Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas peran peti kemas dalam mendukung ekspor impor komoditi pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.
2. Menganalisis pembiayaan sistem penanganan peti kemas dan faktor yang dipertimbangkan pemilik barang dalam menggunakan jasa peti kemas.
3. Hasil penelitian menunjukkan volume ekspor impor komoditi pertanian akan terus meningkat sel
1. 1
PERANAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG EKSPOR IMPOR KOMODITI HASIL PERTANIAN DI
PELABUHAN SOEKARNO HATTA MAKASSAR
The role of containers in supporting export import the crop of agriculture commodity
at Soekarno Hatta Makassar port
Richa Patiung, Rahim Darma dan Nurdin Brasit
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui perkembangan penggunaan petikemas dalam ekspor impor komoditi hasil
pertanian di pelabuhan Soekarno Hatta Makassar lima tahun kedepan, mengetahui pembiayaan dalam sistem
penanganan penggunaan petikemas, dan mengidentifikasi faktor yang menjadi pertimbangan para pemilik barang
sehingga menggunakan jasa petikemas. Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumen. Data dianalisis secara deskriptif
dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan persentase, dan analisis time series dengan metode kuadrat terkecil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Volume ekspor dan impor komoditi hasil pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta
akan terus menerus mengalami peningkatan hingga lima tahun kedepan yang secara otomatis juga akan meningkatkan
penggunaan petikemas ekspor dan impor lima tahun kedepan, pembiayaan dalam sistem penanganan petikemas
dipelabuhan Soekarno Hatta Makassar berdasarkan status pergerakannya yaitu biaya penanganan petikemas LCL
(Less Than Container Load) lebih tinggi dibanding FCL (Full Container Load), atau mengalami kenaikan 11,14%
untuk petikemas 20 feet, dan 11,87% untuk petikemas 40 feet. Faktor yang menjadi pertimbangan para pemilik barang
menggunakan jasa petikemas antara lain: resiko kerusakan sangat kecil, waktu pengiriman sangat cepat,
mempertahankan kualitas barang, volume pengiriman besar, dan kecepatan bongkar muat.
Kata Kunci: Penanganan Petikemas, ekspor, impor, Komoditi Pertanian,
ABSTRACT
This aims of research to know the development the use of containers in export import the crop of agriculture
commodity at Soekarno Hatta Makassar port, to find the financing in handling systems the use of containers, to
identify the factors are considered by the owner goods to use container services. This research conducted at Soekarno
Hatta Makassar port. The method of data collection is observation, interview, and stydy document. The analyzed data
were descriptive, the use of table distribution frequency and percentage, and analysis time series by the least squares
method. The results showed that the volume of export import the crof of agriculture commodity at Soekarno Hatta
Makassar port will continue to experience increased up to five years in the future which would also automatically
increase the use of export import containers, the financing of haldling containers system at Soekarno Hatta Makassar
Port, based on the movement status of container handling cost is the LCL (Less than Container Load) higher than FCL
(Full Container Load), or increased 11.14% for container 20 feet, and 11.87% for the container 40 feet. The factors are
considered by the owner goods using container services, among others: the risk of damage is very small, very fast
delivery time, maintain the quality of goods, shipping volumes, and the speed of loading and unloading.
Key words: Container handling, export, import, Agriculture commodity.
2. 2
PENDAHULUAN
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan disekitarnya dengan batas – batas tertentu
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar,
naik turun penumpang dan bongkar muat barang, berupa terminal yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan/keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antra
moda transportasi (UU No.17 Tahun 2008).
Pelabuhan Makassar merupakan salah satu pintu gerbang keluar masuk kapal dan barang baik secara domestic
maupun ekspor impor dan tergolong pelabuhan kelas utama keempat setelah Pelabuhan Belawan, Tanjung Priok,
Tanjung Perak, dan sebagai pelabuhan laut terbesar di kawasan timur Indonesia yang terletak di selat Makassar, yang
memegang peran utama dalam pendistribusian barang yang telah dilengkapi dengan fasilitas bongkar muat petikemas
dari dan ke kapal sampai di gudang penerima (Maritim edisi Juli 2008).
