SlideShare a Scribd company logo
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan jasmani merupakan suatu pendidikan yang tujuan untuk
mengembangkan kebugaran jasmani, mental, sosial, serta emosional bagi
masyarakat dengan wahana aktivitas jasmani. Sedangkan pendidikan jasmani di
sekolah merupakan bagian dari tujuan pendidikan nasional yang mana
pengajarannya hanya mengajarkan kemampuan gerak dari keterampilan dasar
olahraga. Gerakan olahraga tersebut akan memunculkan adanya rasa senang bagi
peserta didik sehingga memudahkan usaha dari pendidikan dalam mencapai
tujuannya.
Gerakan-gerakan yang terdapat pada semua cabang olahraga pada intinya
merupakan gerakan dasar yang berasal dari gerakan olahraga atletik. Atletik juga
merupakan sarana pendidikan jasmani bagi peserta didik dalam upaya
peningkatan daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelentukan dan lain
sebagainya. Pembelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu muatan
pendidikan dalam segala jenjang tingkatan pendidikan.
Selain untuk keseragaman materi pendidikan, juga merupakan salah satu
metode pencapaian sasaran pendidikan atau berusaha mencapai suatu taraf
prestasi tertentu. Hal ini ditandai dengan sering diadakannya kejuaran atau
pertandingan yang memperlombakan cabang-cabang olahraga diantaranya adalah
atletik yang meliputi jalan, lari, lompat, dan lempar. Cabang olahraga atletik
1
2
dikenal ada empat nomor lompat, yaitu nomor lompat jauh, lompat jangkit,
lompat tinggi, dan lompat tinggi galah. Lompat jauh merupakan salah satu unsur
nomor atletik yang wajib diajarkan pada mahasiswa Pendidikan Jasmani
Kesehatan dan Rekreasi.
Prestasi olahraga adalah puncak penampilan dari seorang olahragawan
yang dicapai dalam suatu pertandingan atau perlombaan, setelah melalui berbagai
macam latihan dan uji coba. Demikian pula pada setiap orang yang telah belajar
dan menekuni cabang olahraga atletik nomor lompat, untuk memperoleh hasil
yang maksimal tidak terlepas dari usaha pembinaan. Pembinaan merupakan suatu
usaha yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi. Melalui pembinaan olahraga
dapat ditingkatkan kesegaran jasmani, pengertian mengenai prinsip hidup sehat,
pembinaan mental bahkan pada masa itu harus ditanam, dipupuk dan
dikembangkan untuk mencapai prestasi olahraga yang tinggi.
Menurut Syarifuddin (dalam Jahruddin, 2010:2) bahwa “Lompat jauh
adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam
upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara)
yang dilakukan dengan cepat dengan jalan melakukan tolakkan pada satu kaki
untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya”.
Perkembangan olahraga sekarang ini perlu mendapatkan pembinaan
khusus yang serius pada tiap-tiap cabang olahraga khususnya pada cabang
olahraga atletik nomor lompat jauh. Pengembangan serta peningkatan potensi dan
kemampuan fisik di nomor lompat jauh sangat dibutuhkan terutama ditekankan
3
pada bagian tubuh yang memegang peranan penting dalam lompat jauh,
diantaranya adalah potensi dan unsur fisik yaitu kelentukan togok.
Menurut Sajoto (1995:7) mengemukakan bahwa ”Ada empat macam
kelengkapan yang perlu di miliki apabila seseorang akan mencapai suatu prestasi
yang optimal yaitu meliputi (1) Pengembangan fisik (Physical Build-Up), (2)
Pengembangan teknik (Technical Build-Up), (3) Pengembangan mental (Mental
Buld-Up) dan (4) Kematangan juara. Sedangkan menurut Sukadiyanto (2005:129)
bahwa “Secara garis besar faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
kemampuan fleksibilitas seseorang antara lain adalah (1) elastisitas otot, (2) tendo
dan ligament, (3) susunan tulang, (4) bentuk persendian, (5) suhu dan temperatur
tubuh, (6) umur, (7) jenis kelamin dan (8) bioritme”.
Potensi dan kemampuan fisik merupakan salah satu yang sangat esensial
dalam menunjang prestasi atlet. Berkaitan dengan lompat jauh gaya lenting,
kelentukan atau fleksibilitas togok merupakan salah satu aspek kondisi fisik yang
sangat penting dalam pencapaian prestasi optimal.
Kendala yang banyak terjadi pada mahasiswa adalah mereka terkadang
tidak melatih kondisi fisik mereka secara prima yaitu kodisi kelentukan togok
mereka. Oleh sebab itu, peneliti berasumsi bahwa mahasiswa yang memiliki
kelentukan togok yang baik, diprediksi akan erat kaitannya dengan kemampuan
dalam lompat jauh gaya lenting. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa untuk
dapat melakukan lompat jauh dengan waktu yang relatif singkat atau cepat dan
dapat menghasilkan lompatan sejauh mungkin ke depan, maka terlebih dahulu
harus memiliki potensi dan kondisi fisik yaitu kelentukan togok yang baik.
4
Unsur kondisi fisik yang dibutuhkan dalam lompat jauh adalah
kelentukan togok. Peranan kelentukan togok atau kelentukan tubuh dibutuhkan
pada saat melayang di udara dengan menggunakan gaya lenting, selain itu juga,
kelentukan togok dibutuhkan pada saat akan mendarat. Kelentukan togok
mendukung laju kecepatan tubuh ke depan serta dapat menunjang jauhnya tubuh
ke depan waktu mendarat.
Salah satu program studi di Universitas Serambi Mekkah yaitu Program
Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi angkatan 2011 memiliki
banyak mahasiswa. Namun pada kenyataannya dalam proses perkuliahan dalam
mata kuliah atletik nomor lompat jauh, lompatan mereka tidak sejauh dengan apa
yang diharapkan, dimana lompatan para mahasiswa putra PJKR Universitas
Serambi Mekkah angkatan 2011 hanya sebagian yang memiliki hasil lompatan
yang cukup jauh dan sebagiannya masih kurang jauh.
Berdasarkan dari uraian tersebut di atas, maka penulis mencoba meneliti
tentang kelentukan togok yang dianggap dapat meningkatkan kemampuan lompat
jauh gaya jongkok mahasiswa putra PJKR USM angkatan 2011. Berdasarkan dari
latar belakang tersebut, maka penulis bermaksud untuk mengetahui secara pasti
tentang adanya kontribusi Kelentukan togok terhadap kemampuan lompat jauh
dengan mengangkat judul penelitian “Kontribusi kelentukan togok terhadap
kemampuan lompat jauh gaya lenting pada mahasiswa putra PJKR Universitas
Serambi Mekkah angkatan 2011”.
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. bagaimanakah tingkat kelentukan mahasiswa putra PJKR Universitas
Serambi Mekkah Angkatan 2011 ?
2. Bagaimanakah tingkat kemampuan lompat jauh gaya menggantung
(Lenting) pada mahasiswa putra PJKR Universitas Serambi Mekkah
angkatan 2011?
3. Apakah ada hubungan antara kelentukan togok terhadap kemampuan
lompat jauh gaya lenting pada mahasiswa putra PJKR Universitas
Serambi Mekkah angkatan 2011?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk tingkat kelentukan pada mahasiswa putra PJKR Universitas
Serambi Mekkah angkatan 2011.
2. Untuk mengetahui Kemampuan lompat jauh gaya menggantung (lenting)
pada mahasiswa putra PJKR Universitas Serambi Mekkah angkatan 2011.
3. Untuk mengetahui apakah ada kontribusi kelentukan togok dengan
kemampuan lompat jauh pada mahasiswa putra PJKR Universitas Serambi
Mekkah angkatan 2011.
6
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui kontribusi kelentukan togok
terhadap kemampuan lompat jauh gaya lenting seseorang.
2. Sebagai bahan perbandingan terhadap faktor-faktor lain yang ada kaitannya
dengan peningkatan hasil lompat jauh gaya lenting.
3. Bagi penulis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
meningkattkan pemahaman tentang lompat jauh gaya lenting dan hal-hal yang
mempengaruhinya.
3. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan tambahan kepustakaan, serta dapat
dijadikan wacana, agar pembaca memperoleh wawasan dan pengembangan
cabang olahraga lompat jauh.
5. Hasil dari Penelitian ini dapat dijadikan wacana kepustakaan bagi Universitas
Serambi Mekkah dan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
Rekreasi (PJKR), agar pembaca memperoleh wawasan dalam pengembangan
cabang olahraga lompat jauh gaya lenting khususnya bagi mahasiswa PJKR.
1.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai suatu hal yang di buat
untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya
(Sudjana : 2002:219).
Berdasarkan uraian di atas, adapun yang menjadi hipotesis dalam
penelitian ini adalah “ adanya hubungan antara kelentukan togok terhadap
7
kemampuan lompat jauh gaya lenting pada mahasiswa PJKR Univesitas Serambi
Mekkah angkatan 2011.
1.6 Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari terjadinya pengertian yang keliru tentang konsep
yang terlibat dalam penelitiian ini, maka diperlukan batasan-batasan serta
penjelasan secara operasional yaitu sebagai berikut:
1. Hubungan
Pengertian “hubungan” adalah cara peneliti mendeskripsikan sifat
hubungan antara variabel-variabel yang diteliti apakah hubungan itu
bersifat sebab-akibat atau bersifat timbal balik (Sugiyono, 2001:19)
2. Kelentukan Togok
Kelentukan togok adalah kemampuan otot togok ke belakang
dalam ruang gerak sendi yang luwes (Harsono, 1988:160).
3. Kemampuan Lompat Jauh Gaya Lenting
Kemampuan lompat jauh gaya lenting adalah kemapuan seseorang
untuk mencapai jarak lompatan sejauh mungkin dengan menggunakan
gaya menggantung (lenting). (Djumidar,2001:13)
4. Hubungan kelentukan terhadap hasil lompat jauh
Hubungan kelentukan terhadap hasil lompat jauh adalah sebuah
penelitian yang akan dijalankan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
ada hubungan antara kelentukan terhadap hasil lompat jauh mahasiswa
PJKR USM angaktan 2011.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Lompat Jauh
Lompat jauh adalah salah satu cabang atletik dimana seorang atlet pada
saat melompat menggabungkan kecepatan, kekuatan, dan ketangkasan dalam
upaya untuk melompat sejauh mungkin dari titik lepas landas / papan tumpuan.
Cabang atletik ini telah menjadi acara medali Olimpiade sejak Olimpiade modern
pertama pada tahun 1896 dan memiliki sejarah panjang dalam Olimpiade Kuno.
Atlet lompat jauh ini bertanding dan akan berlari di rute (pada tingkat elit,
biasanya memiliki permukaan yang sama dengan trek lari) dan melompat sejauh
mungkin kemudian menginjak papan kayu yang diisi pasir atau tanah. Jarak
minimum dari papan ke tanda yang dibuat oleh atlit akan diukur. Jika seseorang
itu memulai lompatannya dimana bagian kakinya di depan atau melebihi papan
(satu lapisan plastisin diletakkan dengan cepat di depan papan untuk mendeteksi
ketepatan ini), lompatannya dinyatakan salah atau batal / dis dan tidak ada jarak
akan dicatat.
Format sebenarnya pertandingan ini berbeda, tetapi secara umum peserta
akan mendapat beberapa kali percobaan untuk membuat lompatan dan hanya
lompatan yang terpanjang akan dihitung sebagai hasilnya. Peserta dengan
lompatan sah yang paling jauh di akhir pertandingan akan dihitung sebagai
