati
eismik
pada saat terjadi gelombang Tsunami Pada fase pertama dinamakan
Tsunami.
P-wave yaitu gelombang yang berasal dari sumber gempa di dalam

lapisan bumi y
yang mempunyai kecepatan 8-13.5 km/dt, gelomba ini
gelombang
akan tercatat pada s
stasiun pemantauan seismik sehingga dengan
32
mudah dapat diketahui posisi sumber gempa tersebut. Fase kedua
dinamakan S-wave yaitu gelombang yang merambat pada media air
laut sebelum muncul ke permukaan, kecepatan gelombang ini sekitar
6,7-8 km/dt. Dengan mengetahui amplitudo dari kedua gelombang
primer dan sekunder akan menentukan ukuran kekuatan gempa yang
terjadi. Sedangkan fase ketiga adalah gelombang seismik yang
muncul ke permukaan laut, kekuatannya akan ditentukan dari
tingginya kedalaman air laut tersebut. Semua fase ini akan tercatat
dalam peralatan seismometer pada stasiun pemantauan seismik yang
besar magnitudonya diukur dalam bentuk skala logaritma yang
dinamakan skala Richter.
Dengan adanya hasil rekaman gelombang pada seismometer,
maka dapat digunakan untuk menetukan besarnya magnitude
gelombang bodi (Mb). Magnitudo gempa adalah parameter yang
berhubungan dengan besarnya kekuatan gempa dari sumbernya.
Dalam penentuan magnitudo gelombang bodi dapat diperoleh dengan
memakai data amplitudo gelombang bodi yaitu primer dan sekunder
dari sebarang fase seperti P, S, PP, SS, pP, sS yang terlihat jelas pada
seismometer. Seismometer yang dipakaipun dapat dipilih dari
komponen vertikal maupun horisontal. Magnitude gelombang bodi
dapat ditentukan dengan rumus berikut.
஺

‫ܯ‬௕ = log ቀ் ቁ + ܳ (ℎ, ∆)

(2.45)

Keterangan
Mୠ = Magnitudo gelombang bodi
A = Amplitudo getaran (µm)
T = Periode getaran (s)
∆ = Jarak Pusat gempa atau episenter (km)
h = Kedalaman gempa (km)
2. Komponen Kultural

Komponen culture meliputi beberapa instansi seperti LIPI,
Kementrian Dalam Negeri dan Kementrian Komunikasi dan
33
Informatika yang mempunyai tugas sebagai penyalur informasi
kepada masyarakat, persiapan sebelum bencana bahkan evaluasi dan
mengkaji pasca bencana.
34
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Perambatan gelombang primer pada gelombang seismik.
a. Gelombang primer terjadi karena adanya rambatan dari hiposentrum
dengan menginduksi gerakan partikel media dalam arah paralel terhadap
arah penjalaran gelombang.
b. Gelombang longitudinal merambat melalui medium padat, cair dan gas.
c. Persamaan kecepatan gelombang-P yaitu;

భ

ఒ ା ଶఓ మ

ܸ =൬
௣

൰

ఘ

2. Perambatan gelombang sekunder pada gelombang seismik.
a. Gelombang sekunder terjadi karena adanya rambatan dari hiposentrum
yang menyebabkan gerakan partikel media dalam arah tangensial
terhadap arah penjalaran gelombang ke segala arah dalam lapisan litosfer.
b. Gelombang sekunder hanya dapat merambat melalui medium padat.
c. Persamaan kecepatan gelombang-S yaitu:
ఓ

ܸ = ටఘ
௦

3. Gelombang primer dan sekunder dapat diaplikasikan pada tsunami early
warning system yaitu berdasarkan amplitude gelombang primer dan
gelombang sekunder maka dapat ditentukan besarnya magnitude gelombang
bodi (Mb).

34
35
B. SARAN
Saran yang disampaikan penulis kepada pembaca adalah:
1. Dalam Makalah ini yang dibahas hanya perambatan kecepatan gelombang
seismik untuk gelombang bodi, sehingga pembaca perlu mempelajari
perambatan kecepatan gelombang permukaan.
2. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk meningkatkan
pengetahuannya pada bidang fisika khususnya untuk terkait dengan
gelombang gempa.
36
DAFTAR PUSTAKA
Afnimar. (2009). Seismologi. Bandung: Institute Teknologi Bandung
Asyafe. (2008). A little bit of adventures on the Earth. Diperoleh 11 Juli 2011,dari
http://asyafe.wordpress.com/2008/12/11/teori-seismik-penurunan
persamaan-kecepatan-gelombang-p-gelombang-s.
Djauhari, N. (2009). Susunan Interior Bumi. Diperoleh 9 Juli 2012, dari
http://rajebo.blogspot.com/2011/05/susunan-interior-bumi.html
Fauzi, Harjadi, P.,(Ed.) (2010). Ina TEWS Konsep dan Implementasi. Jakarta:
Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika
Giancoli, Dauglas C.(2001). Fisika Jilid 1 Edisi Kelima. Terj. Yuhilza Hanum.
Jakarta: Erlangga ( Buku Asli diterbitkan 1998)
Lowrie, W. (2007). Fundamentals of Geophysics, second edition. New York :
Cambridge University Press
Mawardi, Ikhwanudin. (2006). Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko
Bencana 2006-2009. Jakarta: Perum Percetakan Negara RI
Oxford.(1990). Kamus Lengkap FISIKA. Edt. Alan Isaacs Bsc, Phs. DIC. Hlm
390. Jakarta: Erlangga
Spahn, Harald. (2010). InaTEWS- Pengawasan dan layanan peringatan. Terj.
Evie Chandra. Jakarta: GITEWS Capacity Building In Local Commuties
Susilowati. (2008). Penerapan penjalaran gelombang seismik gempa pada
penelaahan struktur bagian dalam bumi. Hlm 15-16. USU e-Repository
Telford, W.P., Geldart, L.P., & Sheriff, R.E. (1992). Applied Geophysics, Second
Edition. New York : Cambridge University Press
Tipler, P. (1998). Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid I Edisi ketiga. Terj. Lea
Prasetio, Rahmad W.Adi. Jakarta: Erlangga

36
37

LAMPIRAN

1. Hubungan antara konstanta elastik pada medium homogen isotropik
a. Modulus Young (E)
‫=ܧ‬

ఙೣೣ
ఌೣೣ

=‫=ܧ‬

ఓ ൫ଷఒᇲ ାଶఓ൯
(ఒᇲ ାఓ)

ߪ௫௫ = ߣ ߠ + 2 µ ε௫௫

ߪ௬௬ = ߣ ߠ + 2 µ ε௬௬
ߪ௭௭ = ߣ ߠ + 2 µ ε௭௭
ߪ௬௬ = ߪ௭௭ = 0

ߪ௫௫ = ߣ ߠ + 2 µ ε௫௫

0 = ߣ ߠ + 2 µ ε௬௬
0 = ߣ ߠ + 2 µ ε௭௭

ߪ௫௫ = 3 ߣ ߠ + 2 µ ε௫௫ + ε௬௬ + ε௭௭

+

Ingat dilatasi ; ߠ = ߝ௫௫ + ߝ௬௬ + ߝ௭௭ =
ߪ௫௫ = 3 ߣ ߠ + 2 µ (ε௫௫ + ε௬௬ + ε௭௭ )

ߪ௫௫ = 3 ߣ ߠ + 2 µ ߠ

ߪ௫௫ = (3 ߣ + 2 µ )ߠ
ߪ
ߠ = ௫௫ൗ3 ߣ + 2 µ
ఙ

ߪ௫௫ = ߣ (ଷ ఒ ೣೣ µ) + 2 µ ε௫௫
ାଶ
ఙ

ߪ௫௫ − ߣ ቀଷ ఒ ೣೣ µቁ = 2 µ ε௫௫
ାଶ
ఒ

ߪ௫௫ ቀ1 − ଷ ఒ ାଶ µቁ = 2 µ ε௫௫
ଷ ఒ ାଶ µ

ఒ

ߪ௫௫ ቀଷ ఒ ାଶ µ − ଷ ఒ ାଶ µቁ = 2 µ ε௫௫
ߪ௫௫ ቀ

ଷ ఒ ାଶ µ
ଷ ఒ ାଶ µ
ଶ ఒ ାଶ µ

−

ఒ

ቁ = 2 µ ε௫௫

ଷ ఒ ାଶ µ

ߪ௫௫ ቀଷ ఒ ାଶ µቁ = 2 µ ε௫௫
ଶ ఒ ାଶ µ

ߪ௫௫ ቀ଺ ఒ ାସ µቁ = µ ε௫௫

డ௨
డ௫

+

డ௩

డ௬

+

డ௪
డ௭
38
ఙೣೣ

= µቀ

εೣೣ

଺ ఒ ାସ ஜ
ଶ ఒ ାଶ ஜ

ቁ=µ ቀ

ଷ ఒ ାଶ ஜ
ఒାஜ

ቁ

b. Modulus Bulk(K)
ிൗ

‫ = ܭ‬஺௏ ஺ =
ൗ௏
೚

ି௉
ఏ

ߪ௫௫ = ߣ ߠ + 2 μ ε௫௫

ߪ௬௬ = ߣ ߠ + 2 μ ε௬௬
ߪ௭௭ = ߣ ߠ + 2 μ ε௭௭

ߪ௫௫ + ߪ௬௬ + ߪ௭௭ = 3ߣ ߠ + 2 μ( ε௫௫ + ε௬௬ + ε௬௬ )

Ingat dilatasi ; ߠ = ߝ௫௫ + ߝ௬௬ + ߝ௬௬ =
ߪ௫௫ + ߪ௬௬ + ߪ௭௭ = −‫݌‬

డ௨

+
డ௫

−3‫ 2 + ߠ ߣ3 = ݌‬μ ߠ
−3‫ 2 + ߣ3( = ݌‬μ) ߠ
−‫= ݌‬
ି௣
ఏ

(3ߣ + 2 μ) ߠ
3

‫ ݎߨ = ܣ‬ଶ = ߣ +
ఒ

߭ = ଶ൫ఒ

ଶஜ
ଷ

atau ‫= ܭ‬

ାఓ൯

c. Ratio poisson’s
ࢿ࢟࢟
ߝ௭௭
࣏ =−
=−
ࢿ࢞࢞
ߝ௫௫
‫=ܭ‬

ா

ଷ (ଵିଶ௩)

(ଷఒ ାଶఓ)
ଷ

ଵ

= ଷ (ଵିଶ௩) µ ቀ
૜

3ߣ + 2ߤ = ૜ (ଵିଶ௩) µ ቀ
3ߣ + 2ߤ =
ଷఒ ାଶఓ

ଷఒ ାଶఓ
(ఒ ା ஜ)

=

=

1 − 2‫= ݒ‬
µ

−2‫= ݒ‬

ଷఒ ାଶఓ

ఒାஜ
ଷ ఒ ାଶ ஜ

(ଵିଶ௩)(ఒ ା ஜ)
ଵ

(ଵିଶ௩)(ఒ ା ஜ)
ଵ

(ଵିଶ௩)
µ

ఒାஜ
µ

ఒାஜ

−1

ଷ ఒ ାଶ ஜ
ఒାஜ

µ
µ

ቁ

ቁ

(ଷఒ ାଶఓ)
ଷ

డ௩

+
డ௬

డ௪
డ௭
39
−2‫= ݒ‬

ఒାஜ

− ఒାஜ

µ

ିఒ

‫ି = ݒ‬ଶఒ ା ஜ

ఒାஜ

ఒ

‫=ݒ‬

ଶఒ ା ஜ

(William lowrie, 2007:129)

2. Penentuan Kecepatan gelombang primer (P)
డమ ௨

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቂ

డఙೣೣ
డ௫

+

డఙ೤ೣ

+

డ௬

డఙ೥ೣ
డ௭

ቃ ݀‫ݖ݀ ݕ݀ ݔ‬

Dengan;

ߪ௫௫ = ߣ ߠ + 2 µ ε௫௫
ߪ௬௫ = µ ε௬௫
ߪ௭௫ = µ ε௭௫
డ௨

ߠ = డ௫ +
డమ ௨

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ =

డ௩

+

డ௬

డ௪
డ௭

డ(ఒ ఏାଶ µ εೣೣ )
డ௫

డమ ௨

డ(ఏ)

డమ ௨

డ(ఏ)

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ߣ
ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ߣ
డమ ௨

డ௫
డ௫

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቄቀߣ
డమ ௨

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ߣ

+

డ௫

డ(ఏ)
డ௫

డ(ଶ µ εೣೣ )
డ௫

+2µ

డ(ఏ)

డ൫µ ε೤ೣ ൯

+

డ௬

+

డ(εೣೣ )

+ 2ߤ

+ ߤ ቀ2

డ௫

డఌೣೣ

డ൫µ ε೤ೣ ൯
డ௬

; ߝ = ߝ௫௬ =
డ௬ ௬௭
డమ ௨

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ൝ߣ

డ(ఏ)
డ௫

డ௪
డ௬

+

డఌೣ೤

డ௫

డ௬

డఌೣ೤
ப୳

Dengan regangan normal ε௫௫ =
డ௨

+

డ௬

ቁ+ ߤ
+

డ௭

డ൫ ε೤ೣ ൯

+µ

డ௫

డఌೣೣ

డ(µ ε೥ೣ )

+

ப୶

డ௩

ப୳

+µ

డ௬

+

డ௭

డ(ε೥ೣ )

+ ߤ
డఌೣ೥
డ௭

డ௭

డఌೣ೥

ቁ

డ௭

డ

డ௨

+
డ௭

డఏ

డమ ௨

డమ ௨

డఏ

డమ ௨

డమ ௩

డ௩

డ௩

డ௪
డ௫

+ ߤ ቊ2 డ௫ ቀ ப୶ ቁ + ቆడ௬ ቀడ௫ +

డమ ௨

ቅ

dan regangan geser ߝ௫௬ = ߝ௬௭ = డ௫ +

; ߝ௭௫ = ߝ௭௭ =
డ௭
డ

డ(µ ε೥ೣ )

డమ ௨

డ௨
డ௬

డ

డ௨

ቁቇ + ൬డ௭ ቀ డ௭ +

డమ ఓ

డమ ௪

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቊߣ డ௫ + ߤ ቄ2 డ௫ మ + ቀడ௬డ௫ + డ௬ మ ቁ + ቀ డ௭ మ + డ௭డ௫ቁቅቋ
డమ ௨

డమ ఓ

డమ ௩

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቄߣ డ௫ + ߤ ቀ2 డ௫ మ + డ௬ మ + డ௭ మ + డ௬డ௫ +