Akhir-akhir ini, sistem dan prosedur pelayanan kapal dan proses bongkar muat container di Pelabuhan
Makassar, diduga pelayanannya menimbulkan biaya tinggi. Biaya tinggi yang timbul tersebut disebabkan oleh berbagai
hal,antara lain dalam proses pengiriman/penerimaan barang dengan sistem petikemas dari dan ke pelabuhan Makassar.
Sesuai Kawat Dirjen Hubla tahun 2007 tentang pembahasan “Higt Cost” angkutan laut di pelabuhan Makassar
(Pimpinan rapat, Jinca,M.Y,2007).
Berdasarkan Surat Gafeksi/Infa tanggal 17 Juli 2008 mengatakan bahwa sistem pengaturan container kosong
(empty) dan isi (full) oleh perusahaan pelayaran selaku operator petikemas dan TPM (Terminal Petikemas Makassar)
di terminal penumpukan terdapat Petikemas ekspor/impor dan antar pulau yang menyebabkan high cots (biaya tinggi)
yang dikeluhkan oleh pemilik barang seperti adanya pungutan ganda dalam proses pergerakan yang dimulai dari biaya
relokasi, Terminal Handling Charges (THC), Agency fee, Dokumen fee, Cleaning, Deposite dan uang Jaminan sewa
petikemas oleh shipper/consignee.
Pengaruh harga tinggi di pelabuhan menentukan harga unit produksi komoditi di Pasaran, dalam hal ini
termasuk biaya angkutan dan biaya operasional penanganan bongkar muat di pelabuhan, yang mempengaruhi harga
barang produksi. Namun ada pertimbangan lain mengapa para eksportir dan importir menggunakan jasa petikemas
(container) dalam pengiriman komoditinya seperti faktor resiko dalam pengangkutan misalnya kerusakan dan
kehilangan dan waktu pengiriman yang sangat cepat serta pengiriman dalam jumlah yang besar. Tingkat efektifitas dan
efisiensi merupakan salah satu upaya untuk menekan biaya agar harga dimaksud untuk perunit barang menjadi lebih
rendah dan akhirnya dapat bersaing dengan produk Negara lain (Impor) yang bisa dijangkau oleh masyarakat.
Berkaitan dengan masalah tersebut penelitian ini difokuskan pada “pembiayaan dalam sistem penanganan
penggunaan petikemas dan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan para pemilik barang dalam penggunaan
jasa petikemas dalam rangka meningkatkan penggunaan petikemas untuk ekspor impor komodi hasil
pertanian di pelabuhan Soekarno Hatta Makassar”. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui perkembangan
penggunaan petikemas dalam ekspor impor komoditi Hasil pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta lima tahun kedepan,
2) Mengetahui pembiayaan dalam sistem penanganan penggunaan peti kemas di Pelabuhan Soekarno Hatta, 3)
Mengidentifikasi faktor yang menjadi pertimbangan para pemilik barang sehingga menggunakan jasa petikemas di
Pelabuhan Soekarno Hatta.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar. Pemilihan tempat ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa Makassar merupakan Pusat Kegiatan Perdagangan terbesar di Kawasan Timur Indonesia.
Penelitian ini dilaksanakan mulai pada Januari sampai Maret 2011. Jenis penelitian ini adalah pendekatan deskriptif
kualitatif dan kuantitatif.
Populasi dan Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Ronald (1995) mendefenisikan bahwa sampel adalah suatu himpunan
bagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau
unsur yang akan kita teliti, bisa berupa kumpulan manusia atau benda. Populasi penelitian ini adalah semua pihak yang
terkait dalam penggunaan Peti Kemas, dalam hal ini meliputi, 9 perusahaan pelayaran, dan 87 perusahaan EMKL,144
3. 3
PBM, 101 anggota TKBM. Bentuk pengambilan sampelnya adalah, sampel acak atau random sampling / probability
sampling yaitu cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen
populasi. Teknik pengambilan sampelnya yaitu stratified random sampling atau sampel acak distratifikasikan, karena
unsur populasi berkarakteristik heterogen.
Tahap pertama menentukan semua unsur yang akan dijadikan sampel, selanjutnya tentukan jumlah sampel
penelitian secara keseluruhan dengan menggunakan rumus slovin
n=
( )
Dimana:
1 : Konstanta
n : Ukuran sampel
N : Ukuran Populasi (341)
e : Kelonggaran Ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat di tolerir (10% = 0,1)
maka:
n=
= =
= 77 sampel minimal (N1)
( )
( , )
Selanjutnya menentukan jumlah sampel yang akan diambil dari setiap unsur yang ditetapkan jumlahnya
menurut Sugiono, (2007), kemudian pilih sampel dari unsur secara acak.
n1 = x N1
Keterangan:
ni
: banyaknya sampel disetiap instansi
n
: banyaknya populasi di setiap instansi
N
: Banyaknya Populasi keseluruhan
N1
: banyaknya sampel penelitian
Masing-masing 2 perusahaan pelayaran, 20 EMKL, 32 PBM, dan 23 TKBM
Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a) Data Primer; diperoleh dari Observasi
dan Wawancara dengan responden dengan menggunakan kuisioner. Adapun data yang dikumpulkan meliputi: data
mengenai jenis biaya penanganan penggunaan peti kemas, data mengenai kondisi pengiriman komoditi. Data yang
berkaitan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam sistim penanganan penggunaan peti kemas, b) Data Sekunder;
Diperoleh dari Instansi-Instansi pemerintah seperti Pelabuhan Makassar (Unit Pelayanan Peti Kemas), Kantor Statistik
Makassar, Kantor Perindustrian dan Perdagangan, kantor bea dan cukai serta berbagai sumber media. Adapun data
yang dikumpulkan meliputi data kinerja pelayanan bongkar muat, data jumlah besar tarif sistem penanganan
penggunaan peti kemas di pelabuhan sesuai kesepakatan dari PT.Pelindo IV, Data Jumlah TKBM yang menangani
Petikemas dari koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat, Data Jumlah EMKL dari PBM, Data Jumlah arus bongkar muat
container di pelabuhan, data ekspor-impor komoditi dan perdagangan domestik yang menggunakan peti kemas.
Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1) Wawancara, merupakan teknik pengumpulan data yang
langsung dalam bentuk Tanya jawab dengan responden (pihak-pihak yang terkait dalam penggunaan peti kemas).
Instrumen yang digunakan dalam kegiatan ini adalah menggunakan daftar pertanyaan (Kuisioner). Objek pertanyaan
yang diajukan kepada pemakai jasa, dan penyedia jasa adalah mengukur tingkat efektifitas dan efisiensi penanganan
penggunaan peti kemas, bagi pihak penyedia jasa dan seberapa besar peranan penggunaan petikemas serta pembiayaan
penanganan penggunaan peti kemas dan proses dokumen bongkar muat peti kemas dari kapal sampai ke gudang
eksportir-importir, 2) Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan mengenali
secara langsung kegiatan usaha yang dilakukan oleh objek penelitian, 3) Studi dokumentasi, merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari jurnal dan hasil-hasil terdahulu yang berkaitan dengan
topic yang dibahas dalam penelitian ini.
4. 4
Analisis Data
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, maka metode yang di gunakan dalam menganalisis data adalah:
1. Untuk mengetahui pembiayaan dalam sistem penanganan penggunaan petikemas dianalisis dengan pendekatan
statistic deskriptif .
2. Untuk mengetahui faktor yang menjadi pertimbangan para para pemilik barang dalam menggunakan jasa
petikemas dianalisis dengan pendekatan deskriptif kualitatif, yang di tuangkan dalam bentuk table dan paparan.
3. Untuk mengetahui penggunaan petikemas terhadap perkembangan volume ekspor impor komoditi hasil pertanian
dianalisis dengan Metode Least Square. Dalam hal ini akan lebih dikhususkan untuk membahas analisis time series
dengan metode kuadrat terkecil, dengan persamaan menurut Setia atmaja, Lukas (2009):
Y=a+bX
Ket.:
Y : Variabel yang dicari trendnya
X : Variabel waktu (tahun).
Sedangkan untuk mencari nilