Karya tulis ilmiah ini membahas asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia. Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, salah satu penyebab utamanya adalah asfiksia neonatorum. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan asuhan kebidanan pada Bayi Ny. H yang mengalami asfiksia setelah persalinan di BPS Ketut Dani, S.ST Bandar Lampung tahun 2015.
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Kti ni made rika
1. 1
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP
BY.NY.H SEGERA SETELAH LAHIR DENGAN
ASFIKSIA DIBPS KETUT DANI, S.ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan
Gelar Profesi Ahli Madya Kebidanan
DISUSUN OLEH :
NAMA : NI MADE RIKA
NIM : 201207105
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
i
2. 2
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan Disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 28 Juli 2015
Penguji I Penguji II
Ninik Masturiyah, S.ST, M.Kes Kiki Purnama Sari S.ST
NIK : 201501143 NIK : 31008021
Direktur Akademi Kebidanan Adila
Bandar Lampung
dr. Wasni Adila, MPH
NIK : 2011041008
ii
3. 3
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP
BY.NY.H SEGERA SETELAH LAHIR DENGAN
ASFIKSIA DIBPS KETUT DANI S.ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Ni Made Rika, Ninik Masturiyah, S.ST M.kes, Kiki Purnama Sari, S.ST
INTISARI
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,
sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Kira-kira 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi mengalami
asfiksia neonatorum, hampir 1 juta (27,78%) bayi ini meninggal. Tujuan dilakukannya
penelitian ini diharapkan penulis Mampu melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir terhadap Bayi Ny. H segera setelah lahir dengan asfiksia di BPS Ketut Dani, S.ST
Bandar Lampung tahun 2015.Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif dan tehnik memperoleh data dengan menggunakan data primer dan data
sekunder. Dari data yang penulis dapat pada tanggal 04 April 2015 di BPS Ketut Dani,
S.ST Bandar Lampung, terdapat seorang ibu primigravida dalam keadaan inpartu, dan
karena pentingnya peran bidan dalam memberikan asuhan pada bayi baru lahir dengan
asfiksia, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Kebidanan pada Bayi
Baru Lahir terhadap By.Ny. H segera setelah lahir dengan asfiksia di BPS Ketut Dani,
S.ST Bandar Lampung Tahun 2015”.Hasil asuhan yang diberikan terhadap By. Ny. H
yang dilakukan setiap setelah pemberian asuhan kebidanan dan di tindak lanjuti hasil
berikutnya dalam matriks dengan hasil secara menyeluruh By. Ny. H mengalami masalah
kegawatan dan By. Ny. H sudah dalam keadaan baik. Dengan telah disusunnya karya
tulis ilmiah ini diharapkan untuk lahan praktek dapat lebih meningkatkan pelayanan yang
ada dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi segera setelah lahir dengan
kegawatan.
Kata kunci : Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia
Kepustakaan : 19 Referensi (2000 – 2013)
Jumlah halaman : 130 halaman
iii
4. 4
CURICULUM VITAE
Nama : Ni Made Rika
Nim : 201207105
Tempat/tanggal lahir : Brawijaya, 08 Desember 1994
Alamat : Desa Brawijaya Rt 04/Rw 05 Kec. Sekampung Udik Kab.
Lampung timur
Institusi : Akademi kebidanan Adila Bandar Lampung
Angkatan : Ke-VII
Biografi : Anak Ke-Dua dari Empat bersaudara, pasangan dari
Bapak Nengah Trimo dan Ibu Wayan Suarniti
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri Brawijaya Lampung Timur tahun 2000-2006.
2. SMP Mitra Bhakti Sribhawono Lampung Timur tahun 2006-2009.
3. SMA YPS Sidorejo Tahun 2009-2012.
4. Saat ini penulis sedang menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan
Adila Bandar Lampung.
iv
5. 5
“MOTTO”
Berani lah untuk bermimpi, dan beranikan
dirimu untuk mewujudkan semua impian kamu.
Karena impian tidak akan tercapai tanpa
keberanian.
Sukses tak datang dari apa yang diberikan
orang lain padamu, tapi dari keyakinan dan
kerja keras dirimu sendiri
By : Ni Made Rika
v
6. 6
PERSEMBAHAN
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karna berkat
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Studi kasus ini,dan dibalik
penyelesaian tugas ini tidak lupa penulis memberikan persembahan kepada orang-
orang yang telah membantu baik penulis secara langsung maupun tidak langsung.
1. Terima kasih buat Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan motivasi,
dukungan, dan selalu mendoakan untuk keberhasilan setiap kegiatan apapun
yang penulis lakukan serta terima kasih buat Kakak dan Adik-adik tersayang
yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
2. Teman-teman seperjuangan angkatan ke-VII dan Sahabat-sahabatku, terima
kasih atas motivasi dan semangat yang telah kalian berikan kepada saya
selama pendidikan di AKBID ADILA serta selalu mendukung hingga
terselesaikan tugas akhir ini.
3. Almamaterku tercinta Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung sebagai
tempat penulis menuntut ilmu selama tiga tahun.
4. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu,terima kasih atas
dukungannya selama penulis menyelesaikan tugas akhir Diploma Kebidanan
ini.
vi
7. 7
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dalam
bentuk study kasus kebidanan yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN BAYI
BARU LAHIR TERHADAP BY. NY. H SEGERA SETELAH LAHIR
DENGAN ASFIKSIA DI BPS KETUT DANI, S.ST BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015”. Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan Karya
Tulis Ilmiah ini, dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Wazni Adila M.PH selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung
2. Puspita Dewi, S.ST, M.Kes selaku pembimbing I Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
3. Oktaria Safitri, S.ST selaku pembimbing II Karya Tulis Ilmiah Akademi
Kebidanan Adila Bandar Lampung
4. Ketut Dani S.ST selaku pemilik BPS
5. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca.
Bandar Lampung, Juli 2015
Penulis
vii
8. 8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................ii
INTISARI...........................................................................................iii
CURICULUM VITAE.......................................................................iv
MOTTO .............................................................................................v
PERSEMBAHAN ..............................................................................vi
KATA PENGANTAR........................................................................vii
DAFTAR ISI......................................................................................viii
DAFTAR TABEL ..............................................................................x
DAFTAR BAGAN .............................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................3
1.4 Ruang Lingkup......................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................5
1.6 Metodelogi dan Tehnik Memperoleh Data.............................6
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan Teori Medis Masa Nifas..........................................8
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan ........................................68
2.3 Landasan Hukum Wewenang Bidan......................................85
BAB III STUDI KASUS
3.1 Pengkajian .........................................................................86
3.2 Matriks..............................................................................89
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian............................................................................96
4.2 Interprestasi Data .................................................................110
4.3 Diagnosa Potensial...............................................................114
4.4 Antisipasi Masalah...............................................................115
4.5 Perencanaan .........................................................................116
4.6 Pelaksanaan..........................................................................119
4.7 Evaluasi ...............................................................................126
viii
9. 9
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan...............................................................................129
5.2 Saran ....................................................................................130
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
10. 10
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sistem Perkembangan Pulmonal............................................16
Tabel 2.2 Penilaian dengan sigtuna skor................................................52
Tabel 2.3 Penilaian Apgar ........................................................................52
Tabel 2.4 Lama persalinan pada primigravida dan multigravida..............73
Tabel 3.1 Matriks..................................................................................89
x
11. 11
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Manajemen Bayi Baru Lahir..................................................25
Bagan 2.2 Manajemen Bayi Baru Lahir..................................................26
Bagan 2.3 Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir....................................53
xi
12. 12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat izin penelitian
Lampiran 2 : Surat balesan
Lampiran 3 : Jadwal penelitian
Lampiran 4 : Dokumentasi
Lampiran 5 : Lembar konsul
xii
13. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahunnya kira-kira 3%
(3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini
kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak
57% meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit
terdapat satu bayi meninggal. Penyebab kematian BBL di indonesia adalah
BBLR 29%, Asfiksia 27%, trauma lahir, Tetanus Neonatorum, infeksi lain
dan kelainan kongenital (Wiknjosastro, 2008;h.143).
Angka kematian bayi (AKB) di provinsi lampung berdasarkan hasil Survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2012 trendnya
menunjukkan kecenderungan menurun yaitu dari 55 per 1000 Kelahiran
Hidup tahun 2002 menjadi 30 per 1000 Kelahiran Hidup tahun 2012. Angka
ini bila dibandingkan dengan target dari MDGs tahun 2015 sebesar 23 per
1.000 Kelahiran Hidup maka masih perlu kerja keras untuk mencapainya.
Kematian bayi terbesar terjadi pada masa bayi perinatal (0-6 hari), diikuti
kematian pada masa bayi neonatal (7-28 hari), dan masa bayi (>28 hari - <1
tahun). Penyebab kematian bayi perinatal dan neonatal di Provinsi Lampung
tahun 2012 pada dua terbesar disebabkan oleh BBLR dan Asfiksia (Profil
kesehatan provinsi lampung, 2012)
14. 2
Angka kematian bayi (AKB) di indonesia masih tinggi, penyebab utamanya
yaitu kejadian asfiksia neonatorum. Menurut data Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 angka kematian bayi sebesar 32
kematian/1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi ini sebanyak 47%
meninggal pada masa neonatal, setiap lima menit terdapat satu neonatus
meninggal. Adapun penyebab langsung kematian bayi baru lahir 29%
disebabkan berat bayi lahir rendah (BBLR), asfiksia 13%, tetanus 10%,
masalah pemberian makan 10%, infeksi 6,7%, gangguan hematologik 5%,
dan lain-lain 27%. Untuk periode lima tahun sebelum survei, angka kematian
bayi hasil SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup. sama
dengan pola SDKI 2007, lebih dari tiga perempat dari semua kematian balita
terjadi dalam tahun pertama kehidupan anak dan mayoritas kematian bayi
terjadi pada periode neonatus (SDKI, 2012)
Sedangkan di Kota Bandar Lampung, tren kematian bayi dan balita tahun
2011 yaitu 179 kasus kematian atau 9 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab
terbesar pada kelompok umur perinatal (0-7 hari) adalah asfiksia yaitu besar
51,18%, BBLR sebesar 25,98% dan lain-lain sebesar 22.83% seperti
ikterik,anancephalitis, kelainan jantung bawaan, atresia ani, cacat bawaan,
postgastrochizis, palatoskizis, respiratory distress (Dinkes kota, 2011).
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan
mengalami asfiksia setelah persalinan. Masalah ini mungkin saling berkaitan
15. 3
dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah
persalinan (Wiknjosastro, 2008;h.144).
Dari hasil prasurvey pada tanggal 04 April 2015 diBPS Ketut Dani, S.ST
Bandar Lampung, terdapat seorang ibu primigravida dalam keadaan inpartu,
dan karena pentingnya peran bidan dalam memberikan asuhan pada bayi baru
lahir dengan asfiksia, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan
Kebidanan pada Bayi Baru Lahir terhadap By.Ny.H Segera Setelah Lahir
dengan asfiksia diBPS Ketut Dani, S.ST Bandar Lampung Tahun 2015”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam studi kasus
ini adalah “Bagaimana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap Bayi
Ny. H segera setelah lahir dengan asfiksia di BPS Ketut Dani, S.ST Bandar
lampung tahun 2015”?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap
Bayi Ny. H segera setelah lahir dengan asfiksia diBPS Ketut Dani,
S.ST Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mampu melakukan pengkajian data pada bayi baru lahir
terhadap Bayi Ny.H segera setelah lahir dengan Asfiksia
diBPS Ketut Dani, S.ST Bandar Lampung Tahun 2015.
16. 4
1.3.2.2 Mampu menentukan interpretasi data pada bayi baru lahir
terhadap Bayi Ny.H segera setelah lahir dengan Asfiksia
diBPS Ketut Dani, S.ST Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.3 Mampu menentukan diagnosa potensial pada bayi baru lahir
terhadap Bayi Ny.H segera setelah lahir dengan Asfiksia
diBPS Ketut Dani, S.ST Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.4 Mampu melakukan antisipasi atau tindakan segera pada bayi
baru lahir terhadap Bayi Ny. H segera setelah lahir dengan
Asfiksia diBPS Ketut Dani, S.ST Bandar Lampung Tahun
2015.
1.3.2.5 Mampu merencanakan asuhan yang menyeluruh pada bayi
baru lahir terhadap Bayi Ny.H segera setelah lahir dengan
Asfiksia diBPS Ketut Dani, S.ST Bandar Lampung tahun
2015.
1.3.2.6 Mampu melaksanakan perencanaan secara efisien pada bayi
baru lahir terhadap Bayi Ny.H segera setelah lahir dengan
Asfiksia diBPS Ketut Dani, S.ST Bandar lampung tahun
2015.
1.3.2.7 Mampu mengevaluasi asuhan yang diberikan pada bayi baru
lahir terhadap Bayi Ny.H segera setelah lahir dengan Asfiksia
diBPS Ketut Dani, S.ST Bandar Lampung Tahun 2015.
17. 5
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Sasaran
Bayi Ny.H segera setelah lahir dengan asfiksia.
1.4.2 Lokasi
Tempat pelaksanaan diBPS Ketut Dani, S.ST Bandar Lampung.
1.4.3 Waktu
Pelaksanaan asuhan dalam Karya Tulis Ilmiah ini dilaksanakan
pada tanggal 04 April 2015.
1.5 Manfaat Penulisan
1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai dokumen dan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian
selanjutnya, dan menambah referensi yang dapat digunakan untuk
penelitian berikutnya khususnya yang menyangkut asuhan bayi
baru lahir dengan Asfiksia.
1.5.2 Bagi Lahan Praktek
Dapat dijadikan sebagai gambaran informasi serta bahan untuk
meningkatkan manajemen asuhan yang diterapkan dan penanganan
asfiksia.
1.5.3 Bagi Masyarakat
Untuk meningkatkan pengetahuan pasien/klien tentang bayi baru
lahir khususnya mengenai pengetahuan tentang asuhan yang baik
pada bayi baru lahir.
18. 6
1.5.4 Bagi Penulis
Menerapkan secara langsung ilmu yang didapat selama perkuliahan
mengenai manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan asfiksia ringan sesuai prosedur. Serta dapat memberikan
manfaat bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan, wawasan
dan pengalaman, serta menjadi bekal nanti apabila telah terjun
kelapangan.
1.6 Metodologi dan Teknik Memperoleh Data
1.6.1 Metodologi Penelitian
Survei deskriptif dilakukan terhadap sekumpulan objek yang
biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk
kesehatan) yang terjadi didalam suatu populasi tertentu. Survey
deskriptif juga dapat didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang
terjadi di dalam masyarakat.
1.6.2 Teknik Memperoleh Data
1.6.2.1 Data Primer
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan
untuk mengumpulkan data, dimana peneliti
mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan
dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau
19. 7
bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang
tersebut(face to face) (Notoatmodjo, 2012;h.35-36,
139).
Anamnesa dilakukan dengan cara :
1) Allo anamnesa
Anamnesis yang dilakukan kepada keluarga pasien
untuk memperoleh data tentang pasien, hal ini
dilakukan pada keadaan darurat ketika pasien tidak
memungkinkan lagi untuk memberikan data yang
akurat (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010;h.220).
b. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir, dilakukan dalam
dua tahap. Pertama pengkajian segera setelah lahir, dan
yang kedua pengkajian keadaan fisik (Muslihatun,
2010;h.28).
20. 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TINJAUAN TEORI MEDIS
2.1.1 Bayi Baru Lahir
2.1.1.1 Pengertian Bayi baru lahir
Bayi Baru Lahir disebut juga dengan neonatus merupakan
individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami
trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri
dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Bayi baru
lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42
minggu dan berat badanya 2.500-4.000 gram (Dewi, 2010;h.1).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan
37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram
sampai dengan 4000 gram (Sondakh, 2013;h.150).
Yang dimaksud dengan Bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina
tanapa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu
sampai 42 minggu, dengan berat badan 2500 – 4000 gram,
nilai afgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah dan Yulianti,
2010;h.2).
21. 9
2.1.1.2 Ciri-ciri bayi baru lahir normal
a. Lahir aterm antara 37 – 42 minggu.
b. Berat badan 2500 – 4000 gram.
c. Panjang badan 48 – 52 cm.
d. Lingkar dada 30 – 38 cm.
e. Lingkar kepala 33 – 35 cm.
f. Lingkar lengan 11 – 12cm.
g. Frekuensi denyut jantung 120 – 160 x/menit.
h. Pernafasan ±40 – 60 x/menit.
i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan
yang cukup.
j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya
telah sempurna.
k. Kuku agak panjang dan lemas.
l. Nilai APGAR >7.
m.Gerakan aktif.
n. Bayi langsung menangis kuat.
o. Reflek rooting (mencari puting susu dengan rangsangan
taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbetuk dengan
baik.
p. Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan
baik.
22. 10
q. Reflek morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah
terbentuk dengan baik.
r. Reflek grasping (menggenggam) sudah baik.
s. Genetalia
1) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang
berada pada skrotum dan penis berlubang.
2) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina
dan uretra yang berlubang serta adanya labia minora
dan mayora
t. Eliminasi yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam
24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.
2.1.1.3 Tahapan Bayi Baru Lahir
a. Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit
pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring
apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan
ibu.
b. Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas pada tahap II
dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap
adanya perubahan perilaku.
c. Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan
setelah 24 jam pertama yag meliputi pemeriksaan seluruh
tubuh.
23. 11
2.1.1.4 Asuhan Kebidanan pada BBL Normal
a. Cara memotong tali pusat
1) Menjepit tali pusat dengan klem dengan jarak 3 cm dari
pusat, lalu mengurut tali pusat kearah ibu dan memasang
klem ke-2 dengan jarak 2 cm dari klem.
2) Memegang tali pusat diantara 2 klem dengan
menggunakan tangan kiri (jari tengah melindungi tubuh
bayi) lalu memotong tali pusat diantara 2 klem.
3) Mengikat tali pusat dengan jarak ± 1cm dari umbilikus
dengan simpul mati lalu mengikat balik tali pusat dengan
simpul mati. Untuk kedua kalinya bungkus dengan kasa
steril, lepaskan klem pada tali pusat, lalu memasukanya
dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%.
4) Membungkus bayi dengan kain bersih dan
memberikanya kepada ibu.
b. Mempertahankan suhu tubuh BBL dan mencegah hipotermi.
1) Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir.
Kondisi bayi lahir dengan tubuh basah karena air
ketuban atau aliran udara melalui jendela/pintu yang
terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan yang
akan mengakibatkan bayi lebih cepat kehilangan suhu
tubuh. Hal ini akan mengakibatkan serangan dingin (cold
stress) yang merupakan gejala awal hipotermi. Bayi
24. 12
kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala
mengigil oleh karena kontrol suhunya belum sempurna.
2) Untuk mencegah terjadinya hipotermi, bayi yang baru
lahir harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan
kain kering kemudian diletakkan telungkup diatas dada
ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.
3) Menunda memandikan BBL sampai suhu tubuh bayi
stabil. Pada BBL cukup bulan dengan berat badan lebih
dari 2.500 gram dan menangis kuat bisa dimandikan ±
24 jam setelah kelahiran dengan tetap menggunakan air
hangat. Pada BBl beresiko yang berat badanya kurang
dari 2.500 gram atau keadaannya sangat lemah sebaiknya
jangan dimandikan sampai suhu tubuhnya stabil dan
mengisap ASI dengan baik.
4) Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Ada empat cara yang membuat bayi kehilangan panas,
yaitu melalui radiasi, evaporasi, konduksi dan konveksi
2.1.1.5 Bayi Baru Lahir Bermasalah
a. Prisip asuhan BBL
Sebelum memberikan asuhan pada bayi baru lahir,
sebaiknya bidan mengkaji hal-hal berikut.
1) Apakah bayi dilahirkan oleh ibu yang mengalami
komplikasi dalam persalinan?
25. 13
2) Apakah bayi mempunyai kondisi/masalah yang harus
ditangani
3) Apakah kondisi ibu memungkinkan merawat bayi
secara penuh,sebagian, atau tidak sama sekali?
b. Masalah yang perlu tindakan segera dalam 1 jam
1) Tidak bernafas/sulit bernafas
2) Sianosis/ kebiruan dan sukar bernafas
3) Bayi berat lahir rendah (BBLR) < 2.500 gram
4) Letargi
5) Hipotermi (Suhu < 360
C)
6) Kejang
7) Diare
8) Obstipasi
9) Infeksi
2.1.1.6 Kelainan- Kelainan Pada Bayi Baru Lahir
a. Labioskizis dan labiopalatoskizis
b. Atresia esofagus
c. Atresia rekti dan anus
d. Hischprung
e. Obstruksi billiaris
f. Omfalokel
g. Hernia diafragmatika
h. Meningokel, ensefalokel
26. 14
i. Hidrosefalus
j. Fimosis
k. Hipospadia
2.1.1.7 Trauma Pada Bayi Baru Lahir
Trauma ini bisa disebabkan oleh makrosomia, prematur,
chepalo pelvic disporpotion (CPD), distosia, persalinan lama,
presentasi abnormal, dan persalinan dengan tindakan (vaccum
dan forceps). Trauma atau cidera pada bayi baru lahir dapat
dibedakan menjadi :
a. Cidera kepala (Kaput suksedaneum, sefal hematoma, dan
perdarahan intrakranial)
b. Cidera leher dan bahu (fraktur klavikula dan brakial palsi)
c. Cidera intraabdomen (perdarahan dihati, limpa, atau
kelenjar adrenal).
2.1.1.8 Neonatus Beresiko Tinggi
a. Asfiksia neonatorum
Suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir sehingga bayi tidak
dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan
zat asam arang dari tubuhnya.
b. Perdarahan tali pusat
Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul karena
trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau
27. 15
kegagalan proses pembentukan trombus normal. Selain itu
perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagai petunjuk
adanya penyakit pada bayi.
c. Kejang neonatus
Kejang pada neonatus bukanlah suatu penyakit, namun
merupakan suatu gejala penting akan adanya penyakit lain
sebagai penyebab kejang atau adanya kelainan susunan
saraf pusat.
2.1.1.9 Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus
a. Sistem pernafasan
Berikut adalah tabel mengenai perkembangan sistem
pulmonal sesuai dengan usia kehamilan.
Tabel 2.1
Sistem perkembangan pulmonal
Usia kehamilan Perkembangan
24 Hari Bakal paru-paru terbentuk
26-28 Hari Kedua bronkus membesar
6 Minggu Segmen bronkus terbentuk
12 Minggu Lobus terdiferensiasi
24 Minggu Alveolus terbentuk
28 Minggu Surfaktan terbentuk
34-36 Minggu Struktur paru matang
28. 16
Ketika struktur matang, ranting paru-paru sudah bisa
mengembangkan sistem alveoli. Selam dalam uterus, janin
mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta
dan setelah bayi lahir, pertukara gas harus melalui paru-
paru bayi.
Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi karena
beberapa hal berikut.
1) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan
lahir (stimulasi mekanik).
2) Penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 merangsang
kemoreseptor yang terletak disinus karotikus
(stimulasi kimiawi).
3) Rangsangan dingin didaerah muka dan perubahan
suhu didalam uterus (stimulasi sensorik).
4) Refleks deflasi Hering Breur
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam
waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi
pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli,
selain karna adanya surfaktan, juga karena adanya
tarikan nafas dan pengeluaran nafas dengan merintih
sehingga udara bisa tertahan didalam. Cara neonatus
bernafas dengan cara bernafas difragmatik dan
abdominal, sedangkan untuk frekuesi dan dalamnya
bernafas belum teratur. Apabila surfaktan berkurang,
maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku,
29. 17
sehingga terjadi atelektasis. Dalam kondisi seperti ini
(anoksia), neonatus masih dapat mempertahankan
hidupnya karena adanya kelanjutan metabolisme
anaerobik.
b. Peredaran darah
Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari plasenta
melalui vena umbilikalis lalu sebagian kehati dan sebagian
lainnya langsung keserambi kiri jantung, kemudian dibilik
kiri jantung. Dari bilik kiri darah dipompa melalui aorta
keseluruh tubuh, sedangkan yang dari bilik kanan darah
dipompa sebagian keparu dan sebagian melalui duktus
arteriosus keaorta.
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan
mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang
diikuti dengan menurunya tekanan pada jantung kanan.
Kondisi ini menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar
dibandingkan dengan tekanan jantung kanan, dan hal
tersebutlah yang membuat foramen ovale secara
fungsional menutup.hal ini terjadi pada jam jam pertama
setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun
dan tekanan dalam aorta desenden naik dan juga karena
rangsangan biokimia (paO2 yang naik) serta duktus
30. 18
arteriosus yang berobliterasi. Halini terjadi pada hari
pertama :
Aliran darah paru pada hari pertama kehidupan adalah 4-5
liter per menit/m2
. Aliran darah sistolik pada hari pertama
rendah yaitu 1,96 liter/menit/m2
dan bertambah pada hari
kedua dan ketiga (3,54 liter/m2
) karena penutupan duktus
arteriosus. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi
oleh jumlah darah yang melalui transfusi plasenta yang
pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian
naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.
c. Suhu tubuh
Empat kemungkinan yang dapat menyebabkan bayi baru
lahir kehilangan panas tubuhnya.
1) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi kebenda sekitarnya
yang kontak langsung dengan tubuh bayi
(pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain
melalui kontak langsung). Sebagai contoh, konduksi
bisa terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas
timbangan, memegang bayi saat tangan dingin, dan
menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan
BBL.
31. 19
2) Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udar sekitarnya yang
sedang bergerak (jumlah panas yang hilang
bergantung pada kecepatan dan suhu udara). Sebagai
contoh, konveksi dapat terjadi ketika membiarkan
atau menempatkan BBL dekat jendela, atau
membiarkan BBL diruangan yang terpasang kipas
angin.
3) Radiasi
Panas dipancarkan dari BBl keluar tubuhnya
kelingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas
antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda).