డమ ௪

డ௭డ௫

ቁቅ

డ௪
డ௫

ቁ൰ቋൡ
40
ߩቀ

డమ ௨
డ௧

మ ቁ = ቄߣ

డఏ
డ௫

+ߤቀ

డమ ௨

+

డ௫ మ

డమ ௨
డ௬

మ +

డమ ఓ
డ௭

మ +

Persamaan laplacian: ∇ଶ ‫= ݑ‬

డమ ௨

Dengan

డ௫

persamaan

mensubtitusikan

penyelesaian sebagai berikut
డమ ௨

డఏ

+

డ௫ మ

డమ ௨

డమ ௨

+

డ௬ మ

డమ ௨

డమ ௨
డ௧ మ

డమ ௨

ቁ = ቄߣ

డఏ
డ௫

డఏ

డ௫ మ

డ

+

డ௨

డమ ௩

డ௬డ௫
డ௩

laplacian,
డమ ௪

డ௭డ௫

+

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቄߣ డ௫ + ߤ∇ଶ ‫ ݑ + ݑ‬డ௫ ቀడ௫ + డ௬ +
డ௨

డ௩

Dimana ; ߠ = డ௫ +
డమ ௨

డ௬

డఏ

+

డ௪
డ௭

+

డమ ௪

డ௭డ௫

ቁቅ

డ௭ మ

డమ ௩

డమ ௨

+ ߤ∇ଶ ‫ ݑ + ݑ‬ቀ

డ௬డ௫

డమ ௨

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቄߣ డ௫ + ߤ ቀ∇ଶ ‫ + ݑ‬డ௫ మ + డ௬డ௫ +
ߩቀ

డమ ௩

మ +

డ௭డ௫

డ௭

akan

diperoleh

ቁቅ

డమ ௪

డ௪

maka

ቁቅ

ቁቅ

డఏ

ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ߣ డ௫ + ߤ∇ଶ ‫ ݑ + ݑ‬డ௫
ࣔ૛ ࢛

ࣔࣂ

ࣔ૛ ࢜

ࣔࣂ

ࣔ૛ ࢝

ࣔࣂ

࣋ ቀ ࢚ࣔ૛ ቁ = (ࣅ + ࢛) ࣔ࢞ + ࣆસ ૛ ࢛
࣋ ቀ ࢚ࣔ૛ ቁ = (ࣅ + ࢛) ࣔ࢟ + ࣆસ ૛ ࢜

࣋ ቀ ࢚ࣔ૛ ቁ = (ࣅ + ࢛) ࣔࢠ + ࣆસ ૛ ࢝

Jika ketiga persamaan tersebut terakhir dideferensiasi terhadap x,y dan z maka
diperoleh
డమ

డ௨

డ

డఏ

డ௨

డమ

డ௩

డ

డఏ

డ௩

డమ

డ௪

డ

డఏ

డ௪

ߩ డ௧ మ ቀడ௫ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௫ ቀడ௫ ቁ + ߤ∇ଶ డ௫ dideferensiasi terhadap x
ߩ డ௧ మ ቀడ௬ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬ ቀడ௫ ቁ + ߤ∇ଶ డ௫ dideferensiasi terhadap y

ߩ డ௧ మ ቀ డ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௭ ቀడ௫ ቁ + ߤ∇ଶ డ௫ dideferensiasi terhadap z

Dengan menjumlahkan ketiga hasil diferensial diatas akan diperoleh sebagai
berikut
డ మ డ௨

డ௩

డ௪

డ௩

డ௩

+
డ௬

డ௪
డ௭

డ మ డ௨

ቁ

ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௫ ቀడ௫ ቁ +

డ௪

ߩ డ௧ ቀడ௫ + డ௬ +
ߩ డ௧ ቀడ௫ + డ௬ +

డ௨

డ௭

డ

డఏ

ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௫ మ +
డ௭

Dengan ߠ = డ௫ +

డమ ఏ

డ௩

డ௬

+

డ௪
డ௭

డమ ఏ

డ

డఏ

డఏ డఏ

డ௨

ቀ ቁ + డ௭ ቀ డ௭ ቁ + ߤ∇ଶ ቀడ௫ +

డ௬ డ௬
డమ ఏ

డ௨

డ௩

+ డ௭ మ + ߤ∇ଶ ቀడ௫ + డ௬ +
డ௬ మ

డ௪
డ௭

ቁ
41
Persamaan laplacian: ∇ଶ ‫= ݑ‬

∇ଶ ߠ =

ߩ
ߩ
ߩ

డమ ௨
డ௫ మ

డమ ఏ

+

డమ ௨

డ௬

+

డ௫ మ

మ +

డమ ఏ

డ௬ మ

డమ ఓ
డ௭ మ

+

డమ ఏ
డ௭ మ

= (ߣ + ‫∇)ݑ‬ଶ ߠ + ߤ∇ଶ ߠ

డమ ఏ
డ௧ మ

డమ ఏ

= ߣ ∇ଶ ߠ + ‫∇ݑ‬ଶ ߠ + ‫∇ݑ‬ଶ ߠ

డ௧ మ

డమ ఏ

= ߣ ∇ଶ ߠ + 2 ‫∇ݑ‬ଶ ߠ

డ௧ మ

ߩ డ௧ మ = (ߣ + 2ߤ)∇ଶ ߠ
డమ ఏ

డమ ఏ
డ௧ మ

=

ߙଶ =

ఒ ାଶఓ
ఘ

ఒ ାଶఓ

ߙ=ට

ܸ =൬
௣

∇ଶ ߠ

ఘ

ఒ ାଶఓ
ఘ

૚

ࣅ ା ૛ࣆ ૛
࣋

൰

keterangan
Vp = kecepatan perambatan gelombang primer (m/s)
λ = konstanta Lame (m/s)

µ = rigiditas medium (N/mଶ )

ρ = kerapatan jenis medium (kg/mଷ )
θ = perubahan volume atau dilatasi

3. Penentuan kecepatan gelombang sekunder (S)
Untuk memperoleh persamaan gelombang primer atau tranversal
Persamaan (2.36) diturunkan terhadap z.
ࣔ૛ ࢜

ࣔࣂ

࣋ ቀ ࢚ࣔ૛ ቁ = (ࣅ + ࢛) ࣔ࢟ + ࣆસ ૛ ࢜
డమ

డ௩

డ

డమ

డ௩

డమ ఏ

డఏ

డ௩

ߩ డ௧ మ ቀడ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬ ቀ డ௭ ቁ + ߤ∇ଶ డ௭
డ௩

ߩ డ௧ మ ቀడ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬డ௭ + ߤ∇ଶ డ௭

Persamaan (2.37) diturunkan terhadap y.
42
ߩቀ
ߩ
ߩ

డమ ௪
డ௧ మ

డమ

డ௧ మ
డమ

డ௧ మ

ቀ
ቀ

ቁ = (ߣ + ‫)ݑ‬

డ௪
డ௬

డ௪
డ௬

డఏ
డ௭

ቁ = (ߣ + ‫)ݑ‬
ቁ = (ߣ + ‫)ݑ‬

+ ߤ∇ଶ ‫ݓ‬

డ

డ௭

డఏ

ቀ ቁ + ߤ∇ଶ

డమ ఏ

డ௬

డ௭డ௬

+ ߤ∇ଶ

డ௪

డ௪
డ௬

డ௬

Dengan mengurangkan hasil turunan dari persmaan (2.37) dengan hasil
turunan (2.37) akan diperoleh penyelesaian sebagai berikutz
డమ

ߩ డ௧ మ ቀ
డమ

డ௪
డ௬

డ௩

ቁ = (ߣ + ‫)ݑ‬

డమ ఏ

డ௭డ௬
డమ ఏ

+ ߤ∇ଶ

డ௪
డ௬

డ௩

ߩ డ௧ మ ቀడ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬డ௭ + ߤ∇ଶ డ௭

ߩ డ௧ మ ቀ డ௬ ቁ − ߩ డ௧ మ ቀడ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௭డ௬ + ߤ∇ଶ డ௬ − (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬డ௭ + ߤ∇ଶ డ௭
డమ

డమ

డ௪

డమఏ

డ௩

డమ ఏ

డ௪

డ௩

ߩ డ௧ మ ቀ డ௬ − డ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௭డ௬ − (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬డ௭ + ߤ∇ଶ డ௬ − ߤ∇ଶ డ௭
డమ

డ௪

డమ ఏ

డ௩

డమ ఏ

డ௪

ߩ డ௧ మ ቀ డ௬ − డ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௭డ௬ − డ௬డ௭ + ߤ∇ଶ డ௬ − ߤ∇ଶ డ௭
డమ

ߩ
ߩ

డమ

డ௧ మ
డమ

డ௧ మ

డ௪
డ௪

డమ ఏ

డ௩
డ௩

ቀ డ௬ − డ௭ ቁ = ߤ∇ଶ
ቀ

డ௪
డ௬

−

డ௩
డ௭

డ௪
డ௬

ቁ = ߤ∇ଶ ቀ

Dengan ߠ௫ =

డ௪
డ௬

−

డ௩
డ௭

డమ ఏ

− ߤ∇ଶ

డ௪
డ௬

−

డ௩
డ௭

డ௪

డ௩

డ௩
డ௭

ቁ

ߩ

డ మ ఏೣ
డ௧ మ

ߚଶ =
డ మ ఏೣ
డ௧ మ
డ మ ఏೣ
డ௧ మ

= ߤ∇ଶ ߠ௫

ఓ
ఘ

ఓ

= ఘ ∇ଶ ߠ௫

= ߚ ଶ ∇ଶ ߠ௫
ఓ

ܸ = ටఘ
௦

Keterangan
Vs = kecepatan perambatan gelombang sekunder (m/s)
µ = rigiditas medium (N/mଶ )

ρ = kerapatan jenis medium (kg/mଷ )

డ௩
43

More Related Content

What's hot

Geomorf 7 geomorfologi gunung api
Geomorf 7 geomorfologi gunung apiGeomorf 7 geomorfologi gunung api
Geomorf 7 geomorfologi gunung apiIsaacHamonangan
 
Geodinamika - 1: Tujuan & Ruang Lingkup serta Teori Dinamika Bumi Dampak terh...
Geodinamika - 1: Tujuan & Ruang Lingkup serta Teori Dinamika Bumi Dampak terh...Geodinamika - 1: Tujuan & Ruang Lingkup serta Teori Dinamika Bumi Dampak terh...
Geodinamika - 1: Tujuan & Ruang Lingkup serta Teori Dinamika Bumi Dampak terh...Wildan Maulana
 
Bab 2 mitigasi bencana alam
Bab 2 mitigasi bencana alamBab 2 mitigasi bencana alam
Bab 2 mitigasi bencana alamemri3
 
Cahaya sebagai gelombang
Cahaya sebagai gelombangCahaya sebagai gelombang
Cahaya sebagai gelombangAhmad Ilhami
 
Makalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses GeomorfologiMakalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses Geomorfologironimputra
 
Geomorfologi dalam Survey Hidrologi
Geomorfologi dalam Survey HidrologiGeomorfologi dalam Survey Hidrologi
Geomorfologi dalam Survey HidrologiRicky Ramadhan
 
Resume metode geomagnet
Resume metode geomagnetResume metode geomagnet
Resume metode geomagnetMuhammad Arief
 
geologi-regional-yogyakarta
geologi-regional-yogyakartageologi-regional-yogyakarta
geologi-regional-yogyakartaIntan Hasanah
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Mario Yuven
 
Laporan Pembentukan Asal Vulkanik
Laporan Pembentukan Asal VulkanikLaporan Pembentukan Asal Vulkanik
Laporan Pembentukan Asal Vulkanik'Oke Aflatun'
 
Pengolahan Data Resistivity dengan RES2DINV
Pengolahan Data Resistivity dengan RES2DINVPengolahan Data Resistivity dengan RES2DINV
Pengolahan Data Resistivity dengan RES2DINVDery Marsan
 
Kelompok 2 (lempeng tektonik)
Kelompok 2 (lempeng tektonik)Kelompok 2 (lempeng tektonik)
Kelompok 2 (lempeng tektonik)Nanda Reda
 
Observasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamObservasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamFajar Perdana
 

What's hot (20)

Geomorf 7 geomorfologi gunung api
Geomorf 7 geomorfologi gunung apiGeomorf 7 geomorfologi gunung api
Geomorf 7 geomorfologi gunung api
 
Geodinamika - 1: Tujuan & Ruang Lingkup serta Teori Dinamika Bumi Dampak terh...
Geodinamika - 1: Tujuan & Ruang Lingkup serta Teori Dinamika Bumi Dampak terh...Geodinamika - 1: Tujuan & Ruang Lingkup serta Teori Dinamika Bumi Dampak terh...
Geodinamika - 1: Tujuan & Ruang Lingkup serta Teori Dinamika Bumi Dampak terh...
 
Sesar atau fault
Sesar atau faultSesar atau fault
Sesar atau fault
 
Geolistrik 3
Geolistrik 3Geolistrik 3
Geolistrik 3
 
Bab 2 mitigasi bencana alam
Bab 2 mitigasi bencana alamBab 2 mitigasi bencana alam
Bab 2 mitigasi bencana alam
 
Cahaya sebagai gelombang
Cahaya sebagai gelombangCahaya sebagai gelombang
Cahaya sebagai gelombang
 
Makalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses GeomorfologiMakalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses Geomorfologi
 
Geomorfologi dalam Survey Hidrologi
Geomorfologi dalam Survey HidrologiGeomorfologi dalam Survey Hidrologi
Geomorfologi dalam Survey Hidrologi
 
Makalah Hotspot & Mantle Plume
Makalah Hotspot & Mantle PlumeMakalah Hotspot & Mantle Plume
Makalah Hotspot & Mantle Plume
 
Resume metode geomagnet
Resume metode geomagnetResume metode geomagnet
Resume metode geomagnet
 
geologi-regional-yogyakarta
geologi-regional-yogyakartageologi-regional-yogyakarta
geologi-regional-yogyakarta
 
Metode gravity
Metode gravityMetode gravity
Metode gravity
 
Presentasi lempeng tektonik
Presentasi lempeng tektonikPresentasi lempeng tektonik
Presentasi lempeng tektonik
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
 
Laporan Pembentukan Asal Vulkanik
Laporan Pembentukan Asal VulkanikLaporan Pembentukan Asal Vulkanik
Laporan Pembentukan Asal Vulkanik
 
7 geologi-struktur
7 geologi-struktur7 geologi-struktur
7 geologi-struktur
 
Pengolahan Data Resistivity dengan RES2DINV
Pengolahan Data Resistivity dengan RES2DINVPengolahan Data Resistivity dengan RES2DINV
Pengolahan Data Resistivity dengan RES2DINV
 
Kelompok 2 (lempeng tektonik)
Kelompok 2 (lempeng tektonik)Kelompok 2 (lempeng tektonik)
Kelompok 2 (lempeng tektonik)
 
Observasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamObservasi geologi Karsam
Observasi geologi Karsam
 
Buku mitigasi bencana
Buku mitigasi bencanaBuku mitigasi bencana
Buku mitigasi bencana
 

More from Emanuel Manek

Ppt emanuel jarak kritis
Ppt emanuel jarak kritisPpt emanuel jarak kritis
Ppt emanuel jarak kritisEmanuel Manek
 
9. daya pada rangkaian rlc
9. daya pada rangkaian rlc 9. daya pada rangkaian rlc
9. daya pada rangkaian rlc Emanuel Manek
 
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegar
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegarBab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegar
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegarEmanuel Manek
 
Bab19 persamaan lagrange
Bab19 persamaan lagrangeBab19 persamaan lagrange
Bab19 persamaan lagrangeEmanuel Manek
 
