SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
BAB XV
         PENEGAKAN KEDAULATAN, KEAMANAN, KESELAMATAN LAUT
                           Bagian Kesatu
                   Keamanan dan Keselamatan Laut
                             Pasal 77


(1) Dalam rangka penataan kelembagaan untuk mensinergikan dan
    mengkoordinasikan antar pihak dalam keamanan dan keselamatan di laut
    harus dibentuk sistem penjagaan dan pengawasan keamanan dan
    keselamatan laut yang mandiri.

(2) Sistem penjagaan, pengawasan dan penegakan hukum yang mandiri di
    bidang kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
    a. Penegakan hukum di laut;
    b. Penyidikan di pelabuhan; dan
    c. Pengadilan kelautan.

                                  Pasal 78

(1) Sistem penjagaan dan pengawasan keamanan dan keselamatan laut yang
    mandiri sebagaimana dimaksud pada Pasal .. ayat (1) dilaksanakan oleh
    Badan Keamanan Laut yang selanjutnya disebut Bakamla.

(2) Dalam pelaksanaannya, pihak yang bertanggungjawab atas keamanan
    dan keselamatan di laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

   a. TNI-AL yang bertanggungjawab dalam penegakan kedaulatan.
   b. Bakamla bertanggungjawab dalam keamanan dan keselamatan untuk
      wilayah perairan di dalam yurisdiksi Indonesia.
   c. Syahbandar bertanggungjawab atas keamanan dan keselamatan untuk
      wilayah pelabuhan dan bandar.
   d. Nakhoda bertanggungjawab atas keamanan dan keselamatan pada
      masing-masing kapal.

                              Bagian Kedua
                         Penegakan Hukum di Laut
                                Pasal 79

(1) Penegakan hukum di laut sebagaimana dimaksud pada Pasal 77 ayat (2)
    huruf a meliputi kegiatan:
    a.  mengejar
    b.  memberhentikan
    c.  menangkap
d.    menyelidiki

                                 Pasal 79

(1) Institusiyang bertanggung jawab dalam penegakan hukum di laut
    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (2) huruf a mempunyai fungsi:
    a. menegakkan peraturan perundang-undangan dan hukum di perairan
       Indonesia;
    b. memberikan perlindungan terhadap jiwa manusia dan harta benda
       diperairan Indonesia;
    c. memberikan pengawasan dan pelayanan di Alur Laut Kepulauan
       Indonesia serta bantuan-bantuan kenavigasian;
    d. melindungi sumber daya di laut dan lingkungan serta menangkap para
       perusak sumber daya di laut dan lingkungan;
    e. melindungi keselamatan dan keamanan di laut dalam rangka
       meminimalisasi terjadinya kecelakaan dan peristiwa kejahatan di
       perairan Indonesia;
    f. mencegah pencurian dan pembajakan, serta dan menangkap pencuri
       dan pembajak di perairan Indonesia;
    g. mendeteksi dan menangkap para pelanggar hukum dan pelaku
       kejahatan di laut;
    h. mendeteksi, mengawasi dan memonitor perjalanan kapal perang asing
       yang telah mendapatkan ijin untuk melewati Alur Laut Kepulauan
       Indonesia dari institusi yang berwenang.

                               Bagian Ketiga
                                Penyidikan
                                   Pasal

Institusi penyidikan di pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 ayat
(2) huruf b adalah Syahbandar yang mempunyai fungsi sebagai koordinator
proses penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92.

