1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pasokan Energi
dalam Negeri
1
Sumber Energi :
Batubara 2
Pertambangan
Batubara
(Open Pit Mining)
3
Kondisi Kestabilan
Batuan
5
Lereng Sedimen
Terekspos
Seketika
4
Sifat Massa
Batuan
6
Kualitas Massa
Batuan 7
Mekanisme
Keruntuhan
Batuan
8
2. STUDI KASUS
Telah dipublikasi
Hoek dkk., 2000
▪ Tinggi 165 m
▪ Kegagalan lereng
batuan berskala
dengan kontrol
struktur parsial
dan mekanisme
keruntuhan sangat
belum jelas.
4. STUDI KASUS
Telah dipublikasi
Bingham Canyon Mine
▪ Longsor 10 April 2013
▪ Tidak menyebabkan
cedera atau kematian
▪ 14 truk angkut Rusak
▪ 3 shovel Rusak
7. Tujuan Penelitian
a. Pembuatan klasifikasi kualitas massa batuan (rock mass quality) menggunakan metode
RMR dan GSI.
b. Mengetahui statistika kualitas hubungan antara metode RMR dan GSI dalam
menentukan kualitas massa batuan.
c. Mengetahui statistika kualitas hubungan antara metode RMR dan SMR dalam
menentukan kualitas massa batuan dan sudut lereng yang akan digunakan.
d. Menganalisa studi kasus longsoran yang terjadi pada lereng sedimen berlokasi
ditambang barubara, sehubungan dengan potensi kualitas massa batuan (rock mass
quality) akibat proses-proses geologi yang mengenainya.
e. Mengetahui mekanisme keruntuhan lereng di area studi kasus serta variasinya
berdasarkan Geological Data Collection, Analisa kinematik, Pendekatan Analisis Numeris
dan Monitoring pergerakan lereng.
f. Melakukan evaluasi, pembahasan dan rekomendasi dalam aplikasi lereng tambang
terutama dalam studi kasus yang terjadi.
8. Batasan Masalah
a. Studi kasus keruntuhan lereng batuan sedimen di tambang batubara
berlokasi di Kecamatan Muaralawa dan Kecamatan Damai, Kabupaten
Kutai Barat, Propinsi Kalimantan Timur.
b. Penelitian dilakukan pada kriteria lereng sedimen yang terekspos
seketika serta mendapatkan kelebihan aktifitas disekitar areanya seperti
kegiatan pertambangan (dinding lereng tambang bukan lereng alam).
c. Parameter indeks properties batuan diperoleh dari data hasil pengujian
laboratorium dan Geological Data Collection berupa data diskontinuitas,
RQD, RMR dan GSI.
d. Dalam pelaksanaan analisa model, pengaruh air tanah diasumsikan pada
kedalaman muka air tanah disaat terjadinya keruntuhan serta
diasumsikan dalam kondisi tetap.
9. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Batuan Sedimen Batubara
▪ Batubara Terbentuk
dari unsur-unsur
organik
▪ Faktor yang
berpengaruh dari
posisi geoteknik adalah
letak suatu tempat
yang merupakan
cekungan sedimentasi,
perlipatan perlapisan
batuan ataupun
patahan.
10. Mekanisme Keruntuhan Lereng Batuan
3D Keruntuhan Geser Melingkar 3D Keruntuhan Geser Plane
3D Keruntuhan GeserWedge Keruntuhan GeserToppling
Geometri step-path di lereng batuan
Large scale rock slope failure surface
11. KLASIFIKASI MASSA BATUAN
Rock Mass Rating (RMR)
Keenam parameter yang digunakan untuk menentukan
nilai RMR (Bieniawski, 1989) meliputi :
1. Kuat tekan uniaksial (uniaxial compressive stress, UCS),
2. Rock quality designation (RQD),
3. Spasi diskontinuitas,
4. Kondisi diskontinuitas,
5. Keadaan air tanah
6. Orientasi diskontinuitas
12. Geological Strength Index (GSI)
Hubungan formulatif atau kuantitatif antara sistem GSI dan
sistem RMR dari Bieniawski
Untuk RMR89 > 23
GSI = RMR89 – 5
Apabila nilai RMR89 < 23, Maka mengguakan nilai Q-system
dari Barton, et.al. (1974)
KLASIFIKASI MASSA BATUAN
13. Slope Mass Rating (SMR)
SMR = RMRbasic + (F1 · F2 · F3) + F4
F1, F2, dan F3 merupakan faktor penyesuaian yang
berkaitan dengan orientasi kekar (joint) sehubungan
dengan orientasi kemiringan atau lereng, dan F4 adalah
faktor koreksi untuk metode penggalian.
KLASIFIKASI MASSA BATUAN
14. Parameter Bobot
Nilai RMR 81 – 100 61 - 80 41 - 60 21 - 40 < 20
Nomor Kelas RMR I II III IV V
Nilai GSI 76 – 95 56 - 75 36 - 55 21 - 35 < 20
Kualitas Massa Batuan Sangat baik baik sedang Buruk Sangat buruk
Tabel Kualitas massa batuan berdasarkan klasifikasi RMR (Bieniawski, 1989)
Kelas I II III IV V
SMR 81-100 61-80 41-60 21-40 0-20
Deskripsi masssa
batuan
Sangat baik Baik Normal Buruk Sangat buruk
Stabilitas Benar-benar
stabil
Stabil Sebagian stabil Tidak stabil Benar-benar tidak stabil
Jenis keruntuhan Tidak terjadi Block failure Planar along some joints
atau many wedge failure
Planar atau big
wedge failure
Big planar atau soil-like
atau circular
Tabel Deskripsi dari Kelas SMR (Romana, dkk., 2003)
KLASIFIKASI MASSA BATUAN
15. ANALISIS KESTABILAN LERENG BATUAN
▪ Memperkirakan bentuk keruntuhan dan menentukan tingkat
kerawanan lereng terhadap longsoran serta rancangan lereng
yang memenuhi kriteria keamanan.
▪ Pendekatan finite elemen method (FEM) dengan kombinasi
analisis kinematik dan data pemantauan lereng batuan dengan
slope stability monitoring radar (SSMR).
▪ FEM analisis lereng mengunakan shear strength reduction (SSR)
▪ Pendekatan dengan bentuk serta kondisi geologi lapangan,
berdasarkan data uji laboratorium, RMR, GSI, kinematik dan
SMR.
16. ANALISIS KESTABILAN LERENG
ANALISIS KESTABILAN LERENG BATUAN
Analisis Kinematik
Tahapan Analisis
▪ Memproyeksikan nilai strike dan dip dengan cara stereografis
kedalam stereonet jenis Polar Equal Area
▪ Metode diagram kontur melalui stereonet jenis Kalsbeek
Counting Net
▪ Pusat contur yang diperoleh, diproses dalam stereonet Schmidt
Net untuk mendapatkan joint set major
▪ Joint set major dianalisis sesuai kaidah Analisis Kinematik
menurut Goodman 1989
20. ANALISIS KESTABILAN LERENG BATUAN
Shear Strength Reduction (SSR)
Hammah, dkk., (2005) :
▪ Teori FEM dengan SSR merupakan suatu metode
yang diusulkan untuk estimasi faktor aman yang
lebih teliti.
▪ Metode SSR untuk analisis stabilitas lereng secara
sistematik untuk menentukan stress reduction
factor (SRF) atau nilai Faktor Aman (safety factor).
21. ANALISIS KESTABILAN LERENG BATUAN
Kriteria Faktor Keamanaman Lereng
Faktor
Keamanan (F)
Kejadian
F < 1 Terjadi keruntuhan
1 ≤ F < 1,5 Kondisi kritis (Tidak
signifikan dalam
rancangan)
F ≥ 1,5 Kondisi stabil
(rancangan diatas nilai
kritis)
Tabel Kriteria faktor keamanan Hoek
(Hoek, 1991)
22. ANALISIS KESTABILAN LERENG BATUAN
Kriteria Faktor Keamanaman Lereng
Tabel Kriteria faktor keamanan Hoek
(Hoek, 1991)
Faktor
Keamanan (F)
Kejadian
F < 1 Terjadi keruntuhan
1 ≤ F < 1,5 Kondisi kritis (Tidak
signifikan dalam
rancangan)
F ≥ 1,5 Kondisi stabil
(rancangan diatas nilai
kritis)
Tabel Kriteria faktor keamanan Bowles
(Bowles, 1984)
Faktor
Keamanan (F)
Kejadian
F < 1,07 Keruntuhan Biasa
Terjadi
1,07 < F ≤ 1,25 Keruntuhan Pernah
Terjadi (Kritis)
F > 1,25 Keruntuhan Jarang
Terjadi (Stabil)
23. METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
▪ Lereng tambang terbuka
batubara diarea Perjanjian
Karya Pengusahaan
Pertambangan Batubara
(PKP2B) PT. Teguh Sinar Abadi
dan PT. Firman Ketaun Perkasa.
