2. pengertian
Filariasis (penyakit kaki gajah) atau juga dikenal dengan elphantiasis adalah
suatu infeksi sistematik yang disebabkan oleh cacing filaria yang hidup
dalam saluran limfe dan kelenjar limfe manusia yang ditularkan oleh
nyamuk.
Cacing filaria berasal dari kelas secementea, filum nematoda. tiga spesies
filaria yang menimbulkan infeksi pada manusia adalah Wuchereria
bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. parasit filaria ditularkan melalui
gigitan berbagai spesies nyamuk, memiliki stadium larva, dan siklus hidup
yang kompleks
3. penyebab/agent
Hospes cacing filaria ini dapat berupa
hewan dan atau manusia. manusia
yang mengandung parasit dapat
menjadi sumber infeksi bagi orang lain.
pada umumnya laki-laki lebih mudah
terinfeksi karena memiliki banyak
kesempatan mendapat
infeksi(exposure).
Banyak spesies nyamuk yang
ditemukan sebagai vektor filariasis,
tergantung pada jenis cacing filarianya
dan habitat nyamuk itu sendiri.
4. Gejala klinis
Gejala Filariasis antara lain :
1. Demam berulang-ulang selama 3 – 5 hari, demam
dapat hilang bila beristirahat dan muncul kembali setelah
bekerja berat.
2. Pembengkakan kelenjar limfe (tanpa ada luka) di
daerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak
kemerahan. Diikuti dengan radang saluran kelenjar limfe
yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal
kaki atau pangkal lengan ke arah ujung (Retrograde
lymphangitis) yang dapat pecah dan mengeluarkan
nanah serta darah.
3. Pembesaran tungkai, buah dada, dan buah zakar
yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (Early
lymphodema). Gejala klinis yang kronis berupa
pembesaran yang menetap pada tungkai, lengan, buah
dada, dan buah zakar tersebut.
5. Cara penularan
Mekanisme penularan yaitu ketika nyamuk
yang mengandung larva infektif menggigit
manusia, maka terjadi infeksi mikrofilaria.
Tahap selanjutnya di dalam tubuh manusia,
larva memasuki sistem limfe dan tumbuh
menjadi cacing dewasa. Kumpulan cacing
filaria dewasa ini menjadi penyebab
penyumbatan pembuluh limfe. Akibatnya
terjadi pembengkakan kelenjar limfe, tungkai,
dan alat kelamin..
6. Cara pencegahan
Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan
menghindari gigitan nyamuk (mengurangi kontak
dengan vektor) misalnya menggunakan kelambu
sewaktu tidur, menutup ventilasi dengan kasa
nyamuk, menggunakan obat nyamuk, mengoleskan
kulit dengan obat anti nyamuk, menggunakan
pakaian panjang yang menutupi kulit, tidak
memakai pakaian berwarna gelap karena dapat
menarik nyamuk, dan memberikan obat anti-
filariasis (DEC dan Albendazol) secara berkala pada
kelompok beresiko tinggi terutama di daerah
endemis. Dari semua cara diatas, pencegahan
yang paling efektif tentu saja dengan
memberantas nyamuk itu sendiri dengan cara 3M.
7. Faktor resiko
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko kejadian
penyakit filariasis berdasarkan faktor lingkungan antara
lain; (1) Adanya habitat nyamuk di sekitar rumah; (2)
ventilasi tanpa kawat kasa; (3) adanya barang-barang
bergantung terutama dalam kamar; (4) Sanitasi
lingkungan yang buruk. Adapun faktor perilaku masyarakat
yang meningkatkan risiko penularan filariasis antara lain;
(1) kebiasaan keluar rumah pada malam hari; (2)
penggunaan obat nyamuk; (3) tidur tanpa kelambu; (4)
kebiasaan memakai baju dan celana panjang saat malam
hari. Faktor sosial ekonomi yang berkaitan dengan risiko
filariasis adalah jenis pekerjaan.
8. Cara pengobatan
Pengobatan menggunakan DEC
dikombinasikan dengan Albendazol
dan Ivermektin selain dilakukan
pemijatan dan pembedahan. Upaya
rehabilitasi dapat
dilakukan dengan operasi.