                                   Pasal

(1) Dalam hal kapal terbukti secara nyata dan/atau dapat diduga melakukan
    kejahatan dan/atau pelanggaran di laut, penyidik berwenang:
   a. memeriksa dan membuat berita acara penangkapan sementara
   b. diperintah ad hoc atau dikawal menuju pelabuhan terdekat untuk
       dilakukan penyidikan

(2) Penyidikan terhadap kapal dalam rangka Penjagaan, Pengawasan dan
   Penegakan Hukum Perairan di dalam Yurisdiksi Indonesia dilakukan di
Pelabuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan dalam Pasal 99 ayat
   (1) di koordinasikan oleh Syahbandar

                                  Pasal 101

(1) Penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 ayat (3) meliputi :
   a. kelengkapan dan keabsahan surat-surat kapal
   b. tindakan kejahatan dan/atau pelanggaran pelayaran, kepelabuhanan,
      dan keselamatan maritim
   c. tindakan kejahatan dan/atau pelanggaran lingkungan berupa
      pencemaran laut
   d. pelanggaran peraturan kepabeanan terhadap barang-barang muatan

   e. pelanggaran peraturan keimigrasian untuk orang asing
   f. pelanggaran peraturan karantina
   g. tindakan kejahatan dan/atau pelanggaran peraturan tindak pidana
      umum

(2) Penyidikan terhadap pelanggaran dan kejahatan sebagaimana dimaksud
   pada ayat (1) huruf a dan huruf b dilakukan oleh Syahbandar

(3) Penyidikan terhadap pelanggaran dan kejahatan sebagaimana dimaksud
   pada ayat (1) huruf c dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil
   yang dikoordinasikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup sesuai dengan
   peraturan perundangan yang berlaku

(4) Penyidikan terhadap pelanggaran dan kejahatan sebagaimana dimaksud
    pada ayat (1) huruf d dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil
    dibidang Bea dan Cukai
(5) Penyidikan terhadap pelanggaran dan kejahatan sebagaimana dimaksud
    pada ayat (1) huruf e dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil
    dibidang Imigrasi.

(6) Penyidikan terhadap pelanggaran dan kejahatan sebagaimana dimaksud
   pada ayat (1) huruf f dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil
   dibidang Karantina Hewan, Tumbuh-tumbuhan dan Ikan serta dibidang
   Karantina Kesehatan Pelabuhan

(7) Penyidikan terhadap pelanggaran dan kejahatan sebagaimana dimaksud
   pada ayat (1) huruf g dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia

                                  Pasal 102
Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 melakukan penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan

                                Pasal 103

Ketentuan lebih lanjut mengenai Penegakan Kedaulatan, penegakan Hukum,
Keamanan dan Keselamatan di Laut serta Pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 98 diatur dalam peraturan perundang-undangan.


                               BAB XVI
                         PENGADILAN KELAUTAN

                                  Pasal

(1) Dengan Undang-Undang ini dibentuk pengadilan kelautan yang berwenang
  memeriksa, mengadili, dan memutus tindak pidana di bidang kelautan.

(2) Pengadilan Kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
  pengadilan khusus yang berada di lingkungan peradilan umum.

(3) PengadilanPerikanan sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang
  Nomor 16 Tahun 2006 tentang Perikanan dan Mahkamah Pelayaran
  sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang
  Pelayaran merupakan bagian yang terpadu dan tidak terpisahkan dari
  Pengadilan Kelautan.

(4) Untuk pertama kali Pengadilan Kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat
  (1) dibentuk di pengadilan negeri pada daerah yang memiliki pelabuhan
  utama.

(5) Daerah hukum Pengadilan Kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
  sesuai dengan daerah hukum pengadilan negeri yang bersangkutan.

                                  Pasal

(1) Pengadilan Kelautan berwenang dalam memeriksa pada tingkat pertama
    dan banding untuk setiap tindak pidana yang ditentukan dalam Undang-
    Undang ini.

                        Pemeriksaan di Pengadilan
                                  Pasal
Pemeriksaan di sidang pengadilan dalam perkara tindak pidana di bidang
kelautan dilakukan berdasarkan hukum acara yang berlaku, kecuali ditentukan
lain dalam Undang-Undang ini.

