Dokumen tersebut membahas analisis kinerja pembangunan di Sumatera Selatan dalam tiga dimensi yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi di antaranya adalah kualitas sumber daya manusia khususnya di bidang pendidikan dan infrastruktur wilayah seperti jaringan transportasi.
4. Konsep
• Pembangunan merupakan upaya terencana untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat
– Kesempatan dan peluang ekonomi yang makin terbuka
luas hanya mungkin terjadi jika ada pertumbuhan
– Individu yang makin produktif dan komunitas yang
harmonis hanya mungkin terjadi jika ada investasi
pembangunan manusia dan pemberdayaan masyarakat
– Lingkungan hidup yang terjaga dan mendukung kehidupan
hanya terjadi jika pembangunan dilakukan secara
berkelanjutan
• Tidak bisa hanya mengejar salah satu dimensi saja
– Ketiga dimensi saling mempengaruhi
– Jika salah satu terganggu akan memperburuk dua dimensi
lainnya dan mengancam keberlanjutan pembangunan
5. Peningkatan daya beli
Peningkatan investasi pendidikan
Peningkatan investasi kesehatan
Peningkatan produktivitas angkatan kerja
Penguatan sosial capital
Lingkungan usaha yang kondusif
6. Peningkatan aspirasi kualitas lingkungan
Pendanaan rehabilitasi lahan kritis
Revolusi hijau & revolusi biru
Peningkatan daya dukung luingkungan
Jasa lingkungan
Global public goods
7. Peningkatan kesadaran lingkungan hidup
Peningkatan apresiasi keragaman hayati
Penurunan gangguan kesehatan
Sumber obat-obatan
Penguatan komunitas
8. Dengan kata lain...
• Pembangunan daerah merupakan upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah
• Peningkatan kesejahteraan masyarakat daerah terwujud
dalam peningkatan total aset kekayaan daerah, yg meliputi:
– Aset buatan (man-made capital)
– Aset sumber daya manusia (human capital)
– Aset sosial (social capital)
– Aset budaya (cultural capital)
– Aset sumber daya alam (natural capital)
• Dalam konteks dinamis (waktu), pengelolaan aset-aset
tersebut memungkinkan perubahan komposisi aset-aset
kekayaan daerah (portofolio aset), tetapi idealnya terjadi
akumulasi di semua portofolio aset.
12. Metode analisis
• Diagnosa faktor pembatas (binding constrains)
– Mencari akar masalah dari kurang optimalnya kinerja pembangunan
daerah
• Identifikasi sektor-sektor strategis
– Mencari sektor-sektor yang memiliki daya ungkit besar bagi
perekonomian daerah
• Pengembangan skenario optimal
– Memilih skenario yang paling optimal dalam konteks batasan sumber
daya lahan (resource constraints), dampak lingkungan, dan potensi
trade-off
13. Pohon masalah:
•Growth constraints
•Innequality & poverty
reduction
•Sustainable dev’t
Analisis kuantitatif:
•Inter-Regional I-O
•Ekonometrik - Growth
elasticity of poverty
•Analisis Keseimbangan
Umum (CGE)
Formulasi strategi:
•Pendanaan investasi
•Iklim investasi
•Penerimaan pemda
•Kualitas belanja pemda
“it is impossible to unleash your potentials unless your binding constraints are tackled”
Strategi
pembenahan
Strategi
progresif
Strategi
pendanaan &
kelembagaan
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
15. Diagnosa Faktor Pembatas
• Faktor-faktor apa yang menghambat pertumbuhan ekonomi,
pembangunan sosial, dan pelestarian lingkungan?
• Perlu kerangka analisis untuk masing-masing individual
dimensi maupun ketiganya dalam satu keterkaitan
• Analisis dilakukan untuk mencari akar masalah di balik suatu
fenomena “problem tree”
• Didukung dengan data dan informasi untuk mengkonfirmasi
validitasnya
– Price signals
– Non-price signals
17. Diagnosa pertumbuhan
• Proxy pertumbuhan: investasi - apa yang menghambat
investasi dan kewirausahaan
• Apakah karena rendahnya imbal hasil usaha, tingginya
risiko/biaya usaha, atau karena mahalnya sumber
permodalan?
• Dicari dengan mengenali signal harga dan signal nonharga
• Signal harga: return to education, interest rates, biaya
transport
• Signal nonharga: timbulnya aktivitas yg bertujuan untuk
mensiasati hambatan
• Perbandingan antarprovinsi atau antarwaktu digunakan sbg
pengukur apakah faktor2 yg diamati merupakan
penghambat
18. Potensi imbal balik (profitabilitas)
usaha rendah?
• Apakah karena potensi imbal balik kecil? Atau karena
tingginya faktor risiko?
• Perlu ditelusuri faktor-faktor yg menentukan potensi imbal
balik usaha:
– Faktor geografi yang tak mendukung?
– Sumber daya manusia kurang?
– Infrastruktur wilayah buruk?
– Potensi aglomerasi kecil?
19. Faktor geografi
• Lokasi relatif strategis:
– Bagian koridor ekonomi Sumatera
– Jalur pelayaran ‘Pendulum Nusantara’
– Dekat dg Jakarta, Singapura, IMT-GT
• Lahan mendukung:
– Lahan landai cukup luas: mendukung industri
– Iklim tropis basah: mendukung aktivitas pertanian
– Jenis tanah dominan: aluvial, andosol, latosol
• Lebih banyak faktor yang menguntungkan daripada yang
merugikan kesimpulannya geografi bukan merupakan
penghambat
20. Bagaimana dengan Faktor SDM?
• Terdapat hubungan
positif antara rata-rata
lama sekolah dan tingkat
pendapatan
• Return to education
semakin meningkat
deari waktu ke waktu
pendidikan semakin
penting bagi
pertumbuhan
• Bagaimana dengan
Sumsel?
500
550
600
650
2 4 6 8 10 12
Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun keatas
2002 2010
Sumber: IPM Indonesia 2002 & 2010
21. Gambaran kualitas SDM Sumsel -
pendidikan
• Kualitas angkatan kerja:
– SD - SMP 68% (nasional 66%)
– SMA/SMK 24% (nasional 25%)
– Pendidikan tinggi 9% (nasional 9%)
• Pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan
– SD 3% (nasional 4%)
– SMP 6% (nasional 8%)
– SMA 11% (nasional 10%)
– SMK 10% (nsional 10%)
– Universitas 7% (nasional 6%)
• Capaian Sumsel tidak berbeda jauh dengan capaian nasional, alias
“capaiannya baru rata-rata” (belum unggul)
• Bagaimana perkembangan dari waktu ke waktu?
• Bagaimana dibandingkan daerah lain di KBI?
22. Peningkatan rata-rata lama sekolah berjalan relatif lambat
• Fokus pembangunan pendidikan perlu digeser dari pendidikan dasar ke
pendidikan menengah dan kejuruan
• Sejalan dengan arah kebijakan nasional ke depan: pendidikan menengah
universal
23. • Capaian Sumsel dalam Angka Partisipasi
Murni (APM) tidak terlalu berbeda dengan
beberapa daerah di Sumatera dan Jawa-
Bali untuk tingkat SD/MI
• Tetapi semakin tinggi tingkat pendidikan,
capaian Sumsel semakin tertinggal, lebih
rendah dari capaian nasional dan
termasuk terendah di wilayah Sumatera
• Pendidikan menengah-atas sangat terkait
erat dengan kesiapan dan kualitas
angkatan kerja
24. • Anak-anak Sumsel di usia remaja
relatif sedikit yang bersekolah SMP-
SMA dan yang sederajat
dibandingkan remaja seumurannya
di provinsi lain di wilayah Sumatera
dan Jawa-Bali
• Apakah karena prasarana dan
sarana?
25. Kondisi prasarana & sarana pendidikan
• Berapa persen kecamatan yang memiliki sekolah negeri
tingkat SLTP & SLTA?
• Berapa jarak rata2 ke SMP/MTs terdekat dari desa yg tak ada
sekolah?
• Berapa jarak rata2 ke SMA/SMK/MA terdekat dari desa yang
tak ada sekolah?
26. • Tingkat
ketersediaan
prasarana sekolah
di tingkat
kecamatan di
Sumsel relatif baik
• Di wilayah
Sumatera hanya
kalah dari Riau
• Namun bagaimana
jarak rata2 dari
desa ke sekolah
terdekat? 0 .2 .4 .6 .8 1
Papua
Papua Barat
Maluku Utara
Maluku
Sulawesi Barat
Gorontalo
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Barat
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Bali
Banten
Java Timur
DI Yogyakarta
Java Tengah
Java Barat
DKI Jakarta
Kep. Riau
Bangka Belitung
Lampung
Bengkulu
Sumatra Selatan
Jambi
Riau
Sumatra Barat
Sumatra Utara
Aceh
Kecamatan
Memiliki SMP/MTs Negeri
Memiliki SMA/SMK/MA Negeri
27. • Median jarak desa di
Sumsel dengan
SMA/SMK/MA
terdekat sekitar 7 km
• Tapi masih ada desa
yg berjarak 25 km
dari SMA/SMK/MA
terdekat
• Bahkan masih ada yg
berjarak 100 km atau
lebih (outliers)
• Perbaikan
infrastruktur
aksesibilitas wilayah
menjadi kunci
• Bagaimana dengan
tenaga pengajar/
guru? 0 20 40 60 80 100
Distance to the nearest SMA/SMK/MA
Papua
West Papua
North Maluku
Maluku
West Sulawesi
Gorontalo
Southeast Sulawesi
South Sulawesi
Central Sulawesi
North Sulawesi
East Kalimantan
South Kalimantan
Central Kalimantan
West Kalimantan
East Nusa Tenggara
West Nusa Tenggara
Bali
Banten
East Java
DI Yogyakarta
Central Java
West Java
DKI Jakarta
Riau Islands
Bangka Belitung Islands
Lampung
Bengkulu
South Sumatra
Jambi
Riau
West Sumatra
North Sumatra
Nangroe Aceh
28. Rasio Murid-Guru?
• Rasio murid-guru di Sumsel cukup baik,
khususnya untuk sekolah negeri.
• Bila dibandingkan dengan capaian
nasional, angka rasio Sumsel untuk SD
dan SMP relatif sama, bahkan sedikit
lebih baik.
• Perlu ditelusuri apakah problemnya
pada distribusi antardaerah (antar
kab/kota, antara desa-kota), ataukah
pada kualitas/kompetensi tenaga guru.
29. Gambaran kualitas SDM Sumsel - kesehatan
• Indikator kesehatan Sumsel relatif baik, capaian AHH dan AKB lebih baik dari rata-rata nasional.
• Perbaikan AHH juga relatif cepat (dibandingkan dengan daerah lain dengan kondisi awal yang sama)
30. Capaian kesehatan cukup baik, tapi masih
banyak ruang untuk perbaikan
• Secara umum, capaian di bi dang kesehatan
menunjukkan bahwa kontribusi bidang kesehatan
bagi peningkatan kualitas SDM bukan merupakan
faktor pembatas (constraints).
• Tetapi mengingat persaingan di tingkat kawasan
(regional ASEAN) yang akan makin ketat di masa
datang, beberapa perbaikan perlu dilakukan.
• Ruang perbaikan: pemerataan pelayanan
kesehatan yang berkualitas.
• Dukungan infrastruktur sangat penting.
31. Ketersediaan Tenaga Kesehatan
• 60% Puskesmas di Sumsel hanya memiliki paling banyak 1
orang dokter, 8% di antaranya malah tidak tersedia dokter
sama sekali.
32. Masih ada 10% puskesmas di Sumsel yang tak didukung
listrik selama 24 jam.
33. Kesimpulan faktor SDM
• Hambatan pada pembangunan kualitas SDM di Sumsel
lebih dicirikan oleh bidang pendidikan daripada
kesehatan.
• Fokus perbaikan perlu diletakkan pada:
– Peningkatan akses pendidikan menengah atas dan tinggi.
– Pemerataan prasarana pendidikan menengah/kejuruan.
– Selain kuantitas dan prasarana fisik, peningkatan kualitas
dan relevansi kurikulum yang sejalan dengan araha
industrialisasi daerah perlu diperhatikan.
• Namun demikian perbaikan di bidang kesehatan juga
perlu ditingkatkan untuk investasi pembangunan SDM
dalam jangka menengah-panjang.
34. Bagaimana dengan faktor infrastruktur
• Channel kontribusi utama infrastruktur bagi
aktivitas ekonomi wilayah adalah melalui biaya
transport dan ketersediaan energi
• Price signal: biaya transport darat, biaya
transport laut, biaya transport udara
– Juga iceberg cost: biaya yg timbul karena
kerusakan/kehilangan barang selama pengangkutan
(berapa kg jeruk yang rusak selama perjalanan dari
Pagar Alam ke Palembang?)
• Apakah tingginya biaya transport karena
buruknya prasarana? Jumlahnya atau
kualitasnya?
35. Infrastruktur wilayah - jalan
• Pengembangan koridor ekonomi mutlak
memerlukan jaringan jalan yang handal
• Jaringan jalan wilayah juga diperlukan untuk
memeratakan pembangunan antardaerah
• Ketersediaan perlu dilihat dari sisi kuantitas
(kerapatan jalan) dan kualitas permukaan
(kapasitas)
• Jaringan jalan yang handal meningkatkan efisiensi
transportasi barang
– Turunnya ongkos transport
– Turunnya tingkat kerusakan barang (iceberg cost)
36. Biaya transport
• Berapa biaya pengiriman barang dengan truk
per km? Apakah lebih mahal dibandingkan
dengan di daerah lain?
• Bagaimana kerapatan jalan dan kemantapan
jalan di Sumsel?
37. • Kerapatan jalan di Sumsel termasuk rendah
secara nasional, terendah di wilayah Sumatera
• Hanya 50% permukaan jalan dalam kondisi baik
• 80% jaringan jalan di bawah kewenangan
pemerintah kabupaten/kota
38. • Berth Occupancy Ratio (BOR) merupakan perbandingan antara waktu
penggunaan dermaga dengan waktu operasi yang tersedia, dinyatakan
dalam persen.
• Standar internasional menetapkan BOR >70 mengindikasikan terlalu
padatnya pelabuhan, sedangkan BOR<50 menandakan inefisiensi investasi
(under-utilized)
Port
39. Electricity
• Rasio elektrifikasi Sumsel
termasuk terendah di KBI
• Ketersediaan listrik penting bagi
industrialisasi, termasuk
mendukung aktivitas non-
pertanian di perdesaan
• Terdapat kaitan yg erat antara
tingkat pendapatan dan tingkat
konsumsi listrik
• Setiap 1% peningkatan
pendapatan akan diikuti dengan
0,9% peningkatan konsumsi
listrik
• Bagaimana dengan 5 tahun yad?
41. Kesimpulan faktor infrastruktur
• Hambatan utama dari sisi infrastruktur adalah
peningkatan kualitas jaringan jalan, diikuti oleh
kehandalan suplai listrik.
• Mengingat sebagian besar jaringan jalan di bawah
kewenangan pemerintah kabupaten/kota, sangat
penting memastikan anggaran pemda kab/kota
teralokasikan secara memadai untuk pemeliharaan
jalan dan jembatan.
• Keterbatasan energi listrik perlu diatasi dengan
koordinasi pusat-daerah-BUMN. Dalam jangka
menengah bisa menjadi peluang pengembangan
sumber energi alternatif: mikrohidro, biodiesel.
42. Faktor risiko & biaya non-produksi
(low appropriability)
• Risiko level mikro:
– Korupsi
– Pajak & pungutan
– Kemudahan usaha & Property rights
• Risiko level makro:
– Instabilitas moneter
– Instabilitas finansial
– Instabilitas fiskal
• Keamanan dan ketertiban: potensi konflik sosial
• Eksternalitas
– Problem koordinasi
43. Faktor permodalan
• Apakah biaya modal (cost of fund) tinggi?
– Creadit ratio to GRDP vs nasional
– Real lending rate vs nasional
– Elastisitas growth thd interest rates
• Kinerja lembaga keuangan domestik
– Rendahnya potensi tabungan (bank saving to GRDP
ratio)
– Lemahnya fungsi intermediasi perbankan
• (LDR, NPL, rasio jml bank/area, rasio bank/penduduk)
• Credit rationing: to agriculture, SMEs (risky sectors)
• Kinerja lembaga keuangan internasional
44. Secara umum sektor finansial Indonesia tertinggal dari
negara-negara tetangga
• Akses ke sumber daya finansial dipercaya merupakan faktor penting bagi
pertumbuhan ekonomi suatu negara.
• Akses ke permodalan dan keuangan membantu dunia usaha berekspansi,
menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan produktivitas yang
akhirnya mendorong petumbuhan secara makro.
• Pasar finansial yang dangkal dan akses finansial yang terbatas akan
menghambat perekonomian berproduksi pada kapasitas maksimum.
45. Biaya modal (cost of fund)
• Hingga TW II 2013 sebenarnya terjadi
tren penurunan suku bunga pinjaman,
dengan rata-rata posisi terakhir 13,31%
– Bunga kredit konsumsi 13,62%
– Bunga kredit investasi 12,95%
• Dengan inflasi sekitar 4,5 (2012)-4,75
(S1-2013) maka real lending rate untuk
kredit investasi sekitar 8,2-8,5%
• Bunga kredit di China dan Thailand
berkisar 4-8%
• Spread (selisih antara bunga pinjaman
dan simpanan) masih 7% lebih
• Bi baru saja menaikkan suku bunga
simpanan, kemungkinan akan
mendorong bunga pinjaman
menekan daya saing investasi
46. Fungsi intermediasi perbankan
• Loan to deposit ratio (LDR) atau
rasio antara kredit dan simpanan di
Sumsel relatif tinggi dengan tren
meningkat.
• Meningkatnya LDR karena
peningkatan penghimpunan dana
pihak ketiga (DPK) lebih rendah dari
pertumbuhan penyaluran kredit.
• Sejak 2012 LDR telah melampaui
100, artinya Sumsel lebih banyak
menerima kredit dari provinsi lain.
• Dapat dikatakan fungsi intermediasi
perbankan di Sumsel tidak menjadi
masalah.
47. Penyaluran kredit
• Secara total, penyaluran
kredit pada Tw II 2013
tumbuh 12,4% (yoy):
– Kredit lap usaha 12,2%
– Kredit bukan lap usaha 13,3%
• Sektor perdagangan
merupakan penerima kredit
terbesar, diikuti pertanian dan
industri pengolahan.
– Tetapi kredit dengan laju
pertumbuhan tertinggi di sektor
konstruksi, 36% (yoy)
• Pada kelompok bukan usaha,
kredit terbesar disalurkan
untuk rumah dan kendaraan
bermotor.
– Tetapi pertumbuhan tertinggi
pada sektor apartmen/flat.
48. • Menurut penggunaannya, penyaluran kredit terbesar untuk kredit modal
kerja.
• Namun pertumbuhan year on year (dibandingkan triwulan yang sama tahun
2012) tertinggi terjadi pada penyaluran kredit investasi, meskipun cenderung
melambat sejak akhir 2012 hingga semester 1 2013
• Secara spasial, penerima kredit terbesar Kota Palembang dengan pangsa
51,3%, diikuti Musi Banyuasin dan OKU.
• Namun pertumbuhan penyaluran kredit tertinggi terjadi di Banyuasin
(14,5%), Lahat (8,8%), dan Empat Lawang (7,4%).
49. Kesimpulan faktor keuangan
• Meskipun kinerja sektor keuangan menunjukkan tren
peningkatan, namun peran perbankan tampaknya belum
optimal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai
dengan potensinya.
• Namun demikian upaya penurunan suku bunga kredit
menghadapi tantangan yang berat:
– Kebijakan BI untuk mengendalikan Rupiah dengan meningkatkan BI
rate akan mendorong suku bunga kredit
– Penurunan spread menghadapi tantangan peningkatan efisiensi
kinerja perbankan domestik
– Asimetric information terkait rendahnya transparansi data keuangan
perusahaan
– Masih kuatnya persepsi sektor-sektor yang dianggap berisiko seperti
pertanian, perikanan, dan usaha mikro dan kecil, serta belum
berkembangnya sistem penjaminan/asuransi di sektor-sektor
tersebut.
50. Kesimpulan dari Diagnosa Pertumbuhan
Hambatan-hambatan yang perlu diatasi agar potensi daerah dapat
dioptimalkan adalah:
1.Kualitas angkatan kerja, khususnya dari sisi pendidikan.
2.Ketersediaan infrastruktur wilayah baik dari sisi kuantitas maupun
kehandalan, khususnya jalan dan listrik.
3.Akses permodalan, khususnya bagi industri kecil, usaha mikro, dan
sektor-sektor pertanian.
4.Potensi konflik sosial.
5.Iklim investasi khususnya kemudahan perijinan dan transparansi
pungutan.
Hambatan 1 dan 2 mengurangi profitabilitas, hambatan 3 mengurangi
potensi ekspansi, hambatan 4 dan 5 meningkatkan risiko usaha (biaya
non produksi).
52. Hubungan kemiskinan – pertumbuhan
• Elastisitas pertumbuhan terhadap kemiskinan
diestimasi dengan persamaan di atas (dengan
mengontrol pengaruh inflasi)
• Berapa persen jumlah penduduk miskin berubah
karena pertumbuhan ekonomi (PDRB/kapita)
sebesar 1 persen?
