Makalah ini membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan obstruksi saluran napas, meliputi pengantar, daftar isi, latar belakang, tujuan, manfaat, tinjauan teori tentang definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan, penatalaksanaan, komplikasi, konsep asuhan keperawatan, studi kasus, penutup dan daftar pustaka.
thats articel describe about lung cancer . in indonesia and other country. how the illnes gone in someone body. stay health and fresh.
makalah ini menceritakan bagaimana terjadinya kanker paru paru, gejala nya dan pendeteksian hingga pengobatan penyakit kanker paru paru
thats articel describe about lung cancer . in indonesia and other country. how the illnes gone in someone body. stay health and fresh.
makalah ini menceritakan bagaimana terjadinya kanker paru paru, gejala nya dan pendeteksian hingga pengobatan penyakit kanker paru paru
Apa itu SP2DK Pajak?
SP2DK adalah singkatan dari Surat Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau Keterangan yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pajak (KPP) kepada Wajib Pajak (WP). SP2DK juga sering disebut sebagai surat cinta pajak.
Apa yang harus dilakukan jika mendapatkan SP2DK?
Biasanya, setelah mengirimkan SPT PPh Badan, DJP akan mengirimkan SP2DK. Namun, jangan khawatir, dalam webinar ini, enforce A akan membahasnya. Kami akan memberikan tips tentang bagaimana cara menanggapi SP2DK dengan tepat agar kewajiban pajak dapat diselesaikan dengan baik dan perusahaan tetap efisien dalam biaya pajak. Kami juga akan memberikan tips tentang bagaimana mencegah diterbitkannya SP2DK.
Daftar isi enforce A webinar:
https://enforcea.com/
Dapat SP2DK,Harus Apa? enforce A
Apa Itu SP2DK? How It Works?
How to Response SP2DK?
SP2DK Risk Management & Planning
SP2DK? Surat Cinta DJP? Apa itu SP2DK?
How It Works?
Garis Waktu Kewajiban Pajak
Indikator Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak
SP2DK adalah bagian dari kegiatan Pengawasan Kepatuhan Pajak
Penelitian Kepatuhan Formal
Penelitian Kepatuhan Material
Jenis Penelitian Kepatuhan Material
Penelitian Komprehensif WP Strategis
Data dan/atau Keterangan dalam Penelitian Kepatuhan Material
Simpulan Hasil Penelitian Kepatuhan Material Umum di KPP
Pelaksanaan SP2DK
Penelitian atas Penjelasan Wajib Pajak
Penerbitan dan Penyampaian SP2DK
Kunjungan Dalam Rangka SP2DK
Pembahasan dan Penyelesaian SP2DK
How DJP Get Data?
Peta Kepatuhan dan Daftar Sasaran Prioritas Penggalian Potensi (DSP3)
Sumber Data SP2DK Ekualisasi
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Penghasilan PPh Badan vs DPP PPN
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Gaji , Bonus dll vs PPh Pasal 21
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Jasa, Sewa & Bunga vs PPh Pasal 23/2 & 4 Ayat (2)/15
Sumber Data SP2DK Mirroring
Sumber Data SP2DK Benchmark
Laporan Hasil P2DK (LHP2DK)
Simpulan dan Rekomendasi Tindak Lanjut LHP2DK
Tindak lanjut SP2DK
Kaidah utama SP2DK
How to Response SP2DK?
Bagaimana Menyusun Tanggapan SP2DK yang Baik
SP2DK Risk Management & Planning
Bagaimana menghindari adanya SP2DK?
Kaidah Manajemen Perpajakan yang Baik
Tax Risk Management enforce A APPTIMA
Tax Efficiency : How to Achieve It?
Tax Diagnostic enforce A Discon 20 % Free 1 month retainer advisory (worth IDR 15 million)
Corporate Tax Obligations Review (Tax Diagnostic) 2023 enforce A
Last but Important…
Bertanya atau konsultasi Tax Help via chat consulting Apps enforce A
Materi ini telah dibahas di channel youtube EnforceA Konsultan Pajak https://youtu.be/pbV7Y8y2wFE?si=SBEiNYL24pMPccLe
Program sarjana merupakan pendidikan akademik yang diperuntukkan bagi lulusan pendidikan menengah atau sederajat sehingga mampu mengamalkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui penalaran ilmiah.
Program sarjana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyiapkan Mahasiswa menjadi intelektual dan/atau ilmuwan yang berbudaya, mampu memasuki dan/atau menciptakan lapangan kerja, serta mampu mengembangkan diri menjadi profesional.
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
1. Selasa, 05 Juni 2012
OBSTRUKSI SALURAN NAPAS
MAKALAH SISTEM RESPIRASI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
OBSTRUKSI SALURAN NAPAS
DOSEN PEMBIMBING:
Ns.Agus Supriyadi,S.Kep
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2012
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan keperawatan pada klien
denga Obstruksi Saluran Napas.
Dalam penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan dukungan serta
bantuan, terkhusus dari dosen pembimbing yaitu bapak Ns.Agus Supriyadi,S.Kep. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tiada hingganya.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca dan dapat
menunjang kita lebih kreatif dalam sistem belajar mengajar. Dan penulis pun menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis berharap khususnya
kepada pendidik dan umumnya kepada pembaca untuk memberi saran dan kritik yang
konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.
Bengkulu, Mei 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................ 1
1.2. Tujuan............................................................................................. 2
3. 1.3. Manfaat........................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Teori
2.1.1. Definisi................................................................................................... 3
2.1.2. Etiologi................................................................................................... 3
2.1.3. Klasifikasi dan Stadium Penyakit............................................... 4
2.1.4. Patofisiologi................................................................................ 6
2.1.5. WOC (Web Of Causa)............................................................... 8
2.1.6. Manifestasi Klinis....................................................................... 9
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang.............................................................. 10
2.1.8. Penatalaksanaan.......................................................................... 11
2.1.9. Komplikasi.................................................................................. 16
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1. Pengkajian Teoritis Lengkap...................................................... 17
2.2.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul........................ 20
2.2.3. NCP (Nursing Care Planning).................................................... 21
BAB III TINJAUAN KASUS (Kasus Fiktif)
3.1... Pengkajian Lengkap..................................................................... 28
3.2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul........................................ 31
3.3. NCP (Nursing Care Planning)....................................................... 32
3.4. Implementasi Dan Evaluasi SOAP................................................ 37
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................... 44
4.2 Saran............................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan pembangunan Nasional Indonesia yang berpedoman pada Garis
Besar Haluan Negara yang bertujuan mewujudkan suatu kehidupan bermasyarakat yang
makmur, adil dan merata yang berdasarkan pancasila, dimana pada hakikatnya yaitu
pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
Dalam kaitan ini, pembangunan itu tidak hanya memperbaiki kemajuan lahiriah saja
tetapi juga memperbaiki kemajuan batiniah. Adapun yang memperbaiki kemajuan lahiriah
4. seperti sandang pangan, perumahan dan sebagainya, sedangkan hal yang memperbaiki
kemajuan batiniah seperti adanya rasa kesehatan, kepuasan, kependidikan dan rasa keadilan.
Maka dari itu, untuk menunjang masalah kesehatan bagi masyarakat, pemerintah
mengeluarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia No: 938/Menkes/x/1992,
yang berisikan tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit.
Sehubungan dengan pentingnya kesehatan bagi setiap makhluk hidup, baik manusia,
hewan maupun tumbuhan, maka yang sangat berperan dalam meningkatkan kesehatan bagi
masyarakat yaitu masyarakat itu sendiri dan instansi-instansi kesehatan yang ada. Untuk
menunjang dalam meningkatkan kuialitas kesehatan, maka rumah sakit (tenaga kesehatan)
dituntut untuk melaksakan upaya kesehatan yang bermutu terutama dalam proses pemberian
Asuhan Keperawatan yang profesional terhadap pasien dengan berbagai penyakit yang
bertujuan untuk kesehatan terhadap pasien.
Dengan demikian, kita dapat melihat dan merasakan bahwa akan pentingnya
kesehatan itu dan sehat itu merupakan suatu keadaan yang paling baik dan paling mendukung
dalam aktivitas apapun.
Untuk mewujudkan suatu pelayanan serta tindakan dalam pemberian asuhan
keperawatan yang profesional, mutu pendidikan dan pengetahuan perlu juga ditingkatkan
agar tujuan yang diinginkan dapat terlaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dari uraian di atas maka penulis mencoba mengangkat masalah tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Obstruksi saluran Napas”.
Obstruksi saluran napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab. Obstruksi
jalan napas akut biasanya disebabkan oleh partikel makanan, muntahan, bekuan darah, atau
partikel lain yang masuk dan mengobstruksi laring atau trakea. Obstruksi saluran napas juga
dapat terjadi akibat dari adanya sekresi kental atau pembesaran jaringan pada dinding jalan
napas, seperti: epiglotitis, edema laring, karsinoma laring, atau peritonsilar abses.
Pasien yang karena beberapa sebab mengalami penurunan kesadaran , sangat
beresiko mengalami obstruksi jalan napas. Hal tersebut disebabkan karena hilangnya reflek
proteksi tubuh (batuk dan menelan) dan hilangnya tonus otot faringeal yang menyebabkan
lidah jatuh kebelakang sehingga menghambat jalan napas.
Benda asing yang teraspirasi dan tersangkut di laring dapat menyebabkan sumbatan
total atau persial pada saluran pernapasan. Jenis hambatan ini tergantung dari ukuran, bentuk
dan posisi benda asing pada rimaglotis. Kadang-kadang sentuhan benda asing pada pita suara
menyebabkan spasme laring, sehingga benda asing tersebut terjepit diantara pita suara.
5. Berdasarkan latar belakang diatas kelompok tertarik untuk membahas tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan obstruksi jalan napas.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran Napas.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep dasar teoritis penyakit Obstruksi Saluran Napas.
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran
Napas, yang meliputi pengkajian, diagnosa keprawatan, dan intervensi.
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran Napas, yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
1.3. Manfaat
1. Makalah ini di harapkan dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca
pada umumnya dan Mahasiswa STIKES TMS Bengkulu.
2. Makalah ini di harapkan dapat menjadi panduan oleh mahasiswa dalam proses belajar.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Teori
2.1.1. Definisi
Obstruksi saluran napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada
saluran pernapasan bagian atas. (Irman Sumantri, Salemba Medika)
Obstruksi saluran napas atas adalah kegagalan sistem pernapasan dalam memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh akibat sumbatan saluran napas bagian atas (dari hidung sampai
percabangan trakea).(www.klikdokter.com)
Obstruksi saluran napas atas adalah adanya sumbatan pada struktur saluran napas atas,
sehingga ruang untuk mengalirnya udara inspirasi mengecil yang menyebabkan penderita
mengalami gangguan pernapasan.
(http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/01/25/saluran-pernafasan).
Obstruksi jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada
saluran pernapasan bagian atas.
2.1.2. Etiologi
6. A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung
Idiopatik (belum diketahui)
2. Karsinoma Nasofaring
Virus Epstein Barr
Faktor rass
Letak geografis
Jenis kelamin : laki-laki > wanita
Faktor lingkungan (iritasi bahan kimia, kebiasaan memasak dengan bahan/bumbu masakan
tertentu, asap sejenis kayu tertentu).
Faktor genetik
3. Polip hidung
Akibat reaksi hipersensitif / reaksi alergi pada mukosa hidung
B. Obstruksi Laring
Radang akut dan kronis
Benda asing
Trauma akibat kecelakaan, perkelahian, bunuh diri, senjata tajam dan tindakan medik dengan
gerakan tangan yang kasar.
Tumor ganas atau jinak
Kelumpuhan Nervus laringeus rekuren bilateral
Abses Peritonsil (Quinsy)
Disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan
treptsococcus pyogenes.
Kuman aerob dan anaerob(Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
2.1.3. Klasifikasi
Klasifikasi Obstruksi Saluran Napas atas,Terdiri dari:
A. Obstruksi Nasal
Perjalanan udara melalui nostril sering kali tersumbat oleh deviasi septum nasi,
hipertrofi tulang turbinat, atau tekanan polip, yaitu pembengkakan seperti buah jeruk yang
timbul dari membran mukosa sinus, terutama etmoid. Obstruksi ini juga dapat mengarah pada
kondisi infeksi kronis hidung dan mengakibatkan episode nasofaringitis yang sering.
Seringkali, infeksi meluas sampai sinus-sinus hidung (rongga yang dilapisi lendir yang
dipenuhi oleh udara yang normalnya mengalir ke dalam hidung). Bila terjadi sinusitis dan
7. drainase dari rongga ini terhambat oleh deformitas atau pembengkakan di dalam hidun, maka
nyeri akan dialami pada region sinus yang sakit. (Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal
Bedah, 2001:554)
Obstruksi nasal merupakan tersumbatnya perjalanan udara melalui nostril oleh deviasi
septum nasi, hipertrofi tulang torbinat / tekanan polip yang dapat mengakibatkan episode
nasofaringitis infeksi. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
Obstruksi pada nasal meliputi:
1. Tumor hidung
Yaitu pertumbuhan sel yang abnormal sebagai akibat radang pada hidung. (Ramis Ahmad,
2000)
Ada 2 jenis tumor, yaitu:
Tumor jinak, biasanya terjadi di kavum nasi dan sinus paranasal.
Tumor ganas, sering ditemukan di papiloma.
2. Karsinoma Nasofaring
Merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi difosa
rosenmuller dan atap nasofaring dan merupakan tumor di daerah leher. (Arif Mansjoer, dkk.
Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
3. Polip Hidung
Merupakan masa lunak, berwarna puth, keabu-abuan yang terdapat di dalam ringga hidung,
paling sering berasal dari sinus etmoid, multipel dan bilateral. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita
Selekta Kedokteran, 1999)
B. Obstruksi Laring
Adalah adanya penyumbatan pada ruang sempit pita suara yang berupa
pembengkakan membran mukosa laring, dapat menutup jalan dengan rapat mengarah pada
astiksia. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
Penyakit obstruksi laring, yaitu :
Sumbatan Total Laring
Sumbatan total laring dapat terjadi karena benda asing yang teraspirasi tersangkut dilaring
dan menutup seluruh rimaglotis. (Irman Somantri,2008:138)
Abses peritonsil (Quinsy)
8. Yaitu kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsial. (Arif Mansjoer, dkk.
Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
STADIUM PENYAKIT
Sumbatan Partial Laring
Benda asing yang terdapat dilaring akan menyebabkan keluhan sumbatan saluran
pernapasan berupa batuk tiba-tiba, suara sesak dan sesak napas. Jika sumbatan ini
berlangsung terus maka akan timbul gejala tambahan yaitu stridor. Pada pemeriksaan fisik
didapat gejala sumbatan laring yang dibagi dalam empat stadium. (Jackson)
Stadium I : Cekungan sedikit pada inspirasi didaerah suprastenal, kadang-kadang belum
ada stridor.
Stadium II : Cekungan di suprastenal dan epigastrium, stridor mulai terdengar.
Stadium III : Cekungan terdapat di suprasternal, epigastrium, interkostal dan
supraklavikula. Stridor jelas terdengar dan pasien tampak gelisah.
Stadium IV : Cekungan bertambah dalam, sianosis, pasien yang mula-mula gelisah, mulai
tampak bertambah lemah dan akhirnya diam dengan kesadaran menurun. (Irman
Somantri,2008:140)
2.1.4. Patofisiologi
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung
Tumor hidung dapat diketahui bersama-sama dengan polip nasi dan cenderung kambuh.
Mempunyai kecenderungan untuk timbul bersama tumor hidung sel skuamosa maligna, lebih
sering timbul di dinding lateral hidung dan dapat pula menyebabkan obstruksi saluran
pernapasan hidung, perdarahan intermiten atau keduanya. (Ramis Ahmad, 2000)
2. Karsinoma Nasofaring
Agen penyebab masuk ke saluran napas atas dan mengiritasi epitoliuma yang terdapat pada
dinding mukosa nasofaring sampai berulserasi dan terinfeksi, menyebabkan pertumbuhan
jaringan baru yang dapat bersifat ganas yang dapat menyebabkan obstruksi saluran
pernapasan bagian atas. Menyebabkan pertukaran O2 di dalam tubuh terhambat, sehingga
pemenuhan kebutuhan O2 tidak adekuat. Selain itu, karsinoma nasofaring bisa bermetastase
ke jaringan / organ tubuh lain.
9. 3. Polip Hidung
Akibat reaksi alergi pada mukosa hidung, menyebabkan mukosa hidung membengkak dan
terisi banyak cairan interseluler, sehingga sel menjadi radang kemudian terdorong ke dalam
rongga hidung oleh gaya berat dan akan menekan jaringan saraf, pembuluh darah dan
kelenjar pada hidung. Sehingga terbentuklah masa yang mengandung jaringan saraf
pembuluh darah yang rusak, yang dapat menimbulkan sumbatan hidung yang menetap dan
rinorea serta terjadinya hiposmig / anemia, sehingga mengakibatkan klien terlihat bersin-bersin
dan terjadinya iritasi di hidung.
B. Obstruksi Laring
Laring merupakan kotak kaku dan mengandung ruangan sempit antara pita suara
(glotis), dimana udara harus melewati ruang ini. Adanya pembengkakan membran mukosa
larings dapat menutupi jalan ini yang menjadi penyebab kematian.
Abses Peritonial (Quinsy)
Proses infeksi yang disebabkan oleh kuman penyebab tonsilitis di dalam ruang peritonsil
akan mengalami supurasi (proses terbentuknya nanah karena bakteri piogen, lalu menembus
kapsul tonsil dan menjalar serta menginfeksi di sekitar gigi, ke spatium parafaringium dan
pembuluh darah yang dapat menyebabkan sepsis).
2.1.6. Manifestasi Klinik
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor Hidung
Secara makroskopi mirip dengan polip hidung, hanya lebih keras, padat dan tidak mengkilat.
Ada dua jenis, yaitu aksolitik dan andolitik (papiloma inversi) yang terakhir bersifat sangat
10. invasif, dapat merusak tulang dan jaringan lunak sekitarnya diduga dapat berubah menjadi
ganas.
2. Karsinoma Nasofaring
Gejalanya dibagi dalam 4 kelompok, yaitu:
Gejala nasofaring sendiri, berupa epistaksis ringan, pilek / sumbatan hidung.
Gejala telinga, berupa tinitus, rasa tidak nyaman sampai nyeri di telinga.
Gejala saraf, berupa gangguan saraf otak seperti diplopia, parestesia di daerah pipi, neurolgia
trigeminal, parasis / paralisis arkus faring, kelumpuhan otot bahu dan sering tersedak.
Gejala / metastatis di leher, berupa benjolan di leher.
3. Polip Hidung
Sumbatan hidung yang menetap dan rinorea.
Dapat terjadi hiposmig / anosmia
Bersin
Iritasi di hidung
Pembengakakan mukosa dari mukosa hidung di luar sinus.
Masa berupa berwarna putih seperti agar-agar.
Bila ditusuk tidak memberikan rasa sakit dan tidak berdarah.
B. Obstruksi Laring
Hipersalivasi
Suara sengau
Kadang-kadang sulit membuka mulut
Pembengkakan
Nyeri tekan pada kelenjar submandibular
Palatum mole pembengkakan
Teraba fruktuasi
Tonsil bengkak
Abses Peritonsil (Quinsy)
Demam tinggi
Leukositosis
Nyeri tenggorokan
11. Otalgia
Nyeri menelan
Muntah
Mulut berbau
Hiperemis
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung dan karsinoma
Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini
CT Scan : perluasan tumor dan destruksi tulang
MRI : membedakan jaringan tumor dari jaringan normal
Pemeriksaan Radiologik Konvensional : tampak masa jaringan lunak di daerah nasofaring.
Tomografi komputer : terlihat adanya simetri dari resesus lateratif, tonus tubarius dan
dinding posterior nasofaring.
Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal, dll : untuk memastikan adanya tumor, mendeteksi
kekambuhan / untuk mendeteksi secara dini tumor.
2. Polip Hidung
Rinoskopi anterior → terlihat adanya polip
Endoskopi → terlihat polip yang masih sangat kecil dan belum keluar kom. dapat terlihat.
Rontgen polos (CT Scan) → mendeteksi adanya simetrif
Biopsi → penampakan makroskopis menyerupai keganasan / bila pada foto rontgen ada
gambaran erosi tulang.
3. Abses Peritonsil
Kadang-kadang sukar memeriksa seluruh jaringan, karena trismus-palatum mole
tampak membengkak dan menonjol ke depan, dapat teraba fluktuasi, uvula bengkak dan
terdorong ke sisi kontra lateral. Tonsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak / detritus dan
terdorong ke arah tengah, depan dan bawah.
2.1.8. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Medis
12. 1. Obstrusi Nasal
Pengobatan obstruksi hidung membutuhkan pengangkatan obstruksi, diikuti dengan
tindakan untuk mengatasi apakah terdapat infeksi kronis. Pada banyak pasien alergi yang
mendasari memerlukan pengobatan. Pada waktunya diperlukan tindakan operasi untuk
mengalirkan sinus nasal. Prosedur spesifik dilakukan tergantung pada jenis obstruksi hidung
yang ditemukan. Biasanya, operasi dilakukan dibawah anestesi lokal.
Jika deviasi septum menjadi penyebab obstruksi, maka dokter bedah akan membuat
insisi kedalam membrane mukosa dan setelah mengangkat membrane mukosa tersebut dari
tulang, mengangkat tulang dan kartilago yang menyimpang dengan forsep tulang. Mukosa
kemudian dibiarkan untuk jatuh ke tempatnya dan ditahan dengan sumbat yang kuat.
Umumnya sumbat dibasahi dalam petrolatum cair sehingga sumbat tersebut dapat dengan
mudah dilepaskan dalam 24 sampai 36 jam. Operasi ini disebut reseksi submukosa atau
septoplasti. (Brunner & Sudarth,2001:555)
1. Tumor hidung
Pembedahan luas, bila ada yang tertinggi dapat residif.
Radiasi dapat mengecilkan tumor, tapi tidak dianjurkan karena bisa dapat menjadikan ganas.
2. Karsinoma Nasofaring
Radio terapi
Dilakukan diseksi leher
Pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi vaksin dan anti virus.
Kemoterapi dengan kombinasi sis-platinum.
3. Polip hidung
Tindakan konservatif dengan kortikosteroid sistemik atau oral, misal Prednison 50 mg/hari
Secara lokal disuntikan ke dalam polip, misal Triamsinolon asetonis / prednisolon 0,5 mg
tiap 5-7 hari.
Secara topikal sebagai semprot hidung, misal Beklometason dipropionah
Dilakukan ekstraksi polip dengan senar.
Operasi etmoidektomi intranasal dan ekstranasal.
Polip hidung diangkat dengan menjepitnya pada dasarnya dengan kawat senar.
Turbinat yang mengalami hipertrofi dapat diobati dengan memberikan astringen untuk
mengerutkan hipertrofi ini mendekati sisi hidung. (Brunner & Sudarth,2001:555)
2.Obstruksi Laring
Sumbatan Total Laring
13. Prinsip Penatalaksanaan adanya benda asing disaluran napas adalah dengan segera
mengeluarkan benda asing tersebut. Bila sumbatan total berlangsung lebih dari lima menit
pada orang dewasa atau delapan menit pada anak, maka akan terjadi kerusakan pada jaringan
otak dan jantung berhenti. Oleh karena itu, diperlukan ketepatan dalam menegakkan
diagnosis dan kecepatan dalam melakukan tindakan pertolongan. Bila peristiwa ini terjadi
dimana tidak terdapat peralatan laringoskopi langsung, maka dapat dilakukan :
a. Perasat Heimlich (Heimlich Maneuver)
Merupakan suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total
atau benda asing ukuran besar yang terletak di hipofaring. Prinsipnya memberi tekanan pada
paru. Dilakukan tekanan keatas dan kedalam rongga perut sehingga diafragma terdorong
keatas sehingga udara mendorong sumbatan laring keluar dalam 3-4 kali hentakan. Dapat
dilakukan pada orang dewasa dan pada anak-anak. ( Abdul Rachman, 2000)
Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring
secara total atau benda asing berukuran besar yang terletak dihipofaring. Prinsip mekanisme
perasat Heimlich adalah dengan memberikan tekanan pada paru-paru.
Pada Perasat Heimlich lakukanlah tekanan kedalam dan keatas rongga perut sehingga
menyebabkan diafragma terdorong keatas. Tenaga dorongan ini akan mendesak udara dalam
paru keluar. Perasat Heimlich ini dapat dilakukan pada orang dewasa dan juga pada anak.
Tata cara Pelaksanaannya adalah: penolong berdiri dibelakang penderita sambil
memeluk badannya. Tangan kanan dikepalkan dengan bantuan tangan kiri,kedua tangan
diletakkan pada perut bagian atas, kemudian dilakukan penekanan rongga perut kearah dalam
dan keatas dengan hentakan beberapa kali. Diharapkan dengan hentakan 4-5 kali benda asing
akan terlempar keluar.
Pada pasien yang tidak sadar atau terbaring, perasat Heimlich dapat juga dilakukan
denga cara : penolong berlutut dengan kaki pada kedua sisi penderita. Sebelumnya posisi
muka penderita dan leher harus lurus. Kepalan tangan kanan diletakkan dibawah tangan kiri
didaerah epigastrium. Dengan hentakan tangan kiri kebawah dan keatas beberapa kali udara
dalam paru-paru akan mendorong benda asing keluar.
b. Krikotirotomi
Krikotirotomi adalah tindakan ‘life saving’ untuk mengatasi sumbatan jalan napas
dilaring. Hal tersebut dilakukan dengan cara membuka membrane krikotiroid secara cepat.
Penderita dibaringkan telentang dengan leher ekstensi. Kartilago tiroid diraba, dibuat sayatan
14. kulit tepat dibawahnya. Jaringan dibawah sayatan dipisahkan tepat pada garis tengah. Setelah
tepi bawah kartilago tiroid terlihat tusukan pisau dengan arah kebawah untuk menghindari
tersayatnya pita suara. Masukkan corong atau pipa plastik sebagai ganti kanul.
c. Laringoskopi
Laringoskopi merupakan cara terbaik untuk mengeluarkan benda yang tersangkut
dilaring. Oleh karena itu benda asing tersebut langsung dapat dikeluarkan dengan bantuan
cunam. Untuk tindakan ini penderita dirujuk kerumah sakit. (Irman Somantri,2008:138)
3. Abses peritonsial (Quinsy)
Pada stadium infiltrasi, tindakan yang dilakukan :
Berikan antibiotik dosis tinggi (penisilin 600.000 – 1.200.000 unit, ampisilin, dll)
Berikan analgesik, antipirotik (parasetamol 3x250 . 500 mg)
Anjurkan berkumur dengan antiseptik / air hangat dan kompres dengan air hangat bila telah
terbentuk abses, perlu dilakukan insisi abses sebagai berikut :
Insisi pada pertemuan garis horizontal melalui vulva dengan garis vertikal melalui arkus
faringeus. Luka insisi dilebarkan dengan klem, nanah dihisap dengan baik supaya tidak
masuk ke faring, sebelum insisi dapat diberikan anestesia dengan spray silokain 1 % /
anastesi blok pada ganglion stenoplatinum.
Setelah selesai, lakukan berkumur dengan larutan bargarisma khan atau larutan betadin /
larutan peroksid 3% atau larutan PK 0,001 %
Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan secara umum adalah :
1. Posisikan klien dengan posisi semi fowler.
2. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
3. Berikan makanan dalam bentuk lunak.
4. Ciptakan lingkungan yang konduktif.
5. Berikan dukungan pada pasien.
6. Lakukan perawatan luka dengan kumur antiseptik.
Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang
hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat digerakkan (yaitu; bergerak
saat fonasi). Selain itu, pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa
15. mungkinmengalami kondritis. (inflamasi cartilage) atau stenosis; sejumlah kecil dari mereka
yang mengalami stenosis nantinya membutuhkan laringektomi. Terapi radiasi juga dapat
digunakan secara praoperatif untuk engurangi ukuran tumor.
Algoritme penatalaksanaan sumbatan/obstruksi komplet dan obsrtuksi sebagian dari
saluran napas
1.1.9. Komplikasi
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung
Tidak dapat bermetastasis, tetapi sangat destruktif disekitarnya dapat menyebar memenuhi
nasofaring dan terlihat dari orofaring.
2. Karsinoma Nasofaring
Metastasis jauh ke tulang, hati dan paru dengan gejala khas, nyeri pada tulang, batuk-batuk
dan gangguan fungsi hati.
3. Polip Hidung
Terjadinya pertautan endotel yang terbuka, menandakan kebocoran pembuluh darah.
B. Obstruksi Larings
Abses Peritonsial (Quinsy)
Abses parafaringeal
Abses retrofaringeal dan edema larings
Dehidrasi perdarahan
Aspirasi paru
Mediastinitis
Trambus sinus kavernosus
Meningitis dan abses otak. (Arif Mansjoer, dkk, 1999)
Berdasarkan pada data pengkajian, potensial komplikasi yang mungkin terjadi termasuk:
Distres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)
Hemoragi
Infeksi. (Brunner & Suddarth,2001:559)
2.2. KONSEP DASAR ASKEP
2.2.1. Pengkajian Teoritis Lengkap
1. Identitas Klien
16. Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya yang meliputi : Nama, jenis
kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama dan tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah batuk berdahak,
nyeri dada, sesak napas.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita obstruksi jalan napas menampakkan gejala nyeri dada, batuk berdahak , dan disertai
sesak napas dan adanya edema pada laring.
4. Riwayat Kesehatan terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien
pernah menderita penyakit sebelumnya seperti: adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol
dan penggunaan obat kontrasepsi oral.
5. Riwayat kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat adanya penyakit obstruksi jalan napas pada anggota keluarga yang lain seperti:
penyakit Asma.
6. Data Dasar Pengkajian Pasien
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kkelemahan, kelelahan, keletihan, napas pendek.
Tanda : Frekuensi pernapasan meningkat.
Perubahan irama pernapasan.
Takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya hipertensi.
Tanda : Kenaikan tekanan darah meningkat.
Penampilan kemerahan, atau pucat.
3. Integritas ego
Gejala : Perasaan takut aka kehilangan suara, mati, terjadinya / berulangnya kanker.
Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan.
Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menolak
Menyangkal.
4. Eliminasi
Gejala : gangguan saat ini atau yang lalu / obstruksi riwayat penyakit paru
17. 5. Makanan/cairan
Gejala : Kesulitan menelan.
Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak.
Bengkak, luka.
(malnutrisi)
6. Neurosensori
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda)
Ketulian.
Tanda : Parau menetap atau kehilangan suara.
Kesulitan menelan.
Ketulian konduksi.
Kerusakan membranmukosa.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk) .
Tanda : Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi
gerakan).
8. Pernafasan
Gejala : Adanya riwayat merokok/mengunyah tembakau.
Bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik/serbuk, logam berat.
Riwayat penggunaan berlebihan suara.
Riwayat penyakit paru kronis.
Batuk dengan/tanpa sputum.
Drainase darah pada nasal.
Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis .
Dispnea.
9. Keamanan
Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau
radiasi.
Perubahan penglihatan/pendengaran.
Tanda : Massa/pembesaran nodul.
18. 10. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan alcohol berulang/riwayat penyalahgunaan alkohol.
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat :7,4 hari.
11. Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan luka, pengobatan, pengiriman
:transpormasi, belanja, penyiapan makanan, perawatan diri, perawatan / pemeliharaan rumah.
12. Pemeriksaan Penunjang :
Hasil foto rontgen : menunjukkan pembesaran jarinan pada laring.
Pemeriksaan sputum : ditemukan kuman streptococcus beta hemolyticus.
Pemeriksaan darah rutin didapatkan:
1. Leukosit: 16000/mm3
2. Hb : 11 gr/dl
3. Trombosit: 265.000/mm3
4. protein total : 5,85 gr/dl
Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini
Rontgen polos (CT Scan) → mendeteksi adanya simetrif
Biopsi → penampakan makroskopis menyerupai keganasan / bila pada foto rontgen ada
gambaran erosi tulang.
13. Prioritas keperawatan
Mempertahankan kepatenan jalan napas, ventilasi adekuat
Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternative.
Membuat/mempertahankan nutrisi adekuat.
Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang terganggu.
Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan.
2.2.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian.
19. 2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terdapatnya benda asing dalam
saluran pernapasan yang nenyebabkan sumbatan .
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan pengangkatan laring dan terhadap edema.
4. Berisiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan (serebral, cardial, dan pulmoner) yang
berhubungan dengan menurunnya suplai oksigen sekunder terhadap obstruksi saluran napas.
2.2.3. NCP (Nursing Care Planning)
No. Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
1. Ansietas
berhubungan
dengan adanya
ancaman
kematian.
Setelah dilakukan
intervensi selama
3x24 jam
diharapkan tidak
ada lagi perasaan
cemas
KH:
Melaporkan
takut atau
ansietas hilang
atau menurun
sampai tingkat
yang dapat
ditangani.
Penampilan
rileks dan
Mandiri:
Catat derajat
ansietas dan
takut.
Imformasikan
pasien/orang
terdekat bahwa
perasaannya
normal dan
dorong
Pemahaman bahwa
perasaan (dimana
berdasarkan situasi
sters ditambah
ketidak
seimbangan
oksigen yang
mengancam)
normal dapat
20. istirahat atau
tidur dengan
tepat.
mengekspresik
an perasaan.
Jelaskan proses
penyakit dan
prosedur
dalam tingkat
kemampuan
pasien untuk
memahami
dan menangani
informasi. Kaji
situasi saat ini
dan tindakan
yang diambil
untuk
mengatasi
masalah.
Tinggal dengan
pasien atau
membuat
perjanjian
dengan
seseorang
untuk
menunggu
selama
serangan akut.
Berikan
tindakan
kenyamanan
mis. Pijatan
punggung,
perubahan
membantu pasien
meningkatkan
beberapa perasaan
control emosi.
Menghilangkan
ansietas karena
ketidaktahuan dan
menurunkan takut
tentang keamanan
pribadi. Pada fase
dini penjelasan
perlu diulang
dengan sering dan
singkat karena
pasien mengalami
penurunan lingkup
perhatian.
Membantu dalam
menurunkan
ansietas yang
berhubungan
dengan
penolakkan adanya
dispnea berat/
perasaan mau
pingsan.
Alat untuk
menurunkan stress
dan perhatian tak
langsung untuk
meningkatkan
relaksasi dan
kemampuan
koping.
Memberikan pasien
21. posisi
Bantu pasien
untuk
mengidentifika
si perilaku
membantu,
mis. Posisi
yang nyaman,
focus
bernapas,
teknik
relaksasi.
Dukung pasien
atau orang
terdekat dalam
menerima
realita, situasi,
khususnya
rencana untuk
periode
penyembuhan
yang lama.
Libatkan
pasien dalam
perencana dan
partisipasi
dalam
perawatan.
Kembangkan
program
aktivitas dalam
batas
kemampuan
tindakan
mengontrol
untukmenurunkan
ansietas dan
ketegangan otot.
Mekanisme koping
dan partisipasi
dalam program
pengobatan
mungkin
meningkatkan
belajar pasien
untuk menerima
hasil yang
diharapkan dari
penyakit dan
meningkatkan
beberapa rasa
control.
Memberikan
kesehatan untuk
membentuk energy
dengan perasaan.
Pengembangan
dalam kapasitas
ansietas dalam
memerlukan
evaluasi lanjut dan
kemungkinan
intervensi dengan
obat antiansietas.
22. fisik
Waspadai
untuk perilaku
diluar control
atau
peningkatan
disfungsi
kardiopulmona
l, mis
memburuknya
dispnea dan
takikardia.
2. Bersihan jalan
napas tidkefektif
berhubungan
dengan
terdapatnya
benda asing
dalam saluran
pernapasan yang
nenyebabkan
sumbatan
Setelah dilakukan
intervensi selama
3x 24 jam
diharapka bersihan
jalan napas
kembali
efektif,Mempunyai
jalan napas
paten,Dapat
mengeluarkan
sekret secara
efektif,Irama dan
frekuensi napas
dalam rentang
normal,Mempunyai
fungsi paru dalam
batas
normal,Mampu
mendiskripsikan
rencana untuk
perawatan di
rumah
KH:
Mempertahankan
jalan napas paten
kepatenan jalan
napas dengan
bunyi napas
bersih atau jelas
Mengeluarkan
atau
membersihkan
sumbatan dan
bebas aspirasi
Menujukkan
perilaku untuk
memperbaiki/
atau
mempertahankan
jalan napas
bersih dalam
tingkat
kemampuan/
situasi.
-tidak ada bunyi
napas tambahan
-tidak ada
Mandiri :
Kaji dan
document
asikan
keefektifan
pemberian
oksigen,
pengobatan
yang
diresepkan dan
kaji
kecenderungan
pada gas darah
arteri
Auskultasi
bagian dada
anterior dan
posterior untuk
mengetahui
adanya
penurunan
atau tidak
adanya
ventilasi dan
adanya bunyi
tambahan
Tentukan
kebutuhan
pengisapan
oral dan atau
trakea
Pantau status
oksigen pasien
dan status
hemodinamik
Meningkatkan
keefektifan upaya
penapasan dan
pembersihan
secret.
Memberikan
informasi tentang
aliran udara
melalui
trakeobronkial dan
adanya atau tidak
adanya
cairan,obstuksi
mukosa.
Penghisapan tidak
harus rutin,dan
lamanya harus
dibatasi untuk
menurunkan
bahaya hipoksia
23. Perubahan irama
dan frekuensi
pernpasan.
-tidak ada
Sianosis
-Tidak Sulit
bersuara
- bunyi napas
normal
-tidak gelisah
lagi
-Tidak ada
sputum
- TTV dalam
batas normal :
TD: 120/80
mmHg
ND: 60-100 x/i
RR: 16 -24 x/i
S :37 oC
(tingkat Mean
Arterial
Pressure dan
irama jantung)
segera
sebelum,
selama dan
setelah
pengisapan
Catat tipe dan
jumlah sekret
yang
dikumpulkan.
Jelaskan
kepada
keluarga
pengunaan
peralatan
pendukung
dengan benar
(misalnya
oksigen,
pengisapan,
spirometer,
inhaler).
Informasikan
kepada pasien
dan keluarga
bahwa
merokok
merupakan
kegiatan yang
dilarang di
dalam ruang
perawatan.
Instruksikan
kepada pasien
dan keluarga
dalam rencana
perawatan di
rumah (misal
pengobatan,
hidrasi,
nebulisasi,
peralatan,
drainase
postural, tanda
dan gejala
komplikasi)
Instruksikan
kepada pasien
tentang batuk
efektif dan
teknik napas
dalam untuk
memudahkan
keluarnya
Memaksimalkan
status penghisapan
oksigen
Kuning/hijau,sputu
m berbau purulen
menunjukkan
infeksi; sputum
kental,lengket
diduga dehidrasi
24. sekresi
Ajarkan untuk
mencatat dan
mencermati
perubahan
pada sputum
seperti: warna,
karakter,
jumlah dan
bau
Ajarkan pada
pasien atau
keluarga
bagaimana
cara
melakukan
pengisapan
sesuai denan
kebutuhan.
KOLABORA
SI
Konsultasikan
dengan dokter
atau ahli
pernapasan
tentang
kebutuhan
untuk perkusi
dan atau alat
pendukung
Berikan
oksigen yang
telah
dihumidifikasi
sesuai protap
Bantu dengan
memberikan
aerosol,
nebulizer dan
perawatan
paru lain
sesuai
kebijakan
institusi
Beritahu
dokter ketika
analisa gas
darah arteri
abnormal
3. Kerusakan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan
pengangkatan
laring dan
Setelah dilakukan
intervensi
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapka
kerusakan
kmunikasi verbal
Menyatakan
kebutuhan dalam
cara yang efektif
Mengidentufikasi
atau
merencanakan
pilihan metode
Mandiri:
Kaji instruksi/
atau
diskusikan
praoperasi
mengapa
bicara dan
Menguatkan
pendidikan pada
waktu takut
terhadap
pembedahan sudah
berlalu
25. terhadap edema
dapat diatasi
berbiara yang
tepat setelah
sembuh
bernapas
terganggu,
gunakan
gambaran
anatomic atau
model untuk
membantu
penjelasan
Tentukan
apakah pasien
mempunyai
gangguan
komunikasi
lain
Berikan cara-cara
yang
cepat dan
kntinu untuk
memanggil
perawat
Atur
sebelumnya
tanda-tanda
untuk
mendapatkan
bantuan cepat
Adanya masalah
lain akan
mempengaruhi
rencana untuk pian
komunikasi
Pasien
memerlukan
keyakinan bahwa
perawat waspada
dan akan
berespons terhadap
panggilan.
Kepercayaan dan
harga diri
diberikan bila
perawat yang
cukup perhatian
untuk hadir pada
waktu daripada
bila di panggil
pasien
Dapat menurunkan
ansietas pasien
tentang ketidak
mampuan untuk
berbicara
Kemungkinan
pasien untuk
menyatakan
26.
Berikan pilihan
cara
komunikasi
yang tepat bagi
kebutuhan
pasien
Berikan waktu
yang cukup
untuk
komunikasi
Berikan
komunikasi
non- verbal
Dorong
komunikasi
terus-menerus
dengan dunia
luar
Beri tahu
kehilangan
bicara
kebutuhan/
masalah
Kehilangan bicara
dan stress
mengganggu
komunikasi dan
mnyebabkan
frustasi dan
hambatan ekspresi,
khususnya bila
perawat terlihat
terlalu sibuk atau
bekerjalah d
Mengkomunikasik
an masalah dan
memenuhi
kebutuhan kontak
dengan orang lain
Mempertahankan
kontak dengan
pola hidup normal
dan melanjutkan
komunikasi
melaluai cara lain
Memeberikan
dorongan dan
harapan untuk
masa depan
dengan
memikirkan
pilihan arti
komunikasi dan
bicara tersedia dan
27. sementara
setelah
laringektomi
sebagian dan/
tergantung
pada
tersedianya
alat bantu
suara
Ingatkan
pasien untuk
tidak bersuara
sampai dokter
member izin
Atur
pertemuan
dengan orang
lain yang
mempunyai
pengalaman
prosedur ini
dengan cepat
Kolaborasi :
Konsul dengan
anggota tim
kesehatan
yang tepat/
terapi/ agen
rehabilitasi
mungkin
Meningkatkan
penyembuhan pita
suara dan
membatasi
potensial disfungsi
pita permanen
Memberikan
model peran,
meningkatkan
motivasi untuk
pemecahan
masalah
danmempelajari
cara baru untuk
berkomunikasi
Kemampuan untu
menggunakan
pilihan suara dan
metode suara
sangat bervariasi,
tergantung pada
luasnya prosedur
pembedahan, usia
pasien, status
emosi, dan
motvasi untuk
kembali kehidup
aktif, waktu
rehabilitasi dapat
memanjang dan
memrlukan
sejumlah agen atau
sumber untuk
menyediakan atau
mendukung proses
belajar.
28. BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian Lengkap
1. Biodata/data biografi:
Nama : Tn. R
Umur : 35 tahun
Suku/ Bangsa : serawai
Status Perkawinan : kawin
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : petani
Alamat : jln. Kapuas raya, bengkulu
Tanggal Masuk RS : 04 mei 2012
29.
Tanggal Pengkajian : 06 mei 2012
Catatan Kedatangan : Kursi Roda ( ), Ambulans ( ), Brankar ( )
Keluarga Terdekat Yang Dapat Dihubungi :
Nama/ Umur : Ny. B
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Lingkar Barat
Sumber Informasi : Pasien, keluarga terdekat, status pasien
No.Telepon : (0736)20871
2. Riwayat kesehatan/keperawatan
1).Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit:
Tn. R (36) dating ke RS dr. M Yunus Bengkulu pada tanggal 4 mei 2012 jam 16.00 wib
dengan keluhan batuk, dan rasa nyeri pada tenggorokan, batuk, sesak napas, kesulitan
berbicara dan menelan.
2). Riwayat kesehatan sekarang (RKS)
Faktor pencetus: klien mengatakan rasa sakit pada leher serta batuk 2 hari sebelum masuk ke
rumah sakit.
Munculnya keluhan (eksaserbasi): klien mengatakan batuk dan sakit pada leher.
Sifat keluhan: klien mengatakan rasa sakit pada leher timbul perlahan-lahan, batuk terus-menerus,
serta kesulitan menelan setiap kali makan.
Berat ringannya keluhan: klien mengatakan: rasa sakit dan sesak pada leher cendrung
bertmbah sejak 2 Hari yang lalu.
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi: klien mengatakan karena seringnya rasa sakit
pada bagian leher maka klien banyak minum, akibat adanya batuk klien minum obat (komix).
2. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengataan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu, dll.
Klien mengatakan sebelumya tidak pernah menderita sesak napas .
3. Riwayat kesehatan keluarga(RKK)
30. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang seperti
dialaminya dan tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular lainnya.
3.Pola fungsi kesehatan (Gordon):
1). Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Persepsi terhadap penyakit : memiliki kecemasan yang berlebihan.
Penggunaan : sehari-harinya pasien merokok 1 bungkus perhari sejak usia 23 tahun
Alkohol: sering meminum minuman kaleng kurang lebih 3 botol perminggu.
Alergi : pasien tidak memiliki allergi terhadap obat-obatan dan jenis makanan laut.
2). Pola nutrisi dan metabolisme
Diet / suplemen khusus : -
Instruksi diet sebelumnya : -
Nafsu makan : menurun karena sering batuk-batuk dan mual.
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir : menurun
Kesulitan menelan : mengalami kesulitan karena adanya lesi pada tenggorokan
Gigi : tidak lengkap
Jumlah minum/24 jam : normal
Frekuensi makan : menghabiskan porsi makan kecil.
Jenis makanan : nasi dan lauk seadanya
3.Pola eliminasi
Buang air besar (BAB) :
Frekuensi : sedikit
Warna : kuning terang
Buang air kecil (BAK) :
Frekuensi : normal
Warna : kuning kecoklatan
4.Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri :
0= mandiri 3= dibantu orang lain & peralatan
1=dengan alat bantu 4=ketergantungan/tidak mampu
2=dibantu orang lain
Kegiatan/aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/minum
Mandi
Berpakaian
Toileting
Mobilisasi dtmpat tidur
31. Berpindah
Berjalan
Menaiki tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan rumah
Alat bantu : tongkat
Keluhan saat beraktivitas: sering sesak nafas saat beraktivitas
5.Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 5 jam / malam
Waktu : dari jam 8 – 1 malam
Masalah tidur : sering terbangun karena sulit bernafas
6.Pola kognitif dan persepsi
Status mental : sering emosi
Bicara : normal( ), tak jelas ( ), gagap ( ), aphasia ekspresif ( )
Kemampuan berkomunikasi : ya ( ), tidak ( )
Kemampuan memahami : ya ( ), tidak ( )
Tingkat ansietas : ringan ( ), sedang ( ), berat ( ), panik ( )
Pendengaran : DBN ( ), tuli ( ) kanan/kiri, tinitus ( ), alat bantu dengar ( 0
Penglihatan : normal
7.Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : sangat mengganggu dalam beraktivitas
sehari-hari
8.Pola peran hubungan :
Pekerjaan : petani
Sistem pendukung : pasangan ( ), tetangga/teman ( ), tidak ada ( ), keluarga serumah ( ),
keluarga tinggal berjauhan ( )
Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan diRS : kelurga memiliki masalah dengan
biaya perawatan diRS dan keluarga yang akan bergantian menjaga pasien selama dirumah
sakit.
9.Pola seksual dan reproduksi
Masalah seksual b.d penyakit : pola seksual menurun
10.Pola koping dan toleransi stress
Penggunaan obat untuk menghilangkan stress; tidak menggunakan obat.
32. Keadaan emosi dalam sehari-hari : memiliki emosi yang tidak stabil
11.Keyakinan dan kepercayaan
Agama : islam
Pengaruh agama dalam kehidupan : sering meninggalkan kewajiban sebagai seorang muslim.
4.Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien
tampak gelisah
TTV :
o TD : 130/90 mmHg
o ND : 120x/i
o S : 37,5
BB : 57 (turun 3 kg dari 60 menjadi 57)
TB : 170
Sistem integumen(kulit) : turgor kulit buruk
Kuku : pucat
Hidung : pernapasan cuping hidung
Mulut : mukosa bibir kering dan pucat
Laring
: takipnea, pernapasan dangkal adanya pembesaran jaringan , edema laring
Pemeriksaan penunjang
Hasil foto rontgen : menunjukkan pembesaran jarinan pada laring
Pemeriksaan sputum : ditemukan kuman streptococcus beta hemolyticus
Pemeriksaan darah rutin didapatkan:
o Leukosit: 16000/mm3
o Hb : 11 gr/dl
o Trombosit: 265.000/mm3protein total : 5,85 gr/dll.
33. Analisa data
Nama kilen : Tn. R
Ruang Rawat : Ruang RSUD M. Yunus Bengkulu
Diagnose medic :
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1.
DS:
Klien mengatakan batuk
berdahak dan sesak napas
Klien mengatakan nyeri pada
daerah tenggorokan
DO:
klien tampak lemah, klien
tampak kesulitan bernapas
dan klien tampak gelisah
TTV:
TD : 130/90 mmHg
ND : 120x/i
S : 37,5
Penapasan cuping
hidung
Takipnea
pernapasan dangkal
Terdapatnya penumpukan
sekret pada saluran napas.
Bersihan jalan napas
tidak efektif
34. 2.
3.
DS:
klien mengatakan rasa nyeri
pada tenggorok
klien mengatakan adanya
kesulitan menelan
klien mengatakan kesulitan
berbicara
DO:
adanya bakteri streptococcus
beta hemolyticus
adanya edema pada laring
adanya pembesaran jaringan
pada daerah laring
DS:
pasien mengatakan lemah
pasien mengatakan
menghabiskan makan ¼ porsi
setiap kali makan (pagi, siang.
Sore)
kesulitan menelan
rasa tidak nyaman
DO:
Berat badan pasien turun 3 kg
dari 60 kg menjadi 57 kg
Pasien tampak lemah
Pembekakan pada laring
Adanya lesi pada
tenggorokan.
Kesulitan menelan, rasa
tidak nyaman
Kerusakan komunikasi
verbal
Pola nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
35. 3.2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret pada saluran pernapasan.
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan lesi pada tenggorokan akibat bakteri streptococus.
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan.
3.3. NCP (Nursing Care Planning)
: Tn. R
: RSUD M. Yunus Bengkulu
Diagnosa Medik : Obtruksi Saluran Napas
No. Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
1
Bersihan jalan
napas tidak
efektif
berhubungan
dengan
terdapatnya
benda asing
dalam saluran
pernapasan yang
menyebabkan
sumbatan
Setelah
dilakukan
intervensi
selama 1x 24
jam diharapka
bersihan jalan
napas kembali
efektif,
Mempunyai
jalan napas
paten,
Dapat
mengeluarkan
sekret secara
efektif,
Irama dan
frekuensi napas
dalam rentang
normal,
Mempunyai
fungsi paru
dalam batas
normal,
Mampu
mendiskripsikan
rencana untuk
perawatan di
rumah
KH:
Mempertahankan
jalan napas
paten.
Kepatenan jalan
napas dengan
bunyi napas
bersih atau jelas.
Mengeluarkan
atau
membersihkan
sumbatan dan
bebas aspirasi.
Menujukkan
perilaku untuk
memperbaiki/
atau
mempertahankan
jalan napas
bersih dalam
tingkat
kemampuan/
situasi.
Kaji dan
document
asikan
keefektifan
pemberian
oksigen,
pengobatan
yang
diresepkan dan
kaji
kecenderungan
pada gas darah
arteri
Auskultasi
bagian dada
anterior dan
posterior untuk
mengetahui
adanya
penurunan
atau tidak
adanya
ventilasi dan
adanya bunyi
tambahan
Tentukan
kebutuhan
pengisapan
oral dan atau
trakea.
Pantau status
Meningkatkan
keefektifan upaya
penapasan dan
pembersihan
secret.
Memberikan
informasi tentang
aliran udara
melalui
trakeobronkial dan
adanya atau tidak
adanya
cairan,obstuksi
mukosa.
Penghisapan tidak
harus rutin,dan
lamanya harus
dibatasi untuk
menurunkan
bahaya hipoksia
36.
TTV dalam batas
normal :
TD: 120/80
mmHg
ND: 60-100 x/i
RR: 16 -24 x/i
S :37 oC
oksigen pasien
dan status
hemodinamik
(tingkat Mean
Arterial
Pressure dan
irama jantung)
segera
sebelum,
selama dan
setelah
pengisapan
Catat tipe dan
jumlah sekret
yang
dikumpulkan.
Jelaskan
kepada
keluarga
pengunaan
peralatan
pendukung
dengan benar
(misalnya
oksigen,
pengisapan,
spirometer,
inhaler).
Informasikan
kepada pasien
dan keluarga
bahwa
merokok
merupakan
kegiatan yang
dilarang di
dalam ruang
perawatan.
Instruksikan
kepada pasien
dan keluarga
dalam rencana
perawatan di
rumah (misal
pengobatan,
hidrasi,
nebulisasi,
peralatan,
drainase
postural, tanda
dan gejala
komplikasi)
Instruksikan
kepada pasien
tentang batuk
efektif dan
teknik napas
dalam untuk
memudahkan
keluarnya
Memaksimalkan
status penghisapan
oksigen
Kuning/hijau,sput
um berbau purulen
menunjukkan
infeksi; sputum
kental,lengket
diduga dehidrasi
37. 2.
Setelah
dilakukan
intervensi
selama 3x24
jam diharapkan
gangguan
komunikasi
verbal teratasi
Menyatakan
kebutuhan dalam
cara yang efektif
Mengidentufikasi
atau
merencanakan
pilihan metode
berbiara yang
tepat setelah
sembuh
sekresi
Ajarkan untuk
mencatat dan
mencermati
perubahan
pada sputum
seperti: warna,
karakter,
jumlah dan
bau
Ajarkan pada
pasien atau
keluarga
bagaimana
cara
melakukan
pengisapan
sesuai denan
kebutuhan.
KOLABORA
SI
Konsultasikan
dengan dokter
atau ahli
pernapasan
tentang
kebutuhan
untuk perkusi
dan atau alat
pendukung
Berikan
oksigen yang
telah
dihumidifikasi
sesuai protap
Bantu dengan
memberikan
aerosol,
nebulizer dan
perawatan
paru lain
sesuai
kebijakan
institusi
Beritahu
dokter ketika
analisa gas
darah arteri
abnormal
Menguatkan
pendidikan pada
waktu takut
terhadap
pembedahan
sudah berlalu
38. Kerusakan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan
pengangkatan
laring dan
terhadap edema.
.
Menunjukkan
pemahaman
pentingnya
nutrisi untuk
proses
penyembuhan
dan keeshatan
Mandiri:
Kaji instruksi/
atau
diskusikan
praoperasi
mengapa
bicara dan
bernapas
terganggu,
gunakan
gambaran
anatomic atau
model untuk
membantu
penjelasan
Tentukan
apakah pasien
mempunyai
gangguan
komunikasi
lain
Berikan cara-cara
yang
cepat dan
kntinu untuk
memanggil
perawat
Adanya masalah
lain akan
mempengaruhi
rencana untuk
pian komunikasi
Pasien
memerlukan
keyakinan bahwa
perawat waspada
dan akan
berespons
terhadap
panggilan.
Kepercayaan dan
harga diri
diberikan bila
perawat yang
cukup perhatian
untuk hadir pada
waktu daripada
bila di panggil
pasien
Dapat menurunkan
ansietas pasien
tentang ketidak
mampuan untuk
berbicara
Kemungkinan
pasien untuk
menyatakan
kebutuhan/
masalah
Kehilangan bicara
dan stress
mengganggu
komunikasi dan
39. 3
Kebutuhan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan kesulitan
menelan
Setelah
dilakukan
intervensi
selama 3x 24
jam diharapkan
kebutuhan
nutrisi dapat
dipnuhi
umum
Menunjukkan
peningkatan
berat badan
proggresif
mencapai tujuan
dengan nilai
laboraturium
normal dan
penyembuhan
jaringan seuai
waktunya
Atur
sebelumnya
tanda-tanda
untuk
mendapatkan
bantuan cepat
Berikan pilihan
cara
komunikasi
yang tepat bagi
kebutuhan
pasien
Berikan waktu
yang cukup
untuk
komunikasi
Mandiri
Auskultasi
bunyi usus
mnyebabkan
frustasi dan
hambatan
ekspresi,
khususnya bila
perawat terlihat
terlalu sibuk atau
Makan dimulai
hanya setelah
bunyi usus
membaik pembed
Selang di masukan
pada pembedahan
dan biasanya di
jahit
Memberikan
informasi
sehubumgan
dengan kebutuhan
nutrisi dn
kefektifan terapi
Membantu
meningkatkan
keberhasilan
nutrisi
Kandungan
makanan dapat
mengakibatkan
ketidak
toleransiian
40. Pertahankan
selang makan
Awasi
masukkan
berat badan
sesuai indikasi
Ajarkan pasien
makan sendiri
belajar Mulai
dengan makan
kecil dan
ditingkatkan
sesuai
toleransi
Dorong pasien
bila belajar
menelan
Kembangkan
dan dorong
lingkungan
yang nyaman
untuk makan
Bantu pasien
atau orang
terdekat
mengembangk
an
Membantu pasien
mengatasi frustasi
dan keamanan
dalam masalah
menelan
Meningkatkan
sosialisasi dan
memaksimalkan
kenyamanan
pasien bila
kesakitan makan
menyebabkan
malu
Meningkatkan
pemahaman
kebutuhan
individu dan
pentingnya nutrisi
pada
penyembuhan dan
proses
penyembuhan
Berguna dalam
identifikasi
kebutuhan nutri
individu untuk
meningkatkan
penyembuhan dan
regenerasi
jaringan
Macam-macam
jenis dapat dibuat
untuk tambahan
atau batasan factor
tertentu seperti
lemak dan gulaan.
Indicator
penggunaan
nutrisi sesuai
fungsi org
41. keseimbangan
nutrisi pada
rencana makan
dirumah
Kolaborasi
Konsul dengan
ahli gizi atau
dukungan tim
nutrisi sesuai
indikasi
Berikan diet
nutrisi
seimbang
3. 4 implementasi dan evaluasi SOAP
No Hari/tgl Dx kep Implementasi Evaluasi
1. jumat, 6
mei
2012
Bersihan
jalan napas
tidak efektif
berhubungan
dengan
penumpukan
sekret pada
saluran
pernapasan
Pukul 08. 00 wib
Mandiri:
Mencatat hasil
pengkajian dan
kefektifan pemberian
oksigen, dan gas darah
arteri.
Hasil : gas darah dan
oksigen efektif.
Mencatat adanya bunyi
nafas , misalnya mengi,
krekels dan ronki.
Hasil : Bunyi napas
mengi.
Memberikan oksigen
sesuai kebutuhan pasien
melalui oral.
Hasil : Pasien mau
diberikanoksigen melalui
oral.
Membantu tindakan
untuk memperbaiki
keefektifan upaya batuk.
Hasil : Pasien dapat
batuk efektif.
Pukul 10. 00
wib
S =
Klien
mengatakan
batuk
berdahak
berkurang
dan tidak lagi
sesak napas
Klien
mengatakan
tidak nyeri
lagi pada
daerah
tenggorokan
O :
klien tampak
Awasi
pemeriksaan
laboraturium
42.
Mempertahankan polusi
lingkungan dari debu
dan asap rokok.
Hasil : Lingkungan
kondusif.
Mengajarkan pasien
untuk latihan pernapasan
abdomen atau bibir.
Hasil : Pasien mau
latihan pernapasan
abdomen.
Mengajarkanpasien
untuk melakukan teknik
napas dalam.
Hasil : Pasien dapat
melakukan tehnik napas
dalam.
Mengukur TTV.
Hasil :
TD: 120/80 mmHg
ND: 90x/menit
RR: 20x/menit
S :37 oC
KOLABORASI
Memberikan obat sesuai
indikasi yang dianjurkan
dokter.
Hasil : Obat efektif.
Melakukan pemasangan
nebuliser ultranik atau
humidifier aerosol
ruangan.
Hasil : Pasien mau
menggunakan nebulizer
ultranik.
bergairah,
klien tampak
tidak
kesulitan
bernapas
klien tampak
tidak gelisah
lagi
tidak ada
pernapasan
cuping
hidung
Takipnea tidak
ada
pernapasan
normal
Klien tampak
tidak lagi
menahan rasa
sakit /nyeri
pada dada.
Klien tidak
kesulitan
bernapas.
Tidak ada
pucat
Tanda tanda
vital dalam
batas normal
TD: 120/80
mmHg
ND:
90x/menit
RR:
20x/menit
S :37 oC
A=
Masalah
teratasi
Batuk
berdahak
berkurang,
napas
normal, nyeri
dada tidak
ada lagi, dan
TTV dalam
batas normal.
P=
Intervensi di
hentikan.
43. 2 sabtu, 7
mei
2012
Kerusakan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan
adanya lesi
pada
tenggorokan
Pukul 12. 00 wib
Mandiri:
Memberikan penjelesan
tentang kondisi yang
dialami pasien agar
pasien dapat mengerti
apa yang sedang
dialaminya.
Hasil : Pasien mengerti
keadaanya saat ini.
Melakukan pemeriksaan
untuk mengetahui
apakah pasien memiliki
gangguan komunikasi
lainnya.
Hasil : Pasien tidak
memiliki gangguan
komunikasi lain.
Mengajarkan pasien cara-cara
untuk memanggil
perawat dengan cepat.
Hasil : Pasien mengerti
cara memanggil perawat
dengan cepat.
Membantu pasien untuk
memilih cara
komunikasi yang tepat
sesuai kebutuhan pasien.
Hasil : Pasien dapat
memilih cara
komunikasi yang tepat
sesuai kebutuhannya.
Berikan kesempatan
kepada pasien untuk
berbicara agar pasien
merasa dihargai oleh
perawat dengan
berkomunikasi dengan
baik dan memberikan
cukup waktu untuk
berkomunikasi.
Pukul 16. 00
wib
S:
Klien
mengatakan
tidak ada rasa
nyeri pada
tenggorok.
Klien
mengatakan
tidak ada
kesulitan
menelan.
Klien
mengatakan
tidak
kesulitan
berbicara
lagi.
O:
Tidak ada
bakteri
streptococcus
beta
hemolyticus.
Tidak ada
edema pada
laring.
Tidak ada
pembesaran
jaringan pada
daerah laring.
TTV dalam
batas normal
TD:
120/80mmHg
RR:22x/i
ND:90x/i
S: 37C
A:
Masalah
teratasi
Tidak ada lagi
44. Hasil : Pasien lebih
percaya diri dalam
berkomunikasi.
sakit dan
nyeri pada
Laring, tidak
ada batuk,
klien rileks,
TTV dalam
batas normal.
P:
Intervensi di
hentikan.
3 minggu,
8 mei
2012
Kebutuhan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
kesulitan
menelan.
Pukul 09. 00 wib
Mandiri
Mencatat derajat
kesulitan menelan dan
nilai bunyi usus pasien.
Hasil : Pasien tidak
mempunyai kesulitan
menelan dan bunyi usus.
Memberikan makan
secara rutin untuk
mencukupi kebutuhan
pasien.
Hasil : Nutrisi pasien
terpenuhi.
Pukul 13. 00
wib
S:
Pasien
mengatakan
tidak lemah
lagi.
Pasien
mengatakan
menghabiska
n makan 1
porsi setiap
kali makan
(pagi, siang.
Sore).
45.
Menimbang berat badan
pasien .
Hasil : Berat badan
pasien kembali normal.
Membantu pasien untuk
makan sendiri.
Hasil : Pasien dapat
makan sendiri.
Mengajarkan pasien cara
untuk menelan yang
baik.
Hasil : Pasien dapat
menelan dengan baik.
Kolaborasi
Mengonsulkan dengan
ahli gizi atau dukungan
tim nutrisi sesuai
indikasi. Hasil : Pasien
mendapatkan gizi yang
baik sesuai dengan
kebutuhan tubuhnya.
Memberikan diet nutrisi
seimbang.
Hasil : BB pasien
normal.
Mengawasi pemeriksaan
laboraturium.
Hasil : Tidak terjadi
kesalahan dalam
pemeriksaan.
Pasien tidak
kesulitan
menelan lagi.
Pasien merasa
nyaman.
O:
Berat badan
pasien naik
dari 57 ke
59kg.
Pasien tampak
segar.
Tidak ada
pembekakan
pada laring.
A:
Masalah
teratasi .
P:
intervensi di
hentikan.
46. BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa :
Obstruksi saluran napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab. Obstruksi
jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran pernapasan
bagian atas. Beberapa gangguan yang merupakan obstruksi pada jalan napas atas, diantaranya
adalah :
A. Obstruksi Nasal
1) Tumor hidung
2) Karsinoma Nasofaring
3) Polip Hidung
B. Obstruksi Laring
1. Sumbatan Total Laring
2. Abses Peritonsial (Quinsy)
Dan Dalam Penatalaksanaannya sangat dibutuhkan keahlian. Misalnya dengan metode
Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara
total atau benda asing berukuran besar yang terletak dihipofaring. Prinsip mekanisme perasat
Heimlich adalah dengan memberikan tekanan pada paru-paru.
4.2. Saran
Diharapkan mahasiswa paham tentang Obstruksi Saluran napas agar tidak salah dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
Diharapkan sebagai mahasiswa mengerti cara mengatasi dari Obstruksi Saluran napas.
47. DAFTAR PUSTAKA
Somantri,Irman.2008.Askep Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta :
Salembah Medika.
Doenges Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . Jakarta.:EGC
Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. : Jakarta:FKUI
Brunner & Suddarth.1997.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC
Hinchliff,Sue.1999.Kamus Keperawatan Edisi 17.Jakarta : EGC
cupu.web.id/category/kuliah/anatomi-dan-patofisiologi/
http//www.klikdoter.com/2006/
Dorlan W.A. Nawman. 2002. Kamus Kedokteran Darkin. Edisi 29. EGC : jakarta.
Junadi Purnawan, dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. FKUI : Jakarta.
Ramli Ahmad, dkk. 2000. Kamus Kedokteran. Djambatan : Jakarta.
Herawati, sri, dkk. 2003. Buku ajar Ilmu penyakit telinga hidung tenggorok untuk mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi. EGC : Jakarta
Iskandar, Nurbaiti. 2006. Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok untuk perawat, edisi 2.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta