SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
MATA KULIAH : 
TEKNOLOGI BAHAN & KONSTRUKSI 
TOPIK : BAHAN ALAM 
Bahan alam ialah bahan bangunan yang dihasilkan dari alam, antara 
lain tanah dan 
batuan, yang didalam penggunaannya tidak melalui proses lain, 
hinggamenjadi suatu 
yang berbeda dari bentuk asalnya
2.1. Tanah 
2.1.1. Definisi dan sifat umum tanah 
Tanah merupakan bahan bangunan yang berasal 
dari alam, berupa bumi ini, yang terdiri dari air, 
udara dan butir-butir tanah yang padat, dimana 
bagian yang berisi dengan air dan udara disebut 
dengan rongga atau pori. 
Perbandingan isi air dengan udara dalam pori ini 
menentukan kondisi tanah tersebut, yaitu apabila 
tanah tersebut kering, maka volume udara dalam 
pori lebih sedikit dibanding volume udara, maka 
tanah tersebut dikatakan basah. 
Apabila pori penuh diisi air, sehingga tidak ada 
udara di dalamnya, maka tanah dikatakan sebagai 
tanah jenuh.
Sifat-sifat umum tanah dapat dilihat dari besarnya 
nilai-nilai parameter tanah 
yang bersangkutan, misalnya : 
a. Berat volume tanah, yaitu berat tanah per satuan 
volume. 
b. Berat volume kering, yaitu berat tanah dalam 
keadaan kering per satuan volume. 
c. Berat volume butir, yaitu berat tanah lepas per 
satuan volume. 
d. Spesifik gravity, yaitu berat spesifik setiap butiran 
tanah, atau biasa disebut berat jenis.
e. Angka rongga, yaitu perbandingan volume rongga 
dengan volume total tanah. 
f. Porositas merupakan perbandingan volume air 
dengan volume pori. 
g. Kadar air merupakan jumlah air dalam tanah atau 
volume air dibanding dengan volume tanah. 
h. Derajat kejenuhan dan lain-lain. 
2.1.2. Macam-macam tanah 
Dalam membahas masalah macam-macam tanah, maka 
perlu diketahui bahwa yang digunakan untuk 
membedakannya adalah dari besar butiran, 
berdasarkan kepada analisa ayakan.
a. Pasir 
Pasir merupakan tanah dengan butiran yang keras dan 
tajam, yang lolos pada ukuran saringan 0,07 mm 
sampai dengan 4,76 mm, merupakan butiran-butiran 
yang keras. Dalam penggunaannya sebagai agregat 
halus pada beton tidak diijinkan mengandung lumpur 
lebih besar dari 5% dari berat kering pasir. 
b. Lanau 
Lanau merupakan tanah dengan butiran lebih kecil 
dari 0,07 mm, dan bersifat mudah menyerap air. 
Sehingga apabila terendam air menjadi lumpur.
c. Lempung 
Lempung atau tanah liat merupakan tanah dengan 
butiran yang sangat halus, bersifat plastik, yaitu 
mudah dibentuk, dan mempunyai daya lekat. 
2.1.3. Pengujian terhadap lempung 
Lempung mempunyai sifat yang sangat spesifik, 
antara lain mempunyi sifat muai susut yang sangat 
besar dalam keadaan aslinya, tetapi setelah lempung 
diolah, maka sifat muai susut yang besar ini dapat 
dihilangkan, sehingga dapat dipergunakan sebagai 
bahan banguanan olahan.
Untuk mendapatkan data-data tentang tingkat 
plastistas dan tingkat kejenuhan lempung, maka 
dilakukan pengujian-pengujian, baik di laboratorium 
maupun dilapangan. Jenis pengujian tanah lempung 
yaitu: 
a. Plastic limit atau batas plastis. 
b. Shringkage limit atau batasan susut. 
c. Liquid limit atau batasan cair. 
Berdasarkan pengujian-pengujian plastisitas tanah 
lempung berdasarkan pada daya lekat lempung dan 
tingkat muai susutnya, dengan melihat jumlah air 
yang dikandung, maka plastisitas yang diuji berbeda-beda 
pada setiap jenis lempung
2.1.4. Pemanfaatan tanah sebagai bahan bangunan 
Tanah sebagai bahan bangunan dalam kondisi alami 
dan yang telah diproses 
banyak digunakan dalam pelaksanaan pembangunan, 
antara lain : 
2.a. Bahan tanah tanpa diolah 
Yang dimaksud dengan bahan tanah tanpa diolah 
merupakan tanah dalam keadaan asli, yang digunakan 
sebagai bahan urugan maupun campuran mortar atau 
perekat, sebagai contoh adalah pasir yang 
merupakan tanah dengan butiran yang kasar, pasir 
merupakan bahan yang digunakan langsung menjadi 
bahan urugan. Sedangkan sebagai bahan yang melalui 
proses dicampur dengan bahan lain, misalnya dicampur 
dengan PC, semen merah atau kapur, campuran tersebut 
akan menjadi spesi atau bahan perekat.
2.b. Bahan tanah yang diolah 
bahan yang diolah adalah bahan tanah yang digunakan 
sebagai bahan bangunan, yang memerlukan proses 
lanjutan dapat dibentuk sesuai 
dengan kebutuhannya. Tanah jenis ini umumnya 
merupakan tanah lempung, dimana lempung dalam 
keadaan aslinya dengan atau tanpa bahan tambahan perlu 
diproses. Karena sifat muai susutnya yang besar, sehingga 
tidak dapat langsung digunakan dalam keadaan aslinya. 
Contoh dari bahan ini merupakan : 
1. Bata merah 
Bata merah adalah bahan bangunan yang digunakan 
sebagai bahan dinding bangunan. Proses 
pembuatannya adalah proses sederhana yang 
dikerjakan secara tradisional dari tanah liat yang 
dicampur dengan air, kemudian dicetak
menjadi bentuk yang diinginkan setelah dijemur di 
panas matahari sampai kering. Setelah kering bata 
merah dibakar pada suhu yang tinggi, sehingga 
menjadi keras. Tingkat kekerasan bata merah ini 
tergantung dari proses pembakarannya. 
Pada pembuatan bata merah di pabrik proses yang 
dilaksanakan berbeda dengan cara tradisional. 
Dipabrik tanah liat digiling kemudian dimasukkan 
kedalam alat dicampur (ekstruder). Didalam ekstruder 
tanah liat dicampur dengan air, hingga menjadi suatu 
bahan yang liat.
Bahan campuran yang ada didalam ekstruder ditekan, 
setelah keluar akan berbentuk balok-balok tanah liat 
dengan ukuran lebar tertentu, selanjutnya balok-balok 
tersebut dipotong-potong sesuai ukuran yang 
diinginkan. 
Balok-balok tanah liat tersebut kemudian dimasukkan 
kedalam ruang untuk diangin-anginkan atau 
dilakukan pengeringan dengan udara. Setelah kering 
udara bata matahari. Pengeringan terakhir dilakukan 
dengan menggunakan tungku pengering. Hasil proses 
dari tungku ini merupakan bata merah yang kering. 
Keras dengan bentuk yang bagus, yang akhirnya 
dikemas, siap untuk dijual.
Bata merah produksi tradisional teksturnya kasar, 
kepadatannya tidak rata, ukuran 
2. Genteng 
Genteng dalam bangunan digunakan sebagai penutup 
atap, dalam buku Persyaratan Umum Bahan Bangunan 
di Indonesia (PUBI) 1982, ada beberapa macam 
genteng, yaitu genteng dari bahan beton, keramik, 
kaca, bambu dan tanah. Genteng tanah merupakan 
tanah liat yang diproses seperti pembuatan bata 
merah, sehingga menjadi bahan yang keras dan tidak 
tembus.
3. Keramik 
Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di 
Indonesia (PUBI) 1982 dan dalam buku “Bahan 
Bangunan”. Ir. Kardiyono Tjokrodimulyo, ME, (1995)., 
keramik merupakan tanah liat murni yang dicampur 
dengan kaolin, serisit, silikat (kuarsa, felspar) bahan-bahan 
tersebut dan seterusnya diaduk dengan 
ditambahkan air menjadi campuran. 
Selanjutnya campuran-campuran dicetak sesuai 
dengan bentuk yang dikendaki. Setelah kering udara 
dibakar pada suhu yang tinggi sehingga menjadi 
produk setengah jadi.
Kemudian diglazzur dengan bahan pemoles, hingga 
menjadi produk jadi. Dalam proses pembakaran, 
bahan campuran tersebut akan bereaksi satu sama 
lain, sehingga menjadi bahan yang keras, licin dan 
bersifat sebagai isolator. 
Pemanfaatan bahan keramik antara lain: ubin, pelapis 
dinding, genteng, isolator dan lain-lain. 
4. Pipa tanah liat 
Pipa tanah liat umumnya digunakan untuk saluran 
pembuangan air kotor berupa pipa lurus atau yang 
berbentuk leher angsa. Yang dibuat dari tanah liat 
dibakar seperti proses pembuatan bata merah.
2.2. Batuan 
2.2.1. Latar belakang dan pembentukan batuan 
Batuan merupakan suatu produk alam gabungan dari 
hablur mineral yangmenyatu dan memadat, hingga 
memiliki derajat kekerasan tertentu, yang terbentuk 
secara alamiah melalui proses pelelehan, pembekuan, 
pengendapan dan perubahan alamiah lainnya. 
Batuan alam berasal dari gunung sebagai akibat proses 
vulkanik. Batuan ini disebut dengan batu gunung, 
dalam proses berikutnya, aliran air sungai yang 
membawa batuan tersebut bergerak dan berpindah 
sejalan dengan kemampuan aliran air yang ada.
Karena benturan dengan batuan lain atau benda-benda 
keras lainnya, batuan tersebut menjadi 
pecahan-pecahan dengan bentuk dan ukuran yang 
bervariasi. Ini yang disebut dengan batu sungai atau 
batu kali. Kelompok batuan ini merupakan batuan 
luar. 
Batuan-batuan akibat proses alamiah lainnya adalah 
batuan yang terbentuk dalam waktu yang lama dan 
menerima beban akibat tumpukan tanah, batuan Ini 
disebut batuan metamorfose, yang termasuk dalam 
batuan in yaitu marmer, granit, onix dan lain-lain, 
tergantung bahan dasar mineral pembentuknya.
2.2.2. Komposisi dan Jenis Batuan 
Batuan dapat diklasifikasikan menurut komposisi 
kandungan mineral dari batuan tersebut, dimana 
penggunaan batu pada konstruksi bangunan 
dibedakan menjadi : 
a. Batuan kapur 
b. Batuan yang mengandung bahan utama silikat 
Dengan komposisi kandungan bahan pembentuk 
tersebut diatas, maka jenis batuan-batuan ini 
dijelaskan sebagai berikut :
2.a. Batuan kapur 
Batuan kapur merupakan bahan bangunan yang penting 
dikenal sejak zaman Mesir Kuno. Batuan kapur ini lebih 
bersifat sebagai pengikat apabila dicampur dengan 
bahan yang lain dengan perbandingan tertentu, sebagai 
contoh kapur dicampur dengan pasir dan Portland 
Cement (PC), kapur dicampur dengan semen merah dan 
pasir. 
Kelebihan kapur sebagai bahan pengikat ini sangat 
dipengaruhi oleh sifat-sifat kapur sebagai berikut : 
1. Kapur mempunyai sifat plastik yang baik, dalam arti 
tidak getas. 
2. Sebagai bahan pengikat, kapur dapat mengeras 
dengan mudah dan cepat, sehingga memberikan 
kekuatan pengikat kepada dinding.
Dalam keadaan sehari-hari di pasaran dikenal 
beberapa jenis kapur yang digunakan sebagai bahan 
bangunan, yaitu : 
1. Kapur tohor (Ca.O), yaitu hasil pembakaran batu 
kapur alam yang 
komposisinya sebagian besar merupakan kalsium 
karbonat (Ca.CO3). 
2. Kapur udara, yaitu kapur padam yang di aduk 
dengan air setelah beberapa waktu campuran tersebut 
dapat mengeras di udara karena pengikatan karbon 
dioksida. 
3. Kapur hidrolis merupakan kapur padam yang 
diaduk dengan air, setelah beberapa waktu campuran 
dapat mengeras, baik di dalam air 
maupun di udara.
Pembuatan kapur merupakan proses pembakaran batu 
kapur yang mengandung kalsium karbonat (Ca.CO3) 
dengan suhu ± 980 Celsius, hingga karbon dioksidanya 
keluar. Akibat dari pemanasan dan keluarnya karbon 
dioksida tersebut maka unsur Ca.O atau kapurnya saja 
yang tertinggal. 
Proses kimia dari pemanasan Ca.CO3, menjadi kapur 
dapat ditulis sebagai berikut : 
Ca.CO3 Ca.O + CO2 
Ca. O + H2O Ca. (OH2) + panas 
Ca. (OH2) + CO2 Ca.CO3 + H2O 
Susunan kimia maupun sifat fisis bahan dasar yang 
mengandung kapur ini berbeda dari satu tempat dengan 
tempat lain. Bahkan dalam satu tempatpun belum tentu 
sama. Dari proses tersebut, kalsium oksida (Ca.O) yang 
diperoleh, biasa disebut dengan quick lime.
Kapur dari hasil pembakaran ini, bila ditambah 
dengan air akan mengembang dan retak-retak sebagai 
akibat banyaknya jumlah panas yang dikeluarkan 
hingga seperti mendidih. 
Proses ini menghasilkan Ca. 
(OH2) atau kalsium hidroksida. Perbandingan berat 
air yang digunakan untuk proses ini merupakan 32 % 
dari berat kapur, tetapi karena faktor faktor 
pembakaran, jenis kapur dan sebagainya, kadang-kadang 
jumlah air yang dibutuhkan dan sebagainya, 
kadang-kadang jumlah air yang dibutuhkan sampai 2 
atau 3 kali berat kapur.
Proses penambahan air pada kapur ini disebut slaking, 
yang menghasilkan kalsium hidroksida, yang disebut 
dengan slaked lime atau hydrated line. 
Bila kalsium hidrat ini dicampur dengan air, akan 
diperoleh mortar kapur atau spesi campuran kapur. Di 
udara terbuka mortar ini menyerap karbon dioksida 
CO2 dan dengan proses kimia menghasilkan Ca. CO3 
yang bersifat keras dan tidak larut dalam air. 
2.b. Batuan yang mengandung silikat batuan ini lebih 
bersifat batuan keras, mempunyai warna yang 
menarik dengan permukaan licin. Warna dari batuan 
in banyak dipengaruhi oleh komposisi mineral 
pembentukan batuan tersebut yaitu :
1. Felspar yaitu kombinasi silikat, aluminium dengan 
kapur dan potasium, berwarna merah, merah jambu, 
bahkan bening. 
2. Bornblende merupakan silikat aluminium yang 
dengan campuran kapur dan bijih besi, sebagai 
bahan mineral yang keras dan kuat, sebagai kristal 
berwarna hijau, coklat dan hitam. 
3. Mica merupakan mempunyai bahan dasar utama 
silikat aluminium, tetapi mempunyai kombinasi 
dari beberapa bahan mineral besi atau potasium, 
biasanya merupakan butiran kristal, yang mudah 
lepas sebagai lempengan-lempengan kecil. 
4. Sepentinemerupakan silikat magnesium, yang 
penampilannya selalu menjadi satu dengan kapur, 
berwarna hijau muda atau kuning, dan 
permukaannya berupa lempengan rata dan halus, 
serta mudah dipisahkan.
Batuan berjenis silikat yang sering digunakan sebagai 
bahan bangunan, baik untuk lantai maupun sebagai 
pelapis dinding merupakan : 
1. Granite 
Menurut Smith & Andres dalam “Material of 
Construction” granit merupakan bahan batuan murni, 
yang merupakan kombinasi dari bahan quartz, felspar, 
bonblende dan mika, umumnya sangat keras, kuat dan 
mampu dilakukan dengan pemolesan yang tinggi, 
sehingga mengkilap.
Kandungan kimia yang utama merupakan silicon dioksida 
dan aluminium oksida, dengan variasi besi, potasium, dan 
kalsium oksida. Berat granit bervariasi antara 2643 kg/m3 
sampai dengan 3204 kg/m3 dengan batas tegangan hancur 
antara 1390 kg/cm2 sampai 
dengan 3090 kg/m2, dan kemampuan serap air merupakan 
0,002 atau 0,2 dari beratnya. 
Finishing granit dari penggergajian sampai menjadikan 
permukaannya licin seperti kaca yang halus dengan cara 
pemolesan permukaannya dengan mesin poles. 
Sedang warna granit umumnya merupakan merah, 
merah jambu, kuning, hijau, biru, putih, hitam dan 
coklat. Granit dapat digunakan sebagai pelapis lantai, 
pelapis dinding bagian luar maupun dalam, anak 
tangga dengan lebar yan bervariasi.
Pada umumnya granit diproduksi dengan lebar 1800 
mm, dan tebal antara 57 sampai 100 mm, dan untuk 
ukuran yang kecil biasanya dnegan tebal 75 sampai 
100 mm, atau sesuai dengan ukuran pemesan. Granit 
yang berupa potongan-potongan dapat digabung 
menjadi bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan. 
Penggunaan yang lain dari granit merupakan sebagai 
pelapis kerb pada jembatan dan paving stones, atau 
sebagai bahan finishing bangunan.
2. Marmer 
Marmer atau batu pualam menurut Smith & Andres, 
di dalam “Material nof Construction” menrupakan 
batu kapur bercampur dengan mineral silika yang 
mengalami rekristalisasi akibat pengaruh tekanan dan 
suhu yang sangat tinggi. 
Marmer seperti pada granit digunakan untuk pelapis 
lantai dan bahan finishing dinding, dengan warna 
putih salju, merah jambu, kuning, kehijau-hijauan 
dengan tekstur tergantung mineral yang 
dominan dalam kandungannya.
Bentuk marmer pada umumnya merupakan dipotong 
menjadi lempengan-lempengan dengan tebal 57 
sampai dengan 200 mm, beratnya bervariasi antara 
2000 kg/m3 sampai dengan 2880 kg/m3 dengan batas 
tegangan hancur antara 190 kg/cm2 sampai dengan 
1930 kg/cm2. dan kemampuan serap air yang terendah 
merupakan 0,25 % dan yang tertinggi merupakan 0,75 
% dari beratnya. 
2.3.3. Pemanfaatan bantuan 
Pemanfaatan bantuan dalam pekerjaan konstruksi 
bangunan, sebagai bahan 
bangunan antara lain :
a. Pada butiran-butiran dengan ukuran besar, 
digunakan untuk struktur pondasi, dinding 
penahan dan lain-lainnya, dengan memakai perekat 
atau tanpa perekat. 
b. Pada butiran-butiran kecil, baik yang berasal dari 
alam, atau karena proses pemecahan, digunakan 
untuk bahan agrerat kasar beton maupun campuran 
aspal. 
c. Sedang bantuan metamorfose, yaitu marmer, granit 
dan lain-lain banyak digunakan sebagai bahan 
lantai, dan pelapis dinding, atau ornamen lainnya. 
d. Bantuan kapur, dengan proses pembakaran dengan 
suhu yang tinggi, menjadi batu gamping, 
selanjutnya diproses untuk campuran spesi atau 
mortar, sebagaiperekat pasangan batu maupun 
dinding, atau untuk sebagai plesteran dinding.

More Related Content

What's hot

perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
Farid Thahura
 
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
fianardi
 
Desain struktur portal baja dan detailing
Desain struktur portal baja dan detailingDesain struktur portal baja dan detailing
Desain struktur portal baja dan detailing
rhtrusli
 
Kp 05 2010 petak tersier
Kp 05 2010 petak tersierKp 05 2010 petak tersier
Kp 05 2010 petak tersier
Arizki_Hidayat
 
Batas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergBatas-Batas Atterberg
Batas-Batas Atterberg
Iwan Sutriono
 

What's hot (20)

Modul 1-pengenalan-jembatan-baja
Modul 1-pengenalan-jembatan-bajaModul 1-pengenalan-jembatan-baja
Modul 1-pengenalan-jembatan-baja
 
Soal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdf
Soal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdfSoal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdf
Soal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdf
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
 
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATANMODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
 
Perencanaan struktur kolom komposit
Perencanaan struktur kolom kompositPerencanaan struktur kolom komposit
Perencanaan struktur kolom komposit
 
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
 
Desain struktur portal baja dan detailing
Desain struktur portal baja dan detailingDesain struktur portal baja dan detailing
Desain struktur portal baja dan detailing
 
PPT PERKERASAN JALAN RAYA 2015
PPT PERKERASAN JALAN RAYA 2015PPT PERKERASAN JALAN RAYA 2015
PPT PERKERASAN JALAN RAYA 2015
 
Survey pendahuluan dan survey detail (sesi 1)(2 jam)
Survey pendahuluan dan survey detail (sesi 1)(2 jam)Survey pendahuluan dan survey detail (sesi 1)(2 jam)
Survey pendahuluan dan survey detail (sesi 1)(2 jam)
 
Kp 05 2010 petak tersier
Kp 05 2010 petak tersierKp 05 2010 petak tersier
Kp 05 2010 petak tersier
 
PELAT LANTAI JEMBATAN.pdf
PELAT LANTAI JEMBATAN.pdfPELAT LANTAI JEMBATAN.pdf
PELAT LANTAI JEMBATAN.pdf
 
Volume
Volume Volume
Volume
 
Pelaksanaan pondasi dalam
Pelaksanaan pondasi dalamPelaksanaan pondasi dalam
Pelaksanaan pondasi dalam
 
Manual desain-perkerasan-jalan-2017
Manual desain-perkerasan-jalan-2017Manual desain-perkerasan-jalan-2017
Manual desain-perkerasan-jalan-2017
 
Tahap tahap pembangunan gedung lima lantai
Tahap tahap pembangunan gedung lima lantaiTahap tahap pembangunan gedung lima lantai
Tahap tahap pembangunan gedung lima lantai
 
Batas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergBatas-Batas Atterberg
Batas-Batas Atterberg
 
PPT Jalan Jalan.pdf
PPT Jalan Jalan.pdfPPT Jalan Jalan.pdf
PPT Jalan Jalan.pdf
 
Contoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan raya
Contoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan rayaContoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan raya
Contoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan raya
 
Preliminary design kel. 3revisi
Preliminary design kel. 3revisiPreliminary design kel. 3revisi
Preliminary design kel. 3revisi
 
Perencanaan pondasi telapak persegi beton bertulang
Perencanaan pondasi telapak persegi beton bertulangPerencanaan pondasi telapak persegi beton bertulang
Perencanaan pondasi telapak persegi beton bertulang
 

Similar to Teknologi bahan konstruksi bahan 1

Laporan kerja batu reza
Laporan kerja batu rezaLaporan kerja batu reza
Laporan kerja batu reza
Muhammad Umari
 
Digital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literatur
Digital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literaturDigital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literatur
Digital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literatur
kusmira
 
Kuliah 5 faktor tanah yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tumbuhan
Kuliah 5   faktor tanah yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tumbuhanKuliah 5   faktor tanah yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tumbuhan
Kuliah 5 faktor tanah yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tumbuhan
Nurul Fathiah Sufiah
 
Kuliah5 faktortanahyangmempengaruhipertumbuhandanhasiltumbuhan-
Kuliah5 faktortanahyangmempengaruhipertumbuhandanhasiltumbuhan-Kuliah5 faktortanahyangmempengaruhipertumbuhandanhasiltumbuhan-
Kuliah5 faktortanahyangmempengaruhipertumbuhandanhasiltumbuhan-
Noor Fatihah
 
Makalah bahan bangunan part.2
Makalah bahan bangunan part.2Makalah bahan bangunan part.2
Makalah bahan bangunan part.2
Mufid Rahmadi
 

Similar to Teknologi bahan konstruksi bahan 1 (20)

Bahankonstruksiteknik
BahankonstruksiteknikBahankonstruksiteknik
Bahankonstruksiteknik
 
Laporan kerja batu reza
Laporan kerja batu rezaLaporan kerja batu reza
Laporan kerja batu reza
 
Digital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literatur
Digital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literaturDigital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literatur
Digital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literatur
 
Presentasi bahan bata
Presentasi bahan bataPresentasi bahan bata
Presentasi bahan bata
 
Konstruksi bahan bangunan Bata, Batako, Beton
Konstruksi bahan bangunan Bata, Batako, BetonKonstruksi bahan bangunan Bata, Batako, Beton
Konstruksi bahan bangunan Bata, Batako, Beton
 
Keramik 151144025
Keramik 151144025 Keramik 151144025
Keramik 151144025
 
Pkl PT Semen gresik tbk-pabriktuba
Pkl PT Semen gresik tbk-pabriktubaPkl PT Semen gresik tbk-pabriktuba
Pkl PT Semen gresik tbk-pabriktuba
 
Kuliah 5 faktor tanah yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tumbuhan
Kuliah 5   faktor tanah yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tumbuhanKuliah 5   faktor tanah yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tumbuhan
Kuliah 5 faktor tanah yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tumbuhan
 
Kuliah5 faktortanahyangmempengaruhipertumbuhandanhasiltumbuhan-
Kuliah5 faktortanahyangmempengaruhipertumbuhandanhasiltumbuhan-Kuliah5 faktortanahyangmempengaruhipertumbuhandanhasiltumbuhan-
Kuliah5 faktortanahyangmempengaruhipertumbuhandanhasiltumbuhan-
 
Pkl pt. semen gresik tbk. (pabrik tuban)
Pkl pt. semen gresik tbk. (pabrik tuban)Pkl pt. semen gresik tbk. (pabrik tuban)
Pkl pt. semen gresik tbk. (pabrik tuban)
 
Bahan banguan
Bahan banguanBahan banguan
Bahan banguan
 
STRUKTUR BETON BERTULANG 1.pptx
STRUKTUR BETON BERTULANG 1.pptxSTRUKTUR BETON BERTULANG 1.pptx
STRUKTUR BETON BERTULANG 1.pptx
 
teknologi bahan
teknologi bahanteknologi bahan
teknologi bahan
 
Makalah bahan bangunan part.2
Makalah bahan bangunan part.2Makalah bahan bangunan part.2
Makalah bahan bangunan part.2
 
Kbb_UII_Arsi 14_ a bata_kiki cs_okky
Kbb_UII_Arsi 14_ a bata_kiki cs_okkyKbb_UII_Arsi 14_ a bata_kiki cs_okky
Kbb_UII_Arsi 14_ a bata_kiki cs_okky
 
1. batu alam dan siklus terbentuknya
1. batu alam dan siklus terbentuknya1. batu alam dan siklus terbentuknya
1. batu alam dan siklus terbentuknya
 
Bahan bangunan II
Bahan bangunan IIBahan bangunan II
Bahan bangunan II
 
aplikasi semen
aplikasi semenaplikasi semen
aplikasi semen
 
Tanah liat - clay - bahan galian industri
Tanah liat - clay - bahan galian industriTanah liat - clay - bahan galian industri
Tanah liat - clay - bahan galian industri
 
Jenis jenis tanah liat dan pengolahannya
Jenis jenis tanah liat dan pengolahannyaJenis jenis tanah liat dan pengolahannya
Jenis jenis tanah liat dan pengolahannya
 

More from Dangzt Iman (7)

Geomatika pengukuran mendatar
Geomatika pengukuran mendatarGeomatika pengukuran mendatar
Geomatika pengukuran mendatar
 
Dasar tek trans 3..
Dasar tek trans 3..Dasar tek trans 3..
Dasar tek trans 3..
 
Dasar tek trans.2
Dasar tek trans.2Dasar tek trans.2
Dasar tek trans.2
 
Dasar tek trans 1
Dasar tek trans 1Dasar tek trans 1
Dasar tek trans 1
 
Pelabuhan ke 3
Pelabuhan ke 3Pelabuhan ke 3
Pelabuhan ke 3
 
Pelabuhan ke 2
Pelabuhan ke 2Pelabuhan ke 2
Pelabuhan ke 2
 
Pelabuhan (1)
Pelabuhan (1)Pelabuhan (1)
Pelabuhan (1)
 

Teknologi bahan konstruksi bahan 1

  • 1. MATA KULIAH : TEKNOLOGI BAHAN & KONSTRUKSI TOPIK : BAHAN ALAM Bahan alam ialah bahan bangunan yang dihasilkan dari alam, antara lain tanah dan batuan, yang didalam penggunaannya tidak melalui proses lain, hinggamenjadi suatu yang berbeda dari bentuk asalnya
  • 2. 2.1. Tanah 2.1.1. Definisi dan sifat umum tanah Tanah merupakan bahan bangunan yang berasal dari alam, berupa bumi ini, yang terdiri dari air, udara dan butir-butir tanah yang padat, dimana bagian yang berisi dengan air dan udara disebut dengan rongga atau pori. Perbandingan isi air dengan udara dalam pori ini menentukan kondisi tanah tersebut, yaitu apabila tanah tersebut kering, maka volume udara dalam pori lebih sedikit dibanding volume udara, maka tanah tersebut dikatakan basah. Apabila pori penuh diisi air, sehingga tidak ada udara di dalamnya, maka tanah dikatakan sebagai tanah jenuh.
  • 3. Sifat-sifat umum tanah dapat dilihat dari besarnya nilai-nilai parameter tanah yang bersangkutan, misalnya : a. Berat volume tanah, yaitu berat tanah per satuan volume. b. Berat volume kering, yaitu berat tanah dalam keadaan kering per satuan volume. c. Berat volume butir, yaitu berat tanah lepas per satuan volume. d. Spesifik gravity, yaitu berat spesifik setiap butiran tanah, atau biasa disebut berat jenis.
  • 4. e. Angka rongga, yaitu perbandingan volume rongga dengan volume total tanah. f. Porositas merupakan perbandingan volume air dengan volume pori. g. Kadar air merupakan jumlah air dalam tanah atau volume air dibanding dengan volume tanah. h. Derajat kejenuhan dan lain-lain. 2.1.2. Macam-macam tanah Dalam membahas masalah macam-macam tanah, maka perlu diketahui bahwa yang digunakan untuk membedakannya adalah dari besar butiran, berdasarkan kepada analisa ayakan.
  • 5. a. Pasir Pasir merupakan tanah dengan butiran yang keras dan tajam, yang lolos pada ukuran saringan 0,07 mm sampai dengan 4,76 mm, merupakan butiran-butiran yang keras. Dalam penggunaannya sebagai agregat halus pada beton tidak diijinkan mengandung lumpur lebih besar dari 5% dari berat kering pasir. b. Lanau Lanau merupakan tanah dengan butiran lebih kecil dari 0,07 mm, dan bersifat mudah menyerap air. Sehingga apabila terendam air menjadi lumpur.
  • 6. c. Lempung Lempung atau tanah liat merupakan tanah dengan butiran yang sangat halus, bersifat plastik, yaitu mudah dibentuk, dan mempunyai daya lekat. 2.1.3. Pengujian terhadap lempung Lempung mempunyai sifat yang sangat spesifik, antara lain mempunyi sifat muai susut yang sangat besar dalam keadaan aslinya, tetapi setelah lempung diolah, maka sifat muai susut yang besar ini dapat dihilangkan, sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan banguanan olahan.
  • 7. Untuk mendapatkan data-data tentang tingkat plastistas dan tingkat kejenuhan lempung, maka dilakukan pengujian-pengujian, baik di laboratorium maupun dilapangan. Jenis pengujian tanah lempung yaitu: a. Plastic limit atau batas plastis. b. Shringkage limit atau batasan susut. c. Liquid limit atau batasan cair. Berdasarkan pengujian-pengujian plastisitas tanah lempung berdasarkan pada daya lekat lempung dan tingkat muai susutnya, dengan melihat jumlah air yang dikandung, maka plastisitas yang diuji berbeda-beda pada setiap jenis lempung
  • 8. 2.1.4. Pemanfaatan tanah sebagai bahan bangunan Tanah sebagai bahan bangunan dalam kondisi alami dan yang telah diproses banyak digunakan dalam pelaksanaan pembangunan, antara lain : 2.a. Bahan tanah tanpa diolah Yang dimaksud dengan bahan tanah tanpa diolah merupakan tanah dalam keadaan asli, yang digunakan sebagai bahan urugan maupun campuran mortar atau perekat, sebagai contoh adalah pasir yang merupakan tanah dengan butiran yang kasar, pasir merupakan bahan yang digunakan langsung menjadi bahan urugan. Sedangkan sebagai bahan yang melalui proses dicampur dengan bahan lain, misalnya dicampur dengan PC, semen merah atau kapur, campuran tersebut akan menjadi spesi atau bahan perekat.
  • 9. 2.b. Bahan tanah yang diolah bahan yang diolah adalah bahan tanah yang digunakan sebagai bahan bangunan, yang memerlukan proses lanjutan dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhannya. Tanah jenis ini umumnya merupakan tanah lempung, dimana lempung dalam keadaan aslinya dengan atau tanpa bahan tambahan perlu diproses. Karena sifat muai susutnya yang besar, sehingga tidak dapat langsung digunakan dalam keadaan aslinya. Contoh dari bahan ini merupakan : 1. Bata merah Bata merah adalah bahan bangunan yang digunakan sebagai bahan dinding bangunan. Proses pembuatannya adalah proses sederhana yang dikerjakan secara tradisional dari tanah liat yang dicampur dengan air, kemudian dicetak
  • 10. menjadi bentuk yang diinginkan setelah dijemur di panas matahari sampai kering. Setelah kering bata merah dibakar pada suhu yang tinggi, sehingga menjadi keras. Tingkat kekerasan bata merah ini tergantung dari proses pembakarannya. Pada pembuatan bata merah di pabrik proses yang dilaksanakan berbeda dengan cara tradisional. Dipabrik tanah liat digiling kemudian dimasukkan kedalam alat dicampur (ekstruder). Didalam ekstruder tanah liat dicampur dengan air, hingga menjadi suatu bahan yang liat.
  • 11. Bahan campuran yang ada didalam ekstruder ditekan, setelah keluar akan berbentuk balok-balok tanah liat dengan ukuran lebar tertentu, selanjutnya balok-balok tersebut dipotong-potong sesuai ukuran yang diinginkan. Balok-balok tanah liat tersebut kemudian dimasukkan kedalam ruang untuk diangin-anginkan atau dilakukan pengeringan dengan udara. Setelah kering udara bata matahari. Pengeringan terakhir dilakukan dengan menggunakan tungku pengering. Hasil proses dari tungku ini merupakan bata merah yang kering. Keras dengan bentuk yang bagus, yang akhirnya dikemas, siap untuk dijual.
  • 12. Bata merah produksi tradisional teksturnya kasar, kepadatannya tidak rata, ukuran 2. Genteng Genteng dalam bangunan digunakan sebagai penutup atap, dalam buku Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI) 1982, ada beberapa macam genteng, yaitu genteng dari bahan beton, keramik, kaca, bambu dan tanah. Genteng tanah merupakan tanah liat yang diproses seperti pembuatan bata merah, sehingga menjadi bahan yang keras dan tidak tembus.
  • 13. 3. Keramik Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI) 1982 dan dalam buku “Bahan Bangunan”. Ir. Kardiyono Tjokrodimulyo, ME, (1995)., keramik merupakan tanah liat murni yang dicampur dengan kaolin, serisit, silikat (kuarsa, felspar) bahan-bahan tersebut dan seterusnya diaduk dengan ditambahkan air menjadi campuran. Selanjutnya campuran-campuran dicetak sesuai dengan bentuk yang dikendaki. Setelah kering udara dibakar pada suhu yang tinggi sehingga menjadi produk setengah jadi.
  • 14. Kemudian diglazzur dengan bahan pemoles, hingga menjadi produk jadi. Dalam proses pembakaran, bahan campuran tersebut akan bereaksi satu sama lain, sehingga menjadi bahan yang keras, licin dan bersifat sebagai isolator. Pemanfaatan bahan keramik antara lain: ubin, pelapis dinding, genteng, isolator dan lain-lain. 4. Pipa tanah liat Pipa tanah liat umumnya digunakan untuk saluran pembuangan air kotor berupa pipa lurus atau yang berbentuk leher angsa. Yang dibuat dari tanah liat dibakar seperti proses pembuatan bata merah.
  • 15. 2.2. Batuan 2.2.1. Latar belakang dan pembentukan batuan Batuan merupakan suatu produk alam gabungan dari hablur mineral yangmenyatu dan memadat, hingga memiliki derajat kekerasan tertentu, yang terbentuk secara alamiah melalui proses pelelehan, pembekuan, pengendapan dan perubahan alamiah lainnya. Batuan alam berasal dari gunung sebagai akibat proses vulkanik. Batuan ini disebut dengan batu gunung, dalam proses berikutnya, aliran air sungai yang membawa batuan tersebut bergerak dan berpindah sejalan dengan kemampuan aliran air yang ada.
  • 16. Karena benturan dengan batuan lain atau benda-benda keras lainnya, batuan tersebut menjadi pecahan-pecahan dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi. Ini yang disebut dengan batu sungai atau batu kali. Kelompok batuan ini merupakan batuan luar. Batuan-batuan akibat proses alamiah lainnya adalah batuan yang terbentuk dalam waktu yang lama dan menerima beban akibat tumpukan tanah, batuan Ini disebut batuan metamorfose, yang termasuk dalam batuan in yaitu marmer, granit, onix dan lain-lain, tergantung bahan dasar mineral pembentuknya.
  • 17. 2.2.2. Komposisi dan Jenis Batuan Batuan dapat diklasifikasikan menurut komposisi kandungan mineral dari batuan tersebut, dimana penggunaan batu pada konstruksi bangunan dibedakan menjadi : a. Batuan kapur b. Batuan yang mengandung bahan utama silikat Dengan komposisi kandungan bahan pembentuk tersebut diatas, maka jenis batuan-batuan ini dijelaskan sebagai berikut :
  • 18. 2.a. Batuan kapur Batuan kapur merupakan bahan bangunan yang penting dikenal sejak zaman Mesir Kuno. Batuan kapur ini lebih bersifat sebagai pengikat apabila dicampur dengan bahan yang lain dengan perbandingan tertentu, sebagai contoh kapur dicampur dengan pasir dan Portland Cement (PC), kapur dicampur dengan semen merah dan pasir. Kelebihan kapur sebagai bahan pengikat ini sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kapur sebagai berikut : 1. Kapur mempunyai sifat plastik yang baik, dalam arti tidak getas. 2. Sebagai bahan pengikat, kapur dapat mengeras dengan mudah dan cepat, sehingga memberikan kekuatan pengikat kepada dinding.
  • 19. Dalam keadaan sehari-hari di pasaran dikenal beberapa jenis kapur yang digunakan sebagai bahan bangunan, yaitu : 1. Kapur tohor (Ca.O), yaitu hasil pembakaran batu kapur alam yang komposisinya sebagian besar merupakan kalsium karbonat (Ca.CO3). 2. Kapur udara, yaitu kapur padam yang di aduk dengan air setelah beberapa waktu campuran tersebut dapat mengeras di udara karena pengikatan karbon dioksida. 3. Kapur hidrolis merupakan kapur padam yang diaduk dengan air, setelah beberapa waktu campuran dapat mengeras, baik di dalam air maupun di udara.
  • 20. Pembuatan kapur merupakan proses pembakaran batu kapur yang mengandung kalsium karbonat (Ca.CO3) dengan suhu ± 980 Celsius, hingga karbon dioksidanya keluar. Akibat dari pemanasan dan keluarnya karbon dioksida tersebut maka unsur Ca.O atau kapurnya saja yang tertinggal. Proses kimia dari pemanasan Ca.CO3, menjadi kapur dapat ditulis sebagai berikut : Ca.CO3 Ca.O + CO2 Ca. O + H2O Ca. (OH2) + panas Ca. (OH2) + CO2 Ca.CO3 + H2O Susunan kimia maupun sifat fisis bahan dasar yang mengandung kapur ini berbeda dari satu tempat dengan tempat lain. Bahkan dalam satu tempatpun belum tentu sama. Dari proses tersebut, kalsium oksida (Ca.O) yang diperoleh, biasa disebut dengan quick lime.