• Data yang digunakan 30 provinsi dari tahun 2000-
2010
ititiitiiit CPIPDBCNPOV εααα +++= )log()log()log( 210
55. Hasil estimasi
Provinsi Constant Coef. Log (CPI) Coef. Log P/C Total
Elastisitas
Sulut 5.290 0.084 -0.178 -0.815
Sulteng 6.433 0.084 -0.376 -1.013
Sulsel 7.914 0.084 -0.818 -1.455
Sultra 6.234 0.084 -0.427 -1.064
Gorontalo 4.491 0.084 0.674 0.036
Maluku 6.304 0.084 -0.728 -1.365
Maluku Utara 5.376 0.084 -1.131 -1.768
Papua 6.658 0.084 -0.077 -0.714
56. Interpretasi hasil estimasi
• Hasil estimasi menunjukkan elastisitas pertumbuhan
terhadap penurunan kemiskinan di Sumsel sesuai logika
(teori), ditunjukkan dg nilai koefisien negatif.
• Artinya pertumbuhan ekonomi berdampak pada penurunan
jumlah orang miskin, jika angka inflasi tidak berubah.
• Setiap 1% pertumbuhan ekonomi akan diiringi dengan
pengurangan jumlah penduduk miskin sebanyak 0,44%.
• Maka, jika RPJMD mentargetkan laju pertumbuhan ekonomi
sebesar 7% pertahun maka dengan asumsi inflasi stabil,
jumlah penduduk miskin akan berkurang sebesar 7% x 0,44 =
3,08%
• Bila laju pertumbuhan Sumsel 1,85%/tahun (Sensus 2010),
maka tingkat kemiskinan daerah akan berkurang sekitar
3,08% - 1,85% = 1,23% dari tingkat kemiskinan saat ini.
57. Pertumbuhan & lapangan kerja
• Penawaran tenaga kerja
LFit = β0 + β1 log Wageit + β2 log Popit + εit
• Permintaan tenaga kerja
EMPit = β0 + β1 log Wageit + β2 log PDRBit + εit
58. Hasil estimasi
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.971653 0.540264 3.649423 0.0003
LOG(WAGE?) 0.149632 0.011484 13.02963 0.0000
_00--LOG(POP_00) 0.701755 0.048427 14.49107 0.0000
_11--LOG(POP_11) 0.536292 0.071648 7.485064 0.0000
_12--LOG(POP_12) 0.599681 0.063107 9.502573 0.0000
_13--LOG(POP_13) 0.546738 0.070789 7.723504 0.0000
_14--LOG(POP_14) 0.546684 0.069905 7.820393 0.0000
_15--LOG(POP_15) 0.520877 0.075516 6.897615 0.0000
_16--LOG(POP_16) 0.581854 0.067170 8.662378 0.0000
_17--LOG(POP_17) 0.499883 0.080678 6.196008 0.0000
_18--LOG(POP_18) 0.583346 0.066903 8.719247 0.0000
_19--LOG(POP_19) 0.454407 0.085755 5.298919 0.0000
_31--LOG(POP_31) 0.584254 0.065792 8.880343 0.0000
_32--LOG(POP_32) 0.630818 0.057647 10.94271 0.0000
_33--LOG(POP_33) 0.653364 0.057151 11.43223 0.0000
_34--LOG(POP_34) 0.589264 0.077835 7.570663 0.0000
_35--LOG(POP_35) 0.657278 0.056577 11.61744 0.0000
_36--LOG(POP_36) 0.602384 0.069275 8.695532 0.0000
_51--LOG(POP_51) 0.564770 0.073259 7.709184 0.0000
_52--LOG(POP_52) 0.554853 0.071177 7.795392 0.0000
_53--LOG(POP_53) 0.556964 0.071343 7.806862 0.0000
_61--LOG(POP_61) 0.555880 0.071442 7.780843 0.0000
_62--LOG(POP_62) 0.508310 0.078586 6.468168 0.0000
_63--LOG(POP_63) 0.544290 0.073629 7.392313 0.0000
_64--LOG(POP_64) 0.487439 0.079805 6.107853 0.0000
_71--LOG(POP_71) 0.510611 0.077877 6.556634 0.0000
_72--LOG(POP_72) 0.490703 0.081303 6.035524 0.0000
_73--LOG(POP_73) 0.576011 0.066855 8.615771 0.0000
_74--LOG(POP_74) 0.503661 0.078497 6.416314 0.0000
_75--LOG(POP_75) 0.437324 0.087357 5.006168 0.0000
_81--LOG(POP_81) 0.464728 0.084021 5.531079 0.0000
_82--LOG(POP_82) 0.438852 0.088359 4.966664 0.0000
_91--LOG(POP_91) 0.466047 0.093819 4.967507 0.0000
_92--LOG(POP_92) 0.521993 0.079751 6.545261 0.0000
• Penawaran tenaga kerja
berhubungan positif dengan
tingkat upah dan populasi
• Setiap 10% kenaikan upah akan
mendorong suplai angkatan kerja
sebesar 1,5%
• Peningkatan jumlah penduduk
sebesar 1% akan diikuti dengan
peningkatan angkatan kerja
sebesar 0,6%
59. Hasil estimasi
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 3.343758 0.575445 5.810737 0.0000
D(LOG(WAGE?)) -0.021198 0.079322 -0.267242 0.7895
_00--LOG(PDB_00) 0.567215 0.039818 14.24532 0.0000
_11--LOG(PDB_11) 0.383415 0.054660 7.014598 0.0000
_12--LOG(PDB_12) 0.454792 0.050298 9.041903 0.0000
_13--LOG(PDB_13) 0.404122 0.055718 7.253011 0.0000
_14--LOG(PDB_14) 0.374335 0.050577 7.401254 0.0000
_15--LOG(PDB_15) 0.390380 0.060579 6.444173 0.0000
_16--LOG(PDB_16) 0.433647 0.052991 8.183413 0.0000
_17--LOG(PDB_17) 0.376681 0.065488 5.751945 0.0000
_18--LOG(PDB_18) 0.458201 0.055694 8.227186 0.0000
_19--LOG(PDB_19) 0.303917 0.063377 4.795375 0.0000
_31--LOG(PDB_31) 0.385275 0.045472 8.472750 0.0000
_32--LOG(PDB_32) 0.504938 0.046157 10.93968 0.0000
_33--LOG(PDB_33) 0.530411 0.048244 10.99431 0.0000
_34--LOG(PDB_34) 0.424312 0.058894 7.204725 0.0000
_35--LOG(PDB_35) 0.516650 0.045978 11.23696 0.0000
_36--LOG(PDB_36) 0.456975 0.052171 8.759249 0.0000
_51--LOG(PDB_51) 0.420811 0.057463 7.323111 0.0000
_52--LOG(PDB_52) 0.435344 0.059412 7.327531 0.0000
_53--LOG(PDB_53) 0.462309 0.062299 7.420871 0.0000
_61--LOG(PDB_61) 0.418814 0.056915 7.358624 0.0000
_62--LOG(PDB_62) 0.364281 0.060045 6.066807 0.0000
_63--LOG(PDB_63) 0.395918 0.056982 6.948068 0.0000
_64--LOG(PDB_64) 0.322007 0.050009 6.438966 0.0000
_71--LOG(PDB_71) 0.360318 0.060334 5.972008 0.0000
_72--LOG(PDB_72) 0.383296 0.060994 6.284173 0.0000
_73--LOG(PDB_73) 0.441888 0.054322 8.134675 0.0000
_74--LOG(PDB_74) 0.379563 0.063664 5.961952 0.0000
_75--LOG(PDB_75) 0.331510 0.074920 4.424876 0.0000
_81--LOG(PDB_81) 0.345528 0.070683 4.888452 0.0000
_82--LOG(PDB_82) 0.327673 0.074024 4.426594 0.0000
_91--LOG(PDB_91) 0.306685 0.066608 4.604357 0.0000
_92--LOG(PDB_92) 0.363386 0.057825 6.284208 0.0000
• Namun permintaan tenaga kerja
dipengaruhi secara negatif oleh
tingkat upah dan secara positif
oleh pertumbuhan ekonomi
• Setiap 10% kenaikan upah akan
menurunkan permintaan tenaga
kerja sebesar 0,02%
• Setiap 1% pertumbuhan ekonomi
akan menciptakan 0,43%
tambahan kesempatan kerja
• Perlu dicari keseimbangan antara
tingkat upah yang layak (UMP)
dan kemampuan dunia usaha
untuk memenuhinya.
61. Sektor Strategis
• Sektor strategis ditentukan dengan kriteria:
– Dampak yang ditimbulkan terhadap output
daerah
– Dampak pada peningkatan pendapatan
– Potensi pengembangan rantai industri berbasis
input lokal
– Potensi permintaan di pasar global
62. Shift & Share Analysis
LAJU PERTUMBUHAN Y-on-Y
LAPANGAN USAHA SUMSEL 33 PROV DELTA
1. PERTANIAN 4.84 3.73 1.11
a. Tanaman Bahan Makanan 4.11 3.04 1.06
b. Tanaman Perkebunan 5.70 5.04 0.66
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 6.49 4.74 1.75
d. Kehutanan -1.05 -0.38 -0.67
e. Perikanan 6.43 4.87 1.56
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 2.07 2.73 -0.65
a. Minyak dan Gas Bumi 0.44 -0.78 1.22
b. Pertambangan tanpa Migas 10.71 7.94 2.77
c. Penggalian 4.75 6.54 -1.80
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4.33 3.57 0.76
a. Industri Migas 0.24 -0.41 0.65
1. Pengilangan Minyak Bumi 0.24 0.61 -0.36
2. Gas Alam Cair 0.00 -1.27 1.27
b. Industri Tanpa Migas **) 5.35 3.96 1.39
1. Makanan, Minuman dan Tembakau 7.43 4.80 2.63
2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 5.05 1.06 3.99
3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya -0.99 6.00 -7.00
4. Kertas dan Barang Cetakan 5.58 5.85 -0.26
5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 4.05 2.07 1.98
6. Semen & Brg. Galian bukan logam 6.15 5.22 0.93
7. Logam Dasar Besi & Baja 2.74 2.61 0.13
8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 3.89 4.16 -0.27
9. Barang lainnya 0.00 4.10 -4.10
PDRB 5.58 5.86 -0.29
• Pertumbuhan sektor daerah
dibreak down ke dalam:
– National share
– Industrial mixed
– Region’s shift
• Sektor apa di suatu daerah yang
tumbuh lebih cepat dari sektor
nasional keunggulan daerah
• Apakah sektor tersebut sedang
naik daun di tingkat nasional?
• Fokus pada tradable sectors
• Sumsel unggul relatif dari daerah
lain di sektor: pangan,
perkebunan, peternakan,
perikanan, migas, tambang, ind
makanan minuman, tekstil,
industri pupuk & karet, semen,
ind logam dasar besi baja.
63. 10 sektor dengan output multiplier terbesar
(analisis IRIO 2005)
No. Industri Total multiplier Regional
multiplier
Inter-regional
multiplier
1. Industri kelapa sawit 2,614 2,409 0,205
2. Industri tekstil dan produk tekstil 2,398 1,430 0,969
3. Angkutan udara 2,336 1,832 0,504
4. Industri karet dan barang dari karet 2,329 2,007 0,323
5. Industri barang dari logam 2,228 1,764 0,464
6. Industri pulp dan kertas 2,206 1,351 0,855
7. Angkutan air 2,189 1,696 0,493
8. Industri pengolahan hasil laut 2,147 2,019 0,127
9. Industri dasar besi dan baja 2,134 1,918 0,216
10. Listrik, gas, air bersih 2,100 1,929 0,172
• Industri kelapa sawit, karet, pengolahan hasil laut, besi dan baja, dan listrik gas air
memiliki dampak pengganda paling besar bagi perekonomian lokal.
• Sedangkan industri tekstil, pulp & kertas, angkutan air, angkutan udara, dan barang
dari logam memiliki interaksi yg besar dengan luar daerah.
64. 10 sektor dengan income multiplier terbesar
(analisis IRIO 2005)
No. Industri Total
dampak
pendapatan
Total
multiplier
Dampak
Regional
Dampak
Inter-
regional
1. Industri kelapa sawit 0,259 7,41 0,230 0,028
2. Industri pengolahan hasil laut 0,173 6,36 0,156 0,017
3. Industri dasar besi dan baja 0,156 4,14 0,127 0,029
4. Industri karet dan barang dari karet 0,210 4,11 0,163 0,046
5. Industri makanan minuman 0,212 3,77 0,181 0,031
6. Industri semen 0,190 3,09 0,172 0,018
7. Angkutan air 0,155 2,95 0,096 0,059
8. Industri tekstil dan produk tekstil 0,280 2,62 0,157 0,123
9. Industri barang dari logam 0,229 2,43 0,173 0,056
10. Hotel dan restoran 0,234 2,21 0,186 0,048
• Dampak pendapatan = berapa Rp pendapatan total meningkat sbg akibat
peningkatan output sektoral sebesar Rp 1.
• Multiplier pendapatan = berapa Rp pendapatan total meningkat sbg akibat
peningkatan pendapatan pekerja sektoral sebesar Rp 1.
65. Industri Unggulan
• Dari analisis di atas industri unggulan daerah yang potensial
dikembangkan lebih lanjut adalah:
– Industri pengolahan sawit
– Industri pengolahan karet
– Industri pengolahan hasil laut
– Industri tekstil
– Industri dasar besi dan baja
• Pengembangan industri di atas juga sejalan dengan
keunggulan komparatif (comparative advantage-following
strategy) dengan lompatan yang tak terlalu jauh
• Sejalan dengan transformasi ke arah industrialisasi, maka
perlu penyiapan industrial policy:
– Angkatan kerja trampil yang sesuai dengan kebutuhan industri di atas
– Infrastruktur penunjang: listrik, jalan, pelabuhan
– Kawasan industri (industrial estate) untuk mendorong efisiensi
– Pemantapan rantai industri (supply chains)
66. What if...?
• Perlu dikaji bagaimana dampak pengembangan sektor2
tersebut terhadap perubahan penggunaan lahan, emisi
karbon, dan daya dukung lingkungan
– Bagaimana arahan RTRW?
• Misalnya pertanyaan strategis yang harus dijawab:
– Jika industri sawit yang menjadi salah satu industri kunci Sumsel,
bagaimana arah pengembangannya mengingat luasan lahannya saat
ini sudah cukup besar?
– Revitalisasi perkebunan? Introduksi teknologi?
– Bagaimana mendorong perkembangan sektor hilir sawit (down
stream)?
68. Skenario
• Berapa target pertumbuhan 2014-2018?
– Skenario tinggi 7% per tahun
– Skenario rendah 6% per tahun
• Berapa laju depresiasi kapital?
– Asumsi 5% per tahun
• Berapa ICOR Sumsel?
– Skenario 3 (efisien)
– Skenario 4 (kurang efisien)
69. Dekomposisi Pertumbuhan
• Dekomposisi pertumbuhan menurut sumber-sumbernya
• Dari sisi penggunaan/permintaan:
– Konsumsi: rumah tangga, pemerintah
– Investasi: swasta, pemerintah
– Ekspor net: ekspor minus impor
• Dari sisi produksi/penawaran:
– Pertanian
– Pertambangan
– Industri Pengolahan, dst… s.d. Jasa-Jasa
• Dari sisi spasial
– Pertumbuhan kab/kota
70. Sumber Pertumbuhan – Lapangan Usaha
( )
( ) ( )
( )
( ) ( ) ( ) ( )
( )
( ) ( )
( )
( ) ( ) ( )SSMiMiAgAgY
AgAg
o
t
o
o
o
o
o
t
o
ot
o
ot
o
ot
Y
oooo
otototot
Y
oooo
ooootttt
Y
o
ot
Y
gsharegsharegshareg
gshare
Ag
Ag
Y
Ag
Y
Ag
Y
Ag
Y
AgAg
Y
SS
Y
AgAg
g
SMaMiAg
SSMaMaMiMiAgAg
g
SMaMiAg
SMaMiAgSMaMiAg
g
Y
YY
g
PDRBY
×++×+×=
×=
−×=−=
−
×
−
++
−
=
×
++++
−++−+−+−
=
×
++++
++++−++++
=
×
−
=
=
...
1
%100...
%100
...
...
%100
...
......
%100
70
71. Sumber Pertumbuhan – Penggunaan
( )
( ) ( )
( )
( ) ( )
( )
( ) ( ) ( )MMGGCCY
CC
o
t
o
o
o
o
o
t
o
ot
o
ot
o
ot
Y
ooooo
ooooottttt
Y
o
ot
Y
gsharegsharegshareg
gshare
C
C
Y
C
Y
C
Y
C
Y
CC
Y
MM
Y
CC
g
MXIGC
MXIGCMXIGC
g
Y
YY
g
PDRBY
ooo
o
×++×+×=
×=
−×=−=
−
×
−
++
−
=
×
++++
++++−++++
=
×
−
=
=
...
1
%100...
%100
%100
71
72. Sumber Pertumbuhan – Spasial
( )
( ) ( )
( )
( ) ( )
( )
( ) ( ) ( )PPOKUOKUOKIOKISumsel
OKIOKI
o
t
o
o
o
o
o
t
o
ot
o
ot
o
ot
Y
ooooo
ooooottttt
Y
o
ot
Y
gsharegsharegshareg
gshare
OKI
OKI
Sumsel
OKI
Sumsel
OKI
Sumsel
OKI
Sumsel
OKIOKI
Sumsel
PP
Sumsel
OKIOKI
g
PMEBAOKUOKI
PMEBAOKUOKIPMEBAOKUOKI
g
Y
YY
g
PDRBY
ooo
o
×++×+×=
×=
−×=−=
−
×
−
++
−
=
×
+++++
+++++−+++++
=
×
−
=
=
...
1
%100...
%100
...
......
%100
72
73. Sumber Pertumbuhan
Sumsel
Sektor Share Growth Sumber
Pertbhn
Pertanian 17,6
Tambang 23,8
Manufaktur 22,3
LGA 0,5
Bangunan 6,7
PHR 12,3
AngTel 4,4
Keuangan 3,5
Jasa-jasa 9,0
PDRB 100,0
Penggunaan Share Growth Sumber
Pertbhn
Konsumsi 63,8
Pemerintah 9,0
PMTB 23,1
Ekspor 38,6
Impor 33,9
PDRB 100,0
Kab/kota Share Growth Sumber
Pertbhn
OKU
OKI
OI
Banyuasin
MBA
Muara Enim
Pagar Alam
Prabumulih
...
Palembang
PDRB Sumsel
Hasilnya harus
sama, konsisten
75. Dinamika Penentu Ekspor
Nilai Tukar Rupiah
• Bagaimana prakiraan pergerakan
kurs rupiah dalam 5 tahun ke
depan?
• Kurs Rupiah dipengaruhi faktor
internal dan eksternal
• Defisit perdagangan, khususnya
meningkatnya impor, menekan
rupiah
• Kebijakan Bank Sentral AS
mengurangi Quantitative Easing
menekan rupiah, dan sebaliknya
Growth Negara2 Besar
• Prospek pemulihan ekonomi AS
dipersulit faktor politik
• Prospek pemulihan Zona Euro
lamban
• Jepang mulai terlihat bangkit
• China sengaja berfokus pada
penguatan konsumsi domestik
dan mengendalikan investasi
• Arab Spring mempengaruhi harga
minyak dunia
76. Kebutuhan investasi
( ) ICORgs
ICOR
s
Y
Y
ICOR
KsY
Y
KsYKsYSI
KIK
ICOR
KY
COR
KY
CORK
YKY
×+=
−=∆
−
=∆
−=∆⇒==
−=∆
∆=∆
=⇒==⇒=
δ
δ
δ
δ
δ
αα 1
Notes:
•α = marginal product if capital
•ICOR = incremental capital -
output ratio
•δ = laju depresiasi (%)
•s = saving rate
•g = laju pertumbuhan output
77. Target Investasi ….
• Jika target pertumbuhan 7%/tahun, maka
kebutuhan investasi = (7% + 5%) x 3 = 36%
• Jika nilai PDRB diperkirakan sekitar Rp 220 trilyun,
maka kebutuhan total investasi sekitar Rp 79,2
trilyun
• Dari jumlah tsb, berapa
yang didanai pemerintah,
BUMN, dan berapa yg
harus dimobilisasi dari
swasta/masyarakat?
79. Konsumsi Rumah Tangga
• Pangsa konsumsi rumah tangga dalam PDRB sekitar 60%,
sangat signifikan perannya sebagai sumber pertumbuhan
• Sangat penting untuk mempertahankan daya beli masyarakat
– Pengendalian inflasi khususnya bahan-bahan pokok
– Peningkatan pendapatan masyarakat
• Tetapi pertumbuhan yang mengandalkan konsumsi tidak
berkelanjutan
• Konsumsi kelas menengah bisa mendorong defisit
perdagangan
– BBM
– Barang mewah
80. Strategi Progresif: Industrialisasi
RPJPN 2005-2025: RPJMN tahapan ketiga (2015-2019) menekankan
pada pembangunan keunggulan kompetitif bangsa.
Indonesia berpeluang bertransformasi dari negara berpenghasilan
menengah menjadi negara maju berpenghasilan tinggi
Dari pengalaman berbagai negara, lintasan transformasi tersebut
tidak mudah. Sebagian besar negara tertahan menjadi negara
berpenghasilan menengah (middle income trap). Hanya sedikit
negara yang mampu mengejar ketertinggalannya menjadi negara
maju dalam waktu relatif singkat (Korsel, Singapura, Hongkong).
Kunci keberhasilan negara-negara ini adalah industrialisasi
berkelanjutan, khususnya kapabilitas industrinya dalam
memproduksi barang jadi atau komponen yang kompleks
berteknologi menengah dan tinggi.
81. Share Sektor Industri Dalam PDB (%)
Peran Sektor Industri dalam Perekonomian (share sektor industri dalam
PDB), dari tahun 2002 terus menurun
85. Peningkatan Kesempatan Kerja
• Pola musiman tenaga kerja industri menunjukkan pada bulan
Februari lebih rendah dibandingkan bulan Agustus.
• Pada bulan Agustus 2012, tenaga kerja di sektor industri tercatat
15,37 juta orang, yang meningkat hampir 900 ribu dari Agustus 2011
86. Postur Populasi Usaha Industri 2010
• Total usaha industri berjumlah hampir 3 juta unit.
• Industri yang berskala besar dan sedang kurang dari 1 (satu) persen
• Padahal industri skala inilah yang mampu menyediakan perkerjaan
yang bermartabat (decent job).
Skala Usaha
Jumlah
Perusahaan
Mikro (Naker: di bawah 5 orang) 2,529,847
Kecil (Naker: antara 5 – 20 orang) 202,877
Menengah (Naker: antara 20 – 100 orang) 16,535
Besar (Naker: di atas 100 orang) 6,810
87. 87
Tenaga Kerja dan Nilai Tambah
• Industri mikro dan kecil menyerap
lebih dari 60% tenaga kerja industri
• Pekerjanya berpotensi mendapat
kualitas hidup tempat kerja yang
kurang baik (Quality Working Life,
QWL);
• Pembinaan industri ini perlu mencakup
QWL
• Sumbangan industri berskala besar
terhadap perekonomian mencapai
85%; padahal populasinya kurang dari
1%;
• Pembinaan IKM perlu diarahkan
untuk meningkatkan nilai tambah
88. Sebaran Industri Besar & Sedang
masih terkonsentrasi di Jawa, KTI bergantung pada komoditi primer
88
KoridorSum
atera
Koridor Kalimantan
Koridor Sulawesi
Koridor Jawa
Koridor Bali Nusa Tenggara
Koridor Papua
89. Peta Kapabilitas Industri Nusantara
(Sumber: Laporan Nusantara Bank Indonesia, 2013)
89
Keterangan:
Warna biru menandakan net ekspor positif, warna merah menandakan net ekspor negatif
Intensitas warna menunjukkan intensitas keunggulan/ketergantungan
Industri nusantara saat ini masih memiliki ketergantungan teknologi yang tinggi, ditunjukkan
oleh kondisi net ekspor negatif (impor > ekspor) untuk industri berteknologi rendah, industri
berteknologi sedang, dan industri berteknologi tinggi.
90. Industri berbasis SDM berkembang di Jawa,
Industri berbasis tambang dan pertanian di Luar Jawa
90
4
6
6
7
4
3
3
2
6
1
1
9
9 15
15
8
5
8
16
10
1. Industri Batubara di Muara Enim Sumsel dan
Palangkaraya Kalteng
2. Industri Berbasis Migas dan Kondensat di Bontang
Kaltim
3. Industri Bijih Besi di Batu Licin dan Kulon Progo
4. Industri Alumunium di KualaTanjung Sumut dan
Alumina di Kalbar
5. Industri Semen di Sorong Papua Barat
1. Industri Batubara di Muara Enim Sumsel dan
Palangkaraya Kalteng
2. Industri Berbasis Migas dan Kondensat di Bontang
Kaltim
3. Industri Bijih Besi di Batu Licin dan Kulon Progo
4. Industri Alumunium di KualaTanjung Sumut dan
Alumina di Kalbar
5. Industri Semen di Sorong Papua Barat
6. Industri Pengolahan CPO KEK Sei Mangke Sumut,
Dumai Riau dan Maloy Kaltim
7. Industri Hilir Produk Karet Jambi
8. Industri Bubur Kayu (Pulp) dan Kertas di Sumatera
dan Kaltim
9. Industri Pengolahan Rotan di Palu dan Cirebon
10. Industri Kakao di Sulawesi Barat
6. Industri Pengolahan CPO KEK Sei Mangke Sumut,
Dumai Riau dan Maloy Kaltim
7. Industri Hilir Produk Karet Jambi
8. Industri Bubur Kayu (Pulp) dan Kertas di Sumatera
dan Kaltim
9. Industri Pengolahan Rotan di Palu dan Cirebon
10. Industri Kakao di Sulawesi Barat
11. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi dan Alas Kaki
12. Industri Mesin dan Peralatan
13. Industri Komponen Elektronika dan Telematika
14. Industri Alat transportasi Darat dan komponennya
15. Industri Galangan Kapal di Lamongan dan Bintan
16. Industri Garam di Nusa Tenggara Timur
17. Industri Furniture
11. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi dan Alas Kaki
12. Industri Mesin dan Peralatan
13. Industri Komponen Elektronika dan Telematika
14. Industri Alat transportasi Darat dan komponennya
15. Industri Galangan Kapal di Lamongan dan Bintan
16. Industri Garam di Nusa Tenggara Timur
17. Industri Furniture
I. INDUSTRI BERBASIS HASIL TAMBANGI. INDUSTRI BERBASIS HASIL TAMBANG II. INDUSTRI BERBASIS HASIL PERTANIANII. INDUSTRI BERBASIS HASIL PERTANIAN III. INDUSTRI BERBASIS SDM & PASAR DOMESTIK
(Umumnya di P. Jawa)
III. INDUSTRI BERBASIS SDM & PASAR DOMESTIK
(Umumnya di P. Jawa)
91. Tantangan Penyediaan Kawasan Industri: Harga
Lahan Kawasan Industri di Jawa Meningkat Tajam
91
• Di kawasan industri utama seperti Jakarta, Bogor, Bekasi, Kawarang (Jabobeka) serta
Banten, supply lahan industri tidak ada penambahan yang signifikan
• Awal tahun 2011, harga di jabobeka adalah 853.696/m2, Quartal 1 tahun 2013
mencapai Rp. 2.387.518/m2
• Berpotensi sebagai alat spekulasi
• Peluang bagi penyebaran industri ke luar Jawa, dengan syarat perlu diiringi
dengan penyediaan infrastruktur penunjang
Sumber : Survey Perkembangan Properti Komersial Bank Indoensia, 2013
92. Tantangan Penyebaran Industri
• Bila kondisi tetap berjalan seperti sekarang ( skenario
business as usual), maka:
Wilayah Jawa akan semakin tertekan daya dukung lingkungannya,
harga tanah meningkat, dan industri menghadapi tuntutan kenaikan
upah tinggi
Wilayah Sumatera dan Kalimantan semakin terjebak pada industri
ekstraktif, membuat perkembangan industri manufaktur kurang
kompetitif (fenomena Dutch Disease)
Wilayah KTI tumbuh di bawah potensi optimalnya karena tidak
berkembangnya industri pengolahan, kurangnya infrastruktur,
kecilnya potensi aglomerasi (home market effect)
• Tantangan: mengkombinasikan kebijakan industri
nasional (industrial policy) dan kebijakan
pengembangan wilayah (regional development policy)
92
94. Strategi Industrialisasi Wilayah
• Fokus pengembangan industri wilayah berbasis keunggulan
komparatif (Strategi Comparative Advantage Following),
menghindari lompatan yang terlalu tajam (Comparative Advantage
Defying)
• Namun demikian keunggulan komparatif dipahami secara dinamis
dan bisa berkembang. Oleh karena itu perbaikan struktur
endowment daerah perlu dilakukan secara bertahap dan terus-
menerus:
– Infrastruktur wilayah: peningkatan jaringan infrastruktur dan
kualitasnya
– Sumber daya manusia / angkatan kerja: upgrading dari low-skilled
menjadi high-skilled labor force
• Upgrading struktur endowment akan memfasilitasi transformasi
industri wilayah secara gradual dari industri berteknologi rendah
(nilai tambah kecil) menjadi industri berteknologi sedang dan
tinggi (nilai tambah besar)
94
95. Comparative Advantage-Following
• Komoditas unggulan daerah tetap menjadi basis pengembangan
wilayah
• Namun penciptaan nilai tambah terbesarnya bukan lagi di sektor
primer tetapi dikembangkan di sektor industri pengolahannya
(sekunder)
• Peluang pengembangan masih besar:
– Contoh: sawit berpotensi diolah menjadi 20-an produk turunan, yang
telah dikembangkan di Indonesia baru CPO.
• Proses hilirisasi ke arah industri yang lebih kompleks
membutuhkan perbaikan local endowment (kualitas SDM, jaringan
infrastruktur wilayah, dll.)
• Industrialisasi berbasis sumber daya lokal berpotensi mewujudkan
pertumbuhan wilayah yang inklusif.
95
96. Tahapan Pembangunan Daya Saing Nasional
96
PILAR-PILAR:
•Infarstruktur
•Kualitas kelembagaan
•Stabilitas makroekonomi
•Pendidikan dasar & kesehatan
PILAR-PILAR
•Pendidikan tinggi dan training
•Efisiensi pasar barang
•Efisiensi pasar tenaga kerja
•Efisiensi lembaga keuangan
•Kesiapan teknologi
•Ukuran pasar domestik
PILAR-PILAR:
•Lembaga riset dan
pengembangan
•Industri berbasis teknologi
tinggi
Keunggulan
Komparatif
Keunggulan
Inovatif
Keunggulan
Kompetitif
Diadaptasi dari: The Global Competitiveness Report
2011-2012 (World Economic Forum)
96
97. Perkembangan Daya Saing Indonesia
Dibandingkan Negara-Negara ASEAN
97
Peringkat Negara - Negara ASEAN
Berdasarkan Global Competitiveness Reports
Negara 2007-2008
(131 neg)
2008-2009
(134 neg)
2009-2010
(133 neg)
2010-2011
(139 neg)
2011-2012
(142 neg)
2012-2013
(144 neg)
2013-2014
(148 neg)
Singapura 7 5 3 3 2 2 2
Malaysia 21 21 24 26 21 25 24
Brunei
Darussalam
n/a 39 32 28 28 28 26
Thailand 28 34 36 38 39 38 37
Indonesia 54 54 54 44 46 50 38
Vietnam 68 70 75 59 65 75 70
Filipina 71 71 87 85 75 65 59
Kamboja 110 109 110 109 97 85 88
Filipina, Thailand, dan Brunei Darussalam menunjukkan perbaikan daya saing
secara konsisten dalam tiga tahun terakhir...
98. Penghambat Daya Saing Nasional
(sumber: Global Competitiveness Report 2013-2014)
98
Lima masalah paling serius dalam
melakukan usaha di Indonesia (berdasarkan
persepsi responden):
Korupsi
Birokrasi yang tidak efisien
Infrastruktur yang kurang memadai
Akses pembiayaan
Regulasi ketenagakerjaan yang terlalu
ketat
Dari 12 pilar daya saing nasional, yang
paling tertinggal:
•Efisiensi pasar kerja (rank 103)
•Kesiapan teknologi (rank 75)
•Kesehatan & pendidikan dasar (rank 72)
•Kelembagaan (rank 67)
•Pendidikan tinggi & pelatihan (rank 64)
•Infrastruktur (rank 61)
Pilar yang relatif baik:
•Ukuran pasar domestik (rank 15)
•Kinerja makroekonomi (rank 26)
99. Peran Pemerintah (1)
• “No country has made economic progress without positive
stimulus from intelligent governments.” (Arthur Lewis, 1955)
• “I do not think it is in anyway an exaggeartion to refer to this
continuing transformation of the Korean society as a
miracle… Never before have the lives of so many people
undergone so rapid an improvement over so long a period,
nor is there any sign that this progress is near its end.”
(Robert Lucas, Jr, 1993)
• Kedua ekonom peraih Nobel di atas mengakui secara
eksplisit dan implisit peran penting pemerintah dalam
memfasilitasi proses transformasi bangsa.
99
100. Peran Pemerintah (2)
100
Source of
Growth
Determinants Fundamentals
Investasi
Perdagangan
Produktivitas
• Densitas
• Domestic market size
• SDA
• Domestic market size
• Sistem logistik & biaya
transport
• Spesialisasi, produk
unggulan
• Innovasi, Skill
• Difusi teknologi
• Economies of scale
• Resource allocation
Kebijakan
ekonomi
Infrastruktur
wilayah
Iklim usaha
Good governance
Tata ruang
wilayah
Mekanisme pasar Intervensi pemerintah
• Pengalaman negara-negara Asia Timur menunjukkan peran pemerintah sangat
penting dalam mendorong pertumbuhan menentukan fundamental (Korea
Development Institute)
101. Peran Pemerintah (2)
• First best:
– Intervensi aktif pemerintah yang cakap dan bersih (capable
and clean government)
– Prasyarat: leadership yang kuat dan visioner
• Second best:
– Intervensi minimal pemerintah, dan menyerahkan alokasi
sumber daya pada mekanisme pasar (let the market play)
– Risiko: kesenjangan meningkat
• Worst:
– Intervensi terlalu aktif pemerintah yang tidak cakap dan korup
(incapable and corrupt government)
101
102. Peran Pemerintah Daerah (3)
Langkah konkret yang diperlukan (jangka pendek-menengah):
Perluasan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) untuk memfasilitasi
kemudahan berusaha
Perbaikan kualitas belanja pemerintah – ketepatan waktu dan porsi
belanja modal
Revisi regulasi yang menghambat investasi
Percepatan penetapan RTRW
Percepatan pembebasan tanah untuk pembangunan infrastruktur
Fasilitasi penyediaan lahan industri
Peningkatan koordinasi pengendalian inflasi di daerah
Penguatan region’s branding dan marketing
Penguatan kerjasama antar daerah
102
103. Peran Pemerintah Daerah (4)
Langkah konkret yang diperlukan (jangka menengah-panjang
tapi perlu segera dilakukan):
Investasi pendidikan menengah-tinggi
Peningkatan training berorientasi sustainable livelihood (mata
pencaharian berkelanjutan)
Pengembangan kawasan industri terpadu (industrial park, KEK)
Pengembangan sistem perlindungan / jaminan usaha untuk
UMKM (pertanian, peternakan)
Integrasi sistem jaminan kesehatan daerah (jamkesda) dengan
sistem jaminan kesehatan nasional
Internalisasi biaya lingkungan dalam proyek pembangunan
infrastruktur dan pengembangan wilayah
103
104. Sum-Up
• Perwujudan Sumatera Selatan yang maju dan berdya saing
global perlu didukung dengan kombinasi strategi:
– Strategi pembenahan – akar masalah
– Strategi progresif – industrialisasi
• Perwujudan Sumatera Selatan yang sejahtera perlu didukung
dengan kombinasi:
– Strategi pemerataan
– Strategi pembangunan manusia
– Strategi reorientasi tata-kelola pemerintahan.