2. BAB 2
HAKIKAT
PENDIDIKAN
AGAMA KRISTEN
Awal mula Pendidikan Agama Kristen
Pendidikan dimulai dari kelompok terkecil dari suatu
masyarakat, yaitu keluarga. Setelah bertambah dewasa, maka
pendidikan tersebut akan dilanjutkan ke lembaga formal yaitu
sekolah. Pendidikan tersebut terus berjalan hingga anak berusia
dewasa dan siap berkontribusi dalam masyarakat.
Anak akan mengikuti kebiasaan dan perilaku yang ditunjukkan
anggota keluarga lainnya, terutama anggota keluarga yang lebih
tua. Proses meniru ini akan terjadi secara natural dan anak akan
mendapatkan bahasa, dan nilai-nilai yang akan membentuk
karakter anak. Pada masa inilah seharusnya orang tua berpegang
pada Amsal 22:6 “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut
baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang
dari jalan itu.”
Berdasarkan Alkitab, tugas utama mendidik terdapat pada orang
tua. Efesus 6:4 “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan
amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di
dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” Tercantum jelas bahwa dalam
mendidik anak jangan sampai anak menyimpan kemarahan atau
11
3. sakit hati. Pegangan utama orang tua dalam mendidik anak
adalah Firman Tuhan.
Tugas dan tanggung jawab orang tua adalah memberikan
keluarga yang penuh kasih dan damai tanpa kekerasan pada
anak-anaknya, serta menanamkan niali kebenaran Firman Tuhan
sebagai bekal masa depan anak-anak mereka. Pendidikan tidak
tertutup hanya sampai usia dewasa, tetapi sepanjang umurnya
seorang manusia harus terus belajar.
A. Definisi Pendidikan
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 (2003: 4)
diungkapkan bahwa, “Pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara”
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan,
dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan,
atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan
orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Terdapat
1
dua pendapat dari para ahli bahwa
Suyitno, Landasan Filosofis Pendidikan Dasar. Modul Perkuliahan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
1
Pendidikan Indonesia, 2009, hal. 2
12
4. 1. Manusia pada umumnya menjalankan pendidikan 25 tahun
sebelum kelahiran. Artinya sebelum memiliki anak, ada
kewajiban untuk mendidik dirinya dahulu sebelum mendidik
keturunannya.
2. Manusia mendapatan pendidikan sejak dia dilahirkan, bahkan
ada yang mengatakan sejak dalam kandungan.
Menurut etimologisnya pengertian pendidikan antar lain:
1. Pendiikan adalah terjemahan dari bahasa inggris ‘education’.
Sedangkan kata “education’ berasal dari bahasa latin ducere,
yang berarti membimbing (to lead). Ditambah awalan “e” yang
berarti keluar (out). Secara ringkas arti dasar pendidikan
adalah tindakan untuk membimbing keluar.2
2. Berasal dari kata “didik” ditambah awalan “pe” menjadi kata
benda “pendidikan” dan bila ditambah awalan “me” akan
menjadi kata kerja “mendidik”. Jadi pendidikan adalah
pengasuhan, pembinaan atau bantuan untuk tumbuh.
Menurut Kamus/Ensiklopedi
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan, seperti proses, cara,
pembuatan mendidik.
2. Menurut Ensiklopedi Wikipedia, education is a social science
that encompasses teaching and learning specific knowledge,
Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), 77
2
13
5. beliefs, and skills. The word education is derived from theLatin
educare meaning "to raise", "to bring up", "to train", "to rear",
via"educatio/nis", bringing up, raising. Pendidikan adalah ilmu
sosial yang meliputi ajaran dan pengetahuan khusus,
keyakinan, dan keterampilan. Kata pendidikan ini berasal dari
bahasa Latin "Educare" berarti "untuk meningkatkan", "untuk
membuka", "untuk melatih", "ke belakang", melalui "educatio/
nis", membesarkan, meningkatkan.
Menurut Undang-undang
Undang-Undang Pendidikan menurut UU SISDIKNAS No. 2 tahun
1989, adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang. Sedangkan menurut UU
SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut Bahasa
1. Pendidikan dalam bahasa Yunani berasal dari kata “Pedagogi”,
yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos” artinya
membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat
diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak (the art and
science of teaching children).
2. Bangsa Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu
mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan
potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia.
14
6. 3. Orang Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang
setara dengan educare, yakni: membangkitkan kekuatan
terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak.
4. Dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti panggulawentah
(pengolahan), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan
perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah
kepribadian sang anak.
Menurut Para Ahli
1. Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa pendidikan adalah
segala daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran
serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan
hidup, yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras
dengan alam dan masyarakatnya.
2. Prof. Herman H. Horn, pendidikan adalah proses abadi dari
penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk yang telah
berkembang secara fisik dan mental yang bebas dan sadar
kepada Tuhan seperti termanifestasikan dalam alam sekitar,
intelektual, emosional dan kemauan dari manusia.
3. Prof. H. Mahmud Yunus, pendidikan adalah usaha-usaha yang
sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak
dengan tujuan peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak
sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak
kepada tujuannya yang paling tinggi. Agar si anak hidup
bahagia, serta seluruh apa yang dilakukanya menjadi
bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.
4. John Dewey. Dia memang tidak membedakan antara apa yang
dilakukan di sekolah dan yang dilakukan di luar sekolah. Tidak
15
7. ada dualisme atau dikotomi dalam definisi ini. Namun, definisi
ini juga memunyai kelemahan yang sama hebatnya. Definisi ini
tidak lagi fokus pada kata “pendidikan”, tetapi juga definisi
kehidupan. Menurutnya Education is Life. Yohanes 14:6.
5. Thomas H Groome: Pendidikan sebagai “usaha yang sadar,
sistematis, dan berkesinambungan untuk mewariskan,
membangkitkanatau memperoleh baik pengetahuan, sikap-
sikap, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan, atau kepekaan-
kepekaan, maupun hasil apapun dari uhasa tersebut. Kekuatan
dalam definisi ini adalah: pendidikan sebagai suatu kegiatan,
sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Kedua, aktifitas
mencakup pengetahuan, sikap, nilai, dll.
6. Nuhamara mengutip pandangan Groome yang melihat
konsep pendidikan dari beberapa sudut pandang yaitu:
dimensi penekanan, asumsi dan pengertian. Dimensi
penekanan berhubungan waktu masa lampau, kini dan masa
yang akan datang. Masa lampau artinya dari aktivitas itu
dibawa dan apa yang dimiliki oleh pendidikan dan peserta
didik. Masa kini artinya pendidikan sebagai suatu proses yang
berlangsung untuk menemukan sesuatu. Masa yang akan
datang artinya ke arah mana tujuan tersebut dibawa.
7. Menurut Fuad Ihsan bahwa pendidikan bagi kehidupan umat
manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus
dipengaruhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali
mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang
sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan
bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.3
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013, hal. 2
3
16
8. Definisi pendidikan yang telah disebutkan tadi belum benar-benar
memberikan arti yang sempurna bila dikaitkan dengan pendiikan
agama kristen. Karena landasan imam Kristen bahwa
pengetahuan yang benar haruslah melibatkan kedaulatan Elohim.
Juga pekerjaan Elohim di dunia ini menjadi bagian darii tanggung
jawab manusia juga. Dengan demikian pendidikan adalah proses
yang dimulai dari Elohim yang melibatkan anak manusia untuk
tumbuh dan berkembang dalam iman, pengharapan dan kasih
melalui Tuhan Yeshua.
B. Agama
Menurut bahasa
1. Bahasa Sansekerta, yaitu dari a berarti tidak, dan gama berarti
kacau. Jadi agama berarti tidak kacau atau tertatur. Dengan
demikian agama adalah aturan yang mengatur manusia agar
kehidupanya menjadi tertaur dan tidak kacau.
2. Bahasa Inggris, disebut religion; dalam bahasa Belanda
disebut religie berasal dari bahasa latin relegere berarti
mengikat, mengatur, atau menggabungkan. Jadi religion atau
religie dapat diartikan sebagai aturan hidup yang mengikat
manusia dan menghubungkan manusia dengan Tuhan.
Agama adalah koleksi yang terorganisir dari kepercayaan, sistem
budaya dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia
dengan perintah atau tatanan kehidupan.4
The Everything World's Religions Book: Explore the Beliefs, Traditions and Cultures of Ancient and
4
Modern Religions, page 1 Kenneth Shouler - 2010
17
9. Menurut terminologisnya
1. Soerjono Soekanto: Pengertian agama ada tiga macam, yaitu:
(1) kepercayaan pada hal-hal yang spiritual; (2) perangkat
kepercayaan dan praktik-praktik spiritual yang dianggap
sebagai tujuan tersendiri; dan (3) idiologi mengenai hal-hal
yang bersifat supranatural.5
2. Thomas F.O`Dea: Agama adalah pendayagunaan sarana-
sarana supra-empiris untuk maksud-maksud non empiris atau
supra-empiris.6
3. Hendropuspito: Agama adalah suatu jenis system sosial yang
dibuat oleh penganut-penganutnya yang berproses pada
kekuatan-kekuatan nonempiris yang dipercayainya dan
didayagunkanya untuk mencapai keselamatan bagi mereka
dan masyarkat luas umumnya.7
4. Daniel Nuhamara mengatakan bahwa definisi agama begitu
bermacam-macam, dari yang sederhana (seperti animisme
dan dinamisme) sampai ke yang kompleks misalnya dalam
agama-agama yang monoteisme. Definisi-definisi menjadi
sangat bervariasi karena sangat bergantung kepada disiplin
ilmu.8
Istilah agama baru muncul pada periode abad pertengahan. Saat
Gereja Kristen Barat bertemu dengan agama lainnya. Utuk
Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hlm. 34
5
Thomas F. O`Dea, The Sociology of Relegion, Terjemahan Tim Penerjemah Yasogama, CV. Rajawali,
6
Jakarta, hlm. 13.
D. Hendropuspito OC., Sosiologi Agama, Penerbit Kanisius, Yogyakarta: 1998, hlm. 34.
7
Ibid., Nuhamara,hlm. 172.
8
18
10. membedakan praktik kekristenan yang diyakini sebagai agama
sejati dengan bangsa lain. Pada abad ke 15, ketika bangsa Eropa
mulai menjelajah dunia baru untuk mencari rempah-rempah.
Ternyata mereka menemukan bahwa ternyata terdapat bangsa-
bangsa asing yang juga memiliki sistem dan praktik keagamaan.
Van den End menjelaskan bahwa sebelum agam Kristen masuk ke
Indonesia, masyarakat di Indonesia terlebih dahulu memiliki
agama suku atau agama asli Indonesia. Lalu muncul pertanyaan,
apakah dunia baru ini memerlukan keselamatan? Bagaimana cara
hidup mereka dihubungkan dunia barat? Apakah mereka memiliki
agama? Jawabnnya adalah bangsa-bangsa lain juga memiliki
agama dan sistem kepercayaan. Untuk membedakan antara
kepercayaan barat dan kepercayaan (dunia baru) lainnya maka
dibuat istilah dalam bahasa Inggris disebut ‘Religion’ atau agama.
Kata ‘religion’ berasal dari bahasa latin, yaitu ‘religio.’ Berasal dari
akar kata ‘lig’ yang berarti mengikat (to bind). Maka istilah
‘religion’ mempunyai arti relasi mengikat antara manusia dengan
Tuhan.
Agama adalah respons manusia terhadap pernyataan diri Tuhan
atau Elohim bagi kita. Melalui alam semesta dan hakikat manusia
sebagai gambar dan rupa Elohim. Mencari kebenaran dan
perlindunga dari penciptanya. Menetapkan sistem (beliefs)
kepercayaan, dan melaksanakan praktik kepercayaan (values),
serta menetapkan struktur sosial yang mendasari hati manusia
untuk menyembah Elohim.
Semua hal tersebut dilakukan, karena diyakini bahwa Tuhan atau
Elohim akan memberikan keselamatan, pertolongan, dan
perlindungan.
19
11. C. Pendidikan Agama Kristen
Pendidikan Agama Kristen mengajarkan setiap orang Kristen
untuk mengenal Tuhan Yesus dengan dasar iman yang benar
berdasarkan Alkitab. Sebab Pendidikan Agama Kristen dapat
mengimplementasikan Firman Tuhan menjadi bagian hidup setiap
orang dan komunitas masyarakat beragama Kristen di dalam
seluruh dimensi kehidupan mereka. Dalam tingkatan tertentu,
Pendidikan Agama Kristen bisa diatur sebagai media penginjilan
dan menjadikan semua orang sebagai Kristen yang matang dan
dewasa secara spiritual.9
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa Pendidikan Agama
Kristen adalah suatu usaha untuk mempersiapkan manusia untuk
meyakini, memahami dan mengamalkan agama itu sendiri.
Pendidikan Agama Kristen berfungsi menumbuhkan sikap dan
perilaku manusia berdasarkan iman Kristen dalam kehidupan
sehari-hari serta pengetahuan tentang pendidikan Kristen dalam
kehidupan pendidikan Kristen dengan tujuan untuk meningkatkan
keyakinan, pemahaman, penghayatan agar manusia dapat
mengetahui mana yang baik dan yang tidak baik.10
Maksud Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikann pada
moral, mental dan rohani anak didik. Penekanan pendidikan
mengarah pada aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap,
melalui proses belajar yang sistematis.
Elia Tambunan, Pendidikan Agama Kristen : Handbook untuk Pendidikan Tinggi, (Yogyakarta:
9
IllumiNation, 2013) Hlm. 45-46
B. Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen, Yogyakarta: Andi Offset, 1994, hal. 15
10
20
12. Dalam bukunya Louis Berkhof & Cornelius Van Til, yang berjudul
"Dasar Pendidikan Kristen," dijelaskan bahwa “pendidikan Kristen
sangat berbeda dengan pendidikan sekuler”. Pendidikan Kristen
berdasarkan kebenaran Firman Tuhan, sedangkan pendidikan
sekuler, tidak demikian. Sesungguhnya, pendidikan tidak hanya
berbicara tentang pengetahuan, tetapi juga moralitas dan
integritas hidup sesuai dengan panggilan dan tuntutan moralitas
Elohim. Pendidikan sekuler mengajarkan bahwa manusia
merupakan hasil dari suatu proses evolusi yg terjadi secara
kebetulan dan tdk memiliki makna kekekalan apapun. Itulah
sebabnya, pendidikan sekuler tdk membicarakan iman, moralitas
dan panggilan Elohim.11
Gereja Protestan ortodoks di Amerika lebih suka memakai istilah
Pendidikan Kristen (Christian Education) atau Pendidikan Agama
Kristen (Christian Religious Education). Mengapa hal ini terjadi?
Karena gereja-gereja di Amerika banyak terdapat aliran-aliran
agama dan bidat-bidat (suatu ajaran atau aliran yang
menyimpang dariajaran resmi). Dalam Kisah Para Rasul 5:17 dan
12
15:5, kata ini diterjemahkan dengan istilah "mazhab" atau
"golongan."
E.G. Homrighausen mengatakan: “Pendidikan Agama Kristen
berpangkal pada persekutuan umat Tuhan. Dalam Perjanjian Lama
pada hakekatnya dasar-dasar terdapat pada sejarah suci
purbakala, bahwa Pendidikan Agama Kristen itu mulai sejak
terpanggilnya Abraham menjadi nenek moyang umat pilihan
Louis Berkhof & Cornelius Van Til, Dasar Pendidikan Kristen, Surabaya: Momentum, 2010, hal. V).
11
Menurut Dr. H. Berkhof dan Dr. I.H. Enklaar, "Bidat ditinjau dari sudut historis adalah persekutuan
12
Kristen (yang kecil) yang dengan sengaja memisahkan diri dari gereja besar dan ajarannya menekankan
iman Kristen secara berat sebelah, sehingga teologinya dan praktik kesalehannya pada umumnya
membengkokkan kebenaran Injil."
21
13. Tuhan, bahkan bertumpu pada Elohim sendiri karena Elohim
menjadi pendidik bagi umat-Nya”.13
Warner C. Graedorf mendefinisikan bahwa Pendidikan Agama
Kristen adalah “Proses pengajaran dan pembelajaran yang
berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan bergantung
kepada Roh Kudus, yang membimbing setiap pribadi pada semua
tingkat pertumbuhan melalui pengajaran masa kini ke arah
pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Elohim
melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan, dan melengkapi
mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus
sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan pada
murid”.14
Tokoh-tokoh lainnya mengatakan
Hieronimus (345-420). Pendidikan Agama Kristen adalah
pendidikan yang tujuannya mendidik jiwa sehingga menjadi bait
Tuhan. “Haruslah kamu sempurna sama seperti Bapamu yang
disurga adalah sempurna” (Mat. 5:48).
