1. Kasus Kewarganegaraan
Pengertian Kewarganegaraan
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik tertentu (secara
khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang
dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara. Seorang warga negara berhak
memiliki paspor dari negara yang dianggotainya.
Contoh Kasus :
1. Gelombang penolakan terhadap rencana Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid, menaturalisasi pemain
muda asal Brasil terus bermunculan. Setelah pakar dan pelaku sepakbola nasional bersuara lantang,
kini giliran DPR angkat bicara.
Anggota dewan bakal menjegal rencana Nurdin dalam rapat dengar pendapat. DPR menilai Nurdin
telah salah mengimplementasikan makna Pasal 20 UU No. 12 Th. 2006 tentang Kewarganegaraan.
“Ini salah kaprah. Hak kewarganegaraan istimewa hanya bisa diberikan pada orang-orang yang telah
berjasa pada negara. Bukan pada sembarangan orang yang kita belum tahu asal-usulnya,” ungkap
Amuzamil Yusuf, anggota Komisi III DPR yang membidani Hukum dan HAM.
Menurut Zamil, pemain-pemain asal Negeri Samba yang diboyong PSSI belum menunjukkan
kontribusi nyata untuk membangun kemajuan sepakbola Indonesia.
“Kalau dasarnya untuk mendongkrak prestasi, kenapa ambil pemain Brasil di level bawah? Hanya
pemain yang benar-benar berkualitas yang bisa disodori paspor negara kita,” ungkap anggota DPR dari
fraksi Partai Keadilan Sejahtera itu.
Jangankan pemain yang jelas, atlet-atlet bulutangkis warga keturunan Cina yang jelas-jelas
menyumbangkan gelar juara di pentas internasional banyak yang digantung status
kewarganegaraannya.
Zamil mencontohkan kasus yang menimpa pebulutangkis Hendrawan beberapa tahun silam. Karena tak
mengantongi Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) runner-up Olimpiade Sydney
itu kesulitan mengurus surat kelahiran anaknya. Saat mencoba mengurus SBKRI ke pihak
keimigrasian, suami Silvia Angraeni itu dipaksa menunggu selama setahun tanpa kejelasan.
“Beruntung saat mengadu ke Presiden RI waktu itu, Megawati Soekarnoputri, SBKRI bisa kelar pada
tahun 2000. Kini SBKRI dihapus pemerintah,” kenang Hendrawan.
Ditolak Menegpora
Kasus lain yang tak kalah mengenaskan menimpa pasangan pebulutangkis Alan Budi Kusuma-Susy
Susanti. Suami-istri peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 itu baru mendapat hak
kewarganegaraan penuh atas campur tangan Wapres Try Sutrisno (1992).
“Bisa dibayangkan begitu sulitnya menjadi orang Indonesia. DPR tak akan menjegal PSSI melakukan
naturalisasi asal tak menyalahi UU dan berjalan sewajarnya,” tambah Zamil.
Maksud sewajarnya adalah sudah bermukim lima tahun di Indonesia dan prestasinya diakui publik
sepakbola nasional. “Yang terpenting dia tak bisa mengantongi kewarganegaraan ganda. Jangan sampai
motivasinya hanya karena urusan cari makan, begitu pensiun mudik lagi ke negaranya,” jabar Zamil.
Menegpora Adhyaksa Dault pun siap menghadang naturalisasi instan. “Jangan karena kita mengalami
rentetan kegagalan lalu menempuh jalan instan. Naturalisasi bukan solusi yang baik. Ini sama saja
menjual harga diri bangsa. PSSI harus memberikan alasan konkret di balik dikeluarkannya kebijakan
ini,” tegas Adhyaksa di Bandung.
Kalau koor penolakan begitu kencang, apa lagi yang ditunggu? Katakan tidak pada naturalisasi instan!
Pasal 20 UU No. 12 Tahun 2006
Orang asing yang telah berjasa kepada negara Republik Indonesia atau dengan alasan kepentingan
negara dapat diberi Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh Presiden setelah memperoleh
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, kecuali dengan pemberian
kewarganegaraan tersebut mengakibatkan yang bersangkutan berkewarganegaraan ganda.
2. 2. Tong Sin Fu
Masalah Kewarganegaraan Membuatnya Hijrah
Miris, melihat kesuksesan pemain-pemain China terutama di tunggal putra ternyata diarsiteki oleh
Putra Bangsa Indonesia "TONG SIN FU". Selain Lin Dan, sederet pemain China juga berhasil dipoles
oleh tangan dingin Om Tong, demikian biasa beliau dipanggil. Adalah Chen Jin. Bao Cun Lai
memperpanjang daftar keberhasilan Om Tong.
Tong Sin Fu memang warga keturunan. Namun beliau Lahir di Indonesia, besar di Indonesia, berkarya
di Indonesia. Hanya karena masalah kewarganegaraan memaksanya hijrah ke negeri ''Tirai Bambu''.
Tanyalah kepada beliau betapa besar cintanya kepada Indonesia, betapa besar keinginannya untuk
kembali berkarya di Indonesia. Namun perhatian pemerintah terhadap masalah kewarganegaraan
membuatnya urung kembali ke negara tercintanya.
Seandainya pemerintah tanggap dan peduli akan permasalahan ini, bukan tidak mungkin melalui
tangan dinginnya Indonesia akan melahirkan pemain-pemain tingkat dunia yang handal.
Kasus serupa pernah menimpa pemain-pemain Indonesia lainya dan bahkan sampai saat ini mereka
masih mengalami hal serupa.
Jika kasus ini kembali terulang, maka akan lebih banyak Tong Sin Fu, Tong Sin Fu lain yang akan
hengkang ke luar negeri.