Dokumen tersebut membahas indeks ketahanan air Indonesia yang disusun oleh Dewan Sumber Daya Air Nasional. Indeks ini terdiri dari lima dimensi yaitu konservasi, pendayagunaan, pengendalian risiko, peran serta masyarakat, dan sistem informasi. Dokumen menjelaskan indikator dan subindikator yang menjadi ukuran setiap dimensi untuk menilai ketahanan air di Indonesia.
Pola Penanganan Drainase Perkotaan menjelaskan mengenai aspek hukum dan peraturan yang mendasarinya, strategi dan kebijakan penanganan drainase, paradigma baru dalam penanganan drainase, dan berbagai opsi teknologi drainase. Disajikan oleh Direktorat PPLP, Cipta Karya, Kementrian PU.
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
Dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek teknik sipil yang berkaitan dengan pengaturan dan pemanfaatan air, dibutuhkan suatu analisis hidrologi, sehingga dalam mendesain serta menganalisis faktor-faktor utama dalam pelaksanaan suatu proyek seperti keamanan dan nilai ekonomis, aspek hidrologi tidak dapat diabaikan.
Seorang perencana harus dapat merencanakan bangunan air yang secara optimal mampu untuk mempertahankan kekuatan dan umur bangunan itu sendiri, sehingga dalam periode penggunaannya, bangunan tersebut diharapkan dapat dilalui dengan aman oleh banjir yang terjadi sampai ketinggian debit maksimum tanpa adanya kerusakan pada bangunan tersebut. Permasalahan yang terjadi adalah berapa besar debit yang harus disalurkan melalui bangunan yang besarnya tidak tentu dan berubah-ubah karena adanya banjir. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu perhitungan hidrologi khususnya analisis banjir rancangan.
Analisis hidrologi digunakan untuk memperkirakan debit banjir rencana, ada beberapa metode yang digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir rencana mulai dari metode Rasional yang cukup sederhana sampai dengan metode yang sangat kompleks yang kemudian telah dikembangkan untuk disesuaikan dengan kondisi setempat, dikarenakan dari beberapa metode yang ada belum tentu sesuai dengan karakteristik daerah aliran sungai (DAS) yang ditinjau. Sehingga dalam memilih metode yang tepat untuk suatu DAS diperlukan kajian yang mendalam agar suatu proyek tersebut aman namun tetap bernilai ekonomis.
Persamaan Rasional merupakan salah satu cara untuk menganalisis debit banjir rencana, namun hasilnya seringkali menghasilkan penyimpangan yang cukup besar sehingga persamaan Rasional dibatasi untuk daerah dengan luas daerah aliran sungai yang kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al.,1986).
Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi dalam penerapannya bahwa koefisien limpasan (C) dianggap sama untuk berbagai frekuensi hujan dan hanya dapat dihitung nilai debit puncaknya saja, volume dan waktu lamanya hidrograf banjir naik dan turun tidak dapat ditentukan.
Salah satu variabel dalam persamaan Rasional adalah koefisien limpasan (C) , faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir. Koefisien limpasan (C) didefinisikan sebagai perbandingan antara debit puncak aktual dengan debit puncak yang mungkin terjadi. Harga C berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan pada faktor-faktor yang bersangkutan dengan aliran permukaan di dalam sungai, terutama kelembaban tanah, sehingga pemilihan harga koefisien limpasan (C) yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas.
Dengan didasari latar belakang tersebut di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian pada suatu daerah aliran sungai agar pemilihan harga koefisien limpasan (C) pada persamaan Rasional terhadap hidrograf satuan terukur suatu daerah aliran sungai tepat sesuai dengan kondisi DAS, penelitian ini dalam bentuk tugas ak
Pola Penanganan Drainase Perkotaan menjelaskan mengenai aspek hukum dan peraturan yang mendasarinya, strategi dan kebijakan penanganan drainase, paradigma baru dalam penanganan drainase, dan berbagai opsi teknologi drainase. Disajikan oleh Direktorat PPLP, Cipta Karya, Kementrian PU.
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
Dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek teknik sipil yang berkaitan dengan pengaturan dan pemanfaatan air, dibutuhkan suatu analisis hidrologi, sehingga dalam mendesain serta menganalisis faktor-faktor utama dalam pelaksanaan suatu proyek seperti keamanan dan nilai ekonomis, aspek hidrologi tidak dapat diabaikan.
