SlideShare a Scribd company logo
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/319997190
An Overview: VITAMIN D
Article · September 2017
CITATIONS
0
READS
14,768
1 author:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Micronutrients View project
Choosing Wisely View project
Yunika puspa dewi
Siloam Hospitals Yogyakarta
23 PUBLICATIONS   8 CITATIONS   
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Yunika puspa dewi on 23 September 2017.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
An Overview: VITAMIN D
Dewi, Yunika Puspa
Vitamin D termasuk dalam kelompok secosteroid larut lemak yang berasal dari kolesterol.
Karakteristik secosteroid adalah adanya ikatan yg rusak pada salah satu cincin steroidnya. Sampai hari
ini, telah ditemukan lebih dari 50 metabolit vitamin D dengan aktivitas biologi yang bervariasi. Dua
jenis utama vitamin D adalah D3 (cholecalciferol) dan D2 (ergocalciferol), yang berbeda dalam hal
struktur dari rantai sampingnya.1
Karakteristik vitamin D adalah aktivitas hormonalnya. Metabolit
aktifnya disintesis di ginjal dan hati dan ditransportasikan melalui darah ke target organ dan jaringan,
seperti epitel intestinal dan tulang.2,3
Penemuan aktivitas pleiotropik vitamin D pada sebagian besar sel dan jaringan tubuh dimulai
dari survey epidemiologi yang menemukan bahwa terdapat hubungan antara kadar vitamin D yang
rendah dengan peningkatan risiko berbagai macam penyakit seperti penyakit autoimun dan jantung
pembuluh darah, kanker, diabetes dan juga penyakit infeksi.2,4
Walaupun vitamin D diketahui berperan
penting dalam menjaga kesehatan tulang dan juga berbagai macam fungsi fisiologi, banyak klinisi ragu
untuk menerapi defisiensi atau insufisiensi vitamin D karena adanya risiko peningkatan ekskresi
kalsium urine. Hipervitaminosis D sudah dikenal sebagai penyebab hiperkalsemia dan hiperkalsiuria.4
Metabolisme
Prekusor vitamin D terutama didapatkan dari 2 sumber: sintesis endogen dan makanan. Pada
sintesis endogen, cholecalciferol (vitamin D3) disintesis dari 7-dehydrocholesterol di kulit pada saat
terpapar sinar ultraviolet B dari sinar matahari. Vitamin D yang dari makanan sebagaian besar
didapatkan dalam bentuk vitamin D3 (sumber hewani) dan/atau sebagai ergocalciferol (vitamin D2),
prekusor utama didapatkan pada tumbuhan. Sumber utama vitamin D pada anak-anak dan dewasa
adalah vitamin D3 yang didapat dari sintesis endogen.1,3,5,6,4
Protein yang bertugas membawa berbagai jenis vitamin D adalah vitamin D binding protein
(DBP). DBP mempunyai afinitas dan kapisitas yang tinggi terhadap vitamin D, membawa 95-99% total
25-(OH)D, sebagian kecil lainnya dibawa oleh albumin dan lipoprotein melalui ikatan nonspesifik yang
lemah.1
Vitamin D, dari makanan maupun kulit dimetabolisme di hati menjadi 25(OH)D oleh enzim
25-hidroksilase dan akan tersedia sebagai cadangan di sirkulasi dengan waktu paruh 2-3 minggu. Di
dalam darah, 25(OH)D terikat dengan DBP membentuk komplek 25(OH)D-DBP. Proses metabolisme
kedua terjadi di ginjal, dimana 25(OH)D mengalami hidroksilasi pada C-1, membentuk metabolit
teraktif yaitu 1,25-dihydroxyvitamin D (calcitriol), dan juga pada C-24 membentuk metabolit inaktif
yaitu 24,25-dihydroxyvitamin D (24 -hydroxycalcidiol).2
Calcitriol terikat pada reseptor inti sel, vitamin
D receptor (VDR), yang ada di ginjal, usus kecil dan tulang. Di ginjal, 1,25(OH)2D menstimulai
reabsorpsi kalsium tubulus proksimal. Di usus kecil, 1,25(OH)2D menstimulasi absorpsi kalsium dan
fosfat. 1,25(OH)2D dan hormon paratiroid memobilisasi kalsium dari jaringan tulang dengan cara
menstimulai osteoklas.3,5,4,2
Gambar 1. Metabolisme vitamin D.4
Peneliti baru-baru ini menemukan 1-hidroksilasi juga terjadi pada banyak jaringan ekstra ginjal
termasuk tulang, plasenta, prostat, keratinosit, makrofag, limfosit T, sel epitel colon, sel islet pankreas
dan beberapa sel kanker termasuk dari paru, prostat dan kulit) begitu juga sel dari medulla adrenal,
kortek cerebrum dan cerebellum. Sepertinya 1,25-(OH)2D produksi jaringan ektra renal bekerja secara
lokal sebagai molekul sinyal autocrine atau paracrine dan tidak berkontribusi pada kadar 1,25-(OH)2D
di sirkulasi.1
Selain itu, VDR ditemukan pada hampir semua jenis sel manusia, dari otak sampai tulang.
Vitamin D mengontrol secara langsung maupun tidak langsung lebih dari 3000 gen yang berhubungan
dengan regulasi kalsium dan metabolisme tulang, modulasi imunitas bawaan, pertumbuhan dan
maturasi sel, regulasi produksi insulin dan renin, induksi apoptosis dan menghambat angiogenesis.
Walaupun banyak penelitian observasional mendukung adanya hubungan yang kuat antara vuitamin D
dengan efek ekstra-skeletalnya, hubungan sebab akibat yang pasti antara rendahnya kadar vitamin D
dengan berbagai penyakit belum dapat dibuktikan.5,4
Homeostasis vitamin D dikontrol oleh produksi 1,25-(OH)2D. Peningkatan 1,25-(OH)2D
menyebabkan penurunan produksinya sendiri secara langsung maupun tidak langsung. 1,25-(OH)2D
