Dokumen tersebut membahas tentang peta konsep mata pelajaran Pneumatik dan Hidrolik untuk kelas XI semester 1 paket keahlian Teknik Mekatronika. Mata pelajaran tersebut mencakup dasar-dasar pneumatik, sumber udara bertekanan, komponen-komponen pneumatik, dan pengoperasian peralatan pneumatik sederhana.
1. Laporan ini membahas percobaan pompa sentrifugal tunggal, seri, dan paralel, termasuk data hasil percobaan, perhitungan, dan analisis grafik hubungan antara kapasitas dan head serta kapasitas dan daya poros.
2. Pada pompa tunggal, head tertinggi terjadi pada kapasitas 0 m3/s, sedangkan pada pompa seri dan paralel head total lebih tinggi dibanding pompa tunggal.
3. Semua jenis pompa mengal
Eksperimen ini bertujuan untuk mempelajari sifat dan keuntungan mekanis tuas, serta untuk memverifikasi hukum kekekalan energi mekanik menggunakan tuas. Subjek melakukan serangkaian percobaan dengan mengukur gaya, jarak, dan perubahan energi potensial saat mengangkat beban menggunakan tuas. Hasilnya menunjukkan momen gaya kuasa sama dengan momen gaya beban, sesuai dengan konsep keseimbangan
Dokumen tersebut merupakan prosedur percobaan untuk menilai keuntungan mekanis dari bidang miring dengan mengukur gaya yang dibutuhkan untuk menarik beban pada bidang miring dengan menggunakan neraca pegas dan massa menggelinding. Percobaan dilakukan pada beberapa sudut kemiringan untuk membandingkan hasil teori dan praktik serta menentukan pengaruh sudut terhadap keuntungan mekanis.
Wilayah DKI Jakarta secara geologi terdiri atas dataran aluvial dan endapan di sebelah utara, kipas gunungapi Bogor di tengah, dan perbukitan serta gunungapi muda di selatan. Batuan penyusun wilayah ini berupa sedimen, endapan permukaan, gunungapi, dan intrusi. Teluk Jakarta dipenuhi endapan lumpur, lumpur pasiran, dan pasir lumpuran yang berasal dari sungai-sungai dan aktivitas vulkanik.
In this slide, 8 parameters are being considered to define the wind turbine blade efficiency and finally I have concluded some of the best conditions to get the optimum efficiency.
Dokumen tersebut membahas tentang peta konsep mata pelajaran Pneumatik dan Hidrolik untuk kelas XI semester 1 paket keahlian Teknik Mekatronika. Mata pelajaran tersebut mencakup dasar-dasar pneumatik, sumber udara bertekanan, komponen-komponen pneumatik, dan pengoperasian peralatan pneumatik sederhana.
1. Laporan ini membahas percobaan pompa sentrifugal tunggal, seri, dan paralel, termasuk data hasil percobaan, perhitungan, dan analisis grafik hubungan antara kapasitas dan head serta kapasitas dan daya poros.
2. Pada pompa tunggal, head tertinggi terjadi pada kapasitas 0 m3/s, sedangkan pada pompa seri dan paralel head total lebih tinggi dibanding pompa tunggal.
3. Semua jenis pompa mengal
Eksperimen ini bertujuan untuk mempelajari sifat dan keuntungan mekanis tuas, serta untuk memverifikasi hukum kekekalan energi mekanik menggunakan tuas. Subjek melakukan serangkaian percobaan dengan mengukur gaya, jarak, dan perubahan energi potensial saat mengangkat beban menggunakan tuas. Hasilnya menunjukkan momen gaya kuasa sama dengan momen gaya beban, sesuai dengan konsep keseimbangan
Dokumen tersebut merupakan prosedur percobaan untuk menilai keuntungan mekanis dari bidang miring dengan mengukur gaya yang dibutuhkan untuk menarik beban pada bidang miring dengan menggunakan neraca pegas dan massa menggelinding. Percobaan dilakukan pada beberapa sudut kemiringan untuk membandingkan hasil teori dan praktik serta menentukan pengaruh sudut terhadap keuntungan mekanis.
