SlideShare a Scribd company logo
PUSAT PENDIDIKAN & PELATIHAN PENGAWASAN BPKP




                                               Irja Barat




         SISTEM ADMINISTRASI
          KEUANGAN DAERAH

                                                            1
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum :
• Memahami SAKD dalam rangka pengawasan
  keuangan daerah
Tujuan Pembelajaran Khusus :
• Menjelaskan makna dan arti penting Keuangan
  Negara / Daerah,
• Menjelaskan hubungan keuangan negara –
  daerah
• Menjelaskan pengurusan keuangan daerah
• Menjelaskan konsepsi APBD
• Menjelaskan Siklus APBD


                                                2
PENDAHULUAN




              3
Planning




              Keuangan
Controlling               Organizing
               Daerah




              Actuating
KEUANGAN DAERAH

                                         DASAR HUKUM


             Planning                    PENGERTIAN

Controling
             Keuangan
              Daerah
                         Organizing   HUBUNGAN KEUANGAN
                                        NEGARA-DAERAH
             Actuating



                                        RUANG LINGKUP


                                      AZAS PENGELOLAAN
PERENCANAAN

                                      ASAS & STRUKTUR APBD


             Planning                  PENYUSUNAN R-APBD

             Keuangan
Controling               Organizing
              Daerah
                                      PENYUSUNAN RKA-SKPD
             Actuating



                                       PENGESAHAN APBD


                                        EVALUASI R-APBD
PENGORGANISASIAN

                                      KEKUASAAN PENGELOLAAN
                                         KEUANGAN DAERAH

                                         DEKONSENTRASI /
             Planning
                                        TUGAS PEMBANTUAN

Controling
             Keuangan
              Daerah
                         Organizing   PERIMBANGAN KEUANGAN
                                          NEGARA-DAERAH
             Actuating

                                       SISTEM PENGENDALIAN
                                             INTERNAL

                                      PEMBINAAN & PENGAWASAN
PELAKSANAAN

                                        PELAKSANAAN APBD


             Planning                 PENGELOLAAN KAS & BMD

Controling
             Keuangan
              Daerah
                         Organizing      PENATAUSAHAAN
                                        KEUANGAN DAERAH
             Actuating


                                         PERUBAHAN APBD

                                        PENGELOLAAN BLU
                                            DAERAH
PERTANGGUNGJAWABAN

                                      AKUNTANSI KEUANGAN
                                            DAERAH

                                       LAPORAN KEUANGAN
             Planning
                                           & KINERJA

Controling
             Keuangan
              Daerah
                         Organizing   PERTANGGUNGJAWABAN
                                             APBD
             Actuating

                                      PENYELESAIAN KERUGIAN
                                        KEUANGAN DAERAH

                                       PEMERIKSAAN BEPEKA
KEUANGAN NEGARA
Pengertian & Ruang Lingkup




                             10
PENGERTIAN KN (1)
• Semua hak dan kewajiban negara dapat
  dinilai dengan uang,
• Segala sesuatu baik berupa uang maupun
  berupa barang yang dapat dijadikan milik
  negara
• Berhubung dengan pelaksanaan hak dan
  kewajiban tersebut.
• Dalam rangka pencapaian tujuan
  bernegara
                                         11
PENGERTIAN KN (2)
                  OBYEK    Semua hak dan kewajiban Negara
                            yang dapat dinilai dengan uang


                           Dimiliki Negara/Dikuasai Pemerintah
                  SUBYEK   Dikuasai Persh Negara /Daerah
                           Dikuasai Badan Lainnya yang ada
                           kaitannya dengan keuangan Negara.

Pendekatan
                           mulai dari perumusan kebijakan
                  PROSES   dan pengambilan keputusan s.d.
                           pertanggungjawaban.




                   TUJUA    Dalam rangka penyelenggaraan
                            pemerintahan negara
                     N


                                                                 12
RUANG LINGKUP KN
1. Hak Negara
    Memungut Pajak,
     Mengeluarkan & Mengedarkan Uang,
     Melakukan Pinjaman
2. Kewajiban Negara
      Menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara
      Membayar tagihan pihak ketiga
3. Penerimaan Pengeluaran Negara
4. Penerimaan & Pengeluarandaerah
5. Kekayaan Negara / Daerah
      Dikelola sendiri atau oleh pihak lain
      Dipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan daerah
6. Kekayaan Pihak Lainnya
      Dikuasai Pemerintah untuk tugas pemerintahan dan kepentingan
       umum
      Diperoleh dengan menggunakan fasilitas pemerintah

                                                                      13
HUBUNGAN KEUANGAN
  NEGARA - DAERAH




                    14
Asas NKRI
                        UUD 1945, Pasal 18 :
  Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.

Penjelasan :
• Daerah Indonesia terbagi dalam daerah yang bersifat otonom atau
   bersifat daerah administratif.




                                                                     15
Asas NKRI
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
    DIBAGI ATAS DAERAH-DAERAH:




              PROVINSI
                                     MASING-MASING
    DAERAH PROVINSI DIBAGI ATAS:     MEMPUNYAI
                                     PEMERINTAHAN
                                     DAERAH.
                                     PASAL 2 AYAT (1)

           KABUPATEN DAN
               KOTA



                                                        16
Asas NKRI

• Asas Negara Kesaruan RI (NKRI)
• Penyelenggaraan keuangan negara dan daerah, merupakan satu
  kesatuan
• Dalam penyelenggaraan pemerintahan yang bertujuan
  mewujudkan tujuan bangsa dan negara sebagaimana
  diamanatkan UUD 1945.
• Antara keuangan negara dan daerah merupakan satu
  kesatuan, ruang lingkup keuangan




                                                               17
Hubungan Pengelolaan KN
                              Preside
                                 n
               Dikuasakan                   Dikuasakan


     Menteri Keuangan                        Menteri/Pimpinan LPND
• Sebagai Chief Financial                  • Sebagai Chief Operational
  Officer (CFO).                             Officer (COO).
• Kewenangan komptabel                     • Kewenangan Ordonateur
• Selaku Pengelola Fiskal &                • Selaku Pengguna Anggaran/
  Wakil Pemerintah dalam                     Pengguna Barang KL yang
  kepemilikan kekayaan                       dipimpinnya.
  Negara yang dipisahkan.

                              Diserahkan

                     Gubernur/Bupati/Walikota
                      Pengelola Keuangan Daerah

                                                                         18
Hubungan Pengelolaan KN

• Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan
  pengelolaan keuangan Negara.
• Sebagian dari kekuasaan tersebut ”DIKUASAKAN” kepada
  Menteri Keuangan serta Menteri/Pimpinan LPND.
• Sebagian dari kekuasaan tersebut juga ”DISERAHKAN” kepada
  Gubernur/Bupati/Walikota selaku Pengelola Keuangan Daerah
  (Asas Desentralisasi)
• Tidak termasuk kewenangan di bidang moneter (mengeluarkan
  dan mengedarkan uang)  diatur dengan UU tersendiri.
• Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk
  mencapai tujuan bernegara.
• Dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk
  mencapai tujuan bernegara, setiap tahun disusun APBN/APBD.

                                                           19
HUBUNGAN KEUANGAN


Pemerintah                        APBN
  Pusat
              Dana Perimbangan         Dana Dekon & TP



Pemerintah     APBD                  Dana              Dana Tugas
  Daerah                         Dekonsentrasi         Pembantuan
                                    (APBN)               (APBN)




             Dekonsentrasi            Desentralisasi
             Tugas Pembantuan



                                                                    20
DANA DEKONSENTRASI
• Pelimpahan kewenangan dalam rangka pelaksanaan
  Dekonsentrasi dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah
  diikuti dengan pemberian dana.
• Kegiatan dekonsentrasi dilaksanakan oleh SKPD yang
  ditetapkan gubernur.
• Gubernur memberitahukan RKA-KL kegiatan dekonsentrasi
  kepada DPRD pada saat pembahasan Rancangan APBD.
• Dalam hal terdapat SAL dana dekonsentrasi, maka merupakan
  penerimaan kembali APBN, terdapat saldo kas dan
  menghasilkan penerimaan maka harus disetor ke Rekening
  Kas Umum Negara.



                                                           21
DANA TUGAS PEMBANTUAN
• Pelimpahan kewenangan dalam rangka pelaksanaan Tugas
  Pembantuan dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah
  diikuti dengan pemberian dana.
• Kegiatan Tugas Pembantuan dilaksanakan oleh SKPD
  ditetapkan gubernur.
• Gubernur memberitahukan RKA-KL untuk kegiatan TP
  kepada DPRD pada saat pembahasan Rancangan APBD.
• Dalam hal terdapat SAL dana TP, maka merupakan
  penerimaan kembali APBN, terdapat saldo kas dan
  menghasilkan penerimaan maka harus disetor ke Rekening
  Kas Umum Negara.


                                                           22
DANA PERIMBANGAN (1)
• Penyelenggaraan pemerintahan di daerah yang menjadi
  kewenangannya, sesuai dengan asas desentralisasi, dibiayai
  dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD)

• Dalam rangka mendukung pembiayaan daerah dan
  mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah Pusat
  dengan Pemerintah Daerah serta antar Pemerintah
  Daerah, yang ditetapkan “DANA PERIMBANGAN”
  setiap tahun anggaran dalam APBN


• Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (PKPD), diatur
  dalam Undang-Undang Nomor 33 tahun 2003


                                                               23
DANA PERIMBANGAN (2)
PKPD adalah :
• Suatu sistem pembagian keuangan yang
  adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien
• Dalam rangka pendanaan penyelenggaraan Desentralisasi,
• Mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan
  daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan
  Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
• Terdiri Dari :
   Dana Bagi Hasil
   Dana Alokasi Umum (DAU)
   Dana Alokasi Khusus (DAK)


                                                            24
DANA BAGI HASIL

• Bersumber dari pajak dan sumber daya alam.
• Pajak : PPh, PPN/PPnBM, PBB dan BPHTB
• Sumber Daya Alam , terdiri dari :
   Minyak Bumi
   Gas Alam
   Pertambangan Umum
   Kehutanan
   Perikanan

                                           25
DANA ALOKASI UMUM (DAU)
• Ditetapkan dalam APBN sekurang-kurangnya 26 % dari
  Pendapatan Dalam Negeri Neto
• Dialokasikan atas dasar celah fiskal dan Alokasi Dasar
• Celah Fiskal yaitu kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas
  fiskal daerah
• alokasi dasar yaitu dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai
  Negeri Sipil Daerah).
• Penyaluran DAU dilaksanakan setiap bulan masing-masing
  sebesar 1/12 (satu per dua belas) dari DAU daerah yang
  bersangkutan dan dilaksanakan sebelum bulan bersangkutan.




                                                                   26
DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)

• Dana APBN yang dialokasikan kepada
  daerah tertentu untuk mendanai kegiatan
  khusus yang merupakan urusan daerah.
• Daerah penerima DAK wajib menyediakan
  dana pendamping dari APBD sekurang-
  kurangnya 10 % dari alokasi DAK.
• Daerah dengan kemampuan fiskal tertentu
  tidak diwajibkan menyediakan dana
  pendamping.

                                            27
PENGURUSAN KEUANGAN
DAERAH




                      28
DASAR HUKUM
• UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

•   PP 54 tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah
•   PP 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
•   PP 56 tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
•   PP 57 tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah
•   PP 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

• PERMENDAGRI 13/2006 :
  Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah



                                                                29
PENGERTIAN

Keuangan Daerah adalah :
• semua hak dan kewajiban daerah
• dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
  daerah
• yang dapat dinilai dengan uang
• termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan
  yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
  daerah tersebut.
                                           30
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup keuangan daerah meliputi:
a. Hak daerah untuk memungut pajak dan retribusi daerah
b. Hak melakukan pinjaman;
c. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan
   pemerintahan daerah
d. Kewajiban membayar tagihan pihak ketiga;
e. Penerimaan daerah;
f. Pengeluaran daerah;
g. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain
   termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah;
f. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam
   rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau
   kepentingan umum


                                                                    31
Pengelolaan Keuangan Daerah

Diatur dalam PP 58/2005 & Permendagri 13 tahun 2006, meliputi :
• Asas umum pengelolaan keuangan daerah;
• Pejabat-pejabat yang mengelola keuangan daerah;
• Penyusunan RKPD, KUA, PPAS, dan RKA-SKPD;
• SIKLUS APBD
• Pengelolaan kas umum daerah;
• Pengelolaan piutang daerah;
• Pengelolaan investasi daerah;
• Pengelolaan barang milik daerah;
• Pengelolaan dana cadangan;
• Pengelolaan utang daerah;
• Pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah;
• Penyelesaian kerugian daerah;
• Pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah;
                                                                  32
ASAS UMUM
(1) Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan
    perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
    bertanggung jawab dengan memperhatikan asas
    keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.

(2) Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem
    yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun
    ditetapkan dengan peraturan daerah.




                                                                      33
PEJABAT PENGELOLA KD
                 Kepala Daerah
            Pemegang Kekuasaan PKD


               Sekretaris Daerah
               Koordinator PKD



Ka.SK PKD                            Ka.SKPD
PPKD/BUD                           PA/PB Daerah



Kuasa BUD       Bend Pen/Peng SKPD




                                                  34
Pemegang Kekuasaan PKD

             Menetapkan   • Pelaksanaan APBD
              Kebijakan   • Pengelolaan BMKD


   KDH:
Kewenangan


             Menetapkan   •   Kuasa PA/PB
               Pejabat    •   Bendahara +/-
                          •   Pemungut PAD
                          •   Pengelola Hutang
                          •   Pengelola Piutang
                          •   Pengelola BMKD
                          •   Penguji Tagihan
                          •   Perintah Membayar

                                                  35
Pemegang Kekuasaan PKD

              Koordinator   •   Kebijakan APBD
              Penyusunan    •   kebijakan BMKD
                            •   RAPBD/ R-APBD-P
                            •   Laporan Keuangan
                            •   LKPJ
 SEKDA:
Koordinator   Koordinator   • Perencana Daerah
                Pejabat     • PPKD
                            • Pengawas Keuangan D

                            •   KaTim Anggaran Eks.
                TUGAS
                            •   Susun Pedoman APBD
                            •   Susun Pedoman BMKD
                            •   Persetujuan DPA-SKPD
                            •   Koord. Pengelolaan KD
                                lainnya

                                                        36
Pemegang Kekuasaan PKD
    Tugas PPKD / BUD                Tugas SKPD/PA-PB
Susun & laksanakan kebijakan    Susun RKA-SKPD &DPA-SKPD;
pengelolaan KD;                 Tindakan otorisator;
Susun R-APBD/ APBD-P;           Melaksanakan anggaran;
Pungut PAD sesuai PERDA         Melakukan pengujian atas tagihan
Fungsi Bendahara Umum Daerah;   dan memerintahkan pembayaran;
Susun Lap-Keu Daerah dalam      Pemungutan PNBP;
LKPJ                            mengadakan ikatan/perjanjian
                                kerjasama dengan P.III
                                mengelola utang dan piutang
                                SKPD;
                                Mengelola BMKD-SKPD
                                Susun LK-SKPD
                                Pengawasan APBD-SKPD
                                bertanggung jawab ke KDH via
                                SEKDA
                                                                   37
Kewenangan PPKD
•   Susun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
•   Sahkan DPA-SKPD;
•   Pengendalian pelaksanaan APBD;
•   Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan
    pengeluaran kas daerah;
•   Pemungutan pajak daerah;
•   Pantau penerimaan & pengeluaran APBD oleh bank /LK
•   Mengatur dana /cashflow APBD;
•   Simpan uang daerah;
•   menetapkan SPD;
•   Kelola uang daerah & investasi daerah
•   Melakukan pembayaran ke PA;
•   Siapkan pelaksanaan pinjaman daerah
•   Pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah;
•   Pengelolaan utang dan piutang daerah;
•   Penagihan piutang daerah;
•   Melaksanakan SAKD
•   Menyajikan informasi KD;
•   Melaksanakan kebijakan dan pengelolaan BMKD.
                                                                   38
Kewenangan PPKD
KDH
                       PPKD
                    selaku BUD



                    Kuasa BUD




Bend Penerimaan              Bend Pengeluaran
     SKPD                         SKPD


 Garis struktural
 Garis fungsional

                                                39
Kewenangan PPKD
PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di
lingkungan satuan kerja pengelola keuangan
daerah selaku kuasa BUD dengan SK KDH

Kuasa BUD mempunyai tugas:
a. menyiapkan anggaran kas;
b. menyiapkan SPD;
c. menerbitkan SP2D; dan
d. menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan
kekayaan daerah;

                                              40
Kewenangan PPKD

KDH atas usul PPKD mengangkat :
1. Bendahara penerimaan :
   untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka
pelaksanaan
   anggaran pendapatan pada SKPD.