Agustinus (345-430). Pendidikan Agama Kristen adalah
pendidikan yang bertujuan mengajar orang supaya “melihat
Elohim” dan “hidup bahagia”. Dalam pendidikan ini para pelajar
sudah diajar secara lengkap dari ayat pertama Kitab Kejadian
“ Pada mulanya Elohim menciptakan langit dan bumi” sampai “arti
penciptaan itu pada masa gereja sekarang ini”. Pelajaran Alkitab
difokuskan pada perbuatan Elohim.
E.G.Homrighausen, Dasar Pendidikan Kristen, Surabaya: Momentum, 2010, hal. 12
13
Paulus Lilik Kristanto, Prinsip dan Praktek PAK Penuntun bagi Mahasiswa Teologi dan PAK, Pelayan
14
Gereja, Guru Agama dan keluarga Kristen, (Yogyakarta : Andi Offset ), Hal. 4
22
14. Martin Luther (1483-1548). Pendidikan Agama Kristen adalah
pendidikan yang melibatkan warga jemaat untuk belajar teratur
dan tertib agar semakin menyadari dosa mereka serta bersukacita
dalam firman Yesus Kristus yang memerdekakan. Di samping itu
Pendidikan Agama Kristen memperlengkapi mereka dengan
sumber iman, khususnya yang berkaitan dengan pengalaman
berdoa, firman tertulis (Alkitab) dan rupa-rupa kebudayaan
sehingga mereka mampu melayani sesamanya termasuk
masyarakat dan negara serta mengambil bagian dengan
bertanggung jawab dalam persekutuan Kristen.
John Calvin (1509-1664). Pendidikan Agama Kristen adalah
pendidikan yang bertujuan mendidik semua putra-putri gereja
agar mereka: 1. terlibat dalam penelaahan Alkitab secara cerdas
sebagamana dengan bimbingan Roh Kudus. 2. mengambil bagian
dalam kebaktian dan memahami keesaan gereja. 3. diperlengkapi
untuk memilih cara-cara mengejawantahkan pengabdian diri
kepada Elohim Bapa dan Yesus Kristus dalam pekerjaan sehari-
sehari serta hidup bertanggung jawab di bawah kedaulatan
Elohim demi kemuliaah-Nya sebagai lembaga ucapan syukur
mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus.
Campbell Wyckoff (1947). Pendidikan Agama Kristen adalah
pendidikan yang menyadarkan setiap akan Elohim dan kasih-Nya
dalam Yesus Kristus, agar mereka mengetahui diri mereka yang
sebenarnya, keadaannya, bertumbuh sebagai anak Elohim dalam
persekutuan Kristen, memenuhi panggilan bersama sebagai
murid Yesus tetap percaya pada pengharapan Kristen.
Werner C. Graendorf (1976). Pendidikan Agama Kristen adalah
proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab,
berpusat pada Kristus, dan bergantung pada kuasa Roh Kudus
yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat
pertumbuhan melalui pengajaran masa kini ke arah pengenalan
23
15. dan pengalaman rencana kehendak Elohim melalui Kristus dalam
setiap aspek kehidupan, dan memperlengkapi mereka bagi
pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus sang Guru
Agung dan perinntah yang mendewasakan para murid.
Berasal dari definis Werner di atas terdapat tiga aspek utama
Pendidikan Agama Kristen, yaitu:
1. Diskripsi Pendidikan Agama Kristen. Pendidikan Agama Kristen
merupakan proses pengajaran dan pembelajaran berdasarkan
Alkitab, berpusatkan pada Kristus, dan bergantung pada
kuasa Roh Kudus.
2. Aspek fungsional Pendidikan Agama Kristen. Pendidikan
Agama Kristen usaha membimbing setiap pribadi ke semua
tingkat pertumbuhan melalui pengajaran masa kini ke arah
pengenalan dan pengalaman tentang rencana masa kini ke
arah pengenalan dan pengalaman tentang rencana dan
kehendak Elohim melalui Kristus dalam setiap aspek
kehidupan dan untuk memperlengkapi mereka bagi pelayanan
yang efektif. Proses Pendidikan Agama Kristen berfungsi
sebagai penyedia, pendorong, dan fasilitator dalam
pembimbingan.
3. Aspek Filosofi Pendidikan Agama Kristen. Pendidikan Agama
Kristen merupakan proses pembelajaran dan pengajaran yang
berpusatkan pada Kristus, sang Guru Agung dan perintah
untuk mendewasakan para murid.15
Jadi, pada dasarnya Pendidikan Agama Kristen adalah suatu
usaha untuk memperlengkapi orang-orang kudus untuk pekerjaan
Paulus Lilik Kristianto, Prinsip & Praktik Pendidikan Agama Kristen(Yogyakarta: Andi
15
Offset, 2012), hlm. 2-5.
24
16. pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus sampai kepada
kesatuan iman, pengetahuan yang benar tentang Anak Elohim,
kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai
dengan kepenuhan Kristus.
D. Tujuan Pendidikan Agama
Pendidikan Agama Kristen adalah suatu keharusan dalam hidup
orang Kristen. Menjadi bagian dari hidup orang percaya yang
diamanatkan oleh Tuhan Yeshua, Matius 28:18-20. Pendidikan
Agama Kristen merupakan suatu pendidikan yang melibatkan
Tuhan sebagai dasar pendidikan tersebut. Tidak sekedar
mendidik, akan tetapi juga membentuk karakter penerima didikan
tersebut.
Groom menyebutkan tiga alasan bahwa pendidik kristen
bertujuan menuntun orang ke luar menuju Kerajaan Elohim di
dalam Tuhan Yeshua.
1. Tertulis dalam kitab suci orang Yahudi visi Kerajaan Elohim
ditempatkan sebagai visi, dan rencana Elohim sendiri bagi
seluruh manusia dan ciptaan.
2. Terdapat kesinambungan dengan dan dalam tradisi orang
Yahudi itu Tuhan Yeshua memberitakan Kabar baikNya.
3. Meskipun Kerajaan Elohim sebagai tema utama pemberitaan
Kristen, tetapi mengalami stagnasi.
Tujuan utama pendidikan agama kristen bukanlah menjadikan
tema Kerajaan Elohim hanya sebagai slogan, terlebih lagi untuk
25
17. membimbing orang agar hidup dalam Kerajaan Elohim dalam
hidup masa kininya bersama dengan orang-orang lainnya.
Selain itu tujuan Pendidikan Agama Kristen adalah untuk
mengajak, membantu, menghantar seseorang untuk mengenal
kasih Elohim yang nyata dalam Yeshua Kristus, sehingga dengan
pimpinan Roh Kudus ia datang ke dalam persekutuan yang hidup
dengan Tuhan. Kolose 2:2-3.
Pandangan dari berbagai ahli tujuan Pendidikan Agama Kristen
1. Randolph Crump Miller menyatakan, “tujuan Pendidikan
Agama Kristen adalah membimbing setiap pribadi kedalam
keputusan untuk hidup sebagai orang Kristen”.
2. Robert R. Boehlke merumuskan tujuan Pendidikan Agama
Kristen berikut, “menolong orang dari semua golongan umur
yang dipercayakan kepada pemeliharaan gereja untuk
memberi tanggapan akan pernyataan Elohim dalam Yesus
Kristus … supaya mereka di bawah pimpinan Roh Kudus
diperlengkapi guna melayani sesama manusia atas nama
Tuhan mereka di tengah-tengah keluarga, gereja, masyarakat
dan dunia alam …”.
3. Joseph Lewis Sherrill merumuskan tujuan Pendidikan Agama
Kristen demikian, “Pendidikan Agama Kristen adalah usaha,
biasanya oleh anggota-anggota umat Kristen, untuk
berpartisipasi dalam dan untuk membimbing perubahan-
perubahan yang terjadi dalam pribadi-pribadi dalam
hubungan-hubungan mereka Elohim, dengan gereja dengan
orang-orang lain, dengan dunia dan diri sendiri”.