                                    Pasal

(1) Hakim pengadilan kelautan terdiri atas hakim karier dan hakim ad hoc.
(2) Susunan majelis hakim terdiri atas 2 (dua) hakim ad hoc dan 1 (satu) hakim
    karier.
(3) Hakim karier sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan
    Keputusan Ketua Mahkamah Agung.
(4) Hakim ad hoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan
    diberhentikan oleh Presiden atas usul Ketua Mahkamah Agung.



                                  BAB XVII
                             KETENTUAN PIDANA

                                    Pasal

Selain ketentuan pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini,
ketentuan pidana di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan
ketentuan pidana khusus lain di bidang kelautan tetap berlaku.

                                    Pasal

Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada Pasal 101 hingga Pasal
110 dilakukan oleh pejabat dalam kapasitas kewenangannya, ancaman
pidana ditambah dengan sepertiganya.


                                   BAB XX
                            KETENTUAN PERALIHAN
                                  Pasal 102

(1) Harmonisasi peraturan perundang-undangan terkait di bidang kelautan
    harus diselesaikan selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) tahun setelah
    berlakunya Undang-Undang ini.
(2) Bakamla sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 98 dibentuk selambat-
    lambatnya 2 (dua) tahun setelah berlakunya Undang-Undang ini.
(3) Pengadilan Kelautan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal ayat (1)
    dalam waktu selambat-lambatnya 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal
Undang-Undang ini mulai berlaku harus sudah melaksanakan tugas dan
    fungsinya.
(4) Dewan dan Caucus Kelautan di DPR dan DPD sebagaimana diamanatkan
    dalam Pasal ayat (2) dibentuk selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah
    berlakunya Undang-Undang ini.


                                   BAB XXI
                             KETENTUAN PENUTUP
                                   Pasal ..
(1) Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Kelautan ditetapkan paling
    lambat 2 (dua) tahun setelah berlakunya Undang-Undang ini.
(2) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, maka segala peraturan
    perundang-undangan yang mengatur dan/atau berkaitan dengan
    kelautan dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
    Undang-Undang ini.

More Related Content

What's hot

244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran
244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran
244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaranisetiawa1
 
KEADAAN BAHAYA
KEADAAN BAHAYAKEADAAN BAHAYA
KEADAAN BAHAYAdionslide
 
PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)
PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)
PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)Hendie Cahya Maladewa
 
Transportation Law - Air Transportation Law
Transportation Law - Air Transportation LawTransportation Law - Air Transportation Law
Transportation Law - Air Transportation LawMariske Myeke Tampi
 

What's hot (9)

244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran
244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran
244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran
 
Uu 31 1997
Uu 31 1997Uu 31 1997
Uu 31 1997
 
KEADAAN BAHAYA
KEADAAN BAHAYAKEADAAN BAHAYA
KEADAAN BAHAYA
 
PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)
PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)
PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)
 
Hukum laut ukm raha
Hukum laut ukm rahaHukum laut ukm raha
Hukum laut ukm raha
 
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbar
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbarTugas rangkuman hukum laut pa jabbar
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbar
 
HIR / RGB
HIR / RGBHIR / RGB
HIR / RGB
 
Transportation Law - Air Transportation Law
Transportation Law - Air Transportation LawTransportation Law - Air Transportation Law
Transportation Law - Air Transportation Law
 
Uu 26 2000
Uu 26 2000Uu 26 2000
Uu 26 2000
 

Similar to PenegakanHukumLaut

3. Paparan Desi Albert Mamahit.pptx
3. Paparan Desi Albert Mamahit.pptx3. Paparan Desi Albert Mamahit.pptx
3. Paparan Desi Albert Mamahit.pptxindraalverdian1
 
HUKUM_PENGANGKUTAN di indonesiabag 1.ppt
HUKUM_PENGANGKUTAN di indonesiabag 1.pptHUKUM_PENGANGKUTAN di indonesiabag 1.ppt
HUKUM_PENGANGKUTAN di indonesiabag 1.pptssuserd30037
 
Perpres no81th2005 ttg bakorkamla
Perpres no81th2005 ttg bakorkamlaPerpres no81th2005 ttg bakorkamla
Perpres no81th2005 ttg bakorkamlaSei Enim
 