Sebagai contoh, membiarkan BBL dalam ruangan AC
tanpa diberikan pemanas (radiant warmer),
membiarkan BBL dalam keadaan telanjang, atau
menidurkan BBL berdekatan dengan ruangan yang
dingin (dekat tembok).
4) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang
bergantung pada kecepatan dan kelembapan udara
(perpindahan panas dengan cara mengubah cairan
menjadi uap). Evaporasi ini dipengaruhi oleh jumlah
panas yang dipakai, tingkat kelembapan udara, dan
32. 20
aliran udara yang melewati. Apabila BBL dibiarkan
dalam suhu kamar 25 0
C maka bayi akan kehilangan
panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi yang
besarnya 200 kg/BB, sedangkan yang dibentuk hanya
sepersepuluhnya saja. Agar dapat mencegah
terjadinya kehilangan panas pada bayi, maka lakukan
hal berikut.
a) Keringkan bayi secara seksama.
b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih
yang kering dan hangat.
c) Tutup bagian kepala bayi.
d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui
bayinya.
e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi
baru lahir.
f) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.
d. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari
tubuh orang dewasa, sehingga metabolisme basal per kg
beratbadan akan lebih besar. Oleh karena itulah, BBL
harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga
energi dapat diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan
lemak. pada jam-jam pertama kehidupan, energi
33. 21
didapatkan dari perubahan karbohidrat. Pada hari kedua,
energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapat
susu, sekitar dihari keenam energi diperoleh dari lemak
dan karbohidrat yang masing-masing sebesar 60 dan 40%.
e. Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Tubuh BBL mengandung relatif banyak air. Kadar natrium
juga relatif lebih besar dibandingan dengan kalium karena
ruangan ekstraseluler yang luas. Fungsi ginjal belum
sempurna karena:
1) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa
2) Ketidakseimbangan luas permukaan glomelurus dan
volume tubulus proksimal
3) Renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan
dengan orang dewasa.
f. Imunoglobulin
Plasenta merupakan sawar, sehingga fetus bebas dari
antigen dan stress imunologis. Pada BBL hanya terdapat
gamaglobulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat
berpindah malalui plasenta karena berat molekulnya kecil.
Akan tetapi, bila da infeksi yang dapat melalui plasenta
(lues, toksoplasma, herpes simpleks dll) reaksi imunologis
dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma serta
antibodi gama A, G, dan M.
34. 22
g. Traktus digestivus
Traktus digestivus relatif lebih berat danlebih panjang
dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonatus traktus
digestivus mengandung zat berwarna hitam kehijauan
yang terdiri atas mukopolisakarida atau disebut juga
dengan mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya pada
10 jam pertama kehidupan dan dalam 4 hari setelah
kelahiran biasanya feses sudah berbentuk dan berwarna
biasa. Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah
terdapat pada neonatus, kecuali enzim amilase pankreas.
h. Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia
dan morfologis yang berupa kenaikan kadar protein dan
penurunan kadar lemak serta glikogen. Sel hemopoetik
juga mulai berkurang, walaupun dalam waktu yang agak
lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru
lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum
sempurna. Contohnya pemberian obat kloramfenikol
dengan dosis lebih dari 50 mg/kgBB/hari dapat
menimbulkan grey baby syndrome.
35. 23
i. Keseimbangan asam basa
Tingkat keasaman (PH) darah waktu lahir umumnya
rendah karena glikolisis anaerobik. Namun, dalam 24
jam, neonatus telah mengompensasi asidosis ini (Dewi,
2010;h.2-15)
2.1.1.10 Penanganan dan Perilaku Bayi Baru Lahir
a. Refleks
Refleks, yaitu gerakan yang terjadi secara otomatis dan
spontan tanpa disadari pada bayi normal.
(Rukiyah dan Yulianti, 2010;h.62).
a) Glabelar reflex
Merupakan respons terhadap cahaya terang yang
mengindikasikan normalnya saraf optik.
b) Rooting reflex
Merupakan reflex bayi yang membuka mulut atau
mencari putting saat akan menyusui.
c) Sucking reflex
Yang dilihat pada waktu bayi menyusu.
d) Tonick neck reflex
Letakkan bayi dalam posisi terlentang, putar kepala
kesatu sisi dengan badan ditahan, ekstremitas
terekstensi pada sisi kepala yang diputar, tetapi
ekstremitas pada sisi lain fleksi. Padakeadaan
36. 24
normal, bayi akan berusaha untuk mengembalikan
kepala ketika diputar kesisi pengujian saraf asesori.
e) Grasping reflex
Normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat
saat pemeriksaan meletakkan jari telunjuk pada
palmar yang ditekan dengan kuat.
f) Moro reflex
Tangan pemeriksa menyangga pada punggung
dengan posisi 45 derajat dalam keadaan rileks kepala
dijatuhkan 10 derajat. Normalnya akan terjadi
abduksi sendi bahu dan ekstensi lengan.
g) Walking reflex
Bayi akan menunjukkan respon berupa gerakan
berjalan dan kaki akan bergantian dari fleksi ke
ekstensi.
h) Babinsky reflex
Dengan menggores telapak kaki, dimulai dari tumit
lalu gores pada sisi lateral telapak kaki kearah atas
kemudian gerakkan jari sepanjang telapak kaki
(Dewi, 2010;h.25).
i. Swallowing Reflex
Dimana ASI di mulut bayi mendesak otot di daerah
mulut dan faring sehingga mengaktifkan reflek
37. 25
menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung
(Rukiyah dan Yulianti, 2010;h.63).
Bagan 2.1
Manajemen Bayi Baru Lahir
Bagan 2.2
Persiapan
Penilaian:
1. Apakah bayi cukup bulan ?
2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
3. Apakah bayi menangis atau bernafas ?
4. Apakah tonus otot bayi baik ?
Bayi cukup
bulan, ketuban
jernih,
menangis atau
bernafas, tonus
otot baik.
Air ketuban
bercampur
mekonium.
bayi tidak cukup
bulan, dan atau tidak
menangis atau tidak
bernafas atau megap-
megap dan atau tonus
otot tidak baik.
A
Manajemen
Bayi Baru
Lahir
C
Manajemen
Air Ketuban
Bercampur
Mekonium
B
Manajemen Asfiksia
Bayi Baru Lahir
38. 26
Bagan 2.2
Manajemen bayi baru lahir normal
Sumber (Wiknjosastro, 2008;h.125-126).
2.1.1.11 Karakter fisis
a. Kulit, pada neonatus preterm tampak tipis dan transparan,
dengan vena menonjol diabdomen pada awal masa
kehamilan. Saat masa kelahiran semakin dekat, kulit tampak
buram karena peningkatan jaringan subkutan. Hilangnya
pelindung verniks kaseosa meningkatkan deskuamasi kulit
(pengelupasan).
Penilaian
1. Bayi cukup bulan
2. Air ketuban jernih, tidak bercampur
mekoneum
3. Bayi menangis atau bernapas
4. Tonus otot baik
Asuhan Bayi Baru Lahir
1. Jaga kehangatan
2. Bersihkan jalan napas (bila perlu)
3. Keringkan dan tetap jaga kehangatan
4. Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit
setelah lahir
5. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini dengan cara kontak kulit bayi dengan
kulit ibu
6. Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata
7. Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha kiri
anterolateral setelah Inisiasi Menyusu Dini
8. Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 ml intramuskular, di paha kanan
anterolateral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin
K1
39. 27
b. Lanugo, sejumlah rambut berwarna terang, yang menutupi
permukaan, jumlahnya berkurang seiring peningkatan usia
gestasi. Jumlah lanugo paling banyak pada minggu ke-28
sampai ke-30 dan kemudian menghilang, mula-mula timbul
didaerah wajah kemudian ke daerah dada dan ekstremitas.
c. Telapak kaki (lipatan kaki), perlu dikaji pada 12 jam
kelahiran karena setelah itu kulit kaki mulai mengering, dan
lipatan permukaan menghilang. Perkembangan lipatan kaki,
dan terus menuju kebawah sampai tumit.
d. Areola, diinspeksi dan pucuk jaringan mammae dapat
dipalpasi dengan lembut untuk menentukan ukuran.
e. Bentuk telinga dan kartilago, berubah sejalan masa gestasi.
Pada minggu ke-36 beberapa kartilago dan pinna atas yang
tidak tertutup, dan pinna yang dapat membuka kembali
secara perlahan ketika dilipat.
f. Genital, berubah penampakanya selama masa gestasi,
karena sejumlah lemak subkutan tampak (Ladewig et.all,
2006;h.158-161).
2.1.1.12 Penampilan pada Bayi Baru Lahir
a. Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling, perlu dikurangi
rangsangan terhadap reaksi rayuan, rangsangan sakit, atau
suara keras yang mengejutkan atau suara mainan.
40. 28
b. Keaktifsan, bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan
yang simetris pada waktu bangun. Adanya tremor pada
bibir, kaki, dan tangan pada waktu menangis adalah normal,
tetapi bila hal ini terjadi pada waktu tidur, kemungkinan
gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut.
c. Simetris, apakah secara keseluruhan badan seimbang;
kepala: apakah terlihat simetris, benjolan seperti tumor yang
lunak di belakang atas yang menyebabkan kepala tampak
lebih panjang ini disebabkan akibat proses kelahiran,
benjolan pada kepala tersebut hanya dapat dibelahan kiri
atau kanan saja, atau di sisi kiri atau kanan tetapi tidak
melampaui garis tengah bujur kepala, pengukuran lingkar
kepala dapat ditunda sampai kondisi benjol (capput
sucsedenaum) dikepala hilang dan terjadi moulase, tunggu
hingga kepala bayi kembali pada bentuknya semula.
d. Muka dan wajah: bayi tampak ekspresi; mata; perhatikan
kesimetrisan antara mata kanan dan kiri, perhatikan adanya
tanda-tanda perdarahan berupa bercak merah yang akan
hilang dalam waktu 6 minggu.
e. Mulut: penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu
seperti mulut ikan, tidak ada tanda kebiruan pada mulut
bayi, saliva tidak terdapat pada bayi normal, bila terdapat
41. 29
secret yang berlebihan kemungkinan ada kelainan bawaan
saluran cerna.
f. Leher, dada, abdomen: melihat adanya cedera akibat
persalinan; perhatikan ada tidaknya kelainan pada
pernafasan bayi, karena bayi biasanya masih ada pernafasan
perut.
g. Punggung : adanya benjolan atau tumor atau tulang
punggung dengan lekukan yang kurang sempurna: bahu,
tangan, sendi, tungkai: perlu diperhatikan bentuk,
gerakannya, fraktur (bila ekstremitas lunglai/kurang gerak),
varices.
h. Kulit dan kuku : dalam keadaan normal kulit berwarna
kemerahan, kadang-kadang didapatkan kulit mengelupas
ringan, pengelupasan yang berlebihan harus dipikirkan
kemungkinan adanya kelainan, waspada timbulnya kulit
dengan warna yang tak rata (“cutis marmorata”) ini dapat
disebabkan karena temperatur dingin, telapak tangan,
telapak kaki, atau kuku yang menjadi biru, kulit menjadi
pucat dan kuning, bercak-bercak besar biru yang sering
terdapat disekitar bokong (Mongolian Spot) akan
menghilang pada umur 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun.
i. Kelancaran menghisap dan pencernaan: harus perhatikan:
tinja dan kemih: diharapkan keluar dalam 24 jam pertama.
42. 30
Waspada bila terjadi perut yang tiba-tiba membesar, tanpa
keluarnya tinja disertai muntah, dan mungkin dengan kulit
kebiruan, harap segera konsultasi untuk pemeriksaan lebih
lanjut, untuk kemungkinan Hischprung/Congenital
Megacolon;
j. Refleks : refleks rooting, bayi menoleh ke arah benda yang
menyentuh pipi; Refleks isap, terjadi apabila terdapat benda
menyentuh bibir, yang disertai refleks menelan; Refleks
morro ialah timbulnya pergerakan tangan yang simetris
seperti merangkul apabila kepala tiba-tiba digerakan;
Refleks mengeluarkan lidah terjadi apabila diletakan benda
didalam mulut, yang sering ditafsirkan bayi menolak
makanan/minuman.
k. Berat badan : sebaiknya tiap hari dipantau penurunan berat
badan lebih dari 5% berat badan waktu lahir, menunjukan
kekurangan cairan.
2.1.1.13 Penilaian bayi untuk tanda-tanda kegawatan
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda
kegawatan/kelainan yang menunjukkan suatu penyakit. Bayi
baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah-salah satu
atau beberapa tanda antara lain: sesak nafas, frekuensi
pernapasan 60x/menit, gerah retraksi didada, malas minum,
panas atau suhu badan bayi rendah, kurang aktif, berat lahir
43. 31
rendah (500-2500gram) dengan kesulitan minum (Rukiyah
dan Yulianti, 2010;h.3-5).
2.1.1.14 Penilaian bayi baru lahir
Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan
kering yang disiapkan pada perut bawah ibu. Segera lakukan
penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan :
a. Apakah bayi cukup bulan ?
b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
c. Apakah bayi menangis atau bernafas?
d. Apakah tonus otot bayi baik ?