bekerja secara langsung dengan memberikan umpan balik negatif pada ekspresi 1-hidroksilase. 1,25-
(OH)2D juga menurunkan sintesis hormon paratiroid. Hormon paratiroid bekerja dengan cara
meningkatkan transkripsi 1-hidroksilase. Efek 1,25-(OH)2D pada hormon paratiroid merupakan
mekanisme tidak langsung. Peningkatan kadar 1,25-(OH)2D juga meningkat ekspresi faktor
phosphaturic, fibroblast growth factor 23 (FGF23). FGF23 menekan ekspresi 1-hidroksilase di ginjal
sehingga menekan produksi1,25-(OH)2D secara tidak langsung. Selain itu, kalsium dan fosfat dari
makanan juga mempengaruhi aktivitas 1-hidroksilase yaitu peningkatan kalsium dan fosfat
menurunkan aktivitas 1-hidroksilase.1
Pengukuran Vitamin D
Panduan terbaru merekomendasikan penggunaan kadar 25-(OH)D serum, yang diukur dengan
metode yang dapat diandalkan untuk mengevaluasi status vitamin D pasien yang berisiko mengalami
defisiensi vitamin D.1
Kadar 25-(OH)D serum merupakan indikator terbaik ststus vitamin D karena
kadar 25-(OH)D mencerminkan produksi vitamin D3 kulit dan vitamin D (D2 dan D3) dari makanan.
Selain itu, 25-(OH)D mempunyai waktu paruh di sirkulasi yang panjang yaitu 3-4 minggu. Walaupun
metabolit aktif vitamin D adalah 1,25(OH)2D, kadar 1,25(OH)2D serum tidak direkomendasikan untuk
menentukan status vitamin D karena waktu paruh di sirkulasi pendek yaitu 4-6 jam dan kadarnya dalam
serum sangat rendah, 1000 kali lebih rendah dibandingkan dengan kadar 25(OH)D. Selain itu, pada saat
terjadi defisiensi vitamin D, sekresi hormon paratiroid akan meningkat sebagai respon kompensatori
yang akan menstimulasi ginjal untuk meningkatkan produksi 1,25(OH)2D sehingga pada saat terjadi
defisiensi vitamin D didapatkan kadar 25(OH)D menurun sedangkan kadar 1,25(OH)2D dipertahankan
pada kadar normal bahkan meningkat.6,5,7,3,5,4,2
Walaupun panduan terbaru merekomendasikan
pengukuran kadar 25(OH)D untuk menilai status vitamin D ada perkecualian dimana pengukuran kadar
25(OH)D tidak dapat digunakan yaitu pada penyakit ginjal dimana kemampuan ginjal untuk
memproduksi 1,25(OH)2D menurun.6
Secara umum metode pengukuran vitamin D dibagi menjadi 3 kategori:
1. Radio-immunoassays (RIA)
RIA dikembangkan pada awal tahuan 80an. Baru akhir-akhir ini saja metode ini
digunakan secara rutin pada laboratorium klinis. Pada tahun 2015, <2% partisipan Vitamin D
External Quality Assessment Scheme (DEQAS) menggunakan RIA. RIA pertama yang tersedia
secara komersial diproduksi oleh DiaSorin yang berdasarkan pada metode yang dideskripsikan
oleh Hollis et al. pada 1993. Metode RIA Diasorin merupakan metode yang paling banyak
digunakan di dunia untuk pemeriksaan diagnostik rutin maupun penelitian klinis. Kadar yang
digunakan untuk mendefinisikan defisiensi vitamin D sekarang (baik 20 atau 30 ng/mL)
didapatkan berdasarkan penelitian yang sebagian besar menggunakan metode ini.1
2. Automated immunoassays
Metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan secara rutin di dunia.
Perusahaan-perusahaan diagnostik telah meluncurkan berbagai macam metode mereka sendiri
untuk pengukuran kadar 25-(OH)D. Karakteristik dari metode-metode ini berdasarkan klaim
perusahaan masing-masing dapat dilihat pada lampiran. Hampir semua metode menggunakan
design kompetisi, kecuali Lumipulse dari Fujirebio, yang menggunakan metode non-
competitive (sandwich).
3. Prosedur Chromatographic (gas chromatography/ mass spectrometry (GC-MS), high
performance liquid chromatography (HPLC), dan liquid chromatography-tandem mass
spectroscopy (LC-MS/MS)
Metode LC-MS/MS dianggap sebagai baku emas untuk pengukuran kadar vitamin D.
Metode LC-MS/MS sangat komplek sehingga membutuhkan tenaga ahli dan waktu yang lama,
sehingga metode ini jarang digunakan untuk diagnostik rutin.6,4
Calcidiol sulit untuk diukur dengan akurat. Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor
pengganggu pada metode yang yang digunakan:
1) Matrix effect
25(OH)D merupakan molekul lipophilic. Adanya lipid lain dalam serum atau plasma mengubah
kemampuan binding agent untuk berikatan dengan 25(OH)D pada sampel dan standard yang
seharusnya cenderung seimbang.
Selain itu, 25(OH)D juga merupakan molekul hydrophobic yang dalam sirkulasi berikatan
dengan DBP, albumin dan lipoprotein dengan afinitas kuat. Sebelum pengukuran, 25-(OH)D
harus dilepaskan dari protein pembawanya.1,6,5
2) Reaksi silang dengan metabolit yang lain
Teknik untuk mengukur 25(OH)D termasuk competitive binding protein assays rawan terjadi
reaksi silang dengan metabolit vitamin D yang lain sehingga dapat penyebabkan kesalahan
pengukuran. Pada hampir semua immunoassay ditemukan adanya reaksi silang yang bermakna
dengan 24,25-(OH)2D, 25,26-(OH)2D, dan 25(OH)D-26,23-lactone. Walaupun dianggap
secara klinis tidak relevan, metabolit 24,25-(OH)2D berkontribusi sebesar 10–15% dari total
kadar 25(OH) sehingga adanya metabolit tersebut dapat sedikit meningkatkan kadar 25(OH)D
bila diukur dengan immunoassay.5,6
3) Reaksi silang dengan heterophilic antibodies
Hampir semua immunoassays bereaksi silang dengan heterophilic antibodies.
4) C3-Epimer
Epimers merupakan bahan yang memiliki struktur molekular yang identik tetapi konfigurasi
stereochemical berbeda. Grup hydroxyl (OH) mempunyai 2 epimer vitamin D3 yaitu 3-epi-
25(OH)D3 dan 25(OH)D3. Walaupun fungsi fisiologis C3-epimer masih belum jelas, tetapi
molekul ini dipastikan merupakan faktor pengganggu dalam pengukuran kadar 25(OH)D.6
Nilai rentang
Kadar 25(OH)D yang diharapkan masih belum jelas. Berbagai organisasi seperti Vitamin D
Council, Endocrine Society dan Food and Nutrition Board Testing Laboratories telah menentukan nilai
rentang untuk vitamin D, akan tetapi tidak terdapat konsesus antar organisasi ini. Sekarang, nilai rentang
yang ditetapkan oleh Endocrine society merupakan nilai rentang yang paling banyak digunakan di dunia
kedokteran,6
sehingga sebagian besar setuju definisi defisiensi vitamin D adalah apabila kadar 25(OH)D
< 20 ng/mL.5,8
Table 1. Kadar Vit yang disarankan
Konversi satuan SI menjadi satuan tradisional menggunakan formula: 25(OH)D nmol/l=25(OH)D
ng/ml × 2.5.4
Penetapan nilai rentang masih menjadi masalah sampai sekarang dikarenakan beberapa
penelitian menemukan adanya perbedaan kadar pada berbagai populasi. Faktor yang menyebabkan
perbedaan kadar antar populasi antara lain melanin dan obesitas. Melanin memberikan proteksi
terhadap sinar matahari karena mengabsorbsi foton UVB. Orang dengan kulit gelap (lebih banyak
pigmen melanin) membutuhkan paparan sinar matahari yang lebih lama untuk memproduksi vitamin
D3 dengan jumlah yang sama dibandingkan dengan orang dengan kulit terang. Oleh karena itu, kadar
25(OH)D orang dengan kulit gelap lebih rendah.5,7
Obesitas juga berhubungan dengan kadar 25(OH)D
yang redah. Hal ini dikarenakan vitamin D tersequestrasi di jaringan lemak.5,8
Indikasi
Penyakit yang paling sering timbul karena defisiensi vitamin D adalah riketsia pada anak-anak
dan osteomalasia dan osteoporosis pada orang tua.2,5
Pemeriksan kadar 25(OH)D sebagai penyaring
tidak direkomendasikan. Hampir semua organisasi kesehatan merekomendasikan pemeriksaan kadar
25(OH)D pada individu dengan risiko defisiensi vitamin D.1
The Endocrine Society merekomendasikan
pemeriksaan kadar 25(OH)D pada kondisi berikut ini: Riketsia, Osteomalasia, Osteoporosis, gagal
ginjal kronik, sindrom malabsropsi, hyperparathyroidism, pengobatan (acquired immune deficiency
syndrome, seizures, antifungals, steroids, cholestyramine), granulomatous disorders, limfoma, orang
tua dengan riwayat fraktur dan obesitas (indek masa tubuh (IMT) > 30).5
DAFTAR PUSTAKA
1. Herrmann M, Farrell C-JL, Pusceddu I, Fabregat-Cabello N, Cavalier E. Assessment of vitamin
D status – a changing landscape. Clinical Chemistry and Laboratory Medicine (CCLM)
[Internet]. 2017;55(1):3–26. Available from:
https://www.degruyter.com/view/j/cclm.2017.55.issue-1/cclm-2016-0264/cclm-2016-
0264.xml
2. Wranicz J, Szostak-Węgierek D. Health outcomes of vitamin D. Part I. characteristics and
classic role. Roczniki Państwowego Zakładu Higieny [Internet]. 2014;65(3):179–84. Available
from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25247796
3. Wilhelms KW, Sanderson JL, Platteborze PL. Guiding Appropriate Laboratory Test Utilization:
1,25-OH-Vitamin D. Military Medicine [Internet]. 2016;181(1):10–1. Available from:
http://publications.amsus.org/doi/10.7205/MILMED-D-15-00253
4. Chareles S AH, S C. Vitamin D Deficiency, Metabolism and Routine Measurement of its
Metabolites [25(OH)D2 and 25(OH)D3]. Journal of Chromatography & Separation Techniques
[Internet]. 2015;6(4):4–8. Available from: http://www.omicsonline.org/open-access/vitamin-d-
deficiency-metabolism-and-routine-measurement-of-itsmetabolites-25ohd2-and-25ohd3-2157-
7064-1000276.php?aid=57522
5. T.C. A, C. Y. Vitamin D measurements - Facts and fancies. Proceedings of Singapore Healthcare
[Internet]. 2013;22(3):227–34. Available from:
http://www.singhealthacademy.edu.sg/Documents/Publications/ProceedingsVol22No32013/LI
_028-0713_Aw Tar
Choon.pdf%5Cnhttp://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?T=JS&PAGE=reference&D=emed11&N
EWS=N&AN=2013678653
6. Sarmah D, Sharma B. Interpreting the laboratory reports for Vit D. Journal of Association of
Physicians of India. 2014;62(SEP):797–800.
7. Holick MF, Herman RH, Award M. Vitamin D : importance in the prevention of cancers , type
1 diabetes , heart disease,and osteoporosis. The American Journal of Clinical Nutrition.
2004;79:362–71.
8. Stechschulte SA, Kirsner RS, Federman DG. Vitamin D: Bone and Beyond, Rationale and
Recommendations for Supplementation. American Journal of Medicine [Internet].
2009;122(9):793–802. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.amjmed.2009.02.029
Tabel 2. Karaketristik pengukuran 25(OH)D berbagai macam merk dengan metode immunoassay
Tabel 2. Karaketristik pengukuran 25(OH)D berbagai macam merk dengan metode immunoassay (bersambung)
View publication stats
View publication stats

More Related Content

Similar to VitaminD.pdf

vitamin.docx
vitamin.docxvitamin.docx
vitamin.docx
GustrioSademo
 
DIET PADA PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
DIET PADA PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAHDIET PADA PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
DIET PADA PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
pjj_kemenkes
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometriITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometriFransiska Puteri
 
Metabolisma Dan Pemakanan
Metabolisma Dan  PemakananMetabolisma Dan  Pemakanan
Metabolisma Dan Pemakananzue5588
 
Artikel ilmiah husnilhy
Artikel ilmiah husnilhyArtikel ilmiah husnilhy
Artikel ilmiah husnilhy
Yori Naldi
 
Psg biokimia
Psg biokimiaPsg biokimia
Psg biokimia
ChusnulAlayyubi
 
Makalah pjk
Makalah pjkMakalah pjk
RINGKASAN KULIAH DIABETES
RINGKASAN KULIAH DIABETESRINGKASAN KULIAH DIABETES
RINGKASAN KULIAH DIABETES
RasyiduMashuri
 
Akibat kelebihan dan kekurangan Vitamin D
Akibat kelebihan dan kekurangan Vitamin DAkibat kelebihan dan kekurangan Vitamin D
Akibat kelebihan dan kekurangan Vitamin D
lidyasrprb
 
Asam askorbat (vitamin C)
Asam askorbat (vitamin C)Asam askorbat (vitamin C)
Asam askorbat (vitamin C)
Diah Astari Salam
 
Vitamin Larut Lemak .pptx
Vitamin Larut Lemak .pptxVitamin Larut Lemak .pptx
Vitamin Larut Lemak .pptx
DewaGedeEkaPrayoga
 
Strawbery Meningkatkan High Density Lipoprotein Pada Lansia Dislipidemia
Strawbery Meningkatkan High Density Lipoprotein Pada Lansia DislipidemiaStrawbery Meningkatkan High Density Lipoprotein Pada Lansia Dislipidemia
Strawbery Meningkatkan High Density Lipoprotein Pada Lansia Dislipidemia
Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
 
Apa itu dioksin
Apa itu dioksinApa itu dioksin
Apa itu dioksin
s4y4ng
 
Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat
Defisiensi Vitamin B12 dan Asam NukleatDefisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat
Defisiensi Vitamin B12 dan Asam NukleatAlivia Salma L
 
Makalah immunoglobulin
Makalah immunoglobulinMakalah immunoglobulin
Makalah immunoglobulin
Septian Muna Barakati
 
Stabilitas obat dalam sediaan farmasi.pdf
Stabilitas obat dalam sediaan farmasi.pdfStabilitas obat dalam sediaan farmasi.pdf
Stabilitas obat dalam sediaan farmasi.pdf
belatikodr4t
 

Similar to VitaminD.pdf (20)

vitamin.docx
vitamin.docxvitamin.docx
vitamin.docx
 
432 704-1-sm
432 704-1-sm432 704-1-sm
432 704-1-sm
 
DIET PADA PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
DIET PADA PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAHDIET PADA PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
DIET PADA PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometriITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri
 
Metabolisma Dan Pemakanan
Metabolisma Dan  PemakananMetabolisma Dan  Pemakanan
Metabolisma Dan Pemakanan
 
Artikel ilmiah husnilhy
Artikel ilmiah husnilhyArtikel ilmiah husnilhy
Artikel ilmiah husnilhy
 
Psg biokimia
Psg biokimiaPsg biokimia
Psg biokimia
 
Zat Gizi Nutrient Asasi
Zat Gizi Nutrient AsasiZat Gizi Nutrient Asasi
Zat Gizi Nutrient Asasi
 
Makalah pjk
Makalah pjkMakalah pjk
Makalah pjk
 
RINGKASAN KULIAH DIABETES
RINGKASAN KULIAH DIABETESRINGKASAN KULIAH DIABETES
RINGKASAN KULIAH DIABETES
 
Akibat kelebihan dan kekurangan Vitamin D
Akibat kelebihan dan kekurangan Vitamin DAkibat kelebihan dan kekurangan Vitamin D
Akibat kelebihan dan kekurangan Vitamin D
 
Pjk AKPER PEMKAB MUNA
Pjk AKPER PEMKAB MUNA Pjk AKPER PEMKAB MUNA
Pjk AKPER PEMKAB MUNA
 
Pjk AKPER MUNA
Pjk AKPER MUNA Pjk AKPER MUNA
Pjk AKPER MUNA
 
Asam askorbat (vitamin C)
Asam askorbat (vitamin C)Asam askorbat (vitamin C)
Asam askorbat (vitamin C)
 
Vitamin Larut Lemak .pptx
Vitamin Larut Lemak .pptxVitamin Larut Lemak .pptx
Vitamin Larut Lemak .pptx
 
Strawbery Meningkatkan High Density Lipoprotein Pada Lansia Dislipidemia
Strawbery Meningkatkan High Density Lipoprotein Pada Lansia DislipidemiaStrawbery Meningkatkan High Density Lipoprotein Pada Lansia Dislipidemia
Strawbery Meningkatkan High Density Lipoprotein Pada Lansia Dislipidemia
 
Apa itu dioksin
Apa itu dioksinApa itu dioksin
Apa itu dioksin
 
Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat
Defisiensi Vitamin B12 dan Asam NukleatDefisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat
Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat
 
Makalah immunoglobulin
Makalah immunoglobulinMakalah immunoglobulin
Makalah immunoglobulin
 
Stabilitas obat dalam sediaan farmasi.pdf
Stabilitas obat dalam sediaan farmasi.pdfStabilitas obat dalam sediaan farmasi.pdf
Stabilitas obat dalam sediaan farmasi.pdf
 

Recently uploaded

80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Winda Qowiyatus
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
nadyahermawan
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
hanifatunfajria
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 

Recently uploaded (20)

80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 

VitaminD.pdf

  • 1. See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/319997190 An Overview: VITAMIN D Article · September 2017 CITATIONS 0 READS 14,768 1 author: Some of the authors of this publication are also working on these related projects: Micronutrients View project Choosing Wisely View project Yunika puspa dewi Siloam Hospitals Yogyakarta 23 PUBLICATIONS   8 CITATIONS    SEE PROFILE All content following this page was uploaded by Yunika puspa dewi on 23 September 2017. The user has requested enhancement of the downloaded file.
  • 2. An Overview: VITAMIN D Dewi, Yunika Puspa Vitamin D termasuk dalam kelompok secosteroid larut lemak yang berasal dari kolesterol. Karakteristik secosteroid adalah adanya ikatan yg rusak pada salah satu cincin steroidnya. Sampai hari ini, telah ditemukan lebih dari 50 metabolit vitamin D dengan aktivitas biologi yang bervariasi. Dua jenis utama vitamin D adalah D3 (cholecalciferol) dan D2 (ergocalciferol), yang berbeda dalam hal struktur dari rantai sampingnya.1 Karakteristik vitamin D adalah aktivitas hormonalnya. Metabolit aktifnya disintesis di ginjal dan hati dan ditransportasikan melalui darah ke target organ dan jaringan, seperti epitel intestinal dan tulang.2,3 Penemuan aktivitas pleiotropik vitamin D pada sebagian besar sel dan jaringan tubuh dimulai dari survey epidemiologi yang menemukan bahwa terdapat hubungan antara kadar vitamin D yang rendah dengan peningkatan risiko berbagai macam penyakit seperti penyakit autoimun dan jantung pembuluh darah, kanker, diabetes dan juga penyakit infeksi.2,4 Walaupun vitamin D diketahui berperan penting dalam menjaga kesehatan tulang dan juga berbagai macam fungsi fisiologi, banyak klinisi ragu untuk menerapi defisiensi atau insufisiensi vitamin D karena adanya risiko peningkatan ekskresi kalsium urine. Hipervitaminosis D sudah dikenal sebagai penyebab hiperkalsemia dan hiperkalsiuria.4 Metabolisme Prekusor vitamin D terutama didapatkan dari 2 sumber: sintesis endogen dan makanan. Pada sintesis endogen, cholecalciferol (vitamin D3) disintesis dari 7-dehydrocholesterol di kulit pada saat terpapar sinar ultraviolet B dari sinar matahari. Vitamin D yang dari makanan sebagaian besar didapatkan dalam bentuk vitamin D3 (sumber hewani) dan/atau sebagai ergocalciferol (vitamin D2), prekusor utama didapatkan pada tumbuhan. Sumber utama vitamin D pada anak-anak dan dewasa adalah vitamin D3 yang didapat dari sintesis endogen.1,3,5,6,4 Protein yang bertugas membawa berbagai jenis vitamin D adalah vitamin D binding protein (DBP). DBP mempunyai afinitas dan kapisitas yang tinggi terhadap vitamin D, membawa 95-99% total 25-(OH)D, sebagian kecil lainnya dibawa oleh albumin dan lipoprotein melalui ikatan nonspesifik yang lemah.1 Vitamin D, dari makanan maupun kulit dimetabolisme di hati menjadi 25(OH)D oleh enzim 25-hidroksilase dan akan tersedia sebagai cadangan di sirkulasi dengan waktu paruh 2-3 minggu. Di dalam darah, 25(OH)D terikat dengan DBP membentuk komplek 25(OH)D-DBP. Proses metabolisme kedua terjadi di ginjal, dimana 25(OH)D mengalami hidroksilasi pada C-1, membentuk metabolit teraktif yaitu 1,25-dihydroxyvitamin D (calcitriol), dan juga pada C-24 membentuk metabolit inaktif yaitu 24,25-dihydroxyvitamin D (24 -hydroxycalcidiol).2 Calcitriol terikat pada reseptor inti sel, vitamin D receptor (VDR), yang ada di ginjal, usus kecil dan tulang. Di ginjal, 1,25(OH)2D menstimulai reabsorpsi kalsium tubulus proksimal. Di usus kecil, 1,25(OH)2D menstimulasi absorpsi kalsium dan fosfat. 1,25(OH)2D dan hormon paratiroid memobilisasi kalsium dari jaringan tulang dengan cara menstimulai osteoklas.3,5,4,2
  • 3. Gambar 1. Metabolisme vitamin D.4 Peneliti baru-baru ini menemukan 1-hidroksilasi juga terjadi pada banyak jaringan ekstra ginjal termasuk tulang, plasenta, prostat, keratinosit, makrofag, limfosit T, sel epitel colon, sel islet pankreas dan beberapa sel kanker termasuk dari paru, prostat dan kulit) begitu juga sel dari medulla adrenal, kortek cerebrum dan cerebellum. Sepertinya 1,25-(OH)2D produksi jaringan ektra renal bekerja secara lokal sebagai molekul sinyal autocrine atau paracrine dan tidak berkontribusi pada kadar 1,25-(OH)2D di sirkulasi.1 Selain itu, VDR ditemukan pada hampir semua jenis sel manusia, dari otak sampai tulang. Vitamin D mengontrol secara langsung maupun tidak langsung lebih dari 3000 gen yang berhubungan dengan regulasi kalsium dan metabolisme tulang, modulasi imunitas bawaan, pertumbuhan dan maturasi sel, regulasi produksi insulin dan renin, induksi apoptosis dan menghambat angiogenesis. Walaupun banyak penelitian observasional mendukung adanya hubungan yang kuat antara vuitamin D dengan efek ekstra-skeletalnya, hubungan sebab akibat yang pasti antara rendahnya kadar vitamin D dengan berbagai penyakit belum dapat dibuktikan.5,4 Homeostasis vitamin D dikontrol oleh produksi 1,25-(OH)2D. Peningkatan 1,25-(OH)2D menyebabkan penurunan produksinya sendiri secara langsung maupun tidak langsung. 