juara.Kecepatan saat berlari dan tinggi loncatan merupakan kunci lompatan yang
jauh.Lompat jauh telah dijadikan salah satu cabang atletik pada acara Olimpiade.
8
9
Acara ini juga dicatat sebagai dua dari rekor dunia yang paling lama dalam
suatu acara trek dan lapangan. Pada tahun 1935, Jesse Owens mencatat rekor
dunia yang tidak dipecahkan hingga 1960 oleh Ralph Boston.
Lompat jauh adalah salah satu dari cabang atletik Olimpiade di Yunani
Kuno. Seseorang atlit akan memegang beban pada kedua tangan yang disebut
halteres. Beban ini akan dilayangkan ke depan seiring ketika atlet melompat untuk
menambah momentum dan dilemparkan ke belakang ketika berada di udara untuk
mendorongnya ke depan.
Dahulu lompat jauh merupakan acara kuno yang diawali dari seorang pria
yang dipanggil Chionis di mana pada Olimpiade 656 SM mencatat lompatan
sejauh 7 m 5 cm
2.2 Jenis – Jenis Lompat Jauh.
Lompat jauh adalah suatu akivitas gerakan yang dilakukan di dalam
lompatan untuk mencapai lompatan yang sejauh-sejauhnya Djumidar (2004:2).
Ukuran Lapangan lompat jauh untuk jarak awalan lari sampai balok tumpuan 45
m, balok tumpuan tebal balok 10 cm, panjang balok 1,72 m, lebar balok 30 cm,
bak lompatan panjang 9 m, lebar 2,75 m, kedalaman bak lompat ± 1 meter (PASI
2012). Gerak lompat jauh merupakan gerakan dari perpaduan antara Kecepatan
(speed), Kekuatan (stenght), Kelenturan (flexibility), Daya tahan (endurance),
Ketepatan (acuration). Para peneliti membuktikan bahwa suatu prestasi lompat
jauh tergantung pada kecepatan daripada awalan atau ancang-ancang. oleh
karenanya di samping memiliki kemampuan sprint yang baik harus didukung juga
10
dengan kemampuan dari tolakan kaki atau tumpuan. Lompat jauh merupakan
salah satu nomor lompat selain lompat jangkit, lompat tinggi, dan lompat tinggi
galah. Tujuan lompat jauh adalah lompat melompat sejauh-jauhnya dengan
memindahkan seluruh tubuh dari titik-titik tertentu ke titik lainnya, dengan cara
berlari secepat-cepatnya kemudian menolak, melayang di udara dan mendarat.
Menurut Djumidar (2001: 12.42) ada tiga cara sikap melayang di
udara(gaya) dalam lompat jauh, diantaranya:
a) Gaya jongkok (waktu melayang bersikap jongkok)
b) Gaya lenting (waktu di udara badan dilentingkan) atau sering disebut gaya
menggantung.
c) Gaya berjalan diudara (waktu di udara kaki bergerak seolah-olah berjalan).
2.3. Lompat Jauh Gaya Menggantung (Lenting)
Lompat jauh gaya menggantung merupakan salah satu gaya dalam nomor
lompat. Pada dasarnya, teknik yang dimiliki setiap gaya dalam nomor lompat jauh
sama saja. Namun, perbedaannya terletak saat sikap di udara (Djunidar 2004:20),
seperti lompat jauh gaya menggantung. Teknik gerakan ini disebut sebagai gaya
menggantung karena sikap tubuh saat berada di udara seperti menggantung atau
melenting sehingga gaya ini juga dikenal sebagai lompat jauh gaya lenting.
11
2.4. Teknik Dasar Lompat Jauh Gaya Melenting
Lompat jauh gaya menggantung merupakan salah satu gaya dalam nomor
lompat. Pada dasarnya, teknik yang dimiliki setiap gaya dalam nomor lompat jauh
sama saja. Namun, perbedaannya terletak saat sikap di udara (Djunidar 2004:20),
seperti lompat jauh gaya menggantung. Teknik gerakan ini disebut sebagai gaya
menggantung karena sikap tubuh saat berada di udara seperti menggantung atau
melenting sehingga gaya ini juga dikenal sebagai lompat jauh gaya lenting.
Menurut Djumidar (2004:20) ada beberapa teknik lompat jauh gaya
lenting yang harus diperhatikan agar mendapatkan hasil lompat jauh yang optimal.
Teknik lompat jauh gaya melenting terdiri awalan,tolakan, posisi tubuh saat
berada di udara dan pendaratan.
a) Awalan atau ancang-ancang
Menurut Djumidar (2004:13) tujuan ancang-ancang adalah untuk
mendapatkan kecepatan yang setinggi-tingginya agar dorongan massa ke depan
lebih besar. Jarak ancang-ancang tergantung kematangan dan kemampuan
berekselerasi atas kecepatanya, dan untuk meningkatkan kemampuan kecepatan
ancang-ancang diperlukan program latihan yang baik, dan juga ketepatan
12
menumpu. Sebagai pelatihan pemberian jarak ancang-ancang yang pendek dengan
dimulai dari 5 langkah, 7 langkah, 9 langkah dan seterusnya sambil
memperhatikan kaki saat menumpu. Panjang awalan untuk melaksanakan awalan
lompat jauh tidak kurang dari 45 meter.
Awalan lompat jauh gaya menggantung dilakukan dengan cara lari cepat
dari jarak 35-45 meter. Namun, jarak tersebut tidak mutlak, tetapi disesuaikan
dengan kemampuan mencapai kecepatan maksimal setiap pelompat.
Cara melakukan awalan atau ancang-ancang lompat jauh sebagai berikut
Djumidar (2004:13) :
1) Lari ancang-ancang tergantung pada kemampuan masing-masing.
2) Tambah kecepatan lari ancang-ancang sedikit demi sedikit sebelum bertumpu
atau bertolak pada balok tumpu.
3) Pinggang diturunkan sedikitpada satu langkah akhir ancang-ancang.
b) Tumpuan atau tolakan
Menurut Djumidar (2004:15) tolakan merupakan suatu gerakan yang
penting untuk menentukan hasil lompatan yang sempurrna. Badan sewaktu
menumpu jangan terlalu condong seperti halnya melakukan lari/ ancang-ancang.
Tumpuan harus kuat, cepat dan aktif keseimbangan badan dijaga agar tidak oleng/
goyang. Berat badan sedikit di depan titik tumpu, gerakan kaki menelapak dari
tumit ke ujung kaki, dengan tempo yang cepat. Gerakan ayunan lengan sangat
membantu menambah ketinggian dan juga menjaga keseimbangan badan.
13
Tumpuan atau tolakan kaki harus kuat agar tercapai tinggi lompatan yang
cukup tanpa kehilangan kecepatan maju. Kaki ayun digerakkan secara aktif agar
membantu menaikkan badan dan menjaga keseimbangan berat badan sedikit di
depan titik tumpuan.
Cara melakukan tumpuan atau tolakan sebagai berikut (Djumidar, 2004:15)
1) Ayunkan paha dan kaki keposisi horizontal dan dipertahankan.
2) Luruskan sendi mata kaki,lutut, dan pinggang pada waktumelakukan tolakan.
3) Bertolaklah ke depan dan ke atas.
4) Sudut tolakan45 derajat.
c) Melayang diudara
Salah satu alasan mengapa disebut gaya menggantung atau melenting
adalah karena anggota bawah menggantung di bawah badan, kedua lutut
membentuk sudut siku-siku dan kedua lengan berada di atas kepala sehingga
posisi tersebut kelihatan sedang menggantung. Posisi menggantung tersebut
dimulai setelah pelompat melakukan lepas landas dan berakhir dan berakhir ketika
pelompat mempersiapkan diri untuk melakukan pendaratan, memperpanjang
gerakan menggantung yang tidak perlu dapat merugikan pelompat pada waktu
mendarat. Keseimbangan badan perlu diperhatikan agar tetap tepelihara hingga
mendarat.(Saputra,2001:121)
d) Mendarat
Gerakan-gerakan waktu pendaratan harus dua kaki. Yang perlu
diperhatikan saat mendarat adalah kedua kaki mendarat secara bersamaan diikuti
14
dengan dorongan pinggul ke depan sehingga badan tidak cenderung jatuh ke
belakang yang berakibat merugikan si pelompat itu sendiri (Djumidar (2004:15).
Untuk menghindarkan pendaratan pada pantat, kepala ditundukkan dan lengan
diayunkan ke depan sewaktu kaki menyentuh pasir. Titik berat badan akan
melampui titik pendaratan kaki di pasir. Kaki tidak kaku dan tegang, melainkan
lemas danlentur. Maka sendi lutut harus siap menekuk pada saat yang tepat.
Gerakan ini memerlukan waktu (timing) yang tepat.
2.5 Kelentukan Togok
Kelentukan merupakan unsur fisik yang sangat penting dan diperlukan
dalam Semua cabang olahraga. Karena kelentukan menunjukkan kualitas yang
memungkinkan suatu segmen persendian bergerak semaksimal mungkin menurut
kemungkinan gerak (luasnya persendian) sehingga memingkinkan otot atau
sekelompok otot untuk berkontraksi dalam posisi memendek dan memanjang
secara maksimal. Dalam hubungan tersebut, Abd. Adib Rani (2000:450)
mengemukakan bahwa “Flaksibility adalah suatu kemampuan seseorang
melakukan gerakan dengan amplitudo yang luas”.
Kualitas kelentukan tubuh ditentukan oleh elastisitas otot-otot, tendo atau
jaringan pengikat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang yang
memiliki otot yang elastis. Namun elastisitas otot dapat berkurang apabila tidak
melakukan latihan dalam jangka waktu yang lama. Latihan-latihan yang dapat
meningkatkan kelentukan dapat berupa latihan-latihan penguluran (stretching).
Dapat pula dikatakan bahwa kelentukan merupakan kemampuan melakukan
gerakan dalam ruang gerak sendi, sebagaimana yang dikemukakan oleh Harsono
15
(1988:163) bahwa “Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan
dalam ruang gerak sendi. Kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga
ditentukan oleh elastitis tidaknya otot-otot, tendo, dan ligamen”.
Selain itu dikemukakan oleh Rahantoknam (1988:125) bahwa
“Fleksibilitas merupakan rentang gerak persendian yang ada pada satu atau
sekelompok persendian”. Dengan elastisitas otot-otot dan luasnya persendian
seseorang akan lebih mudah menguasai keterampilan gerak dalam berbagai
cabang olahraga dan lebih cepat, karena kemungkinan geraknya akan lebih leluasa
dan gerakan-gerakan yang sulit dapat dilakukannya.
Menurut jenis kelentukan Rahantoknam (1988: 125) membagi ke dalam
dua bagian yaitu: Fkeksibilitas statis melalui rentang gerak sederhana seperti
tunduk perlahan-perlahan dan sentuh ubin. Fleksibilitas dinamis adalah kecakapan
untuk menggunakan rentang sendi dalam penampilan kegiatan fisik dengan
tingkat kecepatan yang diperlukan dalam penampilan.
Kelentukan badan yang dimiliki seorang atlet tidaklah berdiri sendiri
tanpa dukungan unsur fisik lainnya, akan tetapi unsur fisik lainnya turut
menentukan seperti kecepatan, dan kekuatan. Meskipun seseorang mempunyai
kekuatan yang baik belum tentu tingkat kelentukannya baik pula. Namun
seseorang atlet yang mempunyai tingkat kelentukan yang baik tanpa dukungan
kekuatan dan kecepatan, maka kelentukan tubuh yang dimilikinya tidak akan
kelihatan dalam penampilan aktivitas olahraga.
Tentang jaringan-jaringan dalam tubuh yang turut menentukan kualitas
kelentukan dikemukakan oleh Sadoso Sumosardjono (1987: 59) bahwa
16
“Kelentukan badan ditentukan oleh jaringan pengikat di dalam dan di sekitar
persendian serta otot-otot, dan juga tergantung pada bentuk kerangka persendian
tersebut”.
Dari uraian di atas tentang pengertian kelentukan, maka dapat
disimpulkan bahwa kelentukan (fleksibility) yaitu kemampuan seseorang untuk
melakukan gerakan-gerakan dengan mudah dan efisien.
Kolumna vertebralis (Togok) terdiri dari sejumlah tulang (yang disebut
vertebra) yang berhubungan kokoh, tetapi tetap dapat menghasilkan gerakan
terbatas satu sama lain. Kolumna vertebralis merupakan penyangga utama kepala
dan batang tubuh. Kolumna ini juga berfungsi melindungi medulla spinalis dan
Mempertahankan posisi tegak saat duduk dan berdiri. Pergerakan antara dua
vertebra yang berurutan sangat terbatas, tetapi gerakan kolumna vertebralis secara
keseluruhan cukup bermakna.
Fungsi-fungsi Kolumna Vertebralis (Togok) dapat diuraikan sebagai
berikut :
(1) menyangga berat kepala dan dan batang tubuh.
17
(2) tempat untuk perlekatan otot-otot.
(3) tempat untuk perlekatan otot-otot.
(4) memungkinkan gerakan kepala dan batang tubuh
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelentukan togok yaitu
kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan-gerakan luas dengan mudah dan
efisien pada bagian togoknya.
2.6 Hubungan Kelentukan Togok Terhadap Lompat Jauh Gaya Melenting
Lompat jauh adalah sebuah olah raga yang menuntut pelompat melakukan
gerakan tubuh di udara (pada saat melayang) agar mendapatkan hasil lompatan
yang maksimal (Djumidar, 2004:10). Kemampuan pelompat melakukan gerakan
tubuh pada saat di udara (melayang) sangat dipengaruhi oleh kelentukan togok
yang dia miliki, semakin tinggi tingkat kelentukan togok seseorang semakin
mudah dia melakukan gerakan tubuh pada saat di udara (melayang).
Dalam lompat jauh gerakan melayang dilakukan setelah meninggalkan
balok tumpuan. Pada saat melakukan gerakan melayang, keseimbangan badan
harus terjaga. Ayunan kedua tangan bisa membantu keseimbangan. Untuk
melakukan gerak ini terdapat beberapa teknik. Yang Pertama, Melayang dengan
sikap jongkok dengan cara waktu menumpu kaki ayun mengangkat lutut setinggi-
tingginya dan disusul oleh kaki tumpu dan kemudian sebelum mendarat kedua
kaki dibawa ke arah depan. Yang Kedua, Melayang dengan sikap bergantung cara
melakukanya yaitu waktu menumpu kaki ayun dibiarkan tergantung lurus, badan
tegak kemudian disusul oleh kaki tumpu dengan sikap lutut ditekuk sambil
18
pinggul didorong ke depan yang kemudian ke-dua lengan direntangkan ke atas
(Djumidar,2004). Hal ini hanya bisa dilakukan secara maksimal jika pelompat
memiliki kelentukan togok yang baik
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk melihat hubungan
kelentukan togok terhadap kemampuan lompat jauh.
Mitrisno, (2008:65) dalam penelitiannya mengatakan “Hasil penelitian
menunjukan bahwa, terdapat hubungan yang signifikan antara kelentukan togok
dengan kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada Pada Siswa SMP Olahraga
Negeri Sriwjaya Di Palembang”.
Lebih lanjut dalam penelitiannya Mitrisno (2008:60) mengatakan
“kelentukan togok memiliki kontribusi 14,44 % terhadap peningkatan
kemampuan lompat jauh. Untuk itu para guru atau pelatih khususnya pada nomor
lompat jauh perlu memperhatikan veriabel kelentukan togok untuk meningkatkan
kemampuan lompat jauh” .
Wahyudin (2006:70) dalam penelitiannya menyatakan “ Ada hubungan
yang signifikan daya ledak tungkai dan kelentukan togok kebelakang secara
bersama-sama dengan kemampuan lompat jauh murid SD Negeri Kalukuang 1
Kota Makassar”
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat dilihat jelas bahwa kelentukan
memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan lompat jauh seseorang,
karena peran kelentukan dalam gerakan melayang pada saat melakukan lompat
jauh sangat dibutuhkan untuk mencapai hasil lompatan yang maksimal. Bahkan
telah ada penelitian terdahulu yang meneliti hubungan antara kelentukan terhadap
19
lompat jauh yang hasilnya menunjukkan hubungan yang signifikan dan adanya
kontribusi antara kelentukkan dengan kemampuan lompat jauh seseorang.
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif Menurut Sudjana (2004:56) penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan untuk melihat bagaimana hubungan antara variabel-
variabel yang diteliti tanpa memberikan perlakuan (eksperimen) pada sampel.
Hasil dari pengamatan pada variabel kemudian di analisa dengan metode statistik
kemudian disimpulkan bagaimana hubungan variabel-variabel yang diteliti.
3.2 Populasi Dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan individu atau kelompok yang dapat diamati
dari beberapa anggota kelompok (Arikunto, 1996:115). Adapun yang dijadikan
populasi penelitian ini adalah keseluruhan Mahasiswa Putra PJKR angkatan tahun
2011 Universitas Serambi Mekkah yang berjumlah 200 orang.
Sampel ialah sebagian dari anggota populasi yang diambil dengan
menggunakan terknik tertentu yang disebut teknik sampling. Karena jumlah
populasi dalam penelitian ini relatif banyak, maka peneliti membatasi jumlahnya
menjadi 20% dari populasi dengan melakukan pemelihan secara acak dengan
mempergunakan teknik “Simple Radom Sampling” dengan menggunakan table
acak statistik,(Sudjana 2009:30). sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 40
orang mahasiswa putra angkatan tahun 2011 Universitas Serambi Mekkah.
20
21
3.3 Rancangan Penelitian
Berdasarkan dari pengamatan subjek yang ada, kemudian diadakan
penelitian untuk mencari hubungn antara variabel yang diteliti elalui pengumpulan
data. Namun sebelumnya harus dibuat dahulu rancangan atau desain penelitian
agar memudahkan pelaksanaan pengukuran, dalam hal ini pengukuran lapangan.
Menurut Arikunto (1991:41) bahwa “ Rancangan penelitian atau desain penelitian
adalah rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai ancang-ancang kegiatan yang
akan dilaksnakan”. Jadi rancangan penelitian yaitu mengukur kelentukan dan
lompat jauh gaya melenting. Dalam rancangan ini data pengukuran untuk
kelentukan adalah (X), dan data untuk pengukuran lompat jauh gaya melenting
adalah (Y)
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data yang perlu dikumpulkan in adalah data dari berbagi unsur kondisi
fisik yaitu kelentukan togok dan kemampuan lompat jauh gaya lenting.
Data yang perlu dikumpulkan ini merupakan data kuantitatif karena dapat
terukur, oleh karena itu teknik pengumpulan data ini menggunakan instrumen tes
(Sudjana 2004:15). Tes yang dilakukan untuk mengukur variabel adalah tes
Kelentukan
(X)
Kemampuan lompat jauh
(Y)
Hubungan
Gambar 3.1: Desain Penelitian
22
kayang untuk data kelentukan dan tes lompat jauh gaya lenting. untuk data
kemampuan lompat jauh gaya lenting. Yang dijelaskan di bawah ini.
1. Tes Kelentukan.
Pengukuran kelentukan togok kebelakang (Kayang)
a. Pelaksanaan :
Peserta subyek penelitian telungkup, kedua lengan di belakang pinggul,
dagu rapat dilantai, sedangkan tungkai lurus dan tetap kontak pada lantai.
Peserta subyek penelitian mengangkat badannya dan kepalanya ke atas
setinggi mungkin. Untuk menjaga kestabilan badan, diperlukan seseorang
memegang atau duduk pada tungkai peserta subyek penelitian. Kesempatan
diberikan dua kali berturut-turut. Yang diukur adalah jarak (tinggi) dari lantai
ke dagu.
23
b. Penilaian :
Nilai terbaik dari dua kali kesempatan dicatat sebagai hasil akhir peserta
subyek (Halim, 2009: 107)
2. Tes Kemampuan Lompat Jauh Gaya Lenting.
Pengukuran kemampuan lompat jauh seseorang
a. Pelaksanaan
Pada tes kemampuan lompat jauh ada beberapa tahap pelaksanaan yang harus
dilakukan yaitu :
1. Peserta dibariskan untuk melakukan tes lompat jauh secara bergiliran.
2. Peserta yang mendapatkan giliran melakukan lompatan, akan melakukan 1
kali lompatan kemudian hasil lompatan diukur oleh petugas (pencatat).
3. Prosedur 1 & 2 diulangi sampai 3 kali untuk mendapatkan data yang valid.
b. Penilaian
Jarak lompatan yang diambil untuk penilaian adalah jarak terjauh yang
diperoleh dari 3 kali percobaan oleh sampel.
24
3.5 Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisa dengan menggunakan
rumus statistik untuk mengetahui hubungan antara kelentukan togok dan
kemamapuan lompat jauh seseorang. Analisa yang digunakan untuk mengolah
data adalah :
1. Analisa nilai rata-rata
Analisa nilai rata-rata digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata kemampuan
lompat jauh mahasiswa PJKR Universitas Serambi Mekkah angkatan 2011.
= Jumlah rata-rata lompat jauh mahasiswa PJKR USM angkatan
2011
n = Jumlah sampel
∑X = Jumlah total nilai kelentukan keseluruhan sampel
∑Y = Jumlah total kemampuan lompat jauh gaya lenting sampel
= Jumlah rata-rata tingkat kelentukan mahasiswa PJKR angkatan
2011.
25
2. Analisa Korelasi
Analisa korelasi adalah metode pengolahan data yang dilakukan untuk
melihat apakah ada hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.
(Sudjana,2004:30).
Dimana :
rxy = koefesien korelasi variabel x dan y
x = nilai kelentukan togok mahasiswa PJKR USM angkatan 2011
y = nilai lompat jauh mahasiswa PJKR USM angkatan 2011
3. Analisa kontribusi
Analisa kontribusi dilakukan untuk mengetahui kelentukan togok
mahasiswa PJKR angkatan 2011 terhadap lompat jauh gaya lenting.
Dimana :
P = Besarnya kontribusi kelentukan took terhadap lompat jauh gaya
lenting Mahasiswa PJKR angkatan 2011
r = Koefesien korelasi.
26
4. Analisa Standar Deviasi
Standar deviasi adalah suatu nilai yang menunjukkan ingkat (drajat)
variasi kelompok atau ukuran standar penyimpangan yang ada pada sampel.
dimana :
Xi = tingkat kelentukan togok sampel
= Nilai rata-rata tingkat kelentukan sampel
n = Jumlah sampel
Sd = nilai standar deviasi variabel kelentukan togok mahasiswa PJKR
universitas Serambi Mekkah Angkatan 2011
5. Uji signifikansi
Uji signifikansi adalah uji untuk melihat apakah hubungan antara variabel-
variabel yang diteliti signifikan (nyata), dengan tingkat signifikan yang
digunakan adalah 0,5.Analisa ini untuk menguji hipotesis yang kita buat pada
penelitian. (Sudjana,2004:30)
r = koefesien korelasi
n = jumlah sampel
k = Derajat kebebasan
27
3.6 Waktu Dan Tempat Penelitian
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada 2 lokasi yang berbeda untuk
pengukuran kelentukan, penelitian akan dilakukan pada Universitas Serambi
Mekkah. Sedangkan untuk pengukuran lompat jauh gaya melenting akan
dilakukan pada stadion Harapan Bangsa Lhong Raya Banda Aceh.
B. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan dalam waktu 7 hari dengan rincian kegiatan
yang dibuat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.1 Rincian kegiatan penelitian
kegiatan
Waktu Penelitian
hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7
Pengambilan Sampel
Pengukuran
Kelentukan
Pengukuran Lompat
Jauh Gaya Melenting
Pengumpulan Data
Analisa Data
Pembahasan Data
28
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Djumidar,2004,Latihan Dasar Lompat Jauh, Jakarta, Kemuning.
Halim, 2009, Pendidikan Jasmani Untuk SMU, Bandung, Gamelan.
Harsono,1988,Potensi Tubuh Atletik. Jakarta, Kemuning.
Rahantoknam,1988,Muscle And Power,Jakarta, Primbana.
Rani,Adib,Abdulah, Otot Dan Tulang, Jakarta, Pancasona.
Sajoto, 1999, Kesuksesan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Trenggiling.
Sudjana,Nana,2003.Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Jakarta, Sinar Baru.
Sudjana,Nana 2005. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito..
Sumosardjono,Sadoso, 1987, Latihan Dasar Senam, Jakarta, Musimas.

More Related Content

What's hot

PJM 3102 Pergerakan Asas (SEMESTER 2)
PJM 3102 Pergerakan Asas (SEMESTER 2)PJM 3102 Pergerakan Asas (SEMESTER 2)
PJM 3102 Pergerakan Asas (SEMESTER 2)
Stephanie Unsil
 
Kercergasan fizikal + pedagogi pj
Kercergasan fizikal + pedagogi pjKercergasan fizikal + pedagogi pj
Kercergasan fizikal + pedagogi pj
Unieyez Fieydlizt
 
Smk
SmkSmk
Tunjang Pendidikan Jasmani
Tunjang Pendidikan JasmaniTunjang Pendidikan Jasmani
Tunjang Pendidikan Jasmani
mond niel
 
General fitness training
General fitness trainingGeneral fitness training
General fitness training
MohamadSofiudin
 
Persentase skripsi
Persentase skripsiPersentase skripsi
Persentase skripsi
Reza safrullah
 
Tugas penjass
Tugas penjassTugas penjass
Tugas penjass
ChristianTarigan3
 
Bab i
Bab iBab i
Laporan kajian tindakan 2011
Laporan kajian tindakan 2011Laporan kajian tindakan 2011
Laporan kajian tindakan 2011
Hishamuddin Salim
 
Latihan kondisi fisik
Latihan kondisi fisikLatihan kondisi fisik
Latihan kondisi fisik
syahrul81
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab 8
Bab 8Bab 8
Bab 8
1habib
 
Analisis
AnalisisAnalisis
Analisis
obi al-awaludin
 
1 pengenalan kecergasanl-tingkatan-4
1 pengenalan kecergasanl-tingkatan-41 pengenalan kecergasanl-tingkatan-4
1 pengenalan kecergasanl-tingkatan-4Mohamad Ihtifazuddin
 
Jenis2 latihan
Jenis2 latihanJenis2 latihan
Jenis2 latihan
Hazean Erdawaty
 

What's hot (17)

2 pembelajaran-kemahiran-motor
2 pembelajaran-kemahiran-motor2 pembelajaran-kemahiran-motor
2 pembelajaran-kemahiran-motor
 
PJM 3102 Pergerakan Asas (SEMESTER 2)
PJM 3102 Pergerakan Asas (SEMESTER 2)PJM 3102 Pergerakan Asas (SEMESTER 2)
PJM 3102 Pergerakan Asas (SEMESTER 2)
 
Kercergasan fizikal + pedagogi pj
Kercergasan fizikal + pedagogi pjKercergasan fizikal + pedagogi pj
Kercergasan fizikal + pedagogi pj
 
Smk
SmkSmk
Smk
 
Tunjang Pendidikan Jasmani
Tunjang Pendidikan JasmaniTunjang Pendidikan Jasmani
Tunjang Pendidikan Jasmani
 
General fitness training
General fitness trainingGeneral fitness training
General fitness training
 
Persentase skripsi
Persentase skripsiPersentase skripsi
Persentase skripsi
 
1 asas-kawalan-motor
1 asas-kawalan-motor1 asas-kawalan-motor
1 asas-kawalan-motor
 
Tugas penjass
Tugas penjassTugas penjass
Tugas penjass
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Laporan kajian tindakan 2011
Laporan kajian tindakan 2011Laporan kajian tindakan 2011
Laporan kajian tindakan 2011
 
Latihan kondisi fisik
Latihan kondisi fisikLatihan kondisi fisik
Latihan kondisi fisik
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab 8
Bab 8Bab 8
Bab 8
 
Analisis
AnalisisAnalisis
Analisis
 
1 pengenalan kecergasanl-tingkatan-4
1 pengenalan kecergasanl-tingkatan-41 pengenalan kecergasanl-tingkatan-4
1 pengenalan kecergasanl-tingkatan-4
 
Jenis2 latihan
Jenis2 latihanJenis2 latihan
Jenis2 latihan
 

Similar to Revisi 5

Makalah bulu tangkis,,,,
Makalah bulu tangkis,,,,Makalah bulu tangkis,,,,
Makalah bulu tangkis,,,,
Septian Muna Barakati
 
Makalah: Lompat jauh
Makalah: Lompat jauhMakalah: Lompat jauh
Makalah: Lompat jauh
Eman Syukur
 
ATP PJOK Kelas 2 Fase A.pdf
ATP PJOK Kelas 2 Fase A.pdfATP PJOK Kelas 2 Fase A.pdf
ATP PJOK Kelas 2 Fase A.pdf
HADIANNAS
 
Pergerakan Asas
Pergerakan AsasPergerakan Asas
Pergerakan Asas
Syairul Asraf Safar
 
Makalah bulu tangkis,,,,
Makalah bulu tangkis,,,,Makalah bulu tangkis,,,,
Makalah bulu tangkis,,,,
Septian Muna Barakati
 
Makalah bulu tangkis,,,,
Makalah bulu tangkis,,,,Makalah bulu tangkis,,,,
Makalah bulu tangkis,,,,
Warnet Raha
 
Dsk p jtahun4
Dsk p jtahun4Dsk p jtahun4
Dsk p jtahun4
ahmadfarees
 
Kajian tindakan
Kajian tindakanKajian tindakan
Kajian tindakan
Yatin Godoh
 
ATP PJOK 1.docx
ATP PJOK 1.docxATP PJOK 1.docx
ATP PJOK 1.docx
SdnegeriCimanggu1
 
PEMETAKAN ATP KELAS 1.docx
PEMETAKAN ATP KELAS 1.docxPEMETAKAN ATP KELAS 1.docx
PEMETAKAN ATP KELAS 1.docx
niasari38
 
Penelitian vito adityo wibowo k4612146
Penelitian vito adityo wibowo k4612146Penelitian vito adityo wibowo k4612146
Penelitian vito adityo wibowo k4612146vitoadityo
 
Perangkat Pembelajaran ATP PJOK Semester 1
Perangkat Pembelajaran ATP PJOK Semester 1Perangkat Pembelajaran ATP PJOK Semester 1
Perangkat Pembelajaran ATP PJOK Semester 1
ROBIPEBRIYANTO
 
Smk hj
Smk hjSmk hj
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta DidikMakalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
PutriMeka
 
Review jurnal 2
Review jurnal 2Review jurnal 2
Review jurnal 2
AzizHerdiansyah
 
ANALISIS_TUJUAN_PEMBELAJARAN_PJOK V (WEBSITEEDUKASI.COM).doc
ANALISIS_TUJUAN_PEMBELAJARAN_PJOK  V (WEBSITEEDUKASI.COM).docANALISIS_TUJUAN_PEMBELAJARAN_PJOK  V (WEBSITEEDUKASI.COM).doc
ANALISIS_TUJUAN_PEMBELAJARAN_PJOK V (WEBSITEEDUKASI.COM).doc
Synthia161
 
CP PJOK FASE A (datadikdasmen.com).doc k
CP PJOK FASE A (datadikdasmen.com).doc kCP PJOK FASE A (datadikdasmen.com).doc k
CP PJOK FASE A (datadikdasmen.com).doc k
erpinsopyan1
 
CP PJOK FASE A (datadikdasmen.com).docasc
CP PJOK FASE A (datadikdasmen.com).docascCP PJOK FASE A (datadikdasmen.com).docasc
CP PJOK FASE A (datadikdasmen.com).docasc
erpinsopyan1
 
04 ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN PJOK SD-MI_07_03_2021 REVISI.doc
04 ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN PJOK SD-MI_07_03_2021 REVISI.doc04 ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN PJOK SD-MI_07_03_2021 REVISI.doc
04 ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN PJOK SD-MI_07_03_2021 REVISI.doc
Kenz31
 

Similar to Revisi 5 (20)

Makalah bulu tangkis,,,,
Makalah bulu tangkis,,,,Makalah bulu tangkis,,,,
Makalah bulu tangkis,,,,
 
Makalah: Lompat jauh
Makalah: Lompat jauhMakalah: Lompat jauh
Makalah: Lompat jauh
 
ATP PJOK Kelas 2 Fase A.pdf
ATP PJOK Kelas 2 Fase A.pdfATP PJOK Kelas 2 Fase A.pdf
ATP PJOK Kelas 2 Fase A.pdf
 
Pergerakan Asas
Pergerakan AsasPergerakan Asas
Pergerakan Asas
 
Makalah bulu tangkis,,,,
Makalah bulu tangkis,,,,Makalah bulu tangkis,,,,
Makalah bulu tangkis,,,,
 
Makalah bulu tangkis,,,,
Makalah bulu tangkis,,,,Makalah bulu tangkis,,,,
Makalah bulu tangkis,,,,
 
936 2222-1-sm
936 2222-1-sm936 2222-1-sm
936 2222-1-sm
 
Dsk p jtahun4
Dsk p jtahun4Dsk p jtahun4
Dsk p jtahun4
 
Kajian tindakan
Kajian tindakanKajian tindakan
Kajian tindakan
 
ATP PJOK 1.docx
ATP PJOK 1.docxATP PJOK 1.docx
ATP PJOK 1.docx
 
PEMETAKAN ATP KELAS 1.docx
PEMETAKAN ATP KELAS 1.docxPEMETAKAN ATP KELAS 1.docx
PEMETAKAN ATP KELAS 1.docx
 
Penelitian vito adityo wibowo k4612146
Penelitian vito adityo wibowo k4612146Penelitian vito adityo wibowo k4612146
Penelitian vito adityo wibowo k4612146
 
Perangkat Pembelajaran ATP PJOK Semester 1
Perangkat Pembelajaran ATP PJOK Semester 1Perangkat Pembelajaran ATP PJOK Semester 1
Perangkat Pembelajaran ATP PJOK Semester 1
 
Smk hj
Smk hjSmk hj
Smk hj
 
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta DidikMakalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
 
Review jurnal 2
Review jurnal 2Review jurnal 2
Review jurnal 2
 
ANALISIS_TUJUAN_PEMBELAJARAN_PJOK V (WEBSITEEDUKASI.COM).doc
ANALISIS_TUJUAN_PEMBELAJARAN_PJOK  V (WEBSITEEDUKASI.COM).docANALISIS_TUJUAN_PEMBELAJARAN_PJOK  V (WEBSITEEDUKASI.COM).doc
ANALISIS_TUJUAN_PEMBELAJARAN_PJOK V (WEBSITEEDUKASI.COM).doc
 
CP PJOK FASE A (datadikdasmen.com).doc k
CP PJOK FASE A (datadikdasmen.com).doc kCP PJOK FASE A (datadikdasmen.com).doc k
CP PJOK FASE A (datadikdasmen.com).doc k
 
CP PJOK FASE A (datadikdasmen.com).docasc
CP PJOK FASE A (datadikdasmen.com).docascCP PJOK FASE A (datadikdasmen.com).docasc
CP PJOK FASE A (datadikdasmen.com).docasc
 
04 ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN PJOK SD-MI_07_03_2021 REVISI.doc
04 ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN PJOK SD-MI_07_03_2021 REVISI.doc04 ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN PJOK SD-MI_07_03_2021 REVISI.doc
04 ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN PJOK SD-MI_07_03_2021 REVISI.doc
 

Revisi 5

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan jasmani merupakan suatu pendidikan yang tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental, sosial, serta emosional bagi masyarakat dengan wahana aktivitas jasmani. Sedangkan pendidikan jasmani di sekolah merupakan bagian dari tujuan pendidikan nasional yang mana pengajarannya hanya mengajarkan kemampuan gerak dari keterampilan dasar olahraga. Gerakan olahraga tersebut akan memunculkan adanya rasa senang bagi peserta didik sehingga memudahkan usaha dari pendidikan dalam mencapai tujuannya. Gerakan-gerakan yang terdapat pada semua cabang olahraga pada intinya merupakan gerakan dasar yang berasal dari gerakan olahraga atletik. Atletik juga merupakan sarana pendidikan jasmani bagi peserta didik dalam upaya peningkatan daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelentukan dan lain sebagainya. Pembelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu muatan pendidikan dalam segala jenjang tingkatan pendidikan. Selain untuk keseragaman materi pendidikan, juga merupakan salah satu metode pencapaian sasaran pendidikan atau berusaha mencapai suatu taraf prestasi tertentu. Hal ini ditandai dengan sering diadakannya kejuaran atau pertandingan yang memperlombakan cabang-cabang olahraga diantaranya adalah atletik yang meliputi jalan, lari, lompat, dan lempar. Cabang olahraga atletik 1
  • 2. 2 dikenal ada empat nomor lompat, yaitu nomor lompat jauh, lompat jangkit, lompat tinggi, dan lompat tinggi galah. Lompat jauh merupakan salah satu unsur nomor atletik yang wajib diajarkan pada mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Prestasi olahraga adalah puncak penampilan dari seorang olahragawan yang dicapai dalam suatu pertandingan atau perlombaan, setelah melalui berbagai macam latihan dan uji coba. Demikian pula pada setiap orang yang telah belajar dan menekuni cabang olahraga atletik nomor lompat, untuk memperoleh hasil yang maksimal tidak terlepas dari usaha pembinaan. Pembinaan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi. Melalui pembinaan olahraga dapat ditingkatkan kesegaran jasmani, pengertian mengenai prinsip hidup sehat, pembinaan mental bahkan pada masa itu harus ditanam, dipupuk dan dikembangkan untuk mencapai prestasi olahraga yang tinggi. Menurut Syarifuddin (dalam Jahruddin, 2010:2) bahwa “Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dengan jalan melakukan tolakkan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya”. Perkembangan olahraga sekarang ini perlu mendapatkan pembinaan khusus yang serius pada tiap-tiap cabang olahraga khususnya pada cabang olahraga atletik nomor lompat jauh. Pengembangan serta peningkatan potensi dan kemampuan fisik di nomor lompat jauh sangat dibutuhkan terutama ditekankan
  • 3. 3 pada bagian tubuh yang memegang peranan penting dalam lompat jauh, diantaranya adalah potensi dan unsur fisik yaitu kelentukan togok. Menurut Sajoto (1995:7) mengemukakan bahwa ”Ada empat macam kelengkapan yang perlu di miliki apabila seseorang akan mencapai suatu prestasi yang optimal yaitu meliputi (1) Pengembangan fisik (Physical Build-Up), (2) Pengembangan teknik (Technical Build-Up), (3) Pengembangan mental (Mental Buld-Up) dan (4) Kematangan juara. Sedangkan menurut Sukadiyanto (2005:129) bahwa “Secara garis besar faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemampuan fleksibilitas seseorang antara lain adalah (1) elastisitas otot, (2) tendo dan ligament, (3) susunan tulang, (4) bentuk persendian, (5) suhu dan temperatur tubuh, (6) umur, (7) jenis kelamin dan (8) bioritme”. Potensi dan kemampuan fisik merupakan salah satu yang sangat esensial dalam menunjang prestasi atlet. Berkaitan dengan lompat jauh gaya lenting, kelentukan atau fleksibilitas togok merupakan salah satu aspek kondisi fisik yang sangat penting dalam pencapaian prestasi optimal. Kendala yang banyak terjadi pada mahasiswa adalah mereka terkadang tidak melatih kondisi fisik mereka secara prima yaitu kodisi kelentukan togok mereka. Oleh sebab itu, peneliti berasumsi bahwa mahasiswa yang memiliki kelentukan togok yang baik, diprediksi akan erat kaitannya dengan kemampuan dalam lompat jauh gaya lenting. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa untuk dapat melakukan lompat jauh dengan waktu yang relatif singkat atau cepat dan dapat menghasilkan lompatan sejauh mungkin ke depan, maka terlebih dahulu harus memiliki potensi dan kondisi fisik yaitu kelentukan togok yang baik.
  • 4. 4 Unsur kondisi fisik yang dibutuhkan dalam lompat jauh adalah kelentukan togok. Peranan kelentukan togok atau kelentukan tubuh dibutuhkan pada saat melayang di udara dengan menggunakan gaya lenting, selain itu juga, kelentukan togok dibutuhkan pada saat akan mendarat. Kelentukan togok mendukung laju kecepatan tubuh ke depan serta dapat menunjang jauhnya tubuh ke depan waktu mendarat. Salah satu program studi di Universitas Serambi Mekkah yaitu Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi angkatan 2011 memiliki banyak mahasiswa. Namun pada kenyataannya dalam proses perkuliahan dalam mata kuliah atletik nomor lompat jauh, lompatan mereka tidak sejauh dengan apa yang diharapkan, dimana lompatan para mahasiswa putra PJKR Universitas Serambi Mekkah angkatan 2011 hanya sebagian yang memiliki hasil lompatan yang cukup jauh dan sebagiannya masih kurang jauh. Berdasarkan dari uraian tersebut di atas, maka penulis mencoba meneliti tentang kelentukan togok yang dianggap dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok mahasiswa putra PJKR USM angkatan 2011. Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka penulis bermaksud untuk mengetahui secara pasti tentang adanya kontribusi Kelentukan togok terhadap kemampuan lompat jauh dengan mengangkat judul penelitian “Kontribusi kelentukan togok terhadap kemampuan lompat jauh gaya lenting pada mahasiswa putra PJKR Universitas Serambi Mekkah angkatan 2011”.
  • 5. 5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. bagaimanakah tingkat kelentukan mahasiswa putra PJKR Universitas Serambi Mekkah Angkatan 2011 ? 2. Bagaimanakah tingkat kemampuan lompat jauh gaya menggantung (Lenting) pada mahasiswa putra PJKR Universitas Serambi Mekkah angkatan 2011? 3. Apakah ada hubungan antara kelentukan togok terhadap kemampuan lompat jauh gaya lenting pada mahasiswa putra PJKR Universitas Serambi Mekkah angkatan 2011? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk tingkat kelentukan pada mahasiswa putra PJKR Universitas Serambi Mekkah angkatan 2011. 2. Untuk mengetahui Kemampuan lompat jauh gaya menggantung (lenting) pada mahasiswa putra PJKR Universitas Serambi Mekkah angkatan 2011. 3. Untuk mengetahui apakah ada kontribusi kelentukan togok dengan kemampuan lompat jauh pada mahasiswa putra PJKR Universitas Serambi Mekkah angkatan 2011.
  • 6. 6 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui kontribusi kelentukan togok terhadap kemampuan lompat jauh gaya lenting seseorang. 2. Sebagai bahan perbandingan terhadap faktor-faktor lain yang ada kaitannya dengan peningkatan hasil lompat jauh gaya lenting. 3. Bagi penulis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan meningkattkan pemahaman tentang lompat jauh gaya lenting dan hal-hal yang mempengaruhinya. 3. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan tambahan kepustakaan, serta dapat dijadikan wacana, agar pembaca memperoleh wawasan dan pengembangan cabang olahraga lompat jauh. 5. Hasil dari Penelitian ini dapat dijadikan wacana kepustakaan bagi Universitas Serambi Mekkah dan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR), agar pembaca memperoleh wawasan dalam pengembangan cabang olahraga lompat jauh gaya lenting khususnya bagi mahasiswa PJKR. 1.5 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai suatu hal yang di buat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya (Sudjana : 2002:219). Berdasarkan uraian di atas, adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah “ adanya hubungan antara kelentukan togok terhadap
  • 7. 7 kemampuan lompat jauh gaya lenting pada mahasiswa PJKR Univesitas Serambi Mekkah angkatan 2011. 1.6 Definisi Operasional Variabel Untuk menghindari terjadinya pengertian yang keliru tentang konsep yang terlibat dalam penelitiian ini, maka diperlukan batasan-batasan serta penjelasan secara operasional yaitu sebagai berikut: 1. Hubungan Pengertian “hubungan” adalah cara peneliti mendeskripsikan sifat hubungan antara variabel-variabel yang diteliti apakah hubungan itu bersifat sebab-akibat atau bersifat timbal balik (Sugiyono, 2001:19) 2. Kelentukan Togok Kelentukan togok adalah kemampuan otot togok ke belakang dalam ruang gerak sendi yang luwes (Harsono, 1988:160). 3. Kemampuan Lompat Jauh Gaya Lenting Kemampuan lompat jauh gaya lenting adalah kemapuan seseorang untuk mencapai jarak lompatan sejauh mungkin dengan menggunakan gaya menggantung (lenting). (Djumidar,2001:13) 4. Hubungan kelentukan terhadap hasil lompat jauh Hubungan kelentukan terhadap hasil lompat jauh adalah sebuah penelitian yang akan dijalankan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kelentukan terhadap hasil lompat jauh mahasiswa PJKR USM angaktan 2011.
  • 8. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Lompat Jauh Lompat jauh adalah salah satu cabang atletik dimana seorang atlet pada saat melompat menggabungkan kecepatan, kekuatan, dan ketangkasan dalam upaya untuk melompat sejauh mungkin dari titik lepas landas / papan tumpuan. Cabang atletik ini telah menjadi acara medali Olimpiade sejak Olimpiade modern pertama pada tahun 1896 dan memiliki sejarah panjang dalam Olimpiade Kuno. Atlet lompat jauh ini bertanding dan akan berlari di rute (pada tingkat elit, biasanya memiliki permukaan yang sama dengan trek lari) dan melompat sejauh mungkin kemudian menginjak papan kayu yang diisi pasir atau tanah. Jarak minimum dari papan ke tanda yang dibuat oleh atlit akan diukur. Jika seseorang itu memulai lompatannya dimana bagian kakinya di depan atau melebihi papan (satu lapisan plastisin diletakkan dengan cepat di depan papan untuk mendeteksi ketepatan ini), lompatannya dinyatakan salah atau batal / dis dan tidak ada jarak akan dicatat. Format sebenarnya pertandingan ini berbeda, tetapi secara umum peserta akan mendapat beberapa kali percobaan untuk membuat lompatan dan hanya lompatan yang terpanjang akan dihitung sebagai hasilnya. Peserta dengan lompatan sah yang paling jauh di akhir pertandingan akan dihitung sebagai juara.Kecepatan saat berlari dan tinggi loncatan merupakan kunci lompatan yang jauh.Lompat jauh telah dijadikan salah satu cabang atletik pada acara Olimpiade. 8
  • 9. 9 Acara ini juga dicatat sebagai dua dari rekor dunia yang paling lama dalam suatu acara trek dan lapangan. Pada tahun 1935, Jesse Owens mencatat rekor dunia yang tidak dipecahkan hingga 1960 oleh Ralph Boston. Lompat jauh adalah salah satu dari cabang atletik Olimpiade di Yunani Kuno. Seseorang atlit akan memegang beban pada kedua tangan yang disebut halteres. Beban ini akan dilayangkan ke depan seiring ketika atlet melompat untuk menambah momentum dan dilemparkan ke belakang ketika berada di udara untuk mendorongnya ke depan. Dahulu lompat jauh merupakan acara kuno yang diawali dari seorang pria yang dipanggil Chionis di mana pada Olimpiade 656 SM mencatat lompatan sejauh 7 m 5 cm 2.2 Jenis – Jenis Lompat Jauh. Lompat jauh adalah suatu akivitas gerakan yang dilakukan di dalam lompatan untuk mencapai lompatan yang sejauh-sejauhnya Djumidar (2004:2). Ukuran Lapangan lompat jauh untuk jarak awalan lari sampai balok tumpuan 45 m, balok tumpuan tebal balok 10 cm, panjang balok 1,72 m, lebar balok 30 cm, bak lompatan panjang 9 m, lebar 2,75 m, kedalaman bak lompat ± 1 meter (PASI 2012). Gerak lompat jauh merupakan gerakan dari perpaduan antara Kecepatan (speed), Kekuatan (stenght), Kelenturan (flexibility), Daya tahan (endurance), Ketepatan (acuration). Para peneliti membuktikan bahwa suatu prestasi lompat jauh tergantung pada kecepatan daripada awalan atau ancang-ancang. oleh karenanya di samping memiliki kemampuan sprint yang baik harus didukung juga
  • 10. 10 dengan kemampuan dari tolakan kaki atau tumpuan. Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat selain lompat jangkit, lompat tinggi, dan lompat tinggi galah. Tujuan lompat jauh adalah lompat melompat sejauh-jauhnya dengan memindahkan seluruh tubuh dari titik-titik tertentu ke titik lainnya, dengan cara berlari secepat-cepatnya kemudian menolak, melayang di udara dan mendarat. Menurut Djumidar (2001: 12.42) ada tiga cara sikap melayang di udara(gaya) dalam lompat jauh, diantaranya: a) Gaya jongkok (waktu melayang bersikap jongkok) b) Gaya lenting (waktu di udara badan dilentingkan) atau sering disebut gaya menggantung. c) Gaya berjalan diudara (waktu di udara kaki bergerak seolah-olah berjalan). 2.3. Lompat Jauh Gaya Menggantung (Lenting) Lompat jauh gaya menggantung merupakan salah satu gaya dalam nomor lompat. Pada dasarnya, teknik yang dimiliki setiap gaya dalam nomor lompat jauh sama saja. Namun, perbedaannya terletak saat sikap di udara (Djunidar 2004:20), seperti lompat jauh gaya menggantung. Teknik gerakan ini disebut sebagai gaya menggantung karena sikap tubuh saat berada di udara seperti menggantung atau melenting sehingga gaya ini juga dikenal sebagai lompat jauh gaya lenting.
  • 11. 11 2.4. Teknik Dasar Lompat Jauh Gaya Melenting Lompat jauh gaya menggantung merupakan salah satu gaya dalam nomor lompat. Pada dasarnya, teknik yang dimiliki setiap gaya dalam nomor lompat jauh sama saja. Namun, perbedaannya terletak saat sikap di udara (Djunidar 2004:20), seperti lompat jauh gaya menggantung. Teknik gerakan ini disebut sebagai gaya menggantung karena sikap tubuh saat berada di udara seperti menggantung atau melenting sehingga gaya ini juga dikenal sebagai lompat jauh gaya lenting. Menurut Djumidar (2004:20) ada beberapa teknik lompat jauh gaya lenting yang harus diperhatikan agar mendapatkan hasil lompat jauh yang optimal. Teknik lompat jauh gaya melenting terdiri awalan,tolakan, posisi tubuh saat berada di udara dan pendaratan. a) Awalan atau ancang-ancang Menurut Djumidar (2004:13) tujuan ancang-ancang adalah untuk mendapatkan kecepatan yang setinggi-tingginya agar dorongan massa ke depan lebih besar. Jarak ancang-ancang tergantung kematangan dan kemampuan berekselerasi atas kecepatanya, dan untuk meningkatkan kemampuan kecepatan ancang-ancang diperlukan program latihan yang baik, dan juga ketepatan
  • 12. 12 menumpu. Sebagai pelatihan pemberian jarak ancang-ancang yang pendek dengan dimulai dari 5 langkah, 7 langkah, 9 langkah dan seterusnya sambil memperhatikan kaki saat menumpu. Panjang awalan untuk melaksanakan awalan lompat jauh tidak kurang dari 45 meter. Awalan lompat jauh gaya menggantung dilakukan dengan cara lari cepat dari jarak 35-45 meter. Namun, jarak tersebut tidak mutlak, tetapi disesuaikan dengan kemampuan mencapai kecepatan maksimal setiap pelompat. Cara melakukan awalan atau ancang-ancang lompat jauh sebagai berikut Djumidar (2004:13) : 1) Lari ancang-ancang tergantung pada kemampuan masing-masing. 2) Tambah kecepatan lari ancang-ancang sedikit demi sedikit sebelum bertumpu atau bertolak pada balok tumpu. 3) Pinggang diturunkan sedikitpada satu langkah akhir ancang-ancang. b) Tumpuan atau tolakan Menurut Djumidar (2004:15) tolakan merupakan suatu gerakan yang penting untuk menentukan hasil lompatan yang sempurrna. Badan sewaktu menumpu jangan terlalu condong seperti halnya melakukan lari/ ancang-ancang. Tumpuan harus kuat, cepat dan aktif keseimbangan badan dijaga agar tidak oleng/ goyang. Berat badan sedikit di depan titik tumpu, gerakan kaki menelapak dari tumit ke ujung kaki, dengan tempo yang cepat. Gerakan ayunan lengan sangat membantu menambah ketinggian dan juga menjaga keseimbangan badan.
  • 13. 13 Tumpuan atau tolakan kaki harus kuat agar tercapai tinggi lompatan yang cukup tanpa kehilangan kecepatan maju. Kaki ayun digerakkan secara aktif agar membantu menaikkan badan dan menjaga keseimbangan berat badan sedikit di depan titik tumpuan. Cara melakukan tumpuan atau tolakan sebagai berikut (Djumidar, 2004:15) 1) Ayunkan paha dan kaki keposisi horizontal dan dipertahankan. 2) Luruskan sendi mata kaki,lutut, dan pinggang pada waktumelakukan tolakan. 3) Bertolaklah ke depan dan ke atas. 4) Sudut tolakan45 derajat. c) Melayang diudara Salah satu alasan mengapa disebut gaya menggantung atau melenting adalah karena anggota bawah menggantung di bawah badan, kedua lutut membentuk sudut siku-siku dan kedua lengan berada di atas kepala sehingga posisi tersebut kelihatan sedang menggantung. Posisi menggantung tersebut dimulai setelah pelompat melakukan lepas landas dan berakhir dan berakhir ketika pelompat mempersiapkan diri untuk melakukan pendaratan, memperpanjang gerakan menggantung yang tidak perlu dapat merugikan pelompat pada waktu mendarat. Keseimbangan badan perlu diperhatikan agar tetap tepelihara hingga mendarat.(Saputra,2001:121) d) Mendarat Gerakan-gerakan waktu pendaratan harus dua kaki. Yang perlu diperhatikan saat mendarat adalah kedua kaki mendarat secara bersamaan diikuti
  • 14. 14 dengan dorongan pinggul ke depan sehingga badan tidak cenderung jatuh ke belakang yang berakibat merugikan si pelompat itu sendiri (Djumidar (2004:15). Untuk menghindarkan pendaratan pada pantat, kepala ditundukkan dan lengan diayunkan ke depan sewaktu kaki menyentuh pasir. Titik berat badan akan melampui titik pendaratan kaki di pasir. Kaki tidak kaku dan tegang, melainkan lemas danlentur. Maka sendi lutut harus siap menekuk pada saat yang tepat. Gerakan ini memerlukan waktu (timing) yang tepat. 2.5 Kelentukan Togok Kelentukan merupakan unsur fisik yang sangat penting dan diperlukan dalam Semua cabang olahraga. Karena kelentukan menunjukkan kualitas yang memungkinkan suatu segmen persendian bergerak semaksimal mungkin menurut kemungkinan gerak (luasnya persendian) sehingga memingkinkan otot atau sekelompok otot untuk berkontraksi dalam posisi memendek dan memanjang secara maksimal. Dalam hubungan tersebut, Abd. Adib Rani (2000:450) mengemukakan bahwa “Flaksibility adalah suatu kemampuan seseorang melakukan gerakan dengan amplitudo yang luas”. Kualitas kelentukan tubuh ditentukan oleh elastisitas otot-otot, tendo atau jaringan pengikat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki otot yang elastis. Namun elastisitas otot dapat berkurang apabila tidak melakukan latihan dalam jangka waktu yang lama. Latihan-latihan yang dapat meningkatkan kelentukan dapat berupa latihan-latihan penguluran (stretching). Dapat pula dikatakan bahwa kelentukan merupakan kemampuan melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi, sebagaimana yang dikemukakan oleh Harsono
  • 15. 15 (1988:163) bahwa “Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastitis tidaknya otot-otot, tendo, dan ligamen”. Selain itu dikemukakan oleh Rahantoknam (1988:125) bahwa “Fleksibilitas merupakan rentang gerak persendian yang ada pada satu atau sekelompok persendian”. Dengan elastisitas otot-otot dan luasnya persendian seseorang akan lebih mudah menguasai keterampilan gerak dalam berbagai cabang olahraga dan lebih cepat, karena kemungkinan geraknya akan lebih leluasa dan gerakan-gerakan yang sulit dapat dilakukannya. Menurut jenis kelentukan Rahantoknam (1988: 125) membagi ke dalam dua bagian yaitu: Fkeksibilitas statis melalui rentang gerak sederhana seperti tunduk perlahan-perlahan dan sentuh ubin. Fleksibilitas dinamis adalah kecakapan untuk menggunakan rentang sendi dalam penampilan kegiatan fisik dengan tingkat kecepatan yang diperlukan dalam penampilan. Kelentukan badan yang dimiliki seorang atlet tidaklah berdiri sendiri tanpa dukungan unsur fisik lainnya, akan tetapi unsur fisik lainnya turut menentukan seperti kecepatan, dan kekuatan. Meskipun seseorang mempunyai kekuatan yang baik belum tentu tingkat kelentukannya baik pula. Namun seseorang atlet yang mempunyai tingkat kelentukan yang baik tanpa dukungan kekuatan dan kecepatan, maka kelentukan tubuh yang dimilikinya tidak akan kelihatan dalam penampilan aktivitas olahraga. Tentang jaringan-jaringan dalam tubuh yang turut menentukan kualitas kelentukan dikemukakan oleh Sadoso Sumosardjono (1987: 59) bahwa
  • 16. 16 “Kelentukan badan ditentukan oleh jaringan pengikat di dalam dan di sekitar persendian serta otot-otot, dan juga tergantung pada bentuk kerangka persendian tersebut”. Dari uraian di atas tentang pengertian kelentukan, maka dapat disimpulkan bahwa kelentukan (fleksibility) yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan-gerakan dengan mudah dan efisien. Kolumna vertebralis (Togok) terdiri dari sejumlah tulang (yang disebut vertebra) yang berhubungan kokoh, tetapi tetap dapat menghasilkan gerakan terbatas satu sama lain. Kolumna vertebralis merupakan penyangga utama kepala dan batang tubuh. Kolumna ini juga berfungsi melindungi medulla spinalis dan Mempertahankan posisi tegak saat duduk dan berdiri. Pergerakan antara dua vertebra yang berurutan sangat terbatas, tetapi gerakan kolumna vertebralis secara keseluruhan cukup bermakna. Fungsi-fungsi Kolumna Vertebralis (Togok) dapat diuraikan sebagai berikut : (1) menyangga berat kepala dan dan batang tubuh.
  • 17. 17 (2) tempat untuk perlekatan otot-otot. (3) tempat untuk perlekatan otot-otot. (4) memungkinkan gerakan kepala dan batang tubuh Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelentukan togok yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan-gerakan luas dengan mudah dan efisien pada bagian togoknya. 2.6 Hubungan Kelentukan Togok Terhadap Lompat Jauh Gaya Melenting Lompat jauh adalah sebuah olah raga yang menuntut pelompat melakukan gerakan tubuh di udara (pada saat melayang) agar mendapatkan hasil lompatan yang maksimal (Djumidar, 2004:10). Kemampuan pelompat melakukan gerakan tubuh pada saat di udara (melayang) sangat dipengaruhi oleh kelentukan togok yang dia miliki, semakin tinggi tingkat kelentukan togok seseorang semakin mudah dia melakukan gerakan tubuh pada saat di udara (melayang). Dalam lompat jauh gerakan melayang dilakukan setelah meninggalkan balok tumpuan. Pada saat melakukan gerakan melayang, keseimbangan badan harus terjaga. Ayunan kedua tangan bisa membantu keseimbangan. Untuk melakukan gerak ini terdapat beberapa teknik. Yang Pertama, Melayang dengan sikap jongkok dengan cara waktu menumpu kaki ayun mengangkat lutut setinggi- tingginya dan disusul oleh kaki tumpu dan kemudian sebelum mendarat kedua kaki dibawa ke arah depan. Yang Kedua, Melayang dengan sikap bergantung cara melakukanya yaitu waktu menumpu kaki ayun dibiarkan tergantung lurus, badan tegak kemudian disusul oleh kaki tumpu dengan sikap lutut ditekuk sambil
  • 18. 18 pinggul didorong ke depan yang kemudian ke-dua lengan direntangkan ke atas (Djumidar,2004). Hal ini hanya bisa dilakukan secara maksimal jika pelompat memiliki kelentukan togok yang baik Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk melihat hubungan kelentukan togok terhadap kemampuan lompat jauh. Mitrisno, (2008:65) dalam penelitiannya mengatakan “Hasil penelitian menunjukan bahwa, terdapat hubungan yang signifikan antara kelentukan togok dengan kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada Pada Siswa SMP Olahraga Negeri Sriwjaya Di Palembang”. Lebih lanjut dalam penelitiannya Mitrisno (2008:60) mengatakan “kelentukan togok memiliki kontribusi 14,44 % terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh. Untuk itu para guru atau pelatih khususnya pada nomor lompat jauh perlu memperhatikan veriabel kelentukan togok untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh” . Wahyudin (2006:70) dalam penelitiannya menyatakan “ Ada hubungan yang signifikan daya ledak tungkai dan kelentukan togok kebelakang secara bersama-sama dengan kemampuan lompat jauh murid SD Negeri Kalukuang 1 Kota Makassar” Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat dilihat jelas bahwa kelentukan memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan lompat jauh seseorang, karena peran kelentukan dalam gerakan melayang pada saat melakukan lompat jauh sangat dibutuhkan untuk mencapai hasil lompatan yang maksimal. Bahkan telah ada penelitian terdahulu yang meneliti hubungan antara kelentukan terhadap
  • 19. 19 lompat jauh yang hasilnya menunjukkan hubungan yang signifikan dan adanya kontribusi antara kelentukkan dengan kemampuan lompat jauh seseorang.
  • 20. 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif Menurut Sudjana (2004:56) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk melihat bagaimana hubungan antara variabel- variabel yang diteliti tanpa memberikan perlakuan (eksperimen) pada sampel. Hasil dari pengamatan pada variabel kemudian di analisa dengan metode statistik kemudian disimpulkan bagaimana hubungan variabel-variabel yang diteliti. 3.2 Populasi Dan Sampel Populasi adalah keseluruhan individu atau kelompok yang dapat diamati dari beberapa anggota kelompok (Arikunto, 1996:115). Adapun yang dijadikan populasi penelitian ini adalah keseluruhan Mahasiswa Putra PJKR angkatan tahun 2011 Universitas Serambi Mekkah yang berjumlah 200 orang. Sampel ialah sebagian dari anggota populasi yang diambil dengan menggunakan terknik tertentu yang disebut teknik sampling. Karena jumlah populasi dalam penelitian ini relatif banyak, maka peneliti membatasi jumlahnya menjadi 20% dari populasi dengan melakukan pemelihan secara acak dengan mempergunakan teknik “Simple Radom Sampling” dengan menggunakan table acak statistik,(Sudjana 2009:30). sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 40 orang mahasiswa putra angkatan tahun 2011 Universitas Serambi Mekkah. 20
  • 21. 21 3.3 Rancangan Penelitian Berdasarkan dari pengamatan subjek yang ada, kemudian diadakan penelitian untuk mencari hubungn antara variabel yang diteliti elalui pengumpulan data. Namun sebelumnya harus dibuat dahulu rancangan atau desain penelitian agar memudahkan pelaksanaan pengukuran, dalam hal ini pengukuran lapangan. Menurut Arikunto (1991:41) bahwa “ Rancangan penelitian atau desain penelitian adalah rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai ancang-ancang kegiatan yang akan dilaksnakan”. Jadi rancangan penelitian yaitu mengukur kelentukan dan lompat jauh gaya melenting. Dalam rancangan ini data pengukuran untuk kelentukan adalah (X), dan data untuk pengukuran lompat jauh gaya melenting adalah (Y) 3.4 Teknik Pengumpulan Data Data yang perlu dikumpulkan in adalah data dari berbagi unsur kondisi fisik yaitu kelentukan togok dan kemampuan lompat jauh gaya lenting. Data yang perlu dikumpulkan ini merupakan data kuantitatif karena dapat terukur, oleh karena itu teknik pengumpulan data ini menggunakan instrumen tes (Sudjana 2004:15). Tes yang dilakukan untuk mengukur variabel adalah tes Kelentukan (X) Kemampuan lompat jauh (Y) Hubungan Gambar 3.1: Desain Penelitian
  • 22. 22 kayang untuk data kelentukan dan tes lompat jauh gaya lenting. untuk data kemampuan lompat jauh gaya lenting. Yang dijelaskan di bawah ini. 1. Tes Kelentukan. Pengukuran kelentukan togok kebelakang (Kayang) a. Pelaksanaan : Peserta subyek penelitian telungkup, kedua lengan di belakang pinggul, dagu rapat dilantai, sedangkan tungkai lurus dan tetap kontak pada lantai. Peserta subyek penelitian mengangkat badannya dan kepalanya ke atas setinggi mungkin. Untuk menjaga kestabilan badan, diperlukan seseorang memegang atau duduk pada tungkai peserta subyek penelitian. Kesempatan diberikan dua kali berturut-turut. Yang diukur adalah jarak (tinggi) dari lantai ke dagu.
  • 23. 23 b. Penilaian : Nilai terbaik dari dua kali kesempatan dicatat sebagai hasil akhir peserta subyek (Halim, 2009: 107) 2. Tes Kemampuan Lompat Jauh Gaya Lenting. Pengukuran kemampuan lompat jauh seseorang a. Pelaksanaan Pada tes kemampuan lompat jauh ada beberapa tahap pelaksanaan yang harus dilakukan yaitu : 1. Peserta dibariskan untuk melakukan tes lompat jauh secara bergiliran. 2. Peserta yang mendapatkan giliran melakukan lompatan, akan melakukan 1 kali lompatan kemudian hasil lompatan diukur oleh petugas (pencatat). 3. Prosedur 1 & 2 diulangi sampai 3 kali untuk mendapatkan data yang valid. b. Penilaian Jarak lompatan yang diambil untuk penilaian adalah jarak terjauh yang diperoleh dari 3 kali percobaan oleh sampel.
  • 24. 24 3.5 Teknik Analisa Data Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisa dengan menggunakan rumus statistik untuk mengetahui hubungan antara kelentukan togok dan kemamapuan lompat jauh seseorang. Analisa yang digunakan untuk mengolah data adalah : 1. Analisa nilai rata-rata Analisa nilai rata-rata digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata kemampuan lompat jauh mahasiswa PJKR Universitas Serambi Mekkah angkatan 2011. = Jumlah rata-rata lompat jauh mahasiswa PJKR USM angkatan 2011 n = Jumlah sampel ∑X = Jumlah total nilai kelentukan keseluruhan sampel ∑Y = Jumlah total kemampuan lompat jauh gaya lenting sampel = Jumlah rata-rata tingkat kelentukan mahasiswa PJKR angkatan 2011.
  • 25. 25 2. Analisa Korelasi Analisa korelasi adalah metode pengolahan data yang dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. (Sudjana,2004:30). Dimana : rxy = koefesien korelasi variabel x dan y x = nilai kelentukan togok mahasiswa PJKR USM angkatan 2011 y = nilai lompat jauh mahasiswa PJKR USM angkatan 2011 3. Analisa kontribusi Analisa kontribusi dilakukan untuk mengetahui kelentukan togok mahasiswa PJKR angkatan 2011 terhadap lompat jauh gaya lenting. Dimana : P = Besarnya kontribusi kelentukan took terhadap lompat jauh gaya lenting Mahasiswa PJKR angkatan 2011 r = Koefesien korelasi.
  • 26. 26 4. Analisa Standar Deviasi Standar deviasi adalah suatu nilai yang menunjukkan ingkat (drajat) variasi kelompok atau ukuran standar penyimpangan yang ada pada sampel. dimana : Xi = tingkat kelentukan togok sampel = Nilai rata-rata tingkat kelentukan sampel n = Jumlah sampel Sd = nilai standar deviasi variabel kelentukan togok mahasiswa PJKR universitas Serambi Mekkah Angkatan 2011 5. Uji signifikansi Uji signifikansi adalah uji untuk melihat apakah hubungan antara variabel- variabel yang diteliti signifikan (nyata), dengan tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,5.Analisa ini untuk menguji hipotesis yang kita buat pada penelitian. (Sudjana,2004:30) r = koefesien korelasi n = jumlah sampel k = Derajat kebebasan
  • 27. 27 3.6 Waktu Dan Tempat Penelitian A. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada 2 lokasi yang berbeda untuk pengukuran kelentukan, penelitian akan dilakukan pada Universitas Serambi Mekkah. Sedangkan untuk pengukuran lompat jauh gaya melenting akan dilakukan pada stadion Harapan Bangsa Lhong Raya Banda Aceh. B. Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan dalam waktu 7 hari dengan rincian kegiatan yang dibuat pada tabel berikut ini : Tabel 3.1 Rincian kegiatan penelitian kegiatan Waktu Penelitian hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7 Pengambilan Sampel Pengukuran Kelentukan Pengukuran Lompat Jauh Gaya Melenting Pengumpulan Data Analisa Data Pembahasan Data
  • 28. 28 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Djumidar,2004,Latihan Dasar Lompat Jauh, Jakarta, Kemuning. Halim, 2009, Pendidikan Jasmani Untuk SMU, Bandung, Gamelan. Harsono,1988,Potensi Tubuh Atletik. Jakarta, Kemuning. Rahantoknam,1988,Muscle And Power,Jakarta, Primbana. Rani,Adib,Abdulah, Otot Dan Tulang, Jakarta, Pancasona. Sajoto, 1999, Kesuksesan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Trenggiling. Sudjana,Nana,2003.Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Jakarta, Sinar Baru. Sudjana,Nana 2005. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito.. Sumosardjono,Sadoso, 1987, Latihan Dasar Senam, Jakarta, Musimas.