▪ Secara administrasi termasuk
dalam Kecamatan Muaralawa
dan Kecamatan Damai,
Kabupaten Kutai Barat, Propinsi
Kalimantan Timur.
26. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Site Investigation
Keadaan Geologi Lereng
▪ kondisi lereng telah
mengalami keruntuhan.
▪ Secara geomorfologi lereng
sebelum runtuh memiliki
kemiringan 38° dengan
ketinggian 94m, strike
lereng N 245 E dan arah
muka lerang 335°.
▪ Setelah runtuh kemiringan
lereng menjadi 25º, dan
ketika material runtuhan
dibersihkan menjadi 35º.
27. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Site Investigation
Pemetaan Diskontinuitas
▪ pengukuran strike, dip, spasi, persistence, aperature, jumlah set
diskontinuitas dan tipe diskontinuitas.
▪ pengkuran parameter roughness, infilling, weathering dan
kondisi ground water.
▪ Pemetaan diskontinuitas dilakukan pada dua lokasi yaitu lokasi
1 berada pada dinding batuan sebelah sisi kiri dari keruntuhan
lereng dan lokasi 2 berada pada dinding batuan sebelah sisi
kanan dari keruntuhan lereng.
28. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Site Investigation
Hasil Pemetaan Diskontinuitas
Pemetaan diskontinuitas
pada lokasi 1
▪ Pemetaan di lokasi 1
dilakukan dua kelompok
berdasarkan jenis
batuannya (litologi),
▪ pemetaan diskontinuitas
yang dapat diukur pada
litologi batupasir
(sandstone) dan batulanau
(siltstone).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Site Investigation
29. Pemetaan diskontinuitas
pada lokasi 2
▪ pemetaan diskontinuitas
yang dapat diukur pada
litologi batupasir
(sandstone).
▪ lapisan batuan ini masih
satu lapisan batuan dengan
litologi batupasir di lokasi 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Site Investigation
Hasil Pemetaan Diskontinuitas
30. Tabel Hasil Pemetaan Diskontinuitas Berdasarkan Kondisi Diskontinuitas Batuan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Site Investigation
Hasil Pemetaan Diskontinuitas
Parameter Pemetaan Diskontinuitas
Lokasi Pemetaan Per Litologi Batuan
Lokasi 1 litologi
batupasir (sandstone)
Lokasi 1 litologi
batulanau (siltstone)
Lokasi 2 litologi
batupasir (sandstone
nilai dip rata-rata (º) 56 48 43
Spasi rata-rata (cm) 55,8 80,7 40,6
presistence (cm) 124,6 227,2 82,1
aperture rata-rata (mm) 1,7 2,4 1,2
Kondisi roughness secara dominan slighty rough slighty rough slighty rough
kondisi weathering dominan highly weathered highly weathered highly weathered
kondisi ground water dominan dry dry dry
Kondisi dominan mengalami infilling None None None
Jumlah set diskontinuitas 1 2 2
31. N
S
E
W
Poles
Equal Angle
Upper Hemisphere
33 Poles
33 Entries
1m
1m
N
S
E
W
Plot titik diskontinuitas Lokasi 1 litologi batupasir
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Site Investigation
Hasil Pemetaan Diskontinuitas
32. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Site Investigation
Hasil Pemetaan Diskontinuitas
Hasil Pemetaan terhadap pendefinisian orientasi diskontinuitas batuan
Pendifinisian orientasi
diskontinuitas
Lokasi Pemetaan diskontinuitas per Set Diskontinuitas
Lokasi 1 litologi
batupasir
Lokasi 1 litologi
batulanau set 1
Lokasi 1 litologi
batulanau set 2
Lokasi 2 litologi
batupasir set 1
Lokasi 2 litologi
batupasir set 2
mean dip (°) 56 49 47 42 44
mean dip direction (°) 44 311 58 326 27
mean joint length (cm) 124,6 206,1 250,7 81,3 83,1
min joint length (cm) 47 96 105 23 25
max joint length (cm) 368,4 362 500 208 189
set major strike of joint N 310 E N 228 E N 310 E N 232 E N 297 E
set major dip of joint (°) 46 41 47 38 43
37. Grafik tinggi muka air tanah dari piezometer PZM09
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Site Investigation
Hasil Pengukuran Piezometer
Hasil Pengukuran
Piezometer PZM09 :
▪ tanggal 7 oktober 2012
berada pada elevasi 44,57m
▪ tanggal 8 agustus 2012
berada pada 44,40m,
▪ memperlihatkan penurunan
sebesar 0,17m dalam satu
hari.
38. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Site Investigation
Hasil Pemantauan Displacement dari SSMR
Grafik hasil pemantauan displacement dari SSMR
Hasil Slope Stability
Monitoring Radar (SSMR) :
▪ tanggal 7 Oktober 2012
pukul 17:14 =70,61cm
▪ tanggal 8 Oktober 2012
pukul 4:49 =124,25cm.
39. Parameter Indeks klasifikasi dari kategori parameter Bobot
USC
Nilai rata-rata UCS Sansdstone = 4,824 Mpa, termasuk klasifikasi batuan sangat
lemah
1
RQD
Nilai rata-rata RQD Batupasir pada lubang bor GTL08 = 91% termasuk dalam
sifat batuan sangat baik
20
Spasi Diskontinuitas Spasi rata-rata = 558 mm, termasuk dalam kondisi sedang 10
Keadaan Diskontinuitas Rata-rata Presistence = 1,246 m ; 4
Rata-rata Aperture = 1,7 mm ; termasuk kategori terbuka 1
Roughness Dominan Slighty rough; 3
Infilling None Condition 6
Weathering Dominan Highly weathered 1
Kondisi Air tanah Kondisi Ground Water dominan Dry 15
Orientasi Diskontinuitas
Strike and Dip Orientation, Dip rata-rata = 53°. dengan reting slopes mining :
Fair (cukup)
-25
RMR89 Jumlah Bobot 36
GSI Untuk RMR89 > 23 ; nilai GSI = RMR89 – 5 31
Tabel Klasifikasi massa batuan untuk lokasi 1 litologi batupasir
HASIL DAN PEMBAHASAN
Klasifikasi kualitas massa batuan dan
hubungan antara metode RMR dan GSI
40. Lokasi Pengukuran
Bobot
RMR89
Bobot GSI
Kualitas Massa
Batuan
Nomor
Kelas
Lokasi 1 litologi batupasir 36 31 Buruk (Poor Rock) IV
Lokasi 1 litologi batulanau 38 33 Buruk (Poor Rock) IV
Lokasi 2 litologi batupasir 30 25 Buruk (Poor Rock) IV
Rata - rata 34,67 29,67 Buruk (Poor Rock) IV
Hasil Klasifikasi massa batuan untuk Semua Lokasi Pengukuran
HASIL DAN PEMBAHASAN
Klasifikasi kualitas massa batuan dan
hubungan antara metode RMR dan GSI
41. Analisa kinematik ini terdiri dari dua tahap :
▪ Tahap 1 = hasil proyeksi stereografik dari gabungan semua data
setiap station (didapatkan 2 set major),
▪ Tahap 2 = hasil pemetaan diskontinuitas (didapatkan 5 set major).
Batasan dalam Analisa Kinematik :
▪ slope of cut menggunakan strike N245E dan dip 38°,
▪ sudut geser dalam rata-rata 23°.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Kinematik
42. Proyeksi stereografik dalam
analisa kinematik tahap pertama :
Deskripsi Data :
▪ Strike / Dip
▪ Slope : N245E/38°
▪ J1 : N226E/36°
▪ J2 : N303E/48°
▪ 𝜙 : 23°
Failure :
▪ Dip Dip direction
▪ D
̂ 1 : 36°316°
▪ Î1,2 : 34°160°
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Kinematik
43. Deskripsi Data :
Strike / Dip
Slope : N245E/38°
J1 : N310E/46°
J2 : N228E/41°
J3 : N310E/47°
J4 : N232E/38°
J5 : N297E/43°
𝜙 : 23°
Proyeksi stereografik dalam
analisa kinematik tahap kedua :
Failure :
Dip Dip
direction
Î1,2 : 35° 173°
Î1,4 : 34° 171°
Î2,3 : 36° 172°
Î2,5 : 36° 170°
Î3,4 : 34° 170°
Î4,5 : 35° 168°
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Kinematik
44. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Kinematik & SMR
Tabel Hasil Analisis Kinematik & Continuous Slope Mass Rating
(Continuous SMR)
Tahapan
Analisis
Kinematik
Jenis
Vector
Slope Orientatin
Joint Orientatin
(Kenimatik) Keterangan
Kenimatik
RMR F1 F2 F3 F4 SMR
Keterangan
SMR
Dip
Dip
Direction
Dip
Dip
Direction
I
D1 38° 335° 36° 316°
sliding planar
failure
34,67 0,45 0,53 -25 0 29
planar atau
wedge failure
I1,2 38° 335° 34° 160° wedge failure 34,67 0,83 0,45 -25 0 25
planar atau
wedge failure
II
I1,2 38° 335° 35° 173° wedge failure 34,67 0,48 0,49 -25 0 29
planar atau
wedge failure
I1,4 38° 335° 34° 171° wedge failure 34,67 0,52 0,45 -25 0 29
planar atau
wedge failure
I2,3 38° 335° 36° 172° wedge failure 34,67 0,50 0,53 -25 0 28
planar atau
wedge failure
I2,5 38° 335° 36° 170° wedge failure 34,67 0,55 0,53 -25 0 27
planar atau
wedge failure
I3,4 38° 335° 34° 170° wedge failure 34,67 0,55 0,45 -25 0 28
planar atau
wedge failure
I4,5 38° 335° 35° 168° wedge failure 34,67 0,60 0,49 -25 0 27
planar atau
wedge failure
45. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Hasil Analisis Kinematik & SMR
Hasil analisa kinematik :
▪ Ditemukan dua jenis
keruntuhan terjadi yaitu
ditemukannya sliding planar
failure pada sudut 36° dan
wedge pada sudut 34°.
Continuous Slope Mass Rating
(Continuous SMR)
▪ Rentangan nilai tersebut
masuk kedalam kualitas
massa batuan kelas IV,
deskripsi massa batuan
tergolong buruk, kestabilan
lereng berkeadaan tidak
stabil dan keruntuhan
berjenis planar atau wedge
failure.
46. Batasan proses permodelan :
▪ model numerik dibuat berbentuk dua dimensi yang dianalisis
dalam plane strain,
▪ Besaran sudut keseluruhan yang digunakan dalam model adalah
38°, 36°, 35°, 34°, 29°, 28°, 27° dan 25° (Kondisi awal, hasil analisa
kinematik dan analisa SMR),
▪ Kedalaman muka air tanah di elevasi 44,40m (kedalaman air
diwaktu lereng mengalami keruntuhan)
▪ Pengambilan keputusan mengenai kondisi terjadinya keruntuhan
model divalidasi oleh data displacement hasil pemantauan SSMR
diwaktu lereng runtuh pada tahap pertama senilai 70cm
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Permodelan Elemen Hingga
47. Salah satu hasil dari permodelan lereng pada sudut keseluruhan 38°
Gambar Total displacement hasil model lereng sudut keseluruhan 38°
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Permodelan Elemen Hingga
48. Gambar Grafik safety factor terhadap displacement hasil model sudut 38°
Ketiga nilai
safety factor
yang diperoleh
diambil nilai
rata-rata
sebesar 1,4519
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Permodelan Elemen Hingga
49. Tabel Safety Factor dari hasil analisa model beserta kriteria
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengambilan keputusan sudut lereng yang
digunakan
Sudut lereng
pada model
Safety
Factor hasil
model
Keterangan dari perolehan Safety Factor
Kriteria Evert
Hoek (1991)
Kriteria Joseph E. Bowles
(1984)
Kriteria dari batasan
dalam analisa model
38 1,4519 kondisi kritis kondisi stabil mengalami keruntuhan
36 1,5330 kondisi stabil kondisi stabil mengalami keruntuhan
35 1,5731 kondisi stabil kondisi stabil mengalami keruntuhan
34 1,5753 kondisi stabil kondisi stabil mengalami keruntuhan
29 1,5800 kondisi stabil kondisi stabil
tidak mengalami
keruntuhan
28 1,5889 kondisi stabil kondisi stabil
tidak mengalami
keruntuhan
27 1,6200 kondisi stabil kondisi stabil
tidak mengalami
keruntuhan
25 1,6694 kondisi stabil kondisi stabil
tidak mengalami
keruntuhan
Diambil keputusan
bahwa disarankan untuk
menggunkan sudut 29° ,
untuk digunakan
sebagai perbaikan
lereng dan atau sebuah
rekomendasi dalam
reancangan sudut lereng
keseluruhan highwall
50. Hasil Analisis Kinematik :
▪ Ditemukannya
kombinasi sliding
planar failure dan
wedge failur.
Hasil Analisa SMR :
▪ Ditemukan keruntuhan
berjenis planar atau
wedge failure
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Mekanisme Keruntuhan Lereng
Gambar Tiga dimensi dari pemetaan terhadap keruntuhan
51. Mekanisme keruntuhan
yang ditemukan dari
analisis finite element
membentuk garis pola
keruntuhan jenis circular
failure dengan dikontrol
oleh struktur batuan
(step_path failure)
Gambar Mekanisme keruntuhan dari pola total diskontinuitas
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Mekanisme Keruntuhan Lereng
52. Mekanisme yang terjadi adalah jenis kompleks (gabungan circular failure, planar
failure, wedge failur dan step_path failure) atau tergolong kedalam large scale rock
slope failure surface (kegagalan lereng permukaan berskala besar).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Mekanisme Keruntuhan Lereng
53. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
▪ Klasifikasi massa batuan untuk lokasi 1 litologi batupasir diperoleh nilai RMR89 sebesar
36 dan nilai GSI sebesar 31. Lokasi 1 litologi batulanau diperoleh nilai RMR89 sebesar 38
dan nilai GSI sebesar 33. Lokasi 2 litologi batupasir diperoleh nilai RMR89 sebesar 30 dan
nilai GSI sebesar 25. Secara statistika diperoleh nilai RMR89 lebih besar dari nilai GSI
dimana secara rata-rata dari semua lokasi dipoleh nilai RMR89 sebesar 34,67 dan nilai GSI
sebesar 29,67. Dari perolehan nilai RMR dan GSI yang didapatkan, batuan tersebut dapat
diklasifikasikan kedalam Kualitas Massa Batuan Buruk (Poor Rock) dengan Nomor Kelas IV.
▪ Hasil analisa kinematik dilakukan dalam dua tahap. Tahapan pertama ditemukan dua jenis
keruntuhan terjadi yaitu ditemukannya sliding planar failure pada sudut 36° dan wedge
pada sudut 34°. Tahapan kedua ditemukan keruntuhan berjenis wedge failure terhadap 6
line intersection dengan sudut terkecil 34° dan sudut terbesar 36°.
▪ Secara statistika bahwa nilai RMR lebih besar dari nilai SMR dan didapatkan nilai SMR
sebesar 25, 27, 28 dan terbesar senilai 29. Rentangan nilai tersebut masuk kedalam
kualitas massa batuan kelas IV, deskripsi massa batuan tergolong buruk, kestabilan lereng
berkeadaan tidak stabil dan keruntuhan berjenis planar atau wedge failure.
54. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
▪ Safety factor dari hasil model melihatkan semuanya dalam kondisi stabil apabila
dipandang dari kriteria Bowles (1984) dan lereng awal mengalami kondisi kritis
apabila dilihat dari sisi kriteria Hoek (1991). Hasil yang diperoleh dari analisis
model didapatkan kondisi tidak mengalami keruntuhan pada sudut 29°. Melalui
semua kriteria dalam analisa maka diambil keputusan untuk merekomendasikan
sudut 29° sebagai perbaikan lereng yang runtuh dan rancangan sudut lereng
keseluruhan highwall pada lokasi penambangan.
▪ Jenis keruntuhan yang terjadi pada mekanisme keruntuhan lereng dalam semua
analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa mekanisme yang terjadi
adalah jenis kompleks (gabungan circular failure, planar failure, wedge failur dan
step_path failure) atau tergolong kedalam large scale rock slope failure surface
(kegagalan lereng permukaan berskala besar).
55. KESIMPULAN DAN SARAN
Saran
▪ Perlu dilakukan analisa lebih lanjut untuk mengenai pengaruh
penurunan muka air tanah (rapid draw-down) terhadap keruntuhan
lereng.
▪ Perlu dilakukannya analisa aliran air dalam tanah atau batuan jenuh
sebagian dan membentuk model muka air tanah.
▪ Perlu dilakukannya pengujian index weathering untuk mengetahui
apakah terjadi berubahan sifat asal mula sehingga menyebabkan hilang
kekuatan batuan dan menyebabkan terjadinya keruntuhan lereng.
▪ Perlu dilakukannya permodelan dengan memasukkan efek getaran baik
dari gempa maupun dari proses blasting.