Tradisi sembahyang kubur merupakan tradisi penting bagi masyarakat Tionghoa untuk menghormati leluhur. Sayangnya, tradisi ini mulai dilupakan akibat berkurangnya lahan pemakaman dan pengetahuan tentang prosedur upacara. Upaya pelestarian meliputi peningkatan pengetahuan tentang leluhur dan prosedur upacara serta pelestarian lahan pemakaman.
1. 1
PENDAHULUAN
Tradisi dan budaya merupakan beberapa hal yang menjadi sumber dari
akhlak dan budi pekerti. Tradisi merupakan suatu gambaran sikap dan perilaku
manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilakukan secara turun-
temurun dimulai dari nenek moyang.
Secara formal, budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan,
pengalaman, kepercayaan, nilai sikap, makna, hirarki agama, waktu, peranan,
hubungan ruang, konsep alam semesta, obyek-obyek materi dan milik yang
diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha
individu dan kelompok.
Di Indonesia sendiri terdapat berbagai macam tradisi dan budaya. Suku dan
ras yang berbeda juga dapat menciptakan tradisi dan budaya yang berbeda.
Misalnya suku melayu memiliki budaya yang berbeda dengan suku tionghoa.
Salah satu contoh budaya suku tionghua adalah sembahyang kubur.
Sembahyang kubur merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada
leluhur dan sebagai moment untuk memohon doa agar anak cucu yang hidup di
dunia ini diberi kehidupan yang lebih baik dan bahagia. Selain itu sembahyang
kubur juga merupakan kesempatan untuk melimpahkan jasa–jasa kebajikan
kepada arwah leluhur agar tenang di alam baka. Moment ini juga menjadi ajang
pertemuan antar keluarga yang mengharukan.
Namun, seiring berjalannya waktu dan perubahan zaman, tradisi dan budaya
sembahyang kubur tersebut mulai dilupakan dan tidak di jalankan lagi di kalangan
masyarakat tionghua.Tentunya ada faktor-faktor yang menyebabkan mulainya di
lupakan tradisi sembahyang kubur ini.
Padahal, pada kenyataanya, sembahyang kubur ini merupakan tradisi yang
bagus, karena dengan adanya tradisi sembahyang kubur ini, memberikan
kesempatan bagi seorang anak berbakti pada orang tuanya, walaupun orang
tuanya sudah tiada.
2. 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Tujuan dari Sembahyang Kubur (Qing Ming)
Sembahyang kubur merupakan suatu tradisi suku tionghua yang di lakukan
secara turun-temurun, dimana tradisi ini dilakukan tepat pada bulan 4 kalender
lunar. Sembahyang kubur dianggap sebagai suatu tradisi yang bermakna bagi
suku tionghua. Karena dengan adanya tradisi sembahyang kubur ini, memberikan
kesempatan bagi warga suku tionghua untuk berbakti, menghormati dan
menghargai para leluhurnya.
Biasanya pada saat melakukan sembahyang kubur, anak cucu dari leluhur
tersebut akan membawa semua perlengkapan untuk sembahyang kubur seperti
baju, sepatu, topi, uang-uangan, kapal, pesawat, kotak uang, sepeda, rumah-
rumahan, sampai perabot rumah tangga yang terbuat dari kertas karton.
Kemudian semua perlengkapan yang di buat dari kertas karton tersebut di
bakar. Maksud di bakarnya semua perlengkapan sembahyang kubur adalah
pertanda bahwa kita mempersembahkan baju, sepatu, topi, uang-uangan, kapal,
pesawat, kotak uang, sepeda, rumah-rumahan, danperabot rumah tangga kepada
leluhur dan berharap semua perlengkapan tersebut bisa di pakai oleh leluhur di
alam baka.
Sembahyang kubur adalah tradisi penting bagi masyarakat tionghoa, karena
pada masa inilah seluruh anggota keluarga berkumpul bersama menghormat dan
memperingati leluhur mereka masing-masing.
B. Sejarah Tradisi Sembahyang Kubur
Diceritakan pada zaman Dinasti Ming ada seorang anak bernama Cu Guan
Ciong (Zhu Yuan Zhang, pendiri Dinasti Ming) yang berasal dari sebuah keluarga
yang sangat miskin. Dalam membesarkan dan mendidik Cu Guan Ciong,
orangtuanya meminta bantuan kepada sebuah kuil.
Semakin dewasa, karma Cu Guan Ciong semakin baik. Sehingga ketika
dewasa, Beliau menjadi seorang kaisar. Setelah menjadi kaisar, Cu Guan Ciong
kembali ke desa untuk menjumpai orangtuanya. Sesampainya di desa ternyata
orangtuanya telah meninggal dunia dan tidak diketahui keberadaan makamnya.
3. 3
Kemudian untuk mengetahui keberadaan makam orangtuanya, sebagai
seorang kaisar, Cu Guan Ciong memberi tintah kepada seluruh rakyatnya untuk
melakukan ziarah dan membersihkan makam leluhur mereka masing-masing pada
hari yang telah ditentukan (5 April). Selain itu, diperintahkan juga untuk
memberikan tanda kertas kuning di atas makam-makam tersebut.
Setelah semua rakyat selesai berizarah, kaisar memeriksa makam-makam
yang ada di desa dan menemukan makam-makam yang belum dibesihkan serta
tidak diberi tanda. Kemudian kaisar menziarahi makam-makam tersebut dengan
berasumsi bahawa di antara makam-makam tersebut pastilah merupakan makam
orangtua, sanak keluarga, dan leluhurnya. Hal ini kemudian dijadikan tradisi
untuk setiap tahunnya.
Bakti kepada orang tua adalah dasar dari segala perbuatan. Yang paling
utama adalah bakti saat orang tua masih hidup yaitu dengan berusaha membalas
jerih payah mereka membersearkan kita. Saat orang tua telah meninggal dunia,
kita mengenang dan mengingat kembali budi-budi mereka dan sekuat tenaga
membalasanya.
C. Tata Cara Tradisi Sembahyang Kubur
Adapun tata cara untuk melakukan sembahyang kubur yaitu sebagai berikut:
1. Persiapkan semua perlengkapan yang akan dibawa ke kuburan. Contohnya
dupa, lilin, kertas kubur(warna-warni) kue, buah-buahan, kertas
sembahyang(warna kuning keemasan), lem dan baju, sepatu, topi, uang-
uangan, kapal, pesawat, kotak uang, sepeda, rumah-rumahan, sampai perabot
rumah tangga yang terbuat dari kertas karton.
2. Setelah selesai mempersiapkan perlengkapan, kemudian pergi ke kuburan.
3. Setelah sampai di kuburan, hal pertama yang dilakukan adalah membersihkan
kuburan. Misalnya mencabut rumbut yang tumbuh di atas kuburan dan
menyapu debu-debu yang ada di sekitar kuburan.
4. Setelah selesai pembersihan kuburan, semua perlengkapan (kecuali lem) ditata
dengan rapi di depan kuburan. Kemudian nyalakan lilin, setelah itu bakar dupa
4. 4
dengan lilin. Kemudian, bersembahyanglah kepada leluhur kita secara
bergantian.
5. Setelah selesai melakukan sembahyang, selanjutnya adalah pembakaran kertas
sembahyang dan baju, sepatu, topi, uang-uangan, kapal, pesawat, kotak uang,
sepeda, rumah-rumahan, perabot rumah tangga yang terbuat dari kertas karton.
6. Setelah itu, menempelkan kertas kubur di atas kuburan dengan menggunakan
lem.
7. Setelah selesai menempel, kue dan buah-buahan yang disembahyangkan tadi
dibawa pulang ke rumah.
D. Faktor Penyebab Dilupakannya Tradisi Sembahyang Kubur
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan tradisi sembahyang kubur
mulai dilupakan, yaitu :
1. Kurangnya lahan penguburan
Dikarenakan perkembangan zaman, membuat kota semakin maju sehingga
lahan-lahan kosong pun banyak di gunakan untuk membangun perumahan dan
perusahaan-perusahaan. Untuk itu, lahan yang digunakan untuk mengubur
jenazah semakin sedikit. Dan akhirnya memakai cara membakar jenazah,
sehingga tidak ada kuburan untuk si jenazah dan para anak cucu dari jenazah
tersebut tidak dapat melakukan sembahyang kubur.
5. 5
2. Kurangnya pengenalan terhadap leluhur yang lebih dulu
Karena khilafnya orang tua memperkenalkan leluhur yang lebih dulu kepada
anak cucu sehingga membuat mereka tidak mengenal siapa leluhur sendiri dan
tidak melakukan sembahyang kubur pada leluhur yang lebih dulu.
3. Kurangnya pengetahuan tentang prosedur melakukan sembahyang kubur
Minimnya pengetahuan tentang prosedur melakukan sembahyang kubur
membuat anak cucu enggan dan malu untuk melakukan sembahyang kubur.
4. Kurangnya kesadaran diri untuk melakukan sembahyang kubur
Setiap Agama mengajarkan kepada umatnya untuk berbakti pada orang tua.
Seorang anak yang kurang mendapatkan pendidikan agama, akan minim sekali
kesadaran anak tersebut untuk melakukan sembahyang kubur.
E. Upaya yang Harus Dilakukan Untuk Melestarikan Tradisi Sembahyang
Kubur
Adapun beberapa upaya yang bisa kita lakukan untuk melestarikan
sembahyang kubur, yaitu :
1. Orang tua harus memberikan informasi dan pengenalan tentang leluhur kepada
anak cucu mereka, sehingga anak cucu tahu mana kuburan yang akan di
sembahyangkan.
2. Anak cucu di usahakan untuk ikut orang tuanya melakukan sembahyang kubur,
sehingga bertambah pengetahuan anak cucu cara untuk melakukan
sembahyang kubur.
3. Pemerintah membatasi lahan-lahan kosong untuk pembangunan perumahan,
perusahaaan dan memberikan sedikit lahan kosong untuk tempat penguburan.
4. Mempelajari Agama dengan baik, sehingga kesadaran diri untuk berbakti pada
orang tua bisa bertambah.
6. 6
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan sebagai berikut :
1. Sembahyang kubur adalah tradisi penting bagi masyarakat tionghoa, karena
pada masa inilah seluruh anggota keluarga berkumpul bersama menghormat
dan memperingati leluhur mereka.
2. Tradisi sembahyang kubur haeus dilakukan sesuai dengan prosedur atau tata
caranya.
3. Faktor secara umum penyebab di lupakan sembahyang kubur adalah kurangnya
lahan penguburan, kurangnya pengenalan terhadap leluhur yang lebih dulu,
kurangnya pengetahuan tentang prosedur melakukan sembahyang kubur, dan
kurangnya kesadaran diri untuk melakukan sembahyang kubur.
4. Upaya yang bisa kita lakukan untuk melestarikan sembahyang kubur secara
umum adalah mencari tahu dan mengenal leluhur yang lebih dulu,
menyediakan lahan penguburan, menambah wawasan tentang prosedur
melakukan sembahyang kubur dan mempelajari agama dengan baik.
7. 7
DAFTAR PUSTAKA
Widya Wong, Sembahyang Kubur, 2011,
(http://yinnihuaren.blogspot.com/2011/08/ritual-sembahyang-kuburan-
warga.html)
Pria Bertopeng Hitam, Asal Mula Cheng Beng (Sembahyang Kubur),
2011,
(http://cerita2rakyat.blogspot.com/2011/03/cerita-rakyat-asal-mula-cheng-
beng.html)
Remedial is sucks!, Pengertian Tradisi Dan Budaya, 2008,
(http://cari-disini-aja.blogspot.com/2008/12/tradisi-dan-budaya-sebagai-
sumber.html)
8. 8
TRADISI SEMBAHYANG KUBUR SEBAGAI BUDAYA
BAGI WARGA SUKU TIONGHUA
(Karangan esai ini dibuat untuk diikutkan dalam lomba penulisan esai kebudayaan
antarpelajar yang diselenggarakan oleh BPSNT Tanjungpinang tahun 2012)
Oleh,
JULY SARTIKA
NISN 9952382346
SMA NEGERI 1 BENGKALIS
9. 9
KECAMATAN BENGKALIS
KABUPATEN BENGKALIS RIAU
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
karunia-Nya, penulis diberikan kesempatan untuk menyelesaikan essay ini.
Essay ini penulis beri judul “Tradisi Sembahyang Kubur Sebagai Budaya
Bagi Warga Suku Tionghua”. Essay ini dibuat dengan tujuan mengikuti penulisan
karangan essay dengan tema “Aku dan Tradisi” yang dilaksanakan BPSNT
Tanjung Pinang
Selesainya makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada semua pihak.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis meminta saran dan kritikan dari para
pembaca.
Bengkalis, Maret 2012
Penulis
10. 10
DATA DIRI
Nama : JULY SARTIKA
NISN : 9952382346
Tempat/Tgl. Lahir : Bengkalis, 13 Juli 1995
Kelas : XI IPA 2
No. Hp : 081992848542
E-mail : Juli_shartica_lee@yahoo.com
Asal Sekolah : SMAN 1 Bengkalis
Alamat Sekolah : Jl. A. Yani Bengkalis
Telp. Sekolah : (0766) 21093
i
11. 11
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
PENDAHULUAN.................................................................................. 1
PEMBAHASAN .................................................................................... 2
A. Pengertian Dan Tujuan Dari Sembahyang Kubur................. 2
B. Sejarah Dari Sembahyang Kubur.......................................... 2
C. Tata Cara Melakukan Sembahyang Kubur............................. 3
D. Faktor Penyebab Dilupakannya Sembahyang Kubur............. 4
E. Upaya Yang Dilakukan Untuk Melestarikan Sembahyang
Kubur..................................................................................... 5
PENUTUP.............................................................................................. 6
Kesimpulan ................................................................................. 6