updated [Rakernas 230222] Paparan Irtama Rakernas 23 Feb 2022.pptx
1. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DALAM
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING DAN HASIL
AUDIT DAK SUB BIDANG KB DAN STUNTING
TAHUN 2021
Jakarta, 23 Februari 2022
Oleh:
Ari Dwikora Tono, Ak., CA., M.Ec.Dev., CFrA.,QIA.,ASEAN CPA., CGCAE
(Inspektur Utama BKKBN)
Disampaikan pada:
Rapat Kerja Nasional Program Bangga Kencana Tahun 2022
2. Outline
02
03
04
Hasil Pengawasan DAK Sub Bidang KB
Tahun 2021
Hasil Pengawasan Percepatan
Penurunan Stunting Tahun 2021
Kebijakan dan Agenda Kegiatan Prioritas
Tahun 2022
01
Anggaran dan Realisasi
Tahun 2021
3. BERENCANA ITU KEREN
Ket:
1. Pagu awal BKKBN TA 2022 adalah sebesar Rp.
3.905.241.440.000,-
2. BKKBN melakukan automatic adjustment (pencadangan
anggaran) sesuai dengan surat Menteri Keuangan Nomor S-
1088/MK.02/2021 tanggal 29 November 2021 tentang Automatic
Adjusment Belanja K/L TA 2022 sebesar 5 % dari total pagu yaitu
Rp. 195.262.072.000,-
3. BKKBN melakukan revisi pengalihan anggaran pelaksanaan
kegiatan SDKI dan belanja pegawai jabatan fungsional peneliti ke
BRIN sebesar Rp. 81.754.909.000*,- dengan rincian:
a. Pelaksanaan kegiatan SDKI sebesar Rp. 76.498.919.000,-
b. Belanja pegawai jabatan fungsional peneliti sebesar Rp.
5.255.990.000,-
*sedang proses penelaahan bersama DJA
01 Pagu dan Realisasi Anggaran BKKBN TA. 2021
Ket:
1. Pagu awal BKKBN TA 2021 adalah sebesar Rp.
3.450.072.040.000,-
2. Pagu akhir BKKBN TA 2021 setelah refocusing
tahap IV dan penambahan BA BUN Stunting dan
vaksinasi sebesar Rp. 3.179.339.108.000,-
3. Pagu BKKBN TA 2021 sudah termasuk :
a. HDN sebesar Rp. 31.908.482.000,- dari
Pemerintah Prov. Jawa Barat,
b. HLN sebesar Rp. 4.409.505.000,- di Dittas;
c. HLN sebesar 980.100.000,- di Ditbalnak
4. Sumber data realisasi TA 2021: adalah SATUDJA
Kemenkeu per tanggal 18 feb 2022
PAGU AWAL
PAGU PENYESUAIAN
BELANJA*
REALISASI
%
REALISASI
Pusat 268.066.517.000 292.384.557.000 282.344.487.290 96,57
Provinsi 3.182.005.523.000 2.886.954.551.000 2.825.035.038.399 97,86
Total 3.450.072.040.000 3.179.339.108.000 3.107.379.525.689 97,74
TA 2021
SATKER
PAGU AWAL
PAGU PENYESUAIAN
BELANJA*
Pusat 452,710,389,000 373,275,350,000
Provinsi 3,452,531,051,000 3,450,211,181,000
Total 3,905,241,440,000 3,823,486,531,000
SATKER
TA.2022
4. BERENCANA ITU KEREN
Pagu dan Realisasi Anggaran
Satker Pusat TA. 2021
Ket:
1. Sumber data realisasi TA 2021: SATUDJA Kemenkeu per tanggal 18 Feb 2022
PAGU REALISASI %REALISASI
TOTAL 292.384.557.000 282.344.487.290 96,57%
160.921.121.000 151.644.965.036 94,24%
1 DALDUK 4.588.134.000 4.501.845.445 98,12%
2 KBKR 50.885.571.000 42.264.609.691 83,06%
3 KSPK 20.877.894.000 20.633.257.792 98,83%
4 ADPIN 68.894.455.000 68.722.675.391 99,75%
5 LALITBANG 15.675.067.000 15.522.576.717 99,03%
131.463.436.000 130.699.522.254 99,42%
6 SESTAMA 124.167.686.000 123.413.085.559 99,39%
7 ITTAMA 7.295.750.000 7.286.436.695 99,87%
TAHUNANGGARAN2021
ProgramBanggaKencana
ProgramDKM
NO BIDANG
92,16
94,52
94,55
94,84
96,18
96,62
97,13
97,15
97,23
97,30
97,36
97,50
97,58
97,61
97,92
98,18
98,29
98,30
98,45
98,52
98,59
98,63
98,64
98,82
98,88
98,98
98,98
99,14
99,24
99,33
99,50
99,59
99,62
88,00 90,00 92,00 94,00 96,00 98,00 100,00 102,00
PAPUABARAT
NTT
KALIMANTAN SELATAN
DKI JAKARTA
PAPUA
KALIMANTAN TENGAH
MALUKU UTARA
BENGKULU
KALIMANTAN TIMUR
JAWABARAT
KALIMANTAN BARAT
SUMATERA UTARA
SUMATERA SELATAN
JAWATIMUR
SUMATERA BARAT
BALI
ACEH
D.IYOGYAKARTA
MALUKU
LAMPUNG
NTB
JAWATENGAH
JAMBI
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI UTARA
BANTEN
SULAWESI TENGAH
KEPULAUANRIAU
SULAWESI SELATAN
RIAU
BANGKA BELITUNG
GORONTALO
SULAWESI BARAT
Tahun 2021
Realisasi Anggaran
Perwakilan BKKBN Provinsi
5. BERENCANA ITU KEREN
