1. TITLE OF STUDY AUTHOR BRIEFLY DESCRIPTION OF STUDY EXPERIMENTAL RESULT STUDY LIMITATIONS
Teknik
Penyembunyian dan
Enkripsi Pesan
pada Citra Digital
dengan
Kombinasi Metode
LSB dan RSA
A. E. Handoyo, D.
R. I. M. Setiadi, E.
H.
Rachmawanto, C.
A. Sari, and A.
Susanto.
Kombinasi teknik steganografi
dan kriptografi dengan metode
LSB–RSA. RSA merupakan teknik
kriptografi yang populer dapat
diterapkan pada citra digital.
Nilai piksel citra digital hanya
berkisar 0 sampai 255, hal ini
membuat kunci yang digunakan
dalam RSA cukup terbatas
sehingga kurang aman. Dalam
penelitian ini diusulkan untuk
mengkonversi nilai piksel citra
menjadi 16 bit sehingga kunci
yang digunakan dapat lebih
bervariasi. Hasil eksperimen
membuktikan adanya
peningkatan keamanan serta
nilai imperceptibility yang tetap
terjaga. Hal ini dibuktikan dengan
hasil PSNR 57.2258dB, MSE
0.1232dB, metode ini juga tahan
terhadap serangan salt and
pepper. Penggunaan RSA 16 bit
pada penyandian citra pesan
dapat meningkatkan keamanan
karena nilai p dan q dapat lebih
bervariasi. Dengan variasi yang
semakin banyak maka enkripsi
RSA dapat lebih aman. Metode
ini juga berhasil digabungkan
dengan steganografi LSB. Selain
disandikan, pesan juga
disembunyikan dengan metode
steganografi LSB sehingga
keamanan pesan dapat
meningkat. Teknik ini juga
terbukti tahan terhadap serangan
salt and paper, yaitu dengan hasil
PSNR 57.2258dB, MSE 0.1232dB
dan CC 1.0000 yang lebih baik
dari penelitian sebelumnya.
Dalam penelitian ini
digunakan dua macam
ukuran citra cover, yaitu
dengan ukuran 512 × 512
piksel dan 256 × 256 piksel.
Citra cover tersebut
merupakan citra
keabuan standar yang
telah banyak digunakan
dalam berbagai penelitian
pemrosesan citra digital,
dengan ini diharapkan
memudahkan proses
komparasi dengan
penelitian berikutnya.
Ukuran pesan yang
digunakan adalah 128 ×
128 piksel untuk cover
dengan ukuran 512
× 512 dan 64 × 64 piksel
untuk cover yang
berukuran 256 × 256. Citra
cover yang digunakan.
Dengan menggunakan
rumus RSA yang diusulkan,
maka hasil enkripsi citra
pesan menjadi lebih besar,
karena bit pada citra pesan
diperpanjang menjadi 2
kali 8 bit atau setara 16 bit.
Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan variasi kunci
RSA sehingga hasil enkripsi
pesan menjadi lebih aman.
mampu melindungi dan
mengamankan citra pesan
grayscale dari pencurian
pesan. metode ini juga
tahan terhadap serangan
salt and pepper.
2. DIGITAL SIGNATURE
PADA CITRA
MENGGUNAKAN
RSA DAN VIGENERE
CIPHER BERBASIS
MD5
Lekso Budi
Handoko,
Chaerul Umam,
De Rosal Ignatius
Moses Setiadi,
Eko Hari
Rachmawanto
Salah satu teknik yang populer
untuk mengamankan data
dengan tingkat keamanan yang
tinggi yaitu kriptografi. Berbagai
penelitian telah dilakukan
dengan menggabungkan kunci
simteris dan kunci asimteris
untuk mendapatkan keamanan
ganda. Dalam makalah ini, tanda
tangan digital diterapkan melalui
Rivest Shamir Adleman (RSA)
sebagai algoritma kunci asimteris
yang akan digabung dengan
algoritma kunci simteris Vigenere
Cipher. RSA yang tahan terhadap
serangan karena menggunakan
proses eksponensial dan kuadrat
besar dapat menutupi
kelemahan Vigenere Cipher,
sedangkan Vigenere
Cipher dapat mencegah
kemunculan huruf yang sama
dalam cipher yang mempunyai
pola tertentu.