Jika bayi tidak cukup bulan dan atau air ketuban bercampur
mekonium dan atau tidak menangis atau tidak bernafas atau
megap-megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan langkah
resusitasi.
Dalam bagan alur manajemen bayi baru lahir dapat dilihat alur
penatalaksanaan BBL mulai dari persiapan, cara penilaian dan
membuat keputusan serta alternatif tindakan apa yang sesuai
dengan hasil penilaian keadaan BBL. Untuk BBL yang
langsung menangis atau bernafas spontan dan teratur dilakukan
asuhan BBL normal (Wiknjosastro, 2008;h.120).
44. 32
2.1.1.15 Inisiasi Menyusu Dini
Untuk mempererat ikatan batin antara ibu-anak, setelah
dilahirkan sebaiknya bayi langsung diletakkan di dada ibunya
sebelum bayi itu dibersihkan. Sentuhan kulit dengan kulit
mampu menghadirkan efek psikologis yang dalam diantara ibu
dan anak. Penelitian membuktikan bahwa ASI eksklusif selama
6 bulan memang baik bagi bayi. Naluri bayi akan
membimbingnya saat baru lahir. Percayakah anda, satu jam
pertama setelah bayi dilahirkan, insting bayi membawanya
untuk mencari puting sang bunda. Perilaku bayi tersebut
dikenal dengan istilah Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Pada jam pertama si bayi menemukan payudara ibunya, ini
adalah awal hubungan menyusui yang berkelanjutan dalam
kehidupan antara ibu dan bayi menyusu. Setelah IMD
dilanjutkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan
diteruskan hingga dua tahun. Berdasarkan penelitian, Jika bayi
yang baru lahir dipisahkan dengan ibunya, maka hormon stres
akan meningkat 50%. Otomatis, hal itu akan menyebabkan
kekebalan atau daya tahan tubuh bayi menurun.
Jika dilakukan kontak antara kulit ibu dan bayi, maka hormon
stres akan kembali turun sehingga bayi menjadi lebih tenang,
tidak stres, pernapasan dan detak jantungnya lebih stabil.
Sentuhan, hisapan, dan jilatan bayi pada puting ibu selama
45. 33
proses IM sehingga membantu pengeluaran plasenta dan
mengurangi perdarahan pada ibu. Sentuhan dari bayi juga
merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang,
rileks, dan mencintai bayi, serta merangsang pengaliran ASI
dari payudara. Secara alamiah, proses inisiasi menyusu dini
akan mengurangi rasa sakit pada ibu. Selain itu, bayi juga
dilatih motoriknya pada saat proses tersebut.
Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini, yaitu diantaranya :
1. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi saat
melahirkan;
2. Hindari penggunaan obat kimiawi dalam proses
persalinan;
3. Segera keringkan bayi tanpa menghilangkan lapisan lemak
putih (verniks);
4. Dalam keadaan ibu dan bayi tidak memakai baju,
tengkurapkan bayi didada atau perutibu agar terjadi
sentuhan kulit ibu dan bayi dan kemudian selimuti kedua
agar tidak kedinginan;
5. Anjurkan ibu memberikan sentuhan kepada bayi untuk
merangsang bayi mendekati putting;
6. Biarkan bayi bergerak sendiri mencari puting susu ibunya;
7. Biarkan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu
selama minimal satu jam walaupun proses menyusu
46. 34
hingga 1 jam, biarkan bayi berada didada ibu sampai
proses menyusu pertama selesai;
8. Tunda tindakan lain seperti menimbang, mengukur, dan
memberikan suntikan vitamin K1 sampai proses menyusu
pertama selesai;
9. Proses menyusu dini dan kontak kulit ibu dan bayi harus
diupayakan meskipun ibu melahirkan dengan cara operasi
atau tindakan lain;
10. Berikan ASI saja tanpa minuman atau cairan lain, kecuali
ada indikasi medis yang jelas (Rukiyah dan Yulianti,
2010;h.7-9).
Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini untuk Bayi:
a. Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal.
Mendapat kolostrum segera, disesuaikan dengan
kebutuhan bayi
b. Segera memberikan kekebalan pasif pada bayi.
Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi
c. Meningkatkan kecerdasan
d. Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan
hisap, telan dan napas
e. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi
f. Mencegah kehilangan panas (Wiknjosastro,
2008;h.128).
47. 35
2.1.1.16 Mencegah Kehilangan Panas
a. Keringkan bayi segera setelah lahir untuk mencegah
terjadinya evaporasi dengan menggunakan handuk atau
kain (menyeka tubuh bayi juga termasuk rangsangan taktil
untuk membantu memulai pernapasan).
b. Selimuti tubuh bayi dengan kain bersih dan hangat segera
setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat.
c. Selimuti bagian kepala karena kepala merupakam
permukaan tubuh yang relatif luas dan bayi akan dengan
cepat kehilangan panas jika tidak ditutupi.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
Sebaiknya pemberian ASI harus dalam waktu 1 jam
pertama kelahiran.
e. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat, yang paling
ideal adalah bersama dengan ibunya agar menjaga
kehangatan tubuh bayi, mendorong ibu agar segera
menyusui bayinya, dan mencegah paparan infeksi pada
bayi.
f. Jangan menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
Sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu
selimuti bayi dengan kain yang kering dan bersih. Berat
badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi dikurangi
dengan kain selimut yang digunakan. Bayi sebaiknya
48. 36
dimandikan sedikitnya 6 jam setelah lahir. Sebelum
dimandikan periksa bahwa suhu tubuh bayi stabil (suhu
aksila antara 36,5ºC-37,5ºC), jika suhu tubuh bayi masih
dibawah batas normal maka selimuti tubuh bayi dengan
longgar, tutupi bagian kepala, tempatkan bersama dengan
ibunya (skin to skin), tunda memandikan bayi sampai suhu
tubuhnya stabil dalam waktu 1 jam. Tunda juga untuk
memandikan bayi jika mengalami gangguan pernapasan.
Ruangan untuk memandikan secara cepat dengan air
bersih dan hangat. Setelah bayi dimandikan, segera
keringkan dan selimuti kembali bayi, kemudian berikan
kepada ibunya untuk disusui dengan ASI.
2.1.1.17 Profilaksis Perdarahan Bayi Baru Lahir
Semua bayi baru lahir harus diberikan Vitamin K injeksi 1
mg intramuskuler di paha kiri segera mungkin untuk
mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi
Vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru
lahir (Rukiyah dan Yulianti, 2010;h.10,14).
2.1.1.18 Pencegahan Infeksi Pada Mata
Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan
setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai
menyusu. Pencegahan infeksi tersebut menggunakan
49. 37
antibiotika Tetrasiklin 1%. Salep antibiotika harus tepat
diberikan pada waktu satu jam setelah kelahiran. Upaya
profilaksis infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih
dari satu jam setelah kelahiran.
Cara pemberian salep mata yaitu:
a. Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir).
b. Jelaskan yang akan dilakukan dan tujuan pemberian
obat tersebut.
c. Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari
bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi
menuju kebagian luar mata.
d. Ujung tabung salep mata tidak boleh menyentuh mata
bayi.
e. Jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan
menganjurkan keluarga untuk tidak menghapus obat-
obat tersebut (Wiknjosastro, 2008;h.137).
2.1.1.19 Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi
Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-
bayi. Imunisasi Hepatitis B pertama diberikan 1 jam setelah
pemberian vitamin K1, pada saat bayi berumur 2 jam.
Selanjutnya Hepatitis B dan DPT diberikan pada umur 2
bulan, 3 bulan, dan 4 bulan (Wiknjosastro, 2008;h.137).
50. 38
Imunisasi Hepatitis B-1 diberikan sedini mungkin setelah
lahir untuk memutuskan rantai trasmisi maternal ibu ke
bayi. Jadwal selanjutnya, Hepatitis B-2 diberikan dengan
interval 1 bulan dari hepatitis B-1 (saat bayi berumur 1
bulan). Untuk medapatkan respon imun optimal, Hepatitis
B-3 diberikan dengan interval minimal 2 bulan dari
hepatitis B-2 (terbaik 5 bulan).oleh karena itu, hepatitis B-3
diberikan dengan interval 2-5 bulan setelah hepatitis B-2,
yaitu pada umur 3-6 bulan. Sejak tahun 2005, Departemen
kesehatan memberikan vaksin Hepatitis B-1
monovalen/uniject saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin
kombinasi DTwP-Hepatitis B umur 2-3-4 bulan.
Pemberian hepatitis B-1 saat bayi lahir, berdasarkan status
HbsAg ibu saat melahirkan. Jika status HbsAg ibu tidak
diketahui, Hepatitis B-1 diberikan dalam 12 jam setelah
lahir, dilanjutkan pada umur 1 bulan dan antara 3-6 bulan.
Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui, dan pada
perjalanannya ternyata ibu positif HbsAg, maka dapat
diberikan HBIg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
Apabila status HbsAg ibu positif, Hepatitis B-1 diberikan
dalam waktu 24-48 jam setelah lahir bersamaan dengan
vaksin HBIg 0,5 ml (Muslihatun, 2010;h.221-222).
51. 39
2.1.1.20 Rawat Gabung
a. Definisi
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang
menyatukan ibu beserta bayinya dalam satu ruangan,
kamar, atau, suatu tempat secara bersama-sama dan tidak
dipisahkan selama 24 jam penuh dalam seharinya.
b. Tujuan dilakukannya rawat gabung yaitu:
1. Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan
setiap saat atau kapan saja saat dibutuhkan.
2. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi
yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas.
3. Ibu mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam
merawat bayinya.
4. Suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif
untuk mendukung dan membantu ibu dalam menyusui
dan merawat bayinya secara baik dan benar.
5. Ibu dan bayi mendapatkan kehangatan emosional
c. Sasaran dan Syarat
Sasaran dan syarat dilakukannya rawat gabung adalah
sebagai berikut.
1. Bayi lahir spontan, jika bayi lahir dengan tindakan
maka rawat gabung bisa dilakukan setelah bayi
cukup sehat.
52. 40
2. Bayi yang lahir secara sectio caesaria (SC) dengan
anastesi umum, rawat gabungnya pun dilakukan
setelah ibu dan bayi sadar penuh.
3. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai
APGAR minimal 7)
4. Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
5. Berat lahir 2.000-2500 g atau lebih
6. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum
7. Bayi dan ibu sehat.
Sementara itu, kondisi-kondisi bayi yang tidak
memenuhi syarat untuk dilakukannya rawat gabung
adalah sebagai berikut.
1. Bayi yang sangat prematur
2. Berat kurang dari 2.000-2500 g
3. Bayi dengan sepsis
4. Bayi dengan gangguan napas
5. Bayi dengan cacat bawaan
6. Ibu dengan infeksi berat (Dewi, 2010;h.18)
2.1.1.21 Asuhan Neonatus di Rumah
Pemberian asuhan neonatus di rumah dilakukan melalui
kunjungan bersamaan dengan kunjungan pada ibu.
Kunjungan neonatal (KN) dilakukan sejak bayi usia satu
hari sampai usia 28 hari. Kunjungan pertama (KN 1)
53. 41
dilakukan pada hari pertama hingga ke-7 bayi dilahirkan,
sedangkan kunjungan kedua (KN 2) dilakukan pada hari ke-
8 hingga hari ke-28.
Adapun tujuan dari kunjungan neonatus, yaitu melakukan
pemeriksaan ulang pada bayi baru lahir, meninjau
penyuluhan dan pedoman antisipasi bersama orang tua,
mengidentifikasi gejala penyakit, serta mendidik dan
mendukung orang tua.
a. Kunjungan Neonatus Pertama (KN1)
Kunjungan neonatus pertama dilakukan pada hari
pertama sampai ke-7 setelah kelahiran. Kunjungan
dimulai dengan wawancara singkat dengan ibu atau
ayah, tentang:
1) Riwayat maternal, riwayat kelahiran, dan
perawatan neonatus segera setelah lahir;
2) Observasi orang tua dan lakukan wawancara
tentang penyesuaian keluarga;
3) Kaji riwayat interval bayi baru lahir: pemberian
makan, kewaspadaan, menangis dan juga masalah
pada usus (intestinal). Kantong kemih, serta
masalah lainnya.
54. 42
4) Berikan penyuluhan dan pedoman antisipasi;
5) Jadwal kunjungan dalam 6-8 minggu untuk
imunisasi dan check-up lebih lanjut.
Kemudian lakukan pemeriksaan fisik dan refleks bayi,
yaitu sebagai berikut:
a) Pemeriksaan fisik meliputi pengukuran berat
badan dan panjang tubuh, serta lingkar kepala.
b) Rata-rata peningkatan berat badan bayi dalam
tiga bulan pertama adalah satu ons per hari.
c) Bayi yang disusui, peningkatan berat badannya
kurang lebih satu ons per hari. Selama 3-5 hari
pertama, berat badan bayi akan hilang 5-10 %.
