Dokumen tersebut membahas berbagai aspek pencegahan penyakit, mulai dari definisi pencegahan, tingkatan pencegahan (primordial, primer, sekunder, tersier), tujuan dan bentuk pencegahan, hingga kontrol dan pemantauan penyakit. Secara garis besar, dokumen ini menjelaskan bahwa pencegahan penyakit bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mengidentifikasi faktor risiko penyakit dan melakukan
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
tugas prevensi epidemiologi_Nabila Rizkika.ppt
1.
2. Definisi
Pencegahan dapat diartikan mengambil tindakan terlebih
dahulu sebelum kejadian.
Langkah pencegahan tersebut haruslah didasarkan pada data
atau keterangan yang bersumber dari hasil analisi
epidemiologi atau pengamatan atau penelitian epidemiologi.
3. Prevensi secara etimologi berasal dari Bahasa
latin, praevenire, yang artinya datang sebelum atau antisipasi,
atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu.
Secara luas prevensi dapat diartikan sebagai upaya secara
sengaja yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
ganggguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau
masyarakat.
4. Upaya preventif/pencegahan adalah sebuah usaha yang
dilakukan dengan tujuan untuk memberantas, menghilangkan
atau meminimalkan dampak penyakit dan kecacatan atau
memperlambat kemajuan penyakit dan kecacatan.
5. Faktor Keberhasilan Upaya Pencegahan
Pengetahuan tentang penyebab penyakit
Dinamika penjalaran penularan
Identifikasi faktor risiko dan kelompok risiko
Ketersediaan profilaksis atau pendeteksian awal
Adanya organisasi untuk menerapan tindakan
tersebut pada orang atau kelompok yang tepat
Evaluasi berkelanjutan dan pengembangan
prosedur yang diterapkan
6. Menurut Leavel dan Clark terdapat tingkatan dalam proses pencegahan
terhadap timbulnya suatu penyakit
Fase sebelum sakit
• Pencegahan pada fase pre-pathogenesis dilakukan
melalui upaya promotif dan preventif (primordial dan
primary prevention)
Fase selama proses sakit
• Pada fase pathogenesis dilakukan upaya kuratif dan
rehabilitatif (secondary dan tertiary prevention)
7. Fase Pre-Pathogenesis Fase Pathogenesis
Pencegahan Primer
Pencegahan
Sekunder
Pencegahan Tersier
Promosi
kesehatan
Perlindungan
umum dan
spesifik
Diagnosis awal
dan perawatan
tepat waktu
Pembatasan
ketidakmampuan
Rehabilitasi
8. Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Yang
Dapat Di Cegah
Faktor biologis dan perilaku
Faktor lingkungan
Faktor imunologis
Faktor gizi
Faktor genetik
Faktor sosial dan spiritual
9. Empat Tingkat Upaya Pencegahan Penyakit
Pencegahan Tingkat Awal
(Primordial Prevention)
Pencegahan Tingkat Primer
(Primary Prevention)
Pencegahan Tingkat Sekunder
(Secondary Prevention)
Pencegahan Tingkat Tersier
(Tertiary Prevention)
10. Tingkat Pencegahan dan Kelompok
Targetnya Menurut Fase Penyakit
Tingkat Pencegahan Fase Penyakit Kelompok Target
Primordial Kondisi normal
kesehatan
Populasi total dan
kelompok terpilih
Primary Keterpaparan faktor
penyebab khusus
Populasi total dan
kelompok terpilih
dan indvidu sehat
Secondary Fase patogenisitas
awal Pasien
Tertiary
Fase lanjut penyakit
(pengobatan dan
rehabilitasi)
Pasien
11. Hubungan Kedudukan Riwayat Perjalanan
Penyakit, Tingkatan Pencegahan Dan
Upaya Pencegahan
Riwayat Penyakit Tingkat Pencegahan Upaya Pencegahan
Pre-patogenesis
Primordial Prevention
dan Primary
Prevention
Underlying Condition
Health Promotion
Spesific Protection
Patogenesis
Secondary Prevention
Early Diagnosis and
Prompt Treatment
Disability Limitation
Tertiary Prevention Rehabilitation
12. Primordial Prevention
Pencegahan tingkat awal (primordial prevention) adalah
usaha memelihara dan mempertahankan kebiasaan atau pola
hidup yang sudah ada dalam masyarakat yang dapat
menghambat timbulnya faktor risiko atau mempertahankan
keadaan risiko rendah dalam masyarakat terhadap penyakit
13. Prinsip upaya pencegahan primordial
• Memelihara dan mempertahankan gaya hidup yang sudah
ada dan benar dalam masyarakat, agar dapat mencegah
meningkatnya resiko terhadap penyakit tertentu.
• Mencegah timbulnya kebiasaan baru dalam masyarakat
atau mencegah generasi yang sedang tumbuh untuk tidak
meniru atau melakukan kebiasaan hidup yang dapat
menimbulkan resiko terhadap berbagai penyakit.
• Melakukan modifikasi, penyesuaian terhadap resiko yang
ada atau berlangsung dalam masyarakat.
14. Misalnya, banyak masalah kesehatan orang dewasa (obesitas,
hipertensi) memiliki asal usulnya di masa kanak-kanak, karena
ini adalah masa ketika gaya hidup terbentuk (misalnya,
merokok, pola makan, latihan fisik).
Dalam pencegahan primordial, upaya diarahkan untuk
mencegah anak-anak dari mengadopsi gaya hidup yang
berbahaya
15. Primary Prevention
Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) merupakan
suatu upaya pencegahan penyakit melalui usaha mengatasi
atau mengontrol faktor-faktor risiko (risk factors) dengan
sasaran utamanya orang sehat melalui promosi kesehatan
dan usaha pencegahan khusus terhadap penyakit tertentu
16. • Penyuluhan kesehatan
• Modifikasi lingkungan
• Intervensi nutrisi
• Perubahan gaya hidup dan perilaku
Promosi Kesehatan
• Imunisasi dan seroprofilaksis
• Chemoprofilaksis
• Penggunaan nutrisi atau suplemen
tertentu
• Perlindungan terhadap bahaya kerja
• Keamanan obat-obatan dan makanan
• Mengendalikan bahaya lingkungan
(contoh: polusi udara)
Perlingdungan Khusus
Primary Prevention
17. Secondary Prevention
Pencegahan sekunder (secondary prevention) didefinisikan
sebagai tindakan mencegah meluasnya penyakit atau
terjadinya wabah pada penyakit menular dan untuk
menghentikan proses penyakit lebih lanjut, serta mencegah
komplikasi.
18. – Pencegahan ini sekurang-kurangnya dapat menghambat
atau memperlambat progresifitas penyakit, mencegah
komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecacatan.
– Dengan demikian melindungi orang lain dalam komunitas
dari memperoleh infeksi dan demikian memberikan
pencegahan sekunder untuk orang yang terinfeksi dan
pencegahan primer untuk kontak potensial mereka.
19. – Bentuk utama pencegahan tingkat kedua adalah deteksi
dini/early diagnosis.
– WHO Expert Committee pada tahun 1973 mendefinisikan
deteksi dini sebagai “deteksi gangguan mekanisme
homoeostatik dan kompensasi sementara perubahan
biokimia,morfologis, dan fungsional masih dapat
dikembalikan”
20. Semakin dini penyakit didiagnosis, dan dirawat semakin baik
untuk prognosis kasus dan dalam pencegahan terjadinya
kasus sekunder lainnya.
Deteksi penyakit secara dini dapat dilakukan dengan cara :
• Penyaringan,
• Pengamatan epidemiologis,
• Survei epidemiologis, dan
• Memberi pelayanan kesehatan sebaik-baiknya pada
sarana pelayanan umum atau praktek dokter swasta.
21. Tertiary Prevention
• Pencegahan tingkat ketiga dilakukan ketika proses penyakit
sudah melampaui tahap awal.
• Upaya pemulihan masyarakat yang setelah sembuh dari
sakit dan mengalami kecacatan untuk mencegah
bertambah beratnya penyakit atau mencegah terjadinya
kecacatan lebih lanjut melalui aspek medis, dan social.
• Intervensi yang harus dilakukan dalam tahap pencegahan
tersier adalah pembatasan disabilitas, dan rehabilitasi.
22. – Impairment /kerusakan adalah setiap kehilangan atau
kelainan struktur atau fungsi baik psikologis, fisiologis,
maupun anatomi
– Disability/kecacatan adalah segala batasan atau
berkurangnya kemampuan untuk melakukan suatu kegiatan
dengan cara atau dalam kisaran yang dianggap normal bagi
manusia.
23. – Handicap diistilahkan sebagai “kerugian bagi individu yang
diberikan, akibat dari gangguan atau kecacatan, yang
membatasi atau mencegah pemenuhan peran dalam
komunitas yang normal (tergantung pada faktor usia, jenis
kelamin, dan sosial dan budaya) untuk individu tersebut
24. – Rehabilitasi adalah "penggunaan tindakan medis,
sosial, pendidikan, dan kejuruan secara gabungan dan
terkoordinasi untuk melatih dan melatih kembali
individu ke tingkat kemampuan fungsional setinggi
mungkin.“
– Rehabilitasi merupakan usaha pengembalian fungsi
fisik, psikologis dan sosial seoptimal mungkin yang
meliputi rehabilitasi fisik atau medis, rehabilitasi
mental, dan rehabilitasi sosial, sehingga setiap
individu dapat menjadi anggota masyarakat yang
produktif dan berdaya guna
26. Kontrol
Kontrol adalah istilah pengendalian penyakit menggambarkan
operasi yang sedang berlangsung yang bertujuan untuk
mengurangi:
• Insiden penyakit
• Lamanya penyakit dan akibatnya risiko penularan
• Efek infeksi, termasuk komplikasi fisik dan psikososial
• Beban keuangan untuk masyarakat.
Aktivitas kontrol fokus pada pencegahan primer atau
pencegahan sekunder, tetapi sebagian besar program
menggabungkan keduanya.
27. Eliminasi Penyakit (Disease Elimination)
Antara kontrol dan pemberantasan, terdapat tujuan
menengah yang yang disebut "eliminasi regional"
Istilah "eliminasi" digunakan untuk menggambarkan
gangguan penularan penyakit, seperti misalnya, penghapusan
campak, polio dan difteri dari wilayah geografis yang luas
atau daerah
Eliminasi regional sekarang dipandang sebagai prekursor
penting pemberantasan
28. Pemberantasan Penyakit (Disease Eradication)
Eradikasi secara harfiah berarti "mencabut dari akar".
Eradikasi merupakan proses pengakhiran semua penularan
infeksi oleh pemusnahan agen infeksi melalui pengawasan
dan penahanan.
Eradikasi adalah proses mutlak, fenomena "semua atau tidak
ada", terbatas pada penghentian infeksi dari seluruh dunia.
Ini menyiratkan bahwa penyakit tidak akan lagi terjadi dalam
suatu populasi.
Hingga saat ini, hanya satu penyakit yang telah diberantas,
yaitu cacar.
29. Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan adalah kinerja dan analisis pengukuran rutin
yang bertujuan mendeteksi perubahan dalam lingkungan
atau status kesehatan populasi.
Ini juga mengacu pada pengukuran kinerja layanan kesehatan
yang sedang berlangsung atau profesional kesehatan, atau
sejauh mana pasien mematuhi atau mematuhi saran dari
profesional kesehatan.
30. Surveilans
Pengawasan berarti mengawasi dengan penuh perhatian,
wewenang, dan seringkali dengan kecurigaan.
Pengawasan didefinisikan sebagai pengawasan terus menerus
(inspeksi) dari faktor-faktor yang menentukan terjadinya dan
distribusi penyakit dan kondisi kesehatan buruk lainnya.
31. Tujuan Surveilans
untuk memberikan informasi tentang tren baru dan
perubahan dalam status kesehatan suatu populasi, mis.,
morbiditas, mortalitas, status gizi atau indikator lain dan
bahaya lingkungan, praktik kesehatan dan faktor-faktor lain
yang dapat memengaruhi kesehatan
untuk memberikan umpan balik yang mungkin diharapkan
untuk mengubah kebijakan dan sistem itu sendiri dan
mengarah pada redefinisi tujuan, dan
memberikan peringatan tepat waktu dari bencana kesehatan
masyarakat sehingga intervensi dapat dimobilisasi.
32. Evaluasi Kontrol
Evaluasi adalah proses di mana hasil dibandingkan dengan tujuan
yang dimaksudkan, atau lebih sederhana penilaian seberapa baik
kinerja suatu program.
Evaluasi harus selalu dipertimbangkan selama tahap perencanaan
dan implementasi suatu program atau kegiatan.
Evaluasi mungkin penting dalam mengidentifikasi manfaat kesehatan
yang didapat (dampak pada morbiditas, mortalitas, sekuele,
kepuasan pasien).
Evaluasi dapat bermanfaat dalam mengidentifikasi kesulitan kinerja.
Studi evaluasi juga dapat dilakukan untuk menghasilkan informasi
untuk tujuan lain, mis., Untuk menarik perhatian pada masalah,
perluasan kegiatan kontrol, pelatihan dan pasien
33. Kesimpulan
Tujuan kedokteran adalah untuk meningkatkan kesehatan,
menjaga kesehatan, memulihkan kesehatan ketika mengalami
gangguan, dan untuk meminimalkan penderitaan dan kesusahan.
Tujuan-tujuan ini terkandung dalam kata "pencegahan"
Pencegahan yang berhasil tergantung pada pengetahuan tentang
sebab-akibat, dinamika penularan, identifikasi faktor risiko dan
kelompok risiko, ketersediaan tindakan pencegahan dan deteksi
dini atau tindakan pengobatan, sebuah organisasi untuk
menerapkan langkah-langkah ini kepada orang atau kelompok
yang tepat, dan evaluasi dan pengembangan berkelanjutan dari
prosedur diterapkan