Bab8 transformasi laplace
Bab8 transformasi laplaceBab8 transformasi laplace
Bab8 transformasi laplaceEmanuel Manek
 
ANALISIS SEISMOGRAM TIGA KOMPONEN TERHADAP MOMENT TENSOR GEMPA BUMI DI MANOKW...
ANALISIS SEISMOGRAM TIGA KOMPONEN TERHADAP MOMENT TENSOR GEMPA BUMI DI MANOKW...ANALISIS SEISMOGRAM TIGA KOMPONEN TERHADAP MOMENT TENSOR GEMPA BUMI DI MANOKW...
ANALISIS SEISMOGRAM TIGA KOMPONEN TERHADAP MOMENT TENSOR GEMPA BUMI DI MANOKW...Emanuel Manek
 
GEODYNAMIC @ second edition
GEODYNAMIC @ second editionGEODYNAMIC @ second edition
GEODYNAMIC @ second editionEmanuel Manek
 
STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...
STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...
STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...Emanuel Manek
 

More from Emanuel Manek (11)

Ppt emanuel jarak kritis
Ppt emanuel jarak kritisPpt emanuel jarak kritis
Ppt emanuel jarak kritis
 
Ppt gmb emanuel
Ppt gmb emanuelPpt gmb emanuel
Ppt gmb emanuel
 
9. daya pada rangkaian rlc
9. daya pada rangkaian rlc 9. daya pada rangkaian rlc
9. daya pada rangkaian rlc
 
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegar
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegarBab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegar
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegar
 
Bab19 persamaan lagrange
Bab19 persamaan lagrangeBab19 persamaan lagrange
Bab19 persamaan lagrange
 
Bab8 transformasi laplace
Bab8 transformasi laplaceBab8 transformasi laplace
Bab8 transformasi laplace
 
Basic seismology
Basic seismologyBasic seismology
Basic seismology
 
ANALISIS SEISMOGRAM TIGA KOMPONEN TERHADAP MOMENT TENSOR GEMPA BUMI DI MANOKW...
ANALISIS SEISMOGRAM TIGA KOMPONEN TERHADAP MOMENT TENSOR GEMPA BUMI DI MANOKW...ANALISIS SEISMOGRAM TIGA KOMPONEN TERHADAP MOMENT TENSOR GEMPA BUMI DI MANOKW...
ANALISIS SEISMOGRAM TIGA KOMPONEN TERHADAP MOMENT TENSOR GEMPA BUMI DI MANOKW...
 
GEODYNAMIC @ second edition
GEODYNAMIC @ second editionGEODYNAMIC @ second edition
GEODYNAMIC @ second edition
 
STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...
STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...
STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...
 
Fismat 2
Fismat 2Fismat 2
Fismat 2
 

Recently uploaded

AKTIVITI KELAB PENCEGAHAN JENAYAH DAN RUKUN NEGARAcx
AKTIVITI KELAB PENCEGAHAN JENAYAH DAN RUKUN NEGARAcxAKTIVITI KELAB PENCEGAHAN JENAYAH DAN RUKUN NEGARAcx
AKTIVITI KELAB PENCEGAHAN JENAYAH DAN RUKUN NEGARAcxdaud5530
 
BUKU PROGRAM MERENTAS DESA 2024.pptx sekolah
BUKU PROGRAM MERENTAS DESA 2024.pptx sekolahBUKU PROGRAM MERENTAS DESA 2024.pptx sekolah
BUKU PROGRAM MERENTAS DESA 2024.pptx sekolahzatonain1
 
PENJAMINAN KUALITI PAPR PENTAKSIRAN ALTER
PENJAMINAN KUALITI PAPR PENTAKSIRAN ALTERPENJAMINAN KUALITI PAPR PENTAKSIRAN ALTER
PENJAMINAN KUALITI PAPR PENTAKSIRAN ALTERgerald585856
 
Rekod Pengajaran Harian Kokurikulum sukan olahraga.
Rekod Pengajaran Harian Kokurikulum sukan olahraga.Rekod Pengajaran Harian Kokurikulum sukan olahraga.
Rekod Pengajaran Harian Kokurikulum sukan olahraga.gp19065393
 
TEKS PENGACARA MAJLIS, MAJLIS GRADUASI DAN APRESIASI TAHUN 2023
TEKS PENGACARA MAJLIS, MAJLIS GRADUASI DAN APRESIASI TAHUN 2023TEKS PENGACARA MAJLIS, MAJLIS GRADUASI DAN APRESIASI TAHUN 2023
TEKS PENGACARA MAJLIS, MAJLIS GRADUASI DAN APRESIASI TAHUN 2023supianzainuddin1
 
Malaysia sebagai hub halal antarabangsa.
Malaysia sebagai hub halal antarabangsa.Malaysia sebagai hub halal antarabangsa.
Malaysia sebagai hub halal antarabangsa.AfifahSalim2
 
MESYUARAT KOKURIKULUM BIL 4 & 1 2023 PPT.pptx
MESYUARAT KOKURIKULUM BIL 4 & 1 2023 PPT.pptxMESYUARAT KOKURIKULUM BIL 4 & 1 2023 PPT.pptx
MESYUARAT KOKURIKULUM BIL 4 & 1 2023 PPT.pptxTaniaNaggelas2
 
BAHASA MELAYU TAHUN 2 -Unit 3SAUDARA MARA SAYApptx
BAHASA MELAYU TAHUN 2 -Unit  3SAUDARA MARA SAYApptxBAHASA MELAYU TAHUN 2 -Unit  3SAUDARA MARA SAYApptx
BAHASA MELAYU TAHUN 2 -Unit 3SAUDARA MARA SAYApptxChungHuey
 
TEMPLATE CONTOH PENULISAN KERTAS CADANGAN KAJIAN TINDAKAN.pdf
TEMPLATE CONTOH PENULISAN KERTAS CADANGAN KAJIAN TINDAKAN.pdfTEMPLATE CONTOH PENULISAN KERTAS CADANGAN KAJIAN TINDAKAN.pdf
TEMPLATE CONTOH PENULISAN KERTAS CADANGAN KAJIAN TINDAKAN.pdfcrvwr4zf9r
 
A190303 KOAY KE YING - Bahan Mengajar Membaca.pdf
A190303 KOAY KE YING - Bahan Mengajar Membaca.pdfA190303 KOAY KE YING - Bahan Mengajar Membaca.pdf
A190303 KOAY KE YING - Bahan Mengajar Membaca.pdfa190303
 
2024 T5 RPT SEJ..............................................
2024 T5 RPT SEJ..............................................2024 T5 RPT SEJ..............................................
2024 T5 RPT SEJ..............................................MOHDFAIRUZBINALIPEB1
 
peranan guru panitia dalam sesebuah sekolah.pptx
peranan guru panitia dalam sesebuah sekolah.pptxperanan guru panitia dalam sesebuah sekolah.pptx
peranan guru panitia dalam sesebuah sekolah.pptxFadhillahRahim
 
ASSIGNMENT 1_10 BARANG SELALU DIPEGANG KANAK-KANAK KECIL (A186111).pptx
ASSIGNMENT 1_10 BARANG SELALU DIPEGANG KANAK-KANAK KECIL (A186111).pptxASSIGNMENT 1_10 BARANG SELALU DIPEGANG KANAK-KANAK KECIL (A186111).pptx
ASSIGNMENT 1_10 BARANG SELALU DIPEGANG KANAK-KANAK KECIL (A186111).pptxNORADILAHBINTIMOHAMA
 
Taklimat Peruntukan Balkis sekolah r.pptx
Taklimat Peruntukan Balkis sekolah r.pptxTaklimat Peruntukan Balkis sekolah r.pptx
Taklimat Peruntukan Balkis sekolah r.pptxRyno Hardie
 

Recently uploaded (14)

AKTIVITI KELAB PENCEGAHAN JENAYAH DAN RUKUN NEGARAcx
AKTIVITI KELAB PENCEGAHAN JENAYAH DAN RUKUN NEGARAcxAKTIVITI KELAB PENCEGAHAN JENAYAH DAN RUKUN NEGARAcx
AKTIVITI KELAB PENCEGAHAN JENAYAH DAN RUKUN NEGARAcx
 
BUKU PROGRAM MERENTAS DESA 2024.pptx sekolah
BUKU PROGRAM MERENTAS DESA 2024.pptx sekolahBUKU PROGRAM MERENTAS DESA 2024.pptx sekolah
BUKU PROGRAM MERENTAS DESA 2024.pptx sekolah
 
PENJAMINAN KUALITI PAPR PENTAKSIRAN ALTER
PENJAMINAN KUALITI PAPR PENTAKSIRAN ALTERPENJAMINAN KUALITI PAPR PENTAKSIRAN ALTER
PENJAMINAN KUALITI PAPR PENTAKSIRAN ALTER
 
Rekod Pengajaran Harian Kokurikulum sukan olahraga.
Rekod Pengajaran Harian Kokurikulum sukan olahraga.Rekod Pengajaran Harian Kokurikulum sukan olahraga.
Rekod Pengajaran Harian Kokurikulum sukan olahraga.
 
TEKS PENGACARA MAJLIS, MAJLIS GRADUASI DAN APRESIASI TAHUN 2023
TEKS PENGACARA MAJLIS, MAJLIS GRADUASI DAN APRESIASI TAHUN 2023TEKS PENGACARA MAJLIS, MAJLIS GRADUASI DAN APRESIASI TAHUN 2023
TEKS PENGACARA MAJLIS, MAJLIS GRADUASI DAN APRESIASI TAHUN 2023
 
Malaysia sebagai hub halal antarabangsa.
Malaysia sebagai hub halal antarabangsa.Malaysia sebagai hub halal antarabangsa.
Malaysia sebagai hub halal antarabangsa.
 
MESYUARAT KOKURIKULUM BIL 4 & 1 2023 PPT.pptx
MESYUARAT KOKURIKULUM BIL 4 & 1 2023 PPT.pptxMESYUARAT KOKURIKULUM BIL 4 & 1 2023 PPT.pptx
MESYUARAT KOKURIKULUM BIL 4 & 1 2023 PPT.pptx
 
BAHASA MELAYU TAHUN 2 -Unit 3SAUDARA MARA SAYApptx
BAHASA MELAYU TAHUN 2 -Unit  3SAUDARA MARA SAYApptxBAHASA MELAYU TAHUN 2 -Unit  3SAUDARA MARA SAYApptx
BAHASA MELAYU TAHUN 2 -Unit 3SAUDARA MARA SAYApptx
 
TEMPLATE CONTOH PENULISAN KERTAS CADANGAN KAJIAN TINDAKAN.pdf
TEMPLATE CONTOH PENULISAN KERTAS CADANGAN KAJIAN TINDAKAN.pdfTEMPLATE CONTOH PENULISAN KERTAS CADANGAN KAJIAN TINDAKAN.pdf
TEMPLATE CONTOH PENULISAN KERTAS CADANGAN KAJIAN TINDAKAN.pdf
 
A190303 KOAY KE YING - Bahan Mengajar Membaca.pdf
A190303 KOAY KE YING - Bahan Mengajar Membaca.pdfA190303 KOAY KE YING - Bahan Mengajar Membaca.pdf
A190303 KOAY KE YING - Bahan Mengajar Membaca.pdf
 
2024 T5 RPT SEJ..............................................
2024 T5 RPT SEJ..............................................2024 T5 RPT SEJ..............................................
2024 T5 RPT SEJ..............................................
 
peranan guru panitia dalam sesebuah sekolah.pptx
peranan guru panitia dalam sesebuah sekolah.pptxperanan guru panitia dalam sesebuah sekolah.pptx
peranan guru panitia dalam sesebuah sekolah.pptx
 
ASSIGNMENT 1_10 BARANG SELALU DIPEGANG KANAK-KANAK KECIL (A186111).pptx
ASSIGNMENT 1_10 BARANG SELALU DIPEGANG KANAK-KANAK KECIL (A186111).pptxASSIGNMENT 1_10 BARANG SELALU DIPEGANG KANAK-KANAK KECIL (A186111).pptx
ASSIGNMENT 1_10 BARANG SELALU DIPEGANG KANAK-KANAK KECIL (A186111).pptx
 
Taklimat Peruntukan Balkis sekolah r.pptx
Taklimat Peruntukan Balkis sekolah r.pptxTaklimat Peruntukan Balkis sekolah r.pptx
Taklimat Peruntukan Balkis sekolah r.pptx
 