Vigenere cipher mudah
diimplementasikan dan
menggunakan operasi substitusi.
Untuk mengkompresi nilai
numerik yang dihasilkan secara
acak, digunakan fungsi hash yaitu
Message Digest 5 (MD5).
percobaan dalam makalah ini
telah memberikan kontribusi
dalam peningkatan kualitas
enkripsi dimana citra digital
dioperasikan dengan MD5 yang
kemudian hasilnya akan diubah
menjadi RSA. Fungsi hash awal
yaitu 32 karakter diubah menjadi
16 karakter yang akan menjadi
inputan untuk proses RSA dan
Vigenere Cipher. Pada citra
berwarna yang digunakan
sebagai media operasi, akan
dilakukan pengecekan apakah
citra tersebut sudah melalui
proses digital signature.
Dalam makalah ini,
percobaan dilakukan
dengan membuat fungsi
MD5 terlebih dahulu.
Fungsi MD5 dalam digital
signature yang kami uji
coba yaitu untuk
melakukan fungsi hashing
pada citra digital.
Karakter awal sepanjang
32 karakter kemudian
diubah menjadi 16
karakter melalui operasi
fungsi hash.
Hasil dari 16 karakter
tersebut kemudian
menjadi inputan dalam
proses enkripsi
menggunakan RSA dan
Vigenere Cipher.
implementasi
menunjukkan bahwa citra
dapat
terotentikasi dengan baik.
Hal ini dapat diterapkan
lebih lanjut untuk
mengamankan data pada
jaringan misalnya pada
email.
3. Modifikasi Enkripsi
Gambar
Menggunakan 64-Bit
Kunci pada
Algoritma Data
Encryption Standard
(DES)
Ibnu Utomo
Wahyu Mulyono,
Wellia Shinta
Sari, De Rosal
Ignatius Moses
Setiadi, Christy
Atika Sari.
Proteksi data menggunakan
teknik kriptiografi telah
dilakukan sejak abad ke 14.
Algoritma kriptografi
sampai saat ini masih dapat
digunakan dan mempunyai
tingkat keamanan yang baik
salah satunya yaitu Data
Encryption Standard (DES). DES
melakukan enkripsi dengan kunci
simteris dengan panjang 64 bit
kunci yang didapat
dari kunci eksternal. Beberapa
penelitian sebelumnya telah
menggunakan DES pada media
teks, dalam makalah ini
DES telah digunakan pada media
gambar. Gambar yang digunakan
berukuran 512x512 piksel,
dengan pesan berupa
file .txt dengan panjang
bervariasi antara 8 byte sampai
dengan 1024 byte. Penggunaan
file pesan yang bervariasi
digunakan untuk mengetahui
performa DES, baik dari segi
waktu enkripsi dan dekripsi
maupun hasil proses dekripsi.
Hasil eksperimen menggunakan
sejumlah pesan menghasilkan
nilai Peak Signal to Noise Ratio
(PSNR) tertinggi 86.7532 dB,
dan waktu enkripsi pesan dengan
ukuran kurang dari 64 bit tidak
lebih dari 1 detik, sedangkan
waktu dekripsi lebih cepat
dibanding waktu enkripsi.
Sedangkan nilai Structural
Similarity Index Mesurement
(SSIM) yang didapat yaitu 1.
Berdasarkan eksperimen
yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa
performa DES dalam
melakukan enkripsi
gambar grayscale 512x512
dan pesan berupa teks
panjang dapat
dikategorikan dalam level
yang baik. Skema DES yang
digunakan dapat
menghasilkan SSIM
mendekati 1 dimana nilai
SSIM 1 adalah sempurna.
Pada proses enkripsi dan
dekripsi, terjadi perbedaan
waktu sesuai catatan
waktu yang diilustrasikan
pada Tabel 3. Sedangkan
imperceptibility dianalisa
melalui PSNR dengan
perolehan nilai yang tinggi
yaitu antara 66 sampai 86
dB.
lama waktu dekripsi DES
pada media cover berupa
gambar dan pesan berupa
file .txt terbukti lebih
cepat dibanding dengan
enkripsinya.
4. Implementasi
Steganografi LSB
Dengan Enkripsi
Vigenere Cipher
Pada Citra
Niria Laila, Anita
Sindar RM Sinaga
Salah satu metode kriptografi
yang dapat digunakan adalah
sandi Vigenere (Vigenere Cipher).
Metode vigenere merupakan
metode klasik yang pada masa
kejayaannya metode ini
merupakan metode yang tak
terpecahkan. Kelebihan sandi
vigenere yaitu sandi ini tidak
begitu rentan terhadap metode
pemecahan sandi yang disebut
analisis frekuensi. Sandi ini
dikenal luas karena cara kerjanya
yang mudah dimengerti dan
dapat dijalankan dengan cepat,
dan bagi para pemula sulit
dipecahkan. Pada saat
kejayaannya, sandi ini dijuluki le
chiffre indéchiffrable (bahasa
Prancis: 'sandi yang tak
terpecahkan'). Metode ini
dinamakan tes Kasiski karena
Friedrich Kasiski-lah yang
pertama mempublikasikannya.
Setelah pesan dienkripsi dengan
menggunakan Vigenere Cipher,
maka selanjutnya bit-bit cipher
(hasil enkripsi) disisipkan pada
bit terakhir dari setiap warna
piksel di dalam suatu citra digital
[4]. Dengan hanya mengubah bit
terakhir (least significant bit) dari
setiap warna piksel, maka bit
cipher dapat disisipkan tanpa
mengubah citra aslinya.
Langkah pertama yang
harus dilakukan adalah
buka aplikasi steganografi
vigenere cipher kemudian
load terhadap citra yang
digunakan untuk
menyimpan file teks.
Jika dilihat dengan kasat
mata, maka perbedaan
terhadap kedua citra
tersebut tidak akan
tampak. Tidak terlihat
sedikitpun perbedaan tapi
jika dilihat dari ukuran file
citra awal dengan ukuran
file citra akhir akan
terdapat perbedaan
ukuran file. Sistem hanya
bisa melakukan penyisipan
pada pesan yang
berformat txt. Sedangkan
untuk citranya harus
berformat bitmap (BMP)
dan JPEG. Metode
Vigenere Cipher
melakukan proses enkripsi
dari teks ke teks. Ukuran
file citra dibatasi pada
ukuran minimal 100 X 100
pixel, dan maksimal 2048 X
1024 piksel selain itu
system tidak dapat
memprosesnya.
Proses penyandian dan
penyisipan pesan dengan
metode Vigenere Cipher
dan LSB yaitu langkah
awal input file teks dan
kata kunci, seterusnya file
teks dan kata kunci
diubah ke dalam bilangan
decimal, seterusnya
diproses sesuai dengan
rumus Vigenere Cipher
diharapkan data yang
dikirim tidak mudah
dibaca oleh pihak ketiga.
5. A Combination of
Hill CIPHER-LSB in
RGB Image
Encryption
Rama Aria
Megantara, Fauzi
Adi Rafrastara,
Syafrie Naufal
Mahendra
Kemajuan perkembangan
teknologi digital saat ini, banyak
orang berkomunikasi dengan
mengirim dan menerima pesan.
Namun, bersama dengan
perkembangan teknologi yang
luas, banyak kejahatan yang
dilakukan. untuk
menghindari kejahatan ini,
keamanan data perlu dilakukan.