2. Bendahara pengeluaran :
   untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka
pelaksanaan
   anggaran belanja pada SKPD.

Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran adalah
Pejabat Fungsional.


                                                         41
Kewenangan PPKD

Bendahara Penerimaan & Pengeluaran, baik secara
langsung/tidak langsung, dilarang melakukan:
- kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan
penjualan jasa
- bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/
pekerjaan/penjualan tsb
- serta menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga
keuangan
   lainnya atas nama pribadi.

Bendahara penerimaan / pengeluaran secara fungsional
bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada
PPKD selaku BUD.

                                                       42
Kewenangan PA/PB
              PA/PB
            selaku BUD



            Kuasa PA/PB




PPTK-SKPD                 PPK-SKPD




                                     43
Kewenangan PA/PB
Pejabat pengguna anggaran dapat melimpahkan sebagian
kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD
selaku Kuasa Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang.

Pelimpahan wewenang kepada Kuasa PA/PB ditetapkan
oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD.

Penetapan kepala unit kerja pada SKPD sebagai KPA
berdasarkan pertimbangan:
- tingkatan daerah,
- besaran SKPD,
- besaran jumlah uang yang dikelola,
- beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali
dan
- pertimbangan objektif lainnya.

KPA/KPB bertanggung jawab kepada PA/PB.
                                                             44
Kewenangan PA/PB
PA/PB dalam melaksanakan program dan kegiatan dapat menunjuk
pejabat pada unit kerja SKPD selaku “Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan (PPTK)”

PPTK mempunyai tugas mencakup:
a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;
b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan;
c. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran
   pelaksanaan kegiatan.

Penunjukan PPTK berdasarkan pertimbangan :
- kompetensi jabatan,
- anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi, dan/atau rentang kendali
- dan pertimbangan objektif lainnya.

PPTK bertanggung jawab kepada PA/KPA


                                                                     45
Kewenangan PA/PB
Dalam rangka melaksanakan wewenang atas penggunaan anggaran
yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepala SKPD menetapkan pejabat yang
melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD sebagai
“Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD”.

PPK-SKPD mempunyai tugas:
a. meneliti kelengkapan SPP-LS yang diajukan oleh PPTK;
b. meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU dan SPP-TU yang diajukan
   oleh bendahara pengeluaran;
c. menyiapkan SPM; dan
d. menyiapkan laporan keuangan SKPD.

PPK – SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas
melakukan pemungutan penerimaan negara/daerah, bendahara,
dan/atau PPTK.




                                                                  46
ANGGARAN
  PENDAPATAN
      DAN
BELANJA DAERAH
     (APBD)




                 47
MAKNA & ARTI PENTING
• Pengertian APBD :
  - Rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah
  - Dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah
    dan DPRD,
  - Ditetapkan dengan peraturan daerah.

• Asas APBD :
  - Disusun berdasarkan kebutuhan penyelenggaraan
    pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah .
  - Disusun berpedoman kepada RKPD
  - Dalam rangka mewujudkan pelayanan kpd masyarakat
    untuk tercapainya tujuan bernegara.



                                                           48
MAKNA & ARTI PENTING
Asas APBD :
(1) Anggaran semua penerimaan dan pengeluaran daerah baik
    dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa.
(2) Anggaran Pendapatan :
    - Perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat
      dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
    - Didasarkan ketentuan perundangan
(3) Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan  dianggarkan secara
    bruto
(4) Anggaran pengeluaran / belanja harus :
    - didukung dengan adanya kepastian tersedianya
      penerimaan dalam jumlah yang cukup.
    - didukung dengan dasar hukum yang melandasinya.



                                                               49
FUNGSI APBD :
1. Fungsi Otorisasi :
    Dasar untuk melaksanakan pendapatan & belanja tahun
     anggaran ybs

2. Fungsi Perencanaan :
    Pedoman manajemen merencanakan kegiatan

3. Fungsi Pengawasan :
    Pedoman untuk menilai apakah kegiatan pemerintah
     sesuai ketentuan peraturan perundangan.




                                                           50
FUNGSI APBD :
4. Fungsi Alokasi :
    Untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan
     sumber daya, serta
    meningkatkan efisiensi & efektivitas perekonomian

5. Fungsi Distribusi :
    Mengandung arti dan memperhatikan keadilan

6. Fungsi stabilisasi :
    Menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan
     keseimbangan fundamental perekonomian



                                                         51
PRINSIP-PRINSIP APBD :
Enam (6) Prinsip Dasar :
1. Azas Kesatuan
    Semua pendapatan dan belanja disajikan dalam satu
       dokumen anggaran.
2. Azas Universalitas
    Setiap transaksi keuangan disajikan secara utuh dalam
       dokumen anggaran.
3. Azas Tahunan
    Membatasi berlakunya anggaran untuk suatu tahun.
4. Azas Spesialitas
    Kredit anggaran terinci secara jelas peruntukannya.




                                                             52
PRINSIP-PRINSIP APBD :
Enam (6) Prinsip Dasar :

5 Azas Akrual
   Anggaran dibebani pengeluaran yang seharusnya dibayar, atau
  menguntungkan anggaran untuk penerimaan yang       seharusnya
     diterima, walaupun belum dibayar atau belum     diterima
  pada kas.
6. Azas Kas
    Anggaran dibebani pada saat pengeluaran/ penerimaan   uang
      dari/ ke kas Daerah.




                                                             53
STRUKTUR APBD
       Pendapatan   • Pendapatan Asli Daerah
         Daerah         - Pajak & Retribusi Daerah
                        - Bagian Laba BUMD
                        - Lain-lain PAD yang Sah
                    • Dana Perimbangan
                        - Dana Bagi Hasil
                        - Dana Alokasi Umum
                        - Dana Alokasi Khusus
APBD                • Lain-2 Pdpt Daerah yang Sah
                        - Hibah, Dana Darurat
                        - Lain-lain

        Belanja     • Urusan Wajib / Pilihan
        Daerah      • Organisasi, fungsi, jenis belanja

       Pembiayaan   •   SiLPA
                    •   Pembentukan/Pencairan Cadangan
                    •   Hasil Penjualan BUMD/ PMP
                    •   Penerimaan / Pemberian Pinjaman
                                                      54
FORMAT BARU APBN
A. PENDAPATAN
    I. Penerimaan Dalam Negeri
        1. Penerimaan Perpajakan
        2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
    II. Penerimaan Hibah
B. BELANJA NEGARA
    I. Belanja Pemerintah Pusat
          8 Jenis Belanja
    II. Belanja Untuk Daerah
        1. Dana Perimbangan
        2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
C. SURPLUS / DEFISIT ANGGARAN
D. PEMBIAYAAN

                                                 55
PENDAPATAN ASLI DAERAH
       Pajak Daerah      • Pajak Propinsi
                         • Pajak Kab/Kota

      Retribusi Daerah   • Jasa Umum
                         • Jasa Usaha
                         • Perijinan tertentu
PAD
          Bag.Laba       • Bagian Laba
          Perusda        • Deviden
                         • Penjualan Saham


         Lain2 PAD       •   Hasil Penjualan Asset
           yg sah        •   Sumbangan P.III
                         •   Jasa Giro
                         •   Hibah dll

                                                     56
Pajak & Retribusi Daerah?
1. Pajak Daerah :
    •   Iuran wajib oleh orang pribadi atau badan.
    •   tanpa imbalan langsung seimbang
    •   dapat dipaksakan
    •   digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
        dan pembangunan PEMDA.
2. Retribusi Daerah:
    • Pungutan Daerah
    • sebagai pembayaran jasa/izin tertentu
    • Imbalan bersifat langsung



                                                     57
PAD – PAJAK & RETRIBUSI
            DAERAH
•   Dasar Hukum :
    - UU 34 tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah
    - PP 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah
    - PP 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
•   PAD = Penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayah
    sendiri yang dipungut berdasarkan PERDA seesuai dengan per-uu-an yang
    berlaku.
•   Kriteria Pajak Daerah :
    - Pajak bukan retribusi
    - Obyek dan dasar tidak bertentangan kepentingan umum
    - Potensi memadai sebagai sumber pendapatan
    - Tidak memberikan dampak ekonomi negatif
    - Memperhatikan aspek keadilan & kemampuan masy.
    - Menjaga kelestarian lingkungan



                                                                              58
PAD – PAJAK & RETRIBUSI
             DAERAH
Retribusi – Jasa Umum :
• Bersifat bukan pajak dan bukan jasa usaha atau perijinan.
• Jasa merupakan urusan pemerintahan pusat yang diserahkan ke
   daerah
• Jasa memberikan manfaat khusus pribadi atau badan
• Melayani kepentingan & kemanfaatan umum
• Layak dikenakan retribusi yang tidak bertentangan dengan kebijakan
   nasional
• Retribusi mrpk sumber pendapatan daerah yang potensial
• Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut
   dengan kualitas yang lebih baik.


                                                                   59
PAD – PAJAK & RETRIBUSI
             DAERAH
Retribusi – Jasa Usaha :
• Bersifat bukan pajak dan bukan jasa umum atau perijinan.
• Jasa bersifat komersial yang seyogyakan disediakan swasta, tetapi
   belum memadai.

Retribusi – Perijinan:
• Perijinan kewenangan Pusat yang diserahkan ke daerah
• Perijinan diperlukan guna melindungi kepentingan umum
• Diperlukan biaya untuk penyelenggaraan ijin dan menanggulangi
   dampak negatif ijin.
• Biaya cukup besar sehingga layak dikenakan retribusi




                                                                      60
Tarif Pajak Daerah
•   Penetapan Tarif, Presentase Tarif Tertinggi dan Dasar Pengenaan Pajak
    Daerah.

    No      Jenis Pajak    Penetapan % tarif         Dasar Pengenaan
                             tarif   Tertinggi
    1.   Pajak Kendaraan   Peraturan       5     Nilai jual Kendaraan
                           Pemerinta
    2. BBN Kendaraan         h dan        10     Nilai jual Kendaraan
       Bermotor             seragam
    3 Pajak Bahan          diseluruh       5     Nilai Jual BBM
       Bakar Kendaraan     Indonesia             kendaraan
       Bermotor
    4. Pajak Hotel dan                    10     Jml Pembayaran
       Restoran              PERDA
    5. Hiburan                            35     Jml Pembayaran


                                                                            61
Tarif Pajak Daerah

•     No      Jenis Pajak
    lanjutan Tarif Pajak      Penetapan       % tarif           Dasar Pengenaan
                                tarif        Tertinggi

      6.   Pajak Reklame        PERDA           25       Nilai Sewa reklame
      7.   Pajak Penerangan                     10       Nilai jual tenaga listrik
           Jalan              Tarif diatur
      8.   Pajak Galian       oleh PEMDA        20       Nilai hasil Eksploitasi
           Golongan C
      9.   Pajak Air                            20       Nilai perolehan air




                                                                                     62
Tarif Retribusi Daerah
Tarif retribusi dihitung berdasarkan :
• Tingkat Penggunaan Jasa
    - kualitas penggunaan jasa, sbg dasar alokasi beban biaya
       yang dipikul daerah untuk penyelenggaraan jasa,
Contoh: berapa kali, berapa jam parkir kendaraan
    - Jasa yang sulit diukur, digunakan taksiran rumus.
Contoh : ijin bangunan
• Tingkat Retribusi
    - nilai rupiah atau persentase ttt yang ditetapkan untuk
       menghintung besarnya retribusi terutang
    - dapat seragam atau berbeda seperti perbedaan tarif anak   dan
    dewasa
• Obyek Retribusi



                                                                      63
Tarif Retribusi Daerah
•    Bagan obyek, Golongan, Prinsip dan Sasaran, dan contoh obyek retribusi.


          Obyek      Golongan     Prinsip dan Sasaran
    No   Retribusi   Retribusi   dalam Penetapan Tarif             Contoh

    1.   Jasa        Retribusi   Berdasarkan Kebijakan    Pelayanan Kesehatan
         Umum          Jasa             daerah            Pelayanan Kebersihan
                      Umum
    2.   Jasa        Retribusi   Didasarkan pada tujuan   Penyewaan Asset Pemda
         Usaha         Jasa      memperoleh keuntungan    Usaha Bengkel Kendaraan
                      Usaha                               Penjualan Bibit tanaman


    3.   Perizinan   Retribusi    hasil retribusi dapt    IMB
                     Perizinan   menutup sebagian atau    Izin tertentu oleh BUMD
                     tertentu       sama dng biaya
                                    penyelenggraan




                                                                                    64
DANA PERIMBANGAN
• Dana Perimbangan terdiri dari ;
   2.1. Dana Bagi Hasil
   2.2. Dana Alokasi Umum, dan
   2.3. Dana Alokasi Khusus

• Jumlah Dana Perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran
  dalam APBN




                                                             65
DANA BAGI HASIL (1)
Dana Bagi Hasil bersumber dari Pajak dan SDA
• Dana Bagi hasil dari Pajak terdiri atas ;
     – Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
     – Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan
     – Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 WP orang
       pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21
•   Dana Bagi Hasil yg bersumber SDA berasal dari ;
     –   Kehutanan
     –   Pertambangan Umum
     –   Perikanan
     –   Pertambangan Minyak Bumi
     –   Pertambangan Gas Bumi, dan
     –   Pertambangan Panas Bumi



                                                                66
DANA BAGI HASIL (1)

• Pembagian PBB yaitu ;
   –   16,2% Provinsi ybs
   –   64,8% Kabupaten/ Kota ybs
   –   9 % biaya pemungutan
   –   10% bagian Pemerintah Pusat dari seluruh kabupaten/
       kota se Indonesia dibagi dgn porsi :
        • 65% dibagi merata untuk Kab/ Kota seluruh Indonesia
        • 35% dibagi kepada Kab/ Kota sebagai insentif yg realisasi
          tahun sebelumnya pada sektor tertentu melebihi target




                                                                      67
DANA BAGI HASIL (2)

• Pembagian BPHTB yaitu ;
   – 16 % untuk Provinsi ybs
   – 64 % untuk Kab/ Kota ybs
   – 20% bagian Pemerintah Pusat dibagikan dg porsi yg sama
     untuk seluruh Kab/ Kota se Indonesia.
• Pembagian PPh Ps 25 dan 29 WP orang pribadi dan PPh Ps 21
  adalah ;
   – 80% untuk Pemerintah Pusat
   – 20% untuk Daerah, dimana dari bagian ini ;
       • 60% untuk Kabupaten
       • 40% untuk Provinsi


                                                              68
DANA BAGI HASIL (3)
• Penerimaan Kehutanan yg berasal dari IHPH dan PSDH, dibagi
  sbb :
   – 20% untuk Pemerintah Pusat
   – 80% untuk Daerah
• Bagian Daerah dari IHPH dibagi sbb :
   – 16% untuk Provinsi
   – 84% untuk Kab/Kota penghasil
• Bagian Daerah dari PSDH dibagi sbb :
   – 16% untuk Provinsi
   – 32% untuk Kab/Kota penghasil
   – 32% dibagi dg porsi yg sama u/ Kab/Kota di Provinsi tsb.



                                                                69
DANA BAGI HASIL (4)
• Penerimaan Kehutanan dari Dana Reboisasi, dibagi sbb :
   – 60% untuk Pemerintah Pusat digunakan u/ rehabilitasi
     hutan dan lahan secara nasional
   – 40% untuk Daerahdigunakan u/ rehabilitasi hutan dan
     lahan di kab/Kota penghasil
• Penerimaan Pertambangan Umum berupa Iuran Tetap (land
  Rent), Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi ( Royalti) dibagi sbb :
   – 20% untuk Pemerintah Pusat
   – 80% untuk Daerah




                                                                          70
DANA BAGI HASIL (5)
• Dana bagi hasil Land Rent bagian Daerah selanjutnya dibagi :
   – 16% untuk Provinsi ybs
   – 64% untuk Kab/ Kota penghasil
• Dana bagi hasil Iuran Eksplorasi dan Royalti yang menjadi bagian
  Daerah selanjutnya dibagi :
   – 16% untuk Provinsi ybs
   – 32% untuk Kab/ Kota penghasil
   – 32% dibagi dg porsi yg sama u/ seluruh Kab/Kota di
     provinsi ybs.




                                                                     71
DANA BAGI HASIL (6)
• Penerimaan Perikanan, yg diterima secara nasional dibagi sbb :
   – 20% untuk Pemerintah Pusat
   – 80% untuk dibagi dg porsi yg sama untuk seluruh Kab/
      Kota
• Penerimaan Pertambangan Minyak Bumi yg dihasilkan dari
  wilayah ybs, setelah dikurangi komponen pajak dsb dibagi sbb :
   – 84,5 % untuk Pemerintah
   – 15,5 % untuk Daerah ybs dibagi lagi sbb :
       • 3 % untuk porovinsi ybs
       • 6 % untuk Kab/Kota penghasil
       • 6 % untuk Kab/Kota lainnya di Provinsi ybs



                                                                   72
DANA BAGI HASIL (7)
• Penerimaan Pertambangan Gas Bumi yang dihasilkan dari
  wilayah ybs, setelah dikurangi komponen pajak dsb dibagi sbb :
   – 69,5 % untuk Pemerintah
   – 30,5 % untuk Daerah ybs dibagi lagi sbb :
       • 6 % untuk provinsi ybs
       • 12 % untuk Kab/Kota penghasil
       • 12 % untuk Kab/Kota di provinsi ybs
•   Dana Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak dan Gas Bumi sebesar 0,5% di
    atas digunakan untuk menambah anggaran pendidikan dasar, yaitu :
     – 0,1 % dibagi ke provinsi ybs
     – 0,2 % dibagi untuk Kab/Kota penghasil
     – 0,2 % dibagi ke seluruh kab/kota dlm provinsi ybs.




                                                                            73
DANA BAGI HASIL (8)
• Penerimaan PNBP Pertambangan Panas Bumi berupa ; ( a.
  Setoran bagian pemerin tah b. Iuran Tetap & Iuran Produksi)
  yang dihasilkan dari wilayah Daerah ybs, dibagi sbb :
   – 20 % untuk Pemerintah
   – 80 % untuk Daerah ybs dibagi lagi sbb :
       • 16 % untuk Provinsi ybs
       • 32 % untuk Kab/ Kota penghasil
       • 32 % untuk seluruh Kab/ Kota di provinsi ybs




                                                                74
DANA ALOKASI UMUM ( DAU) - 1
• Pengertian DAU
   – Adalah dana yang berasal dari APBN yang
     dialokasikan dengan tujuan pemerataan
     kemampuan keuangan antar Daerah untuk
     mendanai kebutuhan pengeluarannya dalam
     rangka pelaksanaan desentralisasi.
• DAU sekurang-2-nya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yg
  ditetapkan dalam APBN
• Pendapatan Dalam Negeri Neto adalah Penerimaan Negara yg
  berasal dari pajak dan PNBP setelah diku rangi dg penerimaan
  negara yg dibagihasilkan kepa da daerah.



                                                                 75
DANA ALOKASI UMUM ( DAU) - 2

•   DAU suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar
•   Celah Fiskal adalah kebutuhan fiskal daerah dikurangi kapasitas fiskal daerah
•   Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah PNS Daerah
•   Kebutuhan fiskal daerah adalah kebutuhan pendanaan daerah untuk
    melaksanakan fungsi layanan dasar umum




                                                                                    76
DANA ALOKASI UMUM ( DAU) - 3

•   Kebutuhan pendanaan di atas diukur secara berturut turut dengan ; jumlah
    penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, Produk Domestik Regional
    Bruto per kapita dan Indek Pembangunan Manusia.
•   Kapasitas Fiskal Daerah merupakan sumber pendana an daerah yg berasal dari
    PAD dan Dana Bagi Hasil
•   DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah pro vinsi, dihitung berdasarkan
    perkalian bobot daerah provinsi ybs dengan jumlah DAU seluruh daerah pro vinsi.




                                                                                  77
DANA ALOKASI UMUM ( DAU) - 4

•   Bobot Daerah provinsi adalah merupakan perbandingan antara celah fiskal
    daerah provinsi ybs dengan total celah fiskal seluruh daerah provinsi.
•   DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah kabupaten/ kota, dihitung
    berdasarkan perkalian bobot daerah kab/Kota ybs dengan jumlah DAU
    seluruh daerah Kab/ Kota.
•   Bobot Daerah kabupaten/ kota adalah merupakan perbandingan antara celah
    fiskal daerah kabupaten/ kota ybs dengan total celah fiskal seluruh daerah
    kab/kota.




                                                                                 78
DANA ALOKASI UMUM ( DAU) - 5

• Daerah yg memiliki nilai celah fiskal = 0 , menerima DAU sebesar
  alokasi dasar.  contoh sbb :
   – Kebutuhan fiskal = Rp 100 milyar
   – Kapasitas fiskal = Rp 100 milyar
   – Alokasi dasar      = Rp 50 milyar
   – Celah fiskal      = kebutuhan fiskal – kapasitas fiskal =
                         Rp 100 milyar – Rp100 milyar = Rp 0
   – DAU             = Alokasi Dasar
   – Total DAU          = Rp 50 milyar



                                                                     79
DANA ALOKASI UMUM ( DAU) - 6

• Daerah yg memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tsb <
  dari alokasi dasar, menerima DAU sebesar alokasi dasar setelah
  dikurangi nilai celah fiskal.  contoh sbb :
   – Kebutuhan fiskal = Rp 100 milyar
   – Kapasitas fiskal = Rp 125 milyar
   – Alokasi dasar        = Rp 50 milyar
   – Celah fiskal         = kebutuhan fiskal – kapasitas fiskal =
                         Rp 100 milyar – Rp125 milyar = (Rp 25 m)
   – DAU                = Alokasi Dasar + celah fiskal
   – Total DAU            = Rp 50 milyar – Rp 25 milyar = Rp 25 milyar



                                                                          80
DANA ALOKASI UMUM ( DAU) - 7

• Daerah yg memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tsb sama
  atau > dari alokasi dasar, tidak menerima DAU.  contoh sbb :
   – Kebutuhan fiskal = Rp 100 milyar
   – Kapasitas fiskal = Rp 175 milyar
   – Alokasi dasar       = Rp 50 milyar
   – Celah fiskal        = kebutuhan fiskal – kapasitas fiskal =
                        Rp 100 milyar – Rp175 milyar = (Rp 75 m)
   – DAU               = Alokasi Dasar + celah fiskal
   – Total DAU           = Rp 50 milyar – Rp 75 milyar =
    ( Rp 25 milyar) atau disesuaikan menjadi Rp. 0 milyar



                                                                        81
DANA ALOKASI KHUSUS (1)

•   Besaran DAK ditetapkan setiap thn dalam APBN
•   DAK dialokasikan kepada daerah tertentu u/ mendanai kegiatan khusus yg
    merupakan urusan daerah.
     – Daerah tertentu a/ daerah yh memenuhi kriteria yg ditetap kan setiap thn
        u/ mendapatkan DAK. Jadi tdk setiap daerah dpt DAK
•   Kegiatan khusus adalah sesuai dgn fungsi yg telah ditetap kan dalam APBN, yaitu ;
     – Yg dimaksud fungsi dlm belanja negara al. terdiri dari ; layanan
        umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan
        hidup, perumahan dan fasilitas
        umum, pariwisata, budaya, agama, pendidikan dan perlindungan sosial.




                                                                                    82
DANA ALOKASI KHUSUS (2)


•   Daerah penerima DAK wajib menyediakan Dana Pendamping sekurang-kurangnya
    10% dari alokasi DAK
•   Dana pendamping tsb dianggarkan dalam APBD
•   Daerah dgn kemampuan fiskal tertentu tdk diwajib kan menyediakan dana
    pendamping.




                                                                           83
DANA PERIMBANGAN PROPINSI
 1.   Bagi Hasil Pajak Propinsi
        1) Pajak Kendaraan Bermotor
         2) Pajak kendaraan di atas air
         3) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
         4) Bea Balik Nama Kendaraan di atas air
         5) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
         6) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air bawah tanah
         7) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air permukaan
 2.   Bantuan Keuangan Dari Propinsi
         1. (jenisnya bervariasi )
 3.   Besarnya bagian pemda Kab/Kota atas kedua jenis dana perimbangan
      Propinsi ditentukan oleh Perda Propinsi.




                                                                         84
PINJAMAN DAERAH
• Ketentuan Pinjaman Daerah di atur dalam Bab VIII UU No. 33
  Tahun 2004, yaitu :
   – Pemerintah menetapkan batas maksimal kumulatif
     pinjaman Pemerintah dan Pemda.
   – Batas maksimal kumulatif sebagaimana dimaksud ayat (1)
     tidak boleh melebihi 60% PDB tahun ybs.
   – Menkeu menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman
     Pemda secara keseluruhan paling lambat bulan Agustus
     untuk tahun anggaran berikutnya.
   – Daerah dilarang melakukan pinjaman langsung ke Luar
     negeri, pelanggaran ketentuan ini dikenai sanksi penunda
     an atau pemotongan Dana Perimbangan.



                                                          85
PINJAMAN DAERAH
• Jenis dan Jangka waktu Pinjaman
   – Pinjaman Jangka Pendek ( 1 tahun atau kurang)
   – Pinjaman Jangka Menengah (lebih 1 Tahun s.d. masa jabat
      an Kepala Daerah ybs)
   – Pinjaman Jangka Panjang
• Penggunaan Pinjaman, yaitu :
   – Pinjaman J. Pendek  menutup cash flow
   – Pinjaman J. Menengh  penyediaan layanan umum yg tdk
      menghasilkan penerimaan
   – Pinjaman J.Panjng  investasi yg menghslkn penerimaan
• Pinjaman J.Menengh dan J.Panjng harus mendapat persetujuan
  DPRD.



                                                        86
PINJAMAN DAERAH
• Persyaratan Pinjaman, yaitu :
   – Jumlah Sisa Pinjaman Daerah ditambah Jumlah pinjaman
     yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah
     penerimaan umum APBD tahun sebe lumnya.
   – Rasio kemampuan keuangan daerah untuk
      mengembalikan pinjaman ditetapkan Pemerintah.
   – Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman
      yang berasal dari Pemerintah.
• Lihat ketentuan Pasal 54 UU No.33/2004




                                                       87
PINJAMAN DAERAH
       DSCR = (PAD+DAU+(DBH-DBHDR)-Belanja Wajib > X
                Pokok Pinjaman + Bunga + Biaya Lain

•   Yang dimaksud “ penerimaan umum ABPD tahun sebelumnya” adalah seluruh penerimaan
    APBD tidak termasuk DAK, Dana Darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan lain yang
    kegunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu.
•   Daerah tdk dapat memberikan jaminan atas pinjam an pihak lain.
•   Pendapatan Daerah dan/atau barang milik daerah tdk boleh dijadikan jaminan Pinjaman
    Daerah.
•   Proyek yg dibiayai dg obligasi daerah beserta barang milik daerah yg melekat dalam
    proyek tsb dapat dijadikan jaminan obligasi daerah.
•   Sementara blm keluar PP yg mengatur Pinjaman dan Obligasi daerah, maka PP 107/2000
    masih diberlakukan.




                                                                                   88
PELAPORAN PINJAMAN DAERAH
• Pemda wajib melaporkan posisi kumulatif pinjaman dan
  kewajiban pinjaman kepada Pemerintah setiap semester dalam
  tahun berjalan.
• Dalam hal daerah tidak menyampaikan laporan, pemerintah
  dapat menunda penyaluran Dana Perim bangan.
• Seluruh kewajiban pinjaman Daerah yang jatuh tem po wajib
  dianggarkan dalam APBD TA ybs.
• Bila daerah tidak memenuhi kewajiban pinjaman kepada
  Pemerintah, maka kewajiban tsb diperhitung kan dengan DAU
  dan/atau Dana Bagi Hasil dari Penerimaan Negara.
• Ketentuan Pinjaman Daerah dan Obligasi daerah diatur dalam
  PP (s/d sekrg belum terbit)




                                                               89
OBLIGASI DAERAH
• Daerah dapat menerbitkan Obligasi dalam mata uang Rp di pasar
  modal domestik.
• Nilai Obligasi Daerah pada saat jatuh tempo sama dengan nilai
  nominal Obligasi Daerah.
• Penerbitan Obligasi Daerah harus mengikuti peraturan dibidang
  pasar modal
• Hasil Penjualan Obligasi daerah digunakan untuk membiayai
  investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan
  memberikan manfaat bagi masyarakat.
• Penerbitan Obligasi daerah ditetapkan dengan Perda dan harus
  mendapatkan persetujuan DPRD dan Pemerintah.



                                                                  90
FORMAT BELANJA NEGARA (1)

        FORMAT LAMA                   FORMAT BARU
Klasifikasi Jenis Belanja :   Klasifikasi Jenis Belanja :
   Dual budgeting                Unified Budget
   Belanja Pusat : 6 jenis       Belanja Pusat : 8 jenis
   belanja                       belanja

Klasifikasi Organisasi :      Klasifikasi Organisasi :
   Tidak tercantum dalam NK      Tercantum dalam NK dan UU
   dan UU APBN (tercantum        APBN
   dalam Satuan 3/keppres.



                                                            91
FORMAT BELANJA NEGARA (2)

       FORMAT LAMA                    FORMAT BARU
Klasifikasi Sektor :           Klasifiksasi Fungsi :
   20 Sektor; 50 subsektor        11 Fungsi; 79 subfungsi
   Program merupakan rincian      Program dikompilasi masing-
   Sektor                         2 KL sesuai fungsinya
   Nama program berbeda           Nama Program telah
   antara belanja rutin dan       disesuaikan dengan unified
   pembangunan                    budget

Dasar Alokasi:                 Dasar Alokasi :
  Berdasarkan SSP                Berdasarkan program pada
                                 KL
                                                          92
SIKLUS APBD




              93
SIKLUS ANGGARAN
• Suatu perputaran anggaran yang dimulai dari
  penyusunan anggaran oleh pemerintah daerah R-
  APBN sampai dengan saat perhitungan atas
  pelaksanaan anggaran disahkan dalam PERDA

•   TAHAP SIKLUS ANGGARAN:
•   Penyusunan RAPBD
•   Pembahasan dan Penetapan APBD
•   Pelaksanaan Anggaran Oleh Pemerintah
•   Pembinaan dan Pengawasan Pelaksanaan APBD
•   Perhitungan dan Penetapan APBD

                                                94
PENYUSUNAN – PENETAPAN APBD
PRINSIP-PRINSIP (#1) - UU 17/2003
• APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang
  ditetapkan tiap tahun dengan PERDA
• APBD terdiri atas :anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan
  pembiayaan.
• Pendapatan negara terdiri atas :
   - Pendapatan Asli Daerah (PAD),
   - Pendapatan Perimbangan,
   - Lain-lain Pendapatan yang sah.
• Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis
  belanja.


                                                                  95
PENYUSUNAN – PENETAPAN APBD
PRINSIP-PRINSIP (#2) - UU 17/2003
• APBD disusun sesuai dengan :
  - kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah
  - kemampuan dalam menghimpun pendapatan daerah.
• Penyusunan R-APBD berpedoman RKP Daerah dalam rangka
  mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.
• Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-
  sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam
  PERDA tentang APBD.
• Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, ditetapkan rencana
  penggunaan surplus tersebut dalam PERDA.



                                                                96
97
PENYUSUNAN – PENETAPAN APBD
PROSES (#1) : UU 17/2003
•   Pertengahan Juni : Pemerintah Daerah sampaikan “ Kebijakan Umum APBD”
    sesuai dengan RKPD
•   Pembicaraan Pendahuluan RAPBD : Pemerintah Daerah dan DPRD bahas KUA
    APBD
•   Berdasarkan KUA APBD, Pemerintah Daerah dan DPRD membahas “Prioritas
    dan Plafon Anggaran Sementara” sbg acuan bagi setiap SKPD dalam
    penyusunan usulan anggaran. (Paling lambat Mg ke-2 Juli).


