SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
RGS Mitra                     1 of 6




                                 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
                                          NOMOR 21 TAHUN 2003
                                                 TENTANG
                PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 81 CONCERNING LABOUR INSPECTION
                    IN INDUSTRY AND COMMERCE (KONVENSI ILO NO. 81 MENGENAI
                          PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI
                                           DAN PERDAGANGAN)

                                 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA




                                     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,




Menimbang :      a. bahwa salah satu upaya untuk menciptakan hubungan industrial yang harmonis dan
                     berkeadilan serta untuk menjamin penegakan hukum dan perlindungan tenaga kerja,
                     dilakukan   pengawasan      terhadap    pelaksanaan    peraturan    perundang-undangan
                     ketenagakerjaan;
                 b. bahwa ketentuan Konvensi ILO No. 81 dapat lebih menjamin pelaksanaan pengawasan
                     ketenagakerjaan di Indonesia sesuai dengan standar internasional;
                  c. bahwa Konferensi Ketenagakerjaan Internasional ketiga puluh tanggal 11 Juli 1947 di
                     Jenewa, Swiss, telah menyetujui ILO Convention No. 81 Concerning Labour Inspection in
                     Industry and Commerce (Konvensi ILO No. 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan
                     Dalam Industri dan Perdagangan);
                 d. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut dalam huruf a, b, dan c dipandang perlu
                     mengesahkan ILO Convention No. 81 Concerning Labour Inspection in Industry and
                     Commerce (Konvensi ILO No. 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan Dalam Industri
                     dan Perdagangan) dengan Undang-undang;



Mengingat   :    1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 11 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 20, dan Pasal 27 ayat (1) dan ayat
                     (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
                 2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional (Lembaran Negara
                     Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik
                     Indonesia Nomor 4012);
RGS Mitra                      2 of 6

                                            Dengan persetujuan bersama antara
                                  DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
                                                           dan
                                             PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


                                                      MEMUTUSKAN :


Menetapkan :    UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 81 CONCERNING
                LABOUR INSPECTION IN INDUSTRY AND COMMERCE (KONVENSI ILO NO. 81 MENGENAI
                PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN).


                                                         Pasal 1


                Mengesahkan ILO Convention No. 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce
                (Konvensi ILO No. 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan Dalam Industri dan
                Perdagangan) yang salinan naskah aslinya dalam bahasa Inggris dan bahasa Perancis, dan
                terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagaimana terlampir merupakan bagian yang tidak
                terpisahkan dari Undang-undang ini.


                                                         Pasal 2


                Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


                Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan
                penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.




                                                                 Disahkan di Jakarta
                                                                 pada tanggal 25 Juli 2003
                                                                 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

                                                                 ttd.

                                                                 MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 25 Juli 2003
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
RGS Mitra                  3 of 6

            BAMBANG KESOWO


                   LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2003 NOMOR 91




                                                 PENJELASAN
                                                    ATAS
                                  UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
                                           NOMOR 21 TAHUN 2003
                                        TENTANG
              PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 81 CONCERNING LABOUR INSPECTION
                     IN INDUSTRY AND COMMERCE (KONVENSI ILO NO. 81 MENGENAI
                           PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI
                                              DAN PERDAGANGAN)


I.
UMUM
       Masalah ketenagakerjaan di masa datang akan terus berkembang semakin kompleks sehingga
       memerlukan penanganan yang lebih serius. Pada masa perkembangan tersebut pergeseran nilai dan tata
       kehidupan akan banyak terjadi. Pergeseran dimaksud tidak jarang melanggar peraturan perundang-
       undangan yang berlaku.

       Menghadapi pergeseran nilai dan tata kehidupan para pelaku industri dan perdagangan, pengawasan
       ketenagakerjaan dituntut untuk mampu mengambil langkah-langkah antisipatif serta mampu menampung
       segala perkembangan yang terjadi. Oleh karena itu penyempurnaan terhadap sistem pengawasan
       ketenagakerjaaan harus terus dilakukan agar peraturan perundang-undangan dapat dilaksanakan secara
       efektif oleh para pelaku industri dan perdagangan. Dengan demikian pengawasan ketenagakerjaan
       sebagai suatu sistem mengemban misi dan fungsi agar peraturan perundang-undangan di bidang
       ketenagakerjaan dapat ditegakkan.

       Penerapan    peraturan    perundang-undangan   ketenagakerjaan    juga   dimaksudkan   untuk   menjaga
       keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi pengusaha dan pekerja/buruh sehingga kelangsungan
       usaha dan ketenangan kerja dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja dan kesejahteraan tenaga
       kerja dapat terjamin.

       Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu meratifikasi ILO Convention No. 81 Concerning Labour
       Inspection in Industry and Commerce (Konvensi ILO No. 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan
       Dalam Industri dan Perdagangan) sehingga pengawasan ketenagakerjaan dapat dilaksanakan secara
       lebih efektif sesuai standar ILO.




II.   POKOK-POKOK PIKIRAN YANG MENDORONG LAHIRNYA KONVENSI

       1. Konvensi ILO No. 81 Tahun 1947 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan
           Perdagangan meminta semua negara anggota ILO untuk melaksanakan sistem pengawasan
           ketenagakerjaan di tempat kerja.
RGS Mitra                     4 of 6


       2. Agar sistem pengawasan ketenagakerjaan dalam Industri dan perdagangan mempunyai pengaturan
          yang sesuai dengan standar internasional sehingga dirasa perlu untuk mengesahkan Konvensi ILO
          No. 81.




III.   ALASAN INDONESIA MENGESAHKAN KONVENSI

        1. Pengawasan ketenagakerjaan merupakan suatu sistem yang sangat penting dalam penegakan atau
           penerapan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. Penegakan atau penerapan peraturan
           perundang-undangan merupakan upaya untuk menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
           bagi     pengusaha    dan   pekerja/buruh.    Keseimbangan   tersebut    diperlukan    untuk    menjaga
           kelangsungan usaha dan ketenangan kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas
           kerja dan kesejahteraan tenaga kerja.
        2. Agar peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan dapat dilaksanakan dengan baik,
           maka diperlukan pengawasan ketenagakerjaan yang independen dan kebijakan yang sentralistik.
        3. Selama ini pengawasan ketenagakerjaan diatur dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1951
           tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23
           dari Republik Indonesia untuk seluruh Indonesia dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
           Keselamatan Kerja. Kedua Undang-undang tersebut secara eksplisit belum mengatur mengenai
           kemandirian profesi Pengawas Ketenagakerjaan serta supervisi tingkat pusat sebagaimana
           dinyatakan dalam ketentuan Pasal 4 dan Pasal 6 Konvensi ILO Nomor 81. Dengan meratifikasi
           Konvensi ILO No. 81 memperkuat pengaturan pengawasan ketenagakerjaan yang diamanatkan oleh
           Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

        4. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia dan sebagai anggota
           ILO mempunyai kewajiban moral untuk melaksanakan ketentuan yang bersifat internasional
           termasuk standar ketenagakerjaan internasional.




IV.    POKOK-POKOK KONVENSI

        1. Negara anggota ILO yang memberlakukan Konvensi ini harus melaksanakan sistem pengawasan
           ketenagakerjaan di tempat kerja.
        2. Sistem pengawasan ketenagakerjaan di tempat kerja harus diterapkan di seluruh tempat kerja
           berdasarkan       perundang-undangan,        yang   pengawasannya       dilakukan     oleh     pengawas
           ketenagakerjaan.
        3. Fungsi sistem pengawasan ketenagakerjaan harus :

           a. menjamin penegakan hukum mengenai kondisi kerja dan perlindungan tenaga kerja dan
                  peraturan yang menyangkut waktu kerja, pengupahan, keselamatan, kesehatan serta
                  kesejahteraan, tenaga kerja anak serta orang muda dan masalah-masalah lain yang terkait.
           b. memberikan informasi tentang masalah-masalah teknis kepada pengusaha dan pekerja/buruh
                  mengenai cara yang paling efektif untuk mentaati peraturan perundang-undangan.
RGS Mitra                     5 of 6


            c. memberitahukan kepada pemerintah mengenai terjadinya penyimpangan atau penyalahgunaan
                yang secara khusus tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

       4. Pengawasan ketenagakerjaan harus berada di bawah supervisi dan kontrol pemerintah pusat.
       5. Pemerintah Pusat harus menetapkan peraturan-peraturan untuk meningkatkan :

           a. kerjasama yang efektif antara unit pengawasan dengan instansi pemerintah lainnya dan swasta
                yang menangani kegiatan serupa.
           b. kerjasama antara Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan dengan pengusaha dan pekerja/buruh
                atau organisasi pengusaha dan organisasi pekerja/buruh.