Isi makalah-seminar Emanuel Manek

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gampa bumi di Indonesia dapat terjadi sewaktu-waktu, karena letak geografis Indonesia berada pada pertemuan empat lempeng tektonik. Apabila terjadi pergeseran atau patahan pada lempeng akan menimbulkan peluang bencana gempa. Adapun empat lempeng tektonik tersebut sebagai berikut: lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan Sulawesi yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawarawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. (Ikhwanuddin, 2006: 1). Dengan kondisi geogrfis seperti itu, sudah saatnya untuk senantiasa siap siaga di dalam menghadapi bencana. Baik kesiapan dari infrastruktur bangunan yang tahan gempa maupun kesiapan dalam hal pengetahuan akan gempa. Pengetahuan masyarakat terkait gempa harus ditingkatkan, adanya masyarakat yang menjadi korban bencana karena kurangnya pemahaman tindakan penyelamatan saat terjadinya bencana gempa. Bencana gempa memang tidak dapat dihindari, akan tetapi perlunya mewaspadai resiko bencana tersebut. Jadi secara tidak langsung, dengan meningkatakan pengetahuan akan gempa mampu memberikan kewaspadaan masyarakat untuk melakukan tindakan penyelamatan diri. Dalam meningkatkan kewaspadaan gempa perlu adanya daya dukung teknologi. Peran teknologi dalam bencana gempa selama ini belum berfungsi memberikan informasi secara jelas. Contohnya saja seismometer, alat ini dapat merekam getaran yang ditimbulkan oleh sumber gempa kemudian di ilustrasikannya dalam gambar gelombang, tetapi tidak semua orang dapat mengartikan gelombang yang terekam pada seismometer. Maka perlu alat yang benar-benar mampu memberikan informasi/tanda secara langsung kepada masyarakat di daerah bahwa telah terjadi gempa. 1
  • 2. 2 Pada daerah yang terkena gempa akan terlihat retakan-retakan pada tanah dan robohnya beberapa bangunan. Hal ini disebabkan, gelombang gempa merambat dengan membawa energi dari pusat gempa ke segala arah melalui lapisan-lapisan bumi. Berdasarkan medium rambatannya, gelombang gempa terbagi menjadi dua yaitu gelombang bodi (body wave) dan gelombang permukaan (surface wave). Gelombang bodi merupakan gelombang pada gempa yang menjalar masuk menembus medium ke dalam bumi. Gelombang ini terbagi atas dua tipe yaitu gelombang primer (P) dan gelombang sekunder (S), baik gelombang primer dan sekuder akan dirambatkan dari pusat gempa yang sama, akan tetapi keduanya memiliki kecepatan rambat yang berbeda. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengambil judul Seminar Fisika tentang ”Gelombang Primer (P) dan Gelombang Sekunder (S) Pada Gelombang Seismik”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat di identifikasi masalah-masalah sebagai berikut : 1. Gampa bumi di Indonesia dapat terjadi sewaktu-waktu, karena letak geografis Indonesia berada pada empat lempeng tektonik. 2. Masyarakat yang menjadi korban bencana karena kurangnya pemahaman tindakan penyelamatan saat terjadinya bencana gempa. 3. Peran teknologi dalam bencana gempa belum berfungsi memberikan informasi secara jelas. 4. Adanya perbedaan kecepatan rambat gelombang primer dan sekunder meski dari pusat gempa yang sama.
  • 3. 3 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas pada Makalah Seminar Fisika, sebagai berikut : 1. Gelombang primer pada gelombang seismik 2. Gelombang sekunder pada gelombang seismik D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perumusan kecepatan gelombang primer pada gelombang seismik ? 2. Bagaimana perumusan kecepatan gelombang sekunder pada gelombang seismik ? 3. Bagaimana aplikasi gelombang primer dan sekunder pada Tsunami early warning system? E. Tujuan Dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui perumusan kecepatan gelombang primer pada gelombang seismik. 2. Mengetahui perumusan kecepatan gelombang sekunder pada gelombang seismik. 3. Mengetahui aplikasi gelombang primer dan sekunder pada tsunami early warning system.
  • 4. 4 F. Manfaat Hasil dari penulisan makalah seminar fisika diharapkan dapat: 1. Bagi penulis dan pembaca akan manambah wawasan pengetahuan tentang gelombang primer dan gelombang sekunder pada gelombang seismik. 2. Menambah koleksi perpustakaan prodi Pendidikan Fisika sebagai referensi bahan mata kuliah geofisika.
  • 5. 5 BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Gelombang Gelombang merupakan gejala usikan dari keadaan setimbang yang dapat merambat dalan ruang. ketika ditinjau dari mekanisme perambatannya, gelombang sendiri dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu gelombang mekanik dan gelombang elektromganetik. Jika ditinjau dari arah rambatnya, gelombang dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu gelombang tranversal dan gelombang longitudinal. Pada gelombang mekanik, perlu adanya medium sebagai rambatan adanya gelombangnya, mediumnya itu dapat berupa zat padat, cair dan gas. Salah satu contoh dari gelombang mekanik yang dapat merambat pada medium gas yaitu gelombang bunyi. Sedangkan gelombang elektromagnetik sendiri merupakan . gelombang yang merambat dalam ruangan tanpa adanya medium perantara. ang Gelombang ketika ditinjau dari arah rambatnya dapat dibedakan menjadi gelombang tranversal dan longitudinal. Gelombang tranversal merupakan gelombang yang arah getarannya tegak lurus dengan arah perambatannya. Gelombang tranversal ini memiliki ciri ciri berupa adanya lembah dan puncak ciri-ciri gelombang. Contohnya yaitu gelombang seismik primer (P) pada gempa bumi. Puncak Panjang gelombang Amplitudo Amplitudo Lembah Gambar 2.1 Gelombang Tranversal (Giancoli, 2001: 382) Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarnya sejajar dengan arah rambatnya. Gelombang longitudinal ini memliki ciri ciri-ciri berupa 5
  • 6. 6 adanya rapatan dan regangan pada gelombang. Contohnya gelombang seismik sekunder pada gempa bumi. rapatan Arah rambat sejajar arah getar regangan Gambar 2.2 Gelombang Longitudinal (Giancoli, 2001: 384) Macam-macam besaran pokok pada gelombang. 1. Amplitudo (A) merupakan ketinggian/simpangan maksimum puncak atau kedalaman lembah yang dicapai suatu partikel dari titik kesetimbangannya dalam satuan (m) 2. Panjang Gelombang (λ) merupakan jarak antara dua puncak atau regangan yang ditempuh oleh sebuah gelombang dalam satu periode (m) 3. Frekuensi (f ) merupakan banyaknya gelombang yang terjadi dalam satu sekon (s) 4. Periode (T) merupakan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan atau membentuk satu gelombang penuh. 5. Cepat rambat gelombang (‫ )ݒ‬merupakan rata-rata pergerakan gelombang pada medium setiap satuan waktu (m/s). Secara rumusan matematis dapat dituliskan sebagai berikut. ఒ ‫்=ݒ‬ (2.1) Sedangkan hubungan antara periode dan frekuensi adalah ଵ ଵ ݂ = ் atau ܶ = ௙ (2.2) Sehingga kecepatan gelombang dapat dinyatakan dalam bentuk rumus yang lain sebagai berikut Keterangan: ‫=ݒ‬ ఒ ் atau ‫ߣ .݂ = ݒ‬ v = Cepat rambat gelombang (m/s) (2.2)
  • 7. 7 λ = Panjang gelombang (m) f = Frekuensi (Hz) T = Periode (s) ( Giancoli, 2001:382-384 ) B. Persamaan Gelombang Sistem gelombang mempunyai fungsi gelombang yang menggambarkan perpindahan satu partikel dalam medium. Fungsi tersebut tergantung pada posisi dan waktu (dimensi ruang dan waktu ), sehingga secara umum fungsi gelombang dapat dinyatakan dengan ‫ .)ݐ ,ݔ( ݕ‬Pada gelombang satu dimensi, di mana gelombang merambat dalam arah x dan bergerak dengan kecepatan konstan sebesar v, fungsi gelombang dapat dinyatakan sebagai berikut ‫)ݐݒ ± ݔ(݂ = )ݐ ,ݔ( ݕ‬ (2.4) Apabila fungsi gelombang (2.4) dipenuhi oleh salah satu dari fungsi (‫ )ݐݒ − ݔ‬atau (‫ .)ݐݒ + ݔ‬Dengan memisalkan ߙ = ‫ ,ݐݒ − ݔ‬maka fungsi gelombang pada persamaan (2.4) dapat dinyatakan sebagai berikut ‫)ߙ(ݕ = )ݐݒ − ݔ(ݕ = )ݐ ,ݔ(ݕ‬ (2.5) Dengan menggunakan dalil rantai ketika diturunkan terhadap x, maka fungsi gelombang pada persamaan (2.5) akan diperoleh sebagai berikut డ௬ డ௫ డ௬ డ௫ డ௬ డ௫ డ௬ డ௫ డ௬ డఈ = డఈ = ‫ݕ‬ᇱ = ‫ݕ‬ᇱ = ‫ݕ‬ᇱ డ௫ డఈ డ௫ డ(௫ି௩௧) డ௫ (2.6) Ketika diturunkan terhadap t, maka akan diperoleh sebagai berikut డ௬ డ௧ డ௬ డ௧ డ௬ డ௧ డ௬ డ௧ డ௬ డఈ = డఈ = ‫ݕ‬ᇱ = డ௧ డఈ డ௧ డ(௫ି௩௧) ‫ ݕ‬ᇱ డ௧ = −‫ ݕݒ‬ᇱ (2.7)
  • 8. 8 Dengan mengambil turunan-turunan kedua, dari persamaan (2.6) dan persamaan (2.7) akan diperoleh డ డ௫ డ௫ డమ ௬ డ డ௧ డ൫௬ ᇲ ൯ డ௬ ቀ ቁ= డ௫ మ డ௬ డ௫ మ = ‫ ݕ‬ᇱᇱ డ௬ ᇲ ቀ ቁ = −‫ݒ‬ డ௧ డమ ௬ డ௧ మ డమ ௬ డ௧ మ (2.8) = −‫ݒ‬ డ௧ మ డ௬ ᇲ డ(௫ି௩௧) డఈ = ‫ ݒ‬ଶ ‫ ݕ‬ᇱᇱ డ௧ ଵ డమ ௬ ‫ ݕ‬ᇱᇱ = ௩మ డ௧ మ (2.9) Dengan mensubtitusikan persamaan (2.8) ke dalam persamaan (2.9) maka akan diperoleh persamaan berikut. డమ ௬ డ௫ మ = ଵ డమ ௬ ௩మ డ௧ మ (2.10) Persamaan (2.10) merupakan rumusan perambatan gelombang dengan kecepatan v dalam ruang satu dimensi. (Paul A.Tipler, 1998: 495) C. Gelombang Seismik Gelombang termasuk bagian dari fenomena yang ada di alam. Gelombang timbul karena adanya perambatan dari usikan atau energi dari suatu sumber ke titik-titik yang lain. Misalnya gelombang yang ditimbulkan karena adanya gempa bumi. Gempa bumi merupakan getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Gempa bumi terjadi pada retakan dalam kerak bumi yang disebut patahan. Patahan terbentuk karena batuan rapuh dan pecah yang disebabkan oleh tekanan besar yang mendesaknya. Patahan tersebut akan bergerak secara perlahan-lahan pada lempeng bumi. Sehingga dapat menyebabkan tekana pada daerah kerak bumi. Gempa bumi terjadi ketika tekanan telah semakin meningkat di daerah batuan sampai pada tingkat tertentu, sehingga terjadi pergerakan mendadak.
  • 9. 9 Pergerakan mendadak ini dapat menciptakan patahan baru ketika batuan pecah pada titik terlemah, atau pergerakan menyebabkan batuan tergelincir di sepanjang patahan yang ada. Pada saat gempa bumi terjadi, sejumlah besar energi dilepaskan bersamaan dengan dilepasnya tekanan. Energi yang dipancarkan dari sumber gempa akan menjalar kesegala arah dalam bentuk gelombang, sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi. Apabila terjadi suatu gempa bumi yang cukup kuat, maka gelombanggelombang elastik dipancarkan dari pusat gempa bumi ke semua arah. Gelombang yang terpancarkan dari pusat gempa akan terekam oleh alat yang dinamakan seismometer. Seismometer merupakan alat yang dirancang untuk merekam atau mencatat gerakan tanah dalam arah tertentu baik dalam arah vertikal maupun horizontal. Dalam kamus lengkap fisika (Oxford,1990:39) “Seismograf didefinisakan sebagi alat pencatat getaran bumi yang diakibatkan pengaruh gempa, kemudian Seismogram merupakan grafik getaran yang direkam oleh sesimograf”. 1. Konsep Gelombang Seismik Gelombang seismik adalah gelombang yang merambat baik di dalam maupun diluar permukaan bumi yang berasal dari sumber seismik. Dari sumber sesmik ini akan muncul getaran pada kerak bumi yang diakibatkan adanya gangguan pada salah satu lapisan bumi. Getaran yang mencapai permukaan bumi pada umumnya menyebabkan pergerakan ke berbagai arah, pergerakan tersebut dikenal dengan gempa bumi. Gelombang seismik akan mengalami osislasi partikel terhadap medium yang di lewatinya, Osilasi partikel medium terjadi akibat interaksi antara gaya gangguan malawan gayagaya elastik. Dari interaksi ini muncul gelombang longitudinal, gelombang transversal dan kombinasi diantara keduanya. (Afnimar, 2009:7) Gerakan batuan yang tiba-tiba di sepanjang celah pada sesar bumi menimbulkan getaran yang mentransmisikan energi dalam bentuk gelombang bodi (body wave). Sedangkan gelombang yang merambat dari episenter ke sepanjang permukaan bumi disebut gelombang permukaan (surface wave).
  • 10. 10 Berdasarkan tempat menjalarnya, gelombang seismik dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu gelombang bodi (body wave) dan gelombang permukaan (surface wave). Gelombang bodi ini terdiri dari dua tipe yaitu gelombang primer (P) dan gelombang sekunder (S). gelombang primer (P) adalah gelombang longitudinal yang arah pergerakkan partikelnya searah dengan arah rambat gelombang. Kemudian gelombang sekunder (S) adalah gelombang yang arah pergerakkan partikelnya tegak lurus dengan arah rambat gelombang. Gelombang primer dan sekunder akan merambat meninggalkan sumber gempa pada saat yang bersamaan, tetapi gelombang primer akan mencapai seismometer terlebih dahulu dibandingkan dengan gelombang sekunder, karena kecepatan perambatan gelombang primer lebih cepat. Gambar 2.3 Rekaman Gelombang Primer Dan Sekunder Pada Seismometer Beda waktu antara kedatangan gelombang P pertama dan gelombang S pertama ini dikenal sebagai panjang waktu getaran pendahuluan atau waktu SP. Beda waktu ini merupakan petunjuk yang penting untuk mengetahui lokasi sumber gempa. Waktu SP dapat mencapai orde sekon ataupun menit bergantung pada jarak sumber gempa ke stasiun pencatat. Akan tetapi, waktu SP selalu dapat mengungkap jarak stasiun pencatat ke episentruum, yaitu suatu titik yang terletak di permukaan Bumi tepat di atas sumber gempa (hiposentrum).
  • 11. 11 Gelombang permukaan merupakan gelombang elastik yang menjalar/merambat dari episenter sepanjang permukaan bumi dengan merambat amplitudonya melemah bila semakin masuk ke dalam medium Beberapa tipe medium. gelombang permukaan yaitu gelombang Rayleigh, gelombang Lo Love, gelombang tabung. Gelombang Rayleigh adalah gelombang yang merambat pada batas permukaan saja dan hanya dapat merambat pada media padat serta arah getarannya berlawanan arah dengan arah perambatannya. Gelombang Love adalah gelombang yang hanya merambat pada batas lapisan saja dan bergerak pada bidang yang horizontal saja. Gelombang tabung merupakan gerak/aliran fluida di sepanjang sumur pengeboran. Gambar 2.4 Gelombang Primer 1. Persamaan Gelombang seismik Gambar 2.5 Gelombang Sekunder (W.M.Telford,1992) 2. Gelombang Bodi a. Gelombang Primer (P) Gelombang primer atau gelombang longitudinal akan tercatat elombang pertama kali pada seismometer Gelombang ini memiliki a ma seismometer. arah getaran ke depan dan ke belakang sehingga materi yang dilewati sebagai mediumnya mengalami tekanan dan peragangan seperti spiral. Oleh ngalami
  • 12. 12 karena itu, sering disebut sebagai Push-Pull Wave atau Compressional Wave. Gelombang primer terjadi karena adanya rambatan dari hiposentrum yang bergerak melewati lapisan litosfer secara menyebar ke berbagai arah. Gelombang primer dapat merambat melalui medium padat, cair dan gas. Dengan arah rambatan ke depan, maka gelombang primer ini memiliki kecepatan yang tergolong tinggi, kecepatannya antara 7-14 km per detik dan mempunyai periode antara 5-7 detik. Gambar 2.6 Gelombang Primer (P-wave) (earthquake.wordpress.com) Gelombang primer akan merambat dengan mudah pada medium padat maupun medium cair. Pada umumnya, semakin padat suatu batuan, semakin cepat perambatan gelombang P. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan kecepatan antar bidang batas. Ketika semakin padat medium yang dilaluinya, maka semakin kecil simpangan yang terjadi pada gelombang, dan semakin renggang medium yang dilaluinya akan semakin besar simpangannya.
  • 13. 13 Gambar 2.7. Rambatan Gelombang Primer (P) dan Sekunder (S) Pada Interior Bumi (rajebo.blogspot.com) Pada gambar 2.7 sebagaimana dinyatakan oleh Noor Djauhari (2009) bahwa, “Rambatan gelombang primer di dalam interior bumi yang berasal dari suatu sumber gempa. Sifat dari rambat gelombang seismik di dalam bumi diperlihatkan oleh gelombang primer yang merambat baik pada Inti bagian luar maupun inti bagian dalam”. Berdasarkan sifat rambat gelombang primer tersebut, maka gelombang primer itu dapat merambat pada inti bumi bagian luar yang berfasa cair dan Inti bumi bagian dalam berupa padatan.
  • 14. 14 Gambar 2.8. Rambatan Gelombang P dan S Pada Lapisan Bumi (rajebo.blogspot.com) Pada gambar 2.8 menurut Noor Djauhari (2009) bahwa “kecepatan rambat gelombang primer dan gelombang sekunder kearah interior bumi. Gelombang P tetap menjalar pada bagian luar Inti Bumi yang berfasa cair, namun terjadi perubahan kecepatan rambat gelombang primer dari bagian Mantel Bumi ke arah Inti Bumi bagian luar menjadi lambat”. Dari gambar tersebut antara Kulit Bumi dengan Mantel Luar dibatasi oleh suatu material yang berfase semi-plastis yang saat ini dikenal sebagai tempat di mana kerak bumi yang saling bergerak. Dengan demikian bahwa, gelombang primer dapat merambat pada interior bumi baik yang berfasa padat maupun berfasa cair. b. Gelombang Sekunder (S) Gelombang transversal atau gelombang sekunder adalah gelombang gempa yang bersama-sama dengan gelombang primer dirambatkan dari hiposentrum ke segala arah dalam lapisan litosfer. Gelombang sekunder memiliki arah getar tegak lurus terhadap arah rambatnya, gelombang sekunder ini merambat di sela-sela bebatuan dengan kecepatan antara 4-7 km/detik dan mempunyai periode 11-13 detik. Gelombang sekunder hanya dapat merambat melalui medium padat.
  • 15. 15 Ketika melewati medium cair atau udara gelombangnya akan teredam sehingga tidak tercatat oleh seismograf. Gambar 2.9 Gelombang Sekunder (S-wave) (earthquake.wordpress.com) Sebagaiamana yang diperlihatkan pada Pada gambar 2.7 bahwa untuk sifat rambatan dari gelombang gempa di dalam bumi berupa gelombang sekunder tidak merambat pada Inti Bumi bagian luar. Jadi untuk gelombang sekunder hanya merambat pada bagian mantel dari interior bumi. Kemudian untuk kecepatan rambat gelombang sekunder yang diperlihatkan pada gambar 2.8 menunjukkan bahwa gelombang sekunder tidak menjalar pada bagian Inti Bumi bagian luar yang berfasa cair (liquid). D. Kecepatan gelombang primer (P) dan kecepatan gelombar sekunder (S) Jika sebuah medium/benda padat berada dalam keadaaan setimbang dipengaruhi gaya-gaya yang berusaha menarik, menggeser, atau menekannya maka bentuk benda tersebut akan berubah (terdeformasi). Jika benda kembali ke bentuknya semula bila gaya-gaya dihilangkan maka benda dikatakan elastik. Hubungan antara gaya dan deformasinya dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep tegangan (stress), regangan (strain), hukum Hooke dan konstanta elastiknya
  • 16. 16 1. Tegangan (࣌) Tegangan (stress) didefenisikan sebagai gaya persatuan luas. Apabila gaya yang bekerja tegak lurus terhadap permukaan, maka tegangan yang demikian dikatakan tegangan normal (normal stress). Sedangkan gaya yang bekerja sejajar dengan permukaan dikatakan sebagai tegangan geser (shearing stress). Gaya yang bekerja dalam arah yang tidak sejajar dan tidak tegak lurus pada permukaan, tegangannya dapat diuraikan ke dalam komponen normal dan komponen geser. Gambar 2.10 Komponen Tegangan (W.M.Telford,1992) Jika ditinjau sebuah elemen kecil volume di mana tegangannya berada pada dua permukaan yang tegak lurus terhadap sumbu x, maka komponen-komponen tegangannya ditunjukkan seperti pada gambar 2.10 Tegangan normal ditunjukkan oleh σxx, sedangkan tegangan geser ditunjukkan oleh σyx dan σzx. Jika benda berada dalam kesetimbangan statis, gaya-gaya yang bekerja padanya harus setimbang. Berarti ketiga tegangan yakni σxx, σyx dan σzx bekerja pada bidang OABC haruslah sama dan berlawanan dengan hubungan tegangan yang ditunjukkan pada bidang DEFG.
  • 17. 17 2. Regangan (ࢿ) Regangan didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada suatu benda untuk meregangkan benda tersebut. Perubahan fraksional suatu benda elastik baik bentuk maupun dimensinya dinamakan dengan regangan. Analisis kuantitatif dua dimensi regangan dapat diilustrasikan seperti pada gambar (2.11) Pada gambar dibawah terlihat perubahan posisi koordinat PQRS menjadi ܲᇱ , ܳ ᇱ , ܴ ᇱ , ܵ ᇱ . Pada saat titik P berubah menjadi ܲᇱ akan mempunyai komponen u dan v, misalkan u = u (x,y) danv = v (x,y), maka : Gambar 2.11 Analisis Tekanan Dua Dimensi (W.M Telford.1992) ܲ (‫;)ݕ݀ + ݕ ,ݔ݀ + ݔ(ܴ ;)ݕ݀ + ݕ ,ݔ(ܵ ;)ݕ ,ݔ݀ + ݔ(ܳ ;)ݕ ,ݔ‬ ܲᇱ ; (‫ ܳ ,)ݒ + ݕ ,ݑ + ݔ‬ᇱ ; ቀ‫ + ݑ + ݔ݀ + ݔ‬డ௫ ݀‫ + ݒ + ݕ ,ݔ‬డ௫ ݀‫ݔ‬ቁ డ௨ డ௨ డ௩ డ௩ ܵ ᇱ ; ቀ‫ + ݑ + ݔ‬డ௬ ݀‫ + ݒ + ݕ݀ + ݕ ,ݕ‬డ௬ ݀‫ݕ‬ቁ డ௨ డ௨ డ௩ డ௩ ܴ ᇱ ; ቀ‫ + ݑ + ݔ݀ + ݔ‬డ௫ ݀‫ + ݔ‬డ௬ ݀‫ + ݒ + ݕ݀ + ݕ ,ݕ‬డ௫ ݀‫ + ݔ‬డ௬ ݀‫ݕ‬ቁ Dalam bentuk tiga dimensi, komponen perpindahan titik P (x, y dan z) ditulis dengan (u, v dan w), sehingga regangan normal tunjukkan oleh persamaan (2.11), regangan geser persamaan (2.12), sedangkan komponen regangan pada benda yang mengalami perpindahan secara rotasional ditunjukkan oleh persamaan (2.13).
