SlideShare a Scribd company logo
SALINAN




                PEDOMAN UMUM
       PEMETAAN PEMANGKU KEPENTINGAN
      DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH




                     KEMENTERIAN
            PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
               DAN REFORMASI BIROKRASI
                  REPUBLIK INDONESIA
                      TAHUN 2011
MENTERI
                        PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                            DAN REFORMASI BIROKRASI
                              REPUBLIK INDONESIA




                            PERATURAN
             MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                     DAN REFORMASI BIROKRASI
                       REPUBLIK INDONESIA

                          NOMOR 54 TAHUN 2011

                          TENTANG
        PEDOMAN UMUM PEMETAAN PEMANGKU KEPENTINGAN
              DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH


                  DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
             MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
            DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang     :   a.   bahwa fungsi organisasi kehumasan yang selama ini
                       dipahami, khususnya sebagai organisasi yang
                       mengomunikasikan        kebijakan    dan   program
                       pemerintah    ke     masyarakat     dan   sekaligus
                       memfasilitasi    aspirasi      masyarakat   kepada
                       pemerintah, perlu lebih diperkaya;

                  b.   bahwa untuk mewujudkan huruf a tersebut, perlu
                       disusun Pedoman Umum Pemetaan Pemangku
                       Kepentingan di Lingkungan Instansi Pemerintah;

                  c.   bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
                       dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu
                       menetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan
                       Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang
                       Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan di
                       Lingkungan Instansi Pemerintah.


Mengingat     :   1.   Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
                       Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik
                       Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan
                       Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041),
                       sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
                       Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara
                       Republik Indonesia Nomor 169, Tambahan Lembaran
                       Negara Republik Indonesia Nomor 3890);



                                                              2. Undang...
MENTERI
      PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
          DAN REFORMASI BIROKRASI
            REPUBLIK INDONESIA




                   -2-
2.   Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
     Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
     Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara
     Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan
     Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

3.   Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
     Sistem    Perencanaan  Pembangunan     Nasional
     (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
     Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
     Indonesia Nomor 4421);

4.   Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
     Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara
     Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan
     Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843);

5.   Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
     Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara
     Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan
     Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);

6.   Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
     Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
     Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan
     Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

7.   Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
     Pembentukan      Peraturan  Perundang-undangan
     (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
     Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
     Indonesia Nomor 5234);

8.   Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61
     Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
     Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
     Publik;




                                          9. Peraturan...
MENTERI
                      PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                          DAN REFORMASI BIROKRASI
                            REPUBLIK INDONESIA




                                   -3-

               9.    Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47
                     Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi
                     Kementerian Negara;

               10.   Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24
                     Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi
                     Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi,
                     Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara
                     Republik Indonesia;

               11.   Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
                     187/M Tahun 2004 sebagaimana telah diubah
                     terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 84/P
                     Tahun 2009 tentang Membentuk dan Mengangkat
                     Menteri Negara Kabinet Indonesia Bersatu II;

               12.   Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
                     Negara Nomor PER/12/M.PAN/08/Tahun 2007
                     tentang Pedoman Umum Hubungan Masyarakat di
                     Lingkungan Instansi Pemerintah.


                           MEMUTUSKAN:

Menetapkan   : PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR
               NEGARA    DAN   REFORMASI   BIROKRASI TENTANG
               PEDOMAN UMUM PEMETAAN PEMANGKU KEPENTINGAN
               DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH

                                        Pasal 1
              Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan di
              Lingkungan Instansi Pemerintah sebagaimana tercantum
              dalam Lampiran Peraturan Menteri ini merupakan bagian
              yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

                                     Pasal 2
              Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan di
              Lingkungan Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud
              dalam Pasal 1 merupakan acuan bagi seluruh instansi
              pemerintah.




                                                            Pasal 3...
MENTERI
                              PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                                  DAN REFORMASI BIROKRASI
                                    REPUBLIK INDONESIA




                                             -4-


                                                Pasal 3
                       Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan yang
                       telah ada di instansi pemerintah pusat dan daerah, secara
                       bertahap agar disesuaikan dengan Pedoman Umum
                       Pemetaan Pemangku Kepentingan paling lambat 2 (dua)
                       tahun sejak Peraturan Menteri ini ditetapkan.

                                                   Pasal 4
                       Peraturan Menteri     ini    mulai berlaku   sejak   tanggal
                       diundangkan.

                       Agar  setiap  orang    mengetahuinya,   memerintahkan
                       pengundangan     Peraturan    Menteri     ini   dengan
                       penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.




                                           Ditetapkan di Jakarta
                                           pada tanggal 19 Desember 2011

                                           MENTERI
                                           PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                                           DAN REFORMASI BIROKRASI
                                           REPUBLIK INDONESIA,

                                            ttd.


                                           AZWAR ABUBAKAR


Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Maret 2012

MENTERI HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 336
MENTERI
                        PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                            DAN REFORMASI BIROKRASI
                              REPUBLIK INDONESIA




                                               LAMPIRAN
                                               PERATURAN MENTERI
                                               PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                                               DAN REFORMASI BIROKRASI
                                               REPUBLIK INDONESIA
                                               NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG
                                               PEDOMAN UMUM PEMETAAN PEMANGKU
                                               KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN INSTANSI
                                               PEMERINTAH

        PEDOMAN UMUM PEMETAAN PEMANGKU KEPENTINGAN
             DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH


                                      BAB I
                                  PENDAHULUAN


A. Latar belakang
        Arah kebijakan pembangunan nasional sebagaimana tercantum
   dalam   Undang-Undang          Nomor   17    Tahun   2007    tentang    Rencana
   Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 adalah terciptanya
   pemerintahan yang bersih, berwibawa, profesional, dan bertanggung
   jawab, diwujudkan dengan sosok dan perilaku birokrasi yang efisien dan
   efektif, serta dapat memberikan pelayanan yang prima kepada seluruh
   masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut, prioritas diletakkan pada
   upaya pembangunan aparatur negara melalui reformasi birokrasi.
        Reformasi     birokrasi    menuntut      pengelolaan   pemerintahan     agar
   dilakukan lebih profesional dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip tata
   pemerintahan yang baik (good governance).
        Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
   Informasi Publik dengan tegas menyatakan bahwa keterbukaan informasi
   publik merupakan sarana dalam mengoptimumkan pengawasan publik
   terhadap penyelenggaraan negara dan birokrasi serta segala sesuatu yang
   berakibat pada kepentingan publik. Dengan demikian, mandat yang
   diberikan   oleh   undang-undang       tersebut    adalah   upaya     penyediaan
   pengelolaan informasi publik sebagai usaha untuk mengembangkan
   masyarakat informasi.




                                                                       Implikasi...
MENTERI
                      PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                          DAN REFORMASI BIROKRASI
                            REPUBLIK INDONESIA




                                      -2-

        Implikasi diundangkannya keterbukaan informasi publik sangat
luas, mulai dari penyiapan kelembagaan dan penataan organisasi, reposisi
peran     humas     dalam     organisasi    birokrasi,     penguatan      partisipasi
masyarakat hingga mobilisasi sumber daya manusia serta sarana dan
prasarana teknologi yang dibutuhkan guna menjawab tantangan global.
        Fungsi    organisasi      kehumasan        sebagai     organisasi       yang
mengomunikasikan        kebijakan     dan      program     pemerintah        kepada
masyarakat       sekaligus     memfasilitasi    aspirasi     masyarakat      kepada
pemerintah perlu lebih diperkuat. Organisasi kehumasan perlu lebih
proaktif dan membangun aliansi strategis dengan para pemangku
kepentingan.
        Kegiatan humas pemerintah ditujukan kepada dua jenis sasaran
publik yaitu publik internal dan publik eksternal. Kedua macam publik ini
dikenal dengan istilah pemangku kepentingan. Sasaran publik dapat
dikategorikan      sebagai     pemangku        kepentingan     internal     (internal
stakeholders) dan pemangku kepentingan eksternal (external stakeholders).
  Pemangku kepentingan adalah pihak-pihak dari dalam dan luar
organisasi/instansi    yang     berkepentingan     dan     berpengaruh     terhadap
kinerja organisasi/instansi sehingga tercipta tata kelola pemerintahan
yang baik.
        Hubungan instansi pemerintah dengan pemangku kepentingan
merupakan hasil akhir dari rangkaian kegiatan
1. pengumpulan data tentang pemangku kepentingan organisasi/instansi;
2. pengolahan dan analisis data;
3. diskusi tentang kriteria penentuan klasifikasi pemangku kepentingan;
4. penetapan strategi;
5. perumusan berbagai pendekatan dan agenda program yang akan
   dilaksanakan secara bersama-sama dengan pemangku kepentingan.
        Seluruh rangkaian kegiatan di atas disebut pemetaan pemangku
kepentingan. Tahapan awal yang mutlak harus dilakukan sebelum
kebijakan hubungan dengan pemangku kepentingan dirumuskan adalah

                                                                  pelaksanaan…
MENTERI
                            PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                                DAN REFORMASI BIROKRASI
                                  REPUBLIK INDONESIA




                                         -3-

   pelaksanaan pemetaan pemangku kepentingan. Pemetaan pemangku
   kepentingan akan menyediakan seluruh kebutuhan data dasar yang
   dibutuhkan instansi pemerintah dalam merumuskan kebijakan hubungan
   dengan pemangku kepentingan.
           Pemetaan pemangku kepentingan merupakan tindak lanjut dari
   pemetaan pemangku kepentingan yang tercantum dalam Bab IV Pasal 8
   ayat       (1)     dan      ayat     (2)       Peraturan       MENPAN       Nomor
   PER/12/M.PAN/08/TAHUN 2007 tentang Pedoman Umum Humas di
   Lingkungan Instansi Pemerintah. Pemangku kepentingan tersebut, yang
   terdiri     dari     kelompok       internal      dan        eksternal,    meliputi
   kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, kelompok media, kelompok
   internal, kelompok eksternal, kelompok komunitas, kelompok tertentu,
   serta     kelompok       lembaga    swadaya       masyarakat        dan    lembaga
   kemasyarakatan.