Pagu Anggaran SATKER PUSAT DAN PROVINSI TA. 2022
TAHUN
ANGGARAN 2022
PAGU AWAL
TOTAL #############
#############
1 DALDUK 16.163.500.000
2 KBKR 7.620.000.000
3 KSPK 34.996.946.000
4 ADPIN #############
5 LALITBANG* 95.332.286.000
#############
6 SESTAMA* #############
7 ITTAMA 9.480.362.000
Program DKM
NO BIDANG
Program Bangga Kencana
PAGU ANGGARAN BKKBN PUSAT
TA 2022
PAGU ANGGARAN BKKBN PROVINSI TA 2022
1 DKI JAKARTA -
2 JAWA BARAT 319,221,930,000
3 JAWA TENGAH 373,615,112,000
4 D.I YOGYAKARTA 63,738,158,000
5 JAWA TIMUR 458,024,202,000
6 ACEH 114,002,255,000
7 SUMATERA UTARA 199,646,754,000
8 SUMATERA BARAT 92,578,203,000
9 RIAU 62,123,011,000
10 JAMBI 87,178,763,000
11 SUMATERA SELATAN 115,150,228,000
12 LAMPUNG 119,020,662,000
13 KALIMANTAN BARAT 67,118,757,000
14 KALIMANTAN TENGAH 51,554,765,000
15 KALIMANTAN SELATAN 79,457,801,000
16 KALIMANTAN TIMUR 72,115,869,000
17 SULAWESI UTARA 57,698,374,000
18 SULAWESI TENGAH 77,970,899,000
19 SULAWESI SELATAN 243,674,414,000
20 SULAWESI TENGGARA 71,804,267,000
NO PROVINSI PAGU
21 MALUKU 40,727,594,000
22 BALI 65,304,692,000
23 NTB 104,407,151,000
24 NTT 123,695,417,000
25 PAPUA 57,347,065,000
26 BENGKULU 69,583,021,000
27 MALUKU UTARA 38,898,074,000
28 BANTEN 60,968,736,000
29 BANGKA BELITUNG 28,895,622,000
30 GORONTALO 36,239,631,000
31 KEPULAUAN RIAU 25,636,592,000
32 PAPUA BARAT 28,222,945,000
33 SULAWESI BARAT 46,910,087,000
3,452,531,051,000
TOTAL
NO PROVINSI PAGU
8. Kebijakan dan Strategi Sekretariat Utama
Dalam Percepatan Penurunan Stunting
1) Penyediaan sarana dan prasarana pada sekretariat
pelaksana tingkat pusat secara berkelanjutan
2) Penyediaan dukungan personel bagi Tim Pelaksana
3) Penguatan kehumasan percepatan Penurunan
Stunting tingkat pusat
Memperkuat Sekretariat Pelaksana Percepatan
Penurunan Stunting di Tingkat Pusat
Memperkuat Sekretariat Pelaksana Percepatan
Penurunan Stunting di Provinsi
1) Penyediaan sarana pada sekretariat pelaksana
tingkat provinsi
2) Penguatan kehumasan percepatan Penurunan
Stunting tingkat provinsi
Kebijakan
Strategi
Pusat Provinsi
9. Sekretariat Pelaksana PPS (Perpres 72/2021
Struktur Pelaksana (Ps 18):
Ketua Tim: Kepala BKKBN
Wakil Ketua:
1. PTM dari Bappenas,
2. PTM dari Kemenko Bid. PMK,
3. PTM dari Kemenkes,
4. PTM dari Kemendagri,
5. PTM dari Setwapres- Kemensetneg
Sekretariat Pelaksana (Ps 19):
• Bertugas memberikan dukungan substansi, teknis,
dan administrasi penyelenggaraan PPS
• Bersifat Ex-officio, secara fungsional
dikoordinasikan oleh salah satu unit kerja di
BKKBN, dengan melibatkan K/L terkait dan
Pemangku Kepentingan
• Setiap Wakil Ketua Pelaksana dapat membentuk
sekretariat sesuai kebutuhan
Tugas Pelaksana (Ps 17)
1. Menyiapkan perumusan rencana aksi nasional
penyelenggaraan PPS
2. Melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi program dan
kegiatan PPS Kementerian dan Lembaga, Pemerintah Daerah
provinsi, Pemerintah Daerah kab/kota, Pemerintah Desa, dan
Pemangku Kepentingan
3. Menyiapkan perumusan penyelesaian kendala dan hambatan
penyelenggaraan PPS
4. mengoordinasikan Pemantauan dan Evaluasi penyelenggaraan
PPS
5. Mengoordinasikan peningkatan kapasitas kelembagaan dan
sumber daya manusia K/L, Pemerintah Daerah provinsi,
Pemerintah Daerah kab/kota, Pemerintah Desa dalam
penyelenggaraan PPS
6. Mengoordinasikan peningkatan kerja sama dan kemitraan
dengan Pemangku Kepentingan dalam penyelenggaraan PPS
10. KETUA PELAKSANA
(Kepala BKKBN)
Kontraktual
Program Manager
Program
Officer
Bidang
Program dan
kegiatan
Program
Officer
Bidang data,
pemantauan dan
evaluasi
Program
Officer
Bidang umum
Tim
Tenaga
Ahli
Program
Assistant (PA) 1
Program
Assistant (PA) 2
Program
Assistant (PA) 3
Office Assistant
3 org
SATGAS PROVINSI:
Koord Program
Manajer
Prov Prog. Mngr
Bidang 2 bidang
Office Assistant
SATGAS Kab/kota:
Technical Assistant
Kab/Kota
Ketua: Sekretaris Utama – BKKBN
Wakil Ketua: Direktur SUPD III - KEMENDAGRI
Bidang Program dan kegiatan
Bidang Data, Pemantauan dan Evaluasi
Bidang Umum
Koordinator Teknis Tenaga Ahli
Unit Ex-Officio
Tim Teknis:
Tim Media Center
Pusat Pengendali Data
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi
SEKRETARIAT PELAKSANA
Pemangku Kepentingan (PT,
Dunia Usaha, Org profesi,
LSM, dll)
1 Wakil Ketua Bidang Perencanaan, Pemantauan Deputi PMMK – BAPPENAS
2 Wakil Ketua Bidang Koordinasi, Sinkronisasi, Pengendalian
Dan Pengawalan Pelaksanaan
Deputi III – Kemenko Bid.PMK
3 Wakil Ketua Bidang Koordinasi Intervensi Spesifik Dirjen Kesmas-Kemenkes
4 Wakil Ketua Bidang Koordinasi Pembinaan Dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Dirjen Bina Bangda – Kemendagri
5 Wakil Ketua Bidang Advokasi Dan Komitmen Kepemimpinan Deputi Bidang Dukungan Kebijakan
PMPP - Setwapres
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN
KELUARGA BERENCANA NASIONAL
NOMOR: 13/KEP/B1/2022
TENTANG
SEKRETARIAT PELAKSANA PERCEPATAN PENURUNAN
STUNTING TINGKAT
PUSAT TAHUN 2022-2-024
STRUKTUR TIM PELAKSANA
11. KETUA:
Sekretaris Utama - BKKBN
WAKIL KETUA:
Direktur SUPD III- KEMENDAGRI
Bidang Program dan
Kegiatan Tim Ahli
Bidang Umum
Bidang Data,
Pemantauan dan
Evaluasi
Ketua:
Direktur Bina Keluarga Balita dan
Anak
Anggota:
• Direktur Bina Lini Lapangan
• Direktur Bina Ketahanan
Remaja
• Direktur Analisis Dampak
Kependudukan
• Direktur Kesehatan reproduksi
• + dari K/L
Ketua:
Direktur Pelaporan dan Statistik
Anggota:
• Direktur Teknologi dan Data
• Direktur Perencanaan
Pengendalian Penduduk
• + dari K/L
• Tim Pusat Pengendali Data
Stunting
Ketua:
Direktur Kerja sama Pendidikan
Kependudukan
Anggota:
• Kepala Biro Perencanaan
• Kepala Biro Keuangan, dan
Pengelolaan BMN
• Inspektur Wilayah I
• Inspektur Wilayah II
• Kepala Biro Umum dan
Hubungan Masyarakat
• Direktur Advokasi dan Hubungan
Antar Lembaga
• Tim Media Center
• Pemangku Kepentingan
Koordinator Teknis:
• JFT Utama
• Dr. Maria Gayatri
• Dr. Dian Kristiani
Kepala
Perwakilan
BKKBN Provinsi
12. Program Manager
Program Officer
Bidang Program
dan kegiatan
Program Officer
Bidang data,
pemantauan dan
evaluasi
Program Officer
Bidang umum
Kelompok
Tim Ahli
(INEY-
Bank
Dunia)
SATGAS PROVINSI:
Koord Program Manajer
Provincial Program Manajer
Bidang Program dan kegiatan
Provincial Program Manajer
Bidang data, pemantauan dan
evaluasi
SATGAS Kab/kota:
Technical Assistant Kab/Kota
Program
Assistant (PA) 1
Program
Assistant (PA) 2
Program
Assistant (PA) 3
Office Assistant 1
Office Assistant 2
Office Assistant 3
14. 1. Dilaksanakan dengan skema Join Audit antara
Inspektorat Utama BKKBN dengan Inspektorat
Jenderal Kementerian Dalam Negeri
2. Sampel Audit pada 14 Kabupaten/Kota di
7 (tujuh) Provinsi yaitu:
Provinsi Aceh
Provinsi Jambi
Provinsi Kalimantan Tengah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Provinsi Kepulauan Riau
Provinsi Gorontalo
Provinsi Sulawesi Barat
3. Ruang Lingkup Audit meliputi Pengelolaan DAK
Sub Bidang KB Tahun Anggaran 2022
4. Waktu Pelaksanaan Audit pada Triwulan IV atau
bulan Nopember 2022
5. Audit dilakukan pada Seluruh Menu Kegiatan
DAK Sub Bidang KB yaitu:
A. DAK Fisik
Menu Sarana Prasarana Pelayanan KB
Menu Sarana Transportasi KB
Menu Pengadaan Sarana Prasarana Sistem
Informasi Data Keluarga
Menu Tematik Percepatan Penurunan Stunting
B. DAK Non Fisik
Menu Biaya Operasional Balai Penyuluhan KB
Menu Biaya Operasional Pelayanan KB
Menu Biaya Operasional Penggerakan di
Kampung KB
Menu Biaya Operasional Penanganan Stunting
Menu Biaya Operasional Pembinaan Program
Bangga Kencana bagi Masyarakat oleh Kader
PPKBD dan Sub PPKBD
Menu Dukungan Manajemen dan SIGA
RENCANA PENGAWASAN DAK SUB BIDANG KB TAHUN 2022
15. Evaluasi
Kinerja
Program
Percepatan
Penurunan
Stunting
oleh BPKP
Evaluasi Implementasi
Rencana Aksi Nasional (RAN PASTI)
Evaluasi Implementansi 8 Aksi
Konvergensi di Daerah
Evaluasi Hambatan Pencapaian Target Kinerja
Program
Evaluasi Akuntabilitas Keuangan, Kinerja
Penyerapan Anggaran, dan Kinerja Penanganan
Intervensi Spesifik dan Sensitif
Tujuan Evaluasi:
a. mengetahui kemajuan dan keberhasilan
pelaksanaan percepatan penurunan stunting;
b. meningkatkan akuntabilitas dan
percepatan penyerapan anggaran
penurunan stunting;
c. menilai kesesuaian kegiatan, keluaran,
dan pencapaian target nasional
percepatan penurunan stunting;
d. memberikan umpan balik dan
rekomendasi untuk peningkatan pencapaian
keberhasilan pelaksanaan percepatan
penurunan stunting.
Sampel Prioritas Evaluasi :
Provinsi yang Angka Prevalensi Stunting
Tinggi (SSGBI 2019)
Dilaksanakan oleh BPKP atas Biaya BPKP
Dilaksanakan pada Triwulan III Tahun 2022
1.NTT (APS 43,82%)
2.Sulawesi Barat ( APS 40,38 %)
3.NTB (APS 37,85 %)
4.Gorontalo (APS 34,89 %)
5.Aceh (APS 34,18 %)
6.Papua Barat (APS 20,4 %)
7.Kalimantan Barat (APS 19,5 %)
Evaluasi atas Biaya BKKBN
Dilaksanakan oleh Perwakilan BPKP Seluruh
Indonesia pada 34 Provinsi
Pada 7 Provinsi Sampel Prioritas evaluasi
dilakukan pada Kabupaten/Kota yang
berbeda
Dilaksanakan pada Triwulan IV Tahun 2022
Membandingkan
Capaian Kinerja
dengan Target
Mengidentifikasi
Penyebab (root
cause analysis)
RENCANA PENGAWASAN PROGRAM PERCEPATAN PENURUNAN
STUNTING TAHUN 2022
16. Pengawasan
Program
Lintas Sektor
melalui Kegiatan
Monitoring oleh
BPKP Atas Beban
DIPA BPKP
1. Monitoring Kebijakan Penganggaran Stunting di Kementerian Keuangan
2. Monitoring Target dan Realisasi Kinerja K/L Pelaksanaan Stunting di
Bappenas
3. Monitoring Rencana dan Realisasi Fortifikasi Pangan terkait stunting di
KEMENTERIAN PERTANIAN
4. Evaluasi Penanganan Intervensi Sensitif program stunting di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
5. Monitoring Pencapaian Data Kinerja Stunting Versi DLI (Bank Dunia)
6. Monitoring Progres Angka Prevalensi Stunting s/d Semester I tahun 2022
7. Evaluasi Penanganan Intervensi Spesifik Program Stunting di Kementerian
Kesehatan
8. Monitoring Rencana dan Realisasi Bantuan Bersyarat terkait Stunting di
Kemensos
9. Monitoring Penilaian Aksi Konvergensi Program Stunting di Daerah
10. Monitoring Data Anggaran dan Realisasi Program Stunting di Daerah
11. Evaluasi Program Stunting di Desa
RENCANA PENGAWASAN PROGRAM PERCEPATAN PENURUNAN
STUNTING TAHUN 2022
17. RENCANA PENGAWASAN PROGRAM PERCEPATAN PENURUNAN
STUNTING TAHUN 2022
Audit
Pertanggung
jawaban
Keuangan
Kegiatan
Percepatan
Penurunan
Stunting
oleh
Inspektorat
Utama BKKBN
1. Audit Pertanggungjawaban Keuangan dan Kinerja Penyerapan
Anggaran Kegiatan Percepatan Penurunan Stunting DIPA BKKBN
2. Dilakukan pada Satker BKKBN Pusat dan Satker Perwakilan
BKKBN Provinsi (9 Perwakilan BKKBN) khusus tagging anggaran
kegiatan percepatan penurunan stunting tahun anggaran 2021 dan 2022
Provinsi Jatim
Provinsi Jateng
Provinsi Jabar
Provinsi Bali
Provinsi Bengkulu
Provinsi Sulawesi Tenggara
Provinsi Papua Barat
Provinsi Kalimantan Barat
Provinsi Nusa Tenggara Timur
3. Waktu Audit Triwulan III atau Bulan Agustus Tahun 2022
4. Penyusunan Pedoman Audit Percepatan Penurunan Stunting (Penyusunan,
Ujicoba, Finalisasi, Pelaksanaan)
19. Pengorganisasian Penugasan Join Audit DAK Sub Bidang KB Tahun 2021
Gugus Tugas Tim Join Audit
Waktu Pelaksanaan Audit
Tanggal 31 Oktober s.d 14 Nopember 2021
Tujuan Audit
1. Memberikan Keyakinan Memadai Pengelolaan DAK Sub
Bidang KB sesuai dengan Petunjuk Teknis, dan Petunjuk
Operasional, serta Peraturan perundang-undangan berlaku.
2. Memberikan Rekomendasi Peningkatan Kinerja, Penguatan
Tata Kelola dan Percepatan Penyerapan Anggaran.
Ruang Lingkup Audit
Kegiatan DAK Fisik dan DAK Non Fisik (BOKB) di OPD KB
Dalduk Kab/Kota Periode 1 Januari s.d 31 Oktober 2021
20. Pemberian konsultasi kepada unit kerja
pengampu menu DAK Subbidang KB maupun
kepada unit kerja pelaksana.
Penyampaian materi pembinaan pengelolaan
DAK Subbidang KB
Join Audit Pengelolaan DAK Subbidang KB
bersama Inspektorat Jenderal Kementerian
Dalam Negeri.
Monitoring Pengelolaan DAK Subbidang KB
Reviu usulan DAK Fisik Subbidang KB bersama
Biro Perencanaan
Pengawasan Inspektorat Utama atas
Pengelolaan DAK Sub Bidang KB
Sebaran Anggaran DAK Sub Bidang KB Tahun 2021
Sumber: Aplikasi Morena Tanggal 07 Februari 2022
DAK FISIK BOKB
DAK FISIK
PENUGASAN
JUMLAH
1 ACEH 26.209.094.000 90.507.588.000 3.584.000.000 120.300.682.000
2 SUMATERA UTARA 34.682.376.000 141.156.398.000 5.769.749.000 181.608.523.000
3 SUMATERA BARAT 19.185.671.000 48.371.489.000 2.516.999.000 70.074.159.000
4 RIAU 13.655.949.000 45.713.543.000 3.211.148.000 62.580.640.000
5 JAMBI 12.787.349.000 36.483.077.000 1.763.000.000 51.033.426.000
6 SUMATERA SELATAN 19.448.455.000 67.030.477.000 2.728.648.000 89.207.580.000
7 BENGKULU 11.164.114.000 30.235.161.000 816.500.000 42.215.775.000
8 LAMPUNG 15.564.533.000 62.596.816.000 3.361.997.000 81.523.346.000
9 BANGKA BELITUNG 5.868.477.000 12.294.978.000 760.000.000 18.923.455.000
10 KEPULAUAN RIAU 8.666.517.000 15.731.686.250 143.499.000 24.541.702.250
11 DKI JAKARTA - 19.640.963.080 1.680.000.000 21.320.963.080
12 JAWA BARAT 33.043.362.000 168.355.116.000 9.724.143.000 211.122.621.000
13 JAWA TENGAH 40.108.236.905 192.577.635.000 8.237.024.000 240.922.895.905
14 D.I. YOGYAKARTA 4.034.924.000 19.600.625.287 1.400.000.000 25.035.549.287
15 JAWA TIMUR 34.598.413.000 209.751.892.000 8.290.748.000 252.641.053.000
16 BANTEN 8.774.588.000 43.648.682.000 2.248.299.000 54.671.569.000
17 BALI 4.685.940.000 21.374.277.000 643.523.000 26.703.740.000
18 NUSA TENGGARA BARAT 14.213.893.000 36.126.549.700 3.154.224.000 53.494.666.700
19 NUSA TENGGARA TIMUR 29.282.048.000 84.981.980.000 7.377.871.000 121.641.899.000
20 KALIMANTAN BARAT 15.595.343.675 51.588.282.268 1.596.480.000 68.780.105.943
21 KALIMANTAN UTARA 7.330.677.000 10.078.423.000 1.230.000.000 18.639.100.000
22 KALIMANTAN TENGAH 15.827.019.000 31.080.276.000 1.207.500.000 48.114.795.000
23 KALIMANTAN SELATAN 14.331.820.080 43.710.080.000 3.016.648.993 61.058.549.073
24 KALIMATAN TIMUR 13.984.475.000 24.815.220.000 1.802.500.000 40.602.195.000
25 SULAWESI UTARA 18.017.319.000 41.815.109.000 1.537.299.000 61.369.727.000
26 SULAWESI TENGAH 16.197.550.000 44.422.235.000 1.457.500.000 62.077.285.000
27 SULAWESI SELATAN 29.143.289.000 88.169.574.000 868.998.000 118.181.861.000
28 SULAWESI TENGGARA 23.183.030.000 51.686.738.378 2.310.274.000 77.180.042.378
29 GORONTALO 7.045.729.968 18.130.328.000 1.227.525.000 26.403.582.968
30 MALUKU 14.511.358.000 28.328.782.000 2.077.000.000 44.917.140.000
31 MALUKU UTARA 13.825.712.998 26.744.324.000 1.000.875.000 41.570.911.998
32 PAPUA 31.695.560.000 113.211.779.000 7.672.408.487 152.579.747.487
33 SULAWESI BARAT 8.826.670.000 16.919.691.000 1.811.149.000 27.557.510.000
34 PAPUA BARAT 13.893.229.000 41.702.325.000 4.409.772.000 60.005.326.000
579.382.722.626 1.978.582.099.963 100.637.301.480 2.658.602.124.069
NO PROVINSI
ALOKASI ANGGARAN
TOTAL
21. 2
14 14
8
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021
Kabupaten/Kota
Jumlah Sampel Audit
Rekapitulasi Temuan Hasil Audit Tahun 2021
Ketidaksesuaian dengan kriteria lebih banyak ditemukan pada tahap pelaksanaan kegiatan sebanyak 78%
kejadian diikuti oleh ketidaksesuaian pada tahap perencanaan sebanyak 13%
Dalam tahap pelaksanaan ini, pemerintah kabupaten/kota perlu melakukan perbaikan dalam
implementasi berbagai kebijakan dan ketentuan antara lain rencana kerja, kebijakan dalam pelaksanaan
kegiatan yang bersumber dari APBD dan dana transfer ke daerah, ketentuan keuangan daerah, standar biaya
dan ketentuan dalam Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) Pemerintah.
Kompleksitas pada tahap pelaksanaan juga ditemukan berkaitan dengan ketidaksinkronan kebijakan
terutama dalam pengelolaan keuangan sehingga berpengaruh dalam ketidakoptimalan pelaksanaan dan
penyerapan anggaran DAK Subbidang KB.
No Tahapan Pengelolaan
Jumlah
Kejadian
%
Lokasi
Kejadian
(Kab/Kota)
1 Perencanaan 3 13% 5
2 Pelaksanaan 18 78% 8
3 Pelaporan 2 9% 8
Jumlah 23 100%
22. TEMUAN HASIL AUDIT TAHAP PERENCANAAN
1. Mekanisme Penyusunan Rencana Kerja Anggaran DAK
Subbidang KB Kurang Memadai.
2. Migrasi Data Perencanaan dari SIMDA/SIPKD ke Aplikasi
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD)
3. Dukungan APBD untuk Menunjang Pelaksanaan Kegiatan
Bangga Kencana Belum Memadai
TEMUAN HASIL AUDIT TAHAP PELAKSANAAN
1. Penyerapan Anggaran Tidak Merata Sepanjang Tahun
dan Cenderung Menumpuk di Triwulan III dan Triwulan
IV Tahun 2021
2. Penyerapan Anggaran Tidak Optimal (Rendah) dan
Potensi SILPA pada Akhir Tahun Anggaran 2021
3. Pertanggungjawaban Keuangan atas Kegiatan BOKB
Tidak Benar dan Tidak Sesuai Kenyataannya
(Pembayaran transport belum dilengkapi fotocopy KTP ,
Pertanggungjawaban dobel, SPJ tidak benar)
4. Pengadaan Barang dan Jasa Belum Sesuai Ketentuan
(Pemecahan paket pekerjaan, perbedaan spesifikasi
teknis, kekurangan volume pekerjaan)
No Waktu Anggaran Realisasi Prosen
1 Triwulan I 36.199.582.000 964.746.181 2,67%
2 Triwulan II 4.788.032.575 13,23%
3 Triwulan III 8.085.633.639 22,34%
4 Triwulan IV 12.693.692.338 35,07%
Jumlah 36.199.582.000 26.532.104.733 73,29%
Anggaran dan Realisasi Keuangan 8 Kabupaten/Kota per 31 Desember 2021
Sumber: Aplikasi Morena
TEMUAN HASIL AUDIT TAHAP PELAPORAN
1. Terjadi perbedaan data realisasi anggaran pada aplikasi
morena dengan rekapitulasi SP2D yang telah terbit pada 3
Kabupaten/Kota (37,5% dari sampel)
2. Catatan persediaan alat dan obat kontrasepsi tidak
dilakukan update secara periodik tetapi dilakukan sekali pada
akhir tahun anggaran pada satu kabupaten (12,5% dari
sampel).
23. Catatan Penyebab Kejadian
1. Kurang optimalnya peran Tim Pengendali DAK Subbidang KB tingkat Provinsi
dan Kabupaten/Kota.
2. Belum dilakukan pemenuhan tata laksana pelaksanaan kegiatan baik berupa
pedoman, petunjuk pelaksanaan, SK Penetapan lokus kegiatan DAK
Subbidang KB.
3. Pengelolaan alat dan obat kontrasepsi (alokon) belum dijalankan secara
memadai diantaranya belum disusun pedoman pengendalian distribusi
alokon, belum dilakukan stok opname fisik alokon di faskes secara berkala,
tidak dilakukan analisis kebutuhan alokon, serta penetapan faskes dan
jejaring penerima alokon.
4. Adanya keterbatasan SDM yang berkualifikasi PBJ dan verifikator keuangan.
5. Kesengajaan dan integritas pegawai dan penyedia barang yang tidak baik
dalam pengelolaan anggaran DAK Sub Bidang KB
24. Rekomendasi hasil audit telah disampaikan kepada Bupati/Walikota dan Kepala OPD
KB/Dalduk terkait untuk segera ditindaklanjuti sebagai berikut:
1. Bagi Kabupaten/Kota yang telah menetapkan APBD Tahun 2022, OPD KB agar segera mengajukan usulan
perubahan penjabaran APBD untuk menganggarkan kembali SILPA DAK Sub Bidang KB Tahun 2021 dalam
DPA/RKA OPD KB Tahun 2022. Penggunaan Uang SILPA Mendahului Penetapan/Perubahan Anggaran
Setelah Ada Ijin Prinsip dari DPRD
2. Menggunakan aplikasi SIPD dan SIMDA/SIPKD atau aplikasi lain untuk perencanaan, penganggaran,
penatausahaan, dan pelaporan secara paralel untuk menghindari permasalahan pencairan SPM/SP2D
dari kas daerah seperti tahun sebelumnya.
3. Memulai Kegiatan DAK Fisik/BOKB sejak bulan Januari 2022 dan Penyerapan Anggaran dilakukan merata
sepanjang Triwulan I – IV
4. Tender lebih awal dalam pengadaan barang/jasa DAK Fisik Sub Bidang KB (Persiapan pengadaan,
persiapan pemilihan, pemilihan penyedia)
Rekomendasi untuk Peningkatan Kinerja Penyerapan Anggaran
25. 1. Perbaikan tata kelola DAK Sub Bidang KB di kabupaten/Kota sebagai berikut:
Mengoptimalkan peran Tim Pengendali DAK Subbidang KB dalam melakukan monitoring, evaluasi,
pelaporan, dan ketaatan terhadap petunjuk dan pedoman pelaksanaan.
Menyusun pedoman penggunaan BOKB di kabupaten/kota dan menetapkan lokasi kegiatan DAK
Subbidang KB.
Mengelola alat dan obat kontrasepsi (alokon) secara baik dengan menyusun pedoman pengendalian
distribusi alokon, melakukan stok opname alokon di faskes secara berkala, melakukan analisis
kebutuhan alokon, serta penetapan faskes dan jejaring penerima alokon.
Meningkatkan kompetensi SDM di bidang pengadaan barang/jasa dan pengelolaan keuangan daerah.
Membangun nilai-nilai dan integritas pegawai Pemerintah kabupaten/kota
2. Pengembalian Uang ke Kas Daerah atas SPJ Tidak Benar
3. Perbaikan Pekerjaan sesuai Kontrak (Volume dan Spesifikasi Teknis)
4. Mendistribusikan Sarpras Hasil Pengadaan DAK Fisik kepada Penerima Manfaat dan Memanfaatkan
semaksimal mungkin untuk Pelayanan
Rekomendasi atas Pertanggungjawaban Keuangan dan
Pengadaan Barang Jasa yang Tidak Tertib
27. Berhasil
Cukup
Kurang
0
2
4
6
8
10
12
14
16
7
21%
11
32%
16
47%
Capaian Kinerja Tingkat Provinsi
Berhasil Cukup Kurang
Berhasil
Cukup
Kurang
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
11
4%
66
25%
183
70%
Capaian Kinerja Tingkat Kab/Kota
Berhasil Cukup Kurang
27
EVALUASI KINERJA DILAKUKAN TAHUN 2021 OLEH BPKP
HASIL EVALUASI CAPAIAN KINERJA PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING TAHUN 2020
28. Dikarenakan target indiKator Perpres 72/2021 belum berlaku efektif pada tahun 2020, sebagian/seluruh
target atas indikator-indikator yang digunakan dalam evaluasi kinerja ini menggunakan target
Pemerintah Daerah itu sendiri atau target Kementerian vertikal yang belum disertai analisis yang
menjelaskan bahwa target untuk tiap daerah tersebut akan menjamin tercapainya target nasional
Perpres 72/2021.
28
CATATAN ATAS HASIL CAPAIAN KINERJA TAHUN 2020
Capaian kinerja tersebut secara umum hanya menunjukkan tingkat keberhasilan Pemerintah Daerah
atas suatu target Pemerintah Daerah itu sendiri.
Capaian kinerja tersebut tidak dapat digunakan sebagai alat untuk membandingkan kinerja suatu
daerah dengan daerah lainnya jika dilihat dari sudut pandang Target Nasional.
29. a. Infrastruktur data untuk indikator Perpres 72/2021 belum seluruhnya tersedia
secara memadai
29
HAL-HAL YANG PERLU MENDAPATKAN PERHATIAN
No Indikator Perpres 72 Tahun 2021 Data yang saat ini tersedia
1 Layanan Intervensi Spesifik No. 4: Persentase dan
jumlah bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat air susu
ibu (ASI) eksklusif
Data yang ada di Dinas Kesehatan untuk jumlah populasi
adalah jumlah bayi usia kurang dari 6 bulan yang
mendapatkan layanan di Puskesmas atau Posyandu
2 Layanan Intervensi Spesifik No. 5: Persentase anak usia
6-23 bulan yang mendapat Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MP-ASI)
3 Layanan Intervensi Spesifik No. 8: Persentase dan
jumlah anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi
kurang yang mendapat tambahan asupan gizi.
4 Layanan Intervensi Sensitif No. 3: Cakupan calon
pasangan usia subur (PUS) yang memperoleh
pemeriksaan kesehatan sebagai bagian dari pelayanan
nikah.
Sebagian besar belum tersedia
5 Layanan Intervensi Sensitif No. 7: Cakupan keluarga
berisiko Stunting yang memperoleh pendampingan.
Sebagian besar belum tersedia
6 Layanan Intervensi Sensitif No. 9: Persentase target
sasaran yang memiliki pemahaman yang baik tentang
stunting di lokasi prioritas
Belum tersedia. Belum ada acuan definisi/alat ukur atas
'pemahaman yang baik tentang stunting”
Data yang ada di Dinas Kesehatan saat ini adalah
"Jumlah Balita Gizi Kurang" dan "Jumlah Balita Kurus
yang mendapat Pemberian Makanan Tambahan.
30. 30
Risiko
tidak terkoordinasinya arah
pencapaian target nasional serta
ketidakselarasan strategi
Percepatan Penurunan Stunting
antara Daerah dengan Pusat.
dapat mengakibatkan target
Daerah tidak mendukung
pencapaian target nasional.
keberhasilan pencapaian target
di semua Daerah belum
menjamin tercapainya target
nasional.
No Target Nasional Kondisiyang ada saat ini
1 Angka Prevalensi Stunting: 14%(tahun 2024) Target daerah ditetapkan oleh Pemda setelah
mempertimbangkan kondisilokal yangada
2 Cakupan Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan
Nasional: 112,9 jutapenduduk(tahun 2024)
Belum didapatkan acuan target masing-masing daerah untuk
mendukung tercapainya targetnasional
3 Jumlah keluarga miskin dan rentan yang memperoleh bantuan
tunai bersyarat: 10.000.000 keluarga(tahun 2024)
Belum didapatkan acuan target masing-masing daerah untuk
mendukung tercapainya targetnasional
4 Jumlah keluarga miskin dan rentan yang menerima bantuan
sosial pangan: 15.600.039keluarga (tahun 2024)
Untuk tahun 2020 tersedia target sesuai Kepdirjen
Penanganan Fakir Miskin No. 3/6/SK/HK.02.02/1/2020
tentang Jumlah Keluarga Penerima Manfaat Bantuan Pangan
Non-Tunai Tahun 2020 di Tingkat Daerah Kabupaten/Kota,
dengan total target sebesar 15.200.000keluarga.
b. Strategic Alignment: Penetapan Target Nasional belum seluruhnya dijabarkan
ke dalam target daerah
HAL-HAL YANG PERLU MENDAPATKAN PERHATIAN
31. c. Manajemen Risiko Percepatan Penurunan Stunting belum terbangun
Struktur Tim Percepatan Penurunan Stunting baik di Pusat maupun Daerah serta
peran dan tugas masing-masing pihak yang disebut dalam Perpres 72/2021 belum
tergambar dengan jelas Sistem Manajemen Risiko untuk dapat mengantisipasi dan
mengelola risiko-risiko yang akan dihadapi dalam pelaksanaan Percepatan
Penurunan Stunting.
Belum adanya system manajemen risiko akan mengakibatkan tidak
teridentifikasinya risiko serta ketidakjelasan pengelolaan risiko selama pelaksanaan
Percepatan Penurunan Stunting yang pada akhirnya dapat mengancam tercapainya
target penurunan stunting di Indonesia.
31
HAL-HAL YANG PERLU MENDAPATKAN PERHATIAN
32. REKOMENDASI
1. Kementerian/Lembaga penanggungjawab 20 Sasaran Antara bersama-sama dengan
Pemerintah Daerah melalui dinas terkait di daerah membangun infrastruktur data atas
indikator Perpres 72 Tahun 2021 yang saat ini belum tersedia.
2. BKKBN berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri beserta Kementerian terkait
lainnya untuk menetapkan acuan target masing-masing daerah meliputi target Angka
Prevalensi Stunting maupun target masing-masing Sasaran Antara yang tercantum
dalam Perpres 72/2021. Penetapan acuan target masing-masing daerah ini hendaknya
dijabarkan dalam target per tahun.
3. BKKBN merancang dan membangun sistem Manajemen Risiko Percepatan Penurunan
Stunting. Sistem Manajemen Risiko ini hendaknya mencakup framework (struktur dan
peran masing-masing pihak) serta proses yang dilakukan dalam mengidentifikasi dan
mengelola risiko yang ada. Untuk tujuan ini, BKKBN dapat berkoordinasi dengan BPKP.
32
REKOMENDASI
Editor's Notes
Tambahkan : Disampaikan pada Rapat koordinasi bla bla….