  • 18. 18 డ௨ ߝ௫௫ = Regangan normal డ௫ డ௩ ߝ௬௬ = డ௬ ߝ௭௭ = డ௪ డ௫ ߝ௫௬ = ߝ௬௫ = Regangan geser (2.11) ߝ௬௭ = ߝ௭௬ = ߝ௭௫ = ߝ௫௭ = డ௩ డ௫ డ௪ డ௬ డ௨ + + + డ௭ డ௨ డ௬ డ௩ (2.12) డ௭ డ௪ డ௫ sedangkan komponen regangan pada benda yang mengalami perpindahan secara rotasional adalah: ଵ డ௪ ߠ௫ = ଶ ቀ డ௬ − Perubahan dimensi డ௩ డ௭ ଵ డ௨ ቁ ; ߠ௬ = ଶ ቀ డ௭ − yang disebabkan డ௪ డ௫ ଵ డ௩ ቁ ; ߠ௭ = ଶ ቀడ௫ − oleh strain డ௩ డ௬ ቁ (2.13) normal akan mengakibatkan perubahan volume. Perubahan volume per satuan volume disebut dilatasi (dilatation) dan diberi simbol ∆, dimisalkan ∆ = ߠ. ߠ = ߝ௫௫ + ߝ௬௬ + ߝ௭௭ = డ௨ డ௫ + డ௩ డ௬ + డ௪ డ௭ (2.14) (W.M.Telford, 1992: 140-143) 3. Hukum Hooke Pada tahun (1635-1703) Robert Hooke menunjukkan eksperimen bahwa pertambahan panjang benda sebanding dengan berat atau gaya yang diberikan pada benda. Perbandingan dinyatakan dalam persamaan ‫ܮ∆ ݇ = ܨ‬ (2.15) Disini F menyatakan gaya (berat benda) yang menarik benda, ∆‫ܮ‬ adalah perubahan panjang, dan k adalah konstansta pembanding. Ternyata persamaan (2.15) berlaku untuk hampir semua materi padat dari besi sampai tulang, tetapi hanya sampai pada batas tertentu. Karena jika gaya terlalu besar, benda merenggang sangat besar dan akhirnya patah. (Giancoli, 2001: 299)
  • 19. 19 Dalam hal ini, Hooke merumuskan hubungan antara tegangan dan regangan. Hooke mengemukakan bahwa jika tegangan bekerja pada sebuah benda dan menimbulkan regangan cukup kecil, maka terdapat hubungan secara linier antara tegangan dan regangan. Tanpa memperhitungkan komponen arah atas kedua variabel tersebut, pada medium yang bersifat homogen isotropik. Dalam seismologi, medium elastik yang bersifat homogen isotropik didefinisikan sebagai sifat medium di mana tidak terdapat variasi densitas di dalam medium sehingga gelombang menjalar dengan kecepatan yang sama dalam medium. Hooke mendefinisikan: ߪ௜௜ = ߣ ߠ + 2 μ ε௜௜ ݅ = ‫ݖ ,ݕ ,ݔ‬ ߪ௜௝ = μ ε௜௝ ݅, ݆ = ‫݆ ≠ ݅ ,ݖ ,ݕ ,ݔ‬ (2.16) (2.17) λ dan µ disebut konstanta Lame, dengan µ menyatakan hambatan regangan geser. Pada harga tegangan tetap (σ) regangan akan menjadi besar bila modulus gesernya kecil, begitu juga sebaliknya. 4. Konstanta Elastik Konstanta elastik adalah tinjauan hubungan antara teganganregangan dan perubahan bentuk benda yang ditimbulkannya. Untuk medium yang homogen isotropik konstanta elastik meliputi a. Modulus Young (E) Modulus Young didefinisikan sebagai besarnya regangan yang ditunjukkan oleh perubahan panjang suatu benda. Semua komponen regangan yang tidak searah sumbu panjang adalah nol. Hal ini disebabkan tegangan hanya terjadi pada arah sumbu panjang tersebut, pada arah yang lain tegangannya nol. ‫=ܧ‬ ఙೣೣ ఌೣೣ (2.18)
  • 20. 20 b. Modulus Bulk (K) Jika benda mengalami gaya internal dari semua sisi, maka volume bendanya akan berkurang. Tekanan yang dikenakan pada suatu benda didefinisikan sebagai gaya per luas yang ekivalen dengan tegangan (tekanan hidrostatik). Untuk keadaan ini, perubahan volume (∆‫ )ݒ‬sebanding dengan volume awal(‫ݒ‬଴ ). Jadi modulus Bulk adalah hubungan antara tegangan (tekanan hidrostatik) Ph= F/A dan regangan volume ߠ = ∆௩ ௩బ , maka persamaan matematis modulus Bulk ிൗ ‫ = ܭ‬஺௏ ஺ = ൗ௏ ೚ ି௉ (2.19) ఏ Tanda minus menunjukkan bahwa volume berkurang terhadap penambahan tekanan. c. Modulus Rigiditas (µ) Tekanan terhadap suatu benda dapat menimbulkan regangan berupa pergeseran pada salah satu permukaan bidangnya. Tekanan yang bekerja pada benda ini disebut tekanan geser dan regangannya disebut regangan geser. Perubahan bentuk akibat pergeseran ini tidak disertai perubahan volumenya. Hubungan antara tegangan dan regangan yang menimbulkan pergeseran sederhana ini disebut modulus Rigiditas. Perumusan matematisnya sebagai berikut ߤ= ୘ୣ୥ୟ୬୥ୟ୬ ୥ୣୱୣ୰ ୰ୣ୥ୟ୬୥ୟ୬ ୥ୣୱୣ୰ = ఙೣೣ ఌೣ೤ (2.20) d. Rasio Poisson (࣏) Rasio Poisson atau poisson’s ratio adalah ukuran besarnya regangan pada suatu benda berupa kontraksi dalam arah transversal dan peregangan dalam arah longitudinal akibat terkena tekanan. Apabila diterapkan pada silinder, di mana arah transversalnya dinyatakan dengan diameter silinder (D) dan arah longitudinal dengan panjang silinder (݈), maka rasio Poisson adalah: ࣏= ୏୭୬୲୰ୟ୩ୱ୧ ୲୰ୟ୬୴ୣ୰ୱୟ୪ ୮ୣ୰ୣ୥ୟ୬୥ୟ୬ ୪୭୬୥୧୲୳ୢ୧୬ୟ୪ = ஺஽/஽ ∆௟ ⁄௟೚
  • 21. 21 ࢿ࢟࢟ ࣏=− ࢿ࢞࢞ =− ఌ೥೥ ఌೣೣ (2.21) Hubungan antara konstanta elastik pada medium homogen isotropik saling terkait membentuk perumusan sebagai berikut, yaitu ‫=ܧ‬ ‫=ܭ‬ ఓ (ଷఒାଶఓ) (ఒାఓ) (2.22) (ଷఒାଶఓ) ଷ (2.23) ఒ ߭ = ଶ(ఒାఓ) (2.24) 5. Kecepatan gelombang primer (P) Penentuan kecepatan gelombang primer, diawali dengan tinjauan terhadap sebuah benda (medium) homogen berbentuk kubus yang dikenakan oleh sebuah gaya tertentu. Tekanan yang mengenai benda tersebut jika ditinjau pada salah satu permukaa, maka akan mempunyai komponen-komponen sebagai berikut: ߪ௫௫ + డఙೣೣ డ௫ డఙ೤ೣ ݀‫ߪ ; ݔ‬௬௫ + డ௬ ݀‫ߪ ; ݕ‬௭௫ + డఙ೥ೣ డ௭ ݀‫ݖ‬ (2.25) Karena tekanan ini berlawanan dengan yang bertindak di bagian belakang, maka tekanan bersih yang bekerja pada elemen volum kubus adalah డఙೣೣ డ௫ ݀‫; ݔ‬ డఙ೤ೣ డ௬ ݀‫; ݕ‬ డఙ೥ೣ డ௭ ݀‫ݖ‬ (2.26) Tekanan ini bekerja pada permukaan yang luasnya (dy,dz) dan mempengaruhi volume (dx,dy,dz), dengan itu didapatkan gaya bersih per satuan volume dalam arah sumbu x, y, dan z bernilai డఙೣೣ డ௫ ; డఙ೤ೣ డ௬ ; డఙ೥ೣ డ௭ (2.27) Untuk ke-empat permukaan yang lain, persamaanya dapat diperoleh dengan cara yang sama, sehingga gaya total persatuan volume dalam sumbu x adalah డఙೣೣ డ௫ + డఙ೤ೣ డ௬ + డఙ೥ೣ డ௭ (2.28) Komponen-Komponen tekanan di atas disebut gaya tiap unit volume benda pada bidang x yang berarah pada sumbu x, y, z. Untuk
  • 22. 22 permukaan bidang lainnya, hubungan variabel gaya tiap satuan volumenya analog dengan bidang x. Total gaya pada sumbu x yang terjadi pada benda kubus adalah: ‫[ =ܨ‬ డఙೣೣ డ௫ డఙ೤ೣ + డ௬ డఙ೥ೣ + డ௭ Dengan ݀‫ = ݖ݀ݕ݀ݔ‬satuan volume kubus ] ݀‫ݖ݀ݕ݀ݔ‬ (2.29) Sedangkan menurut hukum II Newton, gaya adalah perkalian antara massa dan percepatannya, F = m.a, bila dikaitkan dengan densitas benda ߩ = maka: ‫ )ݖ݀ݕ݀ݔ݀( ߩ = ܽݒߩ = ܽ݉ = ܨ‬డ௧ మ డమ ௨ ௠ ௩ , (2.30) Dengan menggunakan definisi gaya tersebut, maka persamaan (2.28) menjadi; డమ ௨ ߩ(݀‫ )ݖ݀ݕ݀ݔ‬డ௧ మ = ቂ డమ ௨ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቂ డఙೣೣ డఙೣೣ డ௫ డ௫ + + డఙ೤ೣ డఙ೤ೣ డ௬ డ௬ డఙ೥ೣ + డఙ೥ೣ + డ௭ డ௭ ቃ ݀‫ݖ݀ݕ݀ݔ‬ ቃ ݀‫ݖ݀ݕ݀ݔ‬ (2.31) Di mana ߩ adalah kerapatan eleman kubus. Hubungan ini disebut persamaan gerak yang searah sumbu x. Pada persamaan gerak untuk sumbu y dan z, dapat diperoleh dengan cara yang sama yaitu hanya dengan menggantikan tegangan normal ߪ௫௫ dengan ߪ௬௬ atau ߪ௭௭ . Pada persamaan (2.31) dapat diperoleh penyelesaiannya dengan mensubtitusikan persamaan (2.16) dan (2.17) berupa definisi dari hukum Hooke. డమ ௨ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቂ ߩቀ డమ ௨ డ௧ మ డమ ௨ ቁ= డఙೣೣ డ௫ డమ ௨ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ߣ డమ ௨ డ௫ డ(ఏ) డ௫ డ(ఏ) డ௫ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቄቀߣ డమ ௨ డ௧ మ డఙ೤ೣ డ௬௦ డ(ఒ ఏାଶ µ εೣೣ ) ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ߣ ߩቀ + ቁ=ߣ + డ௫ డ(ఏ) డ௫ + డఙ೥ೣ డ௭ డ௫ డ௬ + డ(εೣೣ ) + 2ߤ + ߤ ቀ2 ቃ ݀‫ݖ݀ ݕ݀ ݔ‬ డ൫µ ε೤ೣ ൯ డ(ଶ µ εೣೣ ) +2µ డ(ఏ) + డ௫ డఌೣೣ డ௫ డఌೣೣ డ௫ డ(µ ε೥ೣ ) + డ൫µ ε೤ೣ ൯ +µ డ௬ + డ൫ ε೤ೣ ൯ డ௬ ቁ+ ߤ + డ௭ డఌೣ೤ డఌೣ೤ డ௬ డ௬ + డ(µ ε೥ೣ ) +µ డ௭ డ(ε೥ೣ ) + ߤ డఌೣ೥ డ௭ ቁ డ௭ డఌೣ೥ డ௭ ቅ
  • 23. 23 Dengan menggunakan tetapan regangan geser dan regangan normal berupa ப୳ ε௫௫ = డ௨ డ௭ + ߩቀ ப୶ డ௪ డ௫ డమ ௨ డ௧ మ డ௩ ; ߝ௫௬ = ߝ௬௫ = డ௫ + డ௨ ; ߝ௬௭ = ߝ௭௬ = డ௬ డ௪ + డ௬ డ௩ డ௭ dan ߝ௭௫ = ߝ௫௭ = maka dapat diperoleh penyelesaian sebagai berikut. ቁ = ൝ߣ డ(ఏ) డ௫ + ߤ ቊ2 డ డ௫ డమ ௨ డఏ డఏ డఏ ப୶ డమ ௨ డమ ௨ ப୳ ቁ + ቆ డమ ௨ డమ ௨ ቀ డ ቀ డ௩ డ௬ డ௫ డమ ௩ + డ௨ డ௬ డమ ௨ డ ቁቇ + ൬ ቀ డ௭ డమ ఓ డ௨ డ௭ + డ௪ డ௫ ቁ൰ቋൡ డమ ௪ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቊߣ డ௫ + ߤ ቄ2 డ௫ మ + ቀడ௬డ௫ + డ௬ మ ቁ + ቀ డ௭ మ + డ௭డ௫ቁቅቋ డమ ௨ డమ ఓ డమ ௩ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቄߣ డ௫ + ߤ ቀ2 డ௫ మ + డ௬ మ + డ௭ మ + డ௬డ௫ + డమ ௨ డమ ௨ డమ ఓ డమ ௨ డమ ௪ డ௭డ௫ డమ ௩ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቄߣ డ௫ + ߤ ቀడ௫ మ + డ௬ మ + డ௭ మ + డ௫ మ + డ௬డ௫ + ቁቅ డమ ௪ డ௭డ௫ ቁቅ Persamaan diatas dapat disederhanakan dengan menggunakan tetapan డమ ௨ డమ ௨ డమ ఓ laplacian , ∇ଶ ‫ = ݑ‬డ௫ మ + డ௬ మ + డ௭ మ maka డమ ௨ డఏ డమ ௨ డఏ డమ ௨ డఏ డమ ௨ డమ ௩ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቄߣ డ௫ + ߤ ቀ∇ଶ ‫ + ݑ‬డ௫ మ + డ௬డ௫ + డమ ௨ డమ ௩ డమ ௪ డ௭డ௫ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቄߣ డ௫ + ߤ∇ଶ ‫ ݑ + ݑ‬ቀడ௫ మ + డ௬డ௫ + డ డ௨ డ௩ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቄߣ డ௫ + ߤ∇ଶ ‫ ݑ + ݑ‬డ௫ ቀడ௫ + డ௬ + డ௨ Dengan ; ߠ = డ௫ + డ௩ డ௬ + డమ ௨ డ௪ డ௭ డఏ ቁቅ డమ ௪ డ௭డ௫ డ௪ డ௭ ቁቅ ቁቅ డఏ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ߣ డ௫ + ߤ∇ଶ ‫ ݑ + ݑ‬డ௫ ߩቀ డమ ௨ డ௧ మ ቁ =ߣ డఏ డ௫ +‫ݑ‬ డఏ డ௫ + ߤ∇ଶ ‫ݑ‬ Sehingga persamaan gerak untuk media elastik dan homogen isotropis didapatkan sabagai berikut డమ ௨ డఏ (2.32) డమ ௩ డఏ (2.33) డమ ௪ డఏ (2.34) ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௫ + ߤ∇ଶ ‫ݑ‬ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬ + ߤ∇ଶ ‫ݒ‬ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௭ + ߤ∇ଶ ‫ݓ‬ Gelombang yang merambat pada suatu media ke segala arah, secara tiga dimensi arah perambatan gelombang dinyatakan dengan sumbu
  • 24. 24 x, y, z, untuk menentukan persamaan gelombang ini, persamaan (2.32), (2.33) dan (2.34 ) masing-masing dideferensiasikan terhadap x, y dan z. maka diperoleh persamaan sebagai berikut. డమ డ௨ డ డఏ డ௨ (2.35) డమ డ௩ డ డఏ డ௩ (2.36) డమ డ௪ డ డఏ డ௪ (2.37) ߩ డ௧ మ ቀడ௫ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௫ ቀడ௫ ቁ + ߤ∇ଶ డ௫ ߩ డ௧ మ ቀడ௬ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬ ቀడ௫ ቁ + ߤ∇ଶ డ௬ ߩ డ௧ మ ቀ డ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௭ ቀడ௫ ቁ + ߤ∇ଶ డ௭ Dengan menjumlahkan ketiganya, maka akan diperoleh persamaan berikut, డ మ డ௨ డ௩ ߩ డ௧ ቀడ௫ + డ௬ + డ మ డ௨ డ௩ ߩ డ௧ ቀడ௫ + డ௬ + డ௨ డ௪ డ௭ డ௭ మ డ డ௨ డఏ డ௩ ቀడ௫ + డ௬ + డ௪ డ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௫ మ + డ௭ డమ ఏ డ௪ Dengan ߠ = డ௫ + డమ ఓ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௫ ቀడ௫ ቁ + డ௩ + డ௬ డమ ఏ డ௪ డ௭ డమ ఏ ቁ డ డఏ డమ ఏ డఏ డఏ ቀ ቁ + డ௭ ቀ డ௭ ቁ + ߤ∇ଶ డ௬ డ௬ డమ ఏ డ௨ డ௩ + డ௭ మ + ߤ∇ଶ ቀడ௫ + డ௬ + డ௬ మ డమ ௨ డ௪ డ௭ ቁ డమ ௨ dan persamaan laplacian: ∇ଶ ‫ = ݑ‬డ௫ మ + డ௬ మ + డమ ఏ atau ∇ଶ ߠ = డ௫ మ + డ௬ మ + డ௭ మ maka hasil penjumlahan di atas dapat disederhanakan sebagai berikut ߩ డ௧ మ = (ߣ + ‫∇)ݑ‬ଶ ߠ + ߤ∇ଶ ߠ డమ ఏ డమ ఏ ߩ డ௧ మ = ߣ ∇ଶ ߠ + ‫∇ݑ‬ଶ ߠ + ‫∇ݑ‬ଶ ߠ డమ ఏ ߩ డ௧ మ = ߣ ∇ଶ ߠ + 2 ‫∇ݑ‬ଶ ߠ ߩ డ௧ మ = (ߣ + 2ߤ)∇ଶ ߠ డమ ఏ డమ ఏ డ௧ మ = ߙଶ = ఒ ାଶఓ ఘ ఒ ାଶఓ હ=ට ∇ଶ ߠ (2.38) ఘ ૃ ା૛ૄ ૉ (2.39)
  • 25. 25 Persamaan (2.39) merupakan persamaan gelombang longitudinal. Dari persamaan gelombang tersebut diperoleh kecepatan gelombang longitudinal atau dikenal dengan kecepatan gelombang primer yaitu ૚ ࣅ ା ૛ࣆ ૛ ܸ =൬ ௣ ൰ ࣋ Keterangan Vp = kecepatan perambatan gelombang Primer (m/s) λ = konstanta Lame (m/s) µ = rigiditas medium (ܰ/݉ଶ ) ρ = massa jenis medium (kg/݉ଷ ) θ = perubahan volume atau dilatasi 6. Kecepatan Gelombang Sekunder (S) Kecepatan gelombang sekunder didapat dengan menurunkan terlebih dahulu persamaan (2.36) diturunkan terhadap z ߩቀ డమ డమ ௩ డ௧ మ డ௩ ቁ = (ߣ + ‫)ݑ‬ డఏ డ௬ డ + ߤ∇ଶ ‫ݒ‬ డ௩ డఏ ߩ డ௧ మ ቀడ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬ ቀ డ௭ ቁ + ߤ∇ଶ డ௭ డమ డమ ఏ డ௩ డ௩ ߩ డ௧ మ ቀడ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬డ௭ + ߤ∇ଶ డ௭ (2.40) dan persamaan (2.37) diturunkan terhadap y డమ ௪ డఏ డ௪ డ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௭ + ߤ∇ଶ ‫ݓ‬ డమ ߩ డ௧ మ ቀ డమ డ௬ డ௪ ቁ = (ߣ + ‫)ݑ‬ డ௭ డఏ డ௪ ቀ ቁ + ߤ∇ଶ డ௬ డమ ఏ డ௬ డ௪ ߩ డ௧ మ ቀ డ௬ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௭డ௬ + ߤ∇ଶ డ௬ (2.41) Dengan mengurangkan hasil turunan persamaan (2.40) dengan turunan persamaan (2.41) maka akan diperoleh persamaan berikut ߩ డ௧ మ ቀ డ௬ − డ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௭డ௬ + ߤ∇ଶ డ௬ − (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬డ௭ + ߤ∇ଶ డ௭ డమ డ௪ డ௩ డమ ఏ డ௪ డమ ఏ డ௩ ߩ డ௧ మ ቀ డ௬ − డ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௭డ௬ − (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬డ௭ + ߤ∇ଶ డ௬ − ߤ∇ଶ డ௭ డమ డ௪ డ௩ డమ ఏ డమ ఏ డ௪ డ௩
  • 26. 26 ߩ ߩ ߩ డమ డ௧ మቀ డమ డ௧ మ డమ డ௧ మ ቀ ቀ డ௪ డ௬ డ௪ డ௬ డ௪ డ௬ − − − డ௩ డ௭ డ௩ డ௭ డ௩ డ௭ ቁ = (ߣ + ‫)ݑ‬ ቀ − ଶ డ௬ డ௩ డ௭ డ௪ డ௪ డ௬ − డ௬ డ௭డ௬ − − ߤ∇ଶ డ௬ ቁ = ߤ∇ଶ ቀ Dengan mensubtitusikan ቀ ଵ డ௪ డ௪ ቁ = ߤ∇ଶ డమ ఏ − డ௩ డ௭ డ௩ డ௭ డమ ఏ డ௬డ௭ డ௩ + ߤ∇ଶ డ௪ డ௬ − ߤ∇ଶ డ௩ డ௭ డ௭ ቁ ቁ dengan tetapan rotasi berupa ߠ௫ = ቁ maka akan diperoleh persamaan berikut ߩ డ మ ఏೣ = ߤ∇ଶ ߠ௫ డ௧ మ ߚଶ = డ మೞ ఏೣ డ௧ మ డ మ ఏೣ డ௧ మ ఓ (2.42) ఘ ఓ = ఘ ∇ଶ ߠ௫ = ߚ ଶ ∇ଶ ߠ௫ (2.43) Persamaan (2.42) menyatakan persamaan gelombang transversal. Dari persamaan gelombang tersebut diperoleh kecepatan gelombang transversal atau dikenal dengan kecepatan gelombang sekunder yaitu ܸ =ඨ ௦ ࣆ ࣋ Vs = kecepatan perambatan gelombang sekunder (m/s) µ = rigiditas medium (N/mଶ ) ρ = massa jenis medium (kg/݉ଷ ) (W.M.Telford, 1992: 143-145) Berdasarkan pola-pola dari persamaan (2.38) dan (2.42), bahwa persamaan tersebut berlaku umum untuk gelombang yang merambat dalam media elastik homogen isotropis, hubungan ini disebut persamaan gelombang skalar. ଵ డమ ట ௩ మ డ௧ మ = ∇ଶ ߰ (2.43) Dengan ‫ ݒ‬menyatakan kecepatan tetap, ߰ menyatakan fungsi gelombang yang direalisasikan sebagai usikan yang menjalar pada posisi (x,y,z) dan waktu (t) tertentu, atau dapat dituliskan ߰(x,y,z,t). ( Asyafe, 2008 )
  • 27. 27 Apabila ߰ hanya merupakan fungsi dari x, maka persamaan (2.43) menjadi; ଵ డమ ట ௩మ డ௧ మ = డమ ట డ௫ మ (2.44) Jika dipilih solusi persamaan gelombang tersebut sebagai fungsi ߰ = ݂(‫ )ݐݒ − ݔ‬yang diketahui sebagai solusi D’Alemberts. Maka usikan yang dimaksud menjalar sepanjang sumbu x positif, seperti gambar 2.12 Gambar 2.12. Tinjauan Satu Dimensi Penjalaran Gelombang Dalam Arah Sumbu X Positif Dari gambar tersebut ditunjukkan pada waktu (‫ݐ‬௢ ), bagian gelombang di (‫ݔ‬௢ ) mencapai titik (ܲ௢ ), sehingga (߰௢ = ݂(‫ݔ‬௢ + ‫ݐݒ‬௢ ). Kemudian pada waktu (‫ݐ‬௢ + ∆‫ )ݐ‬bagian yang sama dari gelombang ini di (‫ݔ‬௢ + ∆‫ )ݔ‬mencapai titik ܲଵ , sehingga ߰ adalah ߰ = ݂[(‫ݔ‬௢ + ∆‫− )ݔ‬ ‫ݐ(ݒ‬௢ + ∆‫ .])ݐ‬Karena keduanya merupakan bagian yang sama dari gelombang tersebut, maka haruslah ߰௢ = ߰ଵ , sehingga: (‫ݔ‬௢ − ‫ݐݒ‬଴ ) = [(‫ݔ‬௢ + ∆‫ݐ(ݒ − )ݔ‬௢ + ∆‫])ݐ‬ Maka besaran ‫ ݒ‬dapat dinyatakan sebagai ‫=ݒ‬ ∆‫ݔ‬ ∆‫ݐ‬ Jadi besaran ‫ ݒ‬disini merupakan kecepatan perambatan usikan atau dikatakan sebagai kecepatan gelombang.
  • 28. 28 Suatu fungsi ߰ = ݂(‫ )ݐݒ − ݔ‬juga merupakan penyelesaian dari persamaan (2.44). yang mengindikasikan perambatan gelombang dalam arah sumbu x negatif. Oleh karena itu, penyelesaian umum dari persamaan (2.44) dapat dituliskan ߰ = ݂(‫)ݐݒ + ݔ(݃ + )ݐݒ − ݔ‬ Persamaan ini menggambarkan perambatan gelombang sepanjang sumbu x dalam arah yang berlawanan dengan kecepatan ‫ .ݒ‬Karena besaran ߰ ini tidak bergantung pada sumbu y ataupun z, maka usikan yang terjadi haruslah sama disemua tempat di dalam bidang yang tegak lurus terhadap sumbu x. jenis gelombang ini disebut gelombang datar. (Susilowati, 2008: 15-16) E. Aplikasi Gelombang Primer dan Sekunder pada Tsunami Early Warning System (TEWS) Pada saat gempa bumi terjadi, gelombang gempa bumi menjalar melalui lapisan dalam bumi dan direkam oleh jaringan Seismograf. Rekaman gempa bumi digunakan untuk menentukan lokasi dan kekuatan sumber gempa bumi. Apabila hasil analisa menunjukan bahwa parameter gempa bumi yang terjadi memenuhi kriteria berpotensi menimbulkan tsunami, maka National/Regional Tsunami Warning Center (NTWC/RTWC) akan mengeluarkan warning potensi tsunami terutama ke institusi interface yang akan menindaklanjuti dengan penyebaran melalui berbagai media termasuk aktivasi sirine. Gempa yang berpotensi tsunami jika berlokasi dibawah laut dengan kedalaman kurang dari 70-100 km dengan magnitude lebih besar dari 7 Skala Richter (SR). Warning potensi tsunami ditindaklanjuti dengan konfirmasi terjadinya tsunami berdasarkan data hasil deteksi tsunami oleh sensor Buoys ataupun Tide Gauge. (Fauzi dan Harjadi P, 2010: 6) Kecepatan gelombang tsunami tidak lebih cepat dari kecepatan gelombang gempa. Oleh karena itu beda waktu tiba gelombang gempa
  • 29. 29 dan tsunami dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan peringatan akan datangnya tsunami dengan membangun sistem peringatan dini tsunami. Pada TEWS terdapat dua komponen utama di antaranya 1. Komponen Struktural Komponen struktural diantarannya yaitu stasiun pasang surut, tsunami buoy dan seismometer. a. Tide Gauges (stasiun pasang surut). Gambar 2.12 Tide Gauges Tide Gauges terletak dipesisir pulau atau pelabuhan. Tide gauges akan mengukur perubahan permukaan laut dan dapat mencatat air surut beberpa menit sebelum gelombang tsunami tiba. b. Tsunami buoy Gambar 2.13 Tsunami Buoy
  • 30. 30 Tsunami bouy adalah sebuah alat yang dipasang di laut dalam. Di Indonesia sekarang menggunakan 4 jenis buoy yang sedang beroperasi di perairan Indonesia, yaitu Buoy Tsunami Indonesia, Deep Tsunamis (DART) Ocean Assessment and Amerika, German-Indonesian Reporting Tsunami Warning System (GITWS) dan Buoy Wavestan. Pada buoy ini terdapat OBU (Ocean Bottom Unit) di mana nantinya alat inilah yang mendeteksi adanya gelombang yang berpotensi sebagai tsunami yang lewat di atasnya. c. Seismometer Gambar 2.14 Seismometer Instrumen ini mampu mengukur gelombang seismik yang dioperasikan oleh BMKG. Dari sini akan diperoleh data beberpa lokasi, waktu, kedalaman, dan magnitude suatu gempa. Untuk itu jaringan seismometer telah dipasang di Indonesia yang terhubung dengan NTWC melalui satelit. (Harald Spahn, 2010: 5-7)
  • 31. 31 Gambar 2.15 Stasiun Seismik (Fauzi, Harjadi P, 2010:12) Jaringan Seismik didesain terdiri dari 160 broadband mik seismometer, 500 accelerometer dan akan dikelompokan ke dalam 10 Regional Center. Dengan jumlah sensor tersebut dan jarak tiap sensor ±100 km, maka dalam 3 menit pertama sumber gempa bumi yang terjadi diwilayah Indonesia dapat ditentukan lokasinya. (Fauzi, Harjadi P., 2010:12) Gambar 2.16 Rekaman Gelombang Seismik Pada Seismometer Ada tiga fase gelombang seismik yang yang dapat diamati eismik pada saat terjadi gelombang Tsunami Pada fase pertama dinamakan Tsunami. P-wave yaitu gelombang yang berasal dari sumber gempa di dalam lapisan bumi y yang mempunyai kecepatan 8-13.5 km/dt, gelomba ini gelombang akan tercatat pada s stasiun pemantauan seismik sehingga dengan
  • 32. 32 mudah dapat diketahui posisi sumber gempa tersebut. Fase kedua dinamakan S-wave yaitu gelombang yang merambat pada media air laut sebelum muncul ke permukaan, kecepatan gelombang ini sekitar 6,7-8 km/dt. Dengan mengetahui amplitudo dari kedua gelombang primer dan sekunder akan menentukan ukuran kekuatan gempa yang terjadi. Sedangkan fase ketiga adalah gelombang seismik yang muncul ke permukaan laut, kekuatannya akan ditentukan dari tingginya kedalaman air laut tersebut. Semua fase ini akan tercatat dalam peralatan seismometer pada stasiun pemantauan seismik yang besar magnitudonya diukur dalam bentuk skala logaritma yang dinamakan skala Richter. Dengan adanya hasil rekaman gelombang pada seismometer, maka dapat digunakan untuk menetukan besarnya magnitude gelombang bodi (Mb). Magnitudo gempa adalah parameter yang berhubungan dengan besarnya kekuatan gempa dari sumbernya. Dalam penentuan magnitudo gelombang bodi dapat diperoleh dengan memakai data amplitudo gelombang bodi yaitu primer dan sekunder dari sebarang fase seperti P, S, PP, SS, pP, sS yang terlihat jelas pada seismometer. Seismometer yang dipakaipun dapat dipilih dari komponen vertikal maupun horisontal. Magnitude gelombang bodi dapat ditentukan dengan rumus berikut. ஺ ‫ܯ‬௕ = log ቀ் ቁ + ܳ (ℎ, ∆) (2.45) Keterangan Mୠ = Magnitudo gelombang bodi A = Amplitudo getaran (µm) T = Periode getaran (s) ∆ = Jarak Pusat gempa atau episenter (km) h = Kedalaman gempa (km) 2. Komponen Kultural Komponen culture meliputi beberapa instansi seperti LIPI, Kementrian Dalam Negeri dan Kementrian Komunikasi dan
  • 33. 33 Informatika yang mempunyai tugas sebagai penyalur informasi kepada masyarakat, persiapan sebelum bencana bahkan evaluasi dan mengkaji pasca bencana.
  • 34. 34 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Perambatan gelombang primer pada gelombang seismik. a. Gelombang primer terjadi karena adanya rambatan dari hiposentrum dengan menginduksi gerakan partikel media dalam arah paralel terhadap arah penjalaran gelombang. b. Gelombang longitudinal merambat melalui medium padat, cair dan gas. c. Persamaan kecepatan gelombang-P yaitu; భ ఒ ା ଶఓ మ ܸ =൬ ௣ ൰ ఘ 2. Perambatan gelombang sekunder pada gelombang seismik. a. Gelombang sekunder terjadi karena adanya rambatan dari hiposentrum yang menyebabkan gerakan partikel media dalam arah tangensial terhadap arah penjalaran gelombang ke segala arah dalam lapisan litosfer. b. Gelombang sekunder hanya dapat merambat melalui medium padat. c. Persamaan kecepatan gelombang-S yaitu: ఓ ܸ = ටఘ ௦ 3. Gelombang primer dan sekunder dapat diaplikasikan pada tsunami early warning system yaitu berdasarkan amplitude gelombang primer dan gelombang sekunder maka dapat ditentukan besarnya magnitude gelombang bodi (Mb). 34
  • 35. 35 B. SARAN Saran yang disampaikan penulis kepada pembaca adalah: 1. Dalam Makalah ini yang dibahas hanya perambatan kecepatan gelombang seismik untuk gelombang bodi, sehingga pembaca perlu mempelajari perambatan kecepatan gelombang permukaan. 2. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk meningkatkan pengetahuannya pada bidang fisika khususnya untuk terkait dengan gelombang gempa.
  • 36. 36 DAFTAR PUSTAKA Afnimar. (2009). Seismologi. Bandung: Institute Teknologi Bandung Asyafe. (2008). A little bit of adventures on the Earth. Diperoleh 11 Juli 2011,dari http://asyafe.wordpress.com/2008/12/11/teori-seismik-penurunan persamaan-kecepatan-gelombang-p-gelombang-s. Djauhari, N. (2009). Susunan Interior Bumi. Diperoleh 9 Juli 2012, dari http://rajebo.blogspot.com/2011/05/susunan-interior-bumi.html Fauzi, Harjadi, P.,(Ed.) (2010). Ina TEWS Konsep dan Implementasi. Jakarta: Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika Giancoli, Dauglas C.(2001). Fisika Jilid 1 Edisi Kelima. Terj. Yuhilza Hanum. Jakarta: Erlangga ( Buku Asli diterbitkan 1998) Lowrie, W. (2007). Fundamentals of Geophysics, second edition. New York : Cambridge University Press Mawardi, Ikhwanudin. (2006). Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana 2006-2009. Jakarta: Perum Percetakan Negara RI Oxford.(1990). Kamus Lengkap FISIKA. Edt. Alan Isaacs Bsc, Phs. DIC. Hlm 390. Jakarta: Erlangga Spahn, Harald. (2010). InaTEWS- Pengawasan dan layanan peringatan. Terj. Evie Chandra. Jakarta: GITEWS Capacity Building In Local Commuties Susilowati. (2008). Penerapan penjalaran gelombang seismik gempa pada penelaahan struktur bagian dalam bumi. Hlm 15-16. USU e-Repository Telford, W.P., Geldart, L.P., & Sheriff, R.E. (1992). Applied Geophysics, Second Edition. New York : Cambridge University Press Tipler, P. (1998). Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid I Edisi ketiga. Terj. Lea Prasetio, Rahmad W.Adi. Jakarta: Erlangga 36
  • 37. 37 LAMPIRAN 1. Hubungan antara konstanta elastik pada medium homogen isotropik a. Modulus Young (E) ‫=ܧ‬ ఙೣೣ ఌೣೣ =‫=ܧ‬ ఓ ൫ଷఒᇲ ାଶఓ൯ (ఒᇲ ାఓ) ߪ௫௫ = ߣ ߠ + 2 µ ε௫௫ ߪ௬௬ = ߣ ߠ + 2 µ ε௬௬ ߪ௭௭ = ߣ ߠ + 2 µ ε௭௭ ߪ௬௬ = ߪ௭௭ = 0 ߪ௫௫ = ߣ ߠ + 2 µ ε௫௫ 0 = ߣ ߠ + 2 µ ε௬௬ 0 = ߣ ߠ + 2 µ ε௭௭ ߪ௫௫ = 3 ߣ ߠ + 2 µ ε௫௫ + ε௬௬ + ε௭௭ + Ingat dilatasi ; ߠ = ߝ௫௫ + ߝ௬௬ + ߝ௭௭ = ߪ௫௫ = 3 ߣ ߠ + 2 µ (ε௫௫ + ε௬௬ + ε௭௭ ) ߪ௫௫ = 3 ߣ ߠ + 2 µ ߠ ߪ௫௫ = (3 ߣ + 2 µ )ߠ ߪ ߠ = ௫௫ൗ3 ߣ + 2 µ ఙ ߪ௫௫ = ߣ (ଷ ఒ ೣೣ µ) + 2 µ ε௫௫ ାଶ ఙ ߪ௫௫ − ߣ ቀଷ ఒ ೣೣ µቁ = 2 µ ε௫௫ ାଶ ఒ ߪ௫௫ ቀ1 − ଷ ఒ ାଶ µቁ = 2 µ ε௫௫ ଷ ఒ ାଶ µ ఒ ߪ௫௫ ቀଷ ఒ ାଶ µ − ଷ ఒ ାଶ µቁ = 2 µ ε௫௫ ߪ௫௫ ቀ ଷ ఒ ାଶ µ ଷ ఒ ାଶ µ ଶ ఒ ାଶ µ − ఒ ቁ = 2 µ ε௫௫ ଷ ఒ ାଶ µ ߪ௫௫ ቀଷ ఒ ାଶ µቁ = 2 µ ε௫௫ ଶ ఒ ାଶ µ ߪ௫௫ ቀ଺ ఒ ାସ µቁ = µ ε௫௫ డ௨ డ௫ + డ௩ డ௬ + డ௪ డ௭
  • 38. 38 ఙೣೣ = µቀ εೣೣ ଺ ఒ ାସ ஜ ଶ ఒ ାଶ ஜ ቁ=µ ቀ ଷ ఒ ାଶ ஜ ఒାஜ ቁ b. Modulus Bulk(K) ிൗ ‫ = ܭ‬஺௏ ஺ = ൗ௏ ೚ ି௉ ఏ ߪ௫௫ = ߣ ߠ + 2 μ ε௫௫ ߪ௬௬ = ߣ ߠ + 2 μ ε௬௬ ߪ௭௭ = ߣ ߠ + 2 μ ε௭௭ ߪ௫௫ + ߪ௬௬ + ߪ௭௭ = 3ߣ ߠ + 2 μ( ε௫௫ + ε௬௬ + ε௬௬ ) Ingat dilatasi ; ߠ = ߝ௫௫ + ߝ௬௬ + ߝ௬௬ = ߪ௫௫ + ߪ௬௬ + ߪ௭௭ = −‫݌‬ డ௨ + డ௫ −3‫ 2 + ߠ ߣ3 = ݌‬μ ߠ −3‫ 2 + ߣ3( = ݌‬μ) ߠ −‫= ݌‬ ି௣ ఏ (3ߣ + 2 μ) ߠ 3 ‫ ݎߨ = ܣ‬ଶ = ߣ + ఒ ߭ = ଶ൫ఒ ଶஜ ଷ atau ‫= ܭ‬ ାఓ൯ c. Ratio poisson’s ࢿ࢟࢟ ߝ௭௭ ࣏ =− =− ࢿ࢞࢞ ߝ௫௫ ‫=ܭ‬ ா ଷ (ଵିଶ௩) (ଷఒ ାଶఓ) ଷ ଵ = ଷ (ଵିଶ௩) µ ቀ ૜ 3ߣ + 2ߤ = ૜ (ଵିଶ௩) µ ቀ 3ߣ + 2ߤ = ଷఒ ାଶఓ ଷఒ ାଶఓ (ఒ ା ஜ) = = 1 − 2‫= ݒ‬ µ −2‫= ݒ‬ ଷఒ ାଶఓ ఒାஜ ଷ ఒ ାଶ ஜ (ଵିଶ௩)(ఒ ା ஜ) ଵ (ଵିଶ௩)(ఒ ା ஜ) ଵ (ଵିଶ௩) µ ఒାஜ µ ఒାஜ −1 ଷ ఒ ାଶ ஜ ఒାஜ µ µ ቁ ቁ (ଷఒ ାଶఓ) ଷ డ௩ + డ௬ డ௪ డ௭
  • 39. 39 −2‫= ݒ‬ ఒାஜ − ఒାஜ µ ିఒ ‫ି = ݒ‬ଶఒ ା ஜ ఒାஜ ఒ ‫=ݒ‬ ଶఒ ା ஜ (William lowrie, 2007:129) 2. Penentuan Kecepatan gelombang primer (P) డమ ௨ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቂ డఙೣೣ డ௫ + డఙ೤ೣ + డ௬ డఙ೥ೣ డ௭ ቃ ݀‫ݖ݀ ݕ݀ ݔ‬ Dengan; ߪ௫௫ = ߣ ߠ + 2 µ ε௫௫ ߪ௬௫ = µ ε௬௫ ߪ௭௫ = µ ε௭௫ డ௨ ߠ = డ௫ + డమ ௨ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = డ௩ + డ௬ డ௪ డ௭ డ(ఒ ఏାଶ µ εೣೣ ) డ௫ డమ ௨ డ(ఏ) డమ ௨ డ(ఏ) ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ߣ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ߣ డమ ௨ డ௫ డ௫ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቄቀߣ డమ ௨ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ߣ + డ௫ డ(ఏ) డ௫ డ(ଶ µ εೣೣ ) డ௫ +2µ డ(ఏ) డ൫µ ε೤ೣ ൯ + డ௬ + డ(εೣೣ ) + 2ߤ + ߤ ቀ2 డ௫ డఌೣೣ డ൫µ ε೤ೣ ൯ డ௬ ; ߝ = ߝ௫௬ = డ௬ ௬௭ డమ ௨ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ൝ߣ డ(ఏ) డ௫ డ௪ డ௬ + డఌೣ೤ డ௫ డ௬ డఌೣ೤ ப୳ Dengan regangan normal ε௫௫ = డ௨ + డ௬ ቁ+ ߤ + డ௭ డ൫ ε೤ೣ ൯ +µ డ௫ డఌೣೣ డ(µ ε೥ೣ ) + ப୶ డ௩ ப୳ +µ డ௬ + డ௭ డ(ε೥ೣ ) + ߤ డఌೣ೥ డ௭ డ௭ డఌೣ೥ ቁ డ௭ డ డ௨ + డ௭ డఏ డమ ௨ డమ ௨ డఏ డమ ௨ డమ ௩ డ௩ డ௩ డ௪ డ௫ + ߤ ቊ2 డ௫ ቀ ப୶ ቁ + ቆడ௬ ቀడ௫ + డమ ௨ ቅ dan regangan geser ߝ௫௬ = ߝ௬௭ = డ௫ + ; ߝ௭௫ = ߝ௭௭ = డ௭ డ డ(µ ε೥ೣ ) డమ ௨ డ௨ డ௬ డ డ௨ ቁቇ + ൬డ௭ ቀ డ௭ + డమ ఓ డమ ௪ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቊߣ డ௫ + ߤ ቄ2 డ௫ మ + ቀడ௬డ௫ + డ௬ మ ቁ + ቀ డ௭ మ + డ௭డ௫ቁቅቋ డమ ௨ డమ ఓ డమ ௩ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቄߣ డ௫ + ߤ ቀ2 డ௫ మ + డ௬ మ + డ௭ మ + డ௬డ௫ + డమ ௪ డ௭డ௫ ቁቅ డ௪ డ௫ ቁ൰ቋൡ
  • 40. 40 ߩቀ డమ ௨ డ௧ మ ቁ = ቄߣ డఏ డ௫ +ߤቀ డమ ௨ + డ௫ మ డమ ௨ డ௬ మ + డమ ఓ డ௭ మ + Persamaan laplacian: ∇ଶ ‫= ݑ‬ డమ ௨ Dengan డ௫ persamaan mensubtitusikan penyelesaian sebagai berikut డమ ௨ డఏ + డ௫ మ డమ ௨ డమ ௨ + డ௬ మ డమ ௨ డమ ௨ డ௧ మ డమ ௨ ቁ = ቄߣ డఏ డ௫ డఏ డ௫ మ డ + డ௨ డమ ௩ డ௬డ௫ డ௩ laplacian, డమ ௪ డ௭డ௫ + ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቄߣ డ௫ + ߤ∇ଶ ‫ ݑ + ݑ‬డ௫ ቀడ௫ + డ௬ + డ௨ డ௩ Dimana ; ߠ = డ௫ + డమ ௨ డ௬ డఏ + డ௪ డ௭ + డమ ௪ డ௭డ௫ ቁቅ డ௭ మ డమ ௩ డమ ௨ + ߤ∇ଶ ‫ ݑ + ݑ‬ቀ డ௬డ௫ డమ ௨ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ቄߣ డ௫ + ߤ ቀ∇ଶ ‫ + ݑ‬డ௫ మ + డ௬డ௫ + ߩቀ డమ ௩ మ + డ௭డ௫ డ௭ akan diperoleh ቁቅ డమ ௪ డ௪ maka ቁቅ ቁቅ డఏ ߩ ቀ డ௧ మ ቁ = ߣ డ௫ + ߤ∇ଶ ‫ ݑ + ݑ‬డ௫ ࣔ૛ ࢛ ࣔࣂ ࣔ૛ ࢜ ࣔࣂ ࣔ૛ ࢝ ࣔࣂ ࣋ ቀ ࢚ࣔ૛ ቁ = (ࣅ + ࢛) ࣔ࢞ + ࣆસ ૛ ࢛ ࣋ ቀ ࢚ࣔ૛ ቁ = (ࣅ + ࢛) ࣔ࢟ + ࣆસ ૛ ࢜ ࣋ ቀ ࢚ࣔ૛ ቁ = (ࣅ + ࢛) ࣔࢠ + ࣆસ ૛ ࢝ Jika ketiga persamaan tersebut terakhir dideferensiasi terhadap x,y dan z maka diperoleh డమ డ௨ డ డఏ డ௨ డమ డ௩ డ డఏ డ௩ డమ డ௪ డ డఏ డ௪ ߩ డ௧ మ ቀడ௫ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௫ ቀడ௫ ቁ + ߤ∇ଶ డ௫ dideferensiasi terhadap x ߩ డ௧ మ ቀడ௬ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬ ቀడ௫ ቁ + ߤ∇ଶ డ௫ dideferensiasi terhadap y ߩ డ௧ మ ቀ డ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௭ ቀడ௫ ቁ + ߤ∇ଶ డ௫ dideferensiasi terhadap z Dengan menjumlahkan ketiga hasil diferensial diatas akan diperoleh sebagai berikut డ మ డ௨ డ௩ డ௪ డ௩ డ௩ + డ௬ డ௪ డ௭ డ మ డ௨ ቁ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௫ ቀడ௫ ቁ + డ௪ ߩ డ௧ ቀడ௫ + డ௬ + ߩ డ௧ ቀడ௫ + డ௬ + డ௨ డ௭ డ డఏ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௫ మ + డ௭ Dengan ߠ = డ௫ + డమ ఏ డ௩ డ௬ + డ௪ డ௭ డమ ఏ డ డఏ డఏ డఏ డ௨ ቀ ቁ + డ௭ ቀ డ௭ ቁ + ߤ∇ଶ ቀడ௫ + డ௬ డ௬ డమ ఏ డ௨ డ௩ + డ௭ మ + ߤ∇ଶ ቀడ௫ + డ௬ + డ௬ మ డ௪ డ௭ ቁ
  • 41. 41 Persamaan laplacian: ∇ଶ ‫= ݑ‬ ∇ଶ ߠ = ߩ ߩ ߩ డమ ௨ డ௫ మ డమ ఏ + డమ ௨ డ௬ + డ௫ మ మ + డమ ఏ డ௬ మ డమ ఓ డ௭ మ + డమ ఏ డ௭ మ = (ߣ + ‫∇)ݑ‬ଶ ߠ + ߤ∇ଶ ߠ డమ ఏ డ௧ మ డమ ఏ = ߣ ∇ଶ ߠ + ‫∇ݑ‬ଶ ߠ + ‫∇ݑ‬ଶ ߠ డ௧ మ డమ ఏ = ߣ ∇ଶ ߠ + 2 ‫∇ݑ‬ଶ ߠ డ௧ మ ߩ డ௧ మ = (ߣ + 2ߤ)∇ଶ ߠ డమ ఏ డమ ఏ డ௧ మ = ߙଶ = ఒ ାଶఓ ఘ ఒ ାଶఓ ߙ=ට ܸ =൬ ௣ ∇ଶ ߠ ఘ ఒ ାଶఓ ఘ ૚ ࣅ ା ૛ࣆ ૛ ࣋ ൰ keterangan Vp = kecepatan perambatan gelombang primer (m/s) λ = konstanta Lame (m/s) µ = rigiditas medium (N/mଶ ) ρ = kerapatan jenis medium (kg/mଷ ) θ = perubahan volume atau dilatasi 3. Penentuan kecepatan gelombang sekunder (S) Untuk memperoleh persamaan gelombang primer atau tranversal Persamaan (2.36) diturunkan terhadap z. ࣔ૛ ࢜ ࣔࣂ ࣋ ቀ ࢚ࣔ૛ ቁ = (ࣅ + ࢛) ࣔ࢟ + ࣆસ ૛ ࢜ డమ డ௩ డ డమ డ௩ డమ ఏ డఏ డ௩ ߩ డ௧ మ ቀడ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬ ቀ డ௭ ቁ + ߤ∇ଶ డ௭ డ௩ ߩ డ௧ మ ቀడ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬డ௭ + ߤ∇ଶ డ௭ Persamaan (2.37) diturunkan terhadap y.
  • 42. 42 ߩቀ ߩ ߩ డమ ௪ డ௧ మ డమ డ௧ మ డమ డ௧ మ ቀ ቀ ቁ = (ߣ + ‫)ݑ‬ డ௪ డ௬ డ௪ డ௬ డఏ డ௭ ቁ = (ߣ + ‫)ݑ‬ ቁ = (ߣ + ‫)ݑ‬ + ߤ∇ଶ ‫ݓ‬ డ డ௭ డఏ ቀ ቁ + ߤ∇ଶ డమ ఏ డ௬ డ௭డ௬ + ߤ∇ଶ డ௪ డ௪ డ௬ డ௬ Dengan mengurangkan hasil turunan dari persmaan (2.37) dengan hasil turunan (2.37) akan diperoleh penyelesaian sebagai berikutz డమ ߩ డ௧ మ ቀ డమ డ௪ డ௬ డ௩ ቁ = (ߣ + ‫)ݑ‬ డమ ఏ డ௭డ௬ డమ ఏ + ߤ∇ଶ డ௪ డ௬ డ௩ ߩ డ௧ మ ቀడ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬డ௭ + ߤ∇ଶ డ௭ ߩ డ௧ మ ቀ డ௬ ቁ − ߩ డ௧ మ ቀడ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௭డ௬ + ߤ∇ଶ డ௬ − (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬డ௭ + ߤ∇ଶ డ௭ డమ డమ డ௪ డమఏ డ௩ డమ ఏ డ௪ డ௩ ߩ డ௧ మ ቀ డ௬ − డ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௭డ௬ − (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௬డ௭ + ߤ∇ଶ డ௬ − ߤ∇ଶ డ௭ డమ డ௪ డమ ఏ డ௩ డమ ఏ డ௪ ߩ డ௧ మ ቀ డ௬ − డ௭ ቁ = (ߣ + ‫ )ݑ‬డ௭డ௬ − డ௬డ௭ + ߤ∇ଶ డ௬ − ߤ∇ଶ డ௭ డమ ߩ ߩ డమ డ௧ మ డమ డ௧ మ డ௪ డ௪ డమ ఏ డ௩ డ௩ ቀ డ௬ − డ௭ ቁ = ߤ∇ଶ ቀ డ௪ డ௬ − డ௩ డ௭ డ௪ డ௬ ቁ = ߤ∇ଶ ቀ Dengan ߠ௫ = డ௪ డ௬ − డ௩ డ௭ డమ ఏ − ߤ∇ଶ డ௪ డ௬ − డ௩ డ௭ డ௪ డ௩ డ௩ డ௭ ቁ ߩ డ మ ఏೣ డ௧ మ ߚଶ = డ మ ఏೣ డ௧ మ డ మ ఏೣ డ௧ మ = ߤ∇ଶ ߠ௫ ఓ ఘ ఓ = ఘ ∇ଶ ߠ௫ = ߚ ଶ ∇ଶ ߠ௫ ఓ ܸ = ටఘ ௦ Keterangan Vs = kecepatan perambatan gelombang sekunder (m/s) µ = rigiditas medium (N/mଶ ) ρ = kerapatan jenis medium (kg/mଷ ) డ௩
  • 43. 43