Wilayah DKI Jakarta secara geologi terdiri atas dataran aluvial dan endapan di sebelah utara, kipas gunungapi Bogor di tengah, dan perbukitan serta gunungapi muda di selatan. Batuan penyusun wilayah ini berupa sedimen, endapan permukaan, gunungapi, dan intrusi. Teluk Jakarta dipenuhi endapan lumpur, lumpur pasiran, dan pasir lumpuran yang berasal dari sungai-sungai dan aktivitas vulkanik.
In this slide, 8 parameters are being considered to define the wind turbine blade efficiency and finally I have concluded some of the best conditions to get the optimum efficiency.
Design kombinasi poros dan blade turbin angin savonius direncanakan untuk menfaatkan kecepatan angin rendah yang dikenversikan menjadi energi listrik alternatif di daerah pantai sehingga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga dan komersil
Perhitungan turbin propeller poros horizontalSelly Riansyah
Dokumen tersebut membahas perancangan turbin air pada bendungan Bening Saradan di Madiun. Secara ringkas, dokumen menjelaskan analisis untuk menentukan tipe turbin yang sesuai berdasarkan debit air dan tinggi jatuh, yang menghasilkan rekomendasi menggunakan turbin propeller. Selanjutnya dibahas desain runner turbin dan poros, serta perhitungan untuk menentukan ukuran komponen.
Analisa perpindahan panas konveksi paksa pada pipa ellipseAli Hasimi Pane
Studi kasus ini melakukan analisis perpindahan panas konveksi paksa pada pipa berbentuk ellipse menggunakan perangkat lunak CFD. Analisis dilakukan untuk aliran udara dengan kecepatan 0,5-1,5 m/s pada pipa dengan diameter 10 cm dan panjang ellipse 20 cm yang dijaga konstan pada 333K. Hasil simulasi CFD menunjukkan laju perpindahan panas tidak berbeda lebih dari 5% dari perhitungan manual berdasarkan persama
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai data geometri, profil baja, pembebanan, dan perhitungan gempa untuk analisis jembatan rangka baja. Data geometri mencakup jenis, lebar, dan tinggi jembatan serta profil baja yang digunakan. Pembebanan meliputi beban mati, hidup, angin, serta gempa yang dihitung berdasarkan standar nasional.
Laporan praktikum mengenai pengukuran efisiensi pemanas air tenaga surya tipe plat dengan variasi sudut datang sinar matahari. Praktikum dilakukan untuk memahami faktor yang mempengaruhi efisiensi pemanas air surya dan pengaruh sudut datang sinar terhadap efisiensi. Hasilnya menunjukkan efisiensi dipengaruhi intensitas cahaya, sudut datang, dan laju aliran massa air. Semakin besar sudut datang, efisiensi se
Design kombinasi poros dan blade turbin angin savonius direncanakan untuk menfaatkan kecepatan angin rendah yang dikenversikan menjadi energi listrik alternatif di daerah pantai sehingga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga dan komersil
Perhitungan turbin propeller poros horizontalSelly Riansyah
Dokumen tersebut membahas perancangan turbin air pada bendungan Bening Saradan di Madiun. Secara ringkas, dokumen menjelaskan analisis untuk menentukan tipe turbin yang sesuai berdasarkan debit air dan tinggi jatuh, yang menghasilkan rekomendasi menggunakan turbin propeller. Selanjutnya dibahas desain runner turbin dan poros, serta perhitungan untuk menentukan ukuran komponen.
Analisa perpindahan panas konveksi paksa pada pipa ellipseAli Hasimi Pane
Studi kasus ini melakukan analisis perpindahan panas konveksi paksa pada pipa berbentuk ellipse menggunakan perangkat lunak CFD. Analisis dilakukan untuk aliran udara dengan kecepatan 0,5-1,5 m/s pada pipa dengan diameter 10 cm dan panjang ellipse 20 cm yang dijaga konstan pada 333K. Hasil simulasi CFD menunjukkan laju perpindahan panas tidak berbeda lebih dari 5% dari perhitungan manual berdasarkan persama
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai data geometri, profil baja, pembebanan, dan perhitungan gempa untuk analisis jembatan rangka baja. Data geometri mencakup jenis, lebar, dan tinggi jembatan serta profil baja yang digunakan. Pembebanan meliputi beban mati, hidup, angin, serta gempa yang dihitung berdasarkan standar nasional.