26
18. 4. John M. Nainggolan menguraikan beberapa tujuan penting
Pendidikan Agama Kristen sebagai berikut:
a. Pertobatan. Pendidikan Agama Kristen di sekolah
mengalami kegagalan karena tidak mementingkan nilai-
nilai pertobatan. Pertobatanlah yang memungkinkan
tiap-tiap orang dapat melihat Kerajaan Elohim dan
mengalami kelahiran baru dalam Kristus. Pertobatan
menyangkut penyesalan dan kesedihan atas perilaku
yang lama (2 Korintus 7:9)
b. Pertumbuhan rohani. Pertumbuhan rohani terlihat dari
dua aspek yaitu aspek “vertikal dan horizontal”. Aspek
vertikal ialah diperbaharuinya hubungan seseorang
dengan Elohim yang dikokohkan melalui firman Elohim
dan doa. Sedangkan hubungan horizontal ditandai
dengan praktek iman dalam hubungan dengan sesama.
c. Pemuridan. Semua orang percaya adalah murid Kristus
dan mempunyai hak untuk memperoleh pemeliharaan
dan pertumbuhan untuk menjadikannya menjadi murid-
murid Kristus. Pengertian murid-murid Kristus, mereka
dipanggil untuk mengikut Tuhan dengan setia dan dapat
mewujudkannyatakan imannya sebagai pengikut Kristus.
Kemudia orang-orang percaya yang dengan rela hati
melayani Tuhan secara khusus dan menjadi pelayan-
pelayan Kristus.
d. Pembentukan Spiritual. Pendidikan Agama Kristen
haruslah bertujuan untuk pembentukan spiritual peserta
didik. Melalui Pendidikan Agama Kristen yang
diperolehnya peserta didik mengalami pembentukan
rohani yang sungguh-sungguh. Kata spiritiual berkaitan
27
19. erat dengan “spirit” atau “roh” yaitu kekuatan yang
menghidupkan atau menggerakkan.16
E. Manfaat Pendidikan Agama Kristen
Pendidikan Agama Kristen memiliki beberapa manfaat sebagai
berikut:
1. Melalui Pendidikan Agama Kristen gereja dapat
menyampaikan Injil kepada anak-anak dan pemuda-pemuda
yang sulit dikumpulkan dalam Pendidikan Agama Kristen yang
diadakan gereja seperti dalam Sekolah Minggu atau
katekisasi.
2. Anak-anak yang menerima Pendidikan Agama Kristen
disekolah akan merasa bahwa pendidikan umum dan agama
di sekolah bukanlah dua hal yang tidak berhubungan,
melainkan sebaliknya harus berjalan bersama-sama.
3. Jika gereja tidak mampu membiayai pekerjaan Sekolah
Minggu dan Sekolah Kristen secara besar-besaran, Pendidikan
Agama Kristen disejumlah sekolah Negeri akan banyak
menolong gereja yang keuangannya lemah.
4. Masuknya pengajaran agama dalam rencana pelajaran umum,
dengan sendirinya agama itu mulai menempatkan dirinya
sebagai bagian mutlak dari kebudayaan segenap rakyat.
John M. Nainggolan, PAK dalam Masyarakat Majemuk, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), hlm.
16
80-81.
28
20. Manfaat Pendidikan Agama Kristen bila dilihat dalam perspektif
Amanat Agung dalam Injil Matius adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan Agama Kristen sebagai alat dalam menjangkau
jiwa-jiwa bagi Tuhan dengan mulai “pergilah.” Kita tidak dapat
menunggu dunia untuk datang dengan sendirinya. Tetapi
kitalah yang bereaksi untuk memberitakan Injil tersebut
kepada siapapun, seperti keluarga, lingkungan, tempat kerja,
sekolah, kampus dan orang-orang yang kita sering jumpai
setiap hari. Kita harus menyadari bahwa Elohim yang
berdaulat memperlengkapi setiap umat-Nya dan dijadikan
sebagai alat untuk mencapai tujuan-Nya.
2. Pendidikan Agama Kristen sebagai alat untuk membawa orang
kepada jalan yang benar. Tidak cukup hanya mengajarkan
tentang siapa Tuhan Yesus Kristus itu. Namun, Pendidikan
Agama Kristen harus berperan aktif dalam mengajarkan
tentang kasih Elohim yang begitu besar bagi semua orang.
3. Pendidikan Agama Kristen sebagai alat dalam penginjilan.
Penginjilan adalah penyampaian kabar baik bagi orang, atas
apa yang diperbuat Elohim melalui Yesus Kristus. Kata
penginjilan berasal dari kata “evanggeliso” artinya
mengumkan, memberitakan atau membawa kabar baik. Injil
17
ditulis untuk menjelaskan makna kehidupan dan kematian
Yesus. Injil tersebut memberikan gambaran tentang Yesus,
tetapi lebih dari itu Injil juga mengajarkan banyak orang
tentang makna hidup dan cara hidup.18
James Strong, Strong Exhsaustive Concordance of the Bible (USA:Nelson,
17
Inc.1999,s.v. “evanggeliso”
Jack L. Seymour, Memetakan Pendidikan Kristiani Pendekatan-Pendekatan Menuju Pembelajaran
18
Jemaat, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), hal. 5
29
21. F. Tantangan Dasar Alkitab tentang Pendidikan Agama Kristen
Pendidikan adalah instrumen utama dari pemuridan.
Pembentukan murid seperti yang diinginkan oleh Tuhan Yeshua
dalam pengajaranNya di dunia. Proses pendidikan tersebut harus
menghasilkan murid-murid seperti tertulis pada bagian
sebelumnya, yaitu Tujuan Pendidikan Agama Kristen. Jika tujuan
pendidikan tersebut tidak tercapai, maka akan terjadi
1. Kebenaran Firman Elohim sebagai kebenaran yang mutlak
yang dinyatakan oleh Elohim dalam Alkitab akan menjadi
kabur dan tidak bermakna.
2. Penerapan iman yang belandaskan pada Alkitab akan
mengalami pergeseran yang sesungguhnya. Hal ini
dipengaruhi oleh ketidakmampuan seseorang dalam
memahami karya Elohim dan Alkitab secara utuh.
3. Lemahnya keteladanan guru dalam menerapkan nilai-nilai
kekristenan itu sendiri.
4. Upaya dalam membangun potensi anak didalam Kristus masih
lemah.
Elohim menciptakan manuisa menurut gamabar diriNya, Kejadian
1:26. Ini artinya, manusia haruslah menemukan potensi terbaik
dirinya sebagai ciptaan Elohim yang sempurna. Mengembangkn
potensi diri adalah agar manusia mampu menjalankan amanat
Elohim yang diberikan kepadanya. Potensi tersebut harus diasah,
agar berkembang dan menjadi berkat bagi sekitarnya.
30
22. Akhirnya pendidikan berujung pada Elohim dan sesama, bukan
untuk unjuk diri.
G. Sifat Pendidikan Agama Kristen
Sifat dari pendidikan kristen adalah Alkitabiah. Artinya berakar
dan berorientasi pada hubungan dengan Elohim. Alkitab sebagai
sumber pengajaran merupakan karya tulis yang ditulis oleh
manusia melalui wahyu Roh Kudus kepadanya.
Dunia berkembang sedemikian rupa hingga mencapai
perkembangan yang luar biasa pada ilmu pengetahuan dan
teknologi. Hal ini membawa konsekuensi pada relevansi Alkitab
pada masa kini. Apakah Alkitab dapat menjawab berbagai
persoalan di zaman ini?
Terdapat empat alasan bahwa Alkitab sebagai sumber Pendidikan
Agama Kristen
1. Pendidikan Agama Kristen bersifat Pendidikan. Artinya
pendidikan yang berakar pada Alkitab harus dimengerti
sebagai benar-benar pendidikan. Ia adalah “a teaching
learning proses” sebagaimana diamanatkan dalam kitab
Ulangan 6:10 dengan istilah “mengajar dan belajar” (Ulangan
4:10; 2 Timotius 3:10-15).
2. Pendidikan Agama Kristen bertujuan untuk kedewasaan orang
percaya yaitu untuk pertumbuhan individu (Kolose 1:28; 1
Petrus 2:2). Pendidikan Agama Kristen bersifat Kristiani.
Artinya pembelajaran dalam pendidikan agama Kristen dilihat
dalam rangka berorientasi kekristenan.
31
23. 3. Berorientasi kekristenan berarti berorientasi kebenaran
Elohim. Ia berfokus pada Kristus. Roh Kudus diberikan sebagai
penolong untuk mengajar (Yohanes 14:26).
4. Pendidikan Agama Kristen bersifat Kontemporer yakni karena
ia adalah deskriptif yaitu: pembelajaran berdasar pada Alkitab
dan berpusat pada kristus. Lalu, fungsional yaitu: mencari,
membimbing individu ke semua level pertumbuhan, melalui
pembelajaran kontemporer, membimbing kepada pengenalan
dan pengalaman
32