  • 21. Kapur dari hasil pembakaran ini, bila ditambah dengan air akan mengembang dan retak-retak sebagai akibat banyaknya jumlah panas yang dikeluarkan hingga seperti mendidih. Proses ini menghasilkan Ca. (OH2) atau kalsium hidroksida. Perbandingan berat air yang digunakan untuk proses ini merupakan 32 % dari berat kapur, tetapi karena faktor faktor pembakaran, jenis kapur dan sebagainya, kadang-kadang jumlah air yang dibutuhkan dan sebagainya, kadang-kadang jumlah air yang dibutuhkan sampai 2 atau 3 kali berat kapur.
  • 22. Proses penambahan air pada kapur ini disebut slaking, yang menghasilkan kalsium hidroksida, yang disebut dengan slaked lime atau hydrated line. Bila kalsium hidrat ini dicampur dengan air, akan diperoleh mortar kapur atau spesi campuran kapur. Di udara terbuka mortar ini menyerap karbon dioksida CO2 dan dengan proses kimia menghasilkan Ca. CO3 yang bersifat keras dan tidak larut dalam air. 2.b. Batuan yang mengandung silikat batuan ini lebih bersifat batuan keras, mempunyai warna yang menarik dengan permukaan licin. Warna dari batuan in banyak dipengaruhi oleh komposisi mineral pembentukan batuan tersebut yaitu :
  • 23. 1. Felspar yaitu kombinasi silikat, aluminium dengan kapur dan potasium, berwarna merah, merah jambu, bahkan bening. 2. Bornblende merupakan silikat aluminium yang dengan campuran kapur dan bijih besi, sebagai bahan mineral yang keras dan kuat, sebagai kristal berwarna hijau, coklat dan hitam. 3. Mica merupakan mempunyai bahan dasar utama silikat aluminium, tetapi mempunyai kombinasi dari beberapa bahan mineral besi atau potasium, biasanya merupakan butiran kristal, yang mudah lepas sebagai lempengan-lempengan kecil. 4. Sepentinemerupakan silikat magnesium, yang penampilannya selalu menjadi satu dengan kapur, berwarna hijau muda atau kuning, dan permukaannya berupa lempengan rata dan halus, serta mudah dipisahkan.
  • 24. Batuan berjenis silikat yang sering digunakan sebagai bahan bangunan, baik untuk lantai maupun sebagai pelapis dinding merupakan : 1. Granite Menurut Smith & Andres dalam “Material of Construction” granit merupakan bahan batuan murni, yang merupakan kombinasi dari bahan quartz, felspar, bonblende dan mika, umumnya sangat keras, kuat dan mampu dilakukan dengan pemolesan yang tinggi, sehingga mengkilap.
  • 25. Kandungan kimia yang utama merupakan silicon dioksida dan aluminium oksida, dengan variasi besi, potasium, dan kalsium oksida. Berat granit bervariasi antara 2643 kg/m3 sampai dengan 3204 kg/m3 dengan batas tegangan hancur antara 1390 kg/cm2 sampai dengan 3090 kg/m2, dan kemampuan serap air merupakan 0,002 atau 0,2 dari beratnya. Finishing granit dari penggergajian sampai menjadikan permukaannya licin seperti kaca yang halus dengan cara pemolesan permukaannya dengan mesin poles. Sedang warna granit umumnya merupakan merah, merah jambu, kuning, hijau, biru, putih, hitam dan coklat. Granit dapat digunakan sebagai pelapis lantai, pelapis dinding bagian luar maupun dalam, anak tangga dengan lebar yan bervariasi.
  • 26. Pada umumnya granit diproduksi dengan lebar 1800 mm, dan tebal antara 57 sampai 100 mm, dan untuk ukuran yang kecil biasanya dnegan tebal 75 sampai 100 mm, atau sesuai dengan ukuran pemesan. Granit yang berupa potongan-potongan dapat digabung menjadi bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan yang lain dari granit merupakan sebagai pelapis kerb pada jembatan dan paving stones, atau sebagai bahan finishing bangunan.
  • 27. 2. Marmer Marmer atau batu pualam menurut Smith & Andres, di dalam “Material nof Construction” menrupakan batu kapur bercampur dengan mineral silika yang mengalami rekristalisasi akibat pengaruh tekanan dan suhu yang sangat tinggi. Marmer seperti pada granit digunakan untuk pelapis lantai dan bahan finishing dinding, dengan warna putih salju, merah jambu, kuning, kehijau-hijauan dengan tekstur tergantung mineral yang dominan dalam kandungannya.
  • 28. Bentuk marmer pada umumnya merupakan dipotong menjadi lempengan-lempengan dengan tebal 57 sampai dengan 200 mm, beratnya bervariasi antara 2000 kg/m3 sampai dengan 2880 kg/m3 dengan batas tegangan hancur antara 190 kg/cm2 sampai dengan 1930 kg/cm2. dan kemampuan serap air yang terendah merupakan 0,25 % dan yang tertinggi merupakan 0,75 % dari beratnya. 2.3.3. Pemanfaatan bantuan Pemanfaatan bantuan dalam pekerjaan konstruksi bangunan, sebagai bahan bangunan antara lain :
  • 29. a. Pada butiran-butiran dengan ukuran besar, digunakan untuk struktur pondasi, dinding penahan dan lain-lainnya, dengan memakai perekat atau tanpa perekat. b. Pada butiran-butiran kecil, baik yang berasal dari alam, atau karena proses pemecahan, digunakan untuk bahan agrerat kasar beton maupun campuran aspal. c. Sedang bantuan metamorfose, yaitu marmer, granit dan lain-lain banyak digunakan sebagai bahan lantai, dan pelapis dinding, atau ornamen lainnya. d. Bantuan kapur, dengan proses pembakaran dengan suhu yang tinggi, menjadi batu gamping, selanjutnya diproses untuk campuran spesi atau mortar, sebagaiperekat pasangan batu maupun dinding, atau untuk sebagai plesteran dinding.