1. A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan Amar Ma‟ruf
dan Nahi Munkar.Amar Ma‟ruf Nahi Munkar merupakan pilar dasar dari pilar-pilar akhlak yang
mulia lagi agung.Kewajiban menegakkan kedua hal itu adalah merupakan hal yang sangat
penting dan tidak bisa ditawar bagi siapa saja yang mempunyai kekuatan dan kemampuan
melakukannya.Sesungguhnya diantara peran-peran terpenting dan sebaik-baiknya amalan yang
mendekatkan diri kepada Allah Ta‟ala, adalah saling menasehati, mengarahkan kepada kebaikan,
nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. At-Tahdzir (memberikan peringatan)
terhadap yang bertentangan dengan hal tersebut, dan segala yang dapat menimbulkan kemurkaan
Allah Azza wa Jalla, serta yang menjauhkan dari rahmat-Nya.Perkara al-amru bil ma‟ruf wan
nahyu „anil munkar (menyuruh berbuat yang ma‟ruf dan melarang kemungkaran) menempati
kedudukan yang agung.
Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran merupakan ciri utama
masyarakat orang-orang yang beriman setiap kali Al Qur'an memaparkan ayat yang berisi sifat-
sifat orang-orang beriman yang benar, dan menjelaskan risalahnya dalam kehidupan ini, kecuali
ada perintah yang jelas, atau anjuran dan dorongan bagi orang-orang beriman untuk mengajak
kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, maka tidak heran jika masyarakat muslim
menjadi masyarakat yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran; karena
kebaikan negara dan rakyat tidak sempurna kecuali dengannya.
Al Qur'an al karim telah menjadikan rahasia kebaikan yang menjadikan umat Islam
istimewa adalah karena ia mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, dan beriman
kepada Allah: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (QS. Ali
Imran: 110)
Ini adalah gambaran yang indah bagi pengaruh amar ma'ruf dan nahi mungkar dalam
masyarakat, yang jelas bahwa amar ma'ruf dan nahi mungkar bisa menyelamatkan orang-orang
lalai dan orang-orang ahli maksiat dan juga orang lain yang taat dan istiqamah, dan bahwa sikap
diam atau tidak peduli terhadap amar ma'ruf dan nahi mungkar merupakan suatu bahaya dan
2. kehancuran, ini tidak hanya mengenai orang-orang yang bersalah saja, akan tetapi mencakup
semuanya, yang baik dan yang buruk, yang taat dan yang jahat, yang takwa dan yang fasik
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah :
Apa dan bagaimana pengertian Amar Ma‟ruf Nahi Munkar ?
Bagaimana melaksanakan Amar Ma‟ruf Nahi Munkar ?
Bagaimana hadist tentang Amar Ma‟ruf Nahi Munkar ?
Bagaimana ancaman bagi yang meninggalkan Amar Ma‟ruf NahiMunkar ?
C. Tujuan Penulisan
Ada beberapa manfaat dari pembahasan pada makalah ini, salah satunya :
Agar mahasiswa mengerti dan memahami apa dan bagaimana amar ma‟ruf nahi mungkar.
Agar mahasiswa mampu dan tidak salah dalam melaksanakan amar ma‟ruf nahi mungkar.
Mahasiswa mampu menjabarkan hadis atau dalil apa saja tentang amar ma‟ruf nahi
mungkar.
Mahasiswa memahami apa metode dalam menyampaikan amar ma‟ruf nahi mungkar.
3. MELAKSANAKAN AMAR MA‟RUF NAHI MUNGKAR
A. Penegak kebenaran amar ma‟ruf nahi mungkar
a. Lafaz Hadist
“Dari Al-Mughairah bin Syu‟bah dari Nabi saw, ia berkata : sekelompok dari umatku selalu
memperjuangkan (kebenaran) sehingga datang kepada mereka keterangan Allah, sedang mereka
menempuh jalan yang benar”.
b. Takhrij Hadist
Hadist ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Ad-darimi, dan At-Thabrani.Para ahli
hadist menilai hadis ini sahih.
c. Penjelasan Hadist
Nabi Saw mengungkapkan kelebihan untuk sekelompok ummatnya yang senantiasa
bersikap dan berperilaku di atas garis kebenaran.Mereka merupakan segolongan ummatnya yang
berusaha memelihara dan memperjuangkan kebenaran agama Allah, menganjurkan kepada
manusia berbuat yang ma‟ruf dan mencegah perbuatan yang mungkar.1
Diantara sekalian banyak
ummat Nabi Saw. Merekalah sekelompok manusia yang mendapat pujian Allah Swt. Allah
berfirman :
“Kamu adalah umat yang terbaik untuk manusia, menyuruh kepada yang ma‟ruf, dan mencegah
dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…”. Surat Ali „Imran : 110
Dalam ayat lain Allah menjelaskan :
1
Drs.H. Abdul Hamid Ritonga, MA.Hadis Seputar Fiqih dan Sosial Kemasyarakatan 2009.Citapustaka
Media Perintis, Bandung. Hal 88-89
4. “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeruh kepada kebajikan,
menyeruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang mungkar.Merekalah orang-orang yang
beruntung”. Al-Imran : 104
Dari keteranganayat-ayat diatas dapat disimpulkan bahwa penegak kebenaran
ataupun amar ma‟ruf nahi mungkar adalah kaum muslimin.Ayat diatas juga menjelaskan bahwa
ada segolongan/sebagian umat Muslim ada yang berfungsi sebagai penyeruh kebaikan dan ada
yang mencegah kemungkaran.2
B. Perintah Amar Ma‟ruf Nahi Mungkar
a. Lafaz Hadis
Dari Abu Sa‟id Al Khudri r.a berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : Siapa yang
melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan
lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-
lemahnya iman. (Riwayat Muslim)3
b. Penjelasan Hadist
Amar Ma‟ruf dan Nahi Mungkar berasal dari kata bahasa Arab merupakan
mashdar atau kata dasar dari fi‟il atau kata kerja yang artinya memerintah atau
menyuruh.Jadi artinya perintah. artinya yang baik atau kebaikan / kebajikan.
Sedangkan yaitu perkara yang keji.4
Yang dimaksud amar ma‟ruf adalah ketika
engkau memerintahkan orang lain untuk bertahuid kepada Allah, menaati-Nya, bertaqarrub
kepada-Nya, berbuat baik kepada sesama manusia, sesuai dengan jalan fitrah dan
kemaslahatan.5
Atau makruf adalah setiap pekerjaan (urusan yang diketahui dan dimaklumi
berasal dari agama Allah dan syara‟-Nya. Termasuk segala yang wajib yang mandub.Makruf
2
Drs.H. Abdul Hamid Ritonga, MA. Hadis Seputar Islam dan Tata Kehidupan. Citapustaka Media
Perintis, Bandung. Hal 202
3
Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin “Taman Orang-Orang Shalih”, BAB 23, hal. 144-145.
4
Ahmad Warson, Al Munawwir, Kamus Arab Indonesia. Hal 1561
5
Ahmad Iwudh Abduh, Mutiara Hadis Qudsi, Bandung: Mizan Pustaka, 2006. Hal 224
5. juga diartikan kesadaran, keakraban, persahabatan, lemah lembut terhadap keluarga dan lain-
lainnya.
Sedang munkar adalah setiap pekerjaan yang tidak bersumber dari agama Allah dan
syara‟-Nya.Setiap pekerjaan yang dipandang buruk oleh syara‟, termasuk segala yang haram,
segala yang makruh, dan segala yang dibenci oleh Allah SWT. Allah berfirman:
“Tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan bertaqwalah, serta jangan tolong
menolong dalam hal dosa dan kejahatan”. (QS. 5 Al Maidah: 2)
Termasuk tolong menolong ialah menyerukan kebajikan dan memudahkan jalan
untuk kesana , menutup jalan kejahatan dan permusuhan dengan tetap mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.6
Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan Amar Ma‟ruf
dan Nahi Munkar.Amar Ma‟ruf merupakan pilar dasar dari pilar-pilar akhlak yang mulia lagi
agung.Kewajiban menegakkan kedua hal itu adalah merupakan hal yang sangat penting dan tidak
bisa ditawar bagi siapa saja yang mempunyai kekuatan dan kemampuan melakukannya. Bahkan
Allah swt beserta RasulNya mengancam dengan sangat keras bagi siapa yang tidak
melaksanakannya sementara ia mempunyai kemampuan dan kewenangan dalam hal tersebut.7
Menurut beberapa ulama maksud dari hadis ini adalah ketika ada kemungkaran
maka harus diubah dengan beberapa cara, yaitu :
a) Kekuasaan bagi para penguasa
b) Nasihat atau ceramah bagi para Ulama, kaum cerdik pandai, juru penerang, para wakil
rakyat, dan lain-lain.
c) Membencinya di dalam hati bagi masyarakat umum.
6
Imam Ghazali, Mukasyafatul Qulub, Terj. Fatihuddin Abul Yasin, Terbit Terang Surabaya, 1990. Hal
80
7
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqey, Al-Islam, PT. Pustaka Rizki Putra Semarang ,2001.
Hal 348
6. Setiap orang memiliki kedudukan dan kekuatan sendiri-sendiri untuk mencegah
kemungkaran. Dengan kata lain, hadis tersebut menunjukkan bahwa umat Islam harus berusaha
melaksanakan amar ma‟ruf nahi mungkar menurut kemampuannya, sekalipun hanya melalui
hati. 8
ada beberapa karakter masyarakat dalam menyikapi amar ma‟ruf nahi munkar. Antara lain
:
a) Memerintahkan yang ma‟ruf dan melarang yang munkar, atau dinamakan karakter orang
mukmin.
b) Memerintahkan yang munkar dan melarang yang ma‟ruf, atau dinamakan karakter orang
munafik.
c) Memerintahkan sebagian yang ma‟ruf dan munkar, dan melarang sebagian yang ma‟ruf
dan munkar. Ini adalah karakter orang yang suka berbuat dosa dan maksiat.9
Dengan melihat ketiga karakter tersebut, maka sudah jelas bahwa tugas beramar
ma‟ruf nahi munkar bukanlah hanya tugas seorang da‟i, mubaligh, ataupun ustadz saja, namun
merupakan kewajiban setiap muslim. Dan ini merupakan salah satu kewajiban penting yang
diamanahkan Rasulullah SAW kepada seluruh kaum muslim sesuai dengan kapasitasnya masing-
masing. Rasulullah mengingatkan, agar siapa pun jika melihat kemunkaran, maka ia harus
mengubah dengan tangan, dengan lisan, atau dengan hati, sesuai dengan kapasitas dan
kemampuannya.
Begitu juga Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya‟ Ulumuddin, beliau menekankan,
bahwa aktivitas “amar ma‟ruf dan nahi munkar” adalah kutub terbesar dalam urusan agama.Ia
adalah sesuatu yang penting, dan karena misi itulah, maka Allah mengutus para nabi. Jika
aktivitas „amar ma‟ruf nahi munkar‟ hilang, maka syiar kenabian hilang, agama menjadi rusak,
8
Prof. Dr.H. Rachmat syafe‟i,M.A. Al-Hadis Aqidah,Akhlak, Sosial, dan Hukum, Penerbit Pustaka
Setia Bandung, 2000. Hal 241
9
Muhammad Jamaludin Qasyimi, Roudhlotul Mu‟minin terjemah Abu Ridho.Assyifa Semarang. 199.
Hal 373
7. kesesatan tersebar, kebodohan akan merajalela, satu negeri akan binasa. Begitu juga umat secara
keseluruhan.10
Syaikh Shalih Abdul Aziz menjelaskan hadis tersebut sebagai berikut :
Bahwa (mengubah kemungkaran dengan tangan) bersifat wajib jika disertai
Qudrah (kemampuan dan kekuasan). Contohnya: kepala rumah tangga atau kepala pemerintahan,
mereka wajib mengubah kemungkaran yang terjadi di wilayah kekuasaannya dengan tangan. Jika
tidak, maka mereka berdosa.
Namun jika suatu kemungkaran terjadi di luar wilayah kekuasaan seseorang, maka
ini di luar Qudrah, sehingga tidak wajib mengubahnya dengan tangan.Akan tetapi wajib
mengingkari kemungkaran dengan lisan, yaitu dengan dakwah dan nasehat.Jika tidak mampu,
maka wajib mengingkari dengan hati, yaitu dengan membenci dan tidak ridha dengan
kemungkaran tersebut.Tidak ada alasan bagi seorang mukmin untuk tidak bisa mengingkari
kemungkaran dengan hati.Karena jika tidak, sungguh keimanannya dalam bahaya yang besar.
Sarat wajibnya nahi munkar menurut hadis di atas adalah ketika “melihat
kemungkaran”.(Jadi tidak boleh nahi munkar yang hanya didasarkan oleh prasangka dan tuduhan
atau kabar burung dan desas-desus.Tidak boleh sengaja memata-matai aib orang dengan dalih
menegakkan nahi munkar).
Menurut hadis di atas, yang diubah ketika melihat kemungkaran adalah al-munkar
(kemungkarannya).Adapun pelakunya, maka ini perkara yang berbeda.Menyangkut penegakan
hukuman.11
C. Rukun Amar Makruf Nahi Munkar
Menurut imam ghazali Amar ma‟ruf nahi munkar memiliki empat rukun, yaitu:
a) Al-Muhtasib (Pelaku amar ma‟ruf nahi munkar)
b) Al-Muhtasab „alaihi(orang yang diseru)
10
Ahmad Abdurraziq al-Bakri,Ringkasan Ihya „ulumuddin Imam Ghazali, Sahara Publishers
Jakarat,2010, cetakan ke VI. Hal 246
11
Syaikh Shalih Abdul Aziz Syarh al-Arba‟iin . Hal 375
8. c) Al-muhtasab fih (perbuatan yang diseruhkan)
d) Al-Ihtisab(Perbuatan amar ma‟ruf nahi munkar itu sendiri)12
Kaedah yang harus diperhatikan bagi Pelaku Amar Makruf Nahi Munkar, Pelaku
amar ma‟ruf nahi munkar hendaknya menghiasi dirinya dengan sifat terpuji dan akhlak mulia. Di
antara sifat pelaku amar ma‟ruf nahi munkar yang terpenting adalah:
a. Ikhlas
Hendaklah seorang pelaku amar ma‟ruf nahi munkar manjadikan tujuannya
keridhaan Allah semata, tidak mengharapkan balasan dan syukur dari orang lain.13
Demikianlah
yang dilakukan para Nabi, Allah berfirman:
Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah dari
Rabb semesta alam. QS.Asy-Syu‟araa` :145
b. Berilmu.
Kerena masyarakat umumnya belum mengerti mana yang ma‟ruf dan mana yang
mungkar.Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: niat terpuji yang diterima Allah dan
menghasilkan pahala adalah yang semata-mata untuk Allah .Sedangkan amal terpuji lagi sholeh
adalah itu yang diperintahkan Alla. Jika hal itu menjadi batasan seluruh amal sholih, maka wajib
bagi pelaku amar ma‟ruf nahi munkar memiliki keriteria tersebut dalam dirinya, dan tidak
dikatakan amal sholih apabila dilakukan tanpa ilmu dan fiqih, sebagaiman pernyataan Umar bin
Abdil Aziz: “Orang yang menyembah Allah tanpa ilmu, maka kerusakan yang ditimbulkannya
labih besar dari kemaslahatan yang dihasilkannya”. ini sangat jelas, karena niat dan amal tanpa
ilmu merupakan kebodohan, kesesatan dan mengikuti hawa nafsu. maka dari itu ia harus
mengetahui kema‟rufan dan kemunkaran dan dapat membedakan keduanya serta harus memiliki
ilmu tentang keadaan yang diperintah dan dilarang.”14
12
Ahmad Abdurraziq al-Bakri,Ringkasan Ihya „ulumuddin Imam Ghazali, Sahara Publishers
Jakarat,2010, cetakan ke VI. Hal
13
Prof. Dr.H. Rachmat syafe‟i,M.A. Al-Hadis Aqidah,Akhlak, Sosial, dan Hukum, Penerbit Pustaka
Setia Bandung, 2000. Hal 242
14
Ibnu Taimiyah, Majmu‟ Fatawa, cetakan ke 27. Hal 135-137
9. c. Rifq
Rifq (lemah lembut dalam perkataan dan perbuatan serta selalu mangambil yang
mudah). Dalam kisah Nabi Musa Allah berfirman :
Pergilah kamu berdua kepada Fir‟aun, sesungguhnya dia telah malampaui batas maka berbicalah
kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut mudah-mudahan ia ingat atau
takut”. QS. Thoha : 43-44
d. Sabar
Kesabaran merupakan perkara yang sangat penting dalam seluruh perkara manusia,
apalagi dalam amar ma‟ruf nahi munkar, karena pelaku amar ma‟ruf nahi munkar bergerak di
medan perbaikan jiwanya dan jiwa orang lain. Sehingga Luqman mewasiati anaknya untuk
bersabar dalam amar ma‟ruf nahi munkar :
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu.Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS.
Luqmaan :17)
D. Siksaan Bagi Yang Tidak Mencegah Penganiayaan
a. Lafaz Hadist
.
“Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, ia berkata : Wahai manusia, hendaklah kalian membaca ayat
ini : “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, tiadalah orang yang sesat itu akan memberi
mudharatkepadamu apabila kamu telah mendapatkan petunjuk. Dan sesungguhnya saya
mendengar Rasululllah SAW bersabda :” sesungguhnya apabila orang-orang melihat orang yang
10. bertindak aniaya kemudian mereka tidak mencegahnya, maka kemungkinan besar Allah akan
meratakan siksaan kepada mereka, disebabkan perbuatan tersebut.”
b. Takhrij Hadis
Hadist ini diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmizi, An-Nasa‟i,Ahmad, Al-Baihaqi,
dan At-Thahawi. Menurut Syaikh Nashir Ad-Din Al-Albani hadis ini Shahih.15
c. Penjelasan Hadis
Di dalam hadis ini menerangkan bahwa orang-orang yang menyaksikan perbuatan
aniaya yang dilakukan orang lain sedang mereka tidak berusaha mencegahnya,maka Allah akan
memberikan siksaan yang sama dengan orang yang melalukan penganiayaan itu. Karena
menyaksikan orang yang berbuat maksiat seperti kedzaliman tanpa pencegahan, dihitung seperti
orang yang melakukan perbuatan tersebut.
Sebagaimana diungkapkan dalam pendahuluan karena pentingnya amar ma‟ruf dan
nahi munkar, Allah memerintahkan umat Islam untuk melakukan amar ma‟ruf dan nahi munkar.
Ketika kewajiban itu diabaikan dan tidak dilaksanakan, maka pasti orang-orang yang
mengabaikan dan tidak melaksanakannya akan mendapat dosa. Tidak ada satu umatpun yang
mengabaikan perintah amar ma‟ruf dan nahi munkar kecuali Allah menimpakan berbagai
hukuman kepada umat itu.
d. Azab yang menyeluruh
Apabila manusia melihat kemunkaran dan tidak bisa merubahnya, Dikawatirkan
Allah akan melimpahkan azab siksa-Nya secara merata.16
Apabila kemaksiatan telah merajalela
di tengah-tengah masyarakat , sedangkan orang-orang yang shalih tidak berusaaha mengingkari
dan membendung kerusakan tersebut, maka Allah SWT akan menimpakan azab kepada mereka
secara menyeluruh baik orang-orang yang jahat maupun orang-orang yang shalih. Sebagaimana
hadis Nabi Saw “sesungguhnya apabila orang-orang melihat orang yang bertindak aniaya
15
Drs.H. Abdul Hamid Ritonga, MA.Hadis Seputar Fiqih dan Sosial Kemasyarakatan
2009.Citapustaka Media Perintis, Bandung. Hal 99-100
16
Ali Usman Dahlan. Hadis Qudsy Pola Pembinaan Akhlak Muslim.Bandung: CV. Diponegoro. Hal
373
11. kemudian mereka tidak mencegahnya, maka kemungkinan besar Allah akan meratakan siksaan
kepada mereka, disebabkan perbuatan tersebut.”
Dan firman Allah Swt :
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di
antara kamu.Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya (Al-Anfal : 25 )
e. Tidak dikabulkannya do‟anya
Apabila suatu masyarakat mengabaikan amar ma‟ruf dan nahi munkar serta tidak
mencegah orang yang berbuat zalim dari kezalimannya, maka Allah akan menimpakan siksa
kepada mereka dengan tidak mengabulkan do‟a mereka. Sabda Rasulullah saw:
“Dari Hudzaifah r.a dari Nabi Saw, ia berkata : Demi Allah yang jiwaku ada ditangan-Nya, kamu
harus menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, atau kalau tidak pasti Allah akan
menurunkan siksa kepadamu, kemudian kamu berdoa, maka tidak diterima doa dari
kamu”.(Riwayat Imam Tirmizi)17
f. Berhak mendapatkan laknat
Di antara hukuman orang yang mengabaikan amar ma‟ruf dan nahi munkar adalah
berhak mendapatkan laknat, yakni terusir dari rahmat Allah sebagaimana yang telah menimpa
Bani Israil ketika mengabaikan amar ma‟ruf dan nahy munkar. Abu Daud meriwayatkan dalam
kitab Sunannya dengan sanadnya dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata: Rasulullah bersabda:
"Pertama kerusakan yang terjadi pada Bani Israil, yaitu seseorang jika bertemu kawannya sedang
berbuat kejahatan ditegur: wahai fulan, bertaqwalah pada Allah dan tinggalkan perbuatan yang
kamu lakukan, karena perbuatan itu tidak halal bagimu, kemudian pada esok harinya bertemu
lagi sedang berbuat itu juga, tetapi ia tidak menegurnya, bahkan ia telah menjadi teman makan
minum dan duduk-duduknya. Maka ketika demikian keadaan mereka, Allah berfirman :
17
Drs.H. Abdul Hamid Ritonga, MA. Hadis Seputar Islam dan Tata Kehidupan. Citapustaka Media
Perintis, Bandung. Hal 201
12. Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam.yang
demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain
selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa
yang selalu mereka perbuat itu ( Al Ma‟idah : 78-79)
g. Timbulnya perpecahan
Sudah merupakan aksiomatis bahwa kemungkaran yang paling berat dan dan paling
keji dapat menjauhkan syari‟at Allah dari realitas kehidupan dan ditinggalkannya hukum-
hukumNya dalam kehidupan manusia. Apabila hal ini terjadi dan orang-orang diam, tidak
mengingkari dan tidak mencegahnya, maka Allah akan menanamkan perpecahan dan
permusuhan di kalangan mereka sehingga mereka saling melakukan pembunuhan dan
menumpahkan darah.
h. Pemusnahan mental
Sebagai kehormatan kepada Nabi Muhammad saw, Allah tidak memusnahkan umat
beliau secara fisik sebagaimana yang telah menimpa umat-umat terdahulu seperti kaum Nabi
Hud, Shalih, Nuh, Luth dan Syu‟aib yang telah mendustakan para Nabi dan mendurhakai
perintah Allah. Tetapi bisa saja Allah membinasakan umat Muhammad secara
mental.Maksudnya umat ini tidak dimusnahkan fisiknya, tetap dalam keadaan hidup, sekalipun
melakukan dosa dan maksiat yang menyebabkan.kehancuran dan kebinasaan, namun walaupun
jumlahnya banyak, kekayaannya melimpah ruah, di sisi Allah tidak ada nilainya sama sekali,
musuh-musuhnya tidak merasa takut, serta kawan-kawannya tidak merasa hormat . Inilah yang
diberitakan Rasulullah saw. ketika umat ini takut mengatakan yang hak dan tidak mencegah
orang yang berbuat zalim.18
18
Imam Ghazali, Mukasyafatul Qulub, Terj. Fatihuddin Abul Yasin, Surabaya: Terbit Terang. 1990.
Hal 86
13. E. Keutamaan mengajak kepada kebaikan
a. Lafaz Hadis
“Abu Hurairah r.a ia berkata, Rasulullah saw bersabda ; Barang siapa yang mengajak kepada
kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa dikurangi
dari mereka sedikitpun dan barang siapa yang mengajak kepada kesesatan, maka baginya dosa
sebagaimana dosanya orang-orang yang mengikutinya tanpa dikurangi dari mereka sedikitpun.
b. Takhrij Hadis
Hadist ini di riwayatkan oleh Imam Muslim, Imam Malik, Abu Daud dan Tirmizi
c. Penjelasan Hadis
Hadis di atas menjelaskan bahwa orang yang mengajak kepada kebaikan akan
mendapat pahala sebesar pahala orang yang mengerjakan ajakkannya tanpa dikurangi sedikitpun.
Begitu pula orang yang mengajak kepada kesesatan akan mendapat dosa sebesar dosa orang
yang mengerjakannya tanpa dikurangi sedikit pun. Tidak diragukan lagi bahwa hadis ini
merupakan berita gembira bagi mereka yang suka mengajak orang lain untuk mengerjakan
kebaikan, Allah Swt memberikan penghargaan tinggi bagi mereka yang suka mengajak kepada
kebaikan.19
Di antara keutamaan melakukan amar ma‟ruf nahi mungkar adalah :
1. Penyeru agama Allah adalah orang yang terbaik perkataannya
Sebagai faktor yang membuat manusia bersungguh-sungguh melakukan dakwah kepada
agam Allah karena Allah mengangkat derajat ketempat yang paling tinggi.Yakni, Allah
menjadikan mereka sebagai manusia yang terbaik perkataannya. Allah berfirman :
19
Prof. Dr.H. Rachmat syafe‟i,M.A. Al-Hadis Aqidah,Akhlak, Sosial, dan Hukum, Penerbit Pustaka
Setia Bandung, 2000. Hal 247-248
14. “siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeruh kepada Allah,
mengerjakan amal saleh dan berkata ; “sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
berserah diri”.
2. Pahala yang besar bagi orang yang disebabkan usahanya orang lain mendapat petunjuk.
Rasulullah bersabda :
“Siapa yang mengajak kepada petunjuk maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang-
orang yang mengikutinya”.
3. Allah Taala dan segala makhluk di langit dan dibumi bershalawat kepada penyeru
kebaikan kepada manusia.
“Rasulullah bersabda : sesungguhnya Allah, para Malaikat-Nya, dan penduduk langit dan
bumi bahkan semut di dalam lubangnya dan paus dilautan bershalawat kepada pengajar
kebaikan terhadap manusia. (Riwayat Tirmizi)
F. Menyuruh Orang beramal Ma‟ruf tetapi tidak melaksanakannya sendiri
a. Lafaz Hadist
“Dari Usamah, “kalau kamu (usamah) didatangi si fulan maka kamu harus mengatakan padanya.
Dia (Usamah) berkata, sesungguhnya kamu akan melihat kecuali apa yang kudengar darimu.
“sesungguhnya aku menceritakan kepadanya akan keburukan tanpa bermaksud membuka pintu
dan aku tidak berkeinginan menjadi orang yang mula-mula membukanya. Dan aku tidak
15. akanmengatakan kepada seseorang bahwa atasku perintah (untuk mengatakan). Sesungguhnya
dia sebaik-baik manusia.Setelah berita itu kudengar langsung dari Rasulullah Saw. Mereka
berkata, dan apakah dia mengatakan apa yang disengarnya..? dia berkata apa yang didengarnya
seraya mengatakan,”akankah kedalam neraka, maka keluarlah usus perutnya dan berputar-putar
di dalam neraka sebagaimana berputarnya keledai yang sedang berada dalam penggilingannya,
lantas penghuni neraka berkumpul seraya berkata,”wahai pulan, kenapa kamu seperti itu...?
bukankah kamu dulu menyeruh untuk berbuat baik dan melarang dari perbuatan mungkar..? ia
menjawab,”saya dulu menyuruh berbuat baik tetapi saya tidak mengerjakannya, dan saya
melarang melakukan perbuatan mungkar tetapi malah saya sendiri melakukannya.
b. Takhrij Hadis
Hadist ini di riwayatkan oleh Al-Bukhari, Ahmad, Al-Baihaqi,Al-baghawi, dan lainnya.
Hadis ini menurut penelitian Syu‟aib Arna‟ut adalah sahih.20
c. Penjelasan Hadis
Seseorang yang menyuruh orang lain agar mengerjakan kebaikan sedangkan ia sendiri
tidak mmelaksanakannya dan mencegah orang lain berbuat keji sedangkan ia malah
melakukannya, ia akan diazab oleh Allah Swt, dengan siksaan yang sangat amat berat.
Kedudukannya sama saja dengan orang melaksanakan perbuatan maksiat yang ingkar terhadap
perintah dan larangan Allah swt. Bahkan Allah lebih murka kepada orang yang seperti ini karena
kemunafikannya dan menipu ajaran agama Allah dengan dusta. Allah telah berfirman :
“hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat..?
amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan. (As-Shaf : 2-3)
Dinyatakan pula dalam surah Al-Baqarah ayat 44, yang berbunyi ;
20
Drs.H. Abdul Hamid Ritonga, MA.Hadis Seputar Fiqih dan Sosial Kemasyarakatan
2009. Citapustaka Media Perintis, Bandung. Hal 102-103
16. “mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri
(kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab. Maka tidakkah kamu berfikir. (Al-
Baqarah : 44)
Kedua ayat di atas menunjukkan betapa besarnya kemurkaan Allah kepada orang yang
menganjurkan kebaikan tetapi tidak melaksanakan sendiri apa yang dikatakannya. Kemurkaan
Allah di dunia menyebabkan orang yang berperilaku tersebut makin jauh dari rahmat Allah, dan
sebagai konsekwensinya kemurkaan Allah itu adalah membalaznya dengan azab yang sangat
pedih dineraka.
G. Kesimpulan
Tiada kata yang pantas kita ucapkan kecuali rasa syukur kepada Sang Pencipta, yang
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikanmakalah ini. Dari uraian di atas
dapat kita simpulkan sebagai berikut:
a. Memerintahkan suatu kebajikan dan melarang suatu kemungkaran (Amar Ma‟ruf Nahi
Mugkar) adalah perintah agama, karena itu ia wajib dilaksanakan oleh setiap umat
manusia sesuai dengan kemampuan dan kekuatannya.
b. Islam adalah agama yang berdimensi individual dan sosial, maka sebelum memperbaiki
orang lain seorang Muslim dituntut berintrospeksi dan berbenah diri, sebab cara Amar
Ma‟ruf yang baik adalah yang diiringi dengan keteladanan.
c. Menyampaikan Amar Ma‟ruf Nahi Mungkar disandarkan kepada keihklasan karena
mengharap ridho Allah semata.
.
17. DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Abdul Ritonga, Hadis Seputar Fiqih dan Sosial Kemasyarakatan, 2009. Citapustaka
Media Perintis, Bandung.
Hamid, Abdul Ritonga,. Hadis Seputar Islam dan Tata Kehidupan.Citapustaka Media Perintis,
Bandung.
Nawawi, Imam, Riyadhus Shalihin “Taman Orang-Orang Shalih”, hal144-145.
Warson, Ahmad, Al Munawwir, Kamus Arab Indonesia.
Abduh, Ahmad Iwudh, Mutiara Hadis Qudsi, Bandung: Mizan Pustaka, 2006.
Ghazali, Imam, Mukasyafatul Qulub, Terj. Fatihuddin Abul Yasin, Terbit Terang Surabaya,
1990.
Ash Shiddiqey, Teungku Muhammad Hasbi, Al-Islam, PT. Pustaka Rizki Putra Semarang ,2001.
syafe‟i, Rachmat, Al-Hadis Aqidah,Akhlak, Sosial, dan Hukum,Penerbit Pustaka Setia Bandung,
2000.
Qasyimi, Muhammad Jamaludin, Roudhlotul Mu’minin terjemah Abu Ridho.Assyifa Semarang.
1989.
al-Bakri,Ahmad Abdurraziq, Ringkasan Ihya ‘ulumuddin Imam Ghazali, Sahara Publishers
Jakarat,2010, cetakan ke VI.
Aziz, Syaikh Shalih Abdul Syarh al-Arba‟iin .Ali Usman Dahlan. Hadis Qudsy Pola Pembinaan
Akhlak Muslim.Bandung: CV. Diponegoro.