SlideShare a Scribd company logo
Urbanisasi, Permukiman Kumuh dan
     Tata-Kelola yang Efektif

                      Catatan Pengantar untuk
Pra-Seminar Nasional Penanganan Perumahan dan Permukiman Kumuh
                     Jakarta 18 September 2012




                       Wicaksono Sarosa
            Kemitraan bagi Pembaruan Tata-Pemerintahan
Kerangka Bahasan

    1.         Pengantar catatan (kerangka
               bahasan)
    2.         Melihat kembali ‘urbanisasi’
    3.         Melihat kembali
               ‘permukiman/perumahan
               kumuh’
    4.         Apa yang bisa/harus dilakukan
    5.         Aspek tata-kelola (governance)
    6.         Penutup

    --------------------
    Catatan: sebagian pernyataan dalam presentasi ini bersifat
                   sangat ‘basic’ dan sudah kita ketahui bersama –
                   apalagi bagi staf Kemenpera. Namun penyaji tetap
                   memuatnya sekedar agar uraian bisa runtut dan
                   sekaligus dapat berfungsi sebagai pengingat
Urbanisasi
   Urbanisasi adalah fenomena wajar dan global
   Akibat (i) pertumbuhan penduduk kota secara natural,
    (ii) perluasan kawasan perkotaan, (iii) migrasi dari desa
    ke kota  yang terutama
   Terdapat faktor pendorong (kemiskinan dan
    keterbatasan di perdesaan dll.) dan faktor penarik
    (peluang pendidikan dan pekerjaan, gemerlap kota,
    pilihan-pilihan, kebebasan dll.)
   Urbanisasi yang pesat seringkali terjadi seiring dengan
    pertumbuhan ekonomi (kecuali dia Afrika, dimana
    terjadi urbanisasi tanpa pertumbuhan ekonomi yang
    signifikan  faktor pendorong yang lebih kuat)
   Informasi yang semakin meluas juga mendorong
    urbanisasi
Urbanisasi
   Urbanisasi tidak bisa dihentikan sampai terjadinya
    ‘urbanization equilibrium’ – tetapi bisa dikelola,
    dikurangi lajunya serta dikurangi dampak negatifnya)
   Jika dikelola dengan baik, urbanisasi dapat
    berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi – baik
    ekonomi kota (sektor formal perkotaan sangat tertolong
    dengan adanya sektor informal  barang dan jasa
    murah) maupun ekonomi perdesaan (kiriman uang ke
    keluarga di desa)  tidak otomatis terwujud
   Jika tidak dikelola dengan baik, urbanisasi menjadi
    beban pemerintah dan tidak membantu
    mensejahterakan warga (pendatang tinggal di
    permukiman kumuh serta tidak bisa bersaing dengan
    penduduk asli kota  memindahkan kemiskinan dari
    desa ke kota)
Urbanisasi dan Kebutuhan Papan
    Urbanisasi berakibat pada peningkatan kebutuhan akan
     tempat tinggal (papan) di kawasan perkotaan – baik di
     pusat/tengah kota maupun di kawasan pinggiran (urban
     fringe areas, suburban)  baik rumah maupun
     prasarana, sarana dan utilitasnya
    Pemerintah (khususnya pemerintah kota) umumnya
     tidak mampu menyediakan tempat tinggal yang layak
     bagi semua warga (asli maupun pendatang)
    Tapi pemerintah (nasional dan daerah bersama-sama)
     bisa menciptakan kondisi sehingga pemenuhan tempat-
     tinggal yang layak terpenuhi – baik melalui penyediaan
     secara formal maupun swadaya
Urbanisasi dan ‘Gagap Budaya’
   ‘Budaya’ (dan kebiasaan-kebiasaan) di perdesaan
    terkadang terefleksi di permukiman kumuh perkotaan
    (yang baik – seperti sifat tolong-menolong dll. – maupun
    yang buruk – seperti masih ada kebiasaan membakar
    sampah sendiri dll.)
   Di sisi lain, terkadang orang pindah dari desa ke kota
    untuk melepaskan diri dari aturan-aturan tradisional dan
    memiliki ‘kesan yang salah’ bahwa tinggal di kota akan
    membebaskannya dari aturan-aturan  ‘semau gue’
   Padahal, kota yang baik – karena kepadatan,
    keragaman dan karakteristik lainnya – justru harus
    memiliki banyak aturan-aturan (yang seringkali berbeda
    dengan aturan-aturan tradisional)
Perumahan/Permukiman Kumuh
    Ada banyak cara membuat tipologi perumahan dan
     permukiman kumuh:
Geografis:         Kekumuhan:           Legalitas:
Perdesaan         Berat (rumah &      Legal
Kawasan           lingkungan sangat    Semi-legal (ada
pinggiran kota     tidak layak-huni,    bagian-bagian
(suburban, urban   kepadatan sangat     yang ‘legal’ tapi
fringe areas)      tinggi)              ada juga yang
Pusat kota        Sedang (sebagian    tidak memiliki
                   rumah & lingkungan   status hukum)
                   Ringan              Ilegal
Perumahan/Permukiman Kumuh
Ada tipologi lain yang seringkali luput dari perhatian
(meminjam istilah Peter Lloyd):
Permukiman kumuh tanpa harapan (“slums of despair”)
Permukiman kumuh dengan harapan (“slums of hope”)
Faktor yang mempengaruhi ada-tidaknya ‘harapan’ adalah:
“Security of tenure” – kuatnya legalitas atau jaminan tidak
akan digusur
“Sense of ownership” yang tinggi (penyewa < ‘pemilik’)
Modal sosial yang kuat
Adanya harapan akan memudahkan perbaikan kualitas hunian
dan lingkungan oleh warga sendiri (difasilitasi pemerintah) 
tanda-tanda: warga secara bertahap memperbaiki rumahnya
Perumahan/Permukiman Kumuh
Penyebab timbulnya perumahan/permukiman kumuh:
Kurangnya ketersediaan rumah layak-terjangkau di lokasi
dekat sumber-sumber penghidupan
Kemiskinan (kumuh-miskin)
Ketiadaan sarana-prasarana-utilitas (karena memang tidak
disediakan oleh pemerintah – karena satu dan lain hal,
misalnya karena ilegal – atau karena terabaikan atau karena
pemerintah belum mampu)
Ketiadaan legalitas status penggunaan lahan atau ketiadaan
kepastian tidak akan digusur (tenure security)
Masyarakat abai/tidak peduli/tidak tahu akan pentingnya
menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan (termasuk
ownership kurang)
Dan lain-lain........
Perumahan/Permukiman Kumuh
Karakteristik perumahan/permukiman kumuh umumnya
ditandai (secara fisik) dengan ketiadaan satu atau lebih dari
kondisi di bawah ini:
Rumah yang permanen dan sehat di lokasi yang tidak rawan
bencana
Area huni yang layak sehingga tidak lebih dari tiga orang
yang berbagi kamar (serta kepadatan lingkungan yang wajar)
Akses ke air bersih yang relatif mencukupi (kualitas dan
kuantitas) serta terjangkau
Akses ke sanitasi yang layak
Kepemilikan/penggunaan lahan yang aman dan tidak rawan
penggusuran
UNESCAP & UN-Habitat, 2008
Perumahan/Permukiman Kumuh
Dimensi yang ada perumahan/permukiman kumuh:
        Dimensi/Aspek           Masalah                      Potensi

Fisik                   kumuh, kotor, tidak         dekat tempat kerja atau
                        sehat, padat, kurang        sumber penghasilan
                        ruang terbuka, dll.
Ekonomi                 miskin, sektor informal,    ‘industrious’
                        terkadang ilegal
Sosial-budaya           penduduk sementara          kekeluargaan, saling
                        kurang merasa memiliki,     tolong-menolong
                        budaya bersih kurang
Legalitas               seringkali tidak memiliki   terkadang sudah
                        status legal                menghuni puluhan tahun
Politis                 rentan dimanfaatkan sbg     jika punya pemimpin
                        komoditas politik, sering   dapat menjadi ‘kekuatan
                        tidak punya hak pilih       politis’
Beberapa ‘Caveats’
   Tidak semua penghuni perkampungan kumuh adalah
    migran, dan tidak semua migran tinggal di permukiman
    kumuh dan ilegal
   Tidak semua penghuni perkampungan kumuh dapat
    digolongkan sebagai masyarakat miskin, dan tidak
    semua masyarakat miskin tinggal di permukiman
    kumuh
   Tidak semua penghuni perkampungan kumuh bekerja
    di sektor ekonomi informal, dan tidak semua kegiatan
    ekonomi informal terjadi di perkampungan kumuh
   Penghuni perkampungan kumuh umumnya ‘sibuk’
    bekerja/mencari nafkah sepanjang hari  seringkali
    sulit untuk diajak ‘rapat-rapat’ untuk perbaikan kampung
    (namun ini tidak berarti mereka tidak bisa dikonsultasi
     justru harus dilibatkan)
Aspek Tata-Kelola
   Berhenti berusaha untuk menahan urbanisasi secara
    paksa  gantikan dengan upaya-upaya yang
    peningkatan kualitas kehidupan di perdesaan DAN
    hadirkan kebijakan realistis dan program-program yang
    dapat membantu proses urbanisasi dengan baik dan
    mensejahterakan (siapkan para pendatang sebelum
    berangkat ke kota, buka dan fasilitasi peluang-peluang
    yang baik bagi pendatang sehingga bisa terjadi
    peningkatan kesejahteraan  perlu kebijakan dan
    strategi perkotaan nasional; pemerintah kota sendirian
    tidak akan bisa menangani hal ini)
   Karena kemungkinan besar penyediaan perumahan
    formal yang terjangkau tidak akan memadai  warga
    akan membangun sendiri secara swadaya
   Upaya ini perlu didukung (semakin awal, semakin baik)
Penutup
Catatan tambahan:
Pemerintah sendiri tidak akan mampu menyediakan secara
langsung perumahan layak-terjangkau (yang berarti harus
disubsidi) – Singapore dan Hong Kong adalah pengecualian
yang sulit direplikasi
Pemerintah juga tidak bisa membiarkan swasta bekerja
sendirian dalam penyediaan perumahan (meskipun sudah
dengan berbagai macam subsidi)
Pemerintah tidak bisa “memaksa” kaum miskin keluar dari
kota  pemerintah pusat tidak bisa membiarkan pemerintah
kota menghadapi sendiri permasalahan urbanisasi
Perbaikan permukiman kumuh tidak bisa dilihat sebagai
“proyek” tersendiri  bagian dari kebijakan urbanisasi dan
pembangunan kota/lingkungan dan manusia
Penutup

Bekerjasama dengan semua pemangku-kepentingan, kita
semua bisa menyediakan hunian layak bagi semua warga

Pemerintah dapat membantu kaum miskin
Kaum miskin dapat membantu diri-sendiri secara bersama-
sama (termasuk membuat tabungan kolektif/komunitas,
mengembangkan rencana perbaikan kampung dan rumah,
terlibat dalam implementasinya)
Organisasi komunitas maupun non-pemerintah lainnya dapat
berperan dalam mendampingi warga
Kemitraan juga bisa diperluas dengan mengajak pelaku
usaha (korporasi)
Terima kasih




     E-mail: wicaksono.sarosa@kemitraan.or.id
         E-mail: wicak.sarosa@gmail.com
       Blog: http://wicaksarosa.blogspot.com

More Related Content

Similar to Urbanisasi, Permukiman Kumuh dan Tata-Kelola yang Efektif

Tugas urbanisasi
Tugas urbanisasiTugas urbanisasi
Tugas urbanisasi
Rani-0707
 
ilmu sosial dasar bab 7
ilmu sosial dasar bab 7ilmu sosial dasar bab 7
ilmu sosial dasar bab 7
zahir priewandanu
 
MASYARAKAT DESA DAN KOTA.pptx
MASYARAKAT DESA DAN KOTA.pptxMASYARAKAT DESA DAN KOTA.pptx
MASYARAKAT DESA DAN KOTA.pptx
ElfridhoWisnutamap
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
Fahmy Metala
 
Geografi desa dan kota
Geografi desa dan kotaGeografi desa dan kota
Geografi desa dan kotaNasron Spd
 
Pola Perkembangan Desa dan Kota
Pola Perkembangan Desa dan KotaPola Perkembangan Desa dan Kota
Pola Perkembangan Desa dan Kotararantean
 
