1. Dokumen tersebut membahas tentang struktur cerita dan elemen-elemennya seperti karakter, keinginan, konflik, dilema moral, dan akhir cerita.
2. Karakter dibedakan menjadi perjalanan dalam dan luar, keyakinan, dan bayangan. Keinginan terdiri dari kebutuhan dan keinginan.
3. Dilema moral muncul dalam bentuk pilihan yang sulit antara dua alternatif yang sama-sama berakibat.
4. Pengantar
Selamat datang kembali, pertama - tama ingin saya
sampaikan bahwa mengajar online ini memang sebuah
tantangan, harus melewati reviewer yang menjaga jaga
kualitas materi. Sebelumnya saya minta maaf, karena
materi ini mengalami perubahan pada detik2 terakhir dan
harus membuat materi baru (Jadi ya begitu deh, hehehe)
semoga dimaklumi dengan keinginan belajar yang tinggi.
Mari kita kembali belajar!!
Sekarang kita kembali mengupdate cara membuat premis,
dan langsung masuk ke bentuk cerita semoga bermanfaat.
txs
Zakki
5. Apa yang yang kita
pelajari sebelumnya
adalah;
…tersambung
6. 1.
Premis, selain dapat menyampaikan inti
cerita secara efektif juga memliki
fungsi sebagai
“controllong idea”
Penting!!
7. Wujud “directive” atau gabungan antara “struktur” dan
“sikap” membentuk “tuntunan” yakni bagaimana nilai
terarahkan menjadi sebuah moral.
Budaya Jawa memiliki motto dalam moda produksi kesenian
mereka, yakni “tontonan tuntunan dan tatanan”
Bagaimana sebuah nilai budaya luhur itu bisa disampaikan
melalui tontonan terlebih dahulu, sehingga tertuntun dan
akhirnya membentuk tatanan, yaitu etika/moral yang
disampaikan pada masyarakat.
9. Premis selama ini dikenal sebagai inti cerita, atau
bagaimana itu dapat menyampaikan maksud penulis secara
efektif kepada stakeholder seperti produser atau sutradara.
Tetapi dalam kepenulisan, premis adalah elemen cerita yang
digunakan untuk membimbing penulis sehingga tidak
menulis keluar dari konteks pesan.
Premis sebagai controlling idea, dikatakan sebagai DNA
dari cerita. Sebuah organisme memiliki DNA yang sama bila
diambil dari organ manapun. Sebuah cerita, dalam hal ini
penulisan sekrip film maka setiap plot atau halaman akan
bersumber pada premis yang sama.
Hal ini sangat penting sekali karena ide sebuah cerita sering
kali mengalami pergeseran pesan/maksud dalam proses
penulisan. Sifat kreatif penulisan yang sangat liar,
memungkinkan adanya pergeseran atau perpindahan ide
cerita seiring dengan proses penulisan yang semakin sulit.
Maka membuat premis sesuai dengan fungsi atau struktur
cerita itu sangatlah vital untuk membuat sebuah cerita yang
baik.
Apalagi, Penting bgt!!
11. Premis yang akan kita
bahas, adalah premis yg
akan membantu kita
menulis…
INGAT!!
12. Perubahan pada tingkat premis dapat merubah arah
penulisan cerita. Maka penentuan arah dan penulisan cerita
dapat dibentuk dari premis yang sangat ringkas. Arah nilai
pesan pun dapat di bentuk dalam tingkat premis.
Perlu diketahui juga bahwa mengotak - ngatik premis
memerlukan waktu, dan mungkin uji coba yang dilakukan
berkali kali. Jadi mengulang ngulang penulisan premis itu
sangatlah biasa, yakni mencoba semua kemungkinan dari
segi teks.
Premis bisa dikatakan sebagai rekayasa ide yang paling
mendasar. Seperti halnya perumpamaan “biji” yang selama
ini digunakan dalam pembelajaran, Premis adalah benih
pesan yang terkandung dalam sebuah pesan.
13. Mari kita lihat kembali
model premis yang telah
disampaikan
Kembali ke premis…
16. Character
1.Inner journey
2.Outer journey
3.Belief
4.Shadow
Sebagai salah satu aspek cerita yang sangat mendasar, Character adalah tokoh utama, yang biasa disebut dengan
protagonist yang sedang mencari, melakukan perjalanan, mengalami proses/perubahan, mencapai tujuan, sedang menuju
ke suatu tempat…dll dst. Turunan dari karakter adalah cakupan aspek cerita yang dapat dibuat atau dibentuk secara kreatif.
Ada 4 aspek cerita yang diturunkan dari Character yakni;
18. masih ingat kan?
Dalam penulisan cerita, tugas penulis sebenarnya hanya terletak pada pembentukan outer journey saja. Apa yang
menjadi kandungan atau yang dirasakan pembaca dilakukan pada tingkat “tindakan” (action) protagonist. Alasan mengapa
penulis sebaiknya berfokus pada outer journey, berlandaskan pada kemampuan penulisan diai. Kemampuan inilah yang diuji,
yakni menulis tindakan dan kejadian. Bentuk inner journey pada penulisan cerita biasanya muncul dalam bentuk monolog atau
voice over (bisikan hati). Dalam film, bentuk perwujudan inner journey berupa monolog ini dinilai sebagai kreatifitas yang
kurang baik karena dia berusaha mengendalikan dari kepercayaan melainkan dari “tindakan” (yang bisa ditonton/dilihat), dalam
film tindakan itu sangat visual. Tuntutan agar penulis bisa lebih visual ini semakin meningkat dalam penulisan sekrip film
karena pentingnya wujud “tindakan” karakter.
Outer Journey
Inner Journey
Visual, yang terlihat, yang bisa
berwujud nyata secara bendawi
Apa yang tidak terlihat, yang tidak berwujud, dalam film
bicara atau dialog bukan tergolong tindakan “action
19. Creature of
action
A Pair of Shoes oleh Vincent van Gogh, 1886
Kelas pekerja adalah golongan
masyarakat menengah dan kebawah,
yang dalam upayanya untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari hari.
Pandangan ini datang dari ilmu
ekonomi, yang banyak terbahas dalam
beberapa mazhab ekonomi terkenal. Di
satu sisi, kapitalisme yang
mempromosikan kebebasan memilih
dan yang lain sosialisme, yang
mengandalkan kebersamaan dalam
mencapai kemakmuran.
Adalah tahun 1890-an dimana gejolak
social bermunculan akibat kemiskanan.
Berawal dari anggapan bahwa tindakan
yang telah selama ini dilakukan oleh
kelas pekerja ternyata tidak bisa
mensejahtrakan mereka. Sewa dan
harga barang menaik, dan mereka
menolak untuk menambah jam kerja
demi mengejar sesuatu yang nilai
ekonomi terus melambung tinggi.
Homo Faber adalah istilah latin yang
banyak digunakan dalam tradisi filsafat
barat, menggambarkan manusia
sebagai “makhluk yang bertindak”
Elemen cerita pun menggunakan model yang sama dalam menjelaskan Character, bahwa dia memiliki sebuah hubungan sebab
akibat yang berwujud pada “tindakan” atau action. Sebuah jargon latin; Homo faber suae quisque fortunae (setiap orang (yang
betindak) berhak atas nasibnya).
20. Kepercayaan/keyakinan, adalah makna secara
harfiah dari kata belief. Dalam penulisan cerita, belief
adalah sebuah kualitas yang dimiliki oleh karakter
dalam bagaimana dia melihat dunia.
21. Kata shadow adalah analogi yang digunakan dalam
penulisan cerita, sebagai kualitas karakter yang
menjelaskan dorongan yang berlawanan dari dirinya
(negatif) dan pada tahap tertentu bisa menjadi
“kelemahan”. Shadow digambarkan oleh karakter
sebagai sesuatu yang ditakuti, karena menghantui
kebenaran yang dia pecayai.
22. Belief/shadow; dimiliki oleh karakter, dan ini adalah kualiats
diri seorang karakter. Dalam menentukan cara menempuh
untuk mencapai tujuannya.
23. Desire
2.wants1.needs
Needs dan Wants, adalah rujukan mengenai bagaimana manusia memiliki sebuah hasrat untuk dipenuhi. Sebuah
rujukan penulisan yang datang dari pemahaman di bidang ekonomi. Namun dalam bidang penulisan, Istilah ini telah
mengalami banyak perubahan dalam penggunaannya, lebih tepatnya untuk fungsi penulisan. Penggunaan istilah needs and
wants awalnya mengacu pada kebutuhan yang harus dipenuhi, dan keinginan yang tidak harus (tapi boleh) dipenuhi.
Selanjutnya kita akan melihat bagaimana perubahan makna ini terjadi serta definisinya.
24. Perubahan fungsi needs and wants dalam bentuk penulisan adalah, wants sebagai sebuah keinginan yang berwujud
bendawi (terlihat) sedangkan needs adalah sebuah sesuatu yang tidak berwujud (tidak terlihat) . Pada penulisan needs
dan wants ini memang lebih baik disimpulkan dalam istilah desire saja agar mudah dipahami dan mengghindari salah paham.
Memenuhi kepuasan dari keinginan sebuah apel, pir atau gula adalah kebutuhan kita akan rasa “manis”
Memenuhi kepuasan dari keinginan sebuah Kiwi, Orange atau Asam adalah kebutuhan kita akan rasa “kecut”.
25. Keinginan adalah makna secara harfiah dari wants. Turunan
dari desire (hasrat) berbentuk wants ini yang harus dipenuhi
terlebih dahulu. Wujud dari desire ini adalah tujuan (goal)
yang nyata. Eg; makan
Goal (tujuan) yang nyata ini memang memiliki hubungan dengan outer journey, dalam hal ini maka penulisan premis diutamakan
dalam pemenuhan keinginan terlebih dahulu. Pada penulisan skerip film, goal yang nyata, yang visual atau yang dapat dilihat ini
sangatlah penting karena tuntutan media film yang tujuan-nya adalah mempertontonakan. Desire dalam bentuk turunan
Wants ini harus lebih diuatamakan dalam premis dibandingkan Needs.
26. Kebutuhan adalah makna harfiah dari needs, dan juga
sebuah turunan bentuk desire dari character. Kebutuhan
adalah pemenuhan desire yang tidak berwujud. Turunan
desire yang berbentuk needs ini tidak begitu diutamakan
karena sifatnya yang tidak berwujud (visual). Tapi dalam
kasus tertentu, needs boleh2 saja dipakai. Eg; Piala,
kepuasan memburu…
27. Visualisasi
Gerakan
Seni tampak terdiri atas beberapa
medium untuk berekspresi. Semua
seni tampak mengandalkan indra
melihat, semua seni tampak
mengandalkan visual.
Gerak adalah salah satu bentuk
visualisasi dalam seni tampak. Gerak
ini memiliki “nilai” dan pada olahan
selanjutnya bahkan dapat
menciptakan dan dijadikan sebauh
medium untuk menyampaikan
pesan.
Mempertunjukan sebuah karya yang
mana hasil akhir itu mengandalkan
indera melihat harus menggunakan
sebuah acuan yang mengarahkan
kita pada “visualisasi”. Melukis,
memahat, menulis naskah teater dan
film adalah sebuah proses yang
harus menempatkan visual pada
teks-nya. Pengolahan seni semacam
ini mengguakan teks visual, atau
aksara (bahasa) visual.
Pittsburgh oleh Robert Minor, 1884-1952.
Proses mengolah ide menjadi sebuah tontonan dalam prihal penulisan sekrip film, menggunakan bahasa visual. Apa yang kita
lihat secara pribadi dari pengalamana kita, direka ulang dalam bentuk teks. Namun dalam penulisan sekrip, penulisan ini harus
mengarahkan semua bentuk produksi pada sebuah gerak, atau “tindakan”. Sehingga apa yang lebih menyangkut “tampak”
harus diutamakan terlebih dahulu seperti aspek wants dan outer journey pada premis. Hal ini disebankan oleh tuntutan film
yang sangat visual membutuhkan karakter untuk bertindak dan pergerakan dalam menyampaikan pesannya. Menulis novel
mengandalkan inner voice, monolog, dialog, dan penggambaran dimana film membutuhkan karakter untuk langsung bereaksi
dalam bentuk tindakan.
28. Character
Stake
Desire
Hubungan antara character dan desire adalah stake, yakni
penjelasan mengenai “kesesuaian” atau bisa juga
“dorongan” antara kualitas karakter dan tujuan yang hendak
dicapai.
29. Kesesuaian, menjelaskan seberapa besar pengorbanan karakter untuk
mencapai tujuan atau sebaliknya, sejauh mana tujuan yang bisa dicapai
atas apa yang telah dikorbankan.
30. Dorongan, menjelaskan apa yang bisa langsung
mengarahkan karakter kepada tujuannya. Ukurannya adalah
lemah dan kuat.
