SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
Faktor Pendukung Institusi Lembaga Keuangan
                    Sari’ah
                        Oleh : H. Jazuli Suryadhi *)




Abstrack :


        Ada sejumlah alasan mengapa institusi keuangan konvensional yang
ada sekarang ini mulai melirik sistem syariah, antara lain pasar yang
potensial karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan
kesadaran mereka untuk berperilaku bisnis secara Islami. Oleh karenanya
perlu adanya lembaga yang mendampingi lembaga keuangan syari’ah
tersebut seperti; Ulama yang menguasai ilmu syariat sehingga mampu
menghasilkan fatwa-fatwa yang valid dan akurat.
        Kehadiran fatwa-fatwa ini menjadi aspek organik dari bangunan
ekonomi Islami yang tengah ditata/dikembangkan, sekaligus merupakan alat
ukur bagi kemajuan ekonomi syari’ah di Indonesia. Fatwa merupakan salah
satu institusi dalam hukum Islam untuk memberikan jawaban dan solusi
terhadap problem yang dihadapi umat. Bahkan umat Islam pada umumnya
menjadikan fatwa sebagai rujukan di dalam bersikap dan bertingkah laku.
        Para ulama yang berkompeten terhadap hukum-hukum syariah
memiliki fungsi dan peran yang amat besar dalam perbankan syariah, yaitu
sebagai Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional
(DSN). Fungsi utama para ulama yang yang tergabung dalam Dewan
Pengawas Syariah (DPS) Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah mengawasi
produk-produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan syariah Islam.




                                                                          1
Pendahuluan


               Perkembangan ekonomi syari’ah di Indonesia demikian cepat,
khususnya perbankan, asuransi dan pasar modal. Jika pada tahun 1990-an
jumlah kantor layanan perbankan syariah masih belasan, maka tahun
2000an, jumlah kantor pelayanan lembaga keuangan syariah itu melebihi
enam ratusan yang tersebar di seluruh Indonesia. Asset perbankan syari’ah
ketika itu belum mencapai Rp 1 triliun, maka saat ini assetnya lebih dari Rp
22 triliun. Lembaga asuransi syariah pada tahun 1994 hanya dua buah yakni
Asuransi Takaful Keluarga dan Takaful Umum, kini telah berjumlah 34
lembaga asuransi syariah (Data AASI 2006)1. Demikian pula obligasi syariah
tumbuh pesat mengimbangi asuransi dan perbankan syariah.

1. Lembaga Pemberi Fatwa
          Salah satu lembaga yang berwenang memberikan aturan/arahan
    selain lembaga yang dibentuk pemerintah adalah Majlis Ulama Indonesia
    dalam hal ini Dewan Syariah Nasional (DSN)
               Para praktisi ekonomi syari’ah, masyarakat dan pemerintah
    (regulator) membutuhkan fatwa-fatwa syariah dari lembaga ulama (MUI)
    berkaitan dengan praktek dan produk di lembaga-lembaga keuangan
    syariah tersebut. Perkembangan lembaga keuangan syariah yang
    demikian cepat harus diimbangi dengan fatwa-fatwa hukum syari’ah yang
    valid dan akurat, agar seluruh produknya memiliki landasan yang kuat
    secara syari’ah. Untuk itulah Dewan Syari’ah Nasional (DSN) dilahirkan
    pada tahun 1999 sebagai bagian dari Majlis Ulama Indonesia.2


1
 www.media-indonesia.com
2
 Antonio Sjafi’I, Bank Sjariah dari teori ke praktek, Tazkia Cendekia-Gema Insani Pers, Jakarta,
2001, cetakan 1.




                                                                                                   2
2. Kedudukan Fatwa
          Fatwa merupakan salah satu institusi dalam hukum Islam untuk
       memberikan jawaban dan solusi terhadap problem yang dihadapi umat.
       Bahkan umat Islam pada umumnya menjadikan fatwa sebagai rujukan di
       dalam bersikap dan bertingkah laku. Sebab posisi fatwa di kalangan
       masyarakat umum, laksana dalil di kalangan para mujtahid (Al-Fatwa fi
       Haqqil ’Ami kal Adillah fi Haqqil Mujtahid). Artinya, Kedudukan fatwa bagi
       orang kebanyakan, seperti dalil bagi mujtahid.3
                    Kehadiran fatwa-fatwa ini menjadi aspek organik dari bangunan
       ekonomi Islami yang tengah ditata/dikembangkan, sekaligus merupakan
       alat ukur bagi kemajuan ekonomi syari’ah di Indonesia. Fatwa ekonomi
       syari’ah yang telah hadir itu                 secara teknis menyuguhkan model
       pengembangan bahkan pembaharuan fiqh muamalah maliyah. (fiqh
       ekonomi) Secara fungsional, fatwa memiliki fungsi Tabyin dan Tawjih.
       Tabyin artinya menjelaskan hukum yang merupakan regulasi praksis bagi
       lembaga keuangan, khususnya yang diminta praktisi ekonomi syariah ke
       DSN      dan     Taujih,     yakni      memberikan         guidance       (petunjuk)      serta
       pencerahan kepada masyarakat luas tentang norma ekonomi syari’ah. 4
                    Memang dalam kajian ushul fiqh, kedudukan fatwa hanya
       mengikat bagi orang yang meminta fatwa dan yang memberi fatwa.
       Namun dalam konteks ini, teori itu tidak sepenuhnya bisa diterima, karena
       konteks, sifat, dan karakter fatwa saat ini telah berkembang dan berbeda
       dengan fatwa klasik. Teori lama tentang fatwa harus direformasi dan
       diperpaharui sesuai dengan perkembangan dan proses terbentuknya
       fatwa. Maka teori fatwa hanya mengikat mustaft (orang yang minta fatwa)
       tidak relevan untuk fatwa DSN. Fatwa ekonomi syariah DSN saat ini tidak

3
    Sakti, Ali, Analisis Teoritis Ekonomi Islam, Aqsa Publishing / Paradigma, tahun 2007 cetakan 1, hal
7
4
 Antonio Sjafi’I, Bank Sjariah dari teori ke praktek, Tazkia Cendekia-Gema Insani Pers, Jakarta,
2001, cetakan 1.



                                                                                                     3
hanya mengikat bagi praktisi lembaga ekonomi syariah, tetapi juga bagi
masyarakat       Islam   Indonesia,   apalagi   fatwa-fatwa   itu   kini   telah
dipositivisasi melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI). Bahkan DPR baru-
baru ini, telah mengamandemen UU No 7/1989 tentang Perdilan Agama
yang secara tegas memasukkan masalah ekonomi syariah sebagai
wewenang Peradilan Agama.
          Fatwa-fatwa ekonomi syari’ah saat di Indonesia dikeluarkan
melalui proses dan formula fatwa kolektif, koneksitas dan melembaga
yang disebut ijtihad jama’iy (ijtihad ulama secara kolektif), bukan ijtihad
fardi (individu), Validitas jama’iy dan fardi jelas sangat berbeda. Ijtihad
jama’iy telah mendekati ijma’. Seandainya hanya negara Indonesia yang
ada di dunia ini, pastilah kesepakatan para ahli dan ulama Indonesia itu
disebut Ijma’.
          Fatwa dalam definisi klasik bersifat opsional ”ikhtiyariah” (pilihan
yang tidak mengikat secara legal, meskipun mengikat secara moral bagi
mustafti (pihak yang meminta fatwa), sedang bagi selain mustafti bersifat
”i’lamiyah” atau informatif yang lebih dari sekedar wacana. Mereka
terbuka untuk mengambil fatwa yang sama atau meminta fatwa kepada
mufti/seorang ahli yang lain.
         Jika ada lebih dari satu fatwa mengenai satu masalah yang sama
maka ummat boleh memilih mana yang lebih memberikan qana’ah
(penerimaan/kepuasan) secara argumentatif atau secara batin. Sifat
fatwa yang demikian membedakannya dari suatu putusan peradilan
(qadha) yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat bagi para pihak
yang berperkara.
          Namun, keberadaan fatwa ekonomi syari’ah yang dikeluarkan
DSN di zaman kontemporer ini, berbeda dengan proses fatwa di zaman
klasik yang cendrung individual atau lembaga parsial. Otoritas fatwa
tentang ekonomi syari’ah di Indonesia, berada dibawah Dewan Syari’ah



                                                                             4
Nasional Majlis Ulama Indonesia. Komposisi anggota plenonya terdiri dari
   para ahli syari’ah dan ahli ekonomi/keuangan yang mempunyai wawasan
   syari’ah. Dalam membahas masalah-masalah yang hendak dikeluarkan
   fatwanya, Dewan Syari’ah Nasional (DSN) melibatkan pula lembaga mitra
   seperti Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia
   dan Biro Syari’ah dari Bank Indonesia.
              Fatwa dengan definisi klasik mengalami pengembangan dan
   penguatan posisi dalam fatwa kontemporer yang melembaga dan kolektif
   di Indonesia. Baik yang dikeluarkan oleh Komisi Fatwa MUI untuk
   masalah keagamaan dan kemasyarakatan secara umum, maupun yang
   dikeluarkan oleh DSN MUI untuk fatwa tentang masalah ekonomi syari’ah
   khususnya Lembaga Ekonomi Syari’ah. Fatwa yang dikeluarkan oleh
   Komisi Fatwa MUI menjadi rujukan yang berlaku umum serta mengikat
   bagi ummat Islam di Indonesia, khususnya secara moral. Sedang fatwa
   DSN menjadi rujukan yang mengikat bagi lembaga-lembaga keuangan
   syari’ah (LKS) yang ada di tanah air, demikian pula mengikat masyarakat
   yang berinteraksi dengan LKS.

3. Kaedah dan Prinsip
          Fiqh muamalah klasik yang ada tidak sepenuhnya relevan lagi
   diterapkan, karena bentuk dan pola transaksi yang berkembang di era
   modern ini demikian cepat. Sosio-ekonomi dan bisnis masyarakat sudah
   jauh berubah dibanding kondisi di masa lampau. Oleh karena itu, dalam
   konteks ini diterapkan dua kaedah.
   Pertama,
   Al-muhafazah bil qadim ash-sholih wal akhz bil jadid aslah, yaitu,
   memelihara    warisan   intelektual   klasik   yang   masih   relevan   dan
   membiarkan terus praktek yang telah ada di zaman modern, selama tidak
   ada petunjuk yang mengharamkannya.




                                                                            5
Kedua,
   Al-Ashlu fil muamalah al-ibahah hatta yadullad dalilu ’ala at-tahrim (Pada
   dasarnya semua praktek muamalah boleh, kecuali ada dalil yang
   mengharamkannya).
             Selain itu para ulama berpegang kepada prinsip-prinsip utama
   muamalah, seperti; prinsip bebas riba, bebas gharar (ketidak-jelasan atau
   ketidakpastian) dan tadlis, tidak maysir (spekulatif), bebas produk haram
   dan praktek akad fasid/batil. Prinsip ini tidak boleh dilanggar, karena telah
   menjadi aksioma dalam fiqh muamalah.Formulasi fatwa juga berpegang
   pada prinsip maslahah atau ”ashlahiyah” mana yang maslahat atau lebih
   maslahat untuk dijadikan opsi yang difatwakan. Konsep maslahah dalam
   muamalah menjadi prinsip yang paling penting. Dalam ushul fiqh telah
   populer kaedah, ”Di mana ada mashlalah, maka di situ ada syariah Allah”.
   Watak maslahat syar’iyah antara lain berpihak kepada semua pihak atau
   berlaku umum, baik maslahat bagi lembaga syariah, nasabah, pemerintah
   (regulator) maupun masyarakat luas.
               Kemaslahatannya tidak hanya diakui secara tanzhiriyah
   (perhitungan teoritis) tetapi juga secara tajribiyah (pengalaman empirik di
   lapangan). Karena itu untuk menguji shalahiyah (validitas) fatwa, harus
   diadakan muraja’ah maidaniyah (pencocokan di lapangan) setelah
   berjalan waktu yang cukup dalam implementasi fatwa ekonomi. Apakah
   kemaslahatan dalam tataran teoritis mendapatkan pembenaran dalam
   penerapannya di lapangan.

4. Peran Strategis Ulama

               Sejarah mengenal ulama bukan semata sebagai sosok
   berilmu, melainkan juga sebagai penggerak dan motivator masyarakat.
   Kualitas keilmuan para ulama telah mendorongmendorong mereka untuk




                                                                             6
aktif membimbing masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
         Terumuskannya system ekonomi Islam secara konseptual, termasuk
         system perbankan syariah, adalah buah dari kerja keras para ulama.

                         Sebelum        perbankan        konvensional         dikenal,     masyarakat
         sebenarnya telah melaksanakan transaksi berdasarkan muamalah Islam.
         Dalam pertanian dan perkebunan dikenal adanya istilah maro,nelu, dan
         sebagainya yang merupakan istilah lain dari bagi hasil. Hal demikian
         dimungkinkan dengan arahan dari para ulama masa lampau yang
         mengerti tentang pembagian hasil menurut ajaran Islam. Dalam
         kehidupan modern, sekali lagi, para ulama berperan untuk mewujudkan
         bank Islam seperti yang sekarang dikenal.

                         Para ulama yang berkompeten terhadap hukum-hukum
         syariah memiliki fungsi dan peran yang amat besar dalam perbankan
         syariah, yaitu sebagai Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan
         Syariah Nasional (DSN).

1.   Dewan Pengawas Syariah (DPS)

                Peran utama para ulama dalam Dewan Pengawas Syariah adalah
                mengawasi jalannya operasional bank sehari-hari agar selalu sesuai
                dengan ketentuan-ketentuan syariah. Hal ini karena transaksi-
                transaksi yang berlaku dalam bank syariah sangat khusus jika
                dibandingkan bank konvensional. Karena itu, diperlukan garis
                panduan (guidelines) yang mengaturnya. Garis panduan ini disusun
                dan ditentukan oleh Dwan Syariah Nasional.5


     5
      Antonio Sjafi’I, Bank Sjariah dari teori ke praktek, Tazkia Cendekia-Gema Insani Pers, Jakarta,
     2001, cetakan 1. hal, 233




                                                                                                        7
2.       Dewan Syariah Nasional (DSN)

     Sejalan dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah di tanah
     air, berkembang pulalah jumlah DPS yang ada dan mengawasi
     masing-masing lembaga tersebut. Banyak dan beragamnya DPS di
     masing-masing lembaga keuangan syariah adalah suatu hal yang
     harus disyukuri, tetapi juga diwaspadai. Kewaspadaan itu berkaitan
     dengan adanya kemungkinan timbulnya fatwa yang berbeda dari
     masing-masing DPS dan hal itu tidak mustahil akan membingungkan
     umat dan nasabah. Oleh karena itu, MUI sebagai paying dari
     lembaga dan organisasi keislaman di tanah air, menganggap perlu
     dibentuknyasatu   dewan   syariah   yang   bersipat   nasional   dan
     membawahi seluruh lembaga keuangan, termasuk di dalamnya
     bank-bank syariah. Lembaga ini kelak kemudian dikenal dengan
     Dewan Syariah Nasional (DSN).

     Dewan Syariah Nasional dibentuk pada tahun 1997 dan merupakan
     hasil rekomendasi Lokakarya Reksadana Syariah pada bulan Juli
     tahun yang sama. Lembaga ini merupakan lembaga otonom di
     bawah Majelis Ulama Indonesia dipimpin oleh Ketua Umum Majelis
     Ulama Indonesia dan Sekretaris (ex officio). Kegiatan sehari-hari
     Dewan Syariah Nasioanal dijalankan oleh Badan Pelaksana Harian
     dengan seorang ketua dan sekretaris serta beberapa anggota.

     Fungsi utama Dewan Syariah Nasional adalah mengawasi produk-
     produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan syariah
     Islam. Dewan ini bukan hanya mengawasi bank syariah, tetapi juga
     lembaga-lembaga lain seperti asuransi, reksadana, modal ventura,
     dan sebagainya. Untuk keperluan pengawasan tersebut, Dewan




                                                                       8
Syariah Nasioanl membuat garis panduan produk syariah yang
           diambil dari sumber-sumber hukum Islam. Garis panduan ini menjadi
           dasar pengawasan bagi Dewan Pengawas Syariah pada lembaga-
           lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar pengembangan
           produk-produknya.

           Fungsi lain dari Dewan Syariah Nasional adalah meneliti dan
           memberi fatwa bagi produk-produk yang dikembangkan oleh
           lembaga keuangan syariah. Produk-produk baru tersebut harus
           diajukan oleh manajemen setelah direkomendasikan oleh Dewan
           Pengawas syariah pada lembaga yang bersangkutan.

           Selain     itu,    Dewan       Syariah       Nasional      bertugas       memberikan
           rekomendasi para ulama yang akan ditugaskan sebagai Dewan
           Syariah Nasional pada suatu lembaga keuangan syariah

           Dewan Syariah Nasional dapat memberi teguran kepada lembaga
           keuangan syariah jika lembaga yang bersangkutan menyimpang dari
           garis panduan yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan jika Dewan
           Syariah Nasioanl telah menerima laporan dari Dewan Pengawas
           Syariah pada lembaga yang bersangkutan mengenai hal tersebut.6

           Jika lembaga keuangan syariah tersebut tidak mengindahkan
           teguran       yang      diberikan,       Dewan        Syariah       Nasioanl       dapat
           mengusulkan kepada otoritas yang berwenang, seperti Bank
           Indonesia dan departemen Keuangan, untuk memberikan sanksi
           agar perusahaan tersebut                 tidak mengembangkan lebih jauh


6
 Antonio Sjafi’I, Bank Sjariah dari teori ke praktek, Tazkia Cendekia-Gema Insani Pers, Jakarta,
2001, cetakan 1. hal 234




                                                                                                   9
tindakan-tindakannya yang tidak sesuai dengan syariah. Secara
          garis besar, tugas dan mekanisme kerja DSN.

5. Produk Fatwa DSN
                Sejak berdirnya tahun 1999, Dewan Syariah Nasional, telah
    mengeluarkan sedikitnya 47 fatwa tentang ekonomi syariah, antara lain,
    fatwa tentang; giro, tabungan, murabahah, jual beli salam, istishna’,
    mudharabah, musyarakah, ijarah, wakalah, kafalah, hawalah, uang muka
    dalam murabahah, sistem distribusi hasil usaha dalam lembaga keuangan
    syari’ah, diskon dalam murabahah, sanksi atas nasabah mampu yang
    menunda-nunda         pembayaran,        pencadangan         penghapusan          aktiva
    produktiv dalam LKS, al-qaradh, investasi reksadana syariah, pedoman
    umum asuransi syariah, jual beli istisna’ paralel, potongan pelunasan
    dalam murabahah, safe deposit box, raha (gadai), rahn emas, ijarah
    muntahiyah bit tamlik, jual beli mata uang, pembiayaan pengurusan haji di
    LKS, pembiayaan rekening koran syariah, pengalihan hutang, obligasi
    syariah, obligasi syariah mudharabah, Letter of Credit (LC) impor syariah,
    LC untuk export, sertifikat wadiah Bank Indoensia, Pasar Uang antar Bank
    Syariah, sertifikat investasi mudharabah (IMA), asuransi haji, pedoman
    umum penerapan prinsip syariah di pasar modal, obligasi syariah ijarah,
    kartu kredit, dsb.7


Kesimpulan :
                Keberadaan sebuah dewan syariah tentu saja sangat penting
    bagi sebuah lembaga, baik profit atau pun non profit.
                Sebab pada saat ini, ada sekian banyak permasalahan yang
    bersifat syubhat dan kompleks, sehingga kita semua ini membutuhkan

7
 Remy Syahdeni, Sutan, DR. Prof. Perbankan Islam (dan Kedudukannya dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia) Grafiti, cetakan 2, tahun 2005, halaman 27.



                                                                                         10
advisor / concelor yang terkait dalam masalah halal dan haram.
     Sedangkan tsaqafah dan wawasan umat Islam di negeri ini umumnya
     sangat kurang.
                 Kalau menemukan sekedar orang-orang yang punya semangat
     ke-Islaman atau pandai berceramah sehingga menarik pendengar,
     barangkali tidak terlalu sulit. Tetapi kalau menemukan ulama yang
     mendalami detail-detail masalah dari sudut pandang hukum Islam /
     syariah, tentu bukan hal yang sederhana. Sebab jumlah ulama yang ahli
     di bidang itu sangat sedikit, sedangkan kebutuhan atas jasanya
     sedemikian banyak.
                 Di sisi lain, dinamika aktifitas sehari-hari yang semakin cepat,
     maka keberadaan sebuah badan khusus yang menangani masalah
     syariah menjadi penting. Badan atau dewan ini kerjanya adalah
     melakukan pengawasan dan pengkajian tentang segala hal yang terkait
     dengan hukum Islam.
                 Sebuah perusahaan yang ingin dikelola dengan cara-cara yang
     Islami, tentu saja mutlak membutuhkan sebuah dewan syariah. Sebuah
     hotel    yang       ingin     menerapkan          identitas      hotel     Islami,   mutlak
     membutuhkannya. Sebuah partai yang mengangkat diri sebagai partai
     Islam, juga mutlak wajib memiliki dewan syariah.
                 Adapun hukum apakah yang dipakai ? Jawabnya tentu hukum
     Islam. Sebab keberadaan dewan syariah itu bukan sebagai penasehat
     hukum positif, melainkan sebagai penasehan hukum Islam.


 * Mahasiswa (S2) Magister Study Islam (Konsentrasi Ekonomi Islam) Universitas Islam
     Indonesia Jogjakarta.
 *   Stap Direktorat Kemahasiswaan Universitas Mercu Buana Jakarta
 *   Ketua Yayasan Pendidikan Islam Syifa Fikriya Cikande Serang Banten

Prospek Ekonomi Syariah dan Kesejahteraan Umat




                                                                                              11
Ada sejumlah alasan mengapa institusi keuangan konvensional yang
ada sekarang ini mulai melirik sistem syariah, antara lain pasar yang
potensial karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan
kesadaran mereka untuk berperilaku bisnis secara Islami. Potensi ini menjadi
modal bagi perkembangan ekonomi umat di masa datang. Selain itu, terbukti
bahwa institusi ekonomi yang menerapkan prinsip syariah, mampu bertahan
di tengah krisis ekonomi yang melanda Indonesia.

      Di sektor perbankan saja misalnya, sampai tahun 2010 nanti jumlah
kantor cabang bank-bank syariah diperkirakan akan mencapai 586 cabang.
Prospek perbankan syariah di masa depan diperkirakan juga akan semakin
cerah. Hal itu diungkapkan oleh Gubernur Bank Indonesia, Burhadin Abdullah
di sela-sela acara dialog ekonomi syariah di Jakarta pekan lalu. Burhanudin
mengatakan bank-bank yang ada sekarang bisa memanfaatkan kebijakan
dihilangkannya Batas Minimum Penyaluran Kredit (BMPK) untuk melakukan
penyertaan pada bank lain.

      ”Ini satu kesempatan bagi bank untuk membuka unit-unit syariah.
Misalnya bank A yang merupakan bank konvensional, dia bisa melakukan
penyertaan di bank syariah tanpa dibatasi oleh BMPK. Di masa lalu batasnya
10 persen, sekarang tidak ada lagi,” jelas Burhanudin.

      Selain perbankan, sektor ekonomi syariah lainnya yang juga mulai
berkembang adalah asuransi syariah. Prinsip asuransi syariah pada intinya
adalah kejelasan dana, tidak mengadung judi dan riba atau bunga. Sama
halnya dengan perbankan syariah, melihat potensi umat Islam yang ada di
Indonesia, prospek asuransi syariah sangat menjanjikan. Dalam sepuluh
tahun ke depan diperkirakan Indonesia bisa menjadi negara yang pasar
asuransinya paling besar di dunia. Seorang CEO perusahaan asuransi




                                                                         12
syariah asal Malaysia, Syed Moheeb memperkirakan, tahun 2008 mendatang
asuransi syariah bisa mencapai 10 persen market share asuransi
konvensional.

       Data dari Asosiasi Asuransi Syariah di Indonesia menyebutkan, tingkat
pertumbuhan ekonomi syariah selama 5 tahun terakhir mencapai 40 persen,
sementara asuransi konvensional hanya 22,7 persen. Perbankan dan
asuransi, hanya salah satu dari industri keuangan syariah yang kini sedang
berkembang pesat. Pada akhirnya, sistem ekonomi syariah akan membawa
dampak lahirnya pelaku-pelaku bisnis yang bukan hanya berjiwa wirausaha
tapi juga berperilaku Islami, bersikap jujur, menetapkan upah yang adil dan
menjaga keharmonisan hubungan antara atasan dan bawahan.

       Bisa dibayangkan kesejahteraan yang bisa dinikmati umat jika
penerapan ekonomi syariah ini sudah mencakup segala aktivitas ekonomi di
Indonesia. Peluang penerapan ekonomi syariah masih terbuka luas.
Persoalannya sekarang, mampukah kita memanfaatkan peluang yang
terbuka lebar itu.

Dukungan Pemerintah Belum Memadai

       Meski sudah menunjukkan eksistensinya, masih banyak kendala yang
dihadapi   bagi      pengembangan   ekonomi   syariah   di   Indonesia.   Soal
pemahaman masyarakat hanya salah satunya. Kendala lainnya yang cukup
berpengaruh adalah dukungan penuh dari para pengambil kebijakan di negeri
ini, terutama menteri-menteri dan lembaga pemerintahan yang memiliki
wewenang dalam menentukan kebijakan ekonomi. Pemerintahan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono yang pada masa kampanye pemilu kemarin
menyatakan mendukung ekonomi syariah, belum sepenuhnya mewujudkan
dukungannya itu dalam bentuk program kerja tim ekonomi kabinetnya.



                                                                            13
Berkaitan dengan hal itu, dalam di sela-sela sebuah acara dialog
ekonomi syariah, praktisi perbankan syariah A. Riawan Amin mengatakan
bahwa keberpihakan pemerintah terhadap ekonomi syariah sangat penting,
karena hal ini bukan semata-mata menyangkut mayoritas umat Islam di
Indonesia tapi berkaitan dengan masalah stabilitas ekonomi nasional.

      Menurutnya, para ekonom yang ada di kabinet saat ini sebaiknya
meninggalkan sistem ekonomi kapitalis dan mengikuti aturan main kapitalis,
sehingga bisa keluar dari krisis. Riawan mengaku untuk saat ini para pelaku
ekonomi syariah belum terlalu menuntut pemerintah untuk lebih berpihak
pada sistem ekonomi syariah. ”Mereka mau mengerti saja, itu sudah bagus,”
ujarnya. Meski demikian ada harapan dari sejumlah kementerian yang sudah
menyatakan dukungannya terhadap sistem ekonomi syariah, antara lain dari
Kementerian Pertanian dan Kementerian BUMN.

      Kendala lainnya adalah masalah regulasi. Penerapan syariah yang
makin meluas dari industri keuangan dan permodalan membutuhkan regulasi
yang tidak saling bertentangan atau tumpang tindih dengan aturan sistem
ekonomi konvensional. Para pelaku ekonomi syariah sangat mengharapkan
regulasi untuk sistem ekonomi syariah ini bisa memudahkan mereka untuk
berekspansi   bukan   malah    membatasi.   Saat   ini,   peraturan    tentang
permodalan masih menjadi kendala perbankan syariah untuk melakukan
penetrasi dan ekpansi pasar.

      Kenyataan di lapangan menunjukkan, bahwa para pelaku ekonomi
syariah masih menghadapi tantangan berat untuk menanamkan prinsip
syariah sehingga mengakar kuat dalam perekonomian nasional dan umat
Islamnya itu sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut, Sudarman Lc., anggota
DPRD I Banten dalam sebuah dialog ekonomi syariah beberapa waktu lalu




                                                                           14
mengingatkan, penerapan ekonomi syariah harus dipahami sebagai bagian
integral dari penerapan syariat Islam secara kaffah. Penerapan hukum
syariah dalam perekonomian tidak akan berhasil tanpa didukung penerapan
hukum syariah di bidang yang lain. Teori dan sistem ekonomi syariah yang
baik, bukan jaminan bagi penegakan perekonomian Islam kalau kaum
muslimin sebagai pelaku ekonominya belum terlembagakan dengan baik.

      Salah   satu institusi keuangan syariah       yang saat ini tengah
berkembang adalah pasar modal syariah. Hal ini tidak lepas dari semakin
berkembangnya industri keuangan syariah yang pertumbuhannya sangat
cepat, terutama dalam satu dekade terakhir.

      Menurut riset Bank Negara Malaysia (bank sentral Malaysia) tahun
2005, dana yang dimiliki umat Islam atau pelaku pasar Muslim di bursa-bursa
di seluruh dunia, mencapai angka sekitar 1,3 triliun dolar AS. Sedangkan
dana yang terhimpun di pasar keuangan Islam di seluruh dunia diperkirakan
230 miliar dolar AS, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 12-15 persen per
tahun. Kemudian, jumlah institusi keuangan syariah saat ini mencapai lebih
dari 250 buah, tersebar di 75 negara. Sementara jumlah fund manager
syariah tercatat lebih dari 100 buah institusi dengan total aset yang dikelola
mencapai 5 miliar dolar AS.

      Fakta tersebut menunjukkan bahwa potensi dana yang dimiliki umat
Islam sangat besar. Tingginya pertumbuhan pasar keuangan syariah juga
didorong   pembentukan     berbagai   macam     lembaga    keuangan    tingkat
internasional. Misalnya the Islamic Financial Services Boards (IFSB) yang
terdiri atas berbagai bank sentral negara-negara Islam terkait, the
International Islamic Financial Market (IIFM), dan the Accounting and Auditing
Organizations for Islamic Financial Institutions (AAOIFI). Organisasi terakhir




                                                                           15
berbasis di Bahrain, dan merupakan lembaga yang memiliki fokus pada
pengembangan sistem akuntansi dan audit yang sesuai syariah dan dapat
diterima secara internasional.

      Kontribusi lembaga-lembaga tersebut sangat signifikan, sehingga
diharapkan dapat menstimulasi institusi-institusi keuangan syariah lainnya,
termasuk di Indonesia, untuk terus dapat mengembangkan dirinya.

Belajar dari Malaysia

      Pepatah mengatakan ''pengalaman adalah guru terbaik''. Demikian
pula dalam membangun dan mengembangkan sistem pasar keuangan
syariah. Kita membutuhkan pengalaman negara lain sebagai cermin langkah
dan strategi yang akan dikembangkan. Salah satu negara yang dikenal
sebagai pioner pengembangan pasar keuangan syariah adalah Malaysia.

      Sejak Kementerian Keuangan Malaysia mengeluarkan Capital Market
Masterplan pada tahun 2001 yang memuat 13 rekomendasi untuk
menjadikan Malaysia sebagai international centre bagi industri keuangan
syariah, pertumbuhan pasar keuangan Islam Malaysia menunjukkan kinerja
luar biasa. Sebagai contoh, jumlah saham yang tercatat di bursa syariah
mencapai 816 buah pada tahun 2005, naik sebesar 4,9 persen dari tahun
sebelumnya yang mencapai angka 778 saham. Persentase saham syariah
mencapai 82,5 persen dari total keseluruhan saham yang listed di bursa pada
tahun 2005, atau meningkat 80,8 persen dari tahun sebelumnya, dengan
kapitalisasi pasar yang mencapai 64 persen.

      Prestasi lainnya, 36 persen dari total equity fund di seluruh dunia
tercatat di bursa syariah Malaysia, dengan nilai 1,8 miliar dolar AS (dari total
5 miliar dolar AS). Hal tersebut mengindikasikan pasar modal syariah




                                                                             16
Malaysia telah mendapatkan kepercayaan yang kuat dari investor. Bahkan,
Komisi Sekuritas Malaysia telah menggandeng Dow Jones dengan
memperkenalkan     Dow    Jones-RHB   Islamic   Malaysia   Index   untuk
mengintegrasikan pasar domestik dengan pasar internasional. Dengan
performance seperti itu, wajarlah jika kemudian banyak negara Muslim
mencoba mengikuti jejak Malaysia.




                                                                     17

More Related Content

What's hot

Tugas Perbankan Syariah
Tugas Perbankan SyariahTugas Perbankan Syariah
Tugas Perbankan SyariahNina Haryati
 
Lembaga Keuangan dan Perbankan Syariah
Lembaga Keuangan dan Perbankan SyariahLembaga Keuangan dan Perbankan Syariah
Lembaga Keuangan dan Perbankan SyariahDwi Wahyu
 
Analisis fatwa dewan syariah nasional nomor 92 dsn mui 2014 tentang pembiayaa...
Analisis fatwa dewan syariah nasional nomor 92 dsn mui 2014 tentang pembiayaa...Analisis fatwa dewan syariah nasional nomor 92 dsn mui 2014 tentang pembiayaa...
Analisis fatwa dewan syariah nasional nomor 92 dsn mui 2014 tentang pembiayaa...An Nisbah
 
EKONOMIKA ISLAM > SISTEM KEUANGAN ISLAM
EKONOMIKA ISLAM > SISTEM KEUANGAN ISLAMEKONOMIKA ISLAM > SISTEM KEUANGAN ISLAM
EKONOMIKA ISLAM > SISTEM KEUANGAN ISLAMKhanifah Nur Rahmah
 
Penelaahan atas Ketentuan OJK Tentang Penerbitan Sukuk
Penelaahan atas Ketentuan OJK Tentang Penerbitan SukukPenelaahan atas Ketentuan OJK Tentang Penerbitan Sukuk
Penelaahan atas Ketentuan OJK Tentang Penerbitan SukukMelzatia
 
Ekonomi+islam+dan+perbankan+syariah
Ekonomi+islam+dan+perbankan+syariahEkonomi+islam+dan+perbankan+syariah
Ekonomi+islam+dan+perbankan+syariahRidwan Munir
 
Tugas Perbankan Syariah
Tugas Perbankan SyariahTugas Perbankan Syariah
Tugas Perbankan SyariahFifi Kusuma
 
KELOMPOK 2 - PERBANKAN SYARI'AH
KELOMPOK 2 - PERBANKAN SYARI'AHKELOMPOK 2 - PERBANKAN SYARI'AH
KELOMPOK 2 - PERBANKAN SYARI'AHargetamasna
 
Tugas sebelum uts_perbankan_syariah-leonardus_ida_transetio_43214120115-rizal...
Tugas sebelum uts_perbankan_syariah-leonardus_ida_transetio_43214120115-rizal...Tugas sebelum uts_perbankan_syariah-leonardus_ida_transetio_43214120115-rizal...
Tugas sebelum uts_perbankan_syariah-leonardus_ida_transetio_43214120115-rizal...Leonardus Transetio
 
Tugas sebelum uts_perbankan_syariah-leonardus_ida_transetio_43214120115-rizal...
Tugas sebelum uts_perbankan_syariah-leonardus_ida_transetio_43214120115-rizal...Tugas sebelum uts_perbankan_syariah-leonardus_ida_transetio_43214120115-rizal...
Tugas sebelum uts_perbankan_syariah-leonardus_ida_transetio_43214120115-rizal...Leonardus Transetio
 
Tugas review buku pengantar fiqh
Tugas review buku pengantar fiqhTugas review buku pengantar fiqh
Tugas review buku pengantar fiqhahmads57
 

What's hot (14)

Tugas Perbankan Syariah
Tugas Perbankan SyariahTugas Perbankan Syariah
Tugas Perbankan Syariah
 
Lembaga Keuangan dan Perbankan Syariah
Lembaga Keuangan dan Perbankan SyariahLembaga Keuangan dan Perbankan Syariah
Lembaga Keuangan dan Perbankan Syariah
 
Aturan hukum dan fungsi baznas
Aturan hukum dan fungsi baznasAturan hukum dan fungsi baznas
Aturan hukum dan fungsi baznas
 
Analisis fatwa dewan syariah nasional nomor 92 dsn mui 2014 tentang pembiayaa...
Analisis fatwa dewan syariah nasional nomor 92 dsn mui 2014 tentang pembiayaa...Analisis fatwa dewan syariah nasional nomor 92 dsn mui 2014 tentang pembiayaa...
Analisis fatwa dewan syariah nasional nomor 92 dsn mui 2014 tentang pembiayaa...
 
EKONOMIKA ISLAM > SISTEM KEUANGAN ISLAM
EKONOMIKA ISLAM > SISTEM KEUANGAN ISLAMEKONOMIKA ISLAM > SISTEM KEUANGAN ISLAM
EKONOMIKA ISLAM > SISTEM KEUANGAN ISLAM
 
Penelaahan atas Ketentuan OJK Tentang Penerbitan Sukuk
Penelaahan atas Ketentuan OJK Tentang Penerbitan SukukPenelaahan atas Ketentuan OJK Tentang Penerbitan Sukuk
Penelaahan atas Ketentuan OJK Tentang Penerbitan Sukuk
 
Ekonomi+islam+dan+perbankan+syariah
Ekonomi+islam+dan+perbankan+syariahEkonomi+islam+dan+perbankan+syariah
Ekonomi+islam+dan+perbankan+syariah
 
Ekonomi Islam dan Perbankan Syariah
Ekonomi Islam dan Perbankan SyariahEkonomi Islam dan Perbankan Syariah
Ekonomi Islam dan Perbankan Syariah
 
Akuntansi Syariah
Akuntansi SyariahAkuntansi Syariah
Akuntansi Syariah
 
Tugas Perbankan Syariah
Tugas Perbankan SyariahTugas Perbankan Syariah
Tugas Perbankan Syariah
 
KELOMPOK 2 - PERBANKAN SYARI'AH
KELOMPOK 2 - PERBANKAN SYARI'AHKELOMPOK 2 - PERBANKAN SYARI'AH
KELOMPOK 2 - PERBANKAN SYARI'AH
 
Tugas sebelum uts_perbankan_syariah-leonardus_ida_transetio_43214120115-rizal...
Tugas sebelum uts_perbankan_syariah-leonardus_ida_transetio_43214120115-rizal...Tugas sebelum uts_perbankan_syariah-leonardus_ida_transetio_43214120115-rizal...
Tugas sebelum uts_perbankan_syariah-leonardus_ida_transetio_43214120115-rizal...
 
Tugas sebelum uts_perbankan_syariah-leonardus_ida_transetio_43214120115-rizal...
Tugas sebelum uts_perbankan_syariah-leonardus_ida_transetio_43214120115-rizal...Tugas sebelum uts_perbankan_syariah-leonardus_ida_transetio_43214120115-rizal...
Tugas sebelum uts_perbankan_syariah-leonardus_ida_transetio_43214120115-rizal...
 
Tugas review buku pengantar fiqh
Tugas review buku pengantar fiqhTugas review buku pengantar fiqh
Tugas review buku pengantar fiqh
 

Similar to Syariah

Pidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa KH Maruf Amin
Pidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa KH Maruf AminPidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa KH Maruf Amin
Pidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa KH Maruf AminFakultas Syariah dan Hukum
 
3900 9342-1-sm
3900 9342-1-sm3900 9342-1-sm
3900 9342-1-smyeni_purna
 
Kaidah Fiqh dan Ushul Fiqh Tentang Produk Halal.pdf
Kaidah Fiqh dan Ushul Fiqh Tentang Produk Halal.pdfKaidah Fiqh dan Ushul Fiqh Tentang Produk Halal.pdf
Kaidah Fiqh dan Ushul Fiqh Tentang Produk Halal.pdfLutfi Ismail
 
ebook Perbankan Syariah pkes
ebook Perbankan Syariah pkesebook Perbankan Syariah pkes
ebook Perbankan Syariah pkesPiet_Fitriady
 
Sejarah Bank Syariah
Sejarah Bank SyariahSejarah Bank Syariah
Sejarah Bank Syariahmadureh
 
Perbankan syariah
Perbankan syariahPerbankan syariah
Perbankan syariahelsanahmad
 
Sejarah Lembaga Zakat.pdf
Sejarah Lembaga Zakat.pdfSejarah Lembaga Zakat.pdf
Sejarah Lembaga Zakat.pdfssuseree3aa9
 
Sejarah Lembaga Zakat.pdf
Sejarah Lembaga Zakat.pdfSejarah Lembaga Zakat.pdf
Sejarah Lembaga Zakat.pdfssuseree3aa9
 
Perkembangan Bisnis Syariah ke Depan dan Prospek wisata Syariah
Perkembangan Bisnis Syariah ke Depan dan Prospek wisata SyariahPerkembangan Bisnis Syariah ke Depan dan Prospek wisata Syariah
Perkembangan Bisnis Syariah ke Depan dan Prospek wisata Syariahmenanti_senja
 
Hbl,kevinbiondy,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas mercu bua...
Hbl,kevinbiondy,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas mercu bua...Hbl,kevinbiondy,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas mercu bua...
Hbl,kevinbiondy,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas mercu bua...Kevin Biondy
 
Pemikiran Ekonomi Islam Abu Ishaq Asy Syatibi
Pemikiran Ekonomi Islam Abu Ishaq Asy SyatibiPemikiran Ekonomi Islam Abu Ishaq Asy Syatibi
Pemikiran Ekonomi Islam Abu Ishaq Asy SyatibiIndika Farhatunnada
 
Makalah lembaga keuangan syariah
Makalah lembaga keuangan syariahMakalah lembaga keuangan syariah
Makalah lembaga keuangan syariahhershalany
 
Tugas perbankan syariah nuril ula fajriani 43213120280
Tugas perbankan syariah nuril ula fajriani 43213120280Tugas perbankan syariah nuril ula fajriani 43213120280
Tugas perbankan syariah nuril ula fajriani 43213120280Nuril Fajriani
 
Dewan Syariah Nasional dan Dewan Pengawas Syariah
Dewan Syariah Nasional dan Dewan Pengawas SyariahDewan Syariah Nasional dan Dewan Pengawas Syariah
Dewan Syariah Nasional dan Dewan Pengawas SyariahShela Natasha
 
Bab 2 perkembangan lembaga keuangan syariah
Bab 2 perkembangan lembaga keuangan syariahBab 2 perkembangan lembaga keuangan syariah
Bab 2 perkembangan lembaga keuangan syariahMega Sucia
 

Similar to Syariah (20)

Pidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa KH Maruf Amin
Pidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa KH Maruf AminPidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa KH Maruf Amin
Pidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa KH Maruf Amin
 
3900 9342-1-sm
3900 9342-1-sm3900 9342-1-sm
3900 9342-1-sm
 
Kaidah Fiqh dan Ushul Fiqh Tentang Produk Halal.pdf
Kaidah Fiqh dan Ushul Fiqh Tentang Produk Halal.pdfKaidah Fiqh dan Ushul Fiqh Tentang Produk Halal.pdf
Kaidah Fiqh dan Ushul Fiqh Tentang Produk Halal.pdf
 
ebook Perbankan Syariah pkes
ebook Perbankan Syariah pkesebook Perbankan Syariah pkes
ebook Perbankan Syariah pkes
 
Sejarah Bank Syariah
Sejarah Bank SyariahSejarah Bank Syariah
Sejarah Bank Syariah
 
Perbankan syariah
Perbankan syariahPerbankan syariah
Perbankan syariah
 
Makalah DSN MUI dan DPS
Makalah DSN MUI dan DPSMakalah DSN MUI dan DPS
Makalah DSN MUI dan DPS
 
Sejarah Lembaga Zakat.pdf
Sejarah Lembaga Zakat.pdfSejarah Lembaga Zakat.pdf
Sejarah Lembaga Zakat.pdf
 
Sejarah Lembaga Zakat.pdf
Sejarah Lembaga Zakat.pdfSejarah Lembaga Zakat.pdf
Sejarah Lembaga Zakat.pdf
 
Perkembangan Bisnis Syariah ke Depan dan Prospek wisata Syariah
Perkembangan Bisnis Syariah ke Depan dan Prospek wisata SyariahPerkembangan Bisnis Syariah ke Depan dan Prospek wisata Syariah
Perkembangan Bisnis Syariah ke Depan dan Prospek wisata Syariah
 
Dsn mui new
Dsn mui newDsn mui new
Dsn mui new
 
Hbl,kevinbiondy,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas mercu bua...
Hbl,kevinbiondy,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas mercu bua...Hbl,kevinbiondy,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas mercu bua...
Hbl,kevinbiondy,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas mercu bua...
 
Pemikiran Ekonomi Islam Abu Ishaq Asy Syatibi
Pemikiran Ekonomi Islam Abu Ishaq Asy SyatibiPemikiran Ekonomi Islam Abu Ishaq Asy Syatibi
Pemikiran Ekonomi Islam Abu Ishaq Asy Syatibi
 
Makalah lembaga keuangan syariah
Makalah lembaga keuangan syariahMakalah lembaga keuangan syariah
Makalah lembaga keuangan syariah
 
Modul 1
Modul   1Modul   1
Modul 1
 
Tugas perbankan syariah nuril ula fajriani 43213120280
Tugas perbankan syariah nuril ula fajriani 43213120280Tugas perbankan syariah nuril ula fajriani 43213120280
Tugas perbankan syariah nuril ula fajriani 43213120280
 
Dewan Syariah Nasional dan Dewan Pengawas Syariah
Dewan Syariah Nasional dan Dewan Pengawas SyariahDewan Syariah Nasional dan Dewan Pengawas Syariah
Dewan Syariah Nasional dan Dewan Pengawas Syariah
 
Bab 2 perkembangan lembaga keuangan syariah
Bab 2 perkembangan lembaga keuangan syariahBab 2 perkembangan lembaga keuangan syariah
Bab 2 perkembangan lembaga keuangan syariah
 