Perumahan vs lingkungan
Perumahan vs lingkunganPerumahan vs lingkungan
Perumahan vs lingkungansepthree
 
[Bappenas] Bahan Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu.pdf
[Bappenas] Bahan Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu.pdf[Bappenas] Bahan Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu.pdf
[Bappenas] Bahan Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu.pdf
satria26657
 
Potensi desa dan perkembangan desa
Potensi desa dan perkembangan desaPotensi desa dan perkembangan desa
Potensi desa dan perkembangan desa
Ayuu Ebbol
 
01 asep yudi-permana.edited.
01 asep yudi-permana.edited.01 asep yudi-permana.edited.
01 asep yudi-permana.edited.
Indriati Dewi
 
Analisis wilayah
Analisis wilayahAnalisis wilayah
Analisis wilayah
Transmission Music Group
 
Ekonomi Informal & Pedagang Kaki Lima
Ekonomi Informal & Pedagang Kaki LimaEkonomi Informal & Pedagang Kaki Lima
Ekonomi Informal & Pedagang Kaki Lima
Hizrah Muchtar
 
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaanMakalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaanSeptian Muna Barakati
 
Masyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaan
Masyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaanMasyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaan
Masyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaan
william_marthin
 
Rencana pengembangan kawasan desa
Rencana pengembangan kawasan desaRencana pengembangan kawasan desa
Rencana pengembangan kawasan desa
Teguh Kristyanto
 
Pemukiman_Kumuh dan perumahan kumuh .pptx
Pemukiman_Kumuh dan perumahan kumuh .pptxPemukiman_Kumuh dan perumahan kumuh .pptx
Pemukiman_Kumuh dan perumahan kumuh .pptx
baimtangke
 
Interaksi desa dan_kota
Interaksi desa dan_kotaInteraksi desa dan_kota
Interaksi desa dan_kota
IvanBayhaqi1
 
Kriminologi
KriminologiKriminologi
Kriminologi
Nabilla Afinannisa
 
Tugas 11 GEO_NURVANIDA_XIIA4_23.pptx
Tugas 11 GEO_NURVANIDA_XIIA4_23.pptxTugas 11 GEO_NURVANIDA_XIIA4_23.pptx
Tugas 11 GEO_NURVANIDA_XIIA4_23.pptx
XIMIPA414GalangMuham
 

Similar to Urbanisasi, Permukiman Kumuh dan Tata-Kelola yang Efektif (20)

Tugas urbanisasi
Tugas urbanisasiTugas urbanisasi
Tugas urbanisasi
 
ilmu sosial dasar bab 7
ilmu sosial dasar bab 7ilmu sosial dasar bab 7
ilmu sosial dasar bab 7
 
MASYARAKAT DESA DAN KOTA.pptx
MASYARAKAT DESA DAN KOTA.pptxMASYARAKAT DESA DAN KOTA.pptx
MASYARAKAT DESA DAN KOTA.pptx
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
 
Geografi desa dan kota
Geografi desa dan kotaGeografi desa dan kota
Geografi desa dan kota
 
Pola Perkembangan Desa dan Kota
Pola Perkembangan Desa dan KotaPola Perkembangan Desa dan Kota
Pola Perkembangan Desa dan Kota
 
Perumahan vs lingkungan
Perumahan vs lingkunganPerumahan vs lingkungan
Perumahan vs lingkungan
 
[Bappenas] Bahan Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu.pdf
[Bappenas] Bahan Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu.pdf[Bappenas] Bahan Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu.pdf
[Bappenas] Bahan Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu.pdf
 
Potensi desa dan perkembangan desa
Potensi desa dan perkembangan desaPotensi desa dan perkembangan desa
Potensi desa dan perkembangan desa
 
01 asep yudi-permana.edited.
01 asep yudi-permana.edited.01 asep yudi-permana.edited.
01 asep yudi-permana.edited.
 