Km 65 tahun 2002
Km 65 tahun 2002Km 65 tahun 2002
Km 65 tahun 2002Bp Nafri
 
Pengayaan Sesi 4b.pptx
Pengayaan Sesi 4b.pptxPengayaan Sesi 4b.pptx
Pengayaan Sesi 4b.pptxmarcoorias2
 
Pmk 44 tahun 2014 tentang pelabuhan sehat
Pmk 44 tahun 2014 tentang pelabuhan sehatPmk 44 tahun 2014 tentang pelabuhan sehat
Pmk 44 tahun 2014 tentang pelabuhan sehatEndang Sri Lestari
 
Unclos terjemahan
Unclos terjemahanUnclos terjemahan
Unclos terjemahanSei Enim
 
Permen kelautan-dan-perikanan-ri-no-3-2013-tentang-kesyahbandaran-di-pelabuhan
Permen kelautan-dan-perikanan-ri-no-3-2013-tentang-kesyahbandaran-di-pelabuhanPermen kelautan-dan-perikanan-ri-no-3-2013-tentang-kesyahbandaran-di-pelabuhan
Permen kelautan-dan-perikanan-ri-no-3-2013-tentang-kesyahbandaran-di-pelabuhanSyamsul 'anchu' Marlin
 
Pp No.51 thn 2002 ttg Perkapalan
Pp No.51 thn 2002 ttg PerkapalanPp No.51 thn 2002 ttg Perkapalan
Pp No.51 thn 2002 ttg PerkapalanSei Enim
 
Kelayakan kapal perikanan
Kelayakan kapal perikananKelayakan kapal perikanan
Kelayakan kapal perikananbachrisb
 
Hukum laut presentation
Hukum laut presentationHukum laut presentation
Hukum laut presentationjerii
 
Bab 2 asas dan teori hukum pidana
Bab 2   asas dan teori hukum pidanaBab 2   asas dan teori hukum pidana
Bab 2 asas dan teori hukum pidanaNuelimmanuel22
 
TUGAS ABDUR RAZAK ATT IV A.pptx
TUGAS ABDUR RAZAK ATT IV A.pptxTUGAS ABDUR RAZAK ATT IV A.pptx
TUGAS ABDUR RAZAK ATT IV A.pptxBettaDraxynoid
 
Perbedaan hukum laut internasional dan nasional
Perbedaan hukum laut internasional dan nasionalPerbedaan hukum laut internasional dan nasional
Perbedaan hukum laut internasional dan nasionalRizal Fahmi
 

Similar to PenegakanHukumLaut (20)

3. Paparan Desi Albert Mamahit.pptx
3. Paparan Desi Albert Mamahit.pptx3. Paparan Desi Albert Mamahit.pptx
3. Paparan Desi Albert Mamahit.pptx
 
HUKUM_PENGANGKUTAN di indonesiabag 1.ppt
HUKUM_PENGANGKUTAN di indonesiabag 1.pptHUKUM_PENGANGKUTAN di indonesiabag 1.ppt
HUKUM_PENGANGKUTAN di indonesiabag 1.ppt
 
PPT Kuliah 14 (1).pptx
PPT Kuliah 14 (1).pptxPPT Kuliah 14 (1).pptx
PPT Kuliah 14 (1).pptx
 
Perpres no81th2005 ttg bakorkamla
Perpres no81th2005 ttg bakorkamlaPerpres no81th2005 ttg bakorkamla
Perpres no81th2005 ttg bakorkamla
 
Km 65 tahun 2002
Km 65 tahun 2002Km 65 tahun 2002
Km 65 tahun 2002
 
Pengayaan Sesi 4b.pptx
Pengayaan Sesi 4b.pptxPengayaan Sesi 4b.pptx
Pengayaan Sesi 4b.pptx
 
Uu 15 1961
Uu 15 1961Uu 15 1961
Uu 15 1961
 
Pmk 44 tahun 2014 tentang pelabuhan sehat
Pmk 44 tahun 2014 tentang pelabuhan sehatPmk 44 tahun 2014 tentang pelabuhan sehat
Pmk 44 tahun 2014 tentang pelabuhan sehat
 
Unclos terjemahan
Unclos terjemahanUnclos terjemahan
Unclos terjemahan
 
Permen kelautan-dan-perikanan-ri-no-3-2013-tentang-kesyahbandaran-di-pelabuhan
Permen kelautan-dan-perikanan-ri-no-3-2013-tentang-kesyahbandaran-di-pelabuhanPermen kelautan-dan-perikanan-ri-no-3-2013-tentang-kesyahbandaran-di-pelabuhan
Permen kelautan-dan-perikanan-ri-no-3-2013-tentang-kesyahbandaran-di-pelabuhan
 
Pp No.51 thn 2002 ttg Perkapalan
Pp No.51 thn 2002 ttg PerkapalanPp No.51 thn 2002 ttg Perkapalan
Pp No.51 thn 2002 ttg Perkapalan
 
Kelayakan kapal perikanan
Kelayakan kapal perikananKelayakan kapal perikanan
Kelayakan kapal perikanan
 
Hukum laut presentation
Hukum laut presentationHukum laut presentation
Hukum laut presentation
 
1997 31 peradilan militer
1997 31 peradilan militer1997 31 peradilan militer
1997 31 peradilan militer
 
Uu 21 1992
Uu 21 1992Uu 21 1992
Uu 21 1992
 
Bab 2 asas dan teori hukum pidana
Bab 2   asas dan teori hukum pidanaBab 2   asas dan teori hukum pidana
Bab 2 asas dan teori hukum pidana
 
Kitab undang
Kitab undangKitab undang
Kitab undang
 
TUGAS ABDUR RAZAK ATT IV A.pptx
TUGAS ABDUR RAZAK ATT IV A.pptxTUGAS ABDUR RAZAK ATT IV A.pptx
TUGAS ABDUR RAZAK ATT IV A.pptx
 
Pp no 40 tahun 2012
Pp no 40 tahun 2012Pp no 40 tahun 2012
Pp no 40 tahun 2012
 
Perbedaan hukum laut internasional dan nasional
Perbedaan hukum laut internasional dan nasionalPerbedaan hukum laut internasional dan nasional
Perbedaan hukum laut internasional dan nasional
 

More from Wahyu Yuns

Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta Kerja
Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta KerjaMateri MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta Kerja
Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta KerjaWahyu Yuns
 
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDALPerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDALWahyu Yuns
 
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistem
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistemBuku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistem
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistemWahyu Yuns
 
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindung
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindungPermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindung
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindungWahyu Yuns
 
Rpkps hukum lingkungan spsil wys
Rpkps hukum lingkungan spsil wysRpkps hukum lingkungan spsil wys
Rpkps hukum lingkungan spsil wysWahyu Yuns
 
Lis klmpk hl e 18
Lis klmpk hl e 18Lis klmpk hl e 18
Lis klmpk hl e 18Wahyu Yuns
 
Role play 1904
Role play 1904Role play 1904
Role play 1904Wahyu Yuns
 
John knox report hre 2018
John knox report hre 2018John knox report hre 2018
John knox report hre 2018Wahyu Yuns
 
Rpkpm hk lingkungan
Rpkpm hk lingkunganRpkpm hk lingkungan
Rpkpm hk lingkunganWahyu Yuns
 
Artikel JPSL- Preventive Expenditure
Artikel JPSL- Preventive ExpenditureArtikel JPSL- Preventive Expenditure
Artikel JPSL- Preventive ExpenditureWahyu Yuns
 
Pp 46 tahun 2016 ttg klhs
Pp 46 tahun 2016 ttg klhsPp 46 tahun 2016 ttg klhs
Pp 46 tahun 2016 ttg klhsWahyu Yuns
 