Ekonomi islam
Ekonomi islamEkonomi islam
Ekonomi islam
 
BAB 1.pptx
BAB 1.pptxBAB 1.pptx
BAB 1.pptx
 

Syariah

  • 1. Faktor Pendukung Institusi Lembaga Keuangan Sari’ah Oleh : H. Jazuli Suryadhi *) Abstrack : Ada sejumlah alasan mengapa institusi keuangan konvensional yang ada sekarang ini mulai melirik sistem syariah, antara lain pasar yang potensial karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan kesadaran mereka untuk berperilaku bisnis secara Islami. Oleh karenanya perlu adanya lembaga yang mendampingi lembaga keuangan syari’ah tersebut seperti; Ulama yang menguasai ilmu syariat sehingga mampu menghasilkan fatwa-fatwa yang valid dan akurat. Kehadiran fatwa-fatwa ini menjadi aspek organik dari bangunan ekonomi Islami yang tengah ditata/dikembangkan, sekaligus merupakan alat ukur bagi kemajuan ekonomi syari’ah di Indonesia. Fatwa merupakan salah satu institusi dalam hukum Islam untuk memberikan jawaban dan solusi terhadap problem yang dihadapi umat. Bahkan umat Islam pada umumnya menjadikan fatwa sebagai rujukan di dalam bersikap dan bertingkah laku. Para ulama yang berkompeten terhadap hukum-hukum syariah memiliki fungsi dan peran yang amat besar dalam perbankan syariah, yaitu sebagai Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional (DSN). Fungsi utama para ulama yang yang tergabung dalam Dewan Pengawas Syariah (DPS) Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan syariah Islam. 1
  • 2. Pendahuluan Perkembangan ekonomi syari’ah di Indonesia demikian cepat, khususnya perbankan, asuransi dan pasar modal. Jika pada tahun 1990-an jumlah kantor layanan perbankan syariah masih belasan, maka tahun 2000an, jumlah kantor pelayanan lembaga keuangan syariah itu melebihi enam ratusan yang tersebar di seluruh Indonesia. Asset perbankan syari’ah ketika itu belum mencapai Rp 1 triliun, maka saat ini assetnya lebih dari Rp 22 triliun. Lembaga asuransi syariah pada tahun 1994 hanya dua buah yakni Asuransi Takaful Keluarga dan Takaful Umum, kini telah berjumlah 34 lembaga asuransi syariah (Data AASI 2006)1. Demikian pula obligasi syariah tumbuh pesat mengimbangi asuransi dan perbankan syariah. 1. Lembaga Pemberi Fatwa Salah satu lembaga yang berwenang memberikan aturan/arahan selain lembaga yang dibentuk pemerintah adalah Majlis Ulama Indonesia dalam hal ini Dewan Syariah Nasional (DSN) Para praktisi ekonomi syari’ah, masyarakat dan pemerintah (regulator) membutuhkan fatwa-fatwa syariah dari lembaga ulama (MUI) berkaitan dengan praktek dan produk di lembaga-lembaga keuangan syariah tersebut. Perkembangan lembaga keuangan syariah yang demikian cepat harus diimbangi dengan fatwa-fatwa hukum syari’ah yang valid dan akurat, agar seluruh produknya memiliki landasan yang kuat secara syari’ah. Untuk itulah Dewan Syari’ah Nasional (DSN) dilahirkan pada tahun 1999 sebagai bagian dari Majlis Ulama Indonesia.2 1 www.media-indonesia.com 2 Antonio Sjafi’I, Bank Sjariah dari teori ke praktek, Tazkia Cendekia-Gema Insani Pers, Jakarta, 2001, cetakan 1. 2
  • 3. 2. Kedudukan Fatwa Fatwa merupakan salah satu institusi dalam hukum Islam untuk memberikan jawaban dan solusi terhadap problem yang dihadapi umat. Bahkan umat Islam pada umumnya menjadikan fatwa sebagai rujukan di dalam bersikap dan bertingkah laku. Sebab posisi fatwa di kalangan masyarakat umum, laksana dalil di kalangan para mujtahid (Al-Fatwa fi Haqqil ’Ami kal Adillah fi Haqqil Mujtahid). Artinya, Kedudukan fatwa bagi orang kebanyakan, seperti dalil bagi mujtahid.3 Kehadiran fatwa-fatwa ini menjadi aspek organik dari bangunan ekonomi Islami yang tengah ditata/dikembangkan, sekaligus merupakan alat ukur bagi kemajuan ekonomi syari’ah di Indonesia. Fatwa ekonomi syari’ah yang telah hadir itu secara teknis menyuguhkan model pengembangan bahkan pembaharuan fiqh muamalah maliyah. (fiqh ekonomi) Secara fungsional, fatwa memiliki fungsi Tabyin dan Tawjih. Tabyin artinya menjelaskan hukum yang merupakan regulasi praksis bagi lembaga keuangan, khususnya yang diminta praktisi ekonomi syariah ke DSN dan Taujih, yakni memberikan guidance (petunjuk) serta pencerahan kepada masyarakat luas tentang norma ekonomi syari’ah. 4 Memang dalam kajian ushul fiqh, kedudukan fatwa hanya mengikat bagi orang yang meminta fatwa dan yang memberi fatwa. Namun dalam konteks ini, teori itu tidak sepenuhnya bisa diterima, karena konteks, sifat, dan karakter fatwa saat ini telah berkembang dan berbeda dengan fatwa klasik. Teori lama tentang fatwa harus direformasi dan diperpaharui sesuai dengan perkembangan dan proses terbentuknya fatwa. Maka teori fatwa hanya mengikat mustaft (orang yang minta fatwa) tidak relevan untuk fatwa DSN. Fatwa ekonomi syariah DSN saat ini tidak 3 Sakti, Ali, Analisis Teoritis Ekonomi Islam, Aqsa Publishing / Paradigma, tahun 2007 cetakan 1, hal 7 4 Antonio Sjafi’I, Bank Sjariah dari teori ke praktek, Tazkia Cendekia-Gema Insani Pers, Jakarta, 2001, cetakan 1. 3
  • 4. hanya mengikat bagi praktisi lembaga ekonomi syariah, tetapi juga bagi masyarakat Islam Indonesia, apalagi fatwa-fatwa itu kini telah dipositivisasi melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI). Bahkan DPR baru- baru ini, telah mengamandemen UU No 7/1989 tentang Perdilan Agama yang secara tegas memasukkan masalah ekonomi syariah sebagai wewenang Peradilan Agama. Fatwa-fatwa ekonomi syari’ah saat di Indonesia dikeluarkan melalui proses dan formula fatwa kolektif, koneksitas dan melembaga yang disebut ijtihad jama’iy (ijtihad ulama secara kolektif), bukan ijtihad fardi (individu), Validitas jama’iy dan fardi jelas sangat berbeda. Ijtihad jama’iy telah mendekati ijma’. Seandainya hanya negara Indonesia yang ada di dunia ini, pastilah kesepakatan para ahli dan ulama Indonesia itu disebut Ijma’. Fatwa dalam definisi klasik bersifat opsional ”ikhtiyariah” (pilihan yang tidak mengikat secara legal, meskipun mengikat secara moral bagi mustafti (pihak yang meminta fatwa), sedang bagi selain mustafti bersifat ”i’lamiyah” atau informatif yang lebih dari sekedar wacana. Mereka terbuka untuk mengambil fatwa yang sama atau meminta fatwa kepada mufti/seorang ahli yang lain. Jika ada lebih dari satu fatwa mengenai satu masalah yang sama maka ummat boleh memilih mana yang lebih memberikan qana’ah (penerimaan/kepuasan) secara argumentatif atau secara batin. Sifat fatwa yang demikian membedakannya dari suatu putusan peradilan (qadha) yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat bagi para pihak yang berperkara. Namun, keberadaan fatwa ekonomi syari’ah yang dikeluarkan DSN di zaman kontemporer ini, berbeda dengan proses fatwa di zaman klasik yang cendrung individual atau lembaga parsial. Otoritas fatwa tentang ekonomi syari’ah di Indonesia, berada dibawah Dewan Syari’ah 4
  • 5. Nasional Majlis Ulama Indonesia. Komposisi anggota plenonya terdiri dari para ahli syari’ah dan ahli ekonomi/keuangan yang mempunyai wawasan syari’ah. Dalam membahas masalah-masalah yang hendak dikeluarkan fatwanya, Dewan Syari’ah Nasional (DSN) melibatkan pula lembaga mitra seperti Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia dan Biro Syari’ah dari Bank Indonesia. Fatwa dengan definisi klasik mengalami pengembangan dan penguatan posisi dalam fatwa kontemporer yang melembaga dan kolektif di Indonesia. Baik yang dikeluarkan oleh Komisi Fatwa MUI untuk masalah keagamaan dan kemasyarakatan secara umum, maupun yang dikeluarkan oleh DSN MUI untuk fatwa tentang masalah ekonomi syari’ah khususnya Lembaga Ekonomi Syari’ah. Fatwa yang dikeluarkan oleh Komisi Fatwa MUI menjadi rujukan yang berlaku umum serta mengikat bagi ummat Islam di Indonesia, khususnya secara moral. Sedang fatwa DSN menjadi rujukan yang mengikat bagi lembaga-lembaga keuangan syari’ah (LKS) yang ada di tanah air, demikian pula mengikat masyarakat yang berinteraksi dengan LKS. 3. Kaedah dan Prinsip Fiqh muamalah klasik yang ada tidak sepenuhnya relevan lagi diterapkan, karena bentuk dan pola transaksi yang berkembang di era modern ini demikian cepat. Sosio-ekonomi dan bisnis masyarakat sudah jauh berubah dibanding kondisi di masa lampau. Oleh karena itu, dalam konteks ini diterapkan dua kaedah. Pertama, Al-muhafazah bil qadim ash-sholih wal akhz bil jadid aslah, yaitu, memelihara warisan intelektual klasik yang masih relevan dan membiarkan terus praktek yang telah ada di zaman modern, selama tidak ada petunjuk yang mengharamkannya. 5
  • 6. Kedua, Al-Ashlu fil muamalah al-ibahah hatta yadullad dalilu ’ala at-tahrim (Pada dasarnya semua praktek muamalah boleh, kecuali ada dalil yang mengharamkannya). Selain itu para ulama berpegang kepada prinsip-prinsip utama muamalah, seperti; prinsip bebas riba, bebas gharar (ketidak-jelasan atau ketidakpastian) dan tadlis, tidak maysir (spekulatif), bebas produk haram dan praktek akad fasid/batil. Prinsip ini tidak boleh dilanggar, karena telah menjadi aksioma dalam fiqh muamalah.Formulasi fatwa juga berpegang pada prinsip maslahah atau ”ashlahiyah” mana yang maslahat atau lebih maslahat untuk dijadikan opsi yang difatwakan. Konsep maslahah dalam muamalah menjadi prinsip yang paling penting. Dalam ushul fiqh telah populer kaedah, ”Di mana ada mashlalah, maka di situ ada syariah Allah”. Watak maslahat syar’iyah antara lain berpihak kepada semua pihak atau berlaku umum, baik maslahat bagi lembaga syariah, nasabah, pemerintah (regulator) maupun masyarakat luas. Kemaslahatannya tidak hanya diakui secara tanzhiriyah (perhitungan teoritis) tetapi juga secara tajribiyah (pengalaman empirik di lapangan). Karena itu untuk menguji shalahiyah (validitas) fatwa, harus diadakan muraja’ah maidaniyah (pencocokan di lapangan) setelah berjalan waktu yang cukup dalam implementasi fatwa ekonomi. Apakah kemaslahatan dalam tataran teoritis mendapatkan pembenaran dalam penerapannya di lapangan. 4. Peran Strategis Ulama Sejarah mengenal ulama bukan semata sebagai sosok berilmu, melainkan juga sebagai penggerak dan motivator masyarakat. Kualitas keilmuan para ulama telah mendorongmendorong mereka untuk 6
  • 7. aktif membimbing masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Terumuskannya system ekonomi Islam secara konseptual, termasuk system perbankan syariah, adalah buah dari kerja keras para ulama. Sebelum perbankan konvensional dikenal, masyarakat sebenarnya telah melaksanakan transaksi berdasarkan muamalah Islam. Dalam pertanian dan perkebunan dikenal adanya istilah maro,nelu, dan sebagainya yang merupakan istilah lain dari bagi hasil. Hal demikian dimungkinkan dengan arahan dari para ulama masa lampau yang mengerti tentang pembagian hasil menurut ajaran Islam. Dalam kehidupan modern, sekali lagi, para ulama berperan untuk mewujudkan bank Islam seperti yang sekarang dikenal. Para ulama yang berkompeten terhadap hukum-hukum syariah memiliki fungsi dan peran yang amat besar dalam perbankan syariah, yaitu sebagai Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional (DSN). 1. Dewan Pengawas Syariah (DPS) Peran utama para ulama dalam Dewan Pengawas Syariah adalah mengawasi jalannya operasional bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah. Hal ini karena transaksi- transaksi yang berlaku dalam bank syariah sangat khusus jika dibandingkan bank konvensional. Karena itu, diperlukan garis panduan (guidelines) yang mengaturnya. Garis panduan ini disusun dan ditentukan oleh Dwan Syariah Nasional.5 5 Antonio Sjafi’I, Bank Sjariah dari teori ke praktek, Tazkia Cendekia-Gema Insani Pers, Jakarta, 2001, cetakan 1. hal, 233 7
  • 8. 2. Dewan Syariah Nasional (DSN) Sejalan dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah di tanah air, berkembang pulalah jumlah DPS yang ada dan mengawasi masing-masing lembaga tersebut. Banyak dan beragamnya DPS di masing-masing lembaga keuangan syariah adalah suatu hal yang harus disyukuri, tetapi juga diwaspadai. Kewaspadaan itu berkaitan dengan adanya kemungkinan timbulnya fatwa yang berbeda dari masing-masing DPS dan hal itu tidak mustahil akan membingungkan umat dan nasabah. Oleh karena itu, MUI sebagai paying dari lembaga dan organisasi keislaman di tanah air, menganggap perlu dibentuknyasatu dewan syariah yang bersipat nasional dan membawahi seluruh lembaga keuangan, termasuk di dalamnya bank-bank syariah. Lembaga ini kelak kemudian dikenal dengan Dewan Syariah Nasional (DSN). Dewan Syariah Nasional dibentuk pada tahun 1997 dan merupakan hasil rekomendasi Lokakarya Reksadana Syariah pada bulan Juli tahun yang sama. Lembaga ini merupakan lembaga otonom di bawah Majelis Ulama Indonesia dipimpin oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia dan Sekretaris (ex officio). Kegiatan sehari-hari Dewan Syariah Nasioanal dijalankan oleh Badan Pelaksana Harian dengan seorang ketua dan sekretaris serta beberapa anggota. Fungsi utama Dewan Syariah Nasional adalah mengawasi produk- produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan syariah Islam. Dewan ini bukan hanya mengawasi bank syariah, tetapi juga lembaga-lembaga lain seperti asuransi, reksadana, modal ventura, dan sebagainya. Untuk keperluan pengawasan tersebut, Dewan 8
  • 9. Syariah Nasioanl membuat garis panduan produk syariah yang diambil dari sumber-sumber hukum Islam. Garis panduan ini menjadi dasar pengawasan bagi Dewan Pengawas Syariah pada lembaga- lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar pengembangan produk-produknya. Fungsi lain dari Dewan Syariah Nasional adalah meneliti dan memberi fatwa bagi produk-produk yang dikembangkan oleh lembaga keuangan syariah. Produk-produk baru tersebut harus diajukan oleh manajemen setelah direkomendasikan oleh Dewan Pengawas syariah pada lembaga yang bersangkutan. Selain itu, Dewan Syariah Nasional bertugas memberikan rekomendasi para ulama yang akan ditugaskan sebagai Dewan Syariah Nasional pada suatu lembaga keuangan syariah Dewan Syariah Nasional dapat memberi teguran kepada lembaga keuangan syariah jika lembaga yang bersangkutan menyimpang dari garis panduan yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan jika Dewan Syariah Nasioanl telah menerima laporan dari Dewan Pengawas Syariah pada lembaga yang bersangkutan mengenai hal tersebut.6 Jika lembaga keuangan syariah tersebut tidak mengindahkan teguran yang diberikan, Dewan Syariah Nasioanl dapat mengusulkan kepada otoritas yang berwenang, seperti Bank Indonesia dan departemen Keuangan, untuk memberikan sanksi agar perusahaan tersebut tidak mengembangkan lebih jauh 6 Antonio Sjafi’I, Bank Sjariah dari teori ke praktek, Tazkia Cendekia-Gema Insani Pers, Jakarta, 2001, cetakan 1. hal 234 9
  • 10. tindakan-tindakannya yang tidak sesuai dengan syariah. Secara garis besar, tugas dan mekanisme kerja DSN. 5. Produk Fatwa DSN Sejak berdirnya tahun 1999, Dewan Syariah Nasional, telah mengeluarkan sedikitnya 47 fatwa tentang ekonomi syariah, antara lain, fatwa tentang; giro, tabungan, murabahah, jual beli salam, istishna’, mudharabah, musyarakah, ijarah, wakalah, kafalah, hawalah, uang muka dalam murabahah, sistem distribusi hasil usaha dalam lembaga keuangan syari’ah, diskon dalam murabahah, sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran, pencadangan penghapusan aktiva produktiv dalam LKS, al-qaradh, investasi reksadana syariah, pedoman umum asuransi syariah, jual beli istisna’ paralel, potongan pelunasan dalam murabahah, safe deposit box, raha (gadai), rahn emas, ijarah muntahiyah bit tamlik, jual beli mata uang, pembiayaan pengurusan haji di LKS, pembiayaan rekening koran syariah, pengalihan hutang, obligasi syariah, obligasi syariah mudharabah, Letter of Credit (LC) impor syariah, LC untuk export, sertifikat wadiah Bank Indoensia, Pasar Uang antar Bank Syariah, sertifikat investasi mudharabah (IMA), asuransi haji, pedoman umum penerapan prinsip syariah di pasar modal, obligasi syariah ijarah, kartu kredit, dsb.7 Kesimpulan : Keberadaan sebuah dewan syariah tentu saja sangat penting bagi sebuah lembaga, baik profit atau pun non profit. Sebab pada saat ini, ada sekian banyak permasalahan yang bersifat syubhat dan kompleks, sehingga kita semua ini membutuhkan 7 Remy Syahdeni, Sutan, DR. Prof. Perbankan Islam (dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia) Grafiti, cetakan 2, tahun 2005, halaman 27. 10
  • 11. advisor / concelor yang terkait dalam masalah halal dan haram. Sedangkan tsaqafah dan wawasan umat Islam di negeri ini umumnya sangat kurang. Kalau menemukan sekedar orang-orang yang punya semangat ke-Islaman atau pandai berceramah sehingga menarik pendengar, barangkali tidak terlalu sulit. Tetapi kalau menemukan ulama yang mendalami detail-detail masalah dari sudut pandang hukum Islam / syariah, tentu bukan hal yang sederhana. Sebab jumlah ulama yang ahli di bidang itu sangat sedikit, sedangkan kebutuhan atas jasanya sedemikian banyak. Di sisi lain, dinamika aktifitas sehari-hari yang semakin cepat, maka keberadaan sebuah badan khusus yang menangani masalah syariah menjadi penting. Badan atau dewan ini kerjanya adalah melakukan pengawasan dan pengkajian tentang segala hal yang terkait dengan hukum Islam. Sebuah perusahaan yang ingin dikelola dengan cara-cara yang Islami, tentu saja mutlak membutuhkan sebuah dewan syariah. Sebuah hotel yang ingin menerapkan identitas hotel Islami, mutlak membutuhkannya. Sebuah partai yang mengangkat diri sebagai partai Islam, juga mutlak wajib memiliki dewan syariah. Adapun hukum apakah yang dipakai ? Jawabnya tentu hukum Islam. Sebab keberadaan dewan syariah itu bukan sebagai penasehat hukum positif, melainkan sebagai penasehan hukum Islam. * Mahasiswa (S2) Magister Study Islam (Konsentrasi Ekonomi Islam) Universitas Islam Indonesia Jogjakarta. * Stap Direktorat Kemahasiswaan Universitas Mercu Buana Jakarta * Ketua Yayasan Pendidikan Islam Syifa Fikriya Cikande Serang Banten Prospek Ekonomi Syariah dan Kesejahteraan Umat 11