B. Maksud dan Tujuan
  1. Maksud
              Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan dimaksudkan
     sebagai acuan dalam penyusunan petunjuk pelaksanaan/petunjuk
     teknis    hubungan       pemangku    kepentingan      di    lingkungan   instansi
     pemerintah dilakukan secara akurat dan andal.
  2. Tujuan
             Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan bertujuan
     untuk      memantapkan       kelembagaan,      sumber      daya   manusia,   dan
     ketatalaksanaan dengan pemangku kepentingan sehingga komunikasi
     instansi pemerintah dengan pemangku kepentingan agar tercipta
     hubungan proaktif dan sinergi sehingga tidak terjadi kesenjangan antara
     harapan publik dan tujuan instansi pemerintah.




                                                                        C. Sasaran…
MENTERI
                         PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                             DAN REFORMASI BIROKRASI
                               REPUBLIK INDONESIA




                                      -4-

C. Sasaran
     Sasaran Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan adalah
  1. terwujudnya pemetaan pemangku kepentingan instansi pemerintah
     secara akurat;
  2. tersusunnya landasan kerja dalam melaksanakan upaya hubungan
     antara instansi pemerintah dan pemangku kepentingan secara optimal,
     efektif, dan efisien;
  3. minimalnya dampak atau risiko terhadap kesalahan dalam pengelolaan
     hubungan antara instansi pemerintah dan pemangku kepentingan.


D. Asas
       Asas pemangku kepentingan adalah
  1. komunikatif, yaitu pesan yang disampaikan tepat sasaran, relevan, serta
    dapat diterima dan dipahami secara optimal, efektif dan efisien;
  2. harmonis, yaitu tercipta hubungan saling menghargai, mendukung,
    sinergis, dan saling menguntungkan antara instansi pemerintah dan
    pemangku kepentingan;
  3. etis, yaitu menuntut praktisi humas instansi pemerintah melaksanakan
    tugas sesuai dengan etika dan kode etik yang ditetapkan;
  4. kemitraan, yaitu terbinanya hubungan kerja yang baik dan setara antara
    instansi pemerintah dan pemangku kepentingan;
  5. profesional, yaitu menuntut praktisi humas mengutamakan keahlian,
    keterampilan, pengalaman, dan konsisten terhadap penugasan;
  6. transparan, yaitu menuntut pejabat dan unit kerja humas pemerintah
    menyediakan informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif;
  7. akuntabel, yaitu menentukan setiap kegiatan dan hasil kegiatan praktisi
    humas harus dapat dipertanggungjawabkan;
  8. partisipatif, yaitu peran serta aktif instansi pemerintah dan pemangku
    kepentingan dalam menjalin hubungan.




                                                                 E. Ruang…
MENTERI
                        PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                            DAN REFORMASI BIROKRASI
                              REPUBLIK INDONESIA




                                          -5-

E. Ruang Lingkup
         Ruang lingkup Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan
   mencakupi dasar-dasar hubungan pemangku kepentingan, mekanisme
   hubungan pemangku kepentingan, serta kriteria penentuan kategori dan
   pengukuran pemetaan pemangku kepentingan.


F. Manfaat
      Manfaat pedoman ini adalah
  1. pembinaan hubungan antara instansi pemerintah dan pemangku
     kepentingan yang memudahkan berbagai aktivitas pelaksanaan program
     pemerintah;
  2. peningkatan kualifikasi, kapasitas, dan kompetensi praktisi humas
     pemerintah dalam menjalin hubungan dengan pemangku kepentingan
     (stakeholders relations);
  3. pemantapan kelembagaan humas pemerintah dalam menjalin hubungan
     dengan pemangku kepentingannya;
  4. terbinanya kerja sama antara instansi pemerintah dan pemangku
     kepentingan;
  5. eratnya   silaturahim       antara   instansi   pemerintah   dan   pemangku
     kepentingan.


G. Pengertian Umum
   1. Instansi pemerintah adalah Kementerian, Lembaga Pemerintah Non-
      Kementerian (LPNK), Sekretariat Lembaga Negara, Lembaga Setingkat
      Menteri dan Lembaga lain, Lembaga Non-Struktural (LNS), serta
      Pemerintah Provinsi, Kabupaten, dan Kota.
   2. Hubungan masyarakat adalah usaha yang sengaja dilakukan dan
      direncanakan secara berkesinambungan dalam rangka menciptakan
      dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara lembaga dan
      institusi dengan publiknya.



                                                                   3. Lembaga…
MENTERI
                      PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                          DAN REFORMASI BIROKRASI
                            REPUBLIK INDONESIA




                                   -6-

3. Lembaga humas adalah unit organisasi dalam instansi pemerintah
  yang melakukan fungsi manajemen bidang informasi dan komunikasi
  kepada publiknya.

4. Hubungan masyarakat di lingkungan instansi pemerintah, untuk
  selanjutnya disebut humas pemerintah, adalah aktivitas lembaga
  humas dan/atau praktisi humas pemerintah yang melakukan fungsi
  manajemen dalam bidang komunikasi dan informasi yang persuasif,
  efektif, serta efisien, untuk menciptakan hubungan yang harmonis
  dengan publik melalui berbagai sarana kehumasan dalam rangka
  menciptakan citra dan reputasi instansi pemerintah yang positif.
5. Praktisi humas pemerintah adalah individu instansi pemerintah yang
  menjalankan fungsi kehumasan sesuai dengan tugas pokok dan
  fungsi.
6. Pemangku kepentingan adalah pihak-pihak dari dalam dan luar
  organisasi    (internal   dan   eksternal)   yang      berkepentingan   dan
  berpengaruh        terhadap   kinerja,   eksistensi,    dan    kelangsungan
  organisasi.
7. Pemangku kepentingan internal adalah publik yang berada di dalam
  lingkungan organisasi/instansi pemerintah dan menjadi bagian dari
  kegiatan kehumasan pemerintah.
8. Pemangku kepentingan eksternal adalah publik yang berada di luar
  organisasi/instansi pemerintah yang harus diberi informasi dan
  menjadi bagian dari kegiatan kehumasan sehingga tercipta hubungan
  baik (goodwill).
9. Pemetaan pemangku kepentingan adalah rangkaian kegiatan seperti
  pengumpulan data tentang pemangku kepentingan, pengolahan dan
  analisis data, penentuan klasifikasi pemangku kepentingan, penetapan
  strategi, serta perumusan berbagai pendekatan dan agenda program
  yang akan dilaksanakan secara bersama-sama dengan pemangku
  kepentingan tersebut.


                                                                10. Hubungan…
MENTERI
                  PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                      DAN REFORMASI BIROKRASI
                        REPUBLIK INDONESIA




                               -7-

10. Hubungan pemangku kepentingan adalah interaksi yang saling
  menguntungkan     antara   instansi   pemerintah   dan   pemangku
  kepentingan.




                                                            BAB II…
MENTERI
                        PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                            DAN REFORMASI BIROKRASI
                              REPUBLIK INDONESIA




                            BAB II
          DASAR-DASAR HUBUNGAN PEMANGKU KEPENTINGAN


A. Landasan Pemikiran
          Pemangku kepentingan terdiri dari pihak-pihak internal dan
   eksternal organisasi yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap
   kinerja humas pemerintah. Setiap pemangku kepentingan memiliki
   kebutuhan yang berbeda sehingga diperlukan pemetaan pemangku
   kepentingan secara akurat sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
   Hasil pemetaan pemangku kepentingan merupakan informasi penting
   dalam perumusan kebijakan hubungan dengan pemangku kepentingan.


B. Pengelompokan Pemangku Kepentingan
          Kegiatan humas pemerintah berkaitan erat dengan publik internal
   dan publik eksternal. Kegiatan ini berkembang menjadi hubungan antara
   instansi   pemerintah   dengan    pemangku      kepentingan   internal   dan
   pemangku kepentingan eksternal.
          Pemangku kepentingan internal merupakan khalayak/publik yang
   menjadi bagian dari kegiatan organisasi atau instansi pemerintah,
   sedangkan pemangku kepentingan eksternal adalah publik yang berada di
   luar organisasi/instansi yang harus diberi informasi agar dapat membina
   hubungan dengan baik. Berdasarkan hal ini, pemangku kepentingan
   internal dan pemangku kepentingan eksternal perlu menyesuaikan dengan
   bentuk, sifat, jenis, dan karakter organisasi/instansi.
          Pengelompokan pemangku kepentingan terdiri dari publik internal
   dan publik eksternal berikut.




                                                                            No…
MENTERI
                    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                        DAN REFORMASI BIROKRASI
                          REPUBLIK INDONESIA




                                  -9-

No.      Kriteria                          Deskripsi
          Publik
1.    Internal        a. Publik Internal Primer
                         Pimpinan dan pegawai instansi pemerintah
                      b. Publik Internal Sekunder
                         Keluarga pimpinan dan keluarga pegawai instansi
                         pemerintah
                      c. Publik Internal Tersier
                         Pensiunan, pegawai tidak tetap, dan alih daya
                         (outsourcing) instansi pemerintah
2.    Eksternal       a. Publik Eksternal Primer
                         Lembaga pemerintah dan media
                      b. Publik Eksternal Sekunder
                         Lembaga negara lainnya, BUMN, BUMD, Badan
                         Layanan Umum, lembaga peradilan, KPK, KPU,
                         dunia usaha/swasta, dan lembaga internasional
                      c. Publik Eksternal Tersier
                         Masyarakat sekitar, lembaga swadaya masyarakat,
                         lembaga kemasyarakatan, dan lembaga sosial
                         budaya
                      d. Publik Pendukung (Proponent)
                         Publik yang menerima atau sejalan dengan
                         kebijakan instansi pemerintah
                      e. Publik Penentang (Opponent)
                         Publik yang menolak atau tidak sejalan dengan
                         kebijakan instansi pemerintah
                      f. Publik Mengambang (Uncommitted)
                         Publik yang tidak memiliki sikap yang jelas (mudah
                         berubah dan terpengaruh) terhadap kebijakan
                         instansi pemerintah
                      g. Publik Minoritas Vokal (Vocal Minority)
                         Publik yang jumlahnya kecil, tetapi dalam
                         menyuarakan pendapatnya selalu lantang
                      h. Publik Mayoritas Pasif (Silent Majority)
                         Publik yang jumlahnya besar, tetapi tidak
                         menyatakan pendapatnya secara terbuka




                                                                  Matriks…
MENTERI
                     PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                         DAN REFORMASI BIROKRASI
                           REPUBLIK INDONESIA




                                  -10-

       Matriks pemangku kepentingan di atas dapat digambarkan sebagai
berikut.




                      BAGAN PEMANGKU KEPENTINGAN




                                                             BAB III…
MENTERI
                        PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                            DAN REFORMASI BIROKRASI
                              REPUBLIK INDONESIA




                                    BAB III
           KEGIATAN HUBUNGAN PEMANGKU KEPENTINGAN


A. Pemetaan Pemangku Kepentingan
        Pemetaan pemangku kepentingan merupakan langkah awal dalam
   proses perumusan kebijakan hubungan dengan pemangku kepentingan.
   Hasil pemetaan pemangku kepentingan berupa data dasar yang diperlukan
   dalam perumusan kebijakan hubungan dengan pemangku kepentingan.
        Kebijakan hubungan dengan pemangku kepentingan merupakan
   hasil akhir dari rangkaian kegiatan pengumpulan data, termasuk di
   dalamnya   diskusi   tentang   kriteria     penentuan    klasifikasi   pemangku
   kepentingan,     pengolahan    dan   analisis    data,    penetapan     strategi,
   perumusan berbagai pendekatan, dan agenda program yang akan
   dilaksanakan bersama dengan pemangku kepentingan.


B. Proses Pemetaan Pemangku Kepentingan
        Proses pemetaan pemangku kepentingan merupakan proses yang
   berkelanjutan.

                                  Pengumpulan
                                      Data



         Perumusan                                            Pengolahan dan
       Pendekatan dan                                          Analisis Data
       Agenda Program


                                   Penetapan
                                    Strategi



        BAGAN PROSES PEMETAAN PEMANGKU KEPENTINGAN


      Rincian tahapan proses pemetaan pemangku kepentingan tersebut
  adalah sebagai berikut.


                                                                1. Pengumpulan…
MENTERI
                        PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                            DAN REFORMASI BIROKRASI
                              REPUBLIK INDONESIA




                                      -12-

1. Pengumpulan Data
   a. Acuan
          Pengumpulan data merupakan upaya untuk memperoleh fakta
  dan     data    serta     mengembangkan          prinsip-prinsip    (menemukan,
  mengembangkan, dan menguji kebenaran) dengan cara formal dan
  nonformal.
          Cara formal dilakukan melalui penelitian dengan metode survei,
  kuesioner,     observasi,    analisis    isi,   wawancara     mendalam     (indepth
  interview), serta diskusi kelompok terarah, dan lain-lain. Selanjutnya,
  data diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode ilmiah. Cara
  nonformal dilakukan dengan mendengarkan, mengumpulkan, mencatat,
  serta menganalisis data dan informasi secara sistematis.
          Pengumpulan data, baik dengan cara formal maupun nonformal,
  dilakukan untuk memperoleh simpulan dan rekomendasi yang akurat,
  konsisten, terpercaya, dan penting bagi proses pengambilan putusan.
  b. Metode
     Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai
     berikut.
     1)    Metode Penelitian Kualitatif
                 Penelitian   kualitatif     merupakan    jenis    penelitian   yang
           menghasilkan temuan pemeriksaan yang dilakukan dengan
           menggunakan deskripsi dan kategori dalam wujud kata-kata,
           seperti wawancara terbuka, wawancara mendalam, observasi,
           diskusi kelompok fokus (focus group discussion/FGD), lokakarya,
           analisis     dokumen,    studi     kasus,   serta    kajian-kajian   yang
           mendukung objek penelitian.
        2) Metode Penelitian Kuantitatif
                 Metode kuantitatif menggunakan angka-angka dan data
           statistik,     seperti   eksperimen,        kajian     korelasi   dengan
           menggunakan survei dan observasi terstandar, tabulasi serta

                                                                       perhitungan…
MENTERI
                     PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                         DAN REFORMASI BIROKRASI
                           REPUBLIK INDONESIA




                                   -13-

         perhitungan tabel dan diagram, simulasi, serta data sekunder
         dan pendukung.
  c. Masukan, Keluaran, dan Manfaat (Input, Output, dan Outcome)
     Masukan:         pengumpulan          data    dan       informasi   secara
                      menyeluruh
     Keluaran:        gambaran kondisi nyata yang menyeluruh dan
                      prediksi kondisi yang akan datang
     Manfaat :        pemanfaatan         hasil   sehingga     berguna   dalam
                      pengolahan dan analisis data
  d. Indikator Keberhasilan
        Indikator keberhasilan proses pengumpulan data, antara lain
    terpetakannya permasalahan yang berkembang dalam pemangku
    kepentingan dan terhimpunnya informasi yang dibutuhkan untuk
    proses selanjutnya.
2. Pengolahan dan Analisis Data
  a. Acuan
             Data yang diperoleh harus diolah dan dianalisis secara teliti
    dan cermat untuk menghasilkan simpulan sementara. Hasil ini
    bermanfaat bagi proses penetapan strategi, perumusan pendekatan,
    dan agenda program yang optimal.
  b. Metode
             Pengolahan dan analisis data menggunakan metode yang
    sesuai dengan kebutuhan, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif.
  c. Masukan, Keluaran, dan Manfaat
     Masukan:          hasil pengumpulan data digunakan sebagai bahan
                       dalam pengolahan dan analisis data
     Keluaran:         simpulan sementara hasil pengolahan dan analisis
                       data
     Manfaat:          hasil pengolahan dan analisis data bermanfaat
                       untuk penetapan strategi

                                                                   d. Indikator…
MENTERI
                     PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                         DAN REFORMASI BIROKRASI
                           REPUBLIK INDONESIA




                                  -14-

  d. Indikator Keberhasilan
           Indikator keberhasilan proses pengolahan dan analisis adalah
    beberapa alternatif yang bermanfaat bagi penetapan strategi dan
    agenda program hubungan dengan pemangku kepentingan.


3. Penetapan Strategi
  a. Acuan
         Penetapan strategi merupakan tahap lanjutan dari pengolahan
    dan analisis data yang berisi alternatif langkah-langkah penetapan
    strategi dan agenda program yang akan dilaksanakan. Penetapan
    strategi dilakukan berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data
    untuk menghasilkan agenda program yang terukur dan dapat
    dipertanggungjawabkan.
           Sepanjang diperlukan, dilakukan koordinasi dengan lembaga-
    lembaga terkait dalam rangka penyusunan agenda program yang
    komprehensif.
  b. Metode
         Humas pemerintah dapat memakai metode tukar pikiran dan
    pencapaian kesepakatan (brainstorming and consensus building) untuk
    penetapan strategi.


  c. Masukan, Keluaran, dan Manfaat
     Masukan:       interpretasi pengolahan dan analisis data dibuat
                    untuk penetapan strategi
     Keluaran:      alternatif strategi dan agenda program
     Manfaat :      manfaat dalam tahapan perumusan pendekatan
                    dan agenda program




                                                             d. Indikator…
MENTERI
                    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                        DAN REFORMASI BIROKRASI
                          REPUBLIK INDONESIA




                                   -15-

  d. Indikator Keberhasilan
       Indikator    keberhasilan      proses     penetapan        strategi      adalah
     terpilihnya strategi terbaik yang dapat diimplementasikan dalam
     agenda program.


4. Perumusan Pendekatan dan Agenda Program
  a. Acuan
         Perumusan pendekatan dan agenda program adalah mata rantai
    akhir proses pemetaan pemangku kepentingan sebelum dilakukan
    implementasi    dan    pelaksanaan        kegiatan/program           yang    akan
    dilakukan. Perumusan pendekatan dan agenda program mengacu
    kepada penetapan strategi yang telah dilakukan
  b. Metode
         Humas pemerintah dapat memakai metode diskusi kelompok
    fokus,   dan   berbagai   forum       diskusi   lain    untuk    merumuskan
    pendekatan dan agenda program yang akan dilaksanakan. Berbagai
    alternatif yang telah ada sejak penetapan strategi dijadikan landasan
    dalam memperkaya agenda-agenda program lainnya.
  c. Masukan, Keluaran, dan Manfaat
     Masukan:      hasil   penetapan         strategi      digunakan         untuk
                   perumusan pendekatan dan agenda program
     Keluaran:     rumusan pendekatan dan agenda program
     Manfaat :     harmonisasi hubungan antara humas pemerintah
                   dan pemangku kepentingan, terciptanya citra dan
                   reputasi positif humas pemerintah, partisipasi aktif
                   pemangku        kepentingan,         serta    meningkatnya
                   kepercayaan publik terhadap humas pemerintah
                   dan instansi pemerintah.
                   Manfaat    dimaksud       diharapkan         sampai    kepada
                   manfaat dan dampak.

                                                                     d. Indikator…
MENTERI
                 PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                     DAN REFORMASI BIROKRASI
                       REPUBLIK INDONESIA




                              -16-

d. Indikator Keberhasilan
        Indikator keberhasilan proses perumusan pendekatan dan
  agenda   program   adalah   tersusunnya    agenda   program   yang
  mendukung pencapaian tujuan dan sasaran hubungan pemangku
  kepentingan.




                                                           BAB IV…
MENTERI
                          PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                              DAN REFORMASI BIROKRASI
                                REPUBLIK INDONESIA




                               BAB IV
                 KRITERIA PENENTUAN DAN PENGUKURAN
                  KATEGORI PEMANGKU KEPENTINGAN


A. Kriteria Penentuan Kategori Pemangku Kepentingan
         Pemangku        kepentingan    sebagai   pihak    atau   kelompok      yang
   berkepentingan,       baik    langsung   maupun   tidak    langsung       terhadap
   eksistensi atau aktivitas organisasi/instansi, akan mempengaruhi atau
   dipengaruhi    oleh    organisasi/instansi.    Gambar     berikut    menjelaskan
   pengelompokan pemangku kepentingan.


B. Pengukuran Kategori Pemangku Kepentingan
     Pengukuran humas pemerintah meliputi jenis-jenis berikut.
       a. Pengukuran Masukan
          Mengukur seberapa baik sebuah lembaga menampilkan dirinya
          pada pihak lain serta jumlah terpaan yang diterima lembaga
          tersebut.
       b. Pengukuran Keluaran
          Mengukur apakah khalayak sasaran benar-benar menerima pesan
          yang dikirimkan secara langsung buat mereka, apakah mereka
          memperhatikannya, apakah mereka memahami pesan tersebut,
          dan apakah mereka mampu mengingat pesan-pesan tersebut.
       c. Pengukuran Hasil
          Mengukur apakah materi dan pesan komunikasi yang disebarkan
          menghasilkan          perubahan   pengetahuan,     sikap,    dan   perilaku
          sebagaimana yang diharapkan.
       d. Pengukuran Manfaat
          Mengukur manfaat program humas pemerintah
       e. Pengukuran Dampak
          Mengukur pengaruh positif dan dapat dilihat serta diukur dalam
          meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat


                                                                              Setiap…
MENTERI
                             PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                                 DAN REFORMASI BIROKRASI
                                   REPUBLIK INDONESIA




                                           -18-

        Setiap pemangku kepentingan memiliki kriteria untuk menentukan
kinerja suatu organisasi/instansi pemerintah. Kriteria tersebut biasanya
berhubungan dengan dampak langsung dan tidak langsung aktivitas yang
dilakukan lembaga kehumasan organisasi/instansi pemerintah berkaitan
dengan pemangku kepentingan. Matriks berikut menunjukkan alat ukur
bagi setiap kategori pemangku kepentingan.


  FORMAT ALAT UKUR KATEGORI PEMANGKU KEPENTINGAN INTERNAL
       Kategori Pemangku
                                 Alat Ukur Jangka Pendek   Alat Ukur Jangka Panjang
         Kepentingan
  Publik Primer
  1. Pimpinan


  2. Pegawai
  Publik Sekunder
  1.   Keluarga pimpinan


  2. Keluarga pegawai

  Publik Tersier
  1.   Pensiunan


  2.   Pegawai tidak tetap


  3. Alih daya




                                                                      FORMAT…
MENTERI
                                 PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                                     DAN REFORMASI BIROKRASI
                                       REPUBLIK INDONESIA




                                               -19-


      FORMAT ALAT UKUR KATEGORI PEMANGKU KEPENTINGAN EKSTERNAL
       Kategori Pemangku
                                     Alat Ukur Jangka Pendek   Alat Ukur Jangka Panjang
            Kepentingan
      Publik Primer


      1.   Instansi pemerintah
      2.   Lembaga negara
      3.   Media



      Publik Sekunder
      1.   Perusahaan swasta
      2.   Lembaga
           internasional
      Publik Tersier
      1.   Komunitas
      2.   Masyarakat sekitar,
      3.   Kelompok UMKM,
      4.   Komunitas yang
           kurang beruntung




     Untuk mengukur keberhasilan dari alat ukur kategori pemangku
kepentingan internal dan eksternal, sangat bergantung pada kebutuhan
masing-masing instansi pemerintah terkait dengan riset tentang kegiatan
humas pemerintah dengan masing-masing pemangku kepentingan. Misalnya,
pengukuran dengan menggunakan skala pengukuran seperti skala Likert,
yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), Sangat
Tidak Setuju (STS). Sedangkan skala diferensial mengukur jawaban responden
dengan menggunakan tujuh rentang angka, contohnya kabur… 1 2 3 4 5 6 7
…jelas, dan skala penilaian menggunakan penilaian, contohnya baik, cukup,
buruk dan menarik, cukup, tidak menarik.




                                                                            Contoh...
MENTERI
                    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                        DAN REFORMASI BIROKRASI
                          REPUBLIK INDONESIA




                                  -20-

Contoh Pertanyaan dalam Angket dengan Skala Likert
    No.                   Pernyataan                   SS   S   R   TS   STS
    1.    Permenpan Nomor 12 Tahun 2007
          tentang Pedoman Umum Hubungan
          Masyarakat di Lingkungan Instansi
          Pemerintah telah disosialisasikan
          dengan baik.


Contoh Pertanyaan dalam Angket dengan Skala Diferensial
   Apakah     Permenpan        Nomor     12         Kabur 1 2 3 4 5 6 7 Jelas
   Tahun     2007     tentang    Pedoman
   Umum Hubungan Masyarakat di
   Lingkungan       Instansi    Pemerintah
   telah disosialisasikan dengan baik?


Contoh Pertanyaan dalam Angket dengan Skala Penilaian
  Bagaimana pendapat Anda mengenai Permenpan Nomor 12 Tahun
  2007 tentang Pedoman Umum Hubungan Masyarakat di Lingkungan
  Instansi Pemerintah yang telah disosialisasikan?
          a. Baik
          b. Cukup
          c. Buruk




                                                                    BAB V…
MENTERI
                        PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                            DAN REFORMASI BIROKRASI
                              REPUBLIK INDONESIA




                                   BAB V
                                  PENUTUP


      Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan praktisi humas pemerintah dalam melakukan
pemetaan   pemangku     kepentingan     secara   akurat   dan   relevan,   mudah
dimengerti, dipahami, dan diterima secara optimal, efektif, dan efisien. Dengan
demikian terjalin hubungan yang saling mendukung dan menguntungkan
antara instansi pemerintah dan pemangku kepentingan.




                                    Ditetapkan di Jakarta
                                    pada tanggal 19 Desember 2011

                                    MENTERI
                                    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
                                    DAN REFORMASI BIROKRASI
                                    REPUBLIK INDONESIA,

                                      ttd.


                                    AZWAR ABUBAKAR

More Related Content

What's hot

Raperda ttg Pedoman Pengangkatan PNSD Dalam Jabatan Struktural
Raperda ttg Pedoman Pengangkatan PNSD Dalam Jabatan StrukturalRaperda ttg Pedoman Pengangkatan PNSD Dalam Jabatan Struktural
Raperda ttg Pedoman Pengangkatan PNSD Dalam Jabatan StrukturalAde Suerani
 
Perpres47 2009 tentang pembentukan kementrian
Perpres47 2009 tentang pembentukan kementrianPerpres47 2009 tentang pembentukan kementrian
Perpres47 2009 tentang pembentukan kementrianRidwan Usman
 
Pp nomor 63_tahun_2009
Pp nomor 63_tahun_2009Pp nomor 63_tahun_2009
Pp nomor 63_tahun_2009erfne
 
Permenpan2014 002 angka kredit pranata nuklir
Permenpan2014 002 angka kredit pranata nuklirPermenpan2014 002 angka kredit pranata nuklir
Permenpan2014 002 angka kredit pranata nuklirWinarto Winartoap
 
Tugas Belajar PNS PemProv DKI Jakarta - Pergub Prov DKI Jakarta No.23 Tahun 2012
Tugas Belajar PNS PemProv DKI Jakarta - Pergub Prov DKI Jakarta No.23 Tahun 2012Tugas Belajar PNS PemProv DKI Jakarta - Pergub Prov DKI Jakarta No.23 Tahun 2012
Tugas Belajar PNS PemProv DKI Jakarta - Pergub Prov DKI Jakarta No.23 Tahun 2012
inideedee
 
Permen Kemenpera Nomor 12 tahun 2014 (Kemenpera Nomor 12 Tahun 2014 )
Permen Kemenpera Nomor 12 tahun 2014 (Kemenpera Nomor 12 Tahun 2014 )Permen Kemenpera Nomor 12 tahun 2014 (Kemenpera Nomor 12 Tahun 2014 )
Permen Kemenpera Nomor 12 tahun 2014 (Kemenpera Nomor 12 Tahun 2014 )
azhari sofyan
 
Perpres no 108 tahun 2014 tunjangan kinerja kementerian agama
Perpres no 108 tahun 2014 tunjangan kinerja kementerian agamaPerpres no 108 tahun 2014 tunjangan kinerja kementerian agama
Perpres no 108 tahun 2014 tunjangan kinerja kementerian agama
University of Sultan Ageng Tirtayasa
 
