Teks tersebut memberikan nasihat dan resep untuk menjadi penulis yang baik, antara lain dengan mulai menulis sekarang, menulis apa yang dirasakan dan dipercaya, serta tidak perlu khawatir akan hasil tulisan pertama.
2. “tak ada resep yang lebih baik
kecuali dengan
untuk menjadipenulis,
menulis
sekarang juga !”
3. “penulis yang
berbakat gagal
menemukan banyak alasan
untuk tidak memulai
tulisannya
Sementara orang-orang yang
berbakat sukses,
selalu menemukan energi
setiap kali gagal”
4. Sibuk berpikir bagaimana memulai tulisan,
kerap kali membuat ujung pena tidak kunjung
menggoreskan tinta. Banyak orang menganggap
bahwa yang sedang berkecamuk di angan-angan
adalah bagian yang paling menarik yang harus
disimpan sebagai kejutan. Mereka akhirnya sibuk
mencari kalimat pembuka,
sehingga kejutan itu tidak pernah muncul menjadi
goresan yang mengesankan.
Belajarlah dari al-Qur’an! Dan lihatlah,
betapa banyak surah yang dimulai
dengan kata-kata yang mengejutkan!
7. “Banyak orang menunggu
untuk menulis.
mood
Sementara bagi sebagian lainnya,
mood untuk menulis bangkit karena
kuatnya keinginan menyampaikan
ilmu dan kebenaran”
9. “Orang yang berbakat gagal
melihat masalah sebagai
hambatan.
Sedangkan orang sukses melihat masalah sebagai
TANTANGAN
yang membuat hidup lebih bergairah.
Demikian pula dalam menulis.
10. “Andaikan dihadapkan kepadaku
dua orang penulis,
maka aku akan memilih yang
paling gigih
Tanpa bakat orang bisa menjadi
Sementara tanpa kegigihan,
seorang penulis berbakat
penulis hebat
tak berarti apa-apa.”
12. Salim A Fillah,
memiliki hasrat untuk menikah sejak masih SMA.
Saat kuliah di Fakultas Teknik UGM, tekadnya
semakin mantap. Ia menuangkannya dalam buku
Nikmatnya Pacaran
Setelah
Pernikahan,
terbitan Pro-U Media
yang langsung meledak di pasar.
Salim menulis dengan
bahasa yang mengalir karena
ia meyakini betul apa
15. Anda tidak akan bisa menjadi penulis
besar, kalau tak pernah menerbitkan
tulisan. Tulisan pertama tidak akan
mungkin terbit kalau Anda tak pernah
mengirimkannya. Dan tidak mungkin
anda bisa mengirimkan tulisan
pertama, kalau tidak pernah memulai
menulis. Kapan saat paling tepat
untuk menulis? Hari ini!
17. “Tidak ada penghambat menulis yang lebih
besar kecuali
ketakutan dinilai.
Tidak ada pengendali yang lebih baik kecuali
ketakutan menebar
kebatilan.”
18. Alami!
Tak ada resep yang lebih baik untuk menjadi penulis, kecuali
dengan menulis sekarang juga. Karena itu
ambillah kertas dan menulislah sekarang juga.
Apapun jadinya, buatlah tulisan secara spontan. Kalau
memang harus melompat-lompat, biarlah melompat-
lompat. Boleh jadi akan menjadi lompatan yang indah.
Tulislah sekarang juga! Apapun yang terlintas
dalam pikiran. Jangan menoleh ke belakang sebelu selesai
satu tulisan. Jangan sibuk memperbaiki kalau tulisan belum
selesai. Revisi itu setelah tulisan jadi.
20. Imam Bukhari melakukan istikharah
setiap kali akan menuliskan hadits di
dalam shahih-nya yang terkenal.
Imam Malik mengharuskan dirinya
mandi setiap kali menyampaikan
hadits. Ada pula yang menjaga
kesucian dirinya setiap kali menulis.
Semua itu berpengaruh pada pena,
melainkan pada jiwa yang
menggoreskannya menjadi kata.
Kata-kata yang memiliki ruh,
pengaruhnya akan senantiasa hidup
melampaui zaman yang mampu
dijalani oleh penulisnya. Boleh jadi
yang kita tulis sama, tetapi kekuatan
ruhiyah itulah yang membedakannya.
Wallahu a’lam bishawab
21. Kata-kata tidak bermakna.
Manusialah yang
memberi makna.
Tetapi kata dapat mengubah jiwa
manusia. Dan sesungguhnya, pada jiwa yang
berubah, terletak perubahan yang niscaya pada dunia
dan kehidupan. Karenanya hidupkanlah
jiwamusetiap kali mengalirkan kata sehingga
tiap goresan pena akan memiliki
22. “Cermatlah memilih kata,
karena ia dapat
mengubah kegembiraan
menjadi genangan air mata,
atau
menghapus kesedihan
menjadi senyuman bahagia.”
23. “Berawal dari kata,
peristiwa besar bisa terjadi.
Berawal dari kata,
perubahan-perubahan
mengejutkan bisa
mengguncang hati.
Berawal dari kata pula, seorang yang keras bisa lunak
hatinya. Sebaliknya, orang-orang baik
bisa menjadi rusak karena
mendengar, mencerna atau membaca
tulisan yang merusak hati dan pikiran.”
24. Negara Yahudi Raya yang bernama Israel barangkali tidak
akan pernah ada seandainya Benyamin Se’eb alias
Theodore Herzl tidak menulis sebuah buku tipis bertajuk
Der Judenstaat (Negara Yahudi). Bersama karya fiksinya
yang berjudul Altneuland, buku ini menginsirasi jutaan
orang yahudi untuk bergerak mendirikan negara Israel
dengan merampas hak-hak orang Palestina. Hari ini,
ketika hampir seluruh hajat kita dikuasai oleh Yahudi,
masihkah engkau sibuk bergenit-genit menulis hanya
untuk mendapat tepuk tangan? Sudah saatnya menulis
untuk perubahan
25. Setiap tetes tinta seorang
penulis adalah darah bagi
perubahan peradaban
Kernanya, perhatikanlah
bagaimana ujung penamu
bergerak
27. “Bukan kecerdasan yang membuat
seorang penulis menjadi
besar.
Kehausan pada ilmulah yang membuat
setiap goresan pena menjadi
penuh makna.”
28. “Kalau tidak yakin dengan
apa yang engkau tulis, bagaimana
mungkin engkau
menggerakkan
orang yang membaca untuk
bertindak?”
29. Media dapat membuat orang menangisi
apa yang seharusnya mereka syukuri, dan
merayakan apa yang seharusnya membuat
mereka tidak bisa tidur dalam tiga hari
karena ngerinya tragedi. Media dapat
membuat kebusukan tampak bagus dalam
sekejap, dan sebaliknya bisa membuat
orang jujur dicaci maki dan diludahi.
Seorang yang telah cukup matang
berpikir pun bisa berubah karena tulisan
yang dibuat dengan penuh kekuatan
30. “Aku tidak melihat mata pisau
yang lebih tajam melebihi
goresan pena
seorang penulis. Maka, perhatikanlah
ke arah mana ujung penamu membawa
gejolak
perubahan.”
34. Namanya Hernowo, awalnya ia bukanlah seorang
penulis. Kuliah di ITB, jauh sekali panggang daripada
api. Tetapi keterlibatannya yang penuh dengan dunia
tulis menulis, ketekunannya yang luar biasa, dan
semangatnya yang tak pernah henti untuk mengasah
diri dengan ilmu dan teori-teori pembelajaran
mutakhir, menyebabkan ia menjadi penulis yang
sangat berbeda. Penulis yang hadir dengan karakter
khas, lincah, segar dan tak terduga. Bukunya
“Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza benar-benar
memberi kita keprigelan untuk menikmati buku
sehingga lebih lezat daripada sepotong pizza
35. Kata itu pedang
lincahnya menggunakan
karena biasa,
runcingnya ujung
karena terasah,
tajamnya ayunan di setiap sisi
karena ilmu dan
hidupnya jiwa
36. Orang bilang, kata “engkau” lebih asar dibanding “anda”.
“aku” terkesan sombong, sementara “saya” dianggap netral.
Tetapi benarkah demikian? Tidak! Sangat bergantung pada
bagaimana kita merangkainya dengan kata-kata lain. Buku saya
yang alhamdulillah mendapat sambutan luar biasa dari pembaca,
judulnya
Kupinang Engkau Dengan Hamdalah.
Apa yang terjadi jika saya ganti dengan Saya Pinang
Anda dengan Hamdalah? Kesan mesra, romantis, dan
penuh rindu hilang seketika. Apalagi kalau diganti menjadi Saya
Meminang Saudara dengan Ucapan
Alhadulillahi Rabbil ‘Alamin,
kesannya seperti rapat dinas pejabat
pemerintah.
37. Ambillah beberapa judul buku dan cobalah ganti satu atau
dua kata dengan kata-kata yang semakna.
Sesudah itu, rasakan bedanya.
Ambillah beberapa kalimat di media massa, sesudah itu
utak-atik kalimatnya dengan tetap menjaga maknanya.
Dan… rasakan
bedanya. buatlah beberapa kalimat
ringkas. Tiap-tiap kalimat, ubah dalam beberapa
versi. Temukan
kekuatan masing-masing
38. Benchmarking adalah cara mudah menajamkan pen,
termasuk memulai menjadi penulis. Saya telah
membahasnya dala buku Dunia Kata. Satu-
satunya buku yang menceritakan gaya saya
menulis. Sederhananya, Benchmarking adalah
menjadikan tulisan orang lain sebagai patokan awal
untuk berkarya. Lebih lanjut, silakan periksa
kembali bagian kedua buku Dunia Kata yang
bertajuk Langkah Tepat Menjadi
Penulis Hebat.
39. Baca karya besar yang berpengaruh
dan tuliskan kembali seperti
gaya penulis tersebut.
Ulangi dan Ulangi
lagi. Bacalah karya penulis yang sama,
dan sekali lagi menulislah dengan
gayanya. Sesudah itu, ambillah karya besar
yang lainnya dan lakukanlah proses yang
sama.
40. “Aku lihat, tidak ada kekuatan yang lebih
besar melebihi
semangat,
tidak ada landasan semangat yang lebih
kokoh melebihi
keyakinan pada agama,
dan tidak ada penjaga keyakinan yang
lebih baik melebihi
niat yang bersih untuk
menuju Allah.
Demikian pula dalam menulis.”
41. “Bukan ketidakmampuan menuangkan
kata itulah yang aku risaukan dari dirimu.
Bukan ketidakberyaan menuangkan
kalimat yang mengalir, yang aku
khawatirkan atas kamu sekalian.
Bukan!
Tetapi yang aku cemaskan adalah
kebusukan yang dibalut dengan
kebenaran, sehingga tampak sebagai
kebenaran.”
42. “Para penulis
menghiasi kebenaran
yang dibawanya dengan kata-kata indah,
Para pengarang
menghiasi kata-kata indah
dengan kebenaran.
Keduanya mirip, tetapi jauh sekali
bedanya.”
43. “Banyak orang sibuk menganeh-anehkan diri
agar disebut sebagai sastrawan dan seniman.
Padahal para sastrawan besar
berteman dengan kesedihan
agar bisa menuturkan kebenaran
dengan sederhana.”
44. “Orang hebat
menulis masalah berat
dengan bahasa sederhana
Orang yang ingin
disebut hebat
menulis masalah sederhana
dengan bahasa berat.”
45. “Penulis cerdas
terampil membuat istilah
untuk memudahkan penjelasan.
Sementara yang lain suka
menggunakan istilah
rumit
untuk memperpanjang penjelasan.”
47. Para penyair merangkum pesan
dalam kata-kata ringkas.
Sedangkan orang gila,
membuat kata-kata sulit
agar dianggap penyair
48. “Tulisan yang baik membuat orang
berpikir sesudah membaca.
Tulisan yang buruk membuat orang
kelelahan hanya untuk
memahami kalimat yang sedang
dibaca.”
50. “Tulisan yang baik ibarat
tanaman melati.
Bunganya menjernihkan mata,
baunya menyedapkan jiwa, dan
setiap tangkainya mudah ditanam di
mana saja.”
51. “Buku yang baik
sekali dibaca mencerdaskan,
dibaca berikutnya mencerahkan.
Buku yang buruk
dibaca sekali menyenangkan,
sesudah itu sangat membosankan.”
52. “Keindahan tanpa kebenaran, ibarat
makanan lezat tanpa gizi.
Kebenaran tanpa keindahan, ibarat
obat sakit gigi.
Ia dicerna hanya saat sakit,
saat benar-benar membutuhkan.”
53. “Penulis besar menuangkan
kata karena membaca.
Sementara mereka
yang mabuk ingin disebut penulis,
membaca buku karena mau menulis.”
54. “Aku heran dengan orang-orang
yang ingin menjadi penulis besar,
tetapi membaca buku yang
sangat kecil saja
enggan.”
56. “Kalau engkau menulis untuk
menyampaikan kebenaran,
kenapa engkau sibuk
mencari inspirasi
untuk dituangkan?”
57. Berpidato, begitu ditulis dalam Retorika
Modern terbitan Rosda Karya, adalah
berkomunikasi dan bukan “untuk gigi”.
Karena nilai komunikasinya, kata-kata yang
diucapkan harus dapat dipahami dengan
cepat. “Konsep-konsep kaum politisi yang
sarat fantasi dan delusi” adalah kalimat yang
sulit dicerna. “Gagasan-gagasan kaum
politisi yang dipenuhi khayalan dan impian”
barangkali lebih sederhana.
58. Kesederhanaan menunjukkan kebijaksanaan.
Kesederhanaan menunjukkan kematangan ilmu.
Kalimat berikut, yang saya kutip dari Retorika Modern
tatkala menunjukkan contoh bahasa pers mahasiswa yang
tidak sederhana. Sederhanakan agar mudah dipahami
oleh mereka yang masih kurang wawasannnya, dan enak
dibaca oleh mereka yang luas ilmunya.
“Kalau kita melihat permasalahan tersebut adalah
merupakan masalah yang urgen maka perbincangan
tentag solidaritas pers mahasiswa menjadi ‘solid’ konsep
dasar solidaritas pers mahasiswa harus ditetapkan.”
67. Kelembutan tanpa pijakan yang kokoh dan ketegasan dalam
bersikap, akan menjadi kelemahan. Tampaknya lebut, tetapi
sesungguhnya adalah ketidakberdayaan. Penulis yang ingin
mengabarkan kebenaran dengan bahasa yang santun dan penuh
kelembutan, harus ada dalam jiwanya ketegasan dan kejelasan
sikap. Jika tidak, maka tulisan-tulisan itu hanya melenakan dan
kehilangan arah, atau bahkan kehilangan daya tariknya sama
sekali. Boleh jadi mengasikkan, tetapi membuat lupa.
Islam mengajarkan kedamaian, dan untuk
menjaga agama yang damai itu ada jihad.
69. Aku tahu sekarang. Setiap laki-laki
menyerahkan hidupnya kepada apa yang dia
yakini. Setiap perempuan membaktikan
hidupnya kepada apa yang dia yakini.
Adakalanya perhatian orang begitu terpaku
pada hal-hal yang remeh temeh atau tak
berguna sama sekali, dan sebagai akibatnya,
mereka menyia-nyiakan umurnya untuk
mengejar sesuatu yang remeh-temeh atau tak
berguna.
70. Buku adalah sesuatu yang jika anda
pandang maka akan memberikan
kenikmatan yang panjang.
Dia menajamkan kemampuan intelektual,
membuat lidah tidak kelu, dan membuat
ujung jari semakin indah.
Petikan buku La Tahzan, Aidh al Qarni
71. Membaca
dapat melatih lidah untuk
berbicara dengan baik,
menjauhkan kesalahan ucapan,
dan menghiasinya dengan
balaghah dan fashahah.Petikan buku La Tahzan, Aidh al Qarni
72. Jika anda cukup cerdas untuk menyadari bahwa
menulis bukanlah perlombaan,
yang pertama kali menulis harus lebih baik
dari yang lain, Anda tidak akan menghabis-
habiskan terlalu banyak waktu anda untuk
mengkhawatirkan tulisan anda
sebagaimana anda menulis draft awal
Michael Seiman, 2000
73. Kata-kata yang tersusun rapi, dapat menyihir manusia.ia menggerakkan yang
diam, dan meredakan yang bergejolak. Karena kata-kata, sebuah bangsa dapat
bertikai dengan bangsa-bangsa lain. Dan karena kata-kata pula, pedang yang
terhunus bisa masuk kembali ke sarungnya tanpa ada sedikitpun darah yang
menetes. Justru sebaliknya, air mata haru yang menghangatkan persahabatan
dan persaudaraan.