Analisis wilayah
Analisis wilayahAnalisis wilayah
Analisis wilayah
 
Ekonomi Informal & Pedagang Kaki Lima
Ekonomi Informal & Pedagang Kaki LimaEkonomi Informal & Pedagang Kaki Lima
Ekonomi Informal & Pedagang Kaki Lima
 
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaanMakalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
 
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaanMakalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
 
Masyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaan
Masyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaanMasyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaan
Masyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaan
 
Rencana pengembangan kawasan desa
Rencana pengembangan kawasan desaRencana pengembangan kawasan desa
Rencana pengembangan kawasan desa
 
Pemukiman_Kumuh dan perumahan kumuh .pptx
Pemukiman_Kumuh dan perumahan kumuh .pptxPemukiman_Kumuh dan perumahan kumuh .pptx
Pemukiman_Kumuh dan perumahan kumuh .pptx
 
Interaksi desa dan_kota
Interaksi desa dan_kotaInteraksi desa dan_kota
Interaksi desa dan_kota
 
Kriminologi
KriminologiKriminologi
Kriminologi
 
Tugas 11 GEO_NURVANIDA_XIIA4_23.pptx
Tugas 11 GEO_NURVANIDA_XIIA4_23.pptxTugas 11 GEO_NURVANIDA_XIIA4_23.pptx
Tugas 11 GEO_NURVANIDA_XIIA4_23.pptx
 

More from Oswar Mungkasa

Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganUrun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Oswar Mungkasa
 
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Oswar Mungkasa
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Oswar Mungkasa
 
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingSudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
Oswar Mungkasa
 
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Oswar Mungkasa
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Oswar Mungkasa
 
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAFakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Oswar Mungkasa
 
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Oswar Mungkasa
 
Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama
Oswar Mungkasa
 
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganMemudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Oswar Mungkasa
 
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
Oswar Mungkasa
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Oswar Mungkasa
 
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
Oswar Mungkasa
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranBekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Oswar Mungkasa
 
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
Oswar Mungkasa
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Oswar Mungkasa
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Oswar Mungkasa
 
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaPresentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Oswar Mungkasa
 
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiPengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Oswar Mungkasa
 
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Oswar Mungkasa
 

More from Oswar Mungkasa (20)

Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganUrun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
 
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
 
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingSudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
 
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
 
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAFakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
 
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
 
Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama
 
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganMemudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
 
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
 
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranBekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
 
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
 
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaPresentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
 
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiPengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
 
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
 

Urbanisasi, Permukiman Kumuh dan Tata-Kelola yang Efektif

  • 1. Urbanisasi, Permukiman Kumuh dan Tata-Kelola yang Efektif Catatan Pengantar untuk Pra-Seminar Nasional Penanganan Perumahan dan Permukiman Kumuh Jakarta 18 September 2012 Wicaksono Sarosa Kemitraan bagi Pembaruan Tata-Pemerintahan
  • 2. Kerangka Bahasan 1. Pengantar catatan (kerangka bahasan) 2. Melihat kembali ‘urbanisasi’ 3. Melihat kembali ‘permukiman/perumahan kumuh’ 4. Apa yang bisa/harus dilakukan 5. Aspek tata-kelola (governance) 6. Penutup -------------------- Catatan: sebagian pernyataan dalam presentasi ini bersifat sangat ‘basic’ dan sudah kita ketahui bersama – apalagi bagi staf Kemenpera. Namun penyaji tetap memuatnya sekedar agar uraian bisa runtut dan sekaligus dapat berfungsi sebagai pengingat
  • 3. Urbanisasi  Urbanisasi adalah fenomena wajar dan global  Akibat (i) pertumbuhan penduduk kota secara natural, (ii) perluasan kawasan perkotaan, (iii) migrasi dari desa ke kota  yang terutama  Terdapat faktor pendorong (kemiskinan dan keterbatasan di perdesaan dll.) dan faktor penarik (peluang pendidikan dan pekerjaan, gemerlap kota, pilihan-pilihan, kebebasan dll.)  Urbanisasi yang pesat seringkali terjadi seiring dengan pertumbuhan ekonomi (kecuali dia Afrika, dimana terjadi urbanisasi tanpa pertumbuhan ekonomi yang signifikan  faktor pendorong yang lebih kuat)  Informasi yang semakin meluas juga mendorong urbanisasi
  • 4. Urbanisasi  Urbanisasi tidak bisa dihentikan sampai terjadinya ‘urbanization equilibrium’ – tetapi bisa dikelola, dikurangi lajunya serta dikurangi dampak negatifnya)  Jika dikelola dengan baik, urbanisasi dapat berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi – baik ekonomi kota (sektor formal perkotaan sangat tertolong dengan adanya sektor informal  barang dan jasa murah) maupun ekonomi perdesaan (kiriman uang ke keluarga di desa)  tidak otomatis terwujud  Jika tidak dikelola dengan baik, urbanisasi menjadi beban pemerintah dan tidak membantu mensejahterakan warga (pendatang tinggal di permukiman kumuh serta tidak bisa bersaing dengan penduduk asli kota  memindahkan kemiskinan dari desa ke kota)
  • 5. Urbanisasi dan Kebutuhan Papan  Urbanisasi berakibat pada peningkatan kebutuhan akan tempat tinggal (papan) di kawasan perkotaan – baik di pusat/tengah kota maupun di kawasan pinggiran (urban fringe areas, suburban)  baik rumah maupun prasarana, sarana dan utilitasnya  Pemerintah (khususnya pemerintah kota) umumnya tidak mampu menyediakan tempat tinggal yang layak bagi semua warga (asli maupun pendatang)  Tapi pemerintah (nasional dan daerah bersama-sama) bisa menciptakan kondisi sehingga pemenuhan tempat- tinggal yang layak terpenuhi – baik melalui penyediaan secara formal maupun swadaya
  • 6. Urbanisasi dan ‘Gagap Budaya’  ‘Budaya’ (dan kebiasaan-kebiasaan) di perdesaan terkadang terefleksi di permukiman kumuh perkotaan (yang baik – seperti sifat tolong-menolong dll. – maupun yang buruk – seperti masih ada kebiasaan membakar sampah sendiri dll.)  Di sisi lain, terkadang orang pindah dari desa ke kota untuk melepaskan diri dari aturan-aturan tradisional dan memiliki ‘kesan yang salah’ bahwa tinggal di kota akan membebaskannya dari aturan-aturan  ‘semau gue’  Padahal, kota yang baik – karena kepadatan, keragaman dan karakteristik lainnya – justru harus memiliki banyak aturan-aturan (yang seringkali berbeda dengan aturan-aturan tradisional)
  • 7. Perumahan/Permukiman Kumuh  Ada banyak cara membuat tipologi perumahan dan permukiman kumuh: Geografis: Kekumuhan: Legalitas: Perdesaan Berat (rumah & Legal Kawasan lingkungan sangat Semi-legal (ada pinggiran kota tidak layak-huni, bagian-bagian (suburban, urban kepadatan sangat yang ‘legal’ tapi fringe areas) tinggi) ada juga yang Pusat kota Sedang (sebagian tidak memiliki rumah & lingkungan status hukum) Ringan Ilegal
  • 8. Perumahan/Permukiman Kumuh Ada tipologi lain yang seringkali luput dari perhatian (meminjam istilah Peter Lloyd): Permukiman kumuh tanpa harapan (“slums of despair”) Permukiman kumuh dengan harapan (“slums of hope”) Faktor yang mempengaruhi ada-tidaknya ‘harapan’ adalah: “Security of tenure” – kuatnya legalitas atau jaminan tidak akan digusur “Sense of ownership” yang tinggi (penyewa < ‘pemilik’) Modal sosial yang kuat Adanya harapan akan memudahkan perbaikan kualitas hunian dan lingkungan oleh warga sendiri (difasilitasi pemerintah)  tanda-tanda: warga secara bertahap memperbaiki rumahnya