       6. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan terdiri atas Pegawai Negeri Sipil yang status hubungan kerja
           dan syarat tugasnya diatur sedemikian rupa sehingga menjamin pelaksanaan tugas pengawasan
           ketenagakerjaan yang independen.

       7. Sesuai dengan syarat-syarat untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan dalam peraturan
           perundang-undangan nasional, maka pengawas ketenagakerjaan harus :

           a.   direkrut dengan memperhatikan syarat-syarat jabatan.
           b.   memperoleh pelatihan agar dapat menjalankan tugas sebagaimana mestinya.

       8. Persyaratan rekruitmen dan pelatihan harus ditetapkan oleh pemerintah.
       9. Jumlah dan spesialisasi Pengawas Ketenagakerjaan harus mencukupi untuk menjamin pelaksanaan
           tugas-tugas pengawasan yang efektif.
      10. Pejabat yang berwenang mempunyai kewajiban :

           a. menetapkan pengaturan-pengaturan yang diperlukan agar Pengawas Ketenagakerjaan dapat
                diberikan kantor lokal, perlengkapan dan fasilitas transportasi yang memadai sesuai dengan
                persyaratan tugas pekerjaan.
           b. membuat pengaturan-pengaturan yang diperlukan untuk mengganti biaya perjalanan Pengawas
                Ketenagakerjaan dalam pelaksanaan tugas-tugas mereka.

      11. Pengawas Ketenagakerjaan atau kantor pengawasan lokal harus memberikan laporan secara
           periodik kepada kantor pengawasan pusat mengenai hasil kegiatan pengawasan.
      12. Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi ini wajib memberikan laporan terhadap
           pelaksanaan Konvensi tersebut.




V.   PASAL DEMI PASAL

     Pasal 1
          Apabila terjadi perbedaan penafsiran antara terjemahan Konvensi dalam bahasa Indonesia dengan
          salinan naskah aslinya, maka yang berlaku adalah salinan naskah asli Konvensi dalam bahasa
RGS Mitra             6 of 6

     Inggris.


Pasal 2
    Cukup jelas.


                TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4309

More Related Content

Similar to Uu 21 03+Pjls

PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.ppt
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.pptPENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.ppt
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.ppt
HRDRSYPKMandiri
 
HUKUM_KETENAGAKERJAAN.pptx
HUKUM_KETENAGAKERJAAN.pptxHUKUM_KETENAGAKERJAAN.pptx
HUKUM_KETENAGAKERJAAN.pptx
Fellifelli
 
AK3U Sertifikat Ruki Yus Rian (1)
AK3U Sertifikat Ruki Yus Rian (1)AK3U Sertifikat Ruki Yus Rian (1)
AK3U Sertifikat Ruki Yus Rian (1)
Ruki Yusriyan
 
Pencabutan sistem outsourcing
Pencabutan sistem outsourcingPencabutan sistem outsourcing
Pencabutan sistem outsourcing
plo123
 
Dasar kompetensi keahlian multimedia ( K3: KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA)
Dasar kompetensi keahlian multimedia ( K3: KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA)Dasar kompetensi keahlian multimedia ( K3: KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA)
Dasar kompetensi keahlian multimedia ( K3: KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA)
EVER RORING
 
K3(Kesehatan dan Keselamatan kerja)
K3(Kesehatan dan Keselamatan kerja)K3(Kesehatan dan Keselamatan kerja)
K3(Kesehatan dan Keselamatan kerja)
Roring Ever
 

Similar to Uu 21 03+Pjls (20)

PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.ppt
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.pptPENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.ppt
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.ppt
 
PPT HUKBIS KEL 5 HUKUM TENAGA KERJA.pptx
PPT HUKBIS KEL 5 HUKUM TENAGA KERJA.pptxPPT HUKBIS KEL 5 HUKUM TENAGA KERJA.pptx
PPT HUKBIS KEL 5 HUKUM TENAGA KERJA.pptx
 
Indonesia Man Power Laws
Indonesia Man Power LawsIndonesia Man Power Laws
Indonesia Man Power Laws
 
SK Penunjukkan AK3 Umum
SK Penunjukkan AK3 UmumSK Penunjukkan AK3 Umum
SK Penunjukkan AK3 Umum
 
UU_No_1_Tahun_1970_2_ppt.ppt
UU_No_1_Tahun_1970_2_ppt.pptUU_No_1_Tahun_1970_2_ppt.ppt
UU_No_1_Tahun_1970_2_ppt.ppt
 
Hukum keselamatan dan kesehatan kerja
Hukum keselamatan dan kesehatan kerjaHukum keselamatan dan kesehatan kerja
Hukum keselamatan dan kesehatan kerja
 
UU_No_1_Tahun_1970_2_ppt.ppt
UU_No_1_Tahun_1970_2_ppt.pptUU_No_1_Tahun_1970_2_ppt.ppt
UU_No_1_Tahun_1970_2_ppt.ppt
 
UU_No_1_Tahun_1970_2_ppt.ppt
UU_No_1_Tahun_1970_2_ppt.pptUU_No_1_Tahun_1970_2_ppt.ppt
UU_No_1_Tahun_1970_2_ppt.ppt
 
HUKUM_KETENAGAKERJAAN.pptx
HUKUM_KETENAGAKERJAAN.pptxHUKUM_KETENAGAKERJAAN.pptx
HUKUM_KETENAGAKERJAAN.pptx
 
AK3U Sertifikat Ruki Yus Rian (1)
AK3U Sertifikat Ruki Yus Rian (1)AK3U Sertifikat Ruki Yus Rian (1)
AK3U Sertifikat Ruki Yus Rian (1)
 
UU No. 1 Tahun 1970.ppt
UU No. 1 Tahun 1970.pptUU No. 1 Tahun 1970.ppt
UU No. 1 Tahun 1970.ppt
 
UU-No.-1-Tahun-1970.ppt
UU-No.-1-Tahun-1970.pptUU-No.-1-Tahun-1970.ppt
UU-No.-1-Tahun-1970.ppt
 
Materi Pak Azhar.pptx
Materi Pak Azhar.pptxMateri Pak Azhar.pptx
Materi Pak Azhar.pptx
 
Pencabutan sistem outsourcing
Pencabutan sistem outsourcingPencabutan sistem outsourcing
Pencabutan sistem outsourcing
 
Dasar kompetensi keahlian multimedia ( K3: KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA)
Dasar kompetensi keahlian multimedia ( K3: KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA)Dasar kompetensi keahlian multimedia ( K3: KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA)
Dasar kompetensi keahlian multimedia ( K3: KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA)
 
K3(Kesehatan dan Keselamatan kerja)
K3(Kesehatan dan Keselamatan kerja)K3(Kesehatan dan Keselamatan kerja)
K3(Kesehatan dan Keselamatan kerja)
 
Undang undang ak3
Undang   undang ak3Undang   undang ak3
Undang undang ak3
 
Hukum Perburuhan dan Ketenagakerjaan Materi 2.pptx
Hukum Perburuhan dan Ketenagakerjaan Materi 2.pptxHukum Perburuhan dan Ketenagakerjaan Materi 2.pptx
Hukum Perburuhan dan Ketenagakerjaan Materi 2.pptx
 
Paparan Dirjen Binwasnaker
Paparan Dirjen BinwasnakerPaparan Dirjen Binwasnaker
Paparan Dirjen Binwasnaker
 
Pertemuan 5, 6 & 7
Pertemuan 5, 6 & 7Pertemuan 5, 6 & 7
Pertemuan 5, 6 & 7
 

More from People Power

Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kamparKronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
People Power
 
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam seninKronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
People Power
 
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
People Power
 
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
People Power
 
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
People Power
 
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
People Power
 
Surat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASISurat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASI
People Power
 
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASISurat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
People Power
 

More from People Power (20)

Strategi advokasi
Strategi advokasiStrategi advokasi
Strategi advokasi
 
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
 
sahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by Tyasahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by Tya
 
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kamparKronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
 
Kronologis 1
Kronologis 1Kronologis 1
Kronologis 1
 
Kronologis 2
Kronologis 2Kronologis 2
Kronologis 2
 
Kronologis 4
Kronologis 4Kronologis 4
Kronologis 4
 
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam seninKronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
 
Kronologis 3
Kronologis 3Kronologis 3
Kronologis 3
 
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiLangkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
 
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
 
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
 
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
 
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
 
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
 
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
 
Pengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau PadangPengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau Padang
 
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
 
Surat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASISurat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASI
 
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASISurat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
 

Uu 21 03+Pjls

  • 1. RGS Mitra 1 of 6 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2003 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 81 CONCERNING LABOUR INSPECTION IN INDUSTRY AND COMMERCE (KONVENSI ILO NO. 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya untuk menciptakan hubungan industrial yang harmonis dan berkeadilan serta untuk menjamin penegakan hukum dan perlindungan tenaga kerja, dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan; b. bahwa ketentuan Konvensi ILO No. 81 dapat lebih menjamin pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan di Indonesia sesuai dengan standar internasional; c. bahwa Konferensi Ketenagakerjaan Internasional ketiga puluh tanggal 11 Juli 1947 di Jenewa, Swiss, telah menyetujui ILO Convention No. 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce (Konvensi ILO No. 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan Dalam Industri dan Perdagangan); d. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut dalam huruf a, b, dan c dipandang perlu mengesahkan ILO Convention No. 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce (Konvensi ILO No. 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan Dalam Industri dan Perdagangan) dengan Undang-undang; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 11 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 20, dan Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012);
  • 2. RGS Mitra 2 of 6 Dengan persetujuan bersama antara DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 81 CONCERNING LABOUR INSPECTION IN INDUSTRY AND COMMERCE (KONVENSI ILO NO. 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN). Pasal 1 Mengesahkan ILO Convention No. 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce (Konvensi ILO No. 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan Dalam Industri dan Perdagangan) yang salinan naskah aslinya dalam bahasa Inggris dan bahasa Perancis, dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagaimana terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-undang ini. Pasal 2 Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal 25 Juli 2003 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 25 Juli 2003 SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
  • 3. RGS Mitra 3 of 6 BAMBANG KESOWO LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2003 NOMOR 91 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2003 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 81 CONCERNING LABOUR INSPECTION IN INDUSTRY AND COMMERCE (KONVENSI ILO NO. 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN) I. UMUM Masalah ketenagakerjaan di masa datang akan terus berkembang semakin kompleks sehingga memerlukan penanganan yang lebih serius. Pada masa perkembangan tersebut pergeseran nilai dan tata kehidupan akan banyak terjadi. Pergeseran dimaksud tidak jarang melanggar peraturan perundang- undangan yang berlaku. Menghadapi pergeseran nilai dan tata kehidupan para pelaku industri dan perdagangan, pengawasan ketenagakerjaan dituntut untuk mampu mengambil langkah-langkah antisipatif serta mampu menampung segala perkembangan yang terjadi. Oleh karena itu penyempurnaan terhadap sistem pengawasan ketenagakerjaaan harus terus dilakukan agar peraturan perundang-undangan dapat dilaksanakan secara efektif oleh para pelaku industri dan perdagangan. Dengan demikian pengawasan ketenagakerjaan sebagai suatu sistem mengemban misi dan fungsi agar peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan dapat ditegakkan. Penerapan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan juga dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi pengusaha dan pekerja/buruh sehingga kelangsungan usaha dan ketenangan kerja dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja dan kesejahteraan tenaga kerja dapat terjamin. Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu meratifikasi ILO Convention No. 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce (Konvensi ILO No. 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan Dalam Industri dan Perdagangan) sehingga pengawasan ketenagakerjaan dapat dilaksanakan secara lebih efektif sesuai standar ILO. II. POKOK-POKOK PIKIRAN YANG MENDORONG LAHIRNYA KONVENSI 1. Konvensi ILO No. 81 Tahun 1947 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan meminta semua negara anggota ILO untuk melaksanakan sistem pengawasan ketenagakerjaan di tempat kerja.
  • 4. RGS Mitra 4 of 6 2. Agar sistem pengawasan ketenagakerjaan dalam Industri dan perdagangan mempunyai pengaturan yang sesuai dengan standar internasional sehingga dirasa perlu untuk mengesahkan Konvensi ILO No. 81. III. ALASAN INDONESIA MENGESAHKAN KONVENSI 1. Pengawasan ketenagakerjaan merupakan suatu sistem yang sangat penting dalam penegakan atau penerapan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. Penegakan atau penerapan peraturan perundang-undangan merupakan upaya untuk menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi pengusaha dan pekerja/buruh. Keseimbangan tersebut diperlukan untuk menjaga kelangsungan usaha dan ketenangan kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas kerja dan kesejahteraan tenaga kerja. 2. Agar peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan dapat dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan pengawasan ketenagakerjaan yang independen dan kebijakan yang sentralistik. 3. Selama ini pengawasan ketenagakerjaan diatur dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia untuk seluruh Indonesia dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Kedua Undang-undang tersebut secara eksplisit belum mengatur mengenai kemandirian profesi Pengawas Ketenagakerjaan serta supervisi tingkat pusat sebagaimana dinyatakan dalam ketentuan Pasal 4 dan Pasal 6 Konvensi ILO Nomor 81. Dengan meratifikasi Konvensi ILO No. 81 memperkuat pengaturan pengawasan ketenagakerjaan yang diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 4. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia dan sebagai anggota ILO mempunyai kewajiban moral untuk melaksanakan ketentuan yang bersifat internasional termasuk standar ketenagakerjaan internasional. IV. POKOK-POKOK KONVENSI 1. Negara anggota ILO yang memberlakukan Konvensi ini harus melaksanakan sistem pengawasan ketenagakerjaan di tempat kerja. 2. Sistem pengawasan ketenagakerjaan di tempat kerja harus diterapkan di seluruh tempat kerja berdasarkan perundang-undangan, yang pengawasannya dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan. 3. Fungsi sistem pengawasan ketenagakerjaan harus : a. menjamin penegakan hukum mengenai kondisi kerja dan perlindungan tenaga kerja dan peraturan yang menyangkut waktu kerja, pengupahan, keselamatan, kesehatan serta kesejahteraan, tenaga kerja anak serta orang muda dan masalah-masalah lain yang terkait. b. memberikan informasi tentang masalah-masalah teknis kepada pengusaha dan pekerja/buruh mengenai cara yang paling efektif untuk mentaati peraturan perundang-undangan.
  • 5. RGS Mitra 5 of 6 c. memberitahukan kepada pemerintah mengenai terjadinya penyimpangan atau penyalahgunaan yang secara khusus tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Pengawasan ketenagakerjaan harus berada di bawah supervisi dan kontrol pemerintah pusat. 5. Pemerintah Pusat harus menetapkan peraturan-peraturan untuk meningkatkan : a. kerjasama yang efektif antara unit pengawasan dengan instansi pemerintah lainnya dan swasta yang menangani kegiatan serupa. b. kerjasama antara Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan dengan pengusaha dan pekerja/buruh atau organisasi pengusaha dan organisasi pekerja/buruh. 6. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan terdiri atas Pegawai Negeri Sipil yang status hubungan kerja dan syarat tugasnya diatur sedemikian rupa sehingga menjamin pelaksanaan tugas pengawasan ketenagakerjaan yang independen. 7. Sesuai dengan syarat-syarat untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan nasional, maka pengawas ketenagakerjaan harus : a. direkrut dengan memperhatikan syarat-syarat jabatan. b. memperoleh pelatihan agar dapat menjalankan tugas sebagaimana mestinya. 8. Persyaratan rekruitmen dan pelatihan harus ditetapkan oleh pemerintah. 9. Jumlah dan spesialisasi Pengawas Ketenagakerjaan harus mencukupi untuk menjamin pelaksanaan tugas-tugas pengawasan yang efektif. 10. Pejabat yang berwenang mempunyai kewajiban : a. menetapkan pengaturan-pengaturan yang diperlukan agar Pengawas Ketenagakerjaan dapat diberikan kantor lokal, perlengkapan dan fasilitas transportasi yang memadai sesuai dengan persyaratan tugas pekerjaan. b. membuat pengaturan-pengaturan yang diperlukan untuk mengganti biaya perjalanan Pengawas Ketenagakerjaan dalam pelaksanaan tugas-tugas mereka. 11. Pengawas Ketenagakerjaan atau kantor pengawasan lokal harus memberikan laporan secara periodik kepada kantor pengawasan pusat mengenai hasil kegiatan pengawasan. 12. Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi ini wajib memberikan laporan terhadap pelaksanaan Konvensi tersebut. V. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Apabila terjadi perbedaan penafsiran antara terjemahan Konvensi dalam bahasa Indonesia dengan salinan naskah aslinya, maka yang berlaku adalah salinan naskah asli Konvensi dalam bahasa
  • 6. RGS Mitra 6 of 6 Inggris. Pasal 2 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4309