Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas produk-produk perbankan syariah seperti giro, tabungan, dan deposito yang didasarkan pada prinsip wadiah dan mudharabah;
(2) Hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana atau debitur didasarkan pada kontrak yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak;
(3) Perbankan syariah memberlakukan sistem bagi
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Hubungan hukum antara bank dan nasabah dalam perbankan syariah
1. Kelompok 2
Nam : Dwi rahmawan 2012112077
Luqman maulana 2012112078
Khafid jinan 2012112111
2. Di dalam terminologi syariah simpanan dikenal
dengan alwadiah yang diartikan sebagai titipan murni
dari suatu pihak dari pihak lain baik individu maupun
badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan
kapan saja atas kehendak penyimpan(nasabah).
3. A . Giro Syariah (Prinsip Wadiah)
Adalah sarana penyimpanan dana dalam bentuk mata
uang rupiah dengan pengelolaan berdasarkan prinsip
titipan (Wadiah yad Dhamanah) dimana dana
Nasabah akan dikelola secara amanah dan dijamin
penarikannya.
4. B. Tabungan Tandamata Syariah (Prinsip Wadiah)
Yaitu Simpanan Nasabah (perorangan) di Bank dalam
bentuk Tabungan dalam bentuk mata uang rupiah
dengan pengelolaan berdasarkan prinsip Titipan
(Wadiah Yad Dhamanah) dimana dana Nasabah akan
dikelola secara amanah dan dijamin penarikannya.
Penyetoran dan penarikan dapat diambil setiap saat
dengan fasilitas ATM Bersama dan On Line di seluruh
Kantor Bank
5. C. Deposito Syariah (Prinsip Mudharabah)
Yaitu Inventasi Nasabah dalam bentuk mata uang
rupiah dengan pengelolaan berdasarkan prinsip Bagi
Hasil (Mudharabah) dengan jangka waktu 1, 3, 6, 12
dan 24 bulan, dimana dana Nasabah akan dikelola
sesuai dengan Amanah dan Profesional dalam usaha.
Pendapatan Bank Syariah atas pengelolaan dana
tersebut akan dibagi sesuai dengan Nisbah (porsi) Bagi
Hasil yang disepakati di awal pembukaan rekening.
Penyetoran dan penarikan sesuai jangka waktu yang
disepakati dan dapat diperpanjang atau diperpanjang
secara otomatis (Automatic Roll Over).
6. Hubungan hukum antara bank dan nasabah
penyimpan dana Artinya bank menempatkan dirinya
sebagai peminjam dana milik masyarakat (para
penanam dana). Bentuk hubungan hukum antara
bank dan nasabah menyimpan dana, dapat terlihat
dari hubungan hukum yang muncul dari produk-
produk perbankan, seperti deposito, tabungan, giro,
dan sebagainya.
7. Bentuk hubungan hukum itu dapat tertuang dalam
bentuk peraturan bank yang bersangkutan dan syarat-
syarat umum yang harus dipatuhi oleh setiap nasabah
penyimpan dana. Syarat-syarat tersebut harus
disesuaikan dengan produk perbankan yang ada,
karena syarat dari suatu produk perbankan tidak akan
sama dengan syarat dari produk perbankan
8. Hubungan hukum antara bank dan nasabah debitur
Artinya bank sebagai lembaga penyedia dana bagi para debiturnya.
Bentuknya dapat berupa kredit, seperti kredit modal kerja, kredit
investasi, atau kredit usaha kecil. Dari segi kacamata hukum,
hubungan antara nasabah dengan bankterdiri dari dua bentuk yaitu :
@ Hubungan Kotraktual
a. Hubungan Kontraktual Hubungan yang paling utama dan lazim
antara bank dengan nasabah adalah hubungan kontraktual. Hal ini
berlaku hampir pada semua
nasabah, baik nasabah debitur, nasabah deposan, ataupun nasabah
non debitur-non deposan. Terhadap nasabah debitur hubungan
kontraktual tersebut berdasarkan atas suatu kontrak yang dibuat
antara bank sebagai kreditur (pemberi dana) dengan pihak debitur (
peminjam dana ). Hukum kontrak yang menjadi dasar hubungan bank
dengan nasabah debitur bersumber dari ketentuan-ketentuan
KUHPerdata tentang kontrak (buku ketiga).
9. Setiap nasabah yang menyimpan dana di bank syariah pada
dasarnya menggunakan akad Sistem Bagi Hasil, yang
dibagi adalah keuntungan yang diperoleh oleh peminjam,
sehingga hal ini tidak akan memberatkan bagi pihak
peminjam, karena apabila untungnya sedikit maka bagi
hasilnya juga sedikit. Berbeda dengan Bank Konvensional
yang menggunakan sistem bunga, yang mana dari awal
sudah diperjanjikan berapa besar bunga yang harus
dibayarkan oleh peminjam setiap bulannya, tidak peduli
apakah keuntungan si peminjam besar ataupun kecil atau
malah rugi. Hal ini tentu dapat memberatkan bagi si
peminjam, karena apabila keuntungannya kecil atau malah
rugi, dia tetap harus membayar bunga sebanyak yang
sudah diperjanjikan.