PILAR 3. STBM. Pengelolaan Makanan & Minuman Rumah TanggaAyok Putra
Salah satu Pilar yang masih berat, dalam pelaksanaan STBM Perkotaan. Mengingat sebagain besar sumber air bersih adalah PDAM maka sebagian besar pula masyarakat hanya mengenal Opsi Merebus, padahal kualitas air baku, kontinuitas dan infrastruktur yg sudah lama, maka opsi merebus untuk mendapatkan Air Minum di perkotaan sudah perlu di sosialisasikan selain merebus.
Dasar-dasar Sanitasi Permukiman menjelaskan mengenai apa dan mengapa permasalahan sanitasi, dan bagaimana memperbaiki kualitas lingkungan permukiman khususnya melalui pengelolaan sistem air limbah, persampahan dan drainase lingkungan yang lebih baik.
PILAR 3. STBM. Pengelolaan Makanan & Minuman Rumah TanggaAyok Putra
Salah satu Pilar yang masih berat, dalam pelaksanaan STBM Perkotaan. Mengingat sebagain besar sumber air bersih adalah PDAM maka sebagian besar pula masyarakat hanya mengenal Opsi Merebus, padahal kualitas air baku, kontinuitas dan infrastruktur yg sudah lama, maka opsi merebus untuk mendapatkan Air Minum di perkotaan sudah perlu di sosialisasikan selain merebus.
Dasar-dasar Sanitasi Permukiman menjelaskan mengenai apa dan mengapa permasalahan sanitasi, dan bagaimana memperbaiki kualitas lingkungan permukiman khususnya melalui pengelolaan sistem air limbah, persampahan dan drainase lingkungan yang lebih baik.
Sanitasi tempat umum diperlukan untuk melakukan upaya menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta mencegah berbagai penyakit yang dapat menular melalui makanan serta higiene seseorang
Sanitasi tempat umum diperlukan untuk melakukan upaya menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta mencegah berbagai penyakit yang dapat menular melalui makanan serta higiene seseorang
Materi Dasar Kesehatan Lingkungan; Penyehatan Perumahan dan Permukiman
Fakultas Kesehatan Masyarakat Kelas Alih Program
Universitas Sriwijaya Tahun 2013
pelajaran geografi kelas 10
Geografi pada hakekatnya mempelajari permukaan bumi melalui pendekatan keruangan yang mengkaji keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan kewilayahannya. Pentransformasian pengetahuan geografi lebih efektif jika disajikan melalui media peta, hal ini karena peta merupakan media yang sangat penting dalam pem-belajaran geografi. Pembelajaran Geografi pada materi “Peta tentang pola dan bentuk-bentuk muka bumi” merasa belum mampu mengoptimalkan aktivitas siswa khususnya kemampuan membaca peta sehingga ber-pengaruh pada perolehan hasil belajar. Guru merasa kesulitan mem-belajarkan konsep-konsep geografi pada siswa. Hasil identifikasi awal, ditemukan beberapa indikator penyebab diantaranya: (1) minimnya kemampuan siswa menunjukkan letak suatu tempat/lokasi geografis tertentu, (2) kurangpahamnya siswa tentang orientasi peta (menentukan arah pada peta), (3) minimnya kemampuan siswa dalam mengartikan simbol-simbol yang ada pada peta, dan (4) kemampuan siswa mengungkap informasi yang ada pada peta sangat kurang. Pelatihan melengkapi peta diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam membaca peta sehingga ada peningkatan pada hasil belajar geografi.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca peta. Kemampuan membaca peta tersebut meliputi: (1) kemampuan menunjukkan letak suatu tempat/ lokasi geografis tertentu, (2) kemampuan mengartikan/ membaca simbol-simbol yang ada pada peta, dan (3) kemampuan memahami orientasi peta (menentukan arah pada peta).
Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian tindakan kelas model spiral Kemmis Taggart 1999. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan menggunakan rumus ”Gain Score” yaitu membandingkan data sebelum tindakan dengan data sesudah dilakukan tindakan. Tehnik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, angket, dan test. Instrumen penelitian adalah peneliti dan pedoman atau pengumpul data.
Hasil penelitian dalam tindakan siklus I, II, dan III pada pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) melalui pelatihan melengkapi peta setelah dilakukan refleksi, evaluasi serta analisis statistik deskriptif ternyata memperoleh peningkatan dalam hal; pertama, kemampuan membaca peta pada pra tindakan hanya memperoleh nilai 50% akan tetapi setelah dilakukan tindakan dalam setiap siklus ternyata mengalami peningkatan yaitu 56% (siklus I), 63% (siklus II), dan 72% (siklus III); kedua, proses pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Rubaru melalui pelatihan melengkapi peta pada setiap siklus juga memperoleh peningkatan yaitu 63% (siklusI), 65% (siklus II), dan 70% (siklus III); ketiga, aktivitas belajar siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan yaitu 50% (siklus I), 65% (siklus II), dan 75% (siklus III).
Temuan penelitian ini mendukung teori perkembangan yang dikemukakan Piaget dan Vygotsky bahwa pros
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...aisyrahadatul14
Pencemaran udara adalah pelepasan zat-zat berbahaya ke atmosfer, seperti polusi industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran sampah. Dampaknya terhadap lingkungan sangat serius. Udara yang tercemar dapat merusak lapisan ozon, memicu perubahan iklim, dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Bagi makhluk hidup, pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, dan bahkan kematian. Lingkungan juga terdampak dengan terganggunya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...d1051231079
Hujan asam merupakan kombinasi ringan dari asam sulfat dan asam nitrat. Hujan asam biasanya terjadi di daerah-daerah yang padat penduduk dan banyaknya aktivitas manusia dalam kegiatan transportasi. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari kegiatan industri dan transportasi merupakan penyebab terjadinya peristiwa hujan asam apabila emisi gas tersebut bereaksi dengan air hujan, dimana senyawa yang bersifat asam terbentuk. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari aktivitas manusia dapat berubah menjadi nitrat (NO3 - ) dan sulfat (SO4 2-) melalui proses fisika dan kimia yang kompleks. Sulfat dan nitrat lebih banyak berbentuk asam yang terlarut dalam air hujan. Keasaman air hujan berhubungan erat dengan konsentrasi SO2 dan NO2 yang terlarut di dalam air hujan. Semakin tinggi konsentrasi SO2 dan NO2 , maka dapat mengakibatkan nilai keasaman air hujan semakin asam .Deposisi asam yang berasal dari emisi antropogenik SO2 dan NOx , memiliki pengaruh besar pada biogeokimia, dan menyebabkan pengasaman tanah dan air permukaan, eutrofikasi ekosistem darat dan air dan penurunan keanekaragaman hayati di banyak wilayah.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfd1051231033
Tanah merupakan bagian terpenting dalam bidang pertanian, peranan tanah juga sangat kompleks bagi media perakaran tanaman. Tanah mampu menopang dan menyediakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, udara dan air. Bahan mineral tersusun dari hasil aktivitas pelapukan bebatuan, sedangkan bahan organik berasal dari pelapukan serasah tumbuhan akibat adanya aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Salah satu jenis tanah adalah tanah sulfat masam. Tanah sulfat masam ini keberadaannya di daerah rawa pasang surut. Sering kali tanah sulfat masam dijumpai pada lahan gambut terdegradasi yang mengakibatkan tanah mengandung pirit (FeS2) naik kepermukaan. Tanah sulfat masam yang mengandung pirit ini juga mengganggu pertumbuhan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman menyebabkan lahan ini nantinya akan ditinggalkan petani bila tidak dilakukan usaha perbaikan atau menjadi lahan bongkor.
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfd1051231031
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan seperti pepohonan maupun semak-semak, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (Ground fire), membakar bahan organicmelalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar ataupun pohon yang bagian atasnya terbakar. Selanjutnya api menjalar secara vertical dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang Nampak di atas permukaan, yang sering dikenal dengan kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang bersifat masiv. Oleh karena peristiwa kebakaran tersebut terjadi di bawah tanah dan tidak nampak di permukaanselain itu tanahnya merupakan tanah basah/gambut yang mengandung air maka proses kegiatan pemadamannya tentu akan menimbulkan kesulitan.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
2. BACKGROUND
• Rendahnya taraf kesehatan jasmani dan rohani
menyebabkan penghuni rumah mudah terjangkit
penyakit, mengurangi daya kerja dan
produktivitas.
• Untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal yang
sehat dan menyenangkan, diperlukan rumah yang
memenuhi kriteria higiene bangunan.
3. UU NO.1 TAHUN 2011
Tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan
kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran sangat strategis dalam
pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya
membangun manusia Indonesia seutuhya, berjati diri, mandiri dan produktif.
4. WHO mendefinisikan
rumah sebagai tempat
untuk tumbuh dan
berkembang, baik secara
jasmani, rohani dan
sosial
Diperlukan segala fasilitas
untuk tumbuh dan
berkembang. Fasilitas tsb
harus ada didekat rumah
seperti sekolah, toko,
pasar, tempat kerja, fasilitas
air bersih, sanitasi, dll
(Wahyningsih, 1999)
APHA : Rumah sehat adalah
tempat untuk berlindung atau
bernaung dan tempat untuk
beristirahat, sehingga
menumbuhkan kehidupan yang
sempurna baik fisik, rohani
maupun mental
5. UU NO.1 TAHUN 2011
Tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman
Pasal 1 (2) Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian
dari pemukiman, baik perkotaan maupun pedesaan, yang dilengkapi
dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya
pemenuhan rumah yang layak huni
Pasal 1 (3) Kawasan pemukiman adalah bagian dari lingkungan
hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan
maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan
6. KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA
WILAYAH NOMOR: 403/KPTS/M/2002
TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH
SEDERHANA SEHAT (Rs SEHAT)
Rumah adalah merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia dan merupakan faktor penting dalam peningkatan
harkat dan martabat manusia, maka perlu diciptakan kondisi
yang dapat mendorong pembangunan perumahan untuk
menjaga kelangsungan penyediaan perumahan bagi seluruh
lapisan masyarakat
7. UU NO.1 TAHUN 2011
Tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman
Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi
sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana
pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
8. FUNGSI RUMAH (APHA)
1. Rumah adalah tempat memenuhi kebutuhan
jasmani (fisik) manusia yang pokok.
2. Rumah adalah tempat memenuhi kebutuhan
rohani (psikis) manusia yang pokok.
3. Rumah adalah tempat perlindungan terhadap
penyakit menular.
4. Rumah adalah tempat perlindungan terhadap
kecelakaan
9. PEMUKIMAN DAN PERUMAHAN
Diselenggarakan dengan berasaskan :
a. Kesejahteraan
b. Keadilan dan pemerataan
c. Keefisienan dan kemanfaatan
d. Kemandirian dan kebersamaan
e. Kemitraan
f. Keserasian dan keseimbangan
g. Keterpaduan
h. Kesehatan
i. Kelestarian dan keberlanjutan
j. Keselamatan, keamanan, ketertiban dan keberlanjutan
12. VENTILASI
Proses penyediaan udara segar ke dalam & pengeluaran udara
kotor dari ruang tertutup, secara alami ataupun mekanis
PENGARUH VENTILASI BURUK
Ventilasi baik. ukuran 5 -20% luas lantai.
Di pegunungan, minimal 5% luas lantai,
Di dataran rendah, min. 10%
Di daerah pantai, min. 20% luas lantai
Pengaturan udara dalam ruangan terbaik dengan ventilasi silang
13. VENTILASI SILANG
Memasukkan udara bersih ke dalam
ruang melalui lubang angin dan jendela
& mengeluarkan udara kotor keluar
ruang melalui lubang angin dan jendela
yang berhadapan (180o
) baik secara
alami maupun mekanis.
14. PENERANGAN
• Diukur pd bidang datar setinggi 84 cm dari lantai suatu
ruang kediaman. Intensitas cahaya minimal 5 foot
candle / 50 lux. Intensitas cahaya unt koridor & gang,
min. 20 lux.
• Penerangan cukup. Ukuran penerangan alami sama
dengan ukuran pada ventilasi antara 5-20% luas lantai
tergantung daerah dimana lokasi tersebut berada.
• Penerangan alami berupa kaca bening di jendela min.
10% luas lantai. Tempat kerja, penerangan alami min
20% luas lantai.
15. KEBISINGAN
Tidak bising. Kebisingan di rumah maksimal 50dB;
di kamar tidur maksimal 30 dB
Kebisingan diatas NAB dan kosntan dapat memicu
strees dan mengganggu konsentrasi
16. KUALITAS UDARA IDEAL
• Suhu antara 18-30 °
C, kelembaban udara 40-
50%, gerak udara 5-20 cm/det atau volume
pertukaran udara bersih 25-30 feet3
/menit
• Di Indonesia, gangguan iklim sangat
berpengaruh. Panas matahari 10 jam/hr,
07.00 – 17.00, perbedaan suhu 2-5°
C,
Kelembaban tinggi, 85%, curah hujan tinggi,
1.800 mm/th.
17. PENYEDIAAN AIR BERSIH
Air
a. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60
liter/hari/orang
b. Kualitas air minum harus memenuhi persyaratan kualitas
air bersih dan/atau air minum sesuai dengan peraturan
perundang – undangan yang berlaku.
18. PENGELOLAAN LIMBAH
Limbah
a. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak
mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau
dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak
menimbulkan bau, pencemaran terhadap
permukaan tanah serta air tanah.
19. KOMPONEN PENATAAN RUANG
Komponen rumah harus memiliki persyaratan fisik dan biologis sebagai
berikut :
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
b. Dinding :
1) Di ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan daran ventilasi sebagai
tempat pertukaran udara.
2) Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan.
c. Langit – langit harus mudah dibersihkan dan rawan kecelakaan.
d. Ruang didalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu,
ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, dapur, kamar mandi dan ruang
bermain anak.
e. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.
20. STANDARD RUMAH SEHAT
NO PARAMETER STANDARD
1 Air bersih 30-60;60-120;135 l/orghari
2 Pembuangan feces 1.125 m3
3 Pembuangan sampah 1 kg/org
4 Pembuangan air kotor SPAL tertutup & memilki resapan
5 Vektor penyakit Minimal, mis jentik <5
cont/100rmh)
6 Ventilasi 5-20 % luas lantai
7 Suhu indoor dan outdoor 18-10°& 20-25°
8 Penerangan 100-200 lux
9 Luas kamar tidur per org 4,5 m2
10 Luas rumah per org 10 m2
14 kelembaban 40-50%
15 Konstruksi Kuat dan tidak bocor
21. RUMAH SEHAT DAN DAMPAKNYA
NO PARAMETER DAMPAK
1 Air bersih Water borne disease, caries gigi, ginjal
2 Pembuangan feces Typus, kolera. disentri
3 Pembuangan sampah Lalat/kecoa/tikus, merusak estetika
4 Pembuangan air kotor Pencemaran air tanah & tanah
5 Vektor penyakit DBDB, Malaria, Filariasis
6 Ventilasi Bronchitis, asma, ISPA
7 Suhu indoor dan outdoor ISPA
8 Penerangan Mata lelah/mudah lelah
9 Luas kamar tidur per org Gangguan psikologis
10 Luas rumah per org Kurang privacy
14 kelembaban Perkembangbiakan mikroorganisme
15 Konstruksi Kecelakaan
22. PSIKIS CONDITION (APHA)
1. Terdapat ketenangan & rasa aman di rumah
2. Anak laki-laki dan perempuan berumur di atas 10
tahun harus tidur terpisah
3. Ada kemungkinan hidup bermasyarakat
4. Ada kemungkinan bagi masing-masing anggota
keluarga mengembangkan sifat & kepribadian
yang kuat
23. SAFETY CONDITION (APHA)
Bahan bangunan
a. Tidak terbuat dari bahan – bahan yang dapat
mengeluarkan zat – zat yang membahayakan kesehatan,
antara lain :
1) Debu total tidak lebih dari 150μg/m3
2) Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/jam
3) Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh
dan berkembangnya mikroorganisme pathogen.
24. MASALAH RUMAH & ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
A. LINGKUNGAN INTERNAL
1. Teknis
2. Manajeman
B. LINGKUNGAN EXTERNAL
Gersang: suhu lingkungan terlalu tinggi tanam
pohon berdaun lebar
Tinggi rumah rendah (< 240 cm) tinggikan
bangunan,
Rumah terlalu gelap ventilasi, sky light, genteng
kaca