31. 1. Sad/happy
2. Tragedy/Irony
Ending adalah hasil dari kesesuaian antara character dan
desire. Ending dalam cerita mengambil waktu dimana
karakter mengambil keputusan dan merasakan dampak dari
keputusan itu.
32. Peristilahan irony dan
tragedy memiliki fungsi
yang beda dalam
literature… namun masih
menggunakan struktur
yang sama
INGAT!!
33. Ending adalah hasil dari kesesuaian
dan dorongan yang mana berakhir
pada akibat/konsekwnesi.
Ending dalam cerita memberikan
kesan yang sangat kuat, yang
menandakan bahwa dia telah
memilih. Inilah salah satu aspek
cerita yang memberikan tanda bahwa
ada “akibat”. Sebenarnya ending
adalah akibat dari moral dillema,
dimana karakter telah memilih dari
kedua jalur/pilihan/yang sama…
namun tetap harus memilih salah
satu.
Foto oleh Lalage Snow, Foto para
tentara Inggris yang ditugaskan di
Afganistan, foto sebelum, sedang
dan sesudah penugasan.
34. ConflictDesire
Inti dari segala pesan cerita itu sangat ditentukan dalam
penyampaian yang dihadirkan dalam titik ini, apa yang
dilakukan karakter dari apa yang dipercayai/diyakini dan
konsekuensi/akibat dari pengorbanan dirinya.
Moral dilemma muncul dalam bentuk “pilihan”, dilemma yang
mana kedua pilihan itu sama sama memiliki tingkat akibat
yang sama namun tidak serupa.
Moral Dilemma
35. Barbara Allie, Thoughtful Dilemma, 2004 Oil on canvas
Tidak ada
pilihan yang
betul/salah
Merujuk pada esensi media komunikasi, maka esensi
pesan itu disampaikan dengan cara berbeda beda.
Kamera dan visual mengutamakan pada cahaya dan
gerakan. Melalui retorika maka emosi yang diutamakan.
Melalui “moral” maka medianya adalah “pilihan”.
Immanuel Kant dalam teorinya; Themes, Ideas, and
Arguments (1724–1804), bahwa “nilai” itu
diargumentasikan, untuk memperkuat penyampaianya.
Bahwa semua inti pesan harus harus didukung dengan
argumentasi dan alasan, Visualisasi dalam Film
digunakan untuk mensimulasikan alasan - alasan itu.
Moral Dillema mengajukan sebuah kenyataan yang
kedua pilihan sama baik-nya maupun buruknya. Dari
kedua pilihan itu masing masing memiliki kelebihan serta
kekurangannya. Inilah dillema, dan itu bisa ditentukan
dalam pilihan yang harus diambil oleh karakter cerita.
36. Esensi dari cerita adalah moral
dilemma; buah simalakama
Cerita adalah bagian dari sebuah
arahan, sesuai dengan misinya yakni
menyampaikan nilai. Sangatlah sulit
untuk mengajak orang dengan bahasa
yang keras, Di mana dalam
penyampaiannya, kebenaran seolah
harus dipatuhi.
Cerita juga pun memiliki sifat yang keras
bilamana pesan yang disampaikan
dipaksakan dengan satu arah. Adanya
“Pilihan” ini memberikan kesan adanya
“kebebasan” apalagi ditamabh dengan
simulasi visual.
Pilihan ini adalah sebuah cara kita
menyampaikan nilai dengan aspek
aspek cerita. Kita memilih kanan
ataupun kiri selalu ada akibatnya.
Pilihan itu adalah bukan masalah tujuan,
tetapi bagaimana kita menuju kesana.
Kebaikan ditempuh dengan cara yang
buruk, atau sebaliknya keburukan
dengan cara yang baik itu masalah
bagaimana.
39. Kecanggihan film adalah menunjukan tanda/simbol dalam bentuk tontonan yang membuat para penonton seolah olah melihat
pilihan dan seolah olah itu adalah bagian dari sebuah kenyataan. Akibat yang dipertontonkan adalah inti dari cerita ini, dan
menunjukan “bagaimana jika saya memilih…” Kita tidak mengatakan “ini tidak baik”, tetapi “pilihlah apapun itu dan akibatnya tidak
baik”. Pada tingkatan tertentu, pilihan itu adalah masalah kepribadian, subjektifitas, opini pribadi. Dan akibat dari pilihan itu pun
adalah “bagaimana”… pesan dalam pesan.
40. Desire
Character
Change
Conflict
Change, adalah perubahan antara sifat karakter pada awal film kemudian memiliki sifat
yang berlawanan di akhir film.
Change adalah fitur visual yang akan dialami oleh karakter, bukti fisik bahwa tokoh utama
ini telah mengalami sebuah proses, perjalanan, hijrah, pemahaman, pengertian,
kemajuan, perkembangan. Visual karena bentuk pengaruhnya terlihat jelas,
42. Memulai…
Kata kunci;
“berlawanan”
Change yang dialami oleh Luke Skywalker, tidak hanya
terlihat sangat jelas namun juga dirasakan oleh
penonton dengan gaya dan gerakan yang berbeda di
Star Wars episode ke-4 (a new hope) dan Star Wars
episode ke-6 (Return of the Jedi).
Dia terlihat telah mengalami perubahan, di akhir episode
4 pun sebenarnya Luke sudah mengalami perubahan
(hilang tangan)
Perubahan ini memiliki sifat sifat yang sangat jelas
secara visual (wants) walaupun tidak harus secara non-
fisik (needs)
Change seharusnya memiliki kesinambungan dengan
premis, dan harus sinkron dengan jalannya cerita. Pada
tingkat teks, change adalah permainan kata; yaitu
berlawanan.
Change adalah sifat/fitur/karakter/prilaku yang mengalami
perlawanan, atau opposite.
sakit >< sembuh takut>< berani
Hitam >< putih sendiri >< bersama
Miskin >< kaya Gelap >< terang dsb dll
43. Change, bisa dimulai dari berbagai
arah. Tidak harus kemudian
berakhir dengan kualitas. Change
bisa saja dimulai dengan “berisi”
dan justru diakhiri dengan
“kosong”. Tapi sebagian banyak
film memiliki gaya penyampaian
yang change berakhir dengan
pesan yang “baik”, yakni dengan
akhir yang bahagia (happy ending)
change bisa saja cerita bagaimana
keburukan terjadi.
Change pun bisa terjadi pada
tingkat non-fisik (needs) dimana
perubahan terjadi secara internal,
atau dalam diri karakter. Namun
dalan film change ini harus dalam
tingkat wants, harus visual.
Dalam novel atau dalam karya
tulis, change ini boleh saja terjadi
secara rohaniah. Dalam film
bersambung, change adalah siklus
dari keadaan. Naik-Turun, jatuh
bangun.
45. Change menjadi penting ketika dalam segi teks harus ada
“hasil” dan dari segi visual adalah “perubahan”. Perubahan
inilah aikbat dari pilihan,
“Breaking bad” adalah sebuah film seri yang ditayangkan
pada AMC, menceritakan seorang tokoh Walter White yang
setiap harinya mengajar kimia di SMA.
Ketika pekerjaan guru tidak bisa menjamin kesembuhan
penyakit kanker dan kebahagiaan keluarganya, dia menjadi
seorang “cooker”; pembuat amphetamine (sabu). Di tengah
proses menjadi cooker ini dia malah terseret ke dunia gelap,
bersaing dengan gembong narkoba, menyiasati polisi,
menyogok hakim, mencuci uang, dsb.
Walter merasa apa yang dilakukan tidaklah salah, karena dia
merasa dapat mengendalikan dirinya; yang setiap harinya dia
justru terperangkap keserakahan. Karakter karakter
disekeliling dia antara lain; Seorang istri yang mengasihani-
nya, ipar yang curiga, mantan muridnya; seorang pemakai
yang membantu memahami dunia narkoba.
Pada perkembangan selanjutnya, pemis bisa saja berubah
sesuai alur cerita, satu perubahan karakter adalah disebut
dengan “arc”. Setiap arc memiliki satu premis, atau
perubahan karakter. Cerita menyertakan character change,
disebut cerita Arcplot atau archies, dan sebaliknya dinamai
Anti-plot.
49. Tugas Ambilah 5 premis yang
berbeda dari kawan2,
kemudian analisa dan revisi
sehingga memenuhi semua
aspek cerita
Mari!!
50. Gunakan pola sederhana;
Somebody wants something but having bad
time getting it
Seorang yang menginginkan sesuatu namun
mendapati waktu yang sulit untuk
mendapatinya
INGAT!!