Bentuk keamanan data
dalam bentuk kriptografi dan
Steganografi. Salah satu
kriptografi
teknik adalah algoritma
penyandian bukit. Sandi bukit
termasuk kriptografi klasik
algoritma yang sangat sulit untuk
dipecahkan. Sementara yang
paling populer teknik
Steganografi paling sedikit
signifikan bit (LSB). Bit paling
sedikit signifikan (LSB) adalah
teknik spasial domain
Steganografi menggunakan
substitusi Metode. Studi ini
membahas penggabungan pesan
keamanan dengan bukit cipher
dan LSB. Pesan yang digunakan
adalah gambar warna 24-bit
untuk Steganografi dan teks
dengan 32, 64 dan 128 karakter
untuk kriptografi. Alat ukur
digunakan dalam studi ini adalah
MSE, PSNR, Entropy dan waktu
perjalanan (waktu CPU). Tes
hasil membuktikan peningkatan
keamanan tanpa terlalu merusak
gambar. Ini adalah
dibuktikan dengan hasil uji coba
MSE yang memiliki nilai jauh di
bawah nilai
1, PSNR adalah > 64 DB, nilai
entropi berkisar dari 5 sampai 7
dan hasil
cipher bukit dan teknik LSB
memberikan lebih banyak
keamanan untuk pesan.
Penggunaan cipher bukit
untuk pengkodean teks
dapat meningkatkan
keamanan karena pesan
dienkripsi menggunakan
kunci. Teknik penyandian
bukit juga berhasil
dikombinasikan dengan
teknik LSB. Selain
pengkodean pesan teks,
pesan juga dimasukkan
menggunakan metode LSB.
Merger ini berhasil
diterapkan untuk 24 bit
Red, Hijau dan biru (RGB)
gambar berwarna. Hasil
penggabungan dua teknik
antara penyandian bukit
dan LSB menghasilkan
gambar yang sangat bagus.
Gambar warna yang
digunakan memiliki ukuran
256 × 256 dan 512 × 512
piksel. Sementara itu,
pesan teks digunakan
untuk penyisipan adalah
32, 64, dan 128 karakter.
Metode LSB memiliki
keunggulan dalam kualitas
menyisipkan gambar yang
tidak dapat dibuktikan
dengan mata telanjang.
Untuk membuktikan
kualitas gambar, itu
digunakan alat ukur. Alat
ukur untuk mengukur
kualitas gambar yang baik
adalah dengan
menggunakan PSNR, MSE
dan entropi. Hal ini
dibuktikan dengan nilai
MSE yang jauh di bawah
nilai 1. PSNR nilai > 64 DB .
TIFF dengan nilai warna
merah (R) sebesar
78,233803, hijau (G) dari
77,561240, dan Blue (B)
Namun, dari
kesederhanaan dan
kemudahan LSB ini,
metode ini rentan
terhadap serangan [7].
Dalam mengurangi
kerentanan serangan
terhadap LSB, pesan harus
diamankan sebelum
penyisipan menggunakan
kriptografi.
6. waktu perjalanan < 1 detik dari 75,223503. Entropy
nilai dalam menyisipkan
gambar > 5. TIFF dengan
entropi nilai merah (R)
7,706682, entropi hijau (G)
dari 7,474479 dan entropi
Blue (B) dari 7,752192.
Waktu tempuh yang
diperoleh untuk
menjalankan kedua teknik
adalah < 1 detik. Sehingga
kedua teknik ini dapat
digunakan untuk
melindungi dari pencurian
pesan. Kedua teknik ini
telah terbukti memiliki
hasil gambar yang baik,
algoritma yang sederhana
dan cepat dalam
pengolahan dan memiliki
kemiripan yang tinggi
dengan gambar asli.
7. IMPLEMENTASI
KRIPTOGRAFI
VIGENERE CIPHER
PADA MEDIA TEKS
DENGAN
KOMBINASI
TRANSPOSISI
KOLOM
Daurat Sinaga
Chaerul Umam
Popularitas implementasi
kriptografi pada media teks
masih terus ada sampai saat ini,
hal ini dibuktikan
dengan berbagai penelitian
mengenai penyelesaian kasus
tertentu khususnya pada
berbagai media teks. Salah
satu media yang digunakan
adalah media teks dan pada
penelitian ini, digunakan media
teks sebagai implementasi
kriptografi menggunakan
algoritma vigenere cipher dengan
kombinasi algoritma transposisi
kolom. Dalam penelitian ini
membuktikan bahwa pesan asli
(plaintext) dapat di proses
enkripsi dengan baik
menggunakan kombinasi
algoritma tersebut serta dapat
dikembalikan seperti semua
(didekripsi secara sempurna.
Selain itu, penelitian ini juga
membuktikan apabila salah satu
karakter dari text tersebut
diubah, maka akan mengubah
semua karakter pada pesan yang
terenkripsi (cipherteks). Untuk
menentukan tingkat keamanan
data pesan dengan menggunakan
avalanche effect dengan 5 (lima)
buah percobaan mendapatkan
nilai tertinggi 45,416. Salah satu
komponen dalam avalanche
effect adalah bit flipping atau
dapat disebut juga perubahan bit
dalam suatu proses enkripsi.
Dalam bit flipping ini digunakan
untuk menentukan perubahan
bit sebelum dan sesudah proses
enkripsi berjalan sehingga
mempengaruhi dapat
meningkatkan proses keamanan
dalam proses kriptografi
tersebut.
Vigenere Cipher
Vigenere cipher adalah
salah satu jenis kriptografi
simteris dan dikategorikan
pula sebagai polyalfabet
cipher. Vigenere cipher
mulai diperkenalkan pada
tahun 1586 oleh Blaise de
Vigenere. Sandi vigenere
atau vigenere cipher
mempunyai karakteristik
yang mudah digunakan
dan cocok untuk plainteks
yang panjang .
Penggunaan plainteks
yang panjang dinilai lebih
aman karena kunci akan
berputar sebanyak
plainteks. Vigenere
cipher menggunakan pola
pergeseran. Pada bentuk
aslinya, dapat digunakan
tabel tabula recta atau
dapat pula menggunakan
perhitungan XOR sesuai
pada persamaan (1) untuk
proses enkripsi dan
persamaan (2) untuk
proses dekripsi.
Transposisi kolom
merupakan salah satu jenis
transposisi cipher. Adapun
bentuk lain dari transposisi
cipher yaitu route, ganda,
myzkowsky, dan rail fence.
Transposisi kolom fleksibel
[8] dan dapat digabung
dengan jenis kriptografi
simetris lain misalnya
playfair cipher, hill cipher,
Caesar cipher, shift cipher,
beaufort cipher, autokey
cipher dan vigenere cipher
serta berbagai macam
cipher polialfabet lain.
Transposisi kolom
dapat digunakan dengan
Untuk pengembangan
selanjutnya, kombinasi
yang sudah aman ini
dapat diterapkan pada
media gambar digital
maupun video.
9. KOMBINASI CIPHER
SUBTITUSI
(BEAUFORT DAN
VIGENERE) PADA
CITRA DIGITAL
De Rosal Ignatius
Moses Setiadi
Cahaya Jatmoko
Eko Hari
Rachmawanto
Christy Atika Sari
Riset tentang kriptografi pada
citra terus berkembang. Banyak
metode yang telah diterapkan
pada kriptografi citra. Algoritma
Vigenere merupakan algoritma
yang cukup populer dan masih
dikembangkan sampai
saat ini. Vigenere memiliki
kelebihan dalam komputasi yang
cepat, dan kuat terhadap
serangan. Beaufort cipher
murupakan salah satu turunan
dari algoritma Vigenere yang
menggunakan operator
pengurangan pada kunci.
Penelitian ini mengusulkan
kombinasi algoritma Beaufort
dan Vigenere cipher dengan
menggunakan dua kunci
untuk meningkatkan keamanan.
Metode diusulkan dalam
penelitian ini diimplementasikan
untuk enkripsi pada
citra digital dan diukur dengan
nilai MSE, PSNR dan analisis
histogram. Hasil pengukuran dari
kombinasi kedua
metode ini didapatkan kualitas
enkripsi yang lebih baik
dibandingkan dengan metode
Beaufort atau Vigenere saja.
Penelitian ini mengusulkan
kombinasi algoritma
Vigenere dan Beaufort
cipher yang diterapkan
pada citra
digital. Citra yang diujikan
adalah citra keabuan
dengan ukuran 512*512
dengan format ekstensi tif.
Berdasarkan
hasil percobaan yang
dilakukan mennjukan
bahwa kombinasi kedua
algoritma berhasil
diterapkan untuk enkripsi
citra. Kualitas enkripsi juga
lebih unggul dibandingkan
dengan metode
sebelumnya, dimana
pengukuran kualitas
menggunakan PSNR dan
MSE. Hasil analisis
histogram juga
menunjukan bahwa
histogram yang dihasilkan
memiliki distribusi yang
relatif seragam pada tiap
pikselnya, hal ini
menunjukan bahwa
kualitas enkripsi sangat
baik. Proses dekripsi citra
juga dapat berjalan
dengan sempurna dimana
dibuktikan nilai inf pada
PSNR dan nilai
0 pada MSE.
Ide yang diusulkan pada
penelitian ini adalah
mengkombinasikan
kedua algoritma dengan
kunci ganda agar hasil
enkripsi semakin sulit
untuk didekripsi oleh
pihak yang tidak
Berwenang.
10. PENYISIPAN PESAN
DENGAN
ALGORITMA PIXEL
VALUE
DIFFERENCING
DENGAN
ALGORITMA CAESAR
CIPHER PADA
PROSES
STEGANOGRAFI
Robbi Rahim Steganografi merupakan salah
satu metode yang dapat
digunakan untuk mengamankan
informasi. Steganografi yaitu
menyembunyikan informasi atau
pesan kedalam media lain seperti
citra digital, teks, suara atau
video sehingga tidak
menimbulkan kecurigaan orang
lain. Metode steganografi yang
banyak digunakan saat ini masih
mempunyai kekurangan dalam
hal kualitas, kapasitas, dan
ketahanan. Oleh karena itu
dibutuhkan metode steganografi
lain yang lebih baik lagi, dan
untuk menambah keamanan
pada informasi, steganografi
dapat dikombinasikan dengan
kriptografi. Metode steganografi
yang digunakan yaitu metode
pixel value differencing (PVD).
Metode ini dapat menyisipkan
pesan lebih banyak pada pixel
yang memilik nilai kekontrasan
tinggi. Untuk menambah tingkat
keamanan dari informasi yang
akan disisipkan kedalam citra,
digunakan kriptografi. Teknik
kriptografi yang digunakan yaitu
algoritma caesar cipher. Caesar
cipher merupakan algoritma yang
digunakan sebagai standar
kriptografi. Penelitian yang
dilakukan yaitu
mengkombinasikan steganografi
dengan kriptografi pada citra
digital. Kemudian dilakukan
pengujian terhadap metode
steganografi yang digunakan
untuk mengetahui kapasitas
citra, performansi dari metode
pixel value differencing (PVD),
kualitas citra yang dihasilkan, dan
ketahanan pesan terhadap
manipulasi citra dan steganalysis.
Berdasarkan hasil pengujian
didapat kesimpulan bahwa
dengan menggunakan metode
pixel value differencing (PVD),
kapasitas citra untuk
menyisipkan pesan, lebih kecil
Algoritma Caesar
merupakan jenis algoritma
monoalphabetic yang
menukar huruf dari suatu
kalimat menjadi huruf lain,
pada penelitian ini
algoritma Caesar cipher
digunakan untuk
mengamankan pesan yang
akan disisipkan, berikut
adalah penerapannya
dengan melakukan
enkripsi terhadap pesan.
Hasil ciphertext tersebut
akan di sisipkan kedalam
sebuah file gambar dengan
menggunakan algoritma
pixel value differencing,
Langkah awal yang
dilakukan adalah
mengubah pesan tersebut
menjadi biner.
Tahap selanjutnya yaitu
mengambil nilai pixel dari
suatu citra, diasumsikan
suatu citra dengan nama
tower.bmp, berikut adalah
nilai pixel dari gambar
yang akan disisipkan
pesan, nilai pixel didapat
dengan menggunakan
software matlab. Tahap
selanjutnya yaitu
melakukan proses
ekstraksi menggunakan
metode pixel value
differencing.Proses
berikutnya dilakukan
berulang sampai semua
pixel di ketahui.
metode ini juga masih
mempunyai kekurangan,
karena tidak tahan
terhadap manipulasi dan
pada beberapa citra masih
terdeteksioleh aplikasi
steganalysis.
kedepannya algoritma
yang dikombinasikan
dengan algoritma RSA
ataupun AES serta pada
proses penyisipannya
dikembangkan juga
kombinasi lain sepertiLSB
ataupun patchwork.
11. dari ukuran citranya, waktu
proses pada metode ini cukup
cepat, kualitas citra setelah
disisipi pesan mempunyai
kualitas yang baik.
Mengukur
Kecepatan Enkripsi
dan Dekripsi
Algoritma RSA pada
Pengembangan
Sistem Informasi
Text Security
Desi Wulansari,
Alamsyah, Fajar
Arif Setyawan,
Hendi Susanto
Keamanan dan kerahasiaan data
merupakan hal penting untuk
mencegah penyalahgunaan data.
Sebuah data dapat diamankan
dengan cara melakukan
penyandian terhadap isi data.
Salah satu metode dalam
penyandian data yang masih
populer adalah kriptografi RSA.
Objek penelitian ini adalah
proses implementasi algoritma
kriptografi RSA pada nilai
parameter n dengan ukuran 1024
bit dan 2048 bit. Proses yang
diamati adalah kompleksitas
waktu yang dihasilkan oleh
instruksi enkripsi dan dekripsi.
Tahap-tahap yang dilakukan
adalah studi pendahuluan,
mengumpulkan data,
menganalisis kebutuhan,
pengembangan dan pengujian
sistem informasi serta penarikan
kesimpulan. Hasil pengujian
menyatakan algoritma RSA 1024
bit memiliki rata-rata kecepatan
enkripsi sebesar 352.488 nano
second dan rata-rata kecepatan
dekripsi sebesar 109.347.917
nano second, sedangkan pada
algoritma RSA 2048 bit memiliki
rata-rata kecepatan enkripsi
Pada pengujian pertama,
kunci yang dibangkitkan
sebesar 1024 bit, lalu
langkah selanjutnya
adalah menekan tombol
generate untuk memulai
proses pembangkitan
kunci. Setelah proses
pembangkitan kunci
selesai, hasil kunci yang
diperoleh secara random
ditampilkan pada kolom
Public Key dan Private Key.
Nilai e yang dihasilkan oleh
sistem secara random
sesuai dengan ketentuan e
(1<e< ø(n)) dengan gcd (e,
ø(n)) = 1 adalah e = 3.
Karena ukuran kunci
sebesar 1024 bit maka
jumlah bilangan yang
dibangkitkan cukup
panjang pada nilai p, q dan
n. Nilai kunci p
dibangkitkan sebanyak 154
karakter dalam bilangan
desimal. Nilai kunci q yang
dibangkitkan jumlahnya
tidak berbeda dengan nilai
kunci p yaitu sebanyak 154
karakter. Selanjutnya
sistem memproses langkah
proses dekripsi pesan
membutuhkan waktu
yang cukup lama jika
dibandingkan dengan
proses enkripsi.
12. sebesar 1.772.900 nano second
dan rata-rata kecepatan dekripsi
sebesar 775.282.334 nano
second.
untuk mencari nilai dari
perkalian kedua bilangan
prima p dan bilangan
prima q tersebut dengan
mengalikan hasil dari
keduanya yaitu n = p � q.
Nilai kunci yang dihasilkan
melalui proses
pembangkitan kunci
memiliki jumlah karakter
sebanyak 308 bilangan
desimal. Hal ini
memungkinkan RSA dapat
memenuhi keamanan
karena jumlah digit p dan
q lebih dari 200 karakter
sehingga menyulitkan
penyerang dalam
melakukan faktorisasi
bilangan bulat pada
variabel n [10]. Jumlah
karakter kunci n yaitu
jumlah digit kunci p
ditambah jumlah digit
kunci q. Total ukuran dari
masing-masing nilai kunci
p dan q adalah sebesar 512
bit. Tahap selanjutnya
adalah mengubah pesan
asli menjadi chiperteks
melalui proses enkripsi
dengan menggunakan
kunci publik (n, e). Dalam
proses pengujian, ada 5
buah teks yang digunakan
dengan masing-masing
memiliki ukuran berbeda.
Pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui
kompleksitas waktu
algoritma RSA jika
melakukan proses enkripsi
dan dekripsi pada ukuran n
sebesar 1024 bit.
browse
13. Steganografi pada
Citra Digital dengan
Metode Cat Map
dan Outguess
Bahtera Alam
Wijaksono
Menyisipkan pesan dalam
sebuah gambar atau lebih sering
dikenal dengan istilah
steganografi dimana
pengembangan dari metode
kriptografi yang sudah dikenal
sebelumnya.
Metode dengan steganografi
dapat dikatakan lebih baik
dibandingkan dengan
sebelumnya
kriptografi. Pada penggunan
metode steganografi tidak
sebatas dengan hanya pada satu
metode. Pada beberapa metode
digunakan dalam untuk
mendapatkan gambar stego atau
stego image yang lebih aman,
tidak jauh berbeda dengan
aslinya hingga tidak mudah untuk
di pecahkan atau dicurigai oleh
orang lain yang tidak memiliki
hak akses terhadap file
tersebut. Beberapa metode yang
telah ada, tentunya
masing-masing metode memiliki
kelebihan dan kekurangan.
Metode yang dibandingkan
antara lain metode Least
Significant
Bit (LSB) dan End Of File (EOF).
Kedua metode ini merupakan
metode yang sering
digunakan untuk pengembangan.
LSB adalah metode lama yang
terus menjadi dasar untuk
menciptakan metode-metode
baru lainnya, seperti halnya EOF
yang merupakan
pengembangan dari metode LSB.
Dari beberapa hasil
penggujian yang
menggunakan outguess
menghasilkan file yang
relative lebih kecil
dibandingkan dengan
ukuran images yang
sebenarnya dan hasil
kualitas gambar
yang dihasilkan relative
kurang, sedangkan dengan
mengunakan catmaps
tidak terdapat
perubahan pada hasil
kualitas images akan tetapi
file images tersebut
menjadi lebih besar
dari images aslinya.
Hasil percobaan dengan
menggunakan catmap dan
outguess terdapat
beberapa kelebihandan
kekurangan dimana
kelebihan dengan
menggunakan catmap
gambar yang
dihasilkansesuai
dengan asli dan tidak ada
perubahan akan tetapi
untuk size dan tekture
gambar dihasilkan
terdapat perubahan.
Sedangkan dengan
menggunakan outguess
dimana size yang
dihasilkan
lebih kecil, sedangkan
secara kualitas gambar
yang dihasilkan juga ikut
menurun dan pada
grafik tekture yang
dihasilkan juga mengalami
perubahan.