Penurunan berat badan tersebut harus dicapai
kembali pada hari ke-10.
d) Tingkat kesadaran, bunyi pernapasan, dan irama
jantung.
e) Pemeriksaan refleks, bayi baru lahir mempunyai
dua kategori releks yaitu sebagai berikut:
Proprioseptik adalah stimulus yang berasal dari
dalam organisme. Reflek proprioseptik dapat
diperiksa setiap waktu, yang termasuk dalam
reflek ini adalah motorik kasar (reflek moro).
55. 43
Eksteroseptif adalah stimulus yang berasal dari
luar organisme. Reflek Eksteroseptif paling baik
di uji ketika bayi tenang dan tersadar karena
stimulasi oleh sentuhan ringan. Reflek
Eksteroseptif meliputi reflek rooting,
menggenggam, plantar, dan abdomen superfisial.
b. Kunjungan Kedua (KN2)
Kunjungan kedua dilakukan pada hari ke-8 sampai
ke-28 setelah kelahiran. Dalam kunjungan kedua
tindakan yang harus dilakukan adalah menjelaskan
rangkaian imunisasi dan mengukur kembali berat
badan dan panjang tubuh. Selain pengkajian diatas,
lakukan pengamatan apakah bayi tergolong sehat atau
tidak.
Tanda-tanda bayi sehat di antaranya:
2) Bayi lahir segera menangis;
3) Seluruh tubuh bayi kemerahan;
4) Bayi bergerak aktif;
5) Bayi bisa menghisap puting susu dengan kuat;
6) Berat lahir 2.500 gram atau lebih;
7) Setiap bulan berat badan anak bertambah
mengikuti pita hijau pada KMS;
56. 44
8) Perkembangan dan kepandaian anak bertambah
sesuai usia;
9) Anak jarang sakit, gembira, ceria, aktif, lincah,
dan cerdas.
Tanda bayi sakit berat :
1) Tidak mau menyusu;
2) Lesu atau memperlihatkan perilaku yang luar
biasa;
3) Bayi belum defekasi selama48 jam;
4) Bayi tidak berkemih dalam 24 jam pertama;
5) Suhu bayi di bawah 360
atau di atas 370
C;
6) Bagian putih mata bayi menjadi kuning dan
warna kulit tampak kuning, cokelat, atau persik;
7) Kejang;
8) Kaki dan tangan teraba dingin atau bayi demam;
9) Badan bayi kuning;
10) Tali pusat basah dan bau;
11) Gerakan kedua lengan dan kaki lemah;
12) Berat badan tidak naik;
13) Pada KMS garis pertumbuhan turun , datar,
pindah ke pita warna dibawahnya atau bawah
garis merah (BGM).
57. 45
Pada saat melakukan asuhan neonatus di rumah,
berikan konseling kepada ibu mengenai hal-hal
berikut.
1) Pemberian ASI segera setelah persalinan.
2) Berikan ASI sesering mungkin dan setiap kali
bayi menginginkan.
3) Jaga bayi agar suhunya tetap hangat.
4) Tunda memandikan bayi sekurang-kurangnya 6
jam setelah lahir.
5) Bungkus bayi dengan kain kering, ganti jika
kain/pakaian basah.
6) Bayi jangan ditidurkan ditempat dingin atau
banyak angin.
7) Jika berat lahir kurang dari 2.500 gram, dekap
bayi agar kulit bayi menempel ke dada ibu
(metode kangguru).
8) Cegah infeksi pada bayi baru lahir.
9) Beri salep mata segera setelah lahir (seperti
Eritromisin 0,5 %).
10) Beri imunisasi Hepatitis B sebelum bayi berumur
7 hari (0,5 ml/10 mcg pada paha anterolateral
kiri).
58. 46
11) Jaga agar tali pusat tetap kering dan bersih. Jika
kotor bersihkan tali pusat dengan air matang yang
sudah didinginkan.
12) Jangan bubuhi tali pusat dengan ramuan atau
bahan lain, beri rangsangan perkembangan.
13) Peluk dan timang bayi dengan penuh kasih
sayang.
14) Gantung benda bergerak warna cerah agar bayi
dapat melihat benda tersebut.
15) Ajak bayi tersenyum, bicara serta mendengarkan
musik.
16) Berikan nasihat pada ibu.
17) Ajarkan cara pemberian ASI eksklusif.
18) Menjaga bayi tetap hangat.
19) Merawat tali pusat.
20) Cara merangsang perkembangan (Yulifah dan
Yuswanto, 2012;h.93-96).
2.1.2 Asfiksia Neonatorum
2.1.2.1 Definisi
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi
baru lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat
59. 47
memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat
asam arang dari tubuhnya (Dewi, 2010;h.102).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat
bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan
O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba et.all,
2010;h.421).
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang
sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami
asfiksia setelah persalinan. Masalah ini mungkin saling
berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada
bayi selama atau sesudah persalinan (Wiknjosastro,
2008;h.144).
2.1.2.2 Pembagian serta Tanda dan Gejala
a. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis,
sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif
dengan segera. Tanda dan gejala yang yang muncul pada
asfiksiam berat adalah sebagai berikut:
1) Frekuensi jantung kecil, yaitu <40 per menit.
2) Tidak ada usaha napas
60. 48
3) Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada
4) Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.
b. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)
Pada asfiksia sedang, tanda gejala yang muncul adalah
sebagai berikut:
1) Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali
permenit
2) Usaha nafas lambat
3) Tonus otot biasanya dalam keadaan baik
4) Bayi masih bereaksi terhadap rangsangan yang
diberikan
5) Bayi tampak siannosis
c. Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul
adalah sebagai berikut:
1) Bayi tampak sianosis
2) Adanya retraksi sela iga
3) Bayi merintih
4) Adanya pernafasan cuping hidung
5) Bayi kurang aktifitas (Dewi, 2010;h.102).
Beberapa tanda dan gejala yang dapat muncul pada asfiksia
neonatorum adalah :
61. 49
1. Tidak ada pernapasan (apnea)/pernapasan lambat
(kurang dari 30 kali per menit)
Apnea terbagi atas dua yaitu :
a. Apnea primer : pernapasan cepat, denyut nadi
menurun, dan tonus neuromuskular menurun.
b. Apnea sekunder : apabila asfiksia berlanjut, bayi
menunjukkan pernapasan megap-megap yang
dalam, denyut jantung terus menurun, terlihat
lemah (pasif), dan pernapasan makin lama makin
lemah.
2. Pernapasan tidak teratur, dengkuran, atau retraksi
(perlekukan dada)
3. Tangisan lemah
4. Warna kulit pucat dan biru
5. Tonus otot lemas atau terkulai
6. Denyut jantung tidak ada atau perlahan (kurang dari
100 kali per menit) (Sondakh, 2013;h.176).
2.1.2.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi
a. Faktor Ibu
1) Preeklamsia dan eklamsia.
2) Perdarahan abnormal (plasenta prervia atau plasenta).
3) Partus lama atau partus macet.
4) Demam selama persalinan.
62. 50
5) Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).
6) Kehamilan post matur (Sesudah 42 minggu
kehamilan).
b. Faktor Bayi
1) Bayi Prematur (Sebelum 37 minggu kehamilan).
2) Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia
bahu, ektraksi vakum, forsef).
3) Kelainan kongenital.
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
c. Faktor Tali Pusat
1) Lilitan tali pusat.
2) Tali pusat pendek.
3) Simpul tali pusat.
4) Prolapsus tali pusat (Wiknjosastro, 2008;h.144).
2.1.2.4 Saat Bayi Sudah Lahir
1) Penilaian sekilas sesaat setelah bayi lahir
Sesaat setelah bayi lahir bidan melakukan penilaia
sekilas untuk kesejahteraan bayi secara umum. Aspek
yang dinilai adalah warna kulit dan tangis bayi, jika
warna kulit adalah kemerahan dan bayi dapat menangis
spontan, maka ini sudah cukup untuk dijadikan data awal
bahwa dalam kondisi baik.
63. 51
2) Menit pertama kelahiran
Pertemuan sarec di swedia tahun 1985 menganjurkan
penggunaan parameter penilaian bayi baru lahir adalah
dengan cara sederhana yang disebut dengan SIGTUNA
(SIGTUNA score), sesuai dengan nama terjadinya
konsensus. Penilaian cara ini digunakan terutama untuk
tingkat pelayanan kesehatan dasar karena hanya menilai
dua parameter yang penting, namun cukup mewakili
indikator kesejahteraan bayi baru lahir. Sesaat setelah
bayi lahir bidan memantau 2 tanda vital bayi sesuai
dengan SIGTUNA score, yaitu upaya bayi untuk
bernafas dan frekuensi jantung (dihitung selama 6 detik,
hasil dikalikan 10 sama dengan frekuensi jantung satu
menit).
Cara menentukan SIGTUNA score:
a) Nilai bayi sesaat setelah lahir (menit pertama)
dengan kriteria penilaian seperti pada tabel.
b) Jumlahkan score yang didapat.
c) Kesimpulan dari total SIGTUNA score
4 : Asfiksia riangan atau tidak asfiksia.
2-3 : Asfiksia sedang.
1 : Asfiksia berat.
0 : Bayi lahir mati/fresh stillbirth.
64. 52
Tabel 2.2 Sigtuna skor
Skor
Kriteria
2 1 0
Pernapasan Teratur Megap-Megap Tidak ada
Denyut jantung >100 <100 Tidak ada
b. Menit ke 5 sampai 10
Segera setelah bayi lahir, bidan mengobservasi keadaan
bayi dengan berpatokan pada APGAR score dari 5 menit
hingga 10 menit (Sulistyawati dan Nugraheny,
2010;h.118-119).
Tabel 2.3
Penilaian APGAR
0 1 2
Appearance
(Warna kulit)
Pucat /biru
seluruh
tubuh
Tubuh merah,
ekstremitas
biru
Seluruh tubuh
kemerahan
Pulse
(Denyut jantung )
Tidak ada < 100 > 100
Grimace
(Tonus otot)
Tidak ada Ekstremitas
sedikit fleksi
Gerakan aktif
Activity
(Aktivitas)
Tidak ada Sedikit gerak Langsung
menangis
Respiration
(Pernapasan)
Tidak ada Lemah/tidak
teratur
Menangis
Interpretasi :
1. Nilai 1-3 asfiksia berat
2. Nilai 4-6 asfiksia sedang
3. Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal) (Dewi, 2010;h.3).
65. 53
Bagan 2.3 Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir
Sumber ( Wiknjosastro, 2008;h.158).
Bayi Lahir
PENILAIAN :
Sambil meletakkan & menyelimuti bayi diatas perut ibu atau dekat
perineum, lakukan penilaian BBL :
1. Apakah bayi cukup bulan ?
2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium
3. Apakah bayi bernafas atau menangis
4. Apakah bayi aktif ?
Langkah Awal :
1. Jaga bayi tetap hangat
2. Atur posisi bayi
3. Isap lendir
4.Keringkan dan rangsang taktil
5. Reposisi
NILAI NAFAS
Bayi Bernafas Normal :
ASUHAN PASCA
RESUSITASI
1. Pemantauan
2. Pencegahan hipotermi
3. Inisiasi menyusu dini
4. Pemberian vitamin K1
5. Pencegahan infeksi
6. Pemeriksaan fisik
7. Pencatatan dan Pelaporan
Bayi tidak bernafas/bernafas megap-megap
VENTIlASI :
1. Pasang sungkup, perhatikan lekatan
2. Ventilasi 2x dengan tekanan 30cm air
3. Bila dada mengembang lakukan ventilasi 20x
dengan tekanan 20cm air selama 30 detik
Bayi Mulai Bernafas
NILAI NAFAS
Bayi tidak bernafas/Bernafas megap-megap
1. Ulangi ventilasi sebanyak 20x selama 30 detik
2. Hentikan ventilasi dan nilai kembali nafas tiap 30
detik.
3. Bila bayi tidak bernafas spontan sesudah 2 menit
resusitasi, siapkan rujukan
Bila tidak mau dirujuk & tidak berhasil
1. Sesudah 10 menit pertimbangkan
untuk menghentikan resusitasi
2. Konseling
3. Pencatatan & pelaporan
Bila dirujuk
1. Konseling
2. Lanjutkan resusitasi
3. pemantauan
4. Pencegahan hipotermi
5. Pemberian vitamin K1
6. Pencegahan infeksi
7. Pencatatan dan Pelaporan
66. 54
2.1.2.5 Penatalaksanaan Asfiksia
a. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir
1) Persiapan keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan
keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi pada ibu dan bayi dan persiapan persalinan.
2) Persiapan tempat resusitasi
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan
tempat resusitasi :
a) Gunakan ruang yang hang`at dan terang
b) Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras,
bersih, kering dan hangat misalnya meja, dipan
atau diatas lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat
pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau
pintu yang terbuka)
Keterangan:
a) Ruang yang hangat akan mencegah bayi hipotermi.
b) Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk
kemudahan pengaturan posisi kepala bayi.
c) Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60
watt atau lampu petromak. Nyalakan lampu
menjelang persalinan.
67. 55
3) Persiapan alat resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-
alat persalinan juga disiapkan alat-alat resusitasi dalam
keadaan siap pakai, yaitu :
a) Kain ke-1 untuk mengeringkan bayi.
b) Kain ke-2 untuk menyelimuti bayi.
c) Kain ke-3 untuk ganjal bahu bayi.
d) Alat penghisap lender De Lee atau Bola karet.
e) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup.
f) Kotak alat resusitasi.
g) Sarung tangan.
h) Jam atau pencatat waktu.
Keterangan:
1. Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering,
hangat dan dapat menyerap cairan misalnya handuk,
kain flannel, dll. Kalau tidak ada gunakan kain
panjang atau sarung.
2. Kain ke-3 untuk ganjal bahu. Ganjal bahu bisa
dibuat dari kain (kaos, selendang, handuk kecil),
digulung setinggi 3 cm dan bisa disesuaikan untuk
mengatur posisi kepala bayi agar sedikit tengadah.
68. 56
3. Bagian-bagian balon dan sungkup:
a) Pintu masuk udara dan tempat memasang
reservoir O2
b) Pintu masuk O2
c) Pintu keluar O2
d) Susunan katup
e) Reservoir O2
f) Katup pelepas tekanan (pop-of valve)
g) Tempat memasang manometer (bagian ini
mungkin tidak ada)
Keterangan:
1) Alat pengisap lendir Dee Lee adalah alat untuk
menghisap lender khusus untuk BBL.
2) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup
merupakan alat yang sangat penting dalam
tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan
sungkup dalam keadaan terpasang dan steril.
3) Tabung atau balon serta sungkup dan alat
penghisap lender De Lee dalam keadaan steril,
disiapkan dalam kotak alat resusitasi.
69. 57
Cara menyiapkan:
a) Kain ke-1 :
Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan
BBL yang basah oleh air ketuban segera setelah
lahir. Bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih
meletakkan bayi baru lahir diatas perut ibu,
sebelum persalinan akan menyediakan sehelai
kain diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
Hal ini dapat juga digunakan pada bayi asfiksia.
Bila tali pusat sangat pendek, bayi dapat
diletakkan didekat perineum ibu sampai tali pusat
telah diklem dan dipotong, kemudian jika perlu
lakukan tindakan resusitasi.
b) Kain ke-2 :
Fungsi kain ke-2 adalah untuk menyelimuti BBL
agar tetap kering dan hangat. Singkirkan kain ke-
1 yang basah sesudah dipakai mengeringkan bayi.
Kain ke-2 ini diletakkan diatas tempat resusitasi,
digelar menutupi tempat yang rata.
c) Kain ke-3 :
Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi
agar memudahkan dalam pengaturan posisi
kepala bayi. Kain digulung setebal kira-kira 3 cm
70. 58
diletakkan di bawah kain ke-2 yang menutupi
tempat resusitasi untuk mengganjal bahu.
d) Alat resusitasi :
Kotak alat resusitasi yang berisi alat pengisap
lender Dee Lee dan alat resusitasi tabung atau
balon dan sungkup diletakkan dekat tempat
resusitasi, maksudnya agar memudahkan diambil
sewaktu-waktu dibutuhkan untuk melakukan
tindakan resusitasi BBL.
e) Sarung tangan.
f) Jam atau pencatat waktu
2) Persiapan Diri
Lindungi dari kemungkinan infeksi dengan cara:
a) Memakai alat pelindung diri pada persalinan
(celemek, masker, penutup kepala, kaca mata dan
sepatu tertutup).
b) Lepaskan perhiasan, cincin dan jam tangan sebelum
mencuci tangan.
c) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau
dengan campuran alkohol dan gliseril.
d) Keringkan dengan kain atau tisu bersih.
71. 59
e) Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum
menolong persalinan.
2.1.2.6 Tindakan Resusitasi Bayi Baru Lahir
Bila bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernafas atau
bernafas megap-megap dan atau tonus otot tidak baik :
Sambil memulai langkah awal :
a. Beritahukan ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami
kesulitan untuk memulai pernafasannya dan bahwa anda
akan menolongnya bernafas.
b. Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk
memberi dukungan moral, menjaga ibu dan melaporkan
bila ada perdarahan.
1) Tahap I: Langkah Awal
Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Bagi
kebanyakan bayi baru lahir, 5 langkah awal dibawah ini
cukup intuk merangsang bayi bernafas spontan dan
teratur. Langkah tersebut meliputi :
a. Jaga bayi tetap hangat
1) Letakkan bayi diatas kain yang ada diatas perut
ibu
2) Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan
perut tetap terbuka, potong tali pusat
72. 60
3) Pindahkan bayi keatas kain di tempat resusitasi
yang datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat.
4) Jaga bayi tetap diselimuti dan dibawah pemancar
panas.
b. Atur posisi bayi
1) Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat
penolong.
2) Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu
dengan pengganjal bahu, sehingga kepala sedikit
ekstensi.
c. Isap lendir
Gunakan alat pengisap DeLee dengan cara sebagai
berikut:
1) Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian
hidung .
2) Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik
keluar, TIDAK pada waktu memasukan.
3) Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan
lebih dari 5 cm kedalam mulut atau lebih dari 3
cm dalam hidung), hal itu dapat menyebabkan
denyut jantung bayi menjadi lambat atau tiba-tiba
berhenti bernafas.
73. 61
d. Keringkan dan rangsang bayi
1) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan
bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan.
2) Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau
menyentil telapak kaki bayi atau dengan
menggosok punggung, dada, perut dan tungkai
bayi dengan telapak tangan.
e. Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi
1) Ganti kain yang telah basah dengan kain kering
dibawahnya.
2) Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan
menutupi muka dan dada, agar bisa memantau
pernafasan bayi.
3) Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit
ekstensi.
f. Lakukan penilaian bayi
Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal,
tidak bernafas atau megap-megap.
1) Bila bayi bernafas normal, lakukan asuhan
pasca resusitasi.
2) Bila bayi tidak bernafas normal atau megap-
megap, mulai lakukan ventilasi bayi.
74. 62
2) Tahap II: Ventilasi
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk
memasukkan sejumlah volume udara ke dalam paru-paru
dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru bayi
agar bisa bernafas spontan dan teratur.
Langkah-langkah :
a) Pasang sungkup
Pasang sungkup dengan menutupi dagu, mulut dan
hidung.
b) Ventilasi 2 kali
1. Lakukan peniupan / pompa dengan tekanan 30 cm
air.
Tiupan awal tabung-sungkup / pompaan awal
balon-sungkup sangat penting untuk membuka
alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan
menguji apakah jalan nafas bayi terbuka.
2. Lihat apakah dada bayi mengembang.
Saat melakukan tiupan atau pompaan perhatikan
apakah dada bayi mengembang.
Bila tidak mengembang:
a) Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada
udara yang bocor.
75. 63
b) Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah
menghidu.
c) Periksa cairan atau lendir dimulut. Bila ada
lendir atau cairanlakukan penghisapan.
d) Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air
(ulangan), bila dada mengembang, lakukan
tahap berikutnya.
c) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
1. Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau
pemompaan dengan balon dan sungkup sebanyak 20
kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air
sampai bayi mulai menangis dan bernafas spontan
2. Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan
atau pemompaan, setelah 30 detik lakukan penilaian
ualng nafas.
Jika bayi mulai bernafas spontan atau menangis,
hentikan ventilasi bertahap:
a. Lihat dada apakah ada retraksi dinding dada
bawah
b. Hitung frekuensi nafas permenit
Jika bernafas >40 per menit dan tidak ada
retraksi berat :
76. 64
1) Jangan ventilasi lagi
2) Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit
pada dada ibu dan lanjutkan asuhan bayi baru
lahir.
3) Pantau setiap 15 menit untuk pernafasan dan
kehangatan.
4) Katakan pada ibu bahwa bayinya
kemungkinan besar akan membaik.
c. Lanjutkan asuhan pasca resusitasi.
Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, lanjutkan
ventilasi.
d) Ventilasi setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian
ulang nafas.
1. Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan
tekanan 20 cm air)
2. Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian
bayi apakah bernafas, tidak bernafas atau megap-
megap:
a. Jika bayi sudah mulai bernafas spontan, hentikan
ventilasi bertahap dan lakukan asuhan pasca
resusitasi.
77. 65
b. Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas,
teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian
lakukan penilaian ulang nafas tiap 30 detik.
e) Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas spontan sesudah 2
menit resusitasi.
f) Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi.
3) Tahap III: Asuhan Pasca Resusitasi
Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang
merupakan perawatan instensif selama 2 jam pertama. Penting
sekali pada tahap ini dilakukan BBL dan pemantauan sera intensif
serta pencatatan.
Asuhan pascaresusitasi diberikan sesuai dengan keadaan BBL
setelah menerima tindakan resusitasi dan dilakukan pada keadaan :
a. Resusitasi berhasil : bayi menangis dan bernafas normal
sesudah langkah awal atau sesudah ventilasi
b. Resusitasi belum/ kurang berhasil: bayi perlu rujukan yaitu
sesudah resusitasi 2 menit belum bernafas atau megap-megap
atau pada pemantauan didapatkan kondisinya memburuk.
c. Resusitasi tidak berhasil: sesudah resusitasi 10 menit dihitung
dari bayi tidak bernafas dan detak jantung 0.
Resusitasi berhasil :
78. 66
Ajari ibu dan atau keluarga untuk membantu bidan menilai
keadaan bayi. Jelaskan mengenai pemantauan BBL dan
bagaimana memperoleh pertolongan segera bila bayi
mengalami masalah.
a) Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi
1. Tidak dapat menyusu
2. Kejang
3. Mengantuk atau tidak sadar
4. Nafas cepat (>60 kali permenit)
5. Merintih
6. Retraksi dinding dada bawah
7. Sianosis sentral
b) Pemantauan dan perawatan tali pusat
1. Memantau perdarahan tali pusat
2. Menjelaskan perawatan tali pusat
c) Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi
kepada ibunya
1. Meletakkan bayi di dada ibu (kulit ke kulit),
menyelimuti keduanya.
2. Membantu ibu untuk menyusui bayi dalam 1 jam
pertama.
3. Menganjurkan ibu untuk mengusap bayinya dengan
kasih sayang.
79. 67
d) Pencegahan hipotermi
1. Membaringkan bayi dalam ruangan >250
C bersama
ibunya.
2. Mendekap bayi dengan lekatan kulit ke kulit sesering
mungkin.
3. Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam
4. Menimbang berat badan terselimuti, kurangi berat
selimut.
5. Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka
selimut bayi sebagian-sebagian.
e) Pemberian vit-K
Memberikan suntikan vit-K di paha kiri anterolateral 1 mg
intramuscular.
f) Pencegahan infeksi
1. Memberikan salep mata antibiotika
2. Memberikan imunisasi Hepatitis-B dipaha kanan 0,5
mL intramuscular,1 jam setelah pemberian vit K
3. Memberitahu ibu dan keluarga cara pencegahan
infeksi bayi.
g) Pemeriksaan fisik
1. Mengukur panjang badan dan lingkar kepala bayi
2. Melihat dan meraba kepala bayi
3. Melihat mata bayi
80. 68
4. Melihat mulut dan bibir bayi
5. Melihat dan meraba lengan dan tungkai, gerakan dan
menghitung jumlah jari.
6. Melihat alat kelamin dan menentukan jenis kelamin,
adakah kelainan
7. Memastikan adakah lubang anus dan uretra, adakah
kelainan
8. Memastikan adakah buang air besar dan buang air
kecil
9. Melihat dan meraba tulang punggung bayi.
h) Pencatatan dan pelaporan
i) Asuhan pasca lahir (Wiknjosastro, 2008;h.146-161).
2.2 TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
2.2.1 Proses dokumentasi manajemen kebidanan
Menurut varney (1997), proses penyelesaian masalah
merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan dalam
manajemen kebidanan. Varney berpendapat bahwa dalam
melakukan manajemen kebidanan, bidan harus memiliki
kemampuan berfikir secara kritis untuk menegakkan diagnosis
atau masalah potensial kebidanan. Selain itu, diperlukan pula
kemampuan kolaborasi atau kerjasama. Hal ini dapat digunakan
sebagai dasar dalam perencanaan kebidanan selanjutnya (Wildan
dan Hidayat, 2009;h.34).
81. 69
2.2.2 Manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
2.2.2.1Pengkajian Data
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir.
Pengkajian pada bayi baru lahir di bagi dalam 2 bagian
yaitu pengkajian segera setelah lahir, dan pengkajian
keadaan fisik untuk memastikan bayi dalam keadaan
normal atau mengalami komplikasi.
Pengkajian segera setelah lahir bertujuan untuk mengkaji
adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus yaitu
penilaian Apgar. Penilaian sudah dimulai sejak kepala
lahir dari vulva. Sedangkan pengkajian keadaan fisik
untuk memastikan bayi dalam keadaan normal (Rukiyah
dan Yulianti, 2010;h.15).
a. Data subjektif
Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan
yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada
pasien/klien (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga
kesehatan (allo anamnesis) (Wildan dan Hidayat,
2009;h.34).
82. 70
1) Biodata bayi
a. Nama
Identitas dimulai dengan nama pasien, yang
jelas dan lengkap nama depan, nama tengah
(bila ada), nama keluarga dan nama panggilan
akrabnya.
b. Umur
Umur pasien sebaiknya didapat dari tanggal
lahir, yang dapat ditanyakan ataupun dilihat dari
kartu menuju sehat atau kartu pemeriksaan
kesehatan lainnya. Apabila tanggal lahir tidak
diketahui dengan pasti, maka ia dapat
diperkirakan dengan menghubungkanya dengan
suatu peristiwa yang umum diketahui, misalnya
hari raya (Idul fitri, Natal, hari proklamasi dan
sebagainya). Kecuali untuk kepentingan
identitas, umur perlu diketahui mengingat
periode usia anak ( periode neonatus, bayi, pra
sekolah, balita, sekolah, akil balik) mempunyai
kekhasannya sendiri dalam morbiditas dan
mortalitas. Usia anak juga diperlukan untuk
menginterprestasi apakah data pemeriksaan
83. 71
klinis anak tersebut normal sesuai dengan
umumnya .
c. Jenis kelamin
Jenis kelamin pasien sangat diperlukan, selain
untuk identitas juga untuk penilaian data
pemeriksaan klinis, misalnya nilai baku,
insidens seks, penyakit-penyakit terangkai seks
(sex-linked) (Matondang et.all, 2000;h.5)
2) Biodata Ibu
a. Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan.
b. Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya
resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat
reproduksi belum matang, mental dan psikisnya
belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun
rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam
masa nifas.
84. 72
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut
untuk membimbing atau mengarahkan pasien
dalam berdoa.
d. Pendidikan terakhir
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan
konseling.
e. Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan
sehari-hari.
f. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur
tingkat sosial ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
g. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan
rumah bila diperlukan (Ambarwati dan
Wulandari, 2010;h.131).
3) Riwayat prenatal
Anak keberapa, riwayat kehamilan yang
mempengaruhi BBl, adalah kehamilan yang tidak
85. 73
disertai komplikasi seperti diabetes melitus (DM),
hepatitis, jantung, asma, hipertensi, (HT), TBC,
frekuensi antenatal care (ANC), dimana keluhan-
keluhan selama hamil, HPHT dan kebiasaan-
kebiasaan ibu selama hamil (Sondakh, 2013;h.162).
4) Riwayat intranatal
a. lama persalinan
Tabel 2.3
Lama persalinan pada primigavida dan multigravida
Kala Persalinan Primigravida Multi-
gravida
I 10-12 jam 6-8 jam
II 1-1,5 jam 0,5-1 jam
III 10 menit 10 menit
IV 2 jam 2 jam
Jumlah (tanpa
memasukkan kala IV
yang bersifat observasi)
10-12 jam 8-10 jam
(Manuaba et.all, 2010;h.175).
5) Komplikasi janin
a. Prematur/postmatur
Partus prematurus adalah persalinan pada umur
kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat
badan lahir antara 500-2499 gram.
Kehamilan postmatur adalah kehamilan yang
berlangsung 42 minggu atau lebih. Istilah lainya
86. 74
yaitu serotinus (Rukiyah dan Yulianti,
2010;h.222,224).
b. Gawat janin
Banyak hal yang dapat menyebabkan bayi tidak
bernafas saat lahir. sering kali hal ini terjadi
ketika bayi sebelumnya mengalami gawat janin.
akibat gawat janin, bayi tidak menerima oksigen
yang cukup. gawat janin adalah reaksi janin pada
kondisi dimana terjadi ketidak cukupan oksigen.
Gawat janin dapat diketahui dengan :
1) Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari
100 atau lebih dari 180 x/menit.
2) Berkurangnya gerakan janin (janin normal
bergerak lebih dari 10 kali per hari).
3) Adanya air ketuban yang bercampur
mekonium atau berwarna kehijauan (pada
bayi dengan presentasi kepala) (Sondakh,
2013;h.176).
c. Ketuban campur mekonium
Pada tinjauan teori biasanya BBL mengeluarkan
mekonium pertama kali sesudah persalinan (12-
24 jam pertama). Kira-kira 15% kasus mekonium
dikeluarkan sebelum persalinan dan bercampur
87. 75
dengan air ketuban sehingga cairan ketuban
berwarna kehijauan. Mekonium jarang
dikeluarkan sebelum 34 minggu kehamilan. Bila
mekonium telah terlihat sebelum persalinan dan
bayi pada posisi kepala, monitor bayi dengan
seksama karena ini merupakan tanda bahaya
(Wiknjosastro, 2008;h.157).
b. Data objektif
Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk
menegakkan diagnosis. Bidan melakukan pengkajian
data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi, dan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan secara berurutan (Sulistyawati dan Nugraheny,
2010;h.226).
a. Pemeriksaan umum
1. Pernafasan
Pernapasan bayi baru lahir normal 30-60 kali per
menit, tanpa retraksi dada dan tanpa suara
merintih pada fase ekspirasi. Pada bayi kecil,
mungkin terdapat retraksi dada ringan dan jika
bayi berhenti nafas secara periodik selama
beberapa detik masih dalam batas normal.
88. 76
2. Warna kulit
Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat
dibanding bayi pretern karena kulit lebih tebal.
3. Denyut jantung
Denyut jantung bayi baru lahir normal antara
100-160 kali permenit, tetapi dianggap masih
normal jika diatas 160 kali permenit dalam
jangka waktu pendek, beberapa kali dalam satu
hari selama beberapa hari pertama kehidupan,
terutama bila bayi mengalami disstres. Jika ragu,
ulangi penghitungan denyut jantung.
4. Suhu aksila
36,50
C sampai 37,50
C
5. Postur dan gerakan
Postur normal bayi baru lahir dalamkeadaan
istirahat adalah kepalan tangan longgar, dengan
lengan, panggul, dan lutut semi fleksi. Pada bayi
kecil ekstremitas dalam keadaan sedikit ekstensi.
Pada bayi dengan letak sungsang selama masa
kehamilan, akan mengalami fleksi penuh pada
sendi panggul dan lutut atau sendi lutut ekstensi
penuh, sehingga kaki bisa dalam berbagai posisi
sesuai bayi intrauterin. Jika kaki dapat
89. 77
diposisikan dalam posisi normal tanpa kesulitan,
maka tidak dibutuhkan terapi. Gerakan
ekstremitas bayi harus secara spontan dan
simetris disertai gerakan sendi penuh. Bayi
normal dapat sedikit gemetar.
6. Tonus otot/tingkat kesadaran
Rentang normal tingkat kesadaran bayi baru lahir
adalah mulai dari diam hingga sadar penuh dan
dapat ditenangkan jika rewel. Bayi dapat
dibangunkan jika diam atau sedang tidur
(Muslihatun, 2010;h.31-32).
Observasi tonus otot bayi dengan mengobservasi
jumlah aktivitas dan tingkat fleksi ekstremitas.
Adakah gerakan aktif yang menggunakan fleksi
ekstremitas yang baik, adakah fleksi ekstremitas,
atau apakah bayi lemah. Tonus otot pada bayi
yang mengalami asfiksia yaitu bayi tampak lemah
(Sondakh, 2013;h.159).
7. Ekstremitas
Periksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila
ekstremitas disentuh, dan pembengkakan.
90. 78
8. Kulit
Warna kulit dan adanya verniks kaseosa
pembengkakan atau bercak hitam, tanda
lahir/tanda mongol. Selama bayi dianggap
normal, beberapa kelainan kulit juga dapat
dianggap normal. Kelainan ini termasuk milia,
biasanya terlihat pada hari pertama atau
selanjutnya dan eritema toksikum pada muka,
tubuh dan punggung pada hari kedua atau
selanjutnya. Kulit tubuh, punggung dan abdomen
yang terkelupas pada hari pertama juga masih
dianggap normal.
9. Tali pusat
Normal berwarna putih kebiruan pada hari
pertama mulai kering dan mengkerut/mengecil
dan akhirnya lepas setelah 7-10 hari.
10. Berat badan
Normal 2500-4000 gram.
b. Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
1) Kepala :
Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil,
sutura,moulase, caput succedaneum, cephal
haematoma, hidrosefalus, rambut meliputi: jumlah,
91. 79
warna dan adanya lanugo pada bahu dan
punggung.
2) Muka :
Tanda-tanda paralisis
3) Mata :
Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran epicanthus)
dan kesimetrisan, kekeruhan kornea, katarak
kongenital,trauma, keluar nanah, bengkak pada
kelopak mata, perdarahan subkonjungtiva.
4) Telinga :
Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak
dihubungkan dengan mata dan kepala serta adanya
gangguan pendengaran.
5) Hidung :
Bentuk dan lebar hidung, pola pernapasan,
kebersihan.
6) Mulut :
Bentuk simetris/tidak, mukosa mulut kering/basah,
lidah, palatum, bercak putih pada gusi, refleks
menghisap, adakah labio/palatoskisis, trush,
sianosis.
92. 80
7) Leher :
Bentuk simetris/tidak, adakah pembengkakan dan
benjolan, kelaianan tiroid, hemangioma, tanda
abnormalitas kromosom dan lain-lain.
8) Klavikula dan lengan tangan :
Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari.
9) Dada :
Bentuk dan kelainan bentuk dada, puting susu,
gangguan pernapasan, auskultasi bunyi jantung dan
pernafasan.
10) Abdomen :
Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis,
perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh darah pada
tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan,
distensi, gastroskisis, omfalokel, bentuk
simetris/tidak, palpasi hati, ginjal.
11) Genetalia :
Kelamin laki-laki : panjang penis, testis sudah
turun berada dalam skrotum, orifisium uretrae di
ujung penis, kelainan (fimosis, hipospadia/
epispadia). Kelamin perempuan : labia mayora dan
labia minora, klitoris, orifisium vagina, orifisium
uretra, sekret, dan lain-lain.
93. 81
12) Tungkai dan kaki :
Gerakan, bentuk simetris/tidak, jumlah jari,
pergerakan, pes equinovarus/ pes equinovalgus.
13) Anus :
Berlubang /tidak, posisi, fungsi spingter ani,
adanya atresia ani, meconium plug syndrome,
megacolon.
14) Punggung :
Bayi tengkurap, raba kurvatura kolumna vertebra
skoliosis, pembengkakan, spina bifida,
mielomeningokel, lesung/bercak berambut, dan
lain-lain.
15) Pemeriksaan kulit :
Verniks caseosa, lanugo, warna, udem, bercak,
tanda lahir, memar.
16) Reflek :
Berkedip, babinski, merangkak,
menari/melangkah, ekstrusi, galant’s, moro’s, neck
righting, palmar grasp, rooting, startle,
menghisap,tonic neck.
17) Antropometri :
BB, PB, LK, LD, LP, LLA
94. 82
18) Eliminasi : Kaji kepatenan fungsi ginjal dan
saluran gastrointestinal bagian bawah. bayi baru
lahir normal biasanya kencing lebih dari enam kali
perhari. Bayi baru lahir normal biasanya berak cair
enam sampai delapan kali perhari. dicurigai diare
apabila frekuensi meningkat, tinja hijau atau
mengandung lendir atau darah. Selama benerapa
hari pada minggu pertama kehidupan dan hal ini
dianggap normal (Muslihatun, 2010;h.32-34).
2.2.2.2 Interpretasi Data Dasar
Melakukan identifikasi secara benar terhadap diagnosa,
masalah dan kebutuhan bayi baru lahir berdasarkan data-data
yang telah dikumpulkan (Rukiyah dan Yulianti, 2010;h.17).
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis
atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-
data yang telah dikumpulkan, data dasar tersebut kemungkinan
diinterpretasi sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan
masalah yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun
masalah, keduanya harus diitangani. Meskipun masalah tidak
diartikan sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkkan
penanganan.
a) Diagnosa
95. 83
Diagnosis kebidanan merupakan diagnosis yang
ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan
memenuhi standar nomenklatur diagnosis kebidanan.
b) Masalah
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang
dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai
dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai
diagnosis (Soepardan, 2007;h.99).
c) Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2010;h.229).
2.2.2.3 Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang
mungkin terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa yang
sudah diidentifikasi.
2.2.2.4 Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan/atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai
kondisi bayi. Misalnya bila bayi tidak bernafas dalam waktu 30
96. 84
detik, segera cari bantuan dan mulailah langkah-langkah
resusitasi pada bayi tersebut.
2.2.2.5 Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Merencanakan asuhan yang menyeluruh yang rasional dan
sesuai dengan temuan dari langkah sebelumnya.
2.2.2.6 Melaksanakan Perencanaan
Melaksanakan rencana asuhan pada bayi baru lahir secara
efisien dan aman (Rukiyah dan Yulianti, 2010;h.16-17).
Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan
dengan efisien dan aman. pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukanya
sendiri, namun ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaanya (Soepardan, 2007;h.102).
2.2.2.7 Evaluasi
Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan,
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
bayi baru lahir sebagaimana telah diidentifikasi didalam
diagnosa dan masalah (Rukiyah dan Yulianti, 2010;h.18).