  • 9. Perumahan/Permukiman Kumuh Penyebab timbulnya perumahan/permukiman kumuh: Kurangnya ketersediaan rumah layak-terjangkau di lokasi dekat sumber-sumber penghidupan Kemiskinan (kumuh-miskin) Ketiadaan sarana-prasarana-utilitas (karena memang tidak disediakan oleh pemerintah – karena satu dan lain hal, misalnya karena ilegal – atau karena terabaikan atau karena pemerintah belum mampu) Ketiadaan legalitas status penggunaan lahan atau ketiadaan kepastian tidak akan digusur (tenure security) Masyarakat abai/tidak peduli/tidak tahu akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan (termasuk ownership kurang) Dan lain-lain........
  • 10. Perumahan/Permukiman Kumuh Karakteristik perumahan/permukiman kumuh umumnya ditandai (secara fisik) dengan ketiadaan satu atau lebih dari kondisi di bawah ini: Rumah yang permanen dan sehat di lokasi yang tidak rawan bencana Area huni yang layak sehingga tidak lebih dari tiga orang yang berbagi kamar (serta kepadatan lingkungan yang wajar) Akses ke air bersih yang relatif mencukupi (kualitas dan kuantitas) serta terjangkau Akses ke sanitasi yang layak Kepemilikan/penggunaan lahan yang aman dan tidak rawan penggusuran UNESCAP & UN-Habitat, 2008
  • 11. Perumahan/Permukiman Kumuh Dimensi yang ada perumahan/permukiman kumuh: Dimensi/Aspek Masalah Potensi Fisik kumuh, kotor, tidak dekat tempat kerja atau sehat, padat, kurang sumber penghasilan ruang terbuka, dll. Ekonomi miskin, sektor informal, ‘industrious’ terkadang ilegal Sosial-budaya penduduk sementara kekeluargaan, saling kurang merasa memiliki, tolong-menolong budaya bersih kurang Legalitas seringkali tidak memiliki terkadang sudah status legal menghuni puluhan tahun Politis rentan dimanfaatkan sbg jika punya pemimpin komoditas politik, sering dapat menjadi ‘kekuatan tidak punya hak pilih politis’
  • 12. Beberapa ‘Caveats’  Tidak semua penghuni perkampungan kumuh adalah migran, dan tidak semua migran tinggal di permukiman kumuh dan ilegal  Tidak semua penghuni perkampungan kumuh dapat digolongkan sebagai masyarakat miskin, dan tidak semua masyarakat miskin tinggal di permukiman kumuh  Tidak semua penghuni perkampungan kumuh bekerja di sektor ekonomi informal, dan tidak semua kegiatan ekonomi informal terjadi di perkampungan kumuh  Penghuni perkampungan kumuh umumnya ‘sibuk’ bekerja/mencari nafkah sepanjang hari  seringkali sulit untuk diajak ‘rapat-rapat’ untuk perbaikan kampung (namun ini tidak berarti mereka tidak bisa dikonsultasi  justru harus dilibatkan)
  • 13. Aspek Tata-Kelola  Berhenti berusaha untuk menahan urbanisasi secara paksa  gantikan dengan upaya-upaya yang peningkatan kualitas kehidupan di perdesaan DAN hadirkan kebijakan realistis dan program-program yang dapat membantu proses urbanisasi dengan baik dan mensejahterakan (siapkan para pendatang sebelum berangkat ke kota, buka dan fasilitasi peluang-peluang yang baik bagi pendatang sehingga bisa terjadi peningkatan kesejahteraan  perlu kebijakan dan strategi perkotaan nasional; pemerintah kota sendirian tidak akan bisa menangani hal ini)  Karena kemungkinan besar penyediaan perumahan formal yang terjangkau tidak akan memadai  warga akan membangun sendiri secara swadaya  Upaya ini perlu didukung (semakin awal, semakin baik)
  • 14. Penutup Catatan tambahan: Pemerintah sendiri tidak akan mampu menyediakan secara langsung perumahan layak-terjangkau (yang berarti harus disubsidi) – Singapore dan Hong Kong adalah pengecualian yang sulit direplikasi Pemerintah juga tidak bisa membiarkan swasta bekerja sendirian dalam penyediaan perumahan (meskipun sudah dengan berbagai macam subsidi) Pemerintah tidak bisa “memaksa” kaum miskin keluar dari kota  pemerintah pusat tidak bisa membiarkan pemerintah kota menghadapi sendiri permasalahan urbanisasi Perbaikan permukiman kumuh tidak bisa dilihat sebagai “proyek” tersendiri  bagian dari kebijakan urbanisasi dan pembangunan kota/lingkungan dan manusia
  • 15. Penutup Bekerjasama dengan semua pemangku-kepentingan, kita semua bisa menyediakan hunian layak bagi semua warga Pemerintah dapat membantu kaum miskin Kaum miskin dapat membantu diri-sendiri secara bersama- sama (termasuk membuat tabungan kolektif/komunitas, mengembangkan rencana perbaikan kampung dan rumah, terlibat dalam implementasinya) Organisasi komunitas maupun non-pemerintah lainnya dapat berperan dalam mendampingi warga Kemitraan juga bisa diperluas dengan mengajak pelaku usaha (korporasi)
  • 16. Terima kasih E-mail: wicaksono.sarosa@kemitraan.or.id E-mail: wicak.sarosa@gmail.com Blog: http://wicaksarosa.blogspot.com

Editor's Notes

  1. MATERI: Memahami Permasalahan Perumahan dan Permukiman Kumuh dalam konteks Permasalahan Perkotaan SUBSTANSI: Definisi, karakteristik, formasi, lokasi dan bentuk spasial perumahan dan permukiman kumuh; Proses Pembentukan Permukiman Kumuh dan Dimensi- D imensi Sosial, dan Dinamika Ekonomi Perkotaan. KELUARAN: Pemahaman awal terhadap karakteristik perumahan dan permukiman kumuh secara komprehensif ; Rumusan indikator perumahan dan permukiman kumuh
  2. Banyak upaya untuk “menghentikan” urbanisasi – seperti Operasi Justisi. Tapi ini akan percuma dan buang-buang semberdaya  lebih baik tenaga maupun dana diarahkan untuk “menyiapkan” urbanisasi dengan baik (tanpa meninggalkan kewajiban untuk memenuhi kebutuhan dasar di perdesaan). Migrasi dari desa ke kota adalah sebagai pewujudan dari “naluri” manusia untuk “survival” (pada tingkat paling dasar) maupun untuk “maju” (“the idea of progress”) dan memiliki pilihan-pilihan. Kontribusi sektor informal perkotaan di Asia diperkirakan 31% dari PDB total ‘ Urbanization equilibrium’ akan terjadi ketika nilai tambah sektor-sektor ekonomi perdesaan maupun kualitas kehidupan di perdesaan sudah cukup memadai sehingga tidak lagi mendorong orang untuk meninggalkan desa dan pergi ke kota yang seringkali menawarkan nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi (walau tidak selalu memberikan kualitas kehidupan yang lebih baik).
  3. Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya maupun PNPM-Perkotaan (d/h P2KP) merupakan upaya fasilitasi oleh pemerintah. Program ini berpotensi berhasil bila masyarakat melihat adanya “harapan”  akan berkontribusi secara swadaya  meningkatkan “sense of ownership”  memperkuat modal sosial  self-help
  4. Permukiman kumuh di perkotaan memiliki beragam bentuk, besaran, sejarah dan budaya-politik.
  5. Komponen kunci dalam perumahan informal: (1) perumahan, (2) infrastruktur, (3) lokasi, (4) jaminan kepemilikan/penggunaan
  6. Sebenarnya sejak pada tahun 2008 – 2009 telah disusun rancangan Kebijakan dan Strategi Perkotaan Nasional (KSPN) yang antara lain juga menyikapi ‘secara benar’ fenomena urbanisasi. Namun hingga kini KSPN tersebut belum juga mendapatkan status hukum  mungkin masih perlu disempurnakan mengingat perkembangan-perkembangan yang baru dan cepat. Pemerintah kota sendirian tidak akan bisa menangani hal ini karena semakin baik sebuah kota memberikan pelayanan kepada pendatang, semakin ‘diserbu’ kota itu oleh para pendatang dari desa  mengingat jumlah penduduk perdesaan Indonesia yang besar, maka tidak ada satu kota pun yang akan mampu menangani hal ini tanpa dukungan pemerintah pusat (termasuk dengan adanya KSPN)
  7. Beberapa pilihan yang dihadapi dalam menyikapi fenomena permukiman kumuh – kuratif maupun preventif: Perbaikan setempat terhadap permukiman yang dibangun secara swakelola tanpa rencana  bukan hanya aspek fisik saja tetapi juga sosial dan legal (security of tenure) Pemindahan permukiman: “digeser” sedikit – atau dipindahkan ke tempat baru (dengan segala plus dan minusnya) Perumahan bersubsidi yang dibangun pemerintah dan swasta (preventif) Kawasan siap bangun – sites and services (preventif)  bisa ditambahkan dengan “assisted self-help” (swadaya yang dibantu oleh profesional) Pembangunan perumahan skala kota (4)