2. SEJARAH SINGKAT BANI UMAYYAH
Berdiri pada tahun 661 M/41 H
Berdiri setelah pemerintahan khulafaur rasyidin
Khalifah pertama nya bernama Umayyah ibn Abdi Syam ibn Abi Manaf.
Dipimpin oleh 14 khalifah.
Berpusat di kota Damaskus
Berakhir pada tahun 750 M/132 H.
3. VISI,MISI,TUJUAN DAN
SASARAN PENDIDIKAN
Visi pendidikan Bani Umayyah secara eksplisit tidak dijumpai
namun dari berbagai petunjuk bisa dijumpai,namun dari berbagai
petunjuk bisa diketahui bahwa visinya unggul dalam ilmu agama
dan umum sejalan dengan kebutuhan zaman dan masing² wilayah
Islam
Misi
A. Menyelenggarakan pendidikan agama dan umum secara
seimbang
B. Melakukan penataan kelembagaan dan aspek² pendidikan Islam
C.memberikan pelayanan pendidikan pada seluruh wilayah islam
secara adil dan merata
D. Menjadikan pendidikan sebagai penopang utama kemajuan
wilayah Islam
E .memberdayakan masyarakat agar dapat memecahkan
masalahnya sesuai kemampuan sendiri
Tujuannya ialah menghasilkan sumber daya manusia yang unggul
secara seimbang dalam ilmu agama dan umum serta mampu
menerapkannya bagi kemajuan wilayah islam.
Sasarannya Seluruh umat atau warga yang terdapat di seluruh wilayah
kekuasaan islam sebagai dasar bagi dirinya dalam membangun masa
depan yang lebih baik
4. KURIKULUM PENDIDIKAN
Pada masa bani Umayyah, pakar pendidikan Islam menggunakan kata Al-Maddah
untuk pengertian kurikulum. Karena pada masa itu kurikulum lebih identik
dengan serangkaian mata pelajaran yang harus diberikan pada murid dalam
tingkat tertentu.
a. Kurikulum Pendidikan Rendah
Terdapat kesukaran ketika ingin membatasi mata pelajaran-mata pelajaran
yang membentuk kurikulum untuk semua tingkat pendidikan yang bermacam-
macam. Pertama, karena tidak adanya kurikulum yang terbatas, baik untuk
tingkat rendah maupun untuk tingkat penghabisan, kecuali Alquran yang
terdapat pada kurikulum. Kedua, kesukaran diantara membedakan fase-fase
pendidikan dan lamanya belajar karena tidak ada masa tertentu yang mengikat
murid-murid untuk belajar pada setiap lembaga pendidikan.Sebelum berdirinya
madrasah, tidak ada tingkatan dalam pendidikan Islam, tetapi tidak hanya satu
tingkat yang bermula di kuttab dan berakhir di diskusi halaqah. Tidak ada
kurikulum khusus yang diikuti oleh seluruh umat Islam. Di lembaga kuttab
biasanya diajarkan membaca dan menulis disamping Alquran. Kadang diajarkan
bahasa, nahwu, dan arudh.
5. b.Kurikulum Pendidikan Tinggi
Kurikulum pendidikan tinggi (halaqah) bervariasi tergantung pada syaikh yang
mengajar. Para murid tidak terikat untuk mempelajari mata pelajaran tertentu,
demikian juga guru tidak mewajibkan kepada mahasiswa untuk mengikuti
kurikulum tertentu. Mahasiswa bebas untuk mengikuti pelajaran di sebuah
halaqah dan berpindah dari sebuah halaqah ke halaqah yang lain, bahkan dari
satu kota ke kota lain. Pendidikan jenis ini disebut pendidikan orang dewasa
karena diberikan kepada orang banyak yang tujuan utamanya adalah untuk
mengajarkan mereka mengenai Alquran dan agama.[5] Kurikulum pendidikan
tingkat ini dibagi kepada dua jurusan, jurusan ilmu-ilmu agama (al-ulum al-
naqliyah) dan jurusan ilmu pengetahuan (al-ulum al-aqliyah).
6. METODE/PENDEKATAN
PENDIDIKAN
Metode lisan
Metode lisan dapat berupa dikte, ceramah, qira’ah, dan
diskusi. Dikte (imla) adalah metode penyampaian
pengetahuan yang dianggap baik dan aman karena dengan
imla ini peserta didik mempunyai catatan yang akan
membantunya ketika ia lupa. Ceramah (al-sama’) adalah
guru menjelaskan isi suatu buku dengan hafalan, sedangkan
peserta didik mendengarkannya. Qira’ah biasanya
digunakan untuk belajar membaca. Diskusi merupakan
metode yang khas pada masa ini.
Metode menghafal
Metode menghafal merupakan metode yang peserta
didik-peserta didik harus membaca secara berulang-ulang
pelajarannya hingga pelajaran tersebut dihafalnya.
Sehingga dalam proses selanjutnya, peserta didik harus
mengkontekstualisasikan pelajaran yang telah dihafalnya.
7. Metode tulisan
Metode tulisan dapat dikatakan sebagai pengkopian
buku-buku ulama. Dalam pengkopian terjadi proses
intektualisasi hingga tingkat penguasaan ilmu peserta didik
semakin tinggi, karena dalam pengkopian tidak semata-
mata menulis saja dan melakukan telaah terhadap buku
tersebut. Metode tulisan ini juga menguntungkan
Rihlah
Metode rihlah adalah metode mencari hadis yang
tersebar ke seluruh daerah pada masa Umar bin Abdul Aziz
karena mulai ada orang-orang menyelewengkan makna
hadis, sehingga muncul ilmu nahwu.
8. LEMBAGA PENDIDIKAN
a. Kuttab/ Maktab
Kuttab/ Maktab berasal dari kata dasar yang sama, yaitu kataba
yang artinya menulis. Sedangkan kataba/ maktab berarti tempat
untuk menulis, atau tempat dimana dilangsungkan kegiatan tulis
menulis. Kebanyakan para ahli pendidikan Islam sepakat bahwa
keduanya merupakan istilah yang sama dalam arti lembaga
pendidikan Islam tingkat dasar yang mengajarkan membaca dan
menulis kemudian meningkat pada pengajaran Alquran dan
pengetahuan agama tingkat dasar.
b. Masjid
Semenjak berdirinya pada masa Nabi Muhammad Shallallaahu
‘alaihi wa sallam, masjid telah menjadi pusat kegiatan dan
informasi berbagai masalah kaum muslimin, baik yang menyangkut
pendidikan maupun sosial ekonomi. Namun yang lebih penting
adalah sebagai lembaga pendidikan. Sebagai lembaga pendidikan
masjid pada awal perkembangannya dipakai sebagai sarana
informasi dan penyampaian doktrin ajaran Islam. Peranan masjid
sebagai pusat pendidikan dan pengajaran senantiasa terbuka lebar
bagi setiap orang yang merasa dirinya tetap dan mampu untuk
memberikan atau mengajarkan ilmunya kepada orang-orang yang
haus akan ilmu pengetahuan.Pada Dinasti Bani Umayyah, masjid
merupakan tempat pendidikan tingkat menengah dan tingkat tinggi
setelah khuttab. Pelajaran yang diajarkan meliputi Al Quran, Tafsir,
Hadist dan Fiqh. Juga diajarkan kesusasteraan, sajak, gramatika
bahasa, ilmu hitung dan ilmu perbintangan.
9. C Majelis Sastra
Majelis sastra merupakan balai pertemuan yang disiapkan oleh
khalifah dihiasi dengan hiasan yang indah, hanya diperuntukkan bagi
sastrawan dan ulama terkemuka. Dalam balai-balai pertemuan seperti
ini disediakan pokok-pokok persoalan untuk dibicarakan, didiskusikan
dan diperdebatkan.
D. Pendidikan Istana
Pendidikan yang diselenggarakan dan diperuntukkan khusus bagi anak-anak
khalifah dan para pejabat pemerintahan. Kurikulum pada pendidikan istana
diarahkan untuk memperoleh kecakapan memegang kendali pemerintahan
atau hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan keperluan dan kebutuhan
pemerintah, maka kurikulumnya diatur oleh guru dan orang tua murid.
E. Rumah Guru
Rumah sebenarnya bukan tempat yang nyaman untuk kegiatan belajar
mengajar. Namun para ulama di zaman klasik (bani Umayyah dan bani
Abbasiyah) banyak yang mempergunakan rumahnya secara ikhlas untuk
kegiatan belajar mengajar dan pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini
umumnya disebabkan karena ulama yang bersangkutan tidak
memungkinkan memberikan pelajaran di masjid, sedangkan para pelajar
banyak yang berniat untuk mempelajari ilmu darinya.
F. Badiah
Yaitu tempat belajar bahasa Arab yang fasih dan murni. Hal ini terjadi
ketika khalifah Abdul Malik ibn Marwan memprogramkan Arabisasi maka
muncul istilah Badiah, yaitu dusun Badui di Padang Sahara mereka masih
fasih dan murni sesuai dengan kaidah bahasa Arab tersebut. Sehingga
banyak khalifah yang mengirimkan anaknya ke Badiah untuk belajar bahasa
Arab bahkan ulama juga pergi ke sana di antaranya adalah Al Khalil ibn
Ahmad.