Introduction Indonesian Environmental Law
Introduction Indonesian Environmental LawIntroduction Indonesian Environmental Law
Introduction Indonesian Environmental LawWahyu Yuns
 
Ekoling6. sistem managemen lingkungan
Ekoling6. sistem managemen lingkunganEkoling6. sistem managemen lingkungan
Ekoling6. sistem managemen lingkunganWahyu Yuns
 
Ekoling5. chap. ekolabelling
Ekoling5. chap. ekolabellingEkoling5. chap. ekolabelling
Ekoling5. chap. ekolabellingWahyu Yuns
 
Ekoling4. pedoman csr klh
Ekoling4. pedoman csr klhEkoling4. pedoman csr klh
Ekoling4. pedoman csr klhWahyu Yuns
 
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klh
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klhEkoling3. valuasi ekonomi sda-klh
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klhWahyu Yuns
 
critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013
 critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013 critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013
critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013Wahyu Yuns
 
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013Wahyu Yuns
 
Pengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udaraPengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udaraWahyu Yuns
 
Peraturan ttg penilaian amdal 1113
Peraturan ttg penilaian amdal 1113Peraturan ttg penilaian amdal 1113
Peraturan ttg penilaian amdal 1113Wahyu Yuns
 

More from Wahyu Yuns (20)

Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta Kerja
Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta KerjaMateri MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta Kerja
Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta Kerja
 
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDALPerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
 
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistem
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistemBuku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistem
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistem
 
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindung
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindungPermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindung
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindung
 
Rpkps hukum lingkungan spsil wys
Rpkps hukum lingkungan spsil wysRpkps hukum lingkungan spsil wys
Rpkps hukum lingkungan spsil wys
 
Lis klmpk hl e 18
Lis klmpk hl e 18Lis klmpk hl e 18
Lis klmpk hl e 18
 
Role play 1904
Role play 1904Role play 1904
Role play 1904
 
John knox report hre 2018
John knox report hre 2018John knox report hre 2018
John knox report hre 2018
 
Rpkpm hk lingkungan
Rpkpm hk lingkunganRpkpm hk lingkungan
Rpkpm hk lingkungan
 
Artikel JPSL- Preventive Expenditure
Artikel JPSL- Preventive ExpenditureArtikel JPSL- Preventive Expenditure
Artikel JPSL- Preventive Expenditure
 
Pp 46 tahun 2016 ttg klhs
Pp 46 tahun 2016 ttg klhsPp 46 tahun 2016 ttg klhs
Pp 46 tahun 2016 ttg klhs
 
Introduction Indonesian Environmental Law
Introduction Indonesian Environmental LawIntroduction Indonesian Environmental Law
Introduction Indonesian Environmental Law
 
Ekoling6. sistem managemen lingkungan
Ekoling6. sistem managemen lingkunganEkoling6. sistem managemen lingkungan
Ekoling6. sistem managemen lingkungan
 
Ekoling5. chap. ekolabelling
Ekoling5. chap. ekolabellingEkoling5. chap. ekolabelling
Ekoling5. chap. ekolabelling
 
Ekoling4. pedoman csr klh
Ekoling4. pedoman csr klhEkoling4. pedoman csr klh
Ekoling4. pedoman csr klh
 
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klh
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klhEkoling3. valuasi ekonomi sda-klh
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klh
 
critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013
 critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013 critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013
critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013
 
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013
 
Pengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udaraPengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udara
 
Peraturan ttg penilaian amdal 1113
Peraturan ttg penilaian amdal 1113Peraturan ttg penilaian amdal 1113
Peraturan ttg penilaian amdal 1113
 