Laporan praktikum mengenai pengukuran efisiensi pemanas air tenaga surya tipe plat dengan variasi sudut datang sinar matahari. Praktikum dilakukan untuk memahami faktor yang mempengaruhi efisiensi pemanas air surya dan pengaruh sudut datang sinar terhadap efisiensi. Hasilnya menunjukkan efisiensi dipengaruhi intensitas cahaya, sudut datang, dan laju aliran massa air. Semakin besar sudut datang, efisiensi se
1. 37
44.. PPeemmbbaannggkkiitt LLiissttrriikk KKiinncciirr AAnnggiinn –– PPLLKKAA
Teknologi turbin telah mencapai status bagus selama 15 tahun terakhir setalah adanya
pengembangan produksi massal dan riset komersial. Harga instalasi sudah menurun,
dengan peningkatan availibitas teknis telah dapat mencapai 97%, sementara faktor
kapasitas harian telah meningkat dari 15% menjadi 30%.
4.1. Potensi Energi Angin
Angin adalah pertukaran sejumlah massa udara yang diakibatkan oleh fenomena
termal. Sumber energi termal pendorong adalah matahari.
Gambar 4.1: Pembentukan angin disebabkan fenomena termal sinar matahari
Potensi energi angin sangat dipengaruhi oleh keadaan permukaan.
2. 38
Gambar 4.2: Distribusi kecepatan angin terhadap bidang vertikal
Pola geostropik dari angin (secara teoretis angin terjadi dari gradien tekanan)
menunjukan penurunan akibat adanya hambatan misalnya, gedung, pohon dan
rerumputan. Sifat permukaan dapat dinyatakan dengan menngunakan parameter
“rougness-length”. Z0 adalah tinggi dimana kecepatan angin mencapai nol (0).
Table 1: Nilai “Roughness-length” untuk beberapa kelas dataran
No Kategori
“Roughness-length”
Z0 (m)
Keterangan
1 Sea 0.0002 High Seas
2 smooth 0.005 Mud-flats
3 open 0,03 open, flat country; pasture
4 open to rough 0.1 agricultural land with low growth
5 rough 0.25 agricultural land with tall growth
6 very rough 0.5 Parkland with bushes and trees
7 closed 1 woods, villages, suburbs
8 City centres 2 Centres of big cities
3. 39
Perhitungan kecepatan angin untuk suatu ketinggian tertentu (h2) atas dasar
kecepatan angin pada posisi h1 (posisi anemometer) sebesar w1 (hasil pengukuran
dengan anemometer) dapat didekati dengan:
( )
=
0
1
0
2
122
ln
ln
Z
h
Z
h
whw
dengan Z0 adalah Roughness-length. Hal tersebut didasarkan pada asumsi bahwa
profil kecepatanangin berbentuk logaritmis terhadap ketinggian.
Energi angin dapat dimanfaatkan dari laju gerakannya (energi kinetik) dengan
menggunakan kincir angin.
2
5,0 ak wmE && = (4-1)
dimana wa adalah laju gerakan angin dan m massa dari angin yang melewati sudu
kincir angin setiap detiknya.
awAm ρ=& (4-2)
Sehingga jika kincir memiliki luas penampang A dan radius R, dan efisiensi CE maka
energi yang dapat dihasilkan setiap satuan waktu (daya kincir angin) adalah:
Eak CwRE 32
5,0 πρ=& (4-3)
Perhitungan tersebut adalah hasil teoritis yang harus dikoreksi oleh faktor ketersedian
angin dan tentu saja masih dipengaruhi oleh efisiensi konversi sistem kincir antara 20 –
60% ataupun untuk sistem terbaru mencapai 70 – 80%.
Pembangunan sistem pembangkit tenaga angin harus memperhatikan bentuk aliran
angin di lokasi dan potensi yang mempengaruhinya, seperti bangunan tinggi,
pepohonan dll.
Contoh:
Sebuah kincir angin dengan spesifikasi daya 150 kW, diameter sudu 23 m, efisiensi
40%, dipasang di lokasi dengan kecepatan rerata 10 m/s dan densitas udara 1,125
kg/m3.
Daya listrik yang dihasilkan :
E = 0,5 (1,125) π (11,5)2
(10)3
= 93,482 kWs
4. 40
Jika kecepatan angin hanya separohnya (5 m/s), maka
E = 11,685 kWs (sekitar 12,5%)
Sehingga perhitungan potensi angin tahunan untuk perencanaan pemasangan kincir
tidak dilakukan atas dasar formula di atas dengan hanya mempertimbangkan
kecepatan rerata, karena akan memiliki kesalahan besar. Perhitungan potensi
dilakukan dengan menggunakan distribusi kecepatan angin tahunan yang dapat
didekati suatu pola distribusi misalnya Weibull atau Rayleigh.
4.1.1. Distribusi Rayleigh
Seperti dibahas sebelumnya, bahwa daya angin P adalah proporsional dengan
densitas angin ρ, area dan pangkat tiga dari kecepatan. Untuk menghitung energi yang
terkandung dalam angin, maka perlu mengintegralkan nilai daya sepanjang sumbu
waktu. Sehingga dibutuhkan perekaman kurva kecepatan angin untuk sepanjang hari,
minggu atau bulan. Kurva tersebut dapat dikonversikan dalam bentuk histogram dari
frekuensi relatif.
Nilai hi adalah frekuensi relatif untuk kelas kecepatan vi. Jumlah energi sepanjang
periode waktu T adalah jumlah dari keseluruhan kelas kecepatan.
Eges = ∑ (hi · Pi · T)
Dari persamaan daya Pi di atas dapat dituliskan:
Pi = ½ · ρ · A · vi³
Jika tidak tersedia histogram untuk sutatu lokasi dan tidak dimungkinkan untuk
membuat, maka histogram dapat diturunkan dari distribusi Rayleigh dari kecepatan
angin rerata, dimana akan merupakan pendekatan bagus untuk lokasi bebas
hambatan. Histogram berikut dikembangkan dengan fungsi Rayleigh dari kecepatan
angin rerata 6 m/s.
5. 41
Gambar 4.3: Distribusi Rayleigh
Pendekatan perhitungan pola kecepatan angin sering digunakan atas dasar distribusi
angin Rayleigh.
4.1.2. Distribusi Weibull
Pendekatan pola distribusi angin dalam rentang waktu panjang (tahunan) dapat
digunakan fungsi Weibull. Indikasi distribusi dinyatakan dengan nilai Weibull k dan
normalisasi skala c. Persamaan Weibull dinyatakan sbb:
( )
−
=
− kk
c
v
c
v
c
k
vf exp
1
( 4-4)
dimana v kecepatan angin, k faktor pola weibull dan c faktor skala.Karakteristik fungsi
distribusi dianyatakan oleh kedua parameter k dan c, dimana c didekati sebagai fungsi
dari kecepatan rerata c = 1,126 vrerata. Nilai k = 1 merupakan pendekatan eksponesial,
k=2 mendekatai fungsi Rayleigh dan k = 2,35 mendekati fungsi Gausian.
6. 42
Gambar 4.4: Contoh pendekatan distribusi Weibull
Beberapa contoh pendekatan distribusi Weibull tampak pada Gambar 4.4, dimana data
real dalam diagram batang dan fungsi pendekatan berupa garis.
Gambar 4.5: Perbandingan data dan pendekatan fungsi Weibull
7. 43
Nilai parameter Weibull k bervariasi untuk tipe lokasi, misalnya daerah dataran
pedalaman biasanya berkisar 1,2 sedangkan daerah pantai 2,3, dan semakin tinggi
lokasi nilai k akan naik.
4.2. Metode Eksploitasi Energi Angin
Transformasi energi kinetik angin ke rotor kincir diperoleh dari pelambatan sejumlah
massa udara. Kecepatan angin di depan rotor v1 akan mengalami reduksi menjadi v3 di
belakang rotor.
Gambar 4.6: Kecepatan angin pada suatu rotor
Energi yang dihasilkan merupakan nilai perbedaan energi angin di depan dan belakang
rotor.
Eyield = ½ · m · (v1² - v3²)
Sehingga daya yang dibangkitkan oleh angin adalah:
Pyield = ½ · ρ · A · v2 · (v1² - v3²)
Jika kita hubungkan antara daya dengan daya yang terkandung dalam angin, maka
didapatkan koefisien daya (power coefficient) cP, yang dinamakan juga sebagai
efisiensi aerodinamik ('aerodynamic efficiency').
cP = Pcont / Pwind
8. 44
dengan
Pwind = ½ · ρ · A · v1³
Dengan asumsi bahawa kecepatan angin pada bidang rotor:
v2 = (v1 + v3)/2
maka diperoleh:
cP = ½ · (1+v3/v1) · (1-(v3/v1)² )
Diagram berikut menunjukkan koefisien daya cP sebagai fungsi dari rasio kecepatan v3
dengan v1.
Gambar 4.7: Koefisien daya menurut Betz
Untuk mencapai nilai optimum penggunaan energi angin, maka kecepatan dibalik rotor
v3 harus 1/3 dari kecepatan di depan rotor v1. Sehingga koefisien daya cP,Betz = 0,59.
Ada dua kemungkinan untuk trnasformasi daya angin menjadi daya kinetik, yaitu
dengan pemanfaatan gaya hambatan “drag force” dan dengan daya angkat “lift force”.
Drag force rotors memanfaatkan gaya FW yang dihasilkan oleh angin pada suatu area
A pada sudut tertentu: that
FW = cw · ½ · ρ · A · v²
Nilai koefisien hambatan “drag coefficient” cw merupakan indikasi dari kualitas
aerodinamik suatu benda.
9. 45
Tabel 1: Nilai cw
cw Body
1,11 Circular Plate
1,10 Square Plate
0,33 Closed Semi-Sphere
1,33 Open Semi-Sphere
10. 46
Biasanya rotor yang memanfaatkan gaya hambatan “drag force rotor” adalah cup
anemometer.
Gambar 4.8: Cup Anemometer
Cup anemometer tidak hanya menghasilkan satu “driving drag force” tetapi juga
sebuah pengereman “braking”
Gaya penggerak:
( )2
, 2
133,1 uvAF drivew −= ρ
Gaya pengereman:
( )2
, 2
133,0 uvAF brakew += ρ
Daya yang diperoleh:
P = (FW ,drive - FW ,brake) · u
11. 47
Didefinisikan sebuah parameter rasio kecepatan λ, yang merupakan indikasi rasio
antara kecepatan putar rotor u dan kecepatan angin v.
v
u
=λ
Nilai λ untuk “Drag force rotor” tidak akan mencapai 1, karena kecepatan putar rotor
harus lebih kecil dari kecepatan angin.
Cup anemometer memiliki λopt = 0.16. Hal tersebut menunjukkan efisiensi aerodinamis
yang amat rendah, sehingga cup anemometer tidak digunakan dalam pembangkitan
daya.
Gambar 4.9: Koefisien daya sebagai fungsi λ
Jika aliran udara menabrak bidang datar atau suatu profil sudu dengan sudut tertentu,
maka seiring dengan gaya hambatan “drag force” FW, akan dihasilkan gaya angkat
tegak lurus FA. Dikarenakan “lift force” jauh lebih besar “drag force” maka akan timbul
rotasi.
12. 48
Gambar 4.10: Gaya angkat “Lift Force”
Gaya angkat dapat dihitung sbb:
2
2
1 vAcF aA ρ=
Koefisien gaya angkat “lift force coefficient” ca tergantung pada profil sudu sayap dan
sudut antara aurs angin dengan sudu.
Komponen “upwind speed” c adalah hasil dari jumlah dari kecepatan angin v dan
kecepatan putar u.
c² = v² + u²
Nilai c dari “lift force rotor” selalu lebih besar dari v, sedangkan c dari “drag force rotor”
selalu lebih kecil dari v.
Upwind speed memberikan kontribusi kepada gaya secara kuadrat. Sehingga atas
dasar hal tersebut, lift forced rotor menghasikan efisiensi jauh lebih baik dari pada drag
forced rotor cP,max= 0,5
Gambar berikut menunjukkan ukuran koefisien daya untuk kincir angin modern.
Catatan bahwa, cP,max dicapai pada rasio kecepatan 8. Rotor kincir dengan λ>2
dinamakan “fast running”.
14. 50
4.3. Tipe Kincir Angin
Atas dasar posisi rotor dibedakan antara poros tegak (savonius rotor) dan horisontal.
Kincir poros tegak yang paling sederhana tersusun dari dua bagian metal semisilindris
yang dipasang pada poros. Sistem tersebut memiliki kelebihan yaitu dapat berputar
pada torsi sedang, meski efisiensi rendah sekitar 10%.
Gambar 4.12: Kincir poros horisontal
Gambar 4.13: Kincir poros vertikal
16. 52
Gambar 4.15: Tipe kincir angin poros horisontal
4.4. Daya Kincir Angin
Atas dasar persamaan kontinuitas untuk laju aliran massa udara yang diasumsikan
imkompresibel (ρa = konstan), maka
2,21,1 aaaa wAwAm ρρ ==& [kg/s] ( 4-5)
Profil tekanan dan kecepatan untuk suatu volume atur sebagai model bentuk aliran
udara yang melewati suatu kincir dapat ditampilkan seperti Gambar berikut.
17. 53
Gambar 4.16: Profil tekanan dan kecepatan aliran angin
Atas dasar persamaan Bernoulli, maka komponen gaya yang bekerja pada sudu rotor
searah aliran untuk asumsi tidak ada friksi dan tekanan konstan (p1 = p2) adalah:
( )
2
2
2
2
1 ww
AF aT
−
= ρ [N] ( 4-6)
dengan A adalah area sudu rotor.
Daya turbin:
( )
2
2
2
2
1 ww
mPT
−
= & [W] ( 4-7)
Daya kincir angin dihitung sbb:
3
5,0 aapT wACP ρ= [W] ( 4-8)
dengan Cp adalah koefisien daya kincir.
−
+= 2
1
2
2
1
2
115,0
w
w
w
w
Cp ( 4-9)
18. 54
Koefisien daya menyatakan pengaruh kecepatan terhadap gradien tekanan dan daya
yang dapat dihasilkan oleh kincir. Koefisien daya amat dipengaruhi oleh parameter
aerodinamik dari kincir serta sistem kendali kincir.
4.5. Momen Putar
Rotor yang berputar dengan laju n (s-1) akan menghasilkan momem putar sebesar:
n
P
M T
π2
= [N m] ( 4-10)
Dengan kecepatan putar
λ
ρ
ω
RwAC
u
RPP
M
apTT
2
5,0
=== [N m] ( 4-11)
dengan:
PT : Daya turbin [W]
ω : laju putaran rotor [s-1
]
R: radius [m]
U: kecepatan lintasan [m/s]
W: kecepatan angin
λ : parameter angin (=u/w)
4.6. Sistem Listrik
Generator tiga fase digunakan untuk konversi energi angin menjadi energi listrik, yang
menghasilkan arus tiga fase dengan pergeseran 120° antara satu dan lainnya.
Generator memiliki lilitan 3 fase pada stator, sedangkan rotor diletakkan di bagian
tengah mesin seperti gambar berikut.
19. 55
Gambar 4.17: Tampak lintang dari generator sinkron
Atas dasar beda prinsip operasi maka dibedakan antara generator sinkron dan
asinkron. Generator asinkron seperti namanya, rotor tidak akan berputar pada
frekuensi sama untuk setiap bidang medan pada stator. Hal tersebut dinamakan
slippage. Slippage dapat dihitung dari kecepatan rotasi sinkron dari armatur (frekuensi
grid) dan kecepatan rotasi rotor.
s = (ns - n) / ns
Slippage memiliki nilai dalan jangkauan dari 1 (standstill) dan 0 (ideal open circuit).
Modus operasi normal s < 0,10.
Kecepatan rotasi sinkron adalah:
ns = f / p
dimana f adalah frekuensi jaringan (grid frequency) dan p jumlah pasangan pole. Atas
dasar frekuensi jaringan 50 Hz, maka sepasang pole memiliki kecepatan rotasi sinkron
sebesar 3000 rpm. Kecepatan sebesar itu hanya dapat dicapai dengan bantuan sistem
transmisi (gearbox).
Rotor mesin asinkron tidak memerlukan ekstra suplai arus karena rotasi medan pada
stator dapat menhasilkan induksi tegangan dalam rotor yang kemudian menhasilkan
aus reaktif dalam stator.