Seorang perencana harus dapat merencanakan bangunan air yang secara optimal mampu untuk mempertahankan kekuatan dan umur bangunan itu sendiri, sehingga dalam periode penggunaannya, bangunan tersebut diharapkan dapat dilalui dengan aman oleh banjir yang terjadi sampai ketinggian debit maksimum tanpa adanya kerusakan pada bangunan tersebut. Permasalahan yang terjadi adalah berapa besar debit yang harus disalurkan melalui bangunan yang besarnya tidak tentu dan berubah-ubah karena adanya banjir. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu perhitungan hidrologi khususnya analisis banjir rancangan.
Analisis hidrologi digunakan untuk memperkirakan debit banjir rencana, ada beberapa metode yang digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir rencana mulai dari metode Rasional yang cukup sederhana sampai dengan metode yang sangat kompleks yang kemudian telah dikembangkan untuk disesuaikan dengan kondisi setempat, dikarenakan dari beberapa metode yang ada belum tentu sesuai dengan karakteristik daerah aliran sungai (DAS) yang ditinjau. Sehingga dalam memilih metode yang tepat untuk suatu DAS diperlukan kajian yang mendalam agar suatu proyek tersebut aman namun tetap bernilai ekonomis.
Persamaan Rasional merupakan salah satu cara untuk menganalisis debit banjir rencana, namun hasilnya seringkali menghasilkan penyimpangan yang cukup besar sehingga persamaan Rasional dibatasi untuk daerah dengan luas daerah aliran sungai yang kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al.,1986).
Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi dalam penerapannya bahwa koefisien limpasan (C) dianggap sama untuk berbagai frekuensi hujan dan hanya dapat dihitung nilai debit puncaknya saja, volume dan waktu lamanya hidrograf banjir naik dan turun tidak dapat ditentukan.
Salah satu variabel dalam persamaan Rasional adalah koefisien limpasan (C) , faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir. Koefisien limpasan (C) didefinisikan sebagai perbandingan antara debit puncak aktual dengan debit puncak yang mungkin terjadi. Harga C berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan pada faktor-faktor yang bersangkutan dengan aliran permukaan di dalam sungai, terutama kelembaban tanah, sehingga pemilihan harga koefisien limpasan (C) yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas.
Dengan didasari latar belakang tersebut di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian pada suatu daerah aliran sungai agar pemilihan harga koefisien limpasan (C) pada persamaan Rasional terhadap hidrograf satuan terukur suatu daerah aliran sungai tepat sesuai dengan kondisi DAS, penelitian ini dalam bentuk tugas ak
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia. Pembelajaran dari Ki...Oswar Mungkasa
merupakan rangkaian cerita tentang keberhasilan pemerintah daerah dan komunitas dalam melaksanakan pembangunan AMPL. Keunikan buku ini adalah dalam mengungkapkan pembelajaran dari masing-masing pemenang AMPL Award
Air selintas info dan data di Nusantara, ringkasan dari presentasi Yayasan Komunitas Air Indonesia dalam Lokakarya nasional; Air dan Pembangunan 21 desember 2016
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia. Pembelajaran dari Ki...Oswar Mungkasa
merupakan rangkaian cerita tentang keberhasilan pemerintah daerah dan komunitas dalam melaksanakan pembangunan AMPL. Keunikan buku ini adalah dalam mengungkapkan pembelajaran dari masing-masing pemenang AMPL Award
Air selintas info dan data di Nusantara, ringkasan dari presentasi Yayasan Komunitas Air Indonesia dalam Lokakarya nasional; Air dan Pembangunan 21 desember 2016
Kuliah umum pengantar pengelolaan Sumber Daya AirWidiana Safaat
Pengantar <Aspek Manajerial> Penyusunan Dokumen Pola dan Rencana/Masterplan Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai
*Beberapa referensi peraturan dalam proses perubahan
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
Workshop Indeks Ketahanan Air - update 2022.09.29.pdf
1. GAMBAR
DEWAN SUMBER DAYA AIR NASIONAL
I N D E K S
K E T A H A N A N
A I R
JAKARTA, 29 SEPTEMBER 2022
2. Daftar Isi:
Latar Belakang
Urgensi Perhitungan Indeks Ketahanan Air
Perbandingan Indeks Ketahanan Air
Dimensi Indeks Ketahanan Air Indonesia
Catatan Penutup
1
2
3
4
5
Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional
2
4. Dewan Sumber Daya Air Nasional menyelenggarakan fungsi koordinasi dalam perumusan
kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air tingkat nasional
(Perpres 53 2022 Tentang DSDAN Pasal 5 Ayat (2))
Kebijakan Nasional Sumber Daya Air adalah arah atau tindakan yang diambil oleh pemerintah
pusat untuk mencapai tujuan pengelolaan sumber daya air.
