SlideShare a Scribd company logo
SIAPA WARGA JAKARTA?

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk Jakarta saat ini kurang lebih 9,057 juta jiwa. Itu
yang tercatat. Sedangkan penduduk siang hari termasuk penglaju dari Bogor, Depok, Tangerang dan
Bekasi mencapai kurang lebih 10,2 juta jiwa. Dan mungkin jumlah ini masih bertambah dengan
penduduk yang tidak tercatat dan bukan penglaju, tetapi mudah kita temui di malam hari di halte-
halte, terminal, pasar dan taman kota.

Siapakah penduduk Jakarta? Seberapa penting pertanyaan ini? Tentu saja sangat penting, karena
pertanyaan itu menjawab siapa yang mestinya dilayani oleh pemerintah DKI Jakarta. Penduduk kota
sangat berbeda dengan penduduk desa. Penduduk desa jelas terdefinisi siapa dan tinggal dimana.
Petanyapun tak banyak berubah dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan penduduk kota boleh
dibilang lebih cair sifatnya. Dinamika kota memungkinkan warganya datang dan pergi, berpindah
dari satu tempat ke tempat yang lain. Bahkan penduduk siang dan malam bisa berbeda. Ini adalah
konsekuensi tingginya mobilitas warga. Apalagi Jakarta yang sudah berkembang menjadi
megalopotitan dengan banyak kota satelit di sekitarnya.

Berdasarkan aktifitas dan tempat tinggalnya, penduduk Jakarta bisa diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
Pertama, penduduk formal yaitu penduduk yang memiliki KTP Jakarta. Kelompok ini adalah
penduduk yang bertempat tinggal di Jakarta. Mereka bisa bekerja di Jakarta atau di luar Jakarta.
Tetapi secara de yure, merekalah penduduk Jakarta. Mereka membayar pajak di Jakarta dan
mendapat pelayanan publik di Jakarta.

Kedua, penduduk informal yaitu penduduk yang bertempat tinggal di Jakarta tetapi tidak memiliki
KTP Jakarta. Kelompok ini juga termasuk penduduk pendatang yang mengadu nasib di Jakarta.
Mereka tidak langsung memiliki KTP karena berbagai alasan. Kelompok ini terbagi lagi menjadi 3
yaitu penduduk yang sudah lama tinggal dan bekerja di Jakarta, penduduk yang bekerja di Jakarta
tetapi tidak bertempat tinggal tetap (kos atau kontrak), dan penduduk yang tidak memiliki tempat
tinggal tetap dan pekerjaan tetap.

Penduduk Besar: Masalah atau Potensi?

Sebagian ahli demografi percaya Teori Malthus bahwa manusia akan tetap hidup miskin/melarat
selama terjadi ketidak-seimbangan jumlah penduduk dengan daya dukung lingkungan, khususnya
ketidak-seimbangan jumlah penduduk dengan persediaan bahan makanan. Jumlah penduduk yang
terus bertambah dapat mempercepat eksploitasi sumberdaya alam dan mempersempit persediaan
lahan hunian dan lahan pakai. Dengan kata lain jumlah penduduk yang terus bertambah dan makin
padat sangat mengganggu daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Teori ini diikuti juga oleh sebagian besar birokrat kota dimana pertumbuhan penduduk dianggap
sebagai persoalan kota yang perlu dikendalikan. Pemerintah Indonesia masa Soeharto juga
berpandangan demikian sehingga dibuatlah program Keluarga Berencana (KB) untuk membatasi
jumlah anak di setiap keluarga hanya 2 saja.

Di beberapa kota besar di Indonesia juga membuat prosedur pembuatan KTP sedemikian rupa
supaya orang tidak mudah mendapatkannya dengan alasan untuk mengendalikan jumlah penduduk
kota. Akibatnya banyak penduduk yang tidak bisa mendapatkan akses pelayanan publik (subsidi
pendidikan, kesehatan dan jaminan sosial) karena tidak memiliki KTP. Tanpa KTP seseorang tidak
akan bisa membuat badan usaha formal, mengakses kredit, membuat rekening bank dan mengakses
dana pemerintah.
Sekilas Teori Malthus ada benarnya jika kita melihat rupa Kota Jakarta yang macet, banjir, polusi,
sering kebakaran, banyak gelandangan, tingginya kriminalitas dan buruknya kualitas air bersih.
Namun ada kelompok ahli yang lain yang mengkritik Teori Malthus. Mereka mengatakan bahwa
Malthus tidak mempertimbangkan kemajuan teknologi transportasi, pangan dan komunikasi.
Malthus juga tidak mempertimbangkan bahwa kelahiran bisa dikendalikan jika standar hidup
meningkat.

Kelompok aliran Marxist berpandangan bahwa peningkatan jumlah penduduk tidak akan
membahayakan ketersediaan pangan, tetapi mengancam ketersediaan lapangan pekerjaan.
Menurut mereka jika jumlah penduduk bertambah, produksi bahan makanan juga bertambah jadi
tidak akan masalah. Kelangkaan kesempatan kerja terjadi di negara-negara kapitalis.

Akumulasi penduduk adalah pasar

Kedua kelompok ini ada benarnya tapi tidak sepenuhnya benar. Bahwa semakin banyak penduduk,
maka dibutuhkan lebih banyak bahan makanan itu betul. Bahwa semakin banyak penduduk, semakin
sulit mendapatkan lapangan pekerjaan itu bisa terjadi, tetapi tidak sepenuhnya betul. Hal ini karena
kota bukanlah sebuah wilayah yang statis dan terisolasi. Kota adalah sebuah area yang luasannya
bisa bertambah. Kota adalah sebuah aglomerasi aktivitas ekonomi yang terbuka. Arus barang, jasa
dan uang terbuka keluar masuk sebuah kota. Jadi, apabila penduduk yang datang semakin banyak
sedangkan lahan terbatas maka kota akan meluas ke daerah sekitarnya. Dan itulah yang terjadi
dengan Jakarta yang kini berkembang menuju Megalopolitas Jakarta. Wilayah ini sudah melewati
batas administrasi Jakarta, yaitu meluas hingga Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Cianjur.

Akumulasi penduduk adalah pasar. Setiap orang memiliki berbagai kebutuhan. Karena itu aktifitas
ekonomi terjadi, dimana sekelompok orang membantu memenuhi kebutuhan kelompok lain dan
begitu sebaliknya. Orang perlu makanan, maka muncullah pasar bahan makanan dan warung makan.
Orang perlu pakaian maka muncullah pasar pakaian. Orang perlu hiburan, maka berkembanglah
bisnis hiburan. Orang membutuhkan jasa keuangan, jasa pengiriman barang dan sebagainya. Jadi,
akumulasi penduduk menciptakan aktifitas ekonomi yang membuka lapangan pekerjaan. Orang
bilang, apapun dijual di Jakarta akan laku. Syaratnya satu, mau bekerja. Orang lebih mudah
mendapatkan lapangan pekerjaan di kota daripada di desa.

Semakin banyak penduduk, semakin besar aktivitas ekonomi yang bisa dilakukan. Bahkan Jakarta
bisa telah terbukti menghidupkan aktifitas ekonomi di daerah-daerah lain di Indonesia. Kota ini
adalah pusat transaksi jual beli antardaerah di Indonesia.

Lalu bagaimana dengan buruknya kualitas lingkungan, macet dan banjirnya Jakarta? Sebelum
menjawabnya kita harus sadar bahwa semakin banyaknya penduduk yang datang ke Jakarta adalah
sebuah keniscayaan akibat akumulasi aktivitas ekonomi sebagai ibukota negara dan Pusat Kegiatan
Ekonomi Nasional. Maka yang perlu dilakukan adalah mengatur aktivitasnya.

Siapapun gubernurnya, Pemerintah DKI Jakarta harus melayani seluruh warga Jakarta yaitu semua
orang yang beraktifitas di Jakarta. Setiap orang yang datang ke Jakarta sesungguhnya telah otomatis
mendatangkan keuntungan ekonomi bagi kota. Mereka membelanjakan uang di Jakarta, membayar
secara tidak langsung pajak dan retribusi daerah. Maka mereka meskipun tidak bertempat tinggal di
Jakarta atau tidak ber-KTP Jakarta tetap berhak mendapatkan pelayanan yang semestinya. Begitulah
definisi warga Jakarta yang harus diambil oleh pemerintah DKI Jakarta.

Setiap warga kota harus mendapatkan hak dasarnya tidak peduli apakah mereka penduduk formal
maupun informal. Tidak boleh ada seorangpun yang menginjakkan kaki di Jakarta dan terlantar
kebutuhan dasarnya.[]

More Related Content

Viewers also liked

Presentacion de los temas aprendidos computacion
Presentacion de los temas aprendidos computacionPresentacion de los temas aprendidos computacion
Presentacion de los temas aprendidos computacionKatherine Betancourt Burneo
 
Gauchão 2014 escala de arbitragem 7ª rodada
Gauchão 2014   escala de arbitragem 7ª rodadaGauchão 2014   escala de arbitragem 7ª rodada
Gauchão 2014 escala de arbitragem 7ª rodadaRafael Passos
 

Viewers also liked (8)

Decimal review
Decimal reviewDecimal review
Decimal review
 
Borang data murid
Borang data muridBorang data murid
Borang data murid
 
Think pure drink pure
Think pure drink pureThink pure drink pure
Think pure drink pure
 
120531 test
120531 test120531 test
120531 test
 
Coptic words
Coptic wordsCoptic words
Coptic words
 
Presentacion de los temas aprendidos computacion
Presentacion de los temas aprendidos computacionPresentacion de los temas aprendidos computacion
Presentacion de los temas aprendidos computacion
 
.
..
.
 
Gauchão 2014 escala de arbitragem 7ª rodada
Gauchão 2014   escala de arbitragem 7ª rodadaGauchão 2014   escala de arbitragem 7ª rodada
Gauchão 2014 escala de arbitragem 7ª rodada
 

Similar to Siapa Warga Jakarta

UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGATASI KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) GANDA DI...
UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGATASI   KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) GANDA DI...UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGATASI   KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) GANDA DI...
UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGATASI KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) GANDA DI...
Law Firm "Fidel Angwarmasse & Partners"
 
Musni Umar: Cara Mencegah Urbanisasi di Jakarta
Musni Umar: Cara Mencegah Urbanisasi di JakartaMusni Umar: Cara Mencegah Urbanisasi di Jakarta
Musni Umar: Cara Mencegah Urbanisasi di Jakartamusniumar
 
Tugas urbanisasi
Tugas urbanisasiTugas urbanisasi
Tugas urbanisasi
Rani-0707
 
4._Bab_I (1).pdf
4._Bab_I (1).pdf4._Bab_I (1).pdf
4._Bab_I (1).pdf
HeldaDania1
 
Dr. Matulanda Ratulangi
Dr. Matulanda RatulangiDr. Matulanda Ratulangi
Dr. Matulanda Ratulangialfizanna
 
8_Dampak Negatif Reklamasi Teluk Jakarta
8_Dampak Negatif Reklamasi Teluk Jakarta8_Dampak Negatif Reklamasi Teluk Jakarta
8_Dampak Negatif Reklamasi Teluk Jakarta
sakuramochi
 
Program penanganan gelandangan, pengemis, dan anak jalanan desaku menanti
Program penanganan gelandangan, pengemis, dan anak jalanan   desaku menantiProgram penanganan gelandangan, pengemis, dan anak jalanan   desaku menanti
Program penanganan gelandangan, pengemis, dan anak jalanan desaku menanti
Arif Rohman Pembangun
 
Kuliah 10 - PEMBANDARAN: JENIS DAN CIRI BANDAR SERTA PROSES PEMBANDARAN (URBA...
Kuliah 10 - PEMBANDARAN: JENIS DAN CIRI BANDAR SERTA PROSES PEMBANDARAN (URBA...Kuliah 10 - PEMBANDARAN: JENIS DAN CIRI BANDAR SERTA PROSES PEMBANDARAN (URBA...
Kuliah 10 - PEMBANDARAN: JENIS DAN CIRI BANDAR SERTA PROSES PEMBANDARAN (URBA...
Asmawi Abdullah
 
Kota dan Inovasi: Inovasi sebagai Gaya Hidup Baru Kota Modern
Kota dan Inovasi: Inovasi sebagai Gaya Hidup Baru Kota ModernKota dan Inovasi: Inovasi sebagai Gaya Hidup Baru Kota Modern
Kota dan Inovasi: Inovasi sebagai Gaya Hidup Baru Kota Modern
Tri Widodo W. UTOMO
 
[Ibu Tatiek] - AZ Sociopreneur.pdf
[Ibu Tatiek] - AZ Sociopreneur.pdf[Ibu Tatiek] - AZ Sociopreneur.pdf
[Ibu Tatiek] - AZ Sociopreneur.pdf
YeniYulistiani1
 
Konsep kebijakan perumahan rakyat miskin
Konsep kebijakan perumahan rakyat miskinKonsep kebijakan perumahan rakyat miskin
Konsep kebijakan perumahan rakyat miskin
Sastyo Darmawan
 
Urbanisasi
UrbanisasiUrbanisasi
Urbanisasi
Mukhrizal Effendi
 
Materi pak darrundono kampung masa depan
Materi pak darrundono   kampung masa depanMateri pak darrundono   kampung masa depan
Materi pak darrundono kampung masa depan
Panembahan Senopati Sudarmanto
 
Pembangunan yang Memberdayakan dan Memajukan Masyarakat DKI Jakarta
Pembangunan yang Memberdayakan dan Memajukan Masyarakat DKI JakartaPembangunan yang Memberdayakan dan Memajukan Masyarakat DKI Jakarta
Pembangunan yang Memberdayakan dan Memajukan Masyarakat DKI Jakarta
musniumar
 
INTERAKSI DESA-KOTA.pdf
INTERAKSI DESA-KOTA.pdfINTERAKSI DESA-KOTA.pdf
INTERAKSI DESA-KOTA.pdf
AlifFajar16
 
jumlah penduduk
jumlah pendudukjumlah penduduk
jumlah penduduk
Melz Mutz
 
Musni Umar: Membangun Dki Jakarta
Musni Umar: Membangun Dki JakartaMusni Umar: Membangun Dki Jakarta
Musni Umar: Membangun Dki Jakartamusniumar
 

Similar to Siapa Warga Jakarta (20)

UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGATASI KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) GANDA DI...
UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGATASI   KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) GANDA DI...UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGATASI   KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) GANDA DI...
UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGATASI KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) GANDA DI...
 
Musni Umar: Cara Mencegah Urbanisasi di Jakarta
Musni Umar: Cara Mencegah Urbanisasi di JakartaMusni Umar: Cara Mencegah Urbanisasi di Jakarta
Musni Umar: Cara Mencegah Urbanisasi di Jakarta
 
Tugas urbanisasi
Tugas urbanisasiTugas urbanisasi
Tugas urbanisasi
 
Makalah urbanisasi
Makalah urbanisasiMakalah urbanisasi
Makalah urbanisasi
 
4._Bab_I (1).pdf
4._Bab_I (1).pdf4._Bab_I (1).pdf
4._Bab_I (1).pdf
 
Dr. Matulanda Ratulangi
Dr. Matulanda RatulangiDr. Matulanda Ratulangi
Dr. Matulanda Ratulangi
 
8_Dampak Negatif Reklamasi Teluk Jakarta
8_Dampak Negatif Reklamasi Teluk Jakarta8_Dampak Negatif Reklamasi Teluk Jakarta
8_Dampak Negatif Reklamasi Teluk Jakarta
 
Program penanganan gelandangan, pengemis, dan anak jalanan desaku menanti
Program penanganan gelandangan, pengemis, dan anak jalanan   desaku menantiProgram penanganan gelandangan, pengemis, dan anak jalanan   desaku menanti
Program penanganan gelandangan, pengemis, dan anak jalanan desaku menanti
 
Kuliah 10 - PEMBANDARAN: JENIS DAN CIRI BANDAR SERTA PROSES PEMBANDARAN (URBA...
Kuliah 10 - PEMBANDARAN: JENIS DAN CIRI BANDAR SERTA PROSES PEMBANDARAN (URBA...Kuliah 10 - PEMBANDARAN: JENIS DAN CIRI BANDAR SERTA PROSES PEMBANDARAN (URBA...
Kuliah 10 - PEMBANDARAN: JENIS DAN CIRI BANDAR SERTA PROSES PEMBANDARAN (URBA...
 
Kota dan Inovasi: Inovasi sebagai Gaya Hidup Baru Kota Modern
Kota dan Inovasi: Inovasi sebagai Gaya Hidup Baru Kota ModernKota dan Inovasi: Inovasi sebagai Gaya Hidup Baru Kota Modern
Kota dan Inovasi: Inovasi sebagai Gaya Hidup Baru Kota Modern
 
[Ibu Tatiek] - AZ Sociopreneur.pdf
[Ibu Tatiek] - AZ Sociopreneur.pdf[Ibu Tatiek] - AZ Sociopreneur.pdf
[Ibu Tatiek] - AZ Sociopreneur.pdf
 
Konsep kebijakan perumahan rakyat miskin
Konsep kebijakan perumahan rakyat miskinKonsep kebijakan perumahan rakyat miskin
Konsep kebijakan perumahan rakyat miskin
 
Urbanisasi
UrbanisasiUrbanisasi
Urbanisasi
 
Chapter i
Chapter iChapter i
Chapter i
 
Materi pak darrundono kampung masa depan
Materi pak darrundono   kampung masa depanMateri pak darrundono   kampung masa depan
Materi pak darrundono kampung masa depan
 
Isu kependudukan terkini
Isu kependudukan terkiniIsu kependudukan terkini
Isu kependudukan terkini
 
Pembangunan yang Memberdayakan dan Memajukan Masyarakat DKI Jakarta
Pembangunan yang Memberdayakan dan Memajukan Masyarakat DKI JakartaPembangunan yang Memberdayakan dan Memajukan Masyarakat DKI Jakarta
Pembangunan yang Memberdayakan dan Memajukan Masyarakat DKI Jakarta
 
INTERAKSI DESA-KOTA.pdf
INTERAKSI DESA-KOTA.pdfINTERAKSI DESA-KOTA.pdf
INTERAKSI DESA-KOTA.pdf
 
jumlah penduduk
jumlah pendudukjumlah penduduk
jumlah penduduk
 
Musni Umar: Membangun Dki Jakarta
Musni Umar: Membangun Dki JakartaMusni Umar: Membangun Dki Jakarta
Musni Umar: Membangun Dki Jakarta
 

Siapa Warga Jakarta

  • 1. SIAPA WARGA JAKARTA? Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk Jakarta saat ini kurang lebih 9,057 juta jiwa. Itu yang tercatat. Sedangkan penduduk siang hari termasuk penglaju dari Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi mencapai kurang lebih 10,2 juta jiwa. Dan mungkin jumlah ini masih bertambah dengan penduduk yang tidak tercatat dan bukan penglaju, tetapi mudah kita temui di malam hari di halte- halte, terminal, pasar dan taman kota. Siapakah penduduk Jakarta? Seberapa penting pertanyaan ini? Tentu saja sangat penting, karena pertanyaan itu menjawab siapa yang mestinya dilayani oleh pemerintah DKI Jakarta. Penduduk kota sangat berbeda dengan penduduk desa. Penduduk desa jelas terdefinisi siapa dan tinggal dimana. Petanyapun tak banyak berubah dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan penduduk kota boleh dibilang lebih cair sifatnya. Dinamika kota memungkinkan warganya datang dan pergi, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Bahkan penduduk siang dan malam bisa berbeda. Ini adalah konsekuensi tingginya mobilitas warga. Apalagi Jakarta yang sudah berkembang menjadi megalopotitan dengan banyak kota satelit di sekitarnya. Berdasarkan aktifitas dan tempat tinggalnya, penduduk Jakarta bisa diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: Pertama, penduduk formal yaitu penduduk yang memiliki KTP Jakarta. Kelompok ini adalah penduduk yang bertempat tinggal di Jakarta. Mereka bisa bekerja di Jakarta atau di luar Jakarta. Tetapi secara de yure, merekalah penduduk Jakarta. Mereka membayar pajak di Jakarta dan mendapat pelayanan publik di Jakarta. Kedua, penduduk informal yaitu penduduk yang bertempat tinggal di Jakarta tetapi tidak memiliki KTP Jakarta. Kelompok ini juga termasuk penduduk pendatang yang mengadu nasib di Jakarta. Mereka tidak langsung memiliki KTP karena berbagai alasan. Kelompok ini terbagi lagi menjadi 3 yaitu penduduk yang sudah lama tinggal dan bekerja di Jakarta, penduduk yang bekerja di Jakarta tetapi tidak bertempat tinggal tetap (kos atau kontrak), dan penduduk yang tidak memiliki tempat tinggal tetap dan pekerjaan tetap. Penduduk Besar: Masalah atau Potensi? Sebagian ahli demografi percaya Teori Malthus bahwa manusia akan tetap hidup miskin/melarat selama terjadi ketidak-seimbangan jumlah penduduk dengan daya dukung lingkungan, khususnya ketidak-seimbangan jumlah penduduk dengan persediaan bahan makanan. Jumlah penduduk yang terus bertambah dapat mempercepat eksploitasi sumberdaya alam dan mempersempit persediaan lahan hunian dan lahan pakai. Dengan kata lain jumlah penduduk yang terus bertambah dan makin padat sangat mengganggu daya dukung dan daya tampung lingkungan. Teori ini diikuti juga oleh sebagian besar birokrat kota dimana pertumbuhan penduduk dianggap sebagai persoalan kota yang perlu dikendalikan. Pemerintah Indonesia masa Soeharto juga berpandangan demikian sehingga dibuatlah program Keluarga Berencana (KB) untuk membatasi jumlah anak di setiap keluarga hanya 2 saja. Di beberapa kota besar di Indonesia juga membuat prosedur pembuatan KTP sedemikian rupa supaya orang tidak mudah mendapatkannya dengan alasan untuk mengendalikan jumlah penduduk kota. Akibatnya banyak penduduk yang tidak bisa mendapatkan akses pelayanan publik (subsidi pendidikan, kesehatan dan jaminan sosial) karena tidak memiliki KTP. Tanpa KTP seseorang tidak akan bisa membuat badan usaha formal, mengakses kredit, membuat rekening bank dan mengakses dana pemerintah.
  • 2. Sekilas Teori Malthus ada benarnya jika kita melihat rupa Kota Jakarta yang macet, banjir, polusi, sering kebakaran, banyak gelandangan, tingginya kriminalitas dan buruknya kualitas air bersih. Namun ada kelompok ahli yang lain yang mengkritik Teori Malthus. Mereka mengatakan bahwa Malthus tidak mempertimbangkan kemajuan teknologi transportasi, pangan dan komunikasi. Malthus juga tidak mempertimbangkan bahwa kelahiran bisa dikendalikan jika standar hidup meningkat. Kelompok aliran Marxist berpandangan bahwa peningkatan jumlah penduduk tidak akan membahayakan ketersediaan pangan, tetapi mengancam ketersediaan lapangan pekerjaan. Menurut mereka jika jumlah penduduk bertambah, produksi bahan makanan juga bertambah jadi tidak akan masalah. Kelangkaan kesempatan kerja terjadi di negara-negara kapitalis. Akumulasi penduduk adalah pasar Kedua kelompok ini ada benarnya tapi tidak sepenuhnya benar. Bahwa semakin banyak penduduk, maka dibutuhkan lebih banyak bahan makanan itu betul. Bahwa semakin banyak penduduk, semakin sulit mendapatkan lapangan pekerjaan itu bisa terjadi, tetapi tidak sepenuhnya betul. Hal ini karena kota bukanlah sebuah wilayah yang statis dan terisolasi. Kota adalah sebuah area yang luasannya bisa bertambah. Kota adalah sebuah aglomerasi aktivitas ekonomi yang terbuka. Arus barang, jasa dan uang terbuka keluar masuk sebuah kota. Jadi, apabila penduduk yang datang semakin banyak sedangkan lahan terbatas maka kota akan meluas ke daerah sekitarnya. Dan itulah yang terjadi dengan Jakarta yang kini berkembang menuju Megalopolitas Jakarta. Wilayah ini sudah melewati batas administrasi Jakarta, yaitu meluas hingga Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Cianjur. Akumulasi penduduk adalah pasar. Setiap orang memiliki berbagai kebutuhan. Karena itu aktifitas ekonomi terjadi, dimana sekelompok orang membantu memenuhi kebutuhan kelompok lain dan begitu sebaliknya. Orang perlu makanan, maka muncullah pasar bahan makanan dan warung makan. Orang perlu pakaian maka muncullah pasar pakaian. Orang perlu hiburan, maka berkembanglah bisnis hiburan. Orang membutuhkan jasa keuangan, jasa pengiriman barang dan sebagainya. Jadi, akumulasi penduduk menciptakan aktifitas ekonomi yang membuka lapangan pekerjaan. Orang bilang, apapun dijual di Jakarta akan laku. Syaratnya satu, mau bekerja. Orang lebih mudah mendapatkan lapangan pekerjaan di kota daripada di desa. Semakin banyak penduduk, semakin besar aktivitas ekonomi yang bisa dilakukan. Bahkan Jakarta bisa telah terbukti menghidupkan aktifitas ekonomi di daerah-daerah lain di Indonesia. Kota ini adalah pusat transaksi jual beli antardaerah di Indonesia. Lalu bagaimana dengan buruknya kualitas lingkungan, macet dan banjirnya Jakarta? Sebelum menjawabnya kita harus sadar bahwa semakin banyaknya penduduk yang datang ke Jakarta adalah sebuah keniscayaan akibat akumulasi aktivitas ekonomi sebagai ibukota negara dan Pusat Kegiatan Ekonomi Nasional. Maka yang perlu dilakukan adalah mengatur aktivitasnya. Siapapun gubernurnya, Pemerintah DKI Jakarta harus melayani seluruh warga Jakarta yaitu semua orang yang beraktifitas di Jakarta. Setiap orang yang datang ke Jakarta sesungguhnya telah otomatis mendatangkan keuntungan ekonomi bagi kota. Mereka membelanjakan uang di Jakarta, membayar secara tidak langsung pajak dan retribusi daerah. Maka mereka meskipun tidak bertempat tinggal di Jakarta atau tidak ber-KTP Jakarta tetap berhak mendapatkan pelayanan yang semestinya. Begitulah definisi warga Jakarta yang harus diambil oleh pemerintah DKI Jakarta. Setiap warga kota harus mendapatkan hak dasarnya tidak peduli apakah mereka penduduk formal maupun informal. Tidak boleh ada seorangpun yang menginjakkan kaki di Jakarta dan terlantar kebutuhan dasarnya.[]