1,25-(OH)2D bekerja secara langsung dengan memberikan umpan balik negatif pada ekspresi 1-hidroksilase. 1,25- (OH)2D juga menurunkan sintesis hormon paratiroid. Hormon paratiroid bekerja dengan cara meningkatkan transkripsi 1-hidroksilase. Efek 1,25-(OH)2D pada hormon paratiroid merupakan mekanisme tidak langsung. Peningkatan kadar 1,25-(OH)2D juga meningkat ekspresi faktor phosphaturic, fibroblast growth factor 23 (FGF23). FGF23 menekan ekspresi 1-hidroksilase di ginjal sehingga menekan produksi1,25-(OH)2D secara tidak langsung. Selain itu, kalsium dan fosfat dari makanan juga mempengaruhi aktivitas 1-hidroksilase yaitu peningkatan kalsium dan fosfat menurunkan aktivitas 1-hidroksilase.1 Pengukuran Vitamin D Panduan terbaru merekomendasikan penggunaan kadar 25-(OH)D serum, yang diukur dengan metode yang dapat diandalkan untuk mengevaluasi status vitamin D pasien yang berisiko mengalami defisiensi vitamin D.1 Kadar 25-(OH)D serum merupakan indikator terbaik ststus vitamin D karena kadar 25-(OH)D mencerminkan produksi vitamin D3 kulit dan vitamin D (D2 dan D3) dari makanan. Selain itu, 25-(OH)D mempunyai waktu paruh di sirkulasi yang panjang yaitu 3-4 minggu. Walaupun metabolit aktif vitamin D adalah 1,25(OH)2D, kadar 1,25(OH)2D serum tidak direkomendasikan untuk menentukan status vitamin D karena waktu paruh di sirkulasi pendek yaitu 4-6 jam dan kadarnya dalam serum sangat rendah, 1000 kali lebih rendah dibandingkan dengan kadar 25(OH)D. Selain itu, pada saat terjadi defisiensi vitamin D, sekresi hormon paratiroid akan meningkat sebagai respon kompensatori yang akan menstimulasi ginjal untuk meningkatkan produksi 1,25(OH)2D sehingga pada saat terjadi defisiensi vitamin D didapatkan kadar 25(OH)D menurun sedangkan kadar 1,25(OH)2D dipertahankan
  • 4. pada kadar normal bahkan meningkat.6,5,7,3,5,4,2 Walaupun panduan terbaru merekomendasikan pengukuran kadar 25(OH)D untuk menilai status vitamin D ada perkecualian dimana pengukuran kadar 25(OH)D tidak dapat digunakan yaitu pada penyakit ginjal dimana kemampuan ginjal untuk memproduksi 1,25(OH)2D menurun.6 Secara umum metode pengukuran vitamin D dibagi menjadi 3 kategori: 1. Radio-immunoassays (RIA) RIA dikembangkan pada awal tahuan 80an. Baru akhir-akhir ini saja metode ini digunakan secara rutin pada laboratorium klinis. Pada tahun 2015, <2% partisipan Vitamin D External Quality Assessment Scheme (DEQAS) menggunakan RIA. RIA pertama yang tersedia secara komersial diproduksi oleh DiaSorin yang berdasarkan pada metode yang dideskripsikan oleh Hollis et al. pada 1993. Metode RIA Diasorin merupakan metode yang paling banyak digunakan di dunia untuk pemeriksaan diagnostik rutin maupun penelitian klinis. Kadar yang digunakan untuk mendefinisikan defisiensi vitamin D sekarang (baik 20 atau 30 ng/mL) didapatkan berdasarkan penelitian yang sebagian besar menggunakan metode ini.1 2. Automated immunoassays Metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan secara rutin di dunia. Perusahaan-perusahaan diagnostik telah meluncurkan berbagai macam metode mereka sendiri untuk pengukuran kadar 25-(OH)D. Karakteristik dari metode-metode ini berdasarkan klaim perusahaan masing-masing dapat dilihat pada lampiran. Hampir semua metode menggunakan design kompetisi, kecuali Lumipulse dari Fujirebio, yang menggunakan metode non- competitive (sandwich). 3. Prosedur Chromatographic (gas chromatography/ mass spectrometry (GC-MS), high performance liquid chromatography (HPLC), dan liquid chromatography-tandem mass spectroscopy (LC-MS/MS) Metode LC-MS/MS dianggap sebagai baku emas untuk pengukuran kadar vitamin D. Metode LC-MS/MS sangat komplek sehingga membutuhkan tenaga ahli dan waktu yang lama, sehingga metode ini jarang digunakan untuk diagnostik rutin.6,4 Calcidiol sulit untuk diukur dengan akurat. Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor pengganggu pada metode yang yang digunakan: 1) Matrix effect 25(OH)D merupakan molekul lipophilic. Adanya lipid lain dalam serum atau plasma mengubah kemampuan binding agent untuk berikatan dengan 25(OH)D pada sampel dan standard yang seharusnya cenderung seimbang. Selain itu, 25(OH)D juga merupakan molekul hydrophobic yang dalam sirkulasi berikatan dengan DBP, albumin dan lipoprotein dengan afinitas kuat. Sebelum pengukuran, 25-(OH)D harus dilepaskan dari protein pembawanya.1,6,5 2) Reaksi silang dengan metabolit yang lain Teknik untuk mengukur 25(OH)D termasuk competitive binding protein assays rawan terjadi reaksi silang dengan metabolit vitamin D yang lain sehingga dapat penyebabkan kesalahan pengukuran. Pada hampir semua immunoassay ditemukan adanya reaksi silang yang bermakna dengan 24,25-(OH)2D, 25,26-(OH)2D, dan 25(OH)D-26,23-lactone. Walaupun dianggap secara klinis tidak relevan, metabolit 24,25-(OH)2D berkontribusi sebesar 10–15% dari total kadar 25(OH) sehingga adanya metabolit tersebut dapat sedikit meningkatkan kadar 25(OH)D bila diukur dengan immunoassay.5,6 3) Reaksi silang dengan heterophilic antibodies Hampir semua immunoassays bereaksi silang dengan heterophilic antibodies. 4) C3-Epimer Epimers merupakan bahan yang memiliki struktur molekular yang identik tetapi konfigurasi stereochemical berbeda. Grup hydroxyl (OH) mempunyai 2 epimer vitamin D3 yaitu 3-epi- 25(OH)D3 dan 25(OH)D3. Walaupun fungsi fisiologis C3-epimer masih belum jelas, tetapi molekul ini dipastikan merupakan faktor pengganggu dalam pengukuran kadar 25(OH)D.6
  • 5. Nilai rentang Kadar 25(OH)D yang diharapkan masih belum jelas. Berbagai organisasi seperti Vitamin D Council, Endocrine Society dan Food and Nutrition Board Testing Laboratories telah menentukan nilai rentang untuk vitamin D, akan tetapi tidak terdapat konsesus antar organisasi ini. Sekarang, nilai rentang yang ditetapkan oleh Endocrine society merupakan nilai rentang yang paling banyak digunakan di dunia kedokteran,6 sehingga sebagian besar setuju definisi defisiensi vitamin D adalah apabila kadar 25(OH)D < 20 ng/mL.5,8 Table 1. Kadar Vit yang disarankan Konversi satuan SI menjadi satuan tradisional menggunakan formula: 25(OH)D nmol/l=25(OH)D ng/ml × 2.5.4 Penetapan nilai rentang masih menjadi masalah sampai sekarang dikarenakan beberapa penelitian menemukan adanya perbedaan kadar pada berbagai populasi. Faktor yang menyebabkan perbedaan kadar antar populasi antara lain melanin dan obesitas. Melanin memberikan proteksi terhadap sinar matahari karena mengabsorbsi foton UVB. Orang dengan kulit gelap (lebih banyak pigmen melanin) membutuhkan paparan sinar matahari yang lebih lama untuk memproduksi vitamin D3 dengan jumlah yang sama dibandingkan dengan orang dengan kulit terang. Oleh karena itu, kadar 25(OH)D orang dengan kulit gelap lebih rendah.5,7 Obesitas juga berhubungan dengan kadar 25(OH)D yang redah. Hal ini dikarenakan vitamin D tersequestrasi di jaringan lemak.5,8 Indikasi Penyakit yang paling sering timbul karena defisiensi vitamin D adalah riketsia pada anak-anak dan osteomalasia dan osteoporosis pada orang tua.2,5 Pemeriksan kadar 25(OH)D sebagai penyaring tidak direkomendasikan. Hampir semua organisasi kesehatan merekomendasikan pemeriksaan kadar 25(OH)D pada individu dengan risiko defisiensi vitamin D.1 The Endocrine Society merekomendasikan pemeriksaan kadar 25(OH)D pada kondisi berikut ini: Riketsia, Osteomalasia, Osteoporosis, gagal ginjal kronik, sindrom malabsropsi, hyperparathyroidism, pengobatan (acquired immune deficiency syndrome, seizures, antifungals, steroids, cholestyramine), granulomatous disorders, limfoma, orang tua dengan riwayat fraktur dan obesitas (indek masa tubuh (IMT) > 30).5 DAFTAR PUSTAKA 1. Herrmann M, Farrell C-JL, Pusceddu I, Fabregat-Cabello N, Cavalier E. Assessment of vitamin D status – a changing landscape. Clinical Chemistry and Laboratory Medicine (CCLM) [Internet]. 2017;55(1):3–26. Available from: https://www.degruyter.com/view/j/cclm.2017.55.issue-1/cclm-2016-0264/cclm-2016- 0264.xml 2. Wranicz J, Szostak-Węgierek D. Health outcomes of vitamin D. Part I. characteristics and classic role. Roczniki Państwowego Zakładu Higieny [Internet]. 2014;65(3):179–84. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25247796 3. Wilhelms KW, Sanderson JL, Platteborze PL. Guiding Appropriate Laboratory Test Utilization: 1,25-OH-Vitamin D. Military Medicine [Internet]. 2016;181(1):10–1. Available from:
  • 6. http://publications.amsus.org/doi/10.7205/MILMED-D-15-00253 4. Chareles S AH, S C. Vitamin D Deficiency, Metabolism and Routine Measurement of its Metabolites [25(OH)D2 and 25(OH)D3]. Journal of Chromatography & Separation Techniques [Internet]. 2015;6(4):4–8. Available from: http://www.omicsonline.org/open-access/vitamin-d- deficiency-metabolism-and-routine-measurement-of-itsmetabolites-25ohd2-and-25ohd3-2157- 7064-1000276.php?aid=57522 5. T.C. A, C. Y. Vitamin D measurements - Facts and fancies. Proceedings of Singapore Healthcare [Internet]. 2013;22(3):227–34. Available from: http://www.singhealthacademy.edu.sg/Documents/Publications/ProceedingsVol22No32013/LI _028-0713_Aw Tar Choon.pdf%5Cnhttp://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?T=JS&PAGE=reference&D=emed11&N EWS=N&AN=2013678653 6. Sarmah D, Sharma B. Interpreting the laboratory reports for Vit D. Journal of Association of Physicians of India. 2014;62(SEP):797–800. 7. Holick MF, Herman RH, Award M. Vitamin D : importance in the prevention of cancers , type 1 diabetes , heart disease,and osteoporosis. The American Journal of Clinical Nutrition. 2004;79:362–71. 8. Stechschulte SA, Kirsner RS, Federman DG. Vitamin D: Bone and Beyond, Rationale and Recommendations for Supplementation. American Journal of Medicine [Internet]. 2009;122(9):793–802. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.amjmed.2009.02.029
  • 7. Tabel 2. Karaketristik pengukuran 25(OH)D berbagai macam merk dengan metode immunoassay
  • 8. Tabel 2. Karaketristik pengukuran 25(OH)D berbagai macam merk dengan metode immunoassay (bersambung) View publication stats View publication stats