(Perpres No.53 Tahun 2022 Bab I Pasal 1 Angka 1)
Penilaian keberhasilan pelaksanaan Jaknas SDA dilakukan melalui penghitungan indeks
ketahanan air.
(RPerpres Jaknas SDA Pasal 3 Ayat (2))
Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional
4
5. Pasal 3 Ayat (3):
Ketahanan air
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1)
paling sedikit diukur
berdasarkan target
SDG's dan RPJMN
sebagai berikut:
a. akses terhadap air minum yang
aman, merata, terjangkau, dan yang
terlayani 100%;
b. akses terhadap sanitasi dan
kebersihan yang memadai dan
merata mencapai 100% berdasarkan
pada:
• tidak ada praktik buang air besar
di tempat terbuka;
• ada perhatian khusus pada
kebutuhan kaum perempuan, dan
kelompok masyarakat rentan;
• layanan air dan sanitasi telah
efektif untuk mendukung
perkembangan ekonomi;
Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional
5
6. Pasal 3 Ayat (3):
Ketahanan air
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1)
paling sedikit diukur
berdasarkan target
SDG's dan RPJMN
sebagai berikut:
c. Meningkatkan Kualitas Air sesuai Baku
Mutu Air yang ditetapkan berdasarkan
pada;
• Rencana perlindungan & pengelolaan
mutu air;
• Upaya pengendalian pencemaran air,
meliputi: pencegahan pencemaran
air, penanggulangan pencemaran air
dan pemulihan mutu air;dan
• pemeliharaan mutu air
d. peningkatan efisiensi penggunaan air di
semua sektor;
e. jaminan keberlanjutan pasokan air;
f. penerapan prinsip pengelolaan sumber
daya air terpadu;
g. pelindungan dan pemulihan ekosistem
terkait sumber daya air; dan
h.pengurangan risiko kerugian akibat
bencana terkait air.
Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional
6
8. “Ketahanan air sangat penting untuk
mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.”
(Pedoman Penghitungan Indeks Ketahanan Air
Nasional 2021)
“Ketahanan air mempromosikan perlindungan
lingkungan serta keadilan sosial, dan
mengatasi konsekuensi dari pengelolaan air
yang buruk.”
(Pedoman Penghitungan Indeks Ketahanan
Air Nasional 2021)
Urgensi
Penghitungan
Indeks
Ketahanan
Air
Definisi Ketahanan Air
“Keterpenuhan kebutuhan air yang layak dan
berkelanjutan untuk kehidupan dan
pembangunan serta terkelolanya risiko yang
berkaitan dengan air.”
(RPerpres Jaknas SDA Pasal 1 Ayat (4))
“Indeks ketahanan air perlu disusun
sebagai strategi peningkatan kebijakan
pengelolaan SDA.”
(RPJMN 2020-2024)
Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional
8
9. INDEKS
KETAHANAN AIR
Indeks Ketahanan Air
Tingkat Nasional
Pasal 5 Angka (1-6)
Indeks Ketahanan Air
Tingkat Propinsi
Pasal 6 Angka (1-9)
Indeks Ketahanan Air
Tingkat Wilayah Sungai
Pasal 7 Angka (1-9)
Rperpres Jaknas SDA Pasal 4 Ayat (2)
Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional
9
10. Indeks Ketahanan
Air Tingkat
Nasional
Indeks Ketahanan Air
Tingkat Propinsi
Indeks Ketahanan Air
Tingkat Wilayah
Sungai
Disusun Menteri PUPR
Organisasi perangkat daerah
provinsi yang
menyelenggarakan tugas di
bidang sumber daya air
Pengelola sumber daya
air wilayah sungai yang
bersangkutan
Sumber
Data
Kementerian/
Lembaga terkait
Organisasi perangkat daerah
provinsi terkait dan/atau unit
pelaksana teknis pusat terkait
Organisasi perangkat
daerah terkait dan/atau
unit pelaksana teknis
pusat
Ditetapkan
Menko Marves
selaku Ketua Dewan
SDAN
Gubernur selaku Ketua
Dewan Sumber Daya Air
Tingkat Propinsi
Ketua TKPSDA WS
Sumber : Rperpres Jaknas SDA Pasal 5 -7
Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional
10
12. WATER SECURITY INDEX-ADB (AWDO 2020)
ECONOMIC WATER SECURITY
• Broad economy
• Agriculture
• Energy
• Industry
URBAN WATER SECURITY
• Access to water supply
• Acess to sanitation
• Affordability
• Drainage (flooded)
• Environment (quality)
ENVIRONMENTAL WATER
SECURITY
• Catchment and Aquatic
system conditions
• Environmental Governance
Index
RURAL WATER SECURITY
• Access to water supply
• Acess to sanitation
• Health impacts
• Affordability
WATER RELATED DISASTER
SECURITY
• Climatological risk (drought)
• Hydrological risks (floods)
• Meteorological risks (storm)
5 Dimensi 19 Indikator
Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional
12
13. DESKRIPSI LOGIKA DIMENSI JAKNAS SDA
Dimensi Konservasi
Menunjukkan penilaian sejauh mana pemerintah telah mendapatkan hasil dari kegiatan terkait peningkatan
perlindungan pelestarian sumber air, pengawetan air, kualitas air, dan pengurangan pencemaran air.
Dimensi Pendayagunaan SDA
Menunjukkan penilaian sejauh mana pemerintah telah mendapatkan hasil dari kegiatan terkait kemampuan
pembiayaan SDA, penatagunaan SDA, penyediaan air baku, efisiensi pengunaan SDA, pengembangan SDA,
serta pengendalian pendayagunaan SDA untuk kegiatan usaha.
Dimensi Pengendalian Daya Rusak Air dan Pengurangan Risiko
Menunjukkan penilaian sejauh mana pemerintah telah mendapatkan hasil dari kegiatan terkait pencegahan daya
rusak air, penanggulangan daya rusak air, dan pemulihan dampak daya rusak air.
Dimensi Peranserta Masyarakat
Menunjukkan penilaian sejauh mana pemerintah telah mendapatkan hasil dari kegiatan terkait koordinasi dan
keterpaduan dalam pengelolaan SDA dan kelembagaan, peran pemangku kepentingan dalam pengelolaan SDA,
pengawasan pengelolaan SDA, serta pemberdayaan pemangku kepentingan dan penegakan hukum.
Dimensi SISDA
Menunjukkan penilaian sejauh mana pemerintah telah mendapatkan hasil dari kegiatan terkait kelembagaan dan
sumber daya manusia pengelola SISDA, jejaring SISDA, serta teknologi informasi dalam SISDA
Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional
13
14. INDEKS KETAHANAN AIR JAKNAS SDA
1. DIMENSI
KONSERVASI SDA
1.3. Kualitas Air dan
Pencemaran Air
1.1. Perlindungan
dan Pelestarian
Sumber Air
1.2. Pengawetan Air
2. DIMENSI
PENDAYAGUNAAN
SUMBER DAYA AIR
2.1. Kapasitas
Menghimpun Sumber
Penerimaan dari Jasa
Pendayagunaan Sumber
Daya Air
2.2. Sistem Penatagunaan
Sumber Daya Air
2.3. Kemampuan
Penyediaan Air Baku
2.4. Efisiensi Penggunaan
Air
2.5. Pengembangan
Sumber Daya Air
2.6. Kemampuan
Pengendalian terhadap
Pemanfaatan Sumber
Daya Air untuk Kegiatan
Usaha
3. DIMENSI
PENGENDALIAN DAYA
RUSAK AIR DAN
PENGURANGAN RISIKO
3.1. Pencegahan
Daya Rusak Air
3.2. Penanggulangan
Daya Rusak Air
3.3. Tingkat
Kemampuan
Pemulihan Dampak
Daya Rusak Air
5. DIMENSI SISDA DAN
MANAJEMEN SISDA
5.1. Koordinasi dan
Keterpaduan dalam
Pengelolaan Sumber Daya
Air dan Kelembagaan
5.2. Jejaring SISDA
5.3. Teknologi Informasi
dalam SISDA
4. DIMENSI PERAN SERTA
MASYARAKAT
4.1. Koordinasi dan
Keterpaduan dalam
Pengelolaan Sumber Daya Air
dan Kelembagaan
4.2. Konsistensi Peran Pemangku
Kepentingan dalam
Pengelolaan Sumber Daya Air
4.3. Intensitas Kegiatan
Pemangku Kepentingan dalam
Pengawasan Pengelolaan
Sumber Daya Air
4.4. Pemberdayaan Pemangku
Kepentingan dan Penegakan
Hukum
1. Dimensi Konservasi ( 3 Indikator, 16 Subin)
2. Dimensi Pendayagunaan ( 6 Indikator, 23 Subin)
3. Dimensi Pengendalian dan Terkelolanya Resiko Daya Rusak Air ( 3 Indikator, 8 Subin)
4. Dimensi Partisipasi dan Implementasi Prinsip Pembangunan ( 4 Indikator, 12 Subin)
5. Dimensi SISDA dan Manajemen SISDA ( 3 Indikator, 5 Subin)
Indeks Ketahanan Air (5 Dimensi, 19 Indikator, 64 Sub Indikator)
Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional
14
15. Konservasi SDA (30%)
1. Household Water Security (20%)
(Ketahanan Air Rumah Tangga)
2. Economic Water Security (20%)
(Ketahanan Air Ekonomi)
3. Urban Water Security (20%)
(Ketahanan Air Perkotaan)
4. Environmental Water Security (20%)
(Ketahanan Air Lingkungan)
5. Resilience to Water Related Disasters (20%)
(Ketangguhan Terhadap Bencana Terkait Air)
5 Dimensi Indeks Ketahanan Air
(Asian Development Bank)
5 Dimensi Indeks Ketahanan Air
(Jaknas SDA)
Pendayagunaan SDA (25%)
Pengendalian Daya Rusak Air (20%)
Peranserta Masyarakat(15%)
Sistem Informasi SDA (SISDA) (10%)
PERBANDINGAN INDEKS KETAHANAN AIR ADB DAN INDONESIA
Bobot tiap dimensi ditentukan
merata sebesar 20%
Bobot tiap dimensi ditentukan dengan
metode AHP/Analytic Hierarchy Process
Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional
15
16. Enviromental
Water Security
(KD 4)
Economic
Water Security
(KD 2)
House Hold Water Security (KD 1)
Urban Water
Security
(KD 3)
Resilience to
Water Related
Disaster
(KD 5)
KD 1 = 11
KD 2 = 12,2
KD 3 = 11,5
KD 4 =14,4
KD 5 = 11,9
Total score = 61,0
LEVEL 3 (CAPABLE)
• Indonesia saat ini baru mencapai tingkat
“moderat” (capable).
• Target Raperpres Jaknas SDA: Tahun 2030
Ketahanan Air Indonesia diharapkan mencapai
tingkat ‘Handal’ (effective).
SKOR KETAHANAN AIR INDONESIA
berdasarkan Asian Water Development Outlook (AWDO), ADB 2020
Skor Indonesia,
Tahun 2020
Index Score Stage
5 ≥ 96 Tangguh
4 78 ≤ x < 96 Handal
3 60 ≤ x < 78 Moderat
2 42 ≤ x < 60 Rentan
1 0 ≤ x < 42 Bahaya
Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional
16
18. Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional
1. Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air
Tutupan Hutan Dan Lahan; Mata Air Yang Dilindungi; Perlindungan
Kawasan Karst; Perubahan Debit Aliran Sungai; Luas Kubah Gambut
Yang Dilindungi; Budidaya Pertanian Yang Tidak Mengikuti Kaidah
Konservasi Pada DTA Yang Tercantum Pada RTRW/RDTR;
Perlindungan Daerah Imbuhan Air Tanah; Panjang Sempadan