Permen esdm 33 2009
Permen esdm 33 2009Permen esdm 33 2009
Permen esdm 33 2009
Taufik Riyadi
 
Peraturan bupati-no.-15-ttg-tata-cara-memperoleh-izin-belajar-dan-tugas-belaj...
Peraturan bupati-no.-15-ttg-tata-cara-memperoleh-izin-belajar-dan-tugas-belaj...Peraturan bupati-no.-15-ttg-tata-cara-memperoleh-izin-belajar-dan-tugas-belaj...
Peraturan bupati-no.-15-ttg-tata-cara-memperoleh-izin-belajar-dan-tugas-belaj...ppbkab
 
Tata ruang pulau kalimantan
Tata ruang pulau kalimantanTata ruang pulau kalimantan
Tata ruang pulau kalimantan
zhelotech
 

What's hot (20)

Raperda ttg Pedoman Pengangkatan PNSD Dalam Jabatan Struktural
Raperda ttg Pedoman Pengangkatan PNSD Dalam Jabatan StrukturalRaperda ttg Pedoman Pengangkatan PNSD Dalam Jabatan Struktural
Raperda ttg Pedoman Pengangkatan PNSD Dalam Jabatan Struktural
 
Perpres47 2009 tentang pembentukan kementrian
Perpres47 2009 tentang pembentukan kementrianPerpres47 2009 tentang pembentukan kementrian
Perpres47 2009 tentang pembentukan kementrian
 
Uu 08 2003
Uu 08 2003Uu 08 2003
Uu 08 2003
 
Uu 25 2002
Uu 25 2002Uu 25 2002
Uu 25 2002
 
Uu 10 2002
Uu 10 2002Uu 10 2002
Uu 10 2002
 
Pp nomor 63_tahun_2009
Pp nomor 63_tahun_2009Pp nomor 63_tahun_2009
Pp nomor 63_tahun_2009
 
Uu 27 2000
Uu 27 2000Uu 27 2000
Uu 27 2000
 
Permenpan2014 002 angka kredit pranata nuklir
Permenpan2014 002 angka kredit pranata nuklirPermenpan2014 002 angka kredit pranata nuklir
Permenpan2014 002 angka kredit pranata nuklir
 
Tugas Belajar PNS PemProv DKI Jakarta - Pergub Prov DKI Jakarta No.23 Tahun 2012
Tugas Belajar PNS PemProv DKI Jakarta - Pergub Prov DKI Jakarta No.23 Tahun 2012Tugas Belajar PNS PemProv DKI Jakarta - Pergub Prov DKI Jakarta No.23 Tahun 2012
Tugas Belajar PNS PemProv DKI Jakarta - Pergub Prov DKI Jakarta No.23 Tahun 2012
 
Permen Kemenpera Nomor 12 tahun 2014 (Kemenpera Nomor 12 Tahun 2014 )
Permen Kemenpera Nomor 12 tahun 2014 (Kemenpera Nomor 12 Tahun 2014 )Permen Kemenpera Nomor 12 tahun 2014 (Kemenpera Nomor 12 Tahun 2014 )
Permen Kemenpera Nomor 12 tahun 2014 (Kemenpera Nomor 12 Tahun 2014 )
 
Perpres no 108 tahun 2014 tunjangan kinerja kementerian agama
Perpres no 108 tahun 2014 tunjangan kinerja kementerian agamaPerpres no 108 tahun 2014 tunjangan kinerja kementerian agama
Perpres no 108 tahun 2014 tunjangan kinerja kementerian agama
 
Uu 13 2001
Uu 13 2001Uu 13 2001
Uu 13 2001
 
Permen esdm 33 2009
Permen esdm 33 2009Permen esdm 33 2009
Permen esdm 33 2009
 
Peraturan bupati-no.-15-ttg-tata-cara-memperoleh-izin-belajar-dan-tugas-belaj...
Peraturan bupati-no.-15-ttg-tata-cara-memperoleh-izin-belajar-dan-tugas-belaj...Peraturan bupati-no.-15-ttg-tata-cara-memperoleh-izin-belajar-dan-tugas-belaj...
Peraturan bupati-no.-15-ttg-tata-cara-memperoleh-izin-belajar-dan-tugas-belaj...
 
Uu 41 2003
Uu 41 2003Uu 41 2003
Uu 41 2003
 
Uu 07 2002
Uu 07 2002Uu 07 2002
Uu 07 2002
 
Uu 32 2003
Uu 32 2003Uu 32 2003
Uu 32 2003
 
Uu 09 2002
Uu 09 2002Uu 09 2002
Uu 09 2002
 
Uu 07 2001
Uu 07 2001Uu 07 2001
Uu 07 2001
 
Tata ruang pulau kalimantan
Tata ruang pulau kalimantanTata ruang pulau kalimantan
Tata ruang pulau kalimantan
 

Similar to Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011

Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011
Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011
Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011Rizki Malinda
 
Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011
Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011
Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011Rizki Malinda
 
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011Rizki Malinda
 
Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011
Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011
Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011Rizki Malinda
 
Sop permenpan 35 thn 2012
Sop permenpan 35 thn 2012Sop permenpan 35 thn 2012
Sop permenpan 35 thn 2012Ye Si
 
Sop permenpan 35 thn 2012
Sop permenpan 35 thn 2012Sop permenpan 35 thn 2012
Sop permenpan 35 thn 2012Ye Si
 
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011Rizki Malinda
 
Rencana Strategis Kementerian Perumahan Rakyat (Renstra Kemenpera) tahun 2010...
Rencana Strategis Kementerian Perumahan Rakyat (Renstra Kemenpera) tahun 2010...Rencana Strategis Kementerian Perumahan Rakyat (Renstra Kemenpera) tahun 2010...
Rencana Strategis Kementerian Perumahan Rakyat (Renstra Kemenpera) tahun 2010...Oswar Mungkasa
 
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesaPermenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
bening2air
 
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...
Joy Irman
 
Juknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docx
Juknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docxJuknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docx
Juknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docxrazitakhalyla
 
Permen no.41 th_2012
Permen no.41 th_2012Permen no.41 th_2012
Permen no.41 th_2012ariy12
 
PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUA...
PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUA...PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUA...
PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUA...Yudhi Aldriand
 
Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010
Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010
Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010Ar Tinambunan
 
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn struktural
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn strukturalPp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn struktural
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn struktural
Nandang Sukmara
 
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn struktural
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn strukturalPp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn struktural
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn struktural
Nandang Sukmara
 
RAPERDA PENGADAAN PNSD
RAPERDA PENGADAAN PNSDRAPERDA PENGADAAN PNSD
RAPERDA PENGADAAN PNSDAde Suerani
 
Permen PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009: Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kre...
Permen PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009: Jabatan Fungsional Guru dan  Angka Kre...Permen PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009: Jabatan Fungsional Guru dan  Angka Kre...
Permen PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009: Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kre...Yani Pieter Pitoy
 

Similar to Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011 (20)

Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011
Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011
Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011
 
Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011
Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011
Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011
 
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011
 
Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011
Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011
Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011
 
Sop permenpan 35 thn 2012
Sop permenpan 35 thn 2012Sop permenpan 35 thn 2012
Sop permenpan 35 thn 2012
 
Sop permenpan 35 thn 2012
Sop permenpan 35 thn 2012Sop permenpan 35 thn 2012
Sop permenpan 35 thn 2012
 
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011
 
Rencana Strategis Kementerian Perumahan Rakyat (Renstra Kemenpera) tahun 2010...
Rencana Strategis Kementerian Perumahan Rakyat (Renstra Kemenpera) tahun 2010...Rencana Strategis Kementerian Perumahan Rakyat (Renstra Kemenpera) tahun 2010...
Rencana Strategis Kementerian Perumahan Rakyat (Renstra Kemenpera) tahun 2010...
 
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesaPermenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
 
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...
 
Juknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docx
Juknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docxJuknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docx
Juknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docx
 
Permen no.41 th_2012
Permen no.41 th_2012Permen no.41 th_2012
Permen no.41 th_2012
 
Pp 13 2002
Pp 13 2002Pp 13 2002
Pp 13 2002
 
PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUA...
PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUA...PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUA...
PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUA...
 
Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010
Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010
Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010
 
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn struktural
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn strukturalPp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn struktural
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn struktural
 
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn struktural
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn strukturalPp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn struktural
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn struktural
 
RAPERDA PENGADAAN PNSD
RAPERDA PENGADAAN PNSDRAPERDA PENGADAAN PNSD
RAPERDA PENGADAAN PNSD
 
Permen no.21 th 2012
Permen no.21 th 2012Permen no.21 th 2012
Permen no.21 th 2012
 
Permen PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009: Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kre...
Permen PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009: Jabatan Fungsional Guru dan  Angka Kre...Permen PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009: Jabatan Fungsional Guru dan  Angka Kre...
Permen PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009: Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kre...
 

More from Rizki Malinda

E-Government Collaboration
E-Government CollaborationE-Government Collaboration
E-Government Collaboration
Rizki Malinda
 
Pengelolaan komunikasi krisis
Pengelolaan komunikasi krisisPengelolaan komunikasi krisis
Pengelolaan komunikasi krisisRizki Malinda
 
Kemenkominfo draft rpp e govt.19 feb 2013 (edit) revisi iii
Kemenkominfo draft rpp e govt.19 feb 2013 (edit) revisi iiiKemenkominfo draft rpp e govt.19 feb 2013 (edit) revisi iii
Kemenkominfo draft rpp e govt.19 feb 2013 (edit) revisi iiiRizki Malinda
 
Format naskah dinas
Format naskah dinas Format naskah dinas
Format naskah dinas Rizki Malinda
 
Makalah Etika Bisnis
Makalah Etika BisnisMakalah Etika Bisnis
Makalah Etika BisnisRizki Malinda
 
Makalah Pasar dan Lembaga Keuangan
Makalah Pasar dan Lembaga KeuanganMakalah Pasar dan Lembaga Keuangan
Makalah Pasar dan Lembaga KeuanganRizki Malinda
 
Makalah Metode Riset Bisnis
Makalah Metode Riset BisnisMakalah Metode Riset Bisnis
Makalah Metode Riset BisnisRizki Malinda
 
PEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAH
PEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAHPEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAH
PEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAHRizki Malinda
 
Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...
Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...
Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...
Rizki Malinda
 
Permenpan2008 022 buku
Permenpan2008 022 bukuPermenpan2008 022 buku
Permenpan2008 022 buku
Rizki Malinda
 
Kebijakan kehumasan
Kebijakan kehumasanKebijakan kehumasan
Kebijakan kehumasan
Rizki Malinda
 
Tata naskah dinas elektronik
Tata naskah dinas elektronikTata naskah dinas elektronik
Tata naskah dinas elektronik
Rizki Malinda
 

More from Rizki Malinda (12)

E-Government Collaboration
E-Government CollaborationE-Government Collaboration
E-Government Collaboration
 
Pengelolaan komunikasi krisis
Pengelolaan komunikasi krisisPengelolaan komunikasi krisis
Pengelolaan komunikasi krisis
 
Kemenkominfo draft rpp e govt.19 feb 2013 (edit) revisi iii
Kemenkominfo draft rpp e govt.19 feb 2013 (edit) revisi iiiKemenkominfo draft rpp e govt.19 feb 2013 (edit) revisi iii
Kemenkominfo draft rpp e govt.19 feb 2013 (edit) revisi iii
 
Format naskah dinas
Format naskah dinas Format naskah dinas
Format naskah dinas
 
Makalah Etika Bisnis
Makalah Etika BisnisMakalah Etika Bisnis
Makalah Etika Bisnis
 
Makalah Pasar dan Lembaga Keuangan
Makalah Pasar dan Lembaga KeuanganMakalah Pasar dan Lembaga Keuangan
Makalah Pasar dan Lembaga Keuangan
 
Makalah Metode Riset Bisnis
Makalah Metode Riset BisnisMakalah Metode Riset Bisnis
Makalah Metode Riset Bisnis
 
PEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAH
PEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAHPEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAH
PEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAH
 
Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...
Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...
Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...
 
Permenpan2008 022 buku
Permenpan2008 022 bukuPermenpan2008 022 buku
Permenpan2008 022 buku
 
Kebijakan kehumasan
Kebijakan kehumasanKebijakan kehumasan
Kebijakan kehumasan
 
Tata naskah dinas elektronik
Tata naskah dinas elektronikTata naskah dinas elektronik
Tata naskah dinas elektronik
 

Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011

  • 1. SALINAN PEDOMAN UMUM PEMETAAN PEMANGKU KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011
  • 2. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMETAAN PEMANGKU KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa fungsi organisasi kehumasan yang selama ini dipahami, khususnya sebagai organisasi yang mengomunikasikan kebijakan dan program pemerintah ke masyarakat dan sekaligus memfasilitasi aspirasi masyarakat kepada pemerintah, perlu lebih diperkaya; b. bahwa untuk mewujudkan huruf a tersebut, perlu disusun Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan di Lingkungan Instansi Pemerintah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan di Lingkungan Instansi Pemerintah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang...
  • 3. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA -2- 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 6. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik; 9. Peraturan...
  • 4. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA -3- 9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Kementerian Negara; 10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia; 11. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Membentuk dan Mengangkat Menteri Negara Kabinet Indonesia Bersatu II; 12. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/12/M.PAN/08/Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Hubungan Masyarakat di Lingkungan Instansi Pemerintah. MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI TENTANG PEDOMAN UMUM PEMETAAN PEMANGKU KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH Pasal 1 Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan di Lingkungan Instansi Pemerintah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 2 Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan di Lingkungan Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 merupakan acuan bagi seluruh instansi pemerintah. Pasal 3...
  • 5. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA -4- Pasal 3 Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan yang telah ada di instansi pemerintah pusat dan daerah, secara bertahap agar disesuaikan dengan Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan paling lambat 2 (dua) tahun sejak Peraturan Menteri ini ditetapkan. Pasal 4 Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 Desember 2011 MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, ttd. AZWAR ABUBAKAR Diundangkan di Jakarta pada tanggal 20 Maret 2012 MENTERI HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA ttd. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 336
  • 6. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMETAAN PEMANGKU KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH PEDOMAN UMUM PEMETAAN PEMANGKU KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Arah kebijakan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 adalah terciptanya pemerintahan yang bersih, berwibawa, profesional, dan bertanggung jawab, diwujudkan dengan sosok dan perilaku birokrasi yang efisien dan efektif, serta dapat memberikan pelayanan yang prima kepada seluruh masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut, prioritas diletakkan pada upaya pembangunan aparatur negara melalui reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi menuntut pengelolaan pemerintahan agar dilakukan lebih profesional dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dengan tegas menyatakan bahwa keterbukaan informasi publik merupakan sarana dalam mengoptimumkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan birokrasi serta segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik. Dengan demikian, mandat yang diberikan oleh undang-undang tersebut adalah upaya penyediaan pengelolaan informasi publik sebagai usaha untuk mengembangkan masyarakat informasi. Implikasi...
  • 7. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA -2- Implikasi diundangkannya keterbukaan informasi publik sangat luas, mulai dari penyiapan kelembagaan dan penataan organisasi, reposisi peran humas dalam organisasi birokrasi, penguatan partisipasi masyarakat hingga mobilisasi sumber daya manusia serta sarana dan prasarana teknologi yang dibutuhkan guna menjawab tantangan global. Fungsi organisasi kehumasan sebagai organisasi yang mengomunikasikan kebijakan dan program pemerintah kepada masyarakat sekaligus memfasilitasi aspirasi masyarakat kepada pemerintah perlu lebih diperkuat. Organisasi kehumasan perlu lebih proaktif dan membangun aliansi strategis dengan para pemangku kepentingan. Kegiatan humas pemerintah ditujukan kepada dua jenis sasaran publik yaitu publik internal dan publik eksternal. Kedua macam publik ini dikenal dengan istilah pemangku kepentingan. Sasaran publik dapat dikategorikan sebagai pemangku kepentingan internal (internal stakeholders) dan pemangku kepentingan eksternal (external stakeholders). Pemangku kepentingan adalah pihak-pihak dari dalam dan luar organisasi/instansi yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap kinerja organisasi/instansi sehingga tercipta tata kelola pemerintahan yang baik. Hubungan instansi pemerintah dengan pemangku kepentingan merupakan hasil akhir dari rangkaian kegiatan 1. pengumpulan data tentang pemangku kepentingan organisasi/instansi; 2. pengolahan dan analisis data; 3. diskusi tentang kriteria penentuan klasifikasi pemangku kepentingan; 4. penetapan strategi; 5. perumusan berbagai pendekatan dan agenda program yang akan dilaksanakan secara bersama-sama dengan pemangku kepentingan. Seluruh rangkaian kegiatan di atas disebut pemetaan pemangku kepentingan. Tahapan awal yang mutlak harus dilakukan sebelum kebijakan hubungan dengan pemangku kepentingan dirumuskan adalah pelaksanaan…
  • 8. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA -3- pelaksanaan pemetaan pemangku kepentingan. Pemetaan pemangku kepentingan akan menyediakan seluruh kebutuhan data dasar yang dibutuhkan instansi pemerintah dalam merumuskan kebijakan hubungan dengan pemangku kepentingan. Pemetaan pemangku kepentingan merupakan tindak lanjut dari pemetaan pemangku kepentingan yang tercantum dalam Bab IV Pasal 8 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan MENPAN Nomor PER/12/M.PAN/08/TAHUN 2007 tentang Pedoman Umum Humas di Lingkungan Instansi Pemerintah. Pemangku kepentingan tersebut, yang terdiri dari kelompok internal dan eksternal, meliputi kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, kelompok media, kelompok internal, kelompok eksternal, kelompok komunitas, kelompok tertentu, serta kelompok lembaga swadaya masyarakat dan lembaga kemasyarakatan. B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan dimaksudkan sebagai acuan dalam penyusunan petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis hubungan pemangku kepentingan di lingkungan instansi pemerintah dilakukan secara akurat dan andal. 2. Tujuan Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan bertujuan untuk memantapkan kelembagaan, sumber daya manusia, dan ketatalaksanaan dengan pemangku kepentingan sehingga komunikasi instansi pemerintah dengan pemangku kepentingan agar tercipta hubungan proaktif dan sinergi sehingga tidak terjadi kesenjangan antara harapan publik dan tujuan instansi pemerintah. C. Sasaran…
  • 9. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA -4- C. Sasaran Sasaran Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan adalah 1. terwujudnya pemetaan pemangku kepentingan instansi pemerintah secara akurat; 2. tersusunnya landasan kerja dalam melaksanakan upaya hubungan antara instansi pemerintah dan pemangku kepentingan secara optimal, efektif, dan efisien; 3. minimalnya dampak atau risiko terhadap kesalahan dalam pengelolaan hubungan antara instansi pemerintah dan pemangku kepentingan. D. Asas Asas pemangku kepentingan adalah 1. komunikatif, yaitu pesan yang disampaikan tepat sasaran, relevan, serta dapat diterima dan dipahami secara optimal, efektif dan efisien; 2. harmonis, yaitu tercipta hubungan saling menghargai, mendukung, sinergis, dan saling menguntungkan antara instansi pemerintah dan pemangku kepentingan; 3. etis, yaitu menuntut praktisi humas instansi pemerintah melaksanakan tugas sesuai dengan etika dan kode etik yang ditetapkan; 4. kemitraan, yaitu terbinanya hubungan kerja yang baik dan setara antara instansi pemerintah dan pemangku kepentingan; 5. profesional, yaitu menuntut praktisi humas mengutamakan keahlian, keterampilan, pengalaman, dan konsisten terhadap penugasan; 6. transparan, yaitu menuntut pejabat dan unit kerja humas pemerintah menyediakan informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif; 7. akuntabel, yaitu menentukan setiap kegiatan dan hasil kegiatan praktisi humas harus dapat dipertanggungjawabkan; 8. partisipatif, yaitu peran serta aktif instansi pemerintah dan pemangku kepentingan dalam menjalin hubungan. E. Ruang…
  • 10. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA -5- E. Ruang Lingkup Ruang lingkup Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan mencakupi dasar-dasar hubungan pemangku kepentingan, mekanisme hubungan pemangku kepentingan, serta kriteria penentuan kategori dan pengukuran pemetaan pemangku kepentingan. F. Manfaat Manfaat pedoman ini adalah 1. pembinaan hubungan antara instansi pemerintah dan pemangku kepentingan yang memudahkan berbagai aktivitas pelaksanaan program pemerintah; 2. peningkatan kualifikasi, kapasitas, dan kompetensi praktisi humas pemerintah dalam menjalin hubungan dengan pemangku kepentingan (stakeholders relations); 3. pemantapan kelembagaan humas pemerintah dalam menjalin hubungan dengan pemangku kepentingannya; 4. terbinanya kerja sama antara instansi pemerintah dan pemangku kepentingan; 5. eratnya silaturahim antara instansi pemerintah dan pemangku kepentingan. G. Pengertian Umum 1. Instansi pemerintah adalah Kementerian, Lembaga Pemerintah Non- Kementerian (LPNK), Sekretariat Lembaga Negara, Lembaga Setingkat Menteri dan Lembaga lain, Lembaga Non-Struktural (LNS), serta Pemerintah Provinsi, Kabupaten, dan Kota. 2. Hubungan masyarakat adalah usaha yang sengaja dilakukan dan direncanakan secara berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara lembaga dan institusi dengan publiknya. 3. Lembaga…
  • 11. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA -6- 3. Lembaga humas adalah unit organisasi dalam instansi pemerintah yang melakukan fungsi manajemen bidang informasi dan komunikasi kepada publiknya. 4. Hubungan masyarakat di lingkungan instansi pemerintah, untuk selanjutnya disebut humas pemerintah, adalah aktivitas lembaga humas dan/atau praktisi humas pemerintah yang melakukan fungsi manajemen dalam bidang komunikasi dan informasi yang persuasif, efektif, serta efisien, untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan publik melalui berbagai sarana kehumasan dalam rangka menciptakan citra dan reputasi instansi pemerintah yang positif. 5. Praktisi humas pemerintah adalah individu instansi pemerintah yang menjalankan fungsi kehumasan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. 6. Pemangku kepentingan adalah pihak-pihak dari dalam dan luar organisasi (internal dan eksternal) yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap kinerja, eksistensi, dan kelangsungan organisasi. 7. Pemangku kepentingan internal adalah publik yang berada di dalam lingkungan organisasi/instansi pemerintah dan menjadi bagian dari kegiatan kehumasan pemerintah. 8. Pemangku kepentingan eksternal adalah publik yang berada di luar organisasi/instansi pemerintah yang harus diberi informasi dan menjadi bagian dari kegiatan kehumasan sehingga tercipta hubungan baik (goodwill). 9. Pemetaan pemangku kepentingan adalah rangkaian kegiatan seperti pengumpulan data tentang pemangku kepentingan, pengolahan dan analisis data, penentuan klasifikasi pemangku kepentingan, penetapan strategi, serta perumusan berbagai pendekatan dan agenda program yang akan dilaksanakan secara bersama-sama dengan pemangku kepentingan tersebut. 10. Hubungan…
  • 12. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA -7- 10. Hubungan pemangku kepentingan adalah interaksi yang saling menguntungkan antara instansi pemerintah dan pemangku kepentingan. BAB II…
  • 13. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA BAB II DASAR-DASAR HUBUNGAN PEMANGKU KEPENTINGAN A. Landasan Pemikiran Pemangku kepentingan terdiri dari pihak-pihak internal dan eksternal organisasi yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap kinerja humas pemerintah. Setiap pemangku kepentingan memiliki kebutuhan yang berbeda sehingga diperlukan pemetaan pemangku kepentingan secara akurat sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Hasil pemetaan pemangku kepentingan merupakan informasi penting dalam perumusan kebijakan hubungan dengan pemangku kepentingan. B. Pengelompokan Pemangku Kepentingan Kegiatan humas pemerintah berkaitan erat dengan publik internal dan publik eksternal. Kegiatan ini berkembang menjadi hubungan antara instansi pemerintah dengan pemangku kepentingan internal dan pemangku kepentingan eksternal. Pemangku kepentingan internal merupakan khalayak/publik yang menjadi bagian dari kegiatan organisasi atau instansi pemerintah, sedangkan pemangku kepentingan eksternal adalah publik yang berada di luar organisasi/instansi yang harus diberi informasi agar dapat membina hubungan dengan baik. Berdasarkan hal ini, pemangku kepentingan internal dan pemangku kepentingan eksternal perlu menyesuaikan dengan bentuk, sifat, jenis, dan karakter organisasi/instansi. Pengelompokan pemangku kepentingan terdiri dari publik internal dan publik eksternal berikut. No…
  • 14. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA -9- No. Kriteria Deskripsi Publik 1. Internal a. Publik Internal Primer Pimpinan dan pegawai instansi pemerintah b. Publik Internal Sekunder Keluarga pimpinan dan keluarga pegawai instansi pemerintah c. Publik Internal Tersier Pensiunan, pegawai tidak tetap, dan alih daya (outsourcing) instansi pemerintah 2. Eksternal a. Publik Eksternal Primer Lembaga pemerintah dan media b. Publik Eksternal Sekunder Lembaga negara lainnya, BUMN, BUMD, Badan Layanan Umum, lembaga peradilan, KPK, KPU, dunia usaha/swasta, dan lembaga internasional c. Publik Eksternal Tersier Masyarakat sekitar, lembaga swadaya masyarakat, lembaga kemasyarakatan, dan lembaga sosial budaya d. Publik Pendukung (Proponent) Publik yang menerima atau sejalan dengan kebijakan instansi pemerintah e. Publik Penentang (Opponent) Publik yang menolak atau tidak sejalan dengan kebijakan instansi pemerintah f. Publik Mengambang (Uncommitted) Publik yang tidak memiliki sikap yang jelas (mudah berubah dan terpengaruh) terhadap kebijakan instansi pemerintah g. Publik Minoritas Vokal (Vocal Minority) Publik yang jumlahnya kecil, tetapi dalam menyuarakan pendapatnya selalu lantang h. Publik Mayoritas Pasif (Silent Majority) Publik yang jumlahnya besar, tetapi tidak menyatakan pendapatnya secara terbuka Matriks…
  • 15. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA -10- Matriks pemangku kepentingan di atas dapat digambarkan sebagai berikut. BAGAN PEMANGKU KEPENTINGAN BAB III…
  • 16. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA BAB III KEGIATAN HUBUNGAN PEMANGKU KEPENTINGAN A. Pemetaan Pemangku Kepentingan Pemetaan pemangku kepentingan merupakan langkah awal dalam proses perumusan kebijakan hubungan dengan pemangku kepentingan. Hasil pemetaan pemangku kepentingan berupa data dasar yang diperlukan dalam perumusan kebijakan hubungan dengan pemangku kepentingan. Kebijakan hubungan dengan pemangku kepentingan merupakan hasil akhir dari rangkaian kegiatan pengumpulan data, termasuk di dalamnya diskusi tentang kriteria penentuan klasifikasi pemangku kepentingan, pengolahan dan analisis data, penetapan strategi, perumusan berbagai pendekatan, dan agenda program yang akan dilaksanakan bersama dengan pemangku kepentingan. B. Proses Pemetaan Pemangku Kepentingan Proses pemetaan pemangku kepentingan merupakan proses yang berkelanjutan. Pengumpulan Data Perumusan Pengolahan dan Pendekatan dan Analisis Data Agenda Program Penetapan Strategi BAGAN PROSES PEMETAAN PEMANGKU KEPENTINGAN Rincian tahapan proses pemetaan pemangku kepentingan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Pengumpulan…
  • 17. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA -12- 1. Pengumpulan Data a. Acuan Pengumpulan data merupakan upaya untuk memperoleh fakta dan data serta mengembangkan prinsip-prinsip (menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran) dengan cara formal dan nonformal. Cara formal dilakukan melalui penelitian dengan metode survei, kuesioner, observasi, analisis isi, wawancara mendalam (indepth interview), serta diskusi kelompok terarah, dan lain-lain. Selanjutnya, data diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode ilmiah. Cara nonformal dilakukan dengan mendengarkan, mengumpulkan, mencatat, serta menganalisis data dan informasi secara sistematis. Pengumpulan data, baik dengan cara formal maupun nonformal, dilakukan untuk memperoleh simpulan dan rekomendasi yang akurat, konsisten, terpercaya, dan penting bagi proses pengambilan putusan. b. Metode Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut. 1) Metode Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang menghasilkan temuan pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan deskripsi dan kategori dalam wujud kata-kata, seperti wawancara terbuka, wawancara mendalam, observasi, diskusi kelompok fokus (focus group discussion/FGD), lokakarya, analisis dokumen, studi kasus, serta kajian-kajian yang mendukung objek penelitian. 2) Metode Penelitian Kuantitatif Metode kuantitatif menggunakan angka-angka dan data statistik, seperti eksperimen, kajian korelasi dengan menggunakan survei dan observasi terstandar, tabulasi serta perhitungan…
  • 18. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA -13- perhitungan tabel dan diagram, simulasi, serta data sekunder dan pendukung. c. Masukan, Keluaran, dan Manfaat (Input, Output, dan Outcome) Masukan: pengumpulan data dan informasi secara menyeluruh Keluaran: gambaran kondisi nyata yang menyeluruh dan prediksi kondisi yang akan datang Manfaat : pemanfaatan hasil sehingga berguna dalam pengolahan dan analisis data d. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan proses pengumpulan data, antara lain terpetakannya permasalahan yang berkembang dalam pemangku kepentingan dan terhimpunnya informasi yang dibutuhkan untuk proses selanjutnya. 2. Pengolahan dan Analisis Data a. Acuan Data yang diperoleh harus diolah dan dianalisis secara teliti dan cermat untuk menghasilkan simpulan sementara. Hasil ini bermanfaat bagi proses penetapan strategi, perumusan pendekatan, dan agenda program yang optimal. b. Metode Pengolahan dan analisis data menggunakan metode yang sesuai dengan kebutuhan, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. c. Masukan, Keluaran, dan Manfaat Masukan: hasil pengumpulan data digunakan sebagai bahan dalam pengolahan dan analisis data Keluaran: simpulan sementara hasil pengolahan dan analisis data Manfaat: hasil pengolahan dan analisis data bermanfaat untuk penetapan strategi d. Indikator…
  • 19. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA -14- d. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan proses pengolahan dan analisis adalah beberapa alternatif yang bermanfaat bagi penetapan strategi dan agenda program hubungan dengan pemangku kepentingan. 3. Penetapan Strategi a. Acuan Penetapan strategi merupakan tahap lanjutan dari pengolahan dan analisis data yang berisi alternatif langkah-langkah penetapan strategi dan agenda program yang akan dilaksanakan. Penetapan strategi dilakukan berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data untuk menghasilkan agenda program yang terukur dan dapat dipertanggungjawabkan. Sepanjang diperlukan, dilakukan koordinasi dengan lembaga- lembaga terkait dalam rangka penyusunan agenda program yang komprehensif. b. Metode Humas pemerintah dapat memakai metode tukar pikiran dan pencapaian kesepakatan (brainstorming and consensus building) untuk penetapan strategi. c. Masukan, Keluaran, dan Manfaat Masukan: interpretasi pengolahan dan analisis data dibuat untuk penetapan strategi Keluaran: alternatif strategi dan agenda program Manfaat : manfaat dalam tahapan perumusan pendekatan dan agenda program d. Indikator…
  • 20. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA -15- d. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan proses penetapan strategi adalah terpilihnya strategi terbaik yang dapat diimplementasikan dalam agenda program. 4. Perumusan Pendekatan dan Agenda Program a. Acuan Perumusan pendekatan dan agenda program adalah mata rantai akhir proses pemetaan pemangku kepentingan sebelum dilakukan implementasi dan pelaksanaan kegiatan/program yang akan dilakukan. Perumusan pendekatan dan agenda program mengacu kepada penetapan strategi yang telah dilakukan b. Metode Humas pemerintah dapat memakai metode diskusi kelompok fokus, dan berbagai forum diskusi lain untuk merumuskan pendekatan dan agenda program yang akan dilaksanakan. Berbagai alternatif yang telah ada sejak penetapan strategi dijadikan landasan dalam memperkaya agenda-agenda program lainnya. c. Masukan, Keluaran, dan Manfaat Masukan: hasil penetapan strategi digunakan untuk perumusan pendekatan dan agenda program Keluaran: rumusan pendekatan dan agenda program Manfaat : harmonisasi hubungan antara humas pemerintah dan pemangku kepentingan, terciptanya citra dan reputasi positif humas pemerintah, partisipasi aktif pemangku kepentingan, serta meningkatnya kepercayaan publik terhadap humas pemerintah dan instansi pemerintah. Manfaat dimaksud diharapkan sampai kepada manfaat dan dampak. d. Indikator…
  • 21. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA -16- d. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan proses perumusan pendekatan dan agenda program adalah tersusunnya agenda program yang mendukung pencapaian tujuan dan sasaran hubungan pemangku kepentingan. BAB IV…
  • 22. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA BAB IV KRITERIA PENENTUAN DAN PENGUKURAN KATEGORI PEMANGKU KEPENTINGAN A. Kriteria Penentuan Kategori Pemangku Kepentingan Pemangku kepentingan sebagai pihak atau kelompok yang berkepentingan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap eksistensi atau aktivitas organisasi/instansi, akan mempengaruhi atau dipengaruhi oleh organisasi/instansi. Gambar berikut menjelaskan pengelompokan pemangku kepentingan. B. Pengukuran Kategori Pemangku Kepentingan Pengukuran humas pemerintah meliputi jenis-jenis berikut. a. Pengukuran Masukan Mengukur seberapa baik sebuah lembaga menampilkan dirinya pada pihak lain serta jumlah terpaan yang diterima lembaga tersebut. b. Pengukuran Keluaran Mengukur apakah khalayak sasaran benar-benar menerima pesan yang dikirimkan secara langsung buat mereka, apakah mereka memperhatikannya, apakah mereka memahami pesan tersebut, dan apakah mereka mampu mengingat pesan-pesan tersebut. c. Pengukuran Hasil Mengukur apakah materi dan pesan komunikasi yang disebarkan menghasilkan perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku sebagaimana yang diharapkan. d. Pengukuran Manfaat Mengukur manfaat program humas pemerintah e. Pengukuran Dampak Mengukur pengaruh positif dan dapat dilihat serta diukur dalam meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat Setiap…
  • 23. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA -18- Setiap pemangku kepentingan memiliki kriteria untuk menentukan kinerja suatu organisasi/instansi pemerintah. Kriteria tersebut biasanya berhubungan dengan dampak langsung dan tidak langsung aktivitas yang dilakukan lembaga kehumasan organisasi/instansi pemerintah berkaitan dengan pemangku kepentingan. Matriks berikut menunjukkan alat ukur bagi setiap kategori pemangku kepentingan. FORMAT ALAT UKUR KATEGORI PEMANGKU KEPENTINGAN INTERNAL Kategori Pemangku Alat Ukur Jangka Pendek Alat Ukur Jangka Panjang Kepentingan Publik Primer 1. Pimpinan 2. Pegawai Publik Sekunder 1. Keluarga pimpinan 2. Keluarga pegawai Publik Tersier 1. Pensiunan 2. Pegawai tidak tetap 3. Alih daya FORMAT…
  • 24. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA -19- FORMAT ALAT UKUR KATEGORI PEMANGKU KEPENTINGAN EKSTERNAL Kategori Pemangku Alat Ukur Jangka Pendek Alat Ukur Jangka Panjang Kepentingan Publik Primer 1. Instansi pemerintah 2. Lembaga negara 3. Media Publik Sekunder 1. Perusahaan swasta 2. Lembaga internasional Publik Tersier 1. Komunitas 2. Masyarakat sekitar, 3. Kelompok UMKM, 4. Komunitas yang kurang beruntung Untuk mengukur keberhasilan dari alat ukur kategori pemangku kepentingan internal dan eksternal, sangat bergantung pada kebutuhan masing-masing instansi pemerintah terkait dengan riset tentang kegiatan humas pemerintah dengan masing-masing pemangku kepentingan. Misalnya, pengukuran dengan menggunakan skala pengukuran seperti skala Likert, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Sedangkan skala diferensial mengukur jawaban responden dengan menggunakan tujuh rentang angka, contohnya kabur… 1 2 3 4 5 6 7 …jelas, dan skala penilaian menggunakan penilaian, contohnya baik, cukup, buruk dan menarik, cukup, tidak menarik. Contoh...
  • 25. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA -20- Contoh Pertanyaan dalam Angket dengan Skala Likert No. Pernyataan SS S R TS STS 1. Permenpan Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Hubungan Masyarakat di Lingkungan Instansi Pemerintah telah disosialisasikan dengan baik. Contoh Pertanyaan dalam Angket dengan Skala Diferensial Apakah Permenpan Nomor 12 Kabur 1 2 3 4 5 6 7 Jelas Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Hubungan Masyarakat di Lingkungan Instansi Pemerintah telah disosialisasikan dengan baik? Contoh Pertanyaan dalam Angket dengan Skala Penilaian Bagaimana pendapat Anda mengenai Permenpan Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Hubungan Masyarakat di Lingkungan Instansi Pemerintah yang telah disosialisasikan? a. Baik b. Cukup c. Buruk BAB V…
  • 26. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA BAB V PENUTUP Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan praktisi humas pemerintah dalam melakukan pemetaan pemangku kepentingan secara akurat dan relevan, mudah dimengerti, dipahami, dan diterima secara optimal, efektif, dan efisien. Dengan demikian terjalin hubungan yang saling mendukung dan menguntungkan antara instansi pemerintah dan pemangku kepentingan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 Desember 2011 MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, ttd. AZWAR ABUBAKAR