97. 85
2.3 TEORI HUKUM KEWENANGAN BIDAN
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (MENKES) Republik
Indonesia Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 Tentang registrasi dan praktik
bidan, kewenangan yang dimiliki bidan dalam pasal 16 ayat 2 meliputi :
a. Pemeriksaan bayi baru lahir;
b. Perawaatan tali pusat;
c. Perawatan bayi;
d. Resusitasi pada bayi baru lahir;
e. Pemantauan tumbuh kembang anak;
f. pemberian imunisasi;
g. Pemberian penyuluhan (Sofyan et.all, 2006;h.172)
98. 86
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP
BY.NY.H SEGERA SETELAH LAHIR DENGAN
ASFIKSIA DI BPS KETUT DANI S.ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Oleh : Ni Made Rika
Tanggal : 04 April 2015
Pukul : 03.20 wib
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Data subjektif
3.1.1.1 Biodata bayi
Nama : By. Ny. H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 04 April 2015
3.1.1.2 Biodata Orang Tua
IBU AYAH
Nama : Ny.H : Tn. S
Umur : 29 Th : 30 thn
Agama : Islam : Islam
Suku/bangsa : Jawa : Jawa
Pendidikan : SMA : SMA
Pekerjaan : IRT : Swasta
Alamat : Jl. Bataranila Gg. Cendana No.10 Bandar
Lampung.
99. 87
3.1.1.3 Riwayat prenatal
G1P0A0 umur kehamilan 38 minggu 2 hari
Riwayat ANC teratur 10 kali selama hamil
Imunisasi TT ya 2 kali selama kehamilan
HPHT : 10 Juli 2014
Keluhan selama hamil : Tidak ada
a) Penyakit selama kehamilan :
Diabetes Militus : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
Tuberkulosis : Tidak ada
HIV/AIDS : Tidak ada
b) Kebiasaan :
Minum jamu : Tidak ada
Merokok : Tidak ada
c) Komplikasi ibu :
Perdarahan : Tidak pernah
Preeklamsia : Tidak pernah
Eklamsia : Tidak pernah
Infeksi : Tidak pernah
3.1.1.4 Riwayat intranatal
Lahir tanggal/pukul : 04 April 2015/ 03.20 WIB
Jenis persalinan : Spontan
Tempat lahir : BPS Ketut Dani
100. 88
Ditolong oleh : Bidan
Lama persalinan
Kala I : 12 jam 20 menit
Kala II : 2 jam 20 menit
Kala III : 0 jam 10 menit
Kala IV : 2 jam 0 menit
Total 16 jam 40 menit
Jenis kelamin : Laki-Laki
Cacat bawaan : Tidak ada
Masa gestasi : 38 minggu 2 hari
Resusitasi : Dilakukan
IMD selama 1 jam : Dilakukan
3.1.1.5 Komplikasi janin
Prematur/posmatur : Tidak ada
Malposisi/malpresentasi : Tidak ada
Gawat janin : Tidak ada
Ketuban campur mekonium : Tidak ada
Keadaan bayi baru lahir : Asfiksia
3.1.2 Data Objektif
3.1.2.1 Warna kulit : Kebiruan
3.1.2.2 Tonus otot : Lemah
3.1.2.3 Menangis : Merintih
101. 89
Table 3.1
MATRIKS
Tgl/ jam Pengkajian
Interpretasi data
(diagnosa, masalah
kebutunan )
DX
Potensial/
masalah
potensial
Antisipasi /
tindakanse
gera
Intervensi Implementasi Evaluasi
04 April
2015
pukul
03.20
WIB
DS :
- Ibu mengatakan
senang dengan
kelahiran anaknya
- Ibu mengatakan
usia kehamilan 38
minggu 2 hari
DO:
- Bayi lahir spontan
pukul:03.20wib
- Jenis kelamin: laki-
laki
- Warna kulit : tubuh
kebiruan.
- Menangis:merintih
- Tonus otot: lemah
Diagnosa :Bayi. Ny.
H segera setelah lahir
cukup bulan sesuai
masa kehamilan
dengan asfiksia .
DS :
- Ibu mengatakan
senang dengan
kelahiran anaknya
- Ibu mengatakan usia
kehamilan 38 minggu
2 hari
DO :
- Bayi lahir spontan
pukul :03.20 wib
- Jenis kelamin : laki-
laki
- Warna kulit: tubuh
kebiruan.
- Menangis:Merintih
- Tonus otot: lemah
Masalah : Kegagalan
bernafas spontan
Apnea Langkah
awal
resusitasi
1. Lakukan
penilaian segera
setelah lahir.
2. Keringkan tubuh
bayi
menggunakan
kain yang bersih
dan kering
3. Potong tali pusat
segera
1. Melakukan penilaian selintas pada bayi
segera setelah lahir dengan menilai usaha
bernafas, warna kulit, dan tonus otot.
2. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari
muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
sambil melakukan rangsangan taktil,
kemudian ganti kain basah dengan kain
yang kering.
3. Memotong tali pusat dengan menjepit tali
pusat menggunakan klem dengan jarak 3
cm dari pusat, lalu mengurut tali pusat
kearah ibu dan memasang klem ke-2
dengan jarak 2 cm dari klem, memegang
tali pusat diantara 2 klem dengan
menggunakan tangan kiri (jari tengah
melindungi tubuh bayi) lalu memotong
tali pusat diantara 2 klem dengan segera
dan tali pusat tidak usah diikat dulu, tidak
dibubuhkan apapun dan tidak dibungkus.
1. Setelah dilakukan penilaian
segera setelah lahir
didapatkan hasil usaha nafas
megap-megap, warna kulit
kebiruan, dan tonus otot
lemah, dan bayi mengalami
asfiksia.
2. Tubuh bayi telah
dikeringkan
3. Tali pusat bayi telah
dipotong dan belum diikat
tali pusat bayi.
102. 90
Kebutuhan : Langkah
awal resusitasi
4. Beritahu ibu dan
keluarga keadaan
bayi
5. Jaga bayi tetap
hangat
6. Atur posisi bayi.
7. Isap lendir
8. Keringkan bayi
4. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa bayi
mengalami kesulitan untuk memulai
pernafasannya.
5. Menjaga bayi tetap hangat dengan
menyelimuti bayi dengan kain untuk
mencegah terjadi hipotermi sampai
menutupi kepala dengan meletakkan bayi
dimeja resusitasi dengan lampu sorot 60
watt dan dengan jarak 60 cm.
6. Mengatur posisi bayi terlentang dengan
kepala dekat dengan penolong, lalu
mengganjal bahu dengan kain yang dilipat
setebal 2-3 cm, lalu memposisikan kepala
bayi sedikit ekstensi, agar jalan nafas
terbuka.
7. Mengisap lendir pada mulut dan hidung
bayi dengan menggunakan pengisap lendir
sleem seher, melakukan pengisapan lendir
yang dimulai dari bagian mulut sedalam 5
cm dan dilanjutkan dengan bagian hidung
sedalam 3 cm, lalu menghisap lendir
sambil menarik sleem seher kearah luar.
8. Mengeringkan bayi mulai dari bagian
muka, kepala lalu bagian tubuh yang
lainnya dengan sedikit tekanan, sambil
melakukan rangsangan taktil dengan
menggosok bagian punggung bayi dan
menyentil telapak kaki bayi, kemudian
ganti kain dengan kain yang bersih dan
kering dan selimuti hingga menutupi
kepala bayi dan membuka bagian dada
agar pemantauan pernafasan bayi dapat
4. Ibu dan keluarga telah
mengetahui keadaan
bayinya
5. Bayi telah diselimuti dengan
kain
6. Kepala bayi telah diatur
dalam posisi sedikit ekstensi
dan jalan nafas telah
terbuka.
7. Pengisapan lendir telah
dilakukan dengan sleem
seher dimulai dari mulut dan
dilanjutkan pada hidung.
8. Bayi telah dikeringkan dari
sisa-sisa darah dan lendir
serta bayi telah dirangsang
taktil.
103. 91
9. Atur kembali
posisi bayi.
10. Lakukan
penilaian
11. Nilai tanda-tanda
bahaya pada bayi
baru lahir.
12. Ikat tali pusat dan
lakukan
pemantauan pada
tali pusat bayi.
13. Lakukan IMD
selama 1 jam
dilanjutkan.
9. Mengatur kembali posisi bayi dengan
kepala bayi dekat pada penolong dengan
ganjalan bahu dan kepala bayi dengan
posisi sedikit ekstensi, agar jalan nafas
bayi tetap terbuka.
10. Melakukan penilaian pada bayi dengan
melihat apakah telah bernafas normal,
megap-megap atau tidak bernafas.
11. Menilai adanya tanda-tanda bahaya pada
bayi, seperti warna kulit kebiruan, bayi
lemah, adanya retraksi dinding dada, nafas
< 30 kali permenit atau > 60 kali
permenit, nadi < 100 kali permenit atau
>160 kali permenit.
12. Mengikat tali pusat dengan jarak 1 cm dari
umbilikus dengan simpul mati.Untuk
kedua kalinya bungkus dengan kasa steril,
lepaskan klem pada tali pusat, lalu
memasukkanya dalam wadah yang berisi
larutan klorin 0,5%. Serta melakukan
pemantauan perdarahan tali pusat bayi.
13. Melakukan IMD selama 1 jam dalam
keadaan ibu dan bayi tidak memakai baju,
tengkurapkan bayi didada atau perut ibu
agar terjadi sentuhan kulit ibu dan bayi
9. Kepala bayi telah diatur
kembali dalam posisi sedikit
ekstensi.
10. Setelah dilakukan langkah
awal resusitasi didapatkan
hasil bahwa bayi telah
menangis kuat dan bernafas
normal, pernafasan 48 kali
permenit.
11. Bayi dalam kondisi baik,
warna kulit kemerahan,
tonus otot baik, tidak ada
retraksi dinding dada,
pernafasan 48 kali permenit,
nadi 128 kali permenit.
12. Tali pusat telah diikat dan
tidak terjadi perdarahan
pada tali pusat bayi.
13. Telah di lakukan IMD pada
bayi Selama 1 jam dan bayi
tampak tenang
104. 92
14. Lakukan
pencegahan
hipotermi
15. Berikan injeksi
vitamin K1
16. Berikan salep
mata
oxytetracyclin
17. Lakukan
pemeriksaan
dan kemudian selimuti keduanya agar
tidak kedinginan. Anjurkan ibu untuk
memberi sentuhan kepada bayi untuk
merangsang bayi mendekati putting lalu
biarkan bayi bergerak sendiri mencari
putting susu ibunya. Biarkan kulit bayi
bersentuhan langsung dengan kulit ibunya
minimal 1jam walaupun proses menyusui
telah terjadi. Bila belum terjadi proses
menyusu hingga 1 jam, biarkan bayi
berada didada ibu sampai proses menyusu
pertama selesai.
14. Melakukan pencegahan hipotermi dengan
membaringkan bayi dalam ruangan >25
0
C bersama ibunya, mendekap bayi
dengan lekatan kulit kekulit sesering
mungkin, menundamemandikan bayi
sampai dengan 6-24 jam, menimbang
berat badan terselimuti dan kurangi berat
selimut,menjaga bayi tetap hangat selama
pemeriksaan.
15. Memberikan injeksi vitamin K1 dipaha
kiri bayi dengan dosis 1mg secara
intramuskuler.
16. Memberikan salep mata oxytetracyclin
pada mata bayi dari bagian luar ke dalam
dengan dosis 1% diberikan untuk
pencegahan infeksi pada mata bayi, karena
pada saat persalinan mata bayi menyentuh
jalan lahir yang banyak terdapat bakteri.
17. Melakukan pemeriksaan umum pada bayi
yang di dapat hasil sebagai berikut:
14. Bayi tidak mengalami
hipotermi setelah dilakukan
pencegahan hipotermi
15. Telah diberikan injeksi
vitamin k1 pada bayi
dengan dosis 1mg secara IM
16. Bayi telah diberikan salep
mata dengan dosis 1%
17. Hasil dari pemeriksaan
umum dalam keadaan
105. 93
umum pada bayi
18. Ukur
antropometri
pada bayi
19. Lakukan
pemeriksaan fisik
pada bayi
Keadaanumum : Baik
Pernapasan : 40 x/menit
Suhu axial : 36,6 0
Warnakulit : kemerahan
Turgor kulit : elastis
Denyutotot : 130 x/menit
Tonus otot : Baik
Gerakan : Aktif
18. Mengukur antropometri pada bayi dengan
mengukur BB, PB, LK, LD, dan LILA
untuk memastikan bahwa tidak ada
kelainan atau cacat bawaan pada bayi
19.Melakukan pemeriksaan pada bayi secara
head to toe yaitu:
a. Kepala
Ubun-ubun : Datar
Caputsuccedaneum : Ada
Cepalhaematoma : Tidak ada
b. Muka :Simetris kanan
kiri
c. Mata
Simetris :Simetris kanan
kiri
Kelopak mata :Ada
Sekret : Tidak ada
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
d. Telinga
Simetris : Simetris kanan
kiri
normal.
18. didapatkan hasil
pemeriksaan antropometri
yaitu :
BB : 3400 gram
PB : 48 cm
LK : 34 cm
LD : 32 cm
Lila :12 cm
19. Hasil dari pemeriksaan
fisik dalam keadaan
normal