PP 58/2005
•   PPAS :
    - menentukan skala prioritas urusan wajib & pilihan
    - menentukan urutan program masing-2 urusan
    - menyusun plafon anggaran masing-2 program
•   KUA & PPAS dituangkan dalam Nota Kesepakatan KDH-DPRD
•   KDH menyusun Pedoman Penyusunan RKA-SKPD


                                                                            98
PENYUSUNAN – PENETAPAN APBD
PROSES (#2): UU 17/2003
• SKPD selaku pengguna anggaran/ barang menyusun
  RKA-SKPD
• RKA-SKPD disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan
  dicapai (kinerja)
• RKA-SKPD disertai dengan prakiraan belanja untuk tahun
  berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun.
• RKA-SKPD disampaikan kepada DPRD untuk dibahas
  dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBD.
  (PP 58-ps.41 : RKA-SKPD tanpa dibahas DPRD, langsung
  ke PPKD untuk dibahas Tim Anggaran Daerah)
• Hasil pembahasan RKA-SKPD kepada Pejabat Pengelola
  Keuangan Daerah sbg bahan penyusunan R-APBD


                                                           99
PENYUSUNAN – PENETAPAN APBD
PROSES (3): UU 17/2003
•   Mg-1 Oktober : Pemerintah Daerah mengajukan Raperda-APBD disertai nota
    keuangan dan dokumen pendukungnya kepada DPRD.
•   Pembahasan Raperda -APBD dilakukan sesuai dengan UU Susduk DPRD
•   DPR dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan
    pengeluaran dalam RUU-APBN.
•   Pengambilan keputusan oleh DPRD selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum TA
    ybs dilaksanakan.
•   APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unit
    organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja.
•    Apabila DPRD tidak menyetujui Raperda-APBD, Pemerintah Daerah dapat
    melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran
    sebelumnya.
    PP 58/2005 pasal 46
    - Pengeluaran setinggi2nya - hanya untuk belanja mengikat dan bersifat wajib
    - Pengeluaran setinggi-tingginya disusun dengan Rancangan Peraturan KDH
    - Rancangan Peraturan KDH disahkan oleh Mendagri / Gubernur selambat-lambatnya
      15 hari sejak diterima rancangan tersebut.




                                                                                     100
EVALUASI R-APBD PP 58/2005 : 47-52
     ( UU 17/03 & UU 1/04 tidak mengatur)
GUBERNUR              MENDAGRI                   Batalkan
                                                Perda APBD

 R-APBD      3 hari
                      EVALUASI                  Hasil Evaluasi
                                                 Tidak di TL
Penjabaran
 R-APBD                     15 hari

             TIDAK      Sesuai        15 hari
Penyempur                                          Tidak ada
                      Kepentingan
   naan                 umum
                                                    Putusan

  7 hari
                             YA
  PERDA
  APBD

Penjabaran
  APBD


                                                                 101
EVALUASI R-APBD PP 58/2005 : 47-52
   ( UU 17/03 & UU 1/04 tidak mengatur)
BUPATI/WAKO            GUBERNUR                   Batalkan
                                                 Perda APBD

  R-APBD      3 hari
                       EVALUASI                  Hasil Evaluasi
                                                  Tidak di TL
 Penjabaran
  R-APBD                     15 hari

              TIDAK      Sesuai        15 hari
 Penyempur                                          Tidak ada
                       Kepentingan
    naan                 umum
                                                     Putusan

   7 hari
                              YA
   PERDA
   APBD

 Penjabaran
   APBD


                                                                  102
PERDA-APBD – UU 17/2003                              5
                                              4
    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
                                                             Usulan
                                                            Anggaran
                                             RKA
             Perda   Raperda
             APBD     APBD
1                8     7               2
                                                     SKPD

 Kebijakan                    Prioritas &
  Umum                     Plafon Anggaran         SURAT
APBD (KUA)                    Sementara           EDARAN

PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH
                                              3
                                                            Usulan
                                                     6
                                                           Anggaran
                                                                103
104
ASAS PELAKSANAAN APBD
• SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban
  APBD :
  - untuk tujuan yang tidak tersedia anggarannya
  - tidak cukup tersedia anggarannya dlm APBD

• Prinsip Pelaksanaan :
  - Hemat, tidak mewah
  - Efektif dan efisien
  - Sesuai dengan keketantuan UU
                                              105
PENYIAPAN DPA-SKPD
• PPKD memberitahukan SKPD agar susun Rancangan DPA-SKPD, 3
  hari setelah APBD
• SKPD menyusun Rancangan DPA-SKPD : 6 hr setelah
  pemberitahuan PPKD, yang berisi :
  - Sasaran, Fungsi, Program, Kegiatan
  - Anggaran untuk mencapai sasaran
  - Rencana penarikan dana setiap SKPD
  - Pendapatan yang diperkirakan
• Tim anggaran Pemda verifikasi R-DPA-SKPD (15 hr)
• PPKD mengesahkan DPA-SKPD, sesuai hasil verifikasi Tim
  Anggaran Pemda



                                                              106
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
• Semua penerimaan daerah dilakukan melalui : Rekening Kas
  Umum Daerah
• Bendahara wajib setor seluruh penerimaan : 1 hari
• Setiap penerimaan harus didukung bukti

• SKPD wajib mengintensifkan pemungutan & penerimaan
• SKPD dilarang melakukan pemungutan diluar PERDA

• Penerimaan SKPD tidak dapat digunakan langsung sebagai
  pengeluaran.
• Komisi, rabat, potongan, dll merupakan pendapatan daerah.
• Penerimaan BMD segera dicatat sebagai inventaris BMD



                                                              107
Pelaksanaan Anggaran Belanja (1)
• Dilarang melakukan pengeluaran kas sbl APBD ditetapkan,
  kecuali yang bersifat mengikat dan bersifat urusan wajib.
• Setiap pengeluaran harus didukung bukti
• Dasar Pembayaran atas beban APBD :
  - Surat Penyediaan Dana (SPD)
  - DPA-SKPD,

• Gaji PNS daerah beban APBD
• Dapat diperikan tambahan penghasilan PNS daerah

• Bendahara wajib memungut pajak & wajib menyetorkan ke kas
  daerah


                                                              108
Pelaksanaan Anggaran Belanja (2)
Surat Perintah Membayar (SPM)
• Diterbitkan PA/KPA
• SPM tidak boleh diterbitkan sebelum B/J diterima
• Demi kelancaran, dapat diberikan Uang Persediaan (UP) yang
   dikelola oleh Bendahara Pengeluaran
• Tugas Bendahara Pengeluaran :
   - meneliti kelengkapan SPM yang diterbitkan PA/KPA
   - menguji kebenaran perhitungan
   - menguji ketersediaan dana
• Bendahara Pengeluaran WAJIB MENOLAK jika SPM yang
   diterbitkan PA/KPA tidak lengkap
• BP bertanggungjawab secara PRIBADI


                                                               109
Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan
•   Penerimaan & pengeluaran pembiayaan dilakukan melalui Rekening
    Umum Kas Daerah & dikelola oleh PPKD
•   Pembentukan Dana Cadangan :
    - Jumlah : ditetapkan PERDA
    - Pemindahbukuan dari Rekening Umum Kas Daerah ke
      Rekening Dana Cadangan
    - Dilakukan oleh BUD atas persetujuan PPKD
•   Pemindahbukuan Dana Cadangan :
    - didasarkan pada rencana pelaksanaan kegiatan
    - setelah pembentukan dana cadangan telah mencukupi
    - jumlah yang dipindahkan : sejumlah pagu dana cadangan
    - dilakukan dengan Surat Perintah Pemindahbukuan oleh
      BUD atas persetujuan PPKD

                                                                     110
Perubahan APBD
• Perubahan APBD dapat dilakukan, jika :
  - Perkembangan tidak sesuai dengan asumsi KUA
  - Adanya pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar
    kegiatan, antar jenis belanja
  - SILPA akan digunakan untuk tahun berjalan
  - Keadaan Darurat
  - Keadaan Luar Biasa
• Perubahan APBD 1 kali 1 tahun kecuali KLB (APBD mengalami
  perubahan > 50 %).
• Persetujuan APBD-P 3 bulan sebelum TA berakhir




                                                              111
Keadaan Darurat
• Pemda dapat melakukan pengeluaran yang
  belum tersedia anggarannya,
• Pengeluaran tersebut, diusulkan dalam APBD-P
  atau disampaikan dalam LRA
• Kriteria KD :
  – Bukan kegiatan normal & tidak dapat diprediksi sblm-
    nya
  – Tidak diharapkan terjadi berulang
  – Berada di luar kendali PEMDA
  – Memiliki dampak signifikan

                                                       112
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Untuk melakukan penyusunan laporan keuangan,
pemerintah daerah menyusun sistem akuntansi pemerintah
daerah yang mengacu kepada SAP



    SKPKD  entitas pelaporan
    SKPD  entitas akuntansi




                                                     113
Sistem akuntansi pemerintahan
             daerah

1. prosedur akuntansi penerimaan kas;
2. prosedur akuntansi pengeluaran kas;
3. prosedur akuntansi aset tetap/barang milik
   daerah; dan
4. prosedur akuntansi selain kas.


                                           114
PELAKSANA SISTEM AKUNTANSI
• Sistem akuntansi pemerintahan daerah oleh
  PPKD
• Sistem akuntansi SKPD oleh PPK-SKPD




                                          115
Penyusunan Laporan Keuangan

Entitas Pelaporan:               Entitas Akuntasi:
1. laporan realisasi anggaran;   1. laporan realisasi anggaran;
2. neraca;                       2. neraca; dan
3. laporan arus kas; dan         3. catatan atas laporan
4. catatan atas laporan              keuangan.
   keuangan.




                                                             116
Pertanggungjawaban & Pelaporan
• SKPD wajib menyelenggarakan akuntansi transaski aset, utang &
  ekuitas (dari pencatatan hingga pelaporan)
• Laporan Keuangan : Neraca, LRA, Catatan atas LK selambat-2nya 2
  bulan sejak TA berakhir
• SKP membuat Pernyataan :
  - Pengelolaan APBD menjadi tanggungjawabnya
  - berjalan berdasarkan SPI yang memadai
  - sesuai dengan ketentuan UU




                                                                    117
Pertanggungjawaban & Pelaporan
• PPKD wajib menyelenggarakan akuntansi transaski aset, utang &
  ekuitas (dari pencatatan hingga pelaporan)
• Laporan Keuangan : Neraca, LRA, LAK, Catatan atas LK selambat-2nya
  2 bulan sejak TA berakhir
• LK disusun berdasakan LK-SKPD dan dilampiri ikhtisar LK BUMN/D
• LK disampaikan kepada KDH dalam rangka Pertanggung jawaban
  pelaksanaan APBD
• LK-PEMDA disampaikan BPK selambat-2nya: 3 Bulan
• BPK audit : 2 bulan sejak diterima
• KDH menyampaikan ke DPRD LK-PEMDA yang telah diaudit BPK
  selambat-2nya 6 bulan


                                                                  118
DEFICIT / SURPLUS
• APBD Deficit  ditetapkan sumber pembiayaan untuk menutup
  deficits tsb
• Deicits  ditutup dengan pembiayaan netto
• Deficits dapat ditutup dengan :
  - SiLPA
  - pencairan dana cadangan
  - hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
  - penerimaan pinjaman
  - penerimaan kembali pemberian pinjaman




                                                              119
PENYELESAIAN KERUGIAN DAERAH
• Setiap kerugian KD yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum
  harus segera diselesaikan menurut peraturan per-uu-an.
• Pengenaan TGR dikenakan terhadap :
  - Bendahara
  - Pegawai Negeri Non Bendahara
  - Pejabat lain
• Ka. SKPD segera melakukan TGR dan melaporkan ke KDH selambat-
  lambatnya 7 hari
• Setelah diketahui KD, segera dimintakan SKTM,
• Jika SKTM tidak memungkinkan, KDH membuat SK Pembebanan
  penggantian KD Sementara


                                                                120
PENYELESAIAN KERUGIAN DAERAH
• Bend, PNS, pejabat lain dalam pengampuan, melarikan diri,
  meninggal dunia  TGR beralih ke pengampu.
• Kedaluwarsa pengampu : 3 tahun sejak SK pengampuan.
• Bend, PNS dan pejabat lain yang telah dikenai TGR, dapat dikenai
  sanksi administrasi dan/atau pidana.
• Putusan pidana, tidak membebaskan dari TGR
• Kedaluwarsa TGR:
  - 5 tahun sejak diketahui kerugian daerah
  - 8 tahun sejak terjadinya kerugian tidak dilakukan TGR
Pengenaan TGR :
  - Bendahara  ditetapkan oleh BPK
  - PNS          ditetapkan oleh Kepala Daerah


                                                                     121
Pengenaan Ganti Kerugian Daerah
               Kepada Bendahara

• BPK menerbitkan surat keputusan penetapan
  batas waktu pertanggungjawaban bendahara atas
  kekurangan kas/barang yang terjadi, setelah
  mengetahui ada kekurangan kas/barang dalam
  persediaan yang merugikan keuangan daerah
• Bendahara dapat mengajukan keberatan atau
  pembelaan diri kepada BPK dalam waktu 14
  (empat belas) hari kerja setelah menerima surat
  keputusan tersebut di atas

                                               122
Pengenaan Ganti Kerugian Daerah
               Kepada Bendahara


• Apabila bendahara tidak mengajukan keberatan
  atau pembelaan ditolak, BPK menetapkan surat
  keputusan pembebanan penggantian kerugian
  daerah kepada bendahara yang bersangkutan
• Gubernur/bupati/walikota melaporkan
  penyelesaian kerugian daerah kepada BPK
  selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah
  diketahuinya kerugian daerah dimaksud

                                               123
TATA CARA PENYELESAIAN KERUGIAN
       KEUANGAN DAERAH


•   Melalui Upaya Damai
•   Melalui Tuntutan Perbendaharaan
•   Melalui Tuntutan Ganti Rugi
•   Melalui Cara Lain mis. Upaya paksa




                                         124
DALUWARSA TP/TGR

1. Tuntutan Perbendaharaan (TP)
a. TP Biasa dinyatakan daluwarsa (lewat waktu) apabila baru
   diketahui setelah lewat 30 (tiga puluh) tahun sejak
   kekurangan kas/barang tersebut diketahui, dalam kasus
   dimaksud tidak dilakukan upaya-upaya damai.
b. TP khusus terhadap ahli waris atau yang berhak lainnya
   dinyatakan daluwarsa (lewat waktu) apabila jangka waktu 3
   (tiga) tahun telah berakhir setelah :
   1) Meninggalnya bendahara tanpa adanya pemberitahuan.
   2) Jangka waktu untuk mengajukan keberatan berakhir,
      sedangkan surat keputusan pembebanan tidak pernah
      ditetapkan.


                                                           125
DALUWARSA TP/TGR

2. Tuntutan Ganti Rugi Biasa
• TGR dinyatakan daluwarsa setelah lewat 5
  (lima) tahun sejak akhir tahun kerugian
  daerah diketahui atau setelah 8 (delapan)
  tahun sejak akhir tahun dimana kerugian
  tersebut terjadi/perbuatan tersebut dilakukan


                                            126
SEKIAN
TERIMA KASIH




               127

More Related Content

What's hot

Alur penyusunan apbd
Alur penyusunan apbdAlur penyusunan apbd
Alur penyusunan apbdHeri Julianto
 
Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010
Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010
Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010apotek agam farma
 
Pendanaan APBD Provinsi dan Kab/Kota dalam mendukung Program Sanitasi di daerah
Pendanaan APBD Provinsi dan Kab/Kota dalam mendukung Program Sanitasi di daerahPendanaan APBD Provinsi dan Kab/Kota dalam mendukung Program Sanitasi di daerah
Pendanaan APBD Provinsi dan Kab/Kota dalam mendukung Program Sanitasi di daerah
infosanitasi
 
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Penataan Ruang
 
06 pengelolaan-keuangan-negara
06 pengelolaan-keuangan-negara06 pengelolaan-keuangan-negara
06 pengelolaan-keuangan-negara
rajapontar
 
Kemenkeu djpk - bahan presentasi sosialisasi dak - perdagangan
Kemenkeu   djpk - bahan presentasi sosialisasi dak - perdaganganKemenkeu   djpk - bahan presentasi sosialisasi dak - perdagangan
Kemenkeu djpk - bahan presentasi sosialisasi dak - perdaganganOperator Warnet Vast Raha
 
Pedum baru 2011 djauharie net
Pedum baru 2011 djauharie netPedum baru 2011 djauharie net
Pedum baru 2011 djauharie netapotek agam farma
 
Pp nomor 12 tahun 2019
Pp nomor 12 tahun 2019Pp nomor 12 tahun 2019
Pp nomor 12 tahun 2019
La Salle
 
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negaraUu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negaraAdi Kuntarto
 
Paparan FGD SHSR
Paparan FGD SHSRPaparan FGD SHSR
Paparan FGD SHSR
@masbaim Imam P
 
Bagan Alir Permendagri 13 tahun 2006
Bagan Alir Permendagri 13 tahun 2006Bagan Alir Permendagri 13 tahun 2006
Bagan Alir Permendagri 13 tahun 2006
Rizki Amalia
 
Substansi Perencanaan Kementerian Perumahan Rakyat
Substansi Perencanaan Kementerian Perumahan RakyatSubstansi Perencanaan Kementerian Perumahan Rakyat
Substansi Perencanaan Kementerian Perumahan Rakyat
Oswar Mungkasa
 
anggaran daerah
anggaran daerahanggaran daerah
anggaran daerah
Ary Efendi
 
Mekanisme pencairan reksus dan prosedur refund PHLN di KPPN
Mekanisme pencairan reksus dan prosedur refund PHLN di KPPNMekanisme pencairan reksus dan prosedur refund PHLN di KPPN
Mekanisme pencairan reksus dan prosedur refund PHLN di KPPNAhmad Abdul Haq
 
Paradigma Baru Perencanaan Pembangunan
Paradigma Baru Perencanaan Pembangunan Paradigma Baru Perencanaan Pembangunan
Paradigma Baru Perencanaan Pembangunan
Dadang Solihin
 

What's hot (19)

Alur penyusunan apbd
Alur penyusunan apbdAlur penyusunan apbd
Alur penyusunan apbd
 
Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010
Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010
Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010
 
Pendanaan APBD Provinsi dan Kab/Kota dalam mendukung Program Sanitasi di daerah
Pendanaan APBD Provinsi dan Kab/Kota dalam mendukung Program Sanitasi di daerahPendanaan APBD Provinsi dan Kab/Kota dalam mendukung Program Sanitasi di daerah
Pendanaan APBD Provinsi dan Kab/Kota dalam mendukung Program Sanitasi di daerah
 
Analisis apbd
Analisis apbdAnalisis apbd
Analisis apbd
 
2008 pmk-169
 2008 pmk-169 2008 pmk-169
2008 pmk-169
 
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
 
06 pengelolaan-keuangan-negara
06 pengelolaan-keuangan-negara06 pengelolaan-keuangan-negara
06 pengelolaan-keuangan-negara
 
Kemenkeu djpk - bahan presentasi sosialisasi dak - perdagangan
Kemenkeu   djpk - bahan presentasi sosialisasi dak - perdaganganKemenkeu   djpk - bahan presentasi sosialisasi dak - perdagangan
Kemenkeu djpk - bahan presentasi sosialisasi dak - perdagangan
 
Pedum baru 2011 djauharie net
Pedum baru 2011 djauharie netPedum baru 2011 djauharie net
Pedum baru 2011 djauharie net
 
KONSEP ANGGARAN
KONSEP ANGGARANKONSEP ANGGARAN
KONSEP ANGGARAN
 
Pp nomor 12 tahun 2019
Pp nomor 12 tahun 2019Pp nomor 12 tahun 2019
Pp nomor 12 tahun 2019
 
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negaraUu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
 
Paparan FGD SHSR
Paparan FGD SHSRPaparan FGD SHSR
Paparan FGD SHSR
 
anggaran pemerintah
anggaran pemerintahanggaran pemerintah
anggaran pemerintah
 
Bagan Alir Permendagri 13 tahun 2006
Bagan Alir Permendagri 13 tahun 2006Bagan Alir Permendagri 13 tahun 2006
Bagan Alir Permendagri 13 tahun 2006
 
Substansi Perencanaan Kementerian Perumahan Rakyat
Substansi Perencanaan Kementerian Perumahan RakyatSubstansi Perencanaan Kementerian Perumahan Rakyat
Substansi Perencanaan Kementerian Perumahan Rakyat
 
anggaran daerah
anggaran daerahanggaran daerah
anggaran daerah
 
Mekanisme pencairan reksus dan prosedur refund PHLN di KPPN
Mekanisme pencairan reksus dan prosedur refund PHLN di KPPNMekanisme pencairan reksus dan prosedur refund PHLN di KPPN
Mekanisme pencairan reksus dan prosedur refund PHLN di KPPN
 
Paradigma Baru Perencanaan Pembangunan
Paradigma Baru Perencanaan Pembangunan Paradigma Baru Perencanaan Pembangunan
Paradigma Baru Perencanaan Pembangunan
 

Similar to Sakd 2

Anggaran-sektor-publik
 Anggaran-sektor-publik Anggaran-sektor-publik
Anggaran-sektor-publikRESTU AGUSTI
 
Perdirjen 66 2005
Perdirjen 66 2005Perdirjen 66 2005
Perdirjen 66 2005rumputeki
 
Perdirjen662005
Perdirjen662005Perdirjen662005
Perdirjen662005
akupunya1
 
Manajemen keuangan negara
Manajemen keuangan negaraManajemen keuangan negara
Manajemen keuangan negaraBPKP
 
Psap 11
Psap 11Psap 11
Psap 11
Enny Pratiwi
 
UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan NegaraUU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negaraatambua
 
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
Rian Saifulloh
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
Sumardi Arahbani
 
198_PMK.07_2021Per.pdf
198_PMK.07_2021Per.pdf198_PMK.07_2021Per.pdf
198_PMK.07_2021Per.pdf
MiftahNasution2
 
Pengawasan, pemeriksaan dan pengendalian keuangan daerah
Pengawasan, pemeriksaan dan pengendalian keuangan daerahPengawasan, pemeriksaan dan pengendalian keuangan daerah
Pengawasan, pemeriksaan dan pengendalian keuangan daerahAlma'Arif Pangulu
 
Memahami Perencanaan Pembangunan Nasional Sesuai UU 25/2004 Kebijakan Ekonomi...
Memahami Perencanaan Pembangunan Nasional Sesuai UU 25/2004 Kebijakan Ekonomi...Memahami Perencanaan Pembangunan Nasional Sesuai UU 25/2004 Kebijakan Ekonomi...
Memahami Perencanaan Pembangunan Nasional Sesuai UU 25/2004 Kebijakan Ekonomi...
Dadang Solihin
 
KELOMPOK 5_MATERI 2_PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN_KELAS A.pptx
KELOMPOK 5_MATERI 2_PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN_KELAS A.pptxKELOMPOK 5_MATERI 2_PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN_KELAS A.pptx
KELOMPOK 5_MATERI 2_PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN_KELAS A.pptx
NalyaAgustin
 
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerah
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerahPenerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerah
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerahPT. waluh bajarang
 
5.-Paparan-PP-12-2019-ttg-PKD-Keuda (1).pdf
5.-Paparan-PP-12-2019-ttg-PKD-Keuda (1).pdf5.-Paparan-PP-12-2019-ttg-PKD-Keuda (1).pdf
5.-Paparan-PP-12-2019-ttg-PKD-Keuda (1).pdf
Mohamad Djasuli
 
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan NegaraImplikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Muhammad Rafi Kambara
 
Pengurusan kewfv
Pengurusan kewfvPengurusan kewfv
Pengurusan kewfvaimm reka
 
Pengurusan kewfv
Pengurusan kewfvPengurusan kewfv
Pengurusan kewfvguestd56616
 

Similar to Sakd 2 (20)

Anggaran-sektor-publik
 Anggaran-sektor-publik Anggaran-sektor-publik
Anggaran-sektor-publik
 
Perdirjen 66 2005
Perdirjen 66 2005Perdirjen 66 2005
Perdirjen 66 2005
 
Perdirjen 66 2005
Perdirjen 66 2005Perdirjen 66 2005
Perdirjen 66 2005
 
Perdirjen662005
Perdirjen662005Perdirjen662005
Perdirjen662005
 
Manajemen keuangan negara
Manajemen keuangan negaraManajemen keuangan negara
Manajemen keuangan negara
 
Psap 11
Psap 11Psap 11
Psap 11
 
UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan NegaraUU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
 
Presentasi dak
Presentasi dakPresentasi dak
Presentasi dak
 
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
 
198_PMK.07_2021Per.pdf
198_PMK.07_2021Per.pdf198_PMK.07_2021Per.pdf
198_PMK.07_2021Per.pdf
 
Pengawasan, pemeriksaan dan pengendalian keuangan daerah
Pengawasan, pemeriksaan dan pengendalian keuangan daerahPengawasan, pemeriksaan dan pengendalian keuangan daerah
Pengawasan, pemeriksaan dan pengendalian keuangan daerah
 
Memahami Perencanaan Pembangunan Nasional Sesuai UU 25/2004 Kebijakan Ekonomi...
Memahami Perencanaan Pembangunan Nasional Sesuai UU 25/2004 Kebijakan Ekonomi...Memahami Perencanaan Pembangunan Nasional Sesuai UU 25/2004 Kebijakan Ekonomi...
Memahami Perencanaan Pembangunan Nasional Sesuai UU 25/2004 Kebijakan Ekonomi...
 
KELOMPOK 5_MATERI 2_PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN_KELAS A.pptx
KELOMPOK 5_MATERI 2_PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN_KELAS A.pptxKELOMPOK 5_MATERI 2_PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN_KELAS A.pptx
KELOMPOK 5_MATERI 2_PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN_KELAS A.pptx
 
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerah
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerahPenerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerah
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerah
 
5.-Paparan-PP-12-2019-ttg-PKD-Keuda (1).pdf
5.-Paparan-PP-12-2019-ttg-PKD-Keuda (1).pdf5.-Paparan-PP-12-2019-ttg-PKD-Keuda (1).pdf
5.-Paparan-PP-12-2019-ttg-PKD-Keuda (1).pdf
 
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan NegaraImplikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
 
Pengurusan kewfv
Pengurusan kewfvPengurusan kewfv
Pengurusan kewfv
 
Pengurusan kewfv
Pengurusan kewfvPengurusan kewfv
Pengurusan kewfv
 
Modul anggaran berbasis kinerja (daerah)
Modul  anggaran berbasis kinerja (daerah)Modul  anggaran berbasis kinerja (daerah)
Modul anggaran berbasis kinerja (daerah)
 

Recently uploaded

SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
adolfnuhujanan101
 

Recently uploaded (20)

SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
 

Sakd 2

  • 1. PUSAT PENDIDIKAN & PELATIHAN PENGAWASAN BPKP Irja Barat SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH 1
  • 2. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Pembelajaran Umum : • Memahami SAKD dalam rangka pengawasan keuangan daerah Tujuan Pembelajaran Khusus : • Menjelaskan makna dan arti penting Keuangan Negara / Daerah, • Menjelaskan hubungan keuangan negara – daerah • Menjelaskan pengurusan keuangan daerah • Menjelaskan konsepsi APBD • Menjelaskan Siklus APBD 2
  • 4. Planning Keuangan Controlling Organizing Daerah Actuating
  • 5. KEUANGAN DAERAH DASAR HUKUM Planning PENGERTIAN Controling Keuangan Daerah Organizing HUBUNGAN KEUANGAN NEGARA-DAERAH Actuating RUANG LINGKUP AZAS PENGELOLAAN
  • 6. PERENCANAAN ASAS & STRUKTUR APBD Planning PENYUSUNAN R-APBD Keuangan Controling Organizing Daerah PENYUSUNAN RKA-SKPD Actuating PENGESAHAN APBD EVALUASI R-APBD
  • 7. PENGORGANISASIAN KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DEKONSENTRASI / Planning TUGAS PEMBANTUAN Controling Keuangan Daerah Organizing PERIMBANGAN KEUANGAN NEGARA-DAERAH Actuating SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PEMBINAAN & PENGAWASAN
  • 8. PELAKSANAAN PELAKSANAAN APBD Planning PENGELOLAAN KAS & BMD Controling Keuangan Daerah Organizing PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH Actuating PERUBAHAN APBD PENGELOLAAN BLU DAERAH
  • 9. PERTANGGUNGJAWABAN AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH LAPORAN KEUANGAN Planning & KINERJA Controling Keuangan Daerah Organizing PERTANGGUNGJAWABAN APBD Actuating PENYELESAIAN KERUGIAN KEUANGAN DAERAH PEMERIKSAAN BEPEKA
  • 10. KEUANGAN NEGARA Pengertian & Ruang Lingkup 10
  • 11. PENGERTIAN KN (1) • Semua hak dan kewajiban negara dapat dinilai dengan uang, • Segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara • Berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. • Dalam rangka pencapaian tujuan bernegara 11
  • 12. PENGERTIAN KN (2) OBYEK Semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang Dimiliki Negara/Dikuasai Pemerintah SUBYEK Dikuasai Persh Negara /Daerah Dikuasai Badan Lainnya yang ada kaitannya dengan keuangan Negara. Pendekatan mulai dari perumusan kebijakan PROSES dan pengambilan keputusan s.d. pertanggungjawaban. TUJUA Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara N 12
  • 13. RUANG LINGKUP KN 1. Hak Negara Memungut Pajak,  Mengeluarkan & Mengedarkan Uang,  Melakukan Pinjaman 2. Kewajiban Negara  Menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara  Membayar tagihan pihak ketiga 3. Penerimaan Pengeluaran Negara 4. Penerimaan & Pengeluarandaerah 5. Kekayaan Negara / Daerah  Dikelola sendiri atau oleh pihak lain  Dipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan daerah 6. Kekayaan Pihak Lainnya  Dikuasai Pemerintah untuk tugas pemerintahan dan kepentingan umum  Diperoleh dengan menggunakan fasilitas pemerintah 13
  • 14. HUBUNGAN KEUANGAN NEGARA - DAERAH 14
  • 15. Asas NKRI UUD 1945, Pasal 18 : Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Penjelasan : • Daerah Indonesia terbagi dalam daerah yang bersifat otonom atau bersifat daerah administratif. 15
  • 16. Asas NKRI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DIBAGI ATAS DAERAH-DAERAH: PROVINSI MASING-MASING DAERAH PROVINSI DIBAGI ATAS: MEMPUNYAI PEMERINTAHAN DAERAH. PASAL 2 AYAT (1) KABUPATEN DAN KOTA 16
  • 17. Asas NKRI • Asas Negara Kesaruan RI (NKRI) • Penyelenggaraan keuangan negara dan daerah, merupakan satu kesatuan • Dalam penyelenggaraan pemerintahan yang bertujuan mewujudkan tujuan bangsa dan negara sebagaimana diamanatkan UUD 1945. • Antara keuangan negara dan daerah merupakan satu kesatuan, ruang lingkup keuangan 17
  • 18. Hubungan Pengelolaan KN Preside n Dikuasakan Dikuasakan Menteri Keuangan Menteri/Pimpinan LPND • Sebagai Chief Financial • Sebagai Chief Operational Officer (CFO). Officer (COO). • Kewenangan komptabel • Kewenangan Ordonateur • Selaku Pengelola Fiskal & • Selaku Pengguna Anggaran/ Wakil Pemerintah dalam Pengguna Barang KL yang kepemilikan kekayaan dipimpinnya. Negara yang dipisahkan. Diserahkan Gubernur/Bupati/Walikota Pengelola Keuangan Daerah 18
  • 19. Hubungan Pengelolaan KN • Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan Negara. • Sebagian dari kekuasaan tersebut ”DIKUASAKAN” kepada Menteri Keuangan serta Menteri/Pimpinan LPND. • Sebagian dari kekuasaan tersebut juga ”DISERAHKAN” kepada Gubernur/Bupati/Walikota selaku Pengelola Keuangan Daerah (Asas Desentralisasi) • Tidak termasuk kewenangan di bidang moneter (mengeluarkan dan mengedarkan uang)  diatur dengan UU tersendiri. • Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai tujuan bernegara. • Dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara, setiap tahun disusun APBN/APBD. 19
  • 20. HUBUNGAN KEUANGAN Pemerintah APBN Pusat Dana Perimbangan Dana Dekon & TP Pemerintah APBD Dana Dana Tugas Daerah Dekonsentrasi Pembantuan (APBN) (APBN) Dekonsentrasi Desentralisasi Tugas Pembantuan 20
  • 21. DANA DEKONSENTRASI • Pelimpahan kewenangan dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah diikuti dengan pemberian dana. • Kegiatan dekonsentrasi dilaksanakan oleh SKPD yang ditetapkan gubernur. • Gubernur memberitahukan RKA-KL kegiatan dekonsentrasi kepada DPRD pada saat pembahasan Rancangan APBD. • Dalam hal terdapat SAL dana dekonsentrasi, maka merupakan penerimaan kembali APBN, terdapat saldo kas dan menghasilkan penerimaan maka harus disetor ke Rekening Kas Umum Negara. 21
  • 22. DANA TUGAS PEMBANTUAN • Pelimpahan kewenangan dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah diikuti dengan pemberian dana. • Kegiatan Tugas Pembantuan dilaksanakan oleh SKPD ditetapkan gubernur. • Gubernur memberitahukan RKA-KL untuk kegiatan TP kepada DPRD pada saat pembahasan Rancangan APBD. • Dalam hal terdapat SAL dana TP, maka merupakan penerimaan kembali APBN, terdapat saldo kas dan menghasilkan penerimaan maka harus disetor ke Rekening Kas Umum Negara. 22
  • 23. DANA PERIMBANGAN (1) • Penyelenggaraan pemerintahan di daerah yang menjadi kewenangannya, sesuai dengan asas desentralisasi, dibiayai dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) • Dalam rangka mendukung pembiayaan daerah dan mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah serta antar Pemerintah Daerah, yang ditetapkan “DANA PERIMBANGAN” setiap tahun anggaran dalam APBN • Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (PKPD), diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 tahun 2003 23
  • 24. DANA PERIMBANGAN (2) PKPD adalah : • Suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien • Dalam rangka pendanaan penyelenggaraan Desentralisasi, • Mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan • Terdiri Dari :  Dana Bagi Hasil  Dana Alokasi Umum (DAU)  Dana Alokasi Khusus (DAK) 24
  • 25. DANA BAGI HASIL • Bersumber dari pajak dan sumber daya alam. • Pajak : PPh, PPN/PPnBM, PBB dan BPHTB • Sumber Daya Alam , terdiri dari :  Minyak Bumi  Gas Alam  Pertambangan Umum  Kehutanan  Perikanan 25
  • 26. DANA ALOKASI UMUM (DAU) • Ditetapkan dalam APBN sekurang-kurangnya 26 % dari Pendapatan Dalam Negeri Neto • Dialokasikan atas dasar celah fiskal dan Alokasi Dasar • Celah Fiskal yaitu kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah • alokasi dasar yaitu dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah). • Penyaluran DAU dilaksanakan setiap bulan masing-masing sebesar 1/12 (satu per dua belas) dari DAU daerah yang bersangkutan dan dilaksanakan sebelum bulan bersangkutan. 26
  • 27. DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) • Dana APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah. • Daerah penerima DAK wajib menyediakan dana pendamping dari APBD sekurang- kurangnya 10 % dari alokasi DAK. • Daerah dengan kemampuan fiskal tertentu tidak diwajibkan menyediakan dana pendamping. 27
  • 29. DASAR HUKUM • UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah • PP 54 tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah • PP 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan • PP 56 tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah • PP 57 tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah • PP 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah • PERMENDAGRI 13/2006 : Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah 29
  • 30. PENGERTIAN Keuangan Daerah adalah : • semua hak dan kewajiban daerah • dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah • yang dapat dinilai dengan uang • termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. 30
  • 31. RUANG LINGKUP Ruang lingkup keuangan daerah meliputi: a. Hak daerah untuk memungut pajak dan retribusi daerah b. Hak melakukan pinjaman; c. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah d. Kewajiban membayar tagihan pihak ketiga; e. Penerimaan daerah; f. Pengeluaran daerah; g. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah; f. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum 31
  • 32. Pengelolaan Keuangan Daerah Diatur dalam PP 58/2005 & Permendagri 13 tahun 2006, meliputi : • Asas umum pengelolaan keuangan daerah; • Pejabat-pejabat yang mengelola keuangan daerah; • Penyusunan RKPD, KUA, PPAS, dan RKA-SKPD; • SIKLUS APBD • Pengelolaan kas umum daerah; • Pengelolaan piutang daerah; • Pengelolaan investasi daerah; • Pengelolaan barang milik daerah; • Pengelolaan dana cadangan; • Pengelolaan utang daerah; • Pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah; • Penyelesaian kerugian daerah; • Pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah; 32
  • 33. ASAS UMUM (1) Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. (2) Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah. 33
  • 34. PEJABAT PENGELOLA KD Kepala Daerah Pemegang Kekuasaan PKD Sekretaris Daerah Koordinator PKD Ka.SK PKD Ka.SKPD PPKD/BUD PA/PB Daerah Kuasa BUD Bend Pen/Peng SKPD 34
  • 35. Pemegang Kekuasaan PKD Menetapkan • Pelaksanaan APBD Kebijakan • Pengelolaan BMKD KDH: Kewenangan Menetapkan • Kuasa PA/PB Pejabat • Bendahara +/- • Pemungut PAD • Pengelola Hutang • Pengelola Piutang • Pengelola BMKD • Penguji Tagihan • Perintah Membayar 35
  • 36. Pemegang Kekuasaan PKD Koordinator • Kebijakan APBD Penyusunan • kebijakan BMKD • RAPBD/ R-APBD-P • Laporan Keuangan • LKPJ SEKDA: Koordinator Koordinator • Perencana Daerah Pejabat • PPKD • Pengawas Keuangan D • KaTim Anggaran Eks. TUGAS • Susun Pedoman APBD • Susun Pedoman BMKD • Persetujuan DPA-SKPD • Koord. Pengelolaan KD lainnya 36
  • 37. Pemegang Kekuasaan PKD Tugas PPKD / BUD Tugas SKPD/PA-PB Susun & laksanakan kebijakan Susun RKA-SKPD &DPA-SKPD; pengelolaan KD; Tindakan otorisator; Susun R-APBD/ APBD-P; Melaksanakan anggaran; Pungut PAD sesuai PERDA Melakukan pengujian atas tagihan Fungsi Bendahara Umum Daerah; dan memerintahkan pembayaran; Susun Lap-Keu Daerah dalam Pemungutan PNBP; LKPJ mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan P.III mengelola utang dan piutang SKPD; Mengelola BMKD-SKPD Susun LK-SKPD Pengawasan APBD-SKPD bertanggung jawab ke KDH via SEKDA 37
  • 38. Kewenangan PPKD • Susun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD; • Sahkan DPA-SKPD; • Pengendalian pelaksanaan APBD; • Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas daerah; • Pemungutan pajak daerah; • Pantau penerimaan & pengeluaran APBD oleh bank /LK • Mengatur dana /cashflow APBD; • Simpan uang daerah; • menetapkan SPD; • Kelola uang daerah & investasi daerah • Melakukan pembayaran ke PA; • Siapkan pelaksanaan pinjaman daerah • Pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah; • Pengelolaan utang dan piutang daerah; • Penagihan piutang daerah; • Melaksanakan SAKD • Menyajikan informasi KD; • Melaksanakan kebijakan dan pengelolaan BMKD. 38
  • 39. Kewenangan PPKD KDH PPKD selaku BUD Kuasa BUD Bend Penerimaan Bend Pengeluaran SKPD SKPD Garis struktural Garis fungsional 39
  • 40. Kewenangan PPKD PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di lingkungan satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku kuasa BUD dengan SK KDH Kuasa BUD mempunyai tugas: a. menyiapkan anggaran kas; b. menyiapkan SPD; c. menerbitkan SP2D; dan d. menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah; 40
  • 41. Kewenangan PPKD KDH atas usul PPKD mengangkat : 1. Bendahara penerimaan : untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan pada SKPD. 2. Bendahara pengeluaran : untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja pada SKPD. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran adalah Pejabat Fungsional. 41
  • 42. Kewenangan PPKD Bendahara Penerimaan & Pengeluaran, baik secara langsung/tidak langsung, dilarang melakukan: - kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa - bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/ pekerjaan/penjualan tsb - serta menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi. Bendahara penerimaan / pengeluaran secara fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD. 42
  • 43. Kewenangan PA/PB PA/PB selaku BUD Kuasa PA/PB PPTK-SKPD PPK-SKPD 43
  • 44. Kewenangan PA/PB Pejabat pengguna anggaran dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku Kuasa Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang. Pelimpahan wewenang kepada Kuasa PA/PB ditetapkan oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD. Penetapan kepala unit kerja pada SKPD sebagai KPA berdasarkan pertimbangan: - tingkatan daerah, - besaran SKPD, - besaran jumlah uang yang dikelola, - beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali dan - pertimbangan objektif lainnya. KPA/KPB bertanggung jawab kepada PA/PB. 44
  • 45. Kewenangan PA/PB PA/PB dalam melaksanakan program dan kegiatan dapat menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku “Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)” PPTK mempunyai tugas mencakup: a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan; b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; c. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan. Penunjukan PPTK berdasarkan pertimbangan : - kompetensi jabatan, - anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi, dan/atau rentang kendali - dan pertimbangan objektif lainnya. PPTK bertanggung jawab kepada PA/KPA 45
  • 46. Kewenangan PA/PB Dalam rangka melaksanakan wewenang atas penggunaan anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepala SKPD menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD sebagai “Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD”. PPK-SKPD mempunyai tugas: a. meneliti kelengkapan SPP-LS yang diajukan oleh PPTK; b. meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU dan SPP-TU yang diajukan oleh bendahara pengeluaran; c. menyiapkan SPM; dan d. menyiapkan laporan keuangan SKPD. PPK – SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara/daerah, bendahara, dan/atau PPTK. 46
  • 47. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) 47
  • 48. MAKNA & ARTI PENTING • Pengertian APBD : - Rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah - Dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, - Ditetapkan dengan peraturan daerah. • Asas APBD : - Disusun berdasarkan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah . - Disusun berpedoman kepada RKPD - Dalam rangka mewujudkan pelayanan kpd masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara. 48
  • 49. MAKNA & ARTI PENTING Asas APBD : (1) Anggaran semua penerimaan dan pengeluaran daerah baik dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa. (2) Anggaran Pendapatan : - Perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. - Didasarkan ketentuan perundangan (3) Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan  dianggarkan secara bruto (4) Anggaran pengeluaran / belanja harus : - didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. - didukung dengan dasar hukum yang melandasinya. 49
  • 50. FUNGSI APBD : 1. Fungsi Otorisasi :  Dasar untuk melaksanakan pendapatan & belanja tahun anggaran ybs 2. Fungsi Perencanaan :  Pedoman manajemen merencanakan kegiatan 3. Fungsi Pengawasan :  Pedoman untuk menilai apakah kegiatan pemerintah sesuai ketentuan peraturan perundangan. 50
  • 51. FUNGSI APBD : 4. Fungsi Alokasi :  Untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta  meningkatkan efisiensi & efektivitas perekonomian 5. Fungsi Distribusi :  Mengandung arti dan memperhatikan keadilan 6. Fungsi stabilisasi :  Menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian 51
  • 52. PRINSIP-PRINSIP APBD : Enam (6) Prinsip Dasar : 1. Azas Kesatuan  Semua pendapatan dan belanja disajikan dalam satu dokumen anggaran. 2. Azas Universalitas  Setiap transaksi keuangan disajikan secara utuh dalam dokumen anggaran. 3. Azas Tahunan  Membatasi berlakunya anggaran untuk suatu tahun. 4. Azas Spesialitas  Kredit anggaran terinci secara jelas peruntukannya. 52
  • 53. PRINSIP-PRINSIP APBD : Enam (6) Prinsip Dasar : 5 Azas Akrual  Anggaran dibebani pengeluaran yang seharusnya dibayar, atau menguntungkan anggaran untuk penerimaan yang seharusnya diterima, walaupun belum dibayar atau belum diterima pada kas. 6. Azas Kas  Anggaran dibebani pada saat pengeluaran/ penerimaan uang dari/ ke kas Daerah. 53
  • 54. STRUKTUR APBD Pendapatan • Pendapatan Asli Daerah Daerah - Pajak & Retribusi Daerah - Bagian Laba BUMD - Lain-lain PAD yang Sah • Dana Perimbangan - Dana Bagi Hasil - Dana Alokasi Umum - Dana Alokasi Khusus APBD • Lain-2 Pdpt Daerah yang Sah - Hibah, Dana Darurat - Lain-lain Belanja • Urusan Wajib / Pilihan Daerah • Organisasi, fungsi, jenis belanja Pembiayaan • SiLPA • Pembentukan/Pencairan Cadangan • Hasil Penjualan BUMD/ PMP • Penerimaan / Pemberian Pinjaman 54
  • 55. FORMAT BARU APBN A. PENDAPATAN I. Penerimaan Dalam Negeri 1. Penerimaan Perpajakan 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak II. Penerimaan Hibah B. BELANJA NEGARA I. Belanja Pemerintah Pusat 8 Jenis Belanja II. Belanja Untuk Daerah 1. Dana Perimbangan 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian C. SURPLUS / DEFISIT ANGGARAN D. PEMBIAYAAN 55
  • 56. PENDAPATAN ASLI DAERAH Pajak Daerah • Pajak Propinsi • Pajak Kab/Kota Retribusi Daerah • Jasa Umum • Jasa Usaha • Perijinan tertentu PAD Bag.Laba • Bagian Laba Perusda • Deviden • Penjualan Saham Lain2 PAD • Hasil Penjualan Asset yg sah • Sumbangan P.III • Jasa Giro • Hibah dll 56
  • 57. Pajak & Retribusi Daerah? 1. Pajak Daerah : • Iuran wajib oleh orang pribadi atau badan. • tanpa imbalan langsung seimbang • dapat dipaksakan • digunakan untuk membiayai penyelenggaraan dan pembangunan PEMDA. 2. Retribusi Daerah: • Pungutan Daerah • sebagai pembayaran jasa/izin tertentu • Imbalan bersifat langsung 57
  • 58. PAD – PAJAK & RETRIBUSI DAERAH • Dasar Hukum : - UU 34 tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah - PP 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah - PP 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah • PAD = Penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayah sendiri yang dipungut berdasarkan PERDA seesuai dengan per-uu-an yang berlaku. • Kriteria Pajak Daerah : - Pajak bukan retribusi - Obyek dan dasar tidak bertentangan kepentingan umum - Potensi memadai sebagai sumber pendapatan - Tidak memberikan dampak ekonomi negatif - Memperhatikan aspek keadilan & kemampuan masy. - Menjaga kelestarian lingkungan 58
  • 59. PAD – PAJAK & RETRIBUSI DAERAH Retribusi – Jasa Umum : • Bersifat bukan pajak dan bukan jasa usaha atau perijinan. • Jasa merupakan urusan pemerintahan pusat yang diserahkan ke daerah • Jasa memberikan manfaat khusus pribadi atau badan • Melayani kepentingan & kemanfaatan umum • Layak dikenakan retribusi yang tidak bertentangan dengan kebijakan nasional • Retribusi mrpk sumber pendapatan daerah yang potensial • Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan kualitas yang lebih baik. 59
  • 60. PAD – PAJAK & RETRIBUSI DAERAH Retribusi – Jasa Usaha : • Bersifat bukan pajak dan bukan jasa umum atau perijinan. • Jasa bersifat komersial yang seyogyakan disediakan swasta, tetapi belum memadai. Retribusi – Perijinan: • Perijinan kewenangan Pusat yang diserahkan ke daerah • Perijinan diperlukan guna melindungi kepentingan umum • Diperlukan biaya untuk penyelenggaraan ijin dan menanggulangi dampak negatif ijin. • Biaya cukup besar sehingga layak dikenakan retribusi 60
  • 61. Tarif Pajak Daerah • Penetapan Tarif, Presentase Tarif Tertinggi dan Dasar Pengenaan Pajak Daerah. No Jenis Pajak Penetapan % tarif Dasar Pengenaan tarif Tertinggi 1. Pajak Kendaraan Peraturan 5 Nilai jual Kendaraan Pemerinta 2. BBN Kendaraan h dan 10 Nilai jual Kendaraan Bermotor seragam 3 Pajak Bahan diseluruh 5 Nilai Jual BBM Bakar Kendaraan Indonesia kendaraan Bermotor 4. Pajak Hotel dan 10 Jml Pembayaran Restoran PERDA 5. Hiburan 35 Jml Pembayaran 61
  • 62. Tarif Pajak Daerah • No Jenis Pajak lanjutan Tarif Pajak Penetapan % tarif Dasar Pengenaan tarif Tertinggi 6. Pajak Reklame PERDA 25 Nilai Sewa reklame 7. Pajak Penerangan 10 Nilai jual tenaga listrik Jalan Tarif diatur 8. Pajak Galian oleh PEMDA 20 Nilai hasil Eksploitasi Golongan C 9. Pajak Air 20 Nilai perolehan air 62
  • 63. Tarif Retribusi Daerah Tarif retribusi dihitung berdasarkan : • Tingkat Penggunaan Jasa - kualitas penggunaan jasa, sbg dasar alokasi beban biaya yang dipikul daerah untuk penyelenggaraan jasa, Contoh: berapa kali, berapa jam parkir kendaraan - Jasa yang sulit diukur, digunakan taksiran rumus. Contoh : ijin bangunan • Tingkat Retribusi - nilai rupiah atau persentase ttt yang ditetapkan untuk menghintung besarnya retribusi terutang - dapat seragam atau berbeda seperti perbedaan tarif anak dan dewasa • Obyek Retribusi 63
  • 64. Tarif Retribusi Daerah • Bagan obyek, Golongan, Prinsip dan Sasaran, dan contoh obyek retribusi. Obyek Golongan Prinsip dan Sasaran No Retribusi Retribusi dalam Penetapan Tarif Contoh 1. Jasa Retribusi Berdasarkan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Umum Jasa daerah Pelayanan Kebersihan Umum 2. Jasa Retribusi Didasarkan pada tujuan Penyewaan Asset Pemda Usaha Jasa memperoleh keuntungan Usaha Bengkel Kendaraan Usaha Penjualan Bibit tanaman 3. Perizinan Retribusi hasil retribusi dapt IMB Perizinan menutup sebagian atau Izin tertentu oleh BUMD tertentu sama dng biaya penyelenggraan 64
  • 65. DANA PERIMBANGAN • Dana Perimbangan terdiri dari ; 2.1. Dana Bagi Hasil 2.2. Dana Alokasi Umum, dan 2.3. Dana Alokasi Khusus • Jumlah Dana Perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran dalam APBN 65
  • 66. DANA BAGI HASIL (1) Dana Bagi Hasil bersumber dari Pajak dan SDA • Dana Bagi hasil dari Pajak terdiri atas ; – Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) – Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan – Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 WP orang pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21 • Dana Bagi Hasil yg bersumber SDA berasal dari ; – Kehutanan – Pertambangan Umum – Perikanan – Pertambangan Minyak Bumi – Pertambangan Gas Bumi, dan – Pertambangan Panas Bumi 66
  • 67. DANA BAGI HASIL (1) • Pembagian PBB yaitu ; – 16,2% Provinsi ybs – 64,8% Kabupaten/ Kota ybs – 9 % biaya pemungutan – 10% bagian Pemerintah Pusat dari seluruh kabupaten/ kota se Indonesia dibagi dgn porsi : • 65% dibagi merata untuk Kab/ Kota seluruh Indonesia • 35% dibagi kepada Kab/ Kota sebagai insentif yg realisasi tahun sebelumnya pada sektor tertentu melebihi target 67
  • 68. DANA BAGI HASIL (2) • Pembagian BPHTB yaitu ; – 16 % untuk Provinsi ybs – 64 % untuk Kab/ Kota ybs – 20% bagian Pemerintah Pusat dibagikan dg porsi yg sama untuk seluruh Kab/ Kota se Indonesia. • Pembagian PPh Ps 25 dan 29 WP orang pribadi dan PPh Ps 21 adalah ; – 80% untuk Pemerintah Pusat – 20% untuk Daerah, dimana dari bagian ini ; • 60% untuk Kabupaten • 40% untuk Provinsi 68
  • 69. DANA BAGI HASIL (3) • Penerimaan Kehutanan yg berasal dari IHPH dan PSDH, dibagi sbb : – 20% untuk Pemerintah Pusat – 80% untuk Daerah • Bagian Daerah dari IHPH dibagi sbb : – 16% untuk Provinsi – 84% untuk Kab/Kota penghasil • Bagian Daerah dari PSDH dibagi sbb : – 16% untuk Provinsi – 32% untuk Kab/Kota penghasil – 32% dibagi dg porsi yg sama u/ Kab/Kota di Provinsi tsb. 69
  • 70. DANA BAGI HASIL (4) • Penerimaan Kehutanan dari Dana Reboisasi, dibagi sbb : – 60% untuk Pemerintah Pusat digunakan u/ rehabilitasi hutan dan lahan secara nasional – 40% untuk Daerahdigunakan u/ rehabilitasi hutan dan lahan di kab/Kota penghasil • Penerimaan Pertambangan Umum berupa Iuran Tetap (land Rent), Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi ( Royalti) dibagi sbb : – 20% untuk Pemerintah Pusat – 80% untuk Daerah 70
  • 71. DANA BAGI HASIL (5) • Dana bagi hasil Land Rent bagian Daerah selanjutnya dibagi : – 16% untuk Provinsi ybs – 64% untuk Kab/ Kota penghasil • Dana bagi hasil Iuran Eksplorasi dan Royalti yang menjadi bagian Daerah selanjutnya dibagi : – 16% untuk Provinsi ybs – 32% untuk Kab/ Kota penghasil – 32% dibagi dg porsi yg sama u/ seluruh Kab/Kota di provinsi ybs. 71
  • 72. DANA BAGI HASIL (6) • Penerimaan Perikanan, yg diterima secara nasional dibagi sbb : – 20% untuk Pemerintah Pusat – 80% untuk dibagi dg porsi yg sama untuk seluruh Kab/ Kota • Penerimaan Pertambangan Minyak Bumi yg dihasilkan dari wilayah ybs, setelah dikurangi komponen pajak dsb dibagi sbb : – 84,5 % untuk Pemerintah – 15,5 % untuk Daerah ybs dibagi lagi sbb : • 3 % untuk porovinsi ybs • 6 % untuk Kab/Kota penghasil • 6 % untuk Kab/Kota lainnya di Provinsi ybs 72
  • 73. DANA BAGI HASIL (7) • Penerimaan Pertambangan Gas Bumi yang dihasilkan dari wilayah ybs, setelah dikurangi komponen pajak dsb dibagi sbb : – 69,5 % untuk Pemerintah – 30,5 % untuk Daerah ybs dibagi lagi sbb : • 6 % untuk provinsi ybs • 12 % untuk Kab/Kota penghasil • 12 % untuk Kab/Kota di provinsi ybs • Dana Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak dan Gas Bumi sebesar 0,5% di atas digunakan untuk menambah anggaran pendidikan dasar, yaitu : – 0,1 % dibagi ke provinsi ybs – 0,2 % dibagi untuk Kab/Kota penghasil – 0,2 % dibagi ke seluruh kab/kota dlm provinsi ybs. 73
  • 74. DANA BAGI HASIL (8) • Penerimaan PNBP Pertambangan Panas Bumi berupa ; ( a. Setoran bagian pemerin tah b. Iuran Tetap & Iuran Produksi) yang dihasilkan dari wilayah Daerah ybs, dibagi sbb : – 20 % untuk Pemerintah – 80 % untuk Daerah ybs dibagi lagi sbb : • 16 % untuk Provinsi ybs • 32 % untuk Kab/ Kota penghasil • 32 % untuk seluruh Kab/ Kota di provinsi ybs 74
  • 75. DANA ALOKASI UMUM ( DAU) - 1 • Pengertian DAU – Adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar Daerah untuk mendanai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. • DAU sekurang-2-nya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yg ditetapkan dalam APBN • Pendapatan Dalam Negeri Neto adalah Penerimaan Negara yg berasal dari pajak dan PNBP setelah diku rangi dg penerimaan negara yg dibagihasilkan kepa da daerah. 75
  • 76. DANA ALOKASI UMUM ( DAU) - 2 • DAU suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar • Celah Fiskal adalah kebutuhan fiskal daerah dikurangi kapasitas fiskal daerah • Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah PNS Daerah • Kebutuhan fiskal daerah adalah kebutuhan pendanaan daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum 76
  • 77. DANA ALOKASI UMUM ( DAU) - 3 • Kebutuhan pendanaan di atas diukur secara berturut turut dengan ; jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, Produk Domestik Regional Bruto per kapita dan Indek Pembangunan Manusia. • Kapasitas Fiskal Daerah merupakan sumber pendana an daerah yg berasal dari PAD dan Dana Bagi Hasil • DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah pro vinsi, dihitung berdasarkan perkalian bobot daerah provinsi ybs dengan jumlah DAU seluruh daerah pro vinsi. 77
  • 78. DANA ALOKASI UMUM ( DAU) - 4 • Bobot Daerah provinsi adalah merupakan perbandingan antara celah fiskal daerah provinsi ybs dengan total celah fiskal seluruh daerah provinsi. • DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah kabupaten/ kota, dihitung berdasarkan perkalian bobot daerah kab/Kota ybs dengan jumlah DAU seluruh daerah Kab/ Kota. • Bobot Daerah kabupaten/ kota adalah merupakan perbandingan antara celah fiskal daerah kabupaten/ kota ybs dengan total celah fiskal seluruh daerah kab/kota. 78
  • 79. DANA ALOKASI UMUM ( DAU) - 5 • Daerah yg memiliki nilai celah fiskal = 0 , menerima DAU sebesar alokasi dasar.  contoh sbb : – Kebutuhan fiskal = Rp 100 milyar – Kapasitas fiskal = Rp 100 milyar – Alokasi dasar = Rp 50 milyar – Celah fiskal = kebutuhan fiskal – kapasitas fiskal = Rp 100 milyar – Rp100 milyar = Rp 0 – DAU = Alokasi Dasar – Total DAU = Rp 50 milyar 79
  • 80. DANA ALOKASI UMUM ( DAU) - 6 • Daerah yg memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tsb < dari alokasi dasar, menerima DAU sebesar alokasi dasar setelah dikurangi nilai celah fiskal.  contoh sbb : – Kebutuhan fiskal = Rp 100 milyar – Kapasitas fiskal = Rp 125 milyar – Alokasi dasar = Rp 50 milyar – Celah fiskal = kebutuhan fiskal – kapasitas fiskal = Rp 100 milyar – Rp125 milyar = (Rp 25 m) – DAU = Alokasi Dasar + celah fiskal – Total DAU = Rp 50 milyar – Rp 25 milyar = Rp 25 milyar 80
  • 81. DANA ALOKASI UMUM ( DAU) - 7 • Daerah yg memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tsb sama atau > dari alokasi dasar, tidak menerima DAU.  contoh sbb : – Kebutuhan fiskal = Rp 100 milyar – Kapasitas fiskal = Rp 175 milyar – Alokasi dasar = Rp 50 milyar – Celah fiskal = kebutuhan fiskal – kapasitas fiskal = Rp 100 milyar – Rp175 milyar = (Rp 75 m) – DAU = Alokasi Dasar + celah fiskal – Total DAU = Rp 50 milyar – Rp 75 milyar = ( Rp 25 milyar) atau disesuaikan menjadi Rp. 0 milyar 81
  • 82. DANA ALOKASI KHUSUS (1) • Besaran DAK ditetapkan setiap thn dalam APBN • DAK dialokasikan kepada daerah tertentu u/ mendanai kegiatan khusus yg merupakan urusan daerah. – Daerah tertentu a/ daerah yh memenuhi kriteria yg ditetap kan setiap thn u/ mendapatkan DAK. Jadi tdk setiap daerah dpt DAK • Kegiatan khusus adalah sesuai dgn fungsi yg telah ditetap kan dalam APBN, yaitu ; – Yg dimaksud fungsi dlm belanja negara al. terdiri dari ; layanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, pariwisata, budaya, agama, pendidikan dan perlindungan sosial. 82
  • 83. DANA ALOKASI KHUSUS (2) • Daerah penerima DAK wajib menyediakan Dana Pendamping sekurang-kurangnya 10% dari alokasi DAK • Dana pendamping tsb dianggarkan dalam APBD • Daerah dgn kemampuan fiskal tertentu tdk diwajib kan menyediakan dana pendamping. 83
  • 84. DANA PERIMBANGAN PROPINSI 1. Bagi Hasil Pajak Propinsi 1) Pajak Kendaraan Bermotor 2) Pajak kendaraan di atas air 3) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 4) Bea Balik Nama Kendaraan di atas air 5) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 6) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air bawah tanah 7) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air permukaan 2. Bantuan Keuangan Dari Propinsi 1. (jenisnya bervariasi ) 3. Besarnya bagian pemda Kab/Kota atas kedua jenis dana perimbangan Propinsi ditentukan oleh Perda Propinsi. 84
  • 85. PINJAMAN DAERAH • Ketentuan Pinjaman Daerah di atur dalam Bab VIII UU No. 33 Tahun 2004, yaitu : – Pemerintah menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah dan Pemda. – Batas maksimal kumulatif sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak boleh melebihi 60% PDB tahun ybs. – Menkeu menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman Pemda secara keseluruhan paling lambat bulan Agustus untuk tahun anggaran berikutnya. – Daerah dilarang melakukan pinjaman langsung ke Luar negeri, pelanggaran ketentuan ini dikenai sanksi penunda an atau pemotongan Dana Perimbangan. 85
  • 86. PINJAMAN DAERAH • Jenis dan Jangka waktu Pinjaman – Pinjaman Jangka Pendek ( 1 tahun atau kurang) – Pinjaman Jangka Menengah (lebih 1 Tahun s.d. masa jabat an Kepala Daerah ybs) – Pinjaman Jangka Panjang • Penggunaan Pinjaman, yaitu : – Pinjaman J. Pendek  menutup cash flow – Pinjaman J. Menengh  penyediaan layanan umum yg tdk menghasilkan penerimaan – Pinjaman J.Panjng  investasi yg menghslkn penerimaan • Pinjaman J.Menengh dan J.Panjng harus mendapat persetujuan DPRD. 86
  • 87. PINJAMAN DAERAH • Persyaratan Pinjaman, yaitu : – Jumlah Sisa Pinjaman Daerah ditambah Jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebe lumnya. – Rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman ditetapkan Pemerintah. – Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal dari Pemerintah. • Lihat ketentuan Pasal 54 UU No.33/2004 87
  • 88. PINJAMAN DAERAH DSCR = (PAD+DAU+(DBH-DBHDR)-Belanja Wajib > X Pokok Pinjaman + Bunga + Biaya Lain • Yang dimaksud “ penerimaan umum ABPD tahun sebelumnya” adalah seluruh penerimaan APBD tidak termasuk DAK, Dana Darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan lain yang kegunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu. • Daerah tdk dapat memberikan jaminan atas pinjam an pihak lain. • Pendapatan Daerah dan/atau barang milik daerah tdk boleh dijadikan jaminan Pinjaman Daerah. • Proyek yg dibiayai dg obligasi daerah beserta barang milik daerah yg melekat dalam proyek tsb dapat dijadikan jaminan obligasi daerah. • Sementara blm keluar PP yg mengatur Pinjaman dan Obligasi daerah, maka PP 107/2000 masih diberlakukan. 88
  • 89. PELAPORAN PINJAMAN DAERAH • Pemda wajib melaporkan posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman kepada Pemerintah setiap semester dalam tahun berjalan. • Dalam hal daerah tidak menyampaikan laporan, pemerintah dapat menunda penyaluran Dana Perim bangan. • Seluruh kewajiban pinjaman Daerah yang jatuh tem po wajib dianggarkan dalam APBD TA ybs. • Bila daerah tidak memenuhi kewajiban pinjaman kepada Pemerintah, maka kewajiban tsb diperhitung kan dengan DAU dan/atau Dana Bagi Hasil dari Penerimaan Negara. • Ketentuan Pinjaman Daerah dan Obligasi daerah diatur dalam PP (s/d sekrg belum terbit) 89
  • 90. OBLIGASI DAERAH • Daerah dapat menerbitkan Obligasi dalam mata uang Rp di pasar modal domestik. • Nilai Obligasi Daerah pada saat jatuh tempo sama dengan nilai nominal Obligasi Daerah. • Penerbitan Obligasi Daerah harus mengikuti peraturan dibidang pasar modal • Hasil Penjualan Obligasi daerah digunakan untuk membiayai investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat bagi masyarakat. • Penerbitan Obligasi daerah ditetapkan dengan Perda dan harus mendapatkan persetujuan DPRD dan Pemerintah. 90
  • 91. FORMAT BELANJA NEGARA (1) FORMAT LAMA FORMAT BARU Klasifikasi Jenis Belanja : Klasifikasi Jenis Belanja : Dual budgeting Unified Budget Belanja Pusat : 6 jenis Belanja Pusat : 8 jenis belanja belanja Klasifikasi Organisasi : Klasifikasi Organisasi : Tidak tercantum dalam NK Tercantum dalam NK dan UU dan UU APBN (tercantum APBN dalam Satuan 3/keppres. 91
  • 92. FORMAT BELANJA NEGARA (2) FORMAT LAMA FORMAT BARU Klasifikasi Sektor : Klasifiksasi Fungsi : 20 Sektor; 50 subsektor 11 Fungsi; 79 subfungsi Program merupakan rincian Program dikompilasi masing- Sektor 2 KL sesuai fungsinya Nama program berbeda Nama Program telah antara belanja rutin dan disesuaikan dengan unified pembangunan budget Dasar Alokasi: Dasar Alokasi : Berdasarkan SSP Berdasarkan program pada KL 92
  • 94. SIKLUS ANGGARAN • Suatu perputaran anggaran yang dimulai dari penyusunan anggaran oleh pemerintah daerah R- APBN sampai dengan saat perhitungan atas pelaksanaan anggaran disahkan dalam PERDA • TAHAP SIKLUS ANGGARAN: • Penyusunan RAPBD • Pembahasan dan Penetapan APBD • Pelaksanaan Anggaran Oleh Pemerintah • Pembinaan dan Pengawasan Pelaksanaan APBD • Perhitungan dan Penetapan APBD 94
  • 95. PENYUSUNAN – PENETAPAN APBD PRINSIP-PRINSIP (#1) - UU 17/2003 • APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun dengan PERDA • APBD terdiri atas :anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan. • Pendapatan negara terdiri atas : - Pendapatan Asli Daerah (PAD), - Pendapatan Perimbangan, - Lain-lain Pendapatan yang sah. • Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. 95
  • 96. PENYUSUNAN – PENETAPAN APBD PRINSIP-PRINSIP (#2) - UU 17/2003 • APBD disusun sesuai dengan : - kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah - kemampuan dalam menghimpun pendapatan daerah. • Penyusunan R-APBD berpedoman RKP Daerah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara. • Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber- sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam PERDA tentang APBD. • Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, ditetapkan rencana penggunaan surplus tersebut dalam PERDA. 96
  • 97. 97
  • 98. PENYUSUNAN – PENETAPAN APBD PROSES (#1) : UU 17/2003 • Pertengahan Juni : Pemerintah Daerah sampaikan “ Kebijakan Umum APBD” sesuai dengan RKPD • Pembicaraan Pendahuluan RAPBD : Pemerintah Daerah dan DPRD bahas KUA APBD • Berdasarkan KUA APBD, Pemerintah Daerah dan DPRD membahas “Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara” sbg acuan bagi setiap SKPD dalam penyusunan usulan anggaran. (Paling lambat Mg ke-2 Juli). PP 58/2005 • PPAS : - menentukan skala prioritas urusan wajib & pilihan - menentukan urutan program masing-2 urusan - menyusun plafon anggaran masing-2 program • KUA & PPAS dituangkan dalam Nota Kesepakatan KDH-DPRD • KDH menyusun Pedoman Penyusunan RKA-SKPD 98
  • 99. PENYUSUNAN – PENETAPAN APBD PROSES (#2): UU 17/2003 • SKPD selaku pengguna anggaran/ barang menyusun RKA-SKPD • RKA-SKPD disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai (kinerja) • RKA-SKPD disertai dengan prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun. • RKA-SKPD disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBD. (PP 58-ps.41 : RKA-SKPD tanpa dibahas DPRD, langsung ke PPKD untuk dibahas Tim Anggaran Daerah) • Hasil pembahasan RKA-SKPD kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah sbg bahan penyusunan R-APBD 99
  • 100. PENYUSUNAN – PENETAPAN APBD PROSES (3): UU 17/2003 • Mg-1 Oktober : Pemerintah Daerah mengajukan Raperda-APBD disertai nota keuangan dan dokumen pendukungnya kepada DPRD. • Pembahasan Raperda -APBD dilakukan sesuai dengan UU Susduk DPRD • DPR dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam RUU-APBN. • Pengambilan keputusan oleh DPRD selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum TA ybs dilaksanakan. • APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. • Apabila DPRD tidak menyetujui Raperda-APBD, Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya. PP 58/2005 pasal 46 - Pengeluaran setinggi2nya - hanya untuk belanja mengikat dan bersifat wajib - Pengeluaran setinggi-tingginya disusun dengan Rancangan Peraturan KDH - Rancangan Peraturan KDH disahkan oleh Mendagri / Gubernur selambat-lambatnya 15 hari sejak diterima rancangan tersebut. 100
  • 101. EVALUASI R-APBD PP 58/2005 : 47-52 ( UU 17/03 & UU 1/04 tidak mengatur) GUBERNUR MENDAGRI Batalkan Perda APBD R-APBD 3 hari EVALUASI Hasil Evaluasi Tidak di TL Penjabaran R-APBD 15 hari TIDAK Sesuai 15 hari Penyempur Tidak ada Kepentingan naan umum Putusan 7 hari YA PERDA APBD Penjabaran APBD 101
  • 102. EVALUASI R-APBD PP 58/2005 : 47-52 ( UU 17/03 & UU 1/04 tidak mengatur) BUPATI/WAKO GUBERNUR Batalkan Perda APBD R-APBD 3 hari EVALUASI Hasil Evaluasi Tidak di TL Penjabaran R-APBD 15 hari TIDAK Sesuai 15 hari Penyempur Tidak ada Kepentingan naan umum Putusan 7 hari YA PERDA APBD Penjabaran APBD 102
  • 103. PERDA-APBD – UU 17/2003 5 4 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Usulan Anggaran RKA Perda Raperda APBD APBD 1 8 7 2 SKPD Kebijakan Prioritas & Umum Plafon Anggaran SURAT APBD (KUA) Sementara EDARAN PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH 3 Usulan 6 Anggaran 103
  • 104. 104
  • 105. ASAS PELAKSANAAN APBD • SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban APBD : - untuk tujuan yang tidak tersedia anggarannya - tidak cukup tersedia anggarannya dlm APBD • Prinsip Pelaksanaan : - Hemat, tidak mewah - Efektif dan efisien - Sesuai dengan keketantuan UU 105
  • 106. PENYIAPAN DPA-SKPD • PPKD memberitahukan SKPD agar susun Rancangan DPA-SKPD, 3 hari setelah APBD • SKPD menyusun Rancangan DPA-SKPD : 6 hr setelah pemberitahuan PPKD, yang berisi : - Sasaran, Fungsi, Program, Kegiatan - Anggaran untuk mencapai sasaran - Rencana penarikan dana setiap SKPD - Pendapatan yang diperkirakan • Tim anggaran Pemda verifikasi R-DPA-SKPD (15 hr) • PPKD mengesahkan DPA-SKPD, sesuai hasil verifikasi Tim Anggaran Pemda 106
  • 107. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan • Semua penerimaan daerah dilakukan melalui : Rekening Kas Umum Daerah • Bendahara wajib setor seluruh penerimaan : 1 hari • Setiap penerimaan harus didukung bukti • SKPD wajib mengintensifkan pemungutan & penerimaan • SKPD dilarang melakukan pemungutan diluar PERDA • Penerimaan SKPD tidak dapat digunakan langsung sebagai pengeluaran. • Komisi, rabat, potongan, dll merupakan pendapatan daerah. • Penerimaan BMD segera dicatat sebagai inventaris BMD 107
  • 108. Pelaksanaan Anggaran Belanja (1) • Dilarang melakukan pengeluaran kas sbl APBD ditetapkan, kecuali yang bersifat mengikat dan bersifat urusan wajib. • Setiap pengeluaran harus didukung bukti • Dasar Pembayaran atas beban APBD : - Surat Penyediaan Dana (SPD) - DPA-SKPD, • Gaji PNS daerah beban APBD • Dapat diperikan tambahan penghasilan PNS daerah • Bendahara wajib memungut pajak & wajib menyetorkan ke kas daerah 108
  • 109. Pelaksanaan Anggaran Belanja (2) Surat Perintah Membayar (SPM) • Diterbitkan PA/KPA • SPM tidak boleh diterbitkan sebelum B/J diterima • Demi kelancaran, dapat diberikan Uang Persediaan (UP) yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran • Tugas Bendahara Pengeluaran : - meneliti kelengkapan SPM yang diterbitkan PA/KPA - menguji kebenaran perhitungan - menguji ketersediaan dana • Bendahara Pengeluaran WAJIB MENOLAK jika SPM yang diterbitkan PA/KPA tidak lengkap • BP bertanggungjawab secara PRIBADI 109
  • 110. Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan • Penerimaan & pengeluaran pembiayaan dilakukan melalui Rekening Umum Kas Daerah & dikelola oleh PPKD • Pembentukan Dana Cadangan : - Jumlah : ditetapkan PERDA - Pemindahbukuan dari Rekening Umum Kas Daerah ke Rekening Dana Cadangan - Dilakukan oleh BUD atas persetujuan PPKD • Pemindahbukuan Dana Cadangan : - didasarkan pada rencana pelaksanaan kegiatan - setelah pembentukan dana cadangan telah mencukupi - jumlah yang dipindahkan : sejumlah pagu dana cadangan - dilakukan dengan Surat Perintah Pemindahbukuan oleh BUD atas persetujuan PPKD 110
  • 111. Perubahan APBD • Perubahan APBD dapat dilakukan, jika : - Perkembangan tidak sesuai dengan asumsi KUA - Adanya pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, antar jenis belanja - SILPA akan digunakan untuk tahun berjalan - Keadaan Darurat - Keadaan Luar Biasa • Perubahan APBD 1 kali 1 tahun kecuali KLB (APBD mengalami perubahan > 50 %). • Persetujuan APBD-P 3 bulan sebelum TA berakhir 111
  • 112. Keadaan Darurat • Pemda dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, • Pengeluaran tersebut, diusulkan dalam APBD-P atau disampaikan dalam LRA • Kriteria KD : – Bukan kegiatan normal & tidak dapat diprediksi sblm- nya – Tidak diharapkan terjadi berulang – Berada di luar kendali PEMDA – Memiliki dampak signifikan 112
  • 113. AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Untuk melakukan penyusunan laporan keuangan, pemerintah daerah menyusun sistem akuntansi pemerintah daerah yang mengacu kepada SAP SKPKD  entitas pelaporan SKPD  entitas akuntansi 113
  • 114. Sistem akuntansi pemerintahan daerah 1. prosedur akuntansi penerimaan kas; 2. prosedur akuntansi pengeluaran kas; 3. prosedur akuntansi aset tetap/barang milik daerah; dan 4. prosedur akuntansi selain kas. 114
  • 115. PELAKSANA SISTEM AKUNTANSI • Sistem akuntansi pemerintahan daerah oleh PPKD • Sistem akuntansi SKPD oleh PPK-SKPD 115
  • 116. Penyusunan Laporan Keuangan Entitas Pelaporan: Entitas Akuntasi: 1. laporan realisasi anggaran; 1. laporan realisasi anggaran; 2. neraca; 2. neraca; dan 3. laporan arus kas; dan 3. catatan atas laporan 4. catatan atas laporan keuangan. keuangan. 116
  • 117. Pertanggungjawaban & Pelaporan • SKPD wajib menyelenggarakan akuntansi transaski aset, utang & ekuitas (dari pencatatan hingga pelaporan) • Laporan Keuangan : Neraca, LRA, Catatan atas LK selambat-2nya 2 bulan sejak TA berakhir • SKP membuat Pernyataan : - Pengelolaan APBD menjadi tanggungjawabnya - berjalan berdasarkan SPI yang memadai - sesuai dengan ketentuan UU 117
  • 118. Pertanggungjawaban & Pelaporan • PPKD wajib menyelenggarakan akuntansi transaski aset, utang & ekuitas (dari pencatatan hingga pelaporan) • Laporan Keuangan : Neraca, LRA, LAK, Catatan atas LK selambat-2nya 2 bulan sejak TA berakhir • LK disusun berdasakan LK-SKPD dan dilampiri ikhtisar LK BUMN/D • LK disampaikan kepada KDH dalam rangka Pertanggung jawaban pelaksanaan APBD • LK-PEMDA disampaikan BPK selambat-2nya: 3 Bulan • BPK audit : 2 bulan sejak diterima • KDH menyampaikan ke DPRD LK-PEMDA yang telah diaudit BPK selambat-2nya 6 bulan 118
  • 119. DEFICIT / SURPLUS • APBD Deficit  ditetapkan sumber pembiayaan untuk menutup deficits tsb • Deicits  ditutup dengan pembiayaan netto • Deficits dapat ditutup dengan : - SiLPA - pencairan dana cadangan - hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan - penerimaan pinjaman - penerimaan kembali pemberian pinjaman 119
  • 120. PENYELESAIAN KERUGIAN DAERAH • Setiap kerugian KD yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum harus segera diselesaikan menurut peraturan per-uu-an. • Pengenaan TGR dikenakan terhadap : - Bendahara - Pegawai Negeri Non Bendahara - Pejabat lain • Ka. SKPD segera melakukan TGR dan melaporkan ke KDH selambat- lambatnya 7 hari • Setelah diketahui KD, segera dimintakan SKTM, • Jika SKTM tidak memungkinkan, KDH membuat SK Pembebanan penggantian KD Sementara 120
  • 121. PENYELESAIAN KERUGIAN DAERAH • Bend, PNS, pejabat lain dalam pengampuan, melarikan diri, meninggal dunia  TGR beralih ke pengampu. • Kedaluwarsa pengampu : 3 tahun sejak SK pengampuan. • Bend, PNS dan pejabat lain yang telah dikenai TGR, dapat dikenai sanksi administrasi dan/atau pidana. • Putusan pidana, tidak membebaskan dari TGR • Kedaluwarsa TGR: - 5 tahun sejak diketahui kerugian daerah - 8 tahun sejak terjadinya kerugian tidak dilakukan TGR Pengenaan TGR : - Bendahara  ditetapkan oleh BPK - PNS  ditetapkan oleh Kepala Daerah 121
  • 122. Pengenaan Ganti Kerugian Daerah Kepada Bendahara • BPK menerbitkan surat keputusan penetapan batas waktu pertanggungjawaban bendahara atas kekurangan kas/barang yang terjadi, setelah mengetahui ada kekurangan kas/barang dalam persediaan yang merugikan keuangan daerah • Bendahara dapat mengajukan keberatan atau pembelaan diri kepada BPK dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima surat keputusan tersebut di atas 122
  • 123. Pengenaan Ganti Kerugian Daerah Kepada Bendahara • Apabila bendahara tidak mengajukan keberatan atau pembelaan ditolak, BPK menetapkan surat keputusan pembebanan penggantian kerugian daerah kepada bendahara yang bersangkutan • Gubernur/bupati/walikota melaporkan penyelesaian kerugian daerah kepada BPK selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah diketahuinya kerugian daerah dimaksud 123
  • 124. TATA CARA PENYELESAIAN KERUGIAN KEUANGAN DAERAH • Melalui Upaya Damai • Melalui Tuntutan Perbendaharaan • Melalui Tuntutan Ganti Rugi • Melalui Cara Lain mis. Upaya paksa 124
  • 125. DALUWARSA TP/TGR 1. Tuntutan Perbendaharaan (TP) a. TP Biasa dinyatakan daluwarsa (lewat waktu) apabila baru diketahui setelah lewat 30 (tiga puluh) tahun sejak kekurangan kas/barang tersebut diketahui, dalam kasus dimaksud tidak dilakukan upaya-upaya damai. b. TP khusus terhadap ahli waris atau yang berhak lainnya dinyatakan daluwarsa (lewat waktu) apabila jangka waktu 3 (tiga) tahun telah berakhir setelah : 1) Meninggalnya bendahara tanpa adanya pemberitahuan. 2) Jangka waktu untuk mengajukan keberatan berakhir, sedangkan surat keputusan pembebanan tidak pernah ditetapkan. 125
  • 126. DALUWARSA TP/TGR 2. Tuntutan Ganti Rugi Biasa • TGR dinyatakan daluwarsa setelah lewat 5 (lima) tahun sejak akhir tahun kerugian daerah diketahui atau setelah 8 (delapan) tahun sejak akhir tahun dimana kerugian tersebut terjadi/perbuatan tersebut dilakukan 126