  • 12. Ada sejumlah alasan mengapa institusi keuangan konvensional yang ada sekarang ini mulai melirik sistem syariah, antara lain pasar yang potensial karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan kesadaran mereka untuk berperilaku bisnis secara Islami. Potensi ini menjadi modal bagi perkembangan ekonomi umat di masa datang. Selain itu, terbukti bahwa institusi ekonomi yang menerapkan prinsip syariah, mampu bertahan di tengah krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Di sektor perbankan saja misalnya, sampai tahun 2010 nanti jumlah kantor cabang bank-bank syariah diperkirakan akan mencapai 586 cabang. Prospek perbankan syariah di masa depan diperkirakan juga akan semakin cerah. Hal itu diungkapkan oleh Gubernur Bank Indonesia, Burhadin Abdullah di sela-sela acara dialog ekonomi syariah di Jakarta pekan lalu. Burhanudin mengatakan bank-bank yang ada sekarang bisa memanfaatkan kebijakan dihilangkannya Batas Minimum Penyaluran Kredit (BMPK) untuk melakukan penyertaan pada bank lain. ”Ini satu kesempatan bagi bank untuk membuka unit-unit syariah. Misalnya bank A yang merupakan bank konvensional, dia bisa melakukan penyertaan di bank syariah tanpa dibatasi oleh BMPK. Di masa lalu batasnya 10 persen, sekarang tidak ada lagi,” jelas Burhanudin. Selain perbankan, sektor ekonomi syariah lainnya yang juga mulai berkembang adalah asuransi syariah. Prinsip asuransi syariah pada intinya adalah kejelasan dana, tidak mengadung judi dan riba atau bunga. Sama halnya dengan perbankan syariah, melihat potensi umat Islam yang ada di Indonesia, prospek asuransi syariah sangat menjanjikan. Dalam sepuluh tahun ke depan diperkirakan Indonesia bisa menjadi negara yang pasar asuransinya paling besar di dunia. Seorang CEO perusahaan asuransi 12
  • 13. syariah asal Malaysia, Syed Moheeb memperkirakan, tahun 2008 mendatang asuransi syariah bisa mencapai 10 persen market share asuransi konvensional. Data dari Asosiasi Asuransi Syariah di Indonesia menyebutkan, tingkat pertumbuhan ekonomi syariah selama 5 tahun terakhir mencapai 40 persen, sementara asuransi konvensional hanya 22,7 persen. Perbankan dan asuransi, hanya salah satu dari industri keuangan syariah yang kini sedang berkembang pesat. Pada akhirnya, sistem ekonomi syariah akan membawa dampak lahirnya pelaku-pelaku bisnis yang bukan hanya berjiwa wirausaha tapi juga berperilaku Islami, bersikap jujur, menetapkan upah yang adil dan menjaga keharmonisan hubungan antara atasan dan bawahan. Bisa dibayangkan kesejahteraan yang bisa dinikmati umat jika penerapan ekonomi syariah ini sudah mencakup segala aktivitas ekonomi di Indonesia. Peluang penerapan ekonomi syariah masih terbuka luas. Persoalannya sekarang, mampukah kita memanfaatkan peluang yang terbuka lebar itu. Dukungan Pemerintah Belum Memadai Meski sudah menunjukkan eksistensinya, masih banyak kendala yang dihadapi bagi pengembangan ekonomi syariah di Indonesia. Soal pemahaman masyarakat hanya salah satunya. Kendala lainnya yang cukup berpengaruh adalah dukungan penuh dari para pengambil kebijakan di negeri ini, terutama menteri-menteri dan lembaga pemerintahan yang memiliki wewenang dalam menentukan kebijakan ekonomi. Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang pada masa kampanye pemilu kemarin menyatakan mendukung ekonomi syariah, belum sepenuhnya mewujudkan dukungannya itu dalam bentuk program kerja tim ekonomi kabinetnya. 13
  • 14. Berkaitan dengan hal itu, dalam di sela-sela sebuah acara dialog ekonomi syariah, praktisi perbankan syariah A. Riawan Amin mengatakan bahwa keberpihakan pemerintah terhadap ekonomi syariah sangat penting, karena hal ini bukan semata-mata menyangkut mayoritas umat Islam di Indonesia tapi berkaitan dengan masalah stabilitas ekonomi nasional. Menurutnya, para ekonom yang ada di kabinet saat ini sebaiknya meninggalkan sistem ekonomi kapitalis dan mengikuti aturan main kapitalis, sehingga bisa keluar dari krisis. Riawan mengaku untuk saat ini para pelaku ekonomi syariah belum terlalu menuntut pemerintah untuk lebih berpihak pada sistem ekonomi syariah. ”Mereka mau mengerti saja, itu sudah bagus,” ujarnya. Meski demikian ada harapan dari sejumlah kementerian yang sudah menyatakan dukungannya terhadap sistem ekonomi syariah, antara lain dari Kementerian Pertanian dan Kementerian BUMN. Kendala lainnya adalah masalah regulasi. Penerapan syariah yang makin meluas dari industri keuangan dan permodalan membutuhkan regulasi yang tidak saling bertentangan atau tumpang tindih dengan aturan sistem ekonomi konvensional. Para pelaku ekonomi syariah sangat mengharapkan regulasi untuk sistem ekonomi syariah ini bisa memudahkan mereka untuk berekspansi bukan malah membatasi. Saat ini, peraturan tentang permodalan masih menjadi kendala perbankan syariah untuk melakukan penetrasi dan ekpansi pasar. Kenyataan di lapangan menunjukkan, bahwa para pelaku ekonomi syariah masih menghadapi tantangan berat untuk menanamkan prinsip syariah sehingga mengakar kuat dalam perekonomian nasional dan umat Islamnya itu sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut, Sudarman Lc., anggota DPRD I Banten dalam sebuah dialog ekonomi syariah beberapa waktu lalu 14
  • 15. mengingatkan, penerapan ekonomi syariah harus dipahami sebagai bagian integral dari penerapan syariat Islam secara kaffah. Penerapan hukum syariah dalam perekonomian tidak akan berhasil tanpa didukung penerapan hukum syariah di bidang yang lain. Teori dan sistem ekonomi syariah yang baik, bukan jaminan bagi penegakan perekonomian Islam kalau kaum muslimin sebagai pelaku ekonominya belum terlembagakan dengan baik. Salah satu institusi keuangan syariah yang saat ini tengah berkembang adalah pasar modal syariah. Hal ini tidak lepas dari semakin berkembangnya industri keuangan syariah yang pertumbuhannya sangat cepat, terutama dalam satu dekade terakhir. Menurut riset Bank Negara Malaysia (bank sentral Malaysia) tahun 2005, dana yang dimiliki umat Islam atau pelaku pasar Muslim di bursa-bursa di seluruh dunia, mencapai angka sekitar 1,3 triliun dolar AS. Sedangkan dana yang terhimpun di pasar keuangan Islam di seluruh dunia diperkirakan 230 miliar dolar AS, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 12-15 persen per tahun. Kemudian, jumlah institusi keuangan syariah saat ini mencapai lebih dari 250 buah, tersebar di 75 negara. Sementara jumlah fund manager syariah tercatat lebih dari 100 buah institusi dengan total aset yang dikelola mencapai 5 miliar dolar AS. Fakta tersebut menunjukkan bahwa potensi dana yang dimiliki umat Islam sangat besar. Tingginya pertumbuhan pasar keuangan syariah juga didorong pembentukan berbagai macam lembaga keuangan tingkat internasional. Misalnya the Islamic Financial Services Boards (IFSB) yang terdiri atas berbagai bank sentral negara-negara Islam terkait, the International Islamic Financial Market (IIFM), dan the Accounting and Auditing Organizations for Islamic Financial Institutions (AAOIFI). Organisasi terakhir 15
  • 16. berbasis di Bahrain, dan merupakan lembaga yang memiliki fokus pada pengembangan sistem akuntansi dan audit yang sesuai syariah dan dapat diterima secara internasional. Kontribusi lembaga-lembaga tersebut sangat signifikan, sehingga diharapkan dapat menstimulasi institusi-institusi keuangan syariah lainnya, termasuk di Indonesia, untuk terus dapat mengembangkan dirinya. Belajar dari Malaysia Pepatah mengatakan ''pengalaman adalah guru terbaik''. Demikian pula dalam membangun dan mengembangkan sistem pasar keuangan syariah. Kita membutuhkan pengalaman negara lain sebagai cermin langkah dan strategi yang akan dikembangkan. Salah satu negara yang dikenal sebagai pioner pengembangan pasar keuangan syariah adalah Malaysia. Sejak Kementerian Keuangan Malaysia mengeluarkan Capital Market Masterplan pada tahun 2001 yang memuat 13 rekomendasi untuk menjadikan Malaysia sebagai international centre bagi industri keuangan syariah, pertumbuhan pasar keuangan Islam Malaysia menunjukkan kinerja luar biasa. Sebagai contoh, jumlah saham yang tercatat di bursa syariah mencapai 816 buah pada tahun 2005, naik sebesar 4,9 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai angka 778 saham. Persentase saham syariah mencapai 82,5 persen dari total keseluruhan saham yang listed di bursa pada tahun 2005, atau meningkat 80,8 persen dari tahun sebelumnya, dengan kapitalisasi pasar yang mencapai 64 persen. Prestasi lainnya, 36 persen dari total equity fund di seluruh dunia tercatat di bursa syariah Malaysia, dengan nilai 1,8 miliar dolar AS (dari total 5 miliar dolar AS). Hal tersebut mengindikasikan pasar modal syariah 16
  • 17. Malaysia telah mendapatkan kepercayaan yang kuat dari investor. Bahkan, Komisi Sekuritas Malaysia telah menggandeng Dow Jones dengan memperkenalkan Dow Jones-RHB Islamic Malaysia Index untuk mengintegrasikan pasar domestik dengan pasar internasional. Dengan performance seperti itu, wajarlah jika kemudian banyak negara Muslim mencoba mengikuti jejak Malaysia. 17