Sumber Air Yang Sudah Ditetapkan
2. Pengawetan Air
Ketersediaan Tampungan Air; Perlindungan Dan Pemulihan
Kondisi Air Tanah Di Daerah Lepasan (Pemanfaatan) Air
Tanah
Dimensi Konservasi SDA
(Berdasarkan Draft Jaknas SDA)
3. Kualitas Air dan Pencemaran Air
Kualitas Air; Kadar Limbah Padat; kadar limbah cair industry
dan limbah cair komunal (IPAL); Kadar Limbah Cair
Komunal; Sistem Budi Daya Perikanan di Danau, Waduk,
dan Rawa; Keanekaragaman Hayati pada Badan Air
(3 Indikator, 16 Subindikator)
18
19. 1. Kapasitas Menghimpun Sumber Penerimaan dari Jasa
Pendayagunaan SDA
Ketersediaan Institusi Penghimpun BJPSDA
2. Sistem Penatagunaan Sumber Daya Air
Pemanfaatan Sumber Air; Kesesuaian Kualitas dan Kuantitas
Peruntukan Air pada Sumber Air
Dimensi Pendayagunaan SDA
(Berdasarkan Draft Jaknas SDA)
3. Kemampuan Penyediaan Air Baku
Tingkat Kelayakan dan Keamanan Air Minum; Keandalan Air
Irigasi; Keandalan Ketersediaan Air Industri; Keandalan
Ketersediaan Air Perkotaan; Penduduk yang telah
mendapatkan Akses Air untuk Mencapai Taget Sanitasi
yang Layak
4. Efisiensi Penggunaan Air
Efesiensi Penggunaan Air untuk Tanaman Padi; Efektivitas
Penerapan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di Industri dan
Ramah Tangga; Tingkat Kehilangan Air yang dapat Dikurangi
(6 Indikator, 23 Subindikator)
Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional 19
20. 5. Pengembangan Sumber Daya Air
Implementasi Rencana Pengelolaan SDA ke dalam Program
SDA; Luas Jaringan Irigasi Rawa untuk Pertanian; Penggunaan
Teknologi Irigasi Alternatif; Ketersediaan Moda Transportasi Air di
Sungai, Kanal, Danau, Waduk, dan Rawa; Pemanfaatan
Sumber Daya Air untuk Energi Listrik dan Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH); Penggunaan Teknologi Tepat Guna dalam
Pemenuhan Kebutuhan Air Minum; Efektivitas Pemanfaatan
Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC); Intensitas Penerapan
Teknologi Imbuhan Air Tanah Buatan
6. Kemampuan Pengendalian terhadap Pemanfaatan SDA
untuk Kegiatan Usaha
Kemampuan Pengendalian terhadap Kegiatan Usaha
Tambang Bahan Galian pada Sumber Air; Tingkat
Kemampuan Pengelolaan Alokasi Air untuk kegiatan Usaha
dan Perizinan Air Tanah
Dimensi Pendayagunaan SDA
(Berdasarkan Draft Jaknas SDA)
(6 Indikator, 23 Subindikator)
Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional 20
21. 1. Pencegahan Daya Rusak Air
Kemampuan Pengendalian Banjir; Tingkat Ketahan dan
Kemampuan Adaptasi Masyarakat terhadap Banjir; Tingkat
Ketahanan dan Kemampuan Adaptasi Masyarakat Tani
terhadap Kekeringan dan Banjir;
2. Penanggulangan Daya Rusak Air
Efektivitas Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana
terkait Air
Dimensi Pengendalian Daya Rusak Air
dan Pengurangan Risiko
(Berdasarkan Draft Jaknas SDA)
3. Tingkat Kemampuan Pemulihan Dampak Daya
Rusak Air
Kecepatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kerusakan dan
Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup; Kemampuan
Pemulihan Dampak Sosial dan Psikologis
(3 Indikator, 8 Subindikator)
Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional 21
22. 1. Koordinasi dan Keterpaduan dalam Pengelolaan Sumber
Daya Air dan Kelembagaan
Efektivitas Fungsi dan Peran Koordinasi Dewan SDA Nasional, Dewan
SDA Propinsi, dan TKPSDA; Kinerja Lembaga Pengelola SDA di WS;
Tingkat Pelayanan Pengelolaan Air Tanah melalui Pendirian dan
Penambahan Balai CAT pada Wilayah CAT Prioritas
2. Konsistensi Peran Pemangku Kepentingan dalam
Pengelolaan SDA
Efektivitas Peran dalam Pembuatan Penyusunan Pola dan
Rencana Pengelolaan SDA pada Wilayah Sungai, serta
dalam Pelaksanaan Konstruksi dan Non Konstruksi serta
Operasi dan Pemeliharaan Prasarana SDA; Tingkat Kepuasan
Penerima Manfaat Jasa Pelayanan Air (Air Bersih/Air Minum);
Tingkat Keaktifan Pemangku Kepentingan dalam Rehabilitasi
Hutan dan Lahan
Dimensi Peran Serta Masyarakat
(Berdasarkan Draft Jaknas SDA)
(4 Indikator, 12 Subindikator)
Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional 22
23. Dimensi Peran Serta Masyarakat
(Berdasarkan Draft Jaknas SDA)
3. Intensitas Kegiatan Pemangku
Kepentingan dalam Pengawasan
Pengelolaan Sumber Daya Air
Efektivitas Fungsi dan Peran Koordinasi
Dewan SDA Nasional, Dewan SDA Propinsi,
dan TKPSDA
4. Pemberdayaan Pemangku
Kepentingan dan Penegakan Hukum
Pemberdayaan Pemangku Kepentingan
dalam Pengelolaan SDA; Efektivitas
Penegakan Hukum Terkait Pengelolaan SDA
(4 Indikator, 12 Subindikator)
Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional 23
24. 1. Koordinasi dan Keterpaduan dalam Pengelolaan Sumber
Daya Aur dan Kelembagaan
Efektivitas Lembaga Pengelola Data dan Informasi Terkait SDA
2. Jejaring SISDA
Efektivitas Jejaring SISDA; Pengembangan Jejaring Kerja
Sama
Dimensi SISDA dan Manajemen SISDA
(Berdasarkan Draft Jaknas SDA)
3. Teknologi Informasi dalam SISDA
Efektivitas Sistem Pertukaran dan Pemutakhiran Data;
Teknologi Informasi Daring Terkait SDA yang Dikembangkan
dan Kemanfaatan Teknologi Informasi untuk Meningkatkan
Aksesibilitas Data Terkait SDA
(3 Indikator, 5 Subindikator)
Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional 24
25. METODE PERHITUNGAN INDEKS KETAHANAN AIR
SUBSUB INDIKATOR
HASIL
PERHITUNGAN
•BASE LINE DATA
•DATA IDEAL
•DATA TIME SERIES
INDIKATOR
SUB INDIKATOR
DIMENSI
PARAMETER
DATA
RUMUS
SKALA
SKOR
NILAI
Dimensi Konservasi SDA
Indikator Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air
Subindikator Perlindungan Kawasan Karst
Kawasan Bentang Alam Karst yang telah ditetapkan dibandingkan luas Kawasan Karst yang ada
a. Luas dan jumlah kawasan bentang alam karst yang ditetapkan,
b. Luas dan jumlah kawasan karst yang ada.
Keterangan:
𝑃𝑃𝐾𝐾 = Persentase Perlindungan Kawasan Karst
𝐾𝐵𝐴𝐾 = Luas Kawasan Bentang Alam Karst yang telah ditetapkan
𝐿𝐾𝐾 = Luas Kawasan Karst yang ada
𝑃𝑃𝐾𝐾 =
𝐿𝐾𝐵𝐴𝐾
𝐿𝐾𝐾
𝑋100%
PPKK (%)
Data dari Kementerian LHK :
a. Luas dan Jumlah Kawasan Bentang Alam Karst yang ditetapkan = 10
b. Luas dan Jumlah Kawasan Karst yang ada = 20
PENILAIAN DATA
KRITERIA PENILAIAN NILAI
HASIL
PERHITUNGAN
SKOR
0 – 10 % 1
PPKK (%)
11% - 30% 2
31% - 50% 3
51% - 70% 4
71% - 100% 5
CONTOH
Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional
25
26. INDEKS KETAHANAN AIR SELANJUTMYA
AKAN DIMASUKKAN DI DALAM RPJMN
5. CATATAN PENUTUP
27. PENUTUP
UU NO 17 TAHUN 2019 TENTANG
SUMBER DAYA AIR MENGAMANATKAN
PENYUSUNAN JAKNAS DAN
KEBERHASILAN PELAKSANAANNYA
DAPAT DILIHAT DARI KETAHANAN AIR INDEKS KETAHANAN AIR DALAM
RPJMN TAHUN 2020-2024 UNTUK
MENGUKUR STRATEGI PENINGKATAN
PENGELOLAAN SDA
PENGUKURAN INDEKS KETAHANAN
AIR BERJENJANG NASIONAL,
PROPINSI, DAN WILAYAH SUNGAI
1
2
3
4
TERGET KETAHANAN AIR PADA TAHUN
2030 ADALAH MINIMAL 4 YAITU
KATEGORI “HANDAL”
5
INDEKS KETAHANAN AIR NASIONAL,
PROPINSI, DAN WILAYAH SUNGAI
DIHITUNG SETIAP 2 TAHUN
(RPERPRES JAKNAS SDA)
Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional
27