PenegakanHukumLaut

  • 1. BAB XV PENEGAKAN KEDAULATAN, KEAMANAN, KESELAMATAN LAUT Bagian Kesatu Keamanan dan Keselamatan Laut Pasal 77 (1) Dalam rangka penataan kelembagaan untuk mensinergikan dan mengkoordinasikan antar pihak dalam keamanan dan keselamatan di laut harus dibentuk sistem penjagaan dan pengawasan keamanan dan keselamatan laut yang mandiri. (2) Sistem penjagaan, pengawasan dan penegakan hukum yang mandiri di bidang kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Penegakan hukum di laut; b. Penyidikan di pelabuhan; dan c. Pengadilan kelautan. Pasal 78 (1) Sistem penjagaan dan pengawasan keamanan dan keselamatan laut yang mandiri sebagaimana dimaksud pada Pasal .. ayat (1) dilaksanakan oleh Badan Keamanan Laut yang selanjutnya disebut Bakamla. (2) Dalam pelaksanaannya, pihak yang bertanggungjawab atas keamanan dan keselamatan di laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. TNI-AL yang bertanggungjawab dalam penegakan kedaulatan. b. Bakamla bertanggungjawab dalam keamanan dan keselamatan untuk wilayah perairan di dalam yurisdiksi Indonesia. c. Syahbandar bertanggungjawab atas keamanan dan keselamatan untuk wilayah pelabuhan dan bandar. d. Nakhoda bertanggungjawab atas keamanan dan keselamatan pada masing-masing kapal. Bagian Kedua Penegakan Hukum di Laut Pasal 79 (1) Penegakan hukum di laut sebagaimana dimaksud pada Pasal 77 ayat (2) huruf a meliputi kegiatan: a. mengejar b. memberhentikan c. menangkap
  • 2. d. menyelidiki Pasal 79 (1) Institusiyang bertanggung jawab dalam penegakan hukum di laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (2) huruf a mempunyai fungsi: a. menegakkan peraturan perundang-undangan dan hukum di perairan Indonesia; b. memberikan perlindungan terhadap jiwa manusia dan harta benda diperairan Indonesia; c. memberikan pengawasan dan pelayanan di Alur Laut Kepulauan Indonesia serta bantuan-bantuan kenavigasian; d. melindungi sumber daya di laut dan lingkungan serta menangkap para perusak sumber daya di laut dan lingkungan; e. melindungi keselamatan dan keamanan di laut dalam rangka meminimalisasi terjadinya kecelakaan dan peristiwa kejahatan di perairan Indonesia; f. mencegah pencurian dan pembajakan, serta dan menangkap pencuri dan pembajak di perairan Indonesia; g. mendeteksi dan menangkap para pelanggar hukum dan pelaku kejahatan di laut; h. mendeteksi, mengawasi dan memonitor perjalanan kapal perang asing yang telah mendapatkan ijin untuk melewati Alur Laut Kepulauan Indonesia dari institusi yang berwenang. Bagian Ketiga Penyidikan Pasal Institusi penyidikan di pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 ayat (2) huruf b adalah Syahbandar yang mempunyai fungsi sebagai koordinator proses penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92. Pasal (1) Dalam hal kapal terbukti secara nyata dan/atau dapat diduga melakukan kejahatan dan/atau pelanggaran di laut, penyidik berwenang: a. memeriksa dan membuat berita acara penangkapan sementara b. diperintah ad hoc atau dikawal menuju pelabuhan terdekat untuk dilakukan penyidikan (2) Penyidikan terhadap kapal dalam rangka Penjagaan, Pengawasan dan Penegakan Hukum Perairan di dalam Yurisdiksi Indonesia dilakukan di
  • 3. Pelabuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan dalam Pasal 99 ayat (1) di koordinasikan oleh Syahbandar Pasal 101 (1) Penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 ayat (3) meliputi : a. kelengkapan dan keabsahan surat-surat kapal b. tindakan kejahatan dan/atau pelanggaran pelayaran, kepelabuhanan, dan keselamatan maritim c. tindakan kejahatan dan/atau pelanggaran lingkungan berupa pencemaran laut d. pelanggaran peraturan kepabeanan terhadap barang-barang muatan e. pelanggaran peraturan keimigrasian untuk orang asing f. pelanggaran peraturan karantina g. tindakan kejahatan dan/atau pelanggaran peraturan tindak pidana umum (2) Penyidikan terhadap pelanggaran dan kejahatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dilakukan oleh Syahbandar (3) Penyidikan terhadap pelanggaran dan kejahatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang dikoordinasikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku (4) Penyidikan terhadap pelanggaran dan kejahatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dibidang Bea dan Cukai (5) Penyidikan terhadap pelanggaran dan kejahatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dibidang Imigrasi. (6) Penyidikan terhadap pelanggaran dan kejahatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dibidang Karantina Hewan, Tumbuh-tumbuhan dan Ikan serta dibidang Karantina Kesehatan Pelabuhan (7) Penyidikan terhadap pelanggaran dan kejahatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 102
  • 4. Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 melakukan penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan Pasal 103 Ketentuan lebih lanjut mengenai Penegakan Kedaulatan, penegakan Hukum, Keamanan dan Keselamatan di Laut serta Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 diatur dalam peraturan perundang-undangan. BAB XVI PENGADILAN KELAUTAN Pasal (1) Dengan Undang-Undang ini dibentuk pengadilan kelautan yang berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus tindak pidana di bidang kelautan. (2) Pengadilan Kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan peradilan umum. (3) PengadilanPerikanan sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Perikanan dan Mahkamah Pelayaran sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Pelayaran merupakan bagian yang terpadu dan tidak terpisahkan dari Pengadilan Kelautan. (4) Untuk pertama kali Pengadilan Kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk di pengadilan negeri pada daerah yang memiliki pelabuhan utama. (5) Daerah hukum Pengadilan Kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan daerah hukum pengadilan negeri yang bersangkutan. Pasal (1) Pengadilan Kelautan berwenang dalam memeriksa pada tingkat pertama dan banding untuk setiap tindak pidana yang ditentukan dalam Undang- Undang ini. Pemeriksaan di Pengadilan Pasal
  • 5. Pemeriksaan di sidang pengadilan dalam perkara tindak pidana di bidang kelautan dilakukan berdasarkan hukum acara yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini. Pasal (1) Hakim pengadilan kelautan terdiri atas hakim karier dan hakim ad hoc. (2) Susunan majelis hakim terdiri atas 2 (dua) hakim ad hoc dan 1 (satu) hakim karier. (3) Hakim karier sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung. (4) Hakim ad hoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Ketua Mahkamah Agung. BAB XVII KETENTUAN PIDANA Pasal Selain ketentuan pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, ketentuan pidana di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan ketentuan pidana khusus lain di bidang kelautan tetap berlaku. Pasal Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada Pasal 101 hingga Pasal 110 dilakukan oleh pejabat dalam kapasitas kewenangannya, ancaman pidana ditambah dengan sepertiganya. BAB XX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 102 (1) Harmonisasi peraturan perundang-undangan terkait di bidang kelautan harus diselesaikan selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) tahun setelah berlakunya Undang-Undang ini. (2) Bakamla sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 98 dibentuk selambat- lambatnya 2 (dua) tahun setelah berlakunya Undang-Undang ini. (3) Pengadilan Kelautan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal ayat (1) dalam waktu selambat-lambatnya 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal
  • 6. Undang-Undang ini mulai berlaku harus sudah melaksanakan tugas dan fungsinya. (4) Dewan dan Caucus Kelautan di DPR dan DPD sebagaimana diamanatkan dalam Pasal ayat (2) dibentuk selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah berlakunya Undang-Undang ini. BAB XXI KETENTUAN PENUTUP Pasal .. (1) Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Kelautan ditetapkan paling lambat 2 (dua) tahun setelah berlakunya Undang-Undang ini. (2) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, maka segala peraturan perundang-undangan yang mengatur dan/atau berkaitan dengan kelautan dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini.