Festival Gandrung Sewu menampilkan pertunjukan tari kolosal oleh seribu penari Tari Gandrung khas Banyuwangi. Festival ini diselenggarakan di Pantai Boom pada tahun 2021, menampilkan berbagai episode sejarah Blambangan seperti Gandrung Sewu, Paju Gandrung, dan Seblang Subuh dengan gerakan indah dan alunan musik tradisional. Tujuannya adalah melestarikan warisan budaya leluhur Osing.
Kebijakan Pemerintahan Kependudukan Jepang di Bidang KemiliteranAryansa Dewi
KEBIJAKAN PEMERINTAHAN KEPENDUDUKAN JEPANG DI BIDANG KEMILITERAN
-Dikutip dari berbagai sumber di Internet-
HANYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH UNTUK MEMENUHI TUGAS BELAJAR, KRITIK & SARAN SANGAT KAMI BUTUHKAN AGAR DAPAT MENJADI LEBIH BAIK KEDEPANNYA. SEKIAN DAN TERIMAKASIH,
Kebijakan Pemerintahan Kependudukan Jepang di Bidang KemiliteranAryansa Dewi
KEBIJAKAN PEMERINTAHAN KEPENDUDUKAN JEPANG DI BIDANG KEMILITERAN
-Dikutip dari berbagai sumber di Internet-
HANYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH UNTUK MEMENUHI TUGAS BELAJAR, KRITIK & SARAN SANGAT KAMI BUTUHKAN AGAR DAPAT MENJADI LEBIH BAIK KEDEPANNYA. SEKIAN DAN TERIMAKASIH,
Ijen Tour from Banyuwangi is suitable for you who stay in Banyuwangi or just arrived in Banyuwangi from Bali by Ferry or from Malang/Surabaya/Yogyakarta by train. Ijen tour from Banyuwangi is chosen by tourists
pergi explore selat bali dengan tour ke Pulau Menjangan dan Tabuhan hingga berburu blue fire dengan trip Kawah Ijen di malam hari. Jadikan moment liburan kamu menyenangkan
Ijen dan Baluran adalah dua destinasi favorit di Banyuwangi, kabar baiknya dua destinasi tersebut kini bisa dikunjungi dalam satu perjalanan Tour Kawah Ijen & Baluran dari Yukbanyuwangi.
kini Kawah Ijen telah dibuka dan saatnya liburan ke Kawah Ijen dengan Open Trip Kawah Ijen. Tur ini adalah pilihan termurah untuk mengunjungi Kawah Ijen dan melihat fenomena api biru.
Ijen menjadi tujuan wisatawan dari seluruh penjuru dunia
karena lansekapnya yang mempesona dan tentu saja fenomena Blue Fire yang konon hanya terdapat di dua tempat di seluruh dunia.
Nikmati paket hemat liburan ke Banyuwangi 3 Hari 2 Malam, dengan paket Open trip Banyuwangi. Mulai dari menjelajah rindangnya hutan djawatan, bermain pasir pantai yang putih di ujung Banyuwangi selatan, jelajah keindahan taman laut Menjangan hingga ditutup dengan kegiatan berburu api biru di kawah ijen.
Habiskan hari yang menyenangkan selama 3 hari 2 malam bersama spesialisnya dengan paket tour Banyuwangi. Tour ini akan mengajak Anda melihat keindahan bawah laut di Pulau Menjangan, menjelajahi Baluran dan Gunung Ijen.
Taman Nasional Alas Purwo destinasi wisata yang wajib kalian kunjungi karena memiliki daya tarik yang sangat cantik sekaligus menjadi rumah berbagai macam flora dan fauna
1. Tari Gandrung : Sejarah Dan
Festival Pagelaran Gandrung
Sewu
Salah satu ikon Banyuwangi adalah Tari Gandrung, sebuah tarian yang selalu dilakukan oleh
masyarakat Banyuwangi untuk menyambut acara pernikahan, musim panen raya, atau
khitanan. Tarian ini terbilang menarik, karena para penari menampilkan performanya dengan
iringan perkawinan dua budaya, yaitu musik khas Jawa dan Bali.
Kamu juga wajib tahu bahwa Tari Gandrung merupakan kebanggaan masyarakat
Banyuwangi. Sebagai peninggalan Suku Osing, suku asli Banyuwangi, melakukan tarian ini
harus ada pasangannya, yaitu laki-laki dan perempuan. Penari perempuan dikenal sebagai
penari gandrung, sedangkan penari laki-laki adalah paju atau pemaju.
Kalau kamu penasaran tentang semua hal yang berhubungan dengan Tari Gandrung, kamu
bisa menyimak semua informasi berikut. Ini adalah ulasan lengkap tentang sejarah Tari
Gandrung, karakteristik, hingga bentuk pelestariannya dalam festival.
2. Sejarah Tari Gandrung
Gandrung Marsan menjadi cikal bakal tari gandrung yang populer hingga saat ini.
Tarian ini sebelumnya dibawakan para lelaki yang berdandan ala perempuan.
Berkembangnya Islam di Blambangan menjadi salah satu faktor mengapa tari Gandrung
tidak lagi dibawakan oleh para pria yang berdandan ala wanita. Gandrung Lanang mulai
hilang kaerna adanya falsafah Islam menyebutkan laki-laki berdandan seperti wanita adalah
hal tabu. Zaman Gandrung Lanang juga terhenti setelah penari terakhir, Marsan meninggal
dunia. Awalnya, Gandrung hanya boleh ditarikan khusus bagi para keturunan penari
sebelumnya.
Sejarah bermula pada tahun 1895, menceritakan seorang anak kecil yang masih berumur 10
tahun, namanya adalah Semi. Dari cerita tersebut, Semi harus menghadapi cobaan berat
yaitu mengidap penyakit sangat parah. Orangtuanya sudah melakukan berbagai cara,
termasuk pergi ke dukun untuk menyembuhkan putrinya. Namun, upaya tersebut tidak
kunjung berhasil.
Suatu ketika, sang Ibu yaitu Mak Midhah bernazar bahwa kalau putrinya sembuh, maka ia
akan menjadikannya Seblang. Akan tetapi, kalau tidak sembuh, ia menarik ucapannya.
Setelah adanya nadzar tersebut, Semi menjadi sembuh sekaligus menjadikannya sebagai
Seblang. Darisinilah adanya babak baru, tarian tersebut akhirnya dimainkan oleh seorang
perempuan.
Tradisi pun dimulai dengan Gandrung dimainkan oleh Semi, kemudian anak-anak
perempuan lainnya ikut jejak Semi. Darisinilah nama depan Gandrung pun mulai terkenal.
3. Kesenian ini berkembang hingga terdengar se-antero Banyuwangi, sekaligus menjadi ciri
khas kota tersebut. Pada awal tahun 1970-an, muncul begitu banyak gadis muda, tidak
keturunan gandrung mulai belajar tarian tersebut dan menjadikannya sumber mata
pencaharian.
Makna Tari Gandrung
Tarian Gandrung merupakan tari khas Banyuwangi yang mempunyai makna atau arti khusus
ketika dimainkan. Tarian ini lebih dari sekedar tarian untuk merayakan panen raya. Tetapi
juga untuk mengucapkan rasa syukur bagi masyarakat terhadap apa yang sudah mereka
peroleh.
Kata Gandrung juga berarti tergila-gila, atau terpesona. Makna tersebut ditujukan hanya
kepada Dewi Sri, Dewi Padi yang telah memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Itulah
mengapa tarian ini dilakukan pasca panen besar-besaran, sebagai tanda rasa berterimakasih
dan bergembira kepada Dewi Sri. Akan tetapi, kini tarian tersebut terus berkembang yang
akhirnya menjadi sebuah seni hiburan bagi masyarakat sekitar.
Saat ini, tarian tersebut bisa dipertontonkan saat acara pernikahan, khitanan, atau lainnya.
Tetapi, ada beberapa karakteristik yang harus dipenuhi dalam pertunjukan tarian tersebut.
Karakteristik Tarian
Ada beberapa karakteristik dari tarian khas Banyuwangi ini, sebagaimana berikut:
4. 1. Tata Busana
Busana para penari Gandrung yang indah dengan perpaduan warna mencolok, untuk menarik minat
penonton.
Tata busana bagi penari Gandrung terbilang khas, menunjukkan bahwa busananya sangat
berbeda dengan tata busana bagian Jawa. Hal ini karena masih terdapat pengaruh Bali yang
muncul, yaitu dari pengaruh Kerajaan Blambangan.
Busana pada bagian tubuh para penari adalah baju dari bahan beludru hitam, kemudian
tampak ornamen kuning emas sebagai hiasan. Selain itu, ada manik-manik tampak mengkilat
dengan bentuk menyerupai leher botol, melilit leher sampai ke dada. Sementara pada bagian
pundak, dan setengah punggungnya tampak terbuka.
Pada bagian leher, baju busana penari terdapat ilat-ilatan samppai menutup dada, fungsinya
adalah penghias bagian atas. Sedangkan bagian lengan tampak hiasan masing-masing kelat
bahu satu buah, serta pada bagian pinggang terdapat ikat pinggang dan sembong kain
berwarna-warni untuk hiasan. Seluruh bagian hiasan tersebut juga dilengkapi selendang
pada bagian bahu.
5. 2. Hiasan Kepala
Mahkota para penari Gandrung yaitu Omprok, memiliki ornamen yang khas.
Kepala penari juga mempunyai hiasan, dengan desain mahkota yang biasanya disebut
dengan omprok berbahan kulit kerbau yang sudah dibersihkan dengan ornamen emas dan
merah. Terdapat ornamen Putra Bima, seorang tokoh Antasena yang mempunyai kepala
raksasa tetapi badannya berbentuk ular yang menutup semua bagian rambut para penari
gandrung.
Di masa lampau, ornamen Antasena tidak melekat pada bagian mahkota,tapi setengah
terlepas mirip sayap burung. Kemudian pada tahun 1960-an, ornamen ekor Antasena
tersebut akhirnya terlekat pada bagian omprok sampai sekarang.
Berjalannya waktu membuat mahkota tersebut mempunyai ornamen perak. Fungsinya untuk
memberi kesaan bulat telur pada bagian wajah sang penari. Terdapat juga tambahan
ornamen bunga pada bagian atasnya, namanya cundhuk mentul. Seringnya, bagian omprok
tersebut dipasang hio untuk menciptakan kesan magis.
6. 3. Kain Batik
Kain batik motif Gajah Oling paling sering digunakan oleh para penari Gandrung.
Para penari gandrung juga menggunakan kain batik dengan corak bervariasi. Akan tetapi,
corak yang paling populer dan sangat khas yaitu batik bercorak gajah oling, corak tumbuh-
tumbuhan berserta aksen belalai gajah pada dasar kain putih sebagai ciri khas dari
Banyuwangi.
7. 4. Properti Tambahan
Kini penari Gandrung sering kali menggunakan kaus kaki, kipas, dan properti lainnya guna semakin
memperindah pertunjukkan.
Jauh sebelum tahun 1930, para penari Gandrung tidak pernah menggunakan kaus kaki,
namun setelah tahun-tahun tersebut, para penari selalu memakai kaus kaki putih pada tiap
pertunjukan. Masa lalu, Tari Gandrung selalu dengan adanya properti tambahan seperti dua
buah kipas dalam pertunjukan. Akan tetapi saat ini, penari Gandrung hanya menggunakan
satu buah kipas untuk bagian-bagian tertentu, terutama pada bagian pertunjukan seblang
subuh.
8. 5. Musik Pengiring
Tim pengiring penari Gandrung saat pertunjukkan.
Tarian Gandrung juga tidak lepas dari ciri khas musik pengiringnya. Gandrung Banyuwangi
selalu terselenggara dengan adanya satu buah gong atau kempul, satu buah triangle atau
kluncing, satu atau dua buah biola, sepasang kethuk, juga dua buah kendhang. Sementara
itu, terkadang pertunjukannya diselingi saron Bali, rebana, angklung untuk bentuk kreas
disertai electone.
Pertunjukan berjalan dengan iringan panjak atau pemberi semangat. Tujuannya adalah untuk
mengundang, memberi semangat, atau menambahkan efek lucu pada tiap tarian gandrung.
Pemain kluncing juga bisa mengambil peran panjak.
Tahapan-Tahapan Tarian Gandrung
Ada beberapa tahapan dalam tarian Gandrung, sebagaimana berikut:
1. Jejer
Tahapan ini adalah tahap penyanyi mulai menyanyi beberapa lagu sekaligus memulai tarian
solo. Para tamu, terutama para lelaki hanya sebagai penonton.
2. Maju
Apabila jejer sudah selesai, penari akan memulai memberi selendang-selendang pada tamu.
Biasanya, tamu-tamu penting yang akan memperoleh kesempatan supaya bisa menari
9. bersama-sama. Umumnya, empat orang tamu berdiri, membentuk bujur sangkar, sedangkan
penari pada bagian tengah.
Gandrung mulai mendatangi setiap tamu dan menari menggunakan gerakan-gerakan tarian
menggoda. Itulah esensi Tari Gandrung sebagai deskripsi hawa nafsu.
Apabila tarian sudah selesai, penari akan kembali mendatangi rombongan penonton,
kemudian meminta penonton untuk memilih lagu. Acara tersebut berganti-gantian, maju dan
repen atau nyanyian tanpa tarian. Tari Gandrung terselenggara sepanjang malam sampai
menjelang subuh.
Terkadang, pertunjukan tersebut bisa menciptakan kegaduhan. Penyebabnya tidak lain
adalah karena para penonton tarian yang sedang menunggu giliran dalam kondisi mabuk,
sehingga tidak menutup kemungkinan adanya perkelahian.
3. Seblang Subuh
Pada bagian ini, adalah penutup dari semua rangkaian pertunjukan tari Gandrung khas
Banyuwangi. Apabila sudah selesai, maka penari melakukan maju dan istirahat sekejap,
sebelum akhirnya mulai pada bagian Seblang Subuh.
Permulaan gerakan penari yaitu bergerak perlahan dan menghayati tarian, terkadang juga
sambil mengibaskan kipas sesuai irama, atau tidak membawa kipas sama sekali tetapi sambil
bernyai berbagai lagu dengan tema sedih, seperti lagu Seblang Lokento.
Suasana mistis mulai terasa ketika tahap Tari Gandrung masuk pada bagian Seblang Subuh.
Hal ini karena pada bagian ini masih berhubungan erat dengan adanya ritual Seblang. Apa
itu Ritual Seblang yaitu sebuah ritual untuk penyucian atau penyembuhan yang sampai saat
ini masih dilakukan oleh para penari perempuan lanjut usia.
Pada masa ini, seringkali Seblang Subuh tak ada dari tahap Tari Gandrung, walaupun pada
aslinya bagian tersebut adalah penutup pertunjukan pada pentas Gandrung.
Upaya Pelestarian
Saat ini, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mewajibkan masing-masing siswa mulai dari
jenjang pendidikan SD sampai SMA untuk ikut ekstrakurikuler kesenian di Banyuwangi.
Salah satu dari kewajiban tersebut adalah belajar tari Jejer yang ada dalam bagian
pertunjukan Gandrung Banyuwangi.
Bermula pada tahun 2000, seniman dan budayawan Dewan Kesenian Blambangan terus
menunjukkan antusiasnya. Gandrung, bagi keloompok tersebut adalah sebuah seni yang
punya nilai-nilai historis bagi komunitas Osing yang terus menerus harus menghadapi
tekanan, baik dalam hal struktural ataupun kultural. Gandrung adalah cara untuk
menunjukkan bagaimana masyarakat Osing punya budaya.
Sebaliknya, penari gandrung tidak bisa melepaskan diri dari citra ataupun prasangka negatif
dari tengah-tengah masyarakat luas. Bahkan beberapa kelompok sosial, terutama kaum
10. santri pasti menilai penari Gandrung merupakan perempuan yang dipandang negatif serta
memperoleh perlakuan tidak pantas, terpinggirkan, atau terpojok bahkan mengalami
diskriminasi dalam kesehariannya.
Tari Gandrung berhasil menjadi maskot resmi pariwisata Banyuwangi, tambah adanya
patung Gandrung yang berada pada berbagai sudut desa dan kota. Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi terus memprakarsai adanya promosi Gandrung sampai bisa pentas ke dalam
atau luar negeri seperti Jakarta, Surabaya, Hongkong, atau kota-kota di Amerika Serikat.
Festival Gandrung Sewu
Penari gandrung menarikan tari kolosal dengan tema “Layar Kemendung” yang menceritakan kisah
heroisme Bupati pertama Banyuwangi Raden Mas Alit dalam menentang pendudukan Belanda.
Pertunjukan tari ini juga pernah pernah tampil pada tahun akhir tahun 2021 dalam sebuah
festival Gandrung Sewu. Ini adalah sebuah pertunjukan tari kolosal oleh seribu penari yang
menarikan tarian asli Banyuwangi, Tari Gandrung.
Pada festival Gandrung Sewu tahun lalu, berjalan lancar di Pantai Boom. Aksi tarian kolosal
tersebut menampilkan tema etnik pada rangkaian sendratari.
Festival tersebut tidak hanya menampilkan indahnya gerakan tari pada balutan busana yang
tampak merah menyala, dengan warna emas mahkota yang elegan. Para penari juga
menggunakan sampur menjuntai untuk menambah penampilan tarian semakin rancak,
dengan alunan musik kendang, kluncing, dan kempull.
11. 1. Episode Festival Gandrung Sewu
Festival tampak meriah karena bukan hanya selendang merah menyala, tetapi juga formasi
tarian dengan gerakan indah, dengan hentakan kipas bergoyang sesuai irama gending.
Tujuan penyelenggaraan festival ini adalah untuk menceritakan bagaimana sejarah
Blambangan saat berdiri sampai Kolonial. Ada beberapa episode yang tampil dalam
Gandrung Sewu, sebagaimana berikut:
1. Gandrung Sewu
2. Paju Gandrung
3. Seblang Subuh
4. Padha Nonton
5. Seblang Lukinto
6. Kembang Pepe
7. Layar Kumendhung
8. Panji-Panji Sunangkoro
Festival ini selalu ada, berjalan rutin setiap tahun selama sembilan tahun belakangan ini,
mulai dari tahun 2012. Bahkan, festival tersebut juga menjadi pertunjukan yang paling
menjadi incaran para wisatawan dalam skala nasional. Terdapat pula tamu mancanegara
turut hadir pada beberapa kesempatan. Tari Gandrung khas Banyuwangi ini juga telah
menjadi Warisan Budaya Indonesia. Setiap penyelenggaraannya, festival Gandrung Sewu
menyajikan tema yang selalu berbeda. Umumnya, pagelaran seni budaya tersebut terbuka
dengan adanya ribuan penari Gandrung Sewu pada tepi pantai selat Bali.
Kumpulan Tema Gandrung Sewu
1. Paju Gandrung: Tema tersebut diambil dari satu babak, Paju Gandrung. Penari
mengajak pemaju menari bersama, dengan cara melempar selendang pada pemaju
dan mengalungkannya menggunakan sampur untuk menari bersama. Ada juga babak
Gandrung Semalam Suntuk, Paju Gandrung bisa dimainkan sebagai cara menyambut
tamu.
2. Seblang Subuh: Diambil dari satu babak Gandrung semalaman, adalah tarian
penutup dalam pertunjukan Gandrung Terop. Tarian tersebut berfungsi sebagai
ajakan agar sadar kembali setelah pesta pora, sehingga harus ingat kembali pada
pekerjaan, anak, istri, juga filosofi mendalam untuk mengajak kembali ke Tuhan Yang
Maha Esa.
3. Padha Nonton: Menceritakan kisah setelah satu tahun perang Rakyat Blambangan
menghadapi VOC di Songgon. VOC kemudian membalas dendam dengan
menyerang langsung ke Benteng Bayu. Kekuatan yang tidak setara membuat
masyarakat Bayu tersudut, tetapi terus melakukan perlawanan sehingga banyak
masyarakat tertangkap. Tentara VOC yang kejam membuat banyak masyarakat
kehilangan nyawa secara sadis, termasuk melempar ke lautan hidup-hidup dalam
keadaan terikat dengan pemberat. Peristiwa tersebut menjadi alasan munculnya Syair
Padha Nonton, sekelompok orang bernyanyi dengan iringan tabuhan dan akhirnya
bernama Seni Tari Gandrung.
4. Seblang Lukinto: Bercerita bagaimana rakyat Blambangan mampu melawan para
penjajah Belanda tahun 1776-1810. Adalah kelanjutan tema Podho Nonton, untuk
menggambarkan kebangkitan dari prajurit Rempeg Jogopati yang masih tersisa.
12. 5. Kembang Pete: Diambil dari berbagai berisan bait dalam Seblang Lukinto,
menceritakan bagaimana perjuangan masyarakat Blambangan menggunakan seni
budaya termasuk barong, gandrung, dan lainnya.
Dampak Positif Festival Gandrung Sewu
Tahun lalu, pertunjukan festival Gandrung Sewu terselenggara pada tanggal 4 Desember
2021 sebagai kegiatan untuk meningkatkan sektor pariwisata Banyuwangi. Apalagi, festival
ini merupakan upaya pemerintah untuk menggeliatkan kembali kegiatan ekonomi selama
pandemi covid-19.
Melansir dari data Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Menurut data tersebut menunjukkan
jika acara festival Gandrung Sewu selalu sukses menarik sektor bisnis termasuk akomodasi.
Mulai dari hotel, penerbangan, transportasi lokal, dan juga gerai-gerai kuliner selalu laris
menjelang acara festival Gandrung Sewu.
Dengan pelaksanaan Gandrung Sewu, festival ini berhasil menjadi berkah bagi para
pengrajin kain batik maupun industri skala UMKM. Setiap memulai festival, para penari harus
mengenakan kain sewek.
Kain-kain ini dipesan dari UMKM Batik, termasuk juga kipas. Sehingga, adanya pagelaran
budaya ini sangat bermanfaat karena memberi dampak ekonomi untuk masyarakat.
Sedangkan untuk para penarinya merupakan anak-anak Banyuwangi yang tidak sedikit
ternyata merantau, kemudian harus kembali ke kampung halaman untuk acara festival
tersebut.
Sehingga, mereka juga turut berkontribusi dalam menghidup berbagai macam kesenian
Banyuwangi, termasuk dalam hal tari Gandrung, sebagaimana tutur Muhammad Yanuar
Bramuda, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, kota Banyuwangi.
Kesimpulan
Tari Gandrung adalah tarian khas Banyuwangi untuk menunjukkan eksistensi masyarakat
OSING, sekaligus bukti adanya kekayaan budaya yang wajib lestari karena merupakan
bagian dari kekayaan seni budaya Bangsa Indonesia. Tarian tersebut juga memberi
wawasan dan pengetahuan budaya yang merupakan seni dari suku Osing di Banyuwangi.
Dengan adanya Festival Gandrung Sewu, maka pertunjukan tersebut mampu menggerakkan
seluruh warga Banyuwangi pada berbagai tempat di Nusantara. Sehingga, festival tersebut
adalah ajang konsolidasi, simbol sinergitas dan juga gotong royong yang tinggi. Lebih dari
sekedar tarian, tetapi juga modal sosial untuk memperkuat spirit gotong royong.
Bahkan Gandrung Sewu merupakan kenyataan faktual sebuah budaya yang mampu
menggerakkan partisipasi seluruh rakyat. Pagelaran tersebut lebih dari sekedar tarian
kolosal, tapi juga konsolidasi budaya dengan begitu banyak pihak harus terlibat.
Sekarang, kamu jadi tahu lebih banyak tentang Tari Gandrung, mulai dari sejarah,
karakteristik, sampai bagaimana akhirnya menjadi sebuah Festival Gandrung Sewu yang
13. cukup menyita perhatian banyak mata. Sebagai salah satu masyarakat Indonesia, maka
tentunya kamu wajib bangga mempunyai negara yang kaya akan budaya!
Baca Juga: Mau Pergi ke Banyuwangi? Baca Dulu Berbagai Referensi Destinasi Wisata Banyuwangi