Manuskrip langka taubatnya syi'ah di hadapan imam ja'far
Saat beliau berdakwah di thaif
1. Saat beliau berdakwah di Thaif, tak ada yang didapatkan kecuali hinaan dan
pengusiran yang keji. Ketika Rasulullah menyadari usaha dakwahnya itu tidak
berhasil, beliau memutuskan untuk meninggalkan Thaif. Tetapi penduduk Thaif
tidak membiarkan beliau keluar dengan aman, mereka terus mengganggunya
dengan melempari batu dan kata-kata penuh ejekan. Lemparan batu yang
mengenai Nabi demikian hebat, sehingga tubuh beliau berlumuran darah.
Dalam perjalanan pulang, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjumpai
suatu tempat yang dirasa aman dari gangguan orang-orang jahat tersebut. Di sana
beliau berdoa begitu mengharukan dan menyayat hati. Demikian sedihnya doa
yang dipanjatkan Nabi, sehingga Allah mengutus malaikat Jibril untuk
menemuinya. Setibanya di hadapan Nabi, Jibril memberi salam seraya berkata,
“Allah mengetahui apa yang telah terjadi padamu dan pada orang-orang ini. Allah
telah memerintahkan malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintahmu.”
Sambil berkata demikian, Jibril memperlihatkan para malaikat itu kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Kata malaikat itu, “Wahai Rasulullah, kami siap untuk menjalankan perintah
tuan. Jika tuan mau, kami sanggup menjadikan gunung di sekitar kota itu
berbenturan, sehingga penduduk yang ada di kedua belah gunung itu akan mati
tertindih. Atau apa saja hukuman yang engkau inginkan, kami siap
melaksanakannya.”
Mendengar tawaran malaikat itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,
dengan sifat kasih sayangnya berkata,”Walaupun mereka menolak ajaran Islam,
saya berharap dengan kehendak Allah, keturunan mereka pada suatu saat nanti
akan menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya.”
Ketika Makkah berhasil ditaklukkan, beliau berkata kepada orang-orang yang
pernah menyiksanya,”Bagaimanakah menurut kalian, apakah yang akan
kulakukan terhadapmu?” Mereka menangis dan berkata,” Engkau adalah saudara
yang mulia, putra saudara yang mulia.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda,”Pergilah kalian! Kalian adalah orang-orang yang dibebaskan. Semoga
Allah mengampuni kalian.” (HR. Thabari, Baihaqi, Ibnu Hibban, dan Syafi’i).
Abu Sufyan bin Harits, sepupu beliau, lari dengan membawa semua anak-anaknya
karena pernah menyakiti Rasulullah, maka Ali bin Abi Thalib ra,
bertanya kepadanya,”Hai Abu Sufyan, hendak pergi kemanakah kamu?” Ia
menjawab, “Aku akan keluar ke padang sahara. Biarlah aku dan anak-anakku
mati karena lapar, haus, dan tidak berpakaian.”
Ali bertanya,”MEngapa kamu lakukan itu?” Ia menjawab,”Jika Muhammad
menangkapku, niscaya dia akan mencincangku dengan pedang menjadi
2. potongan-potongan kecil.” Ali berkata,”Kembalilah kamu kepadanya dan
ucapkan salam kepadanya dengan mengakui kenabiannya dan katakanlah
kepadanya sebagaimana yang pernah dikatakan oleh saudara-saudara Yusuf
kepada Yusuf, … Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas
kami dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa). (QS.
Yusuf : 91).
Abu Sufyan pun kembali kepada Rasulullah dan berdiri di dekat kepalanya, lalu
mengucapkan salam kepada beliau seraya berkata,”Wahai Rasulullah, demi
Allah,
قَالُوا تَاهللَِّ لَقَدْ آثَرَكَ اهللَُّ عَلَيْنَا وَإِنْ كُنها لَخَاطِئِينَ
sesungguhnya Allah telah melebihkan engkau atas kami dan sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang bersalah (berdosa). (QS Yusuf: 91).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun menengadahkan pandangannya,
sedang air matanya membasahi pipinya yang indah hingga membasahi
jenggotnya. Rasulullah menjawab dengan menyitir firman-Nya,… Pada hari ini
tidak ada cercaan terhadap kamu. Mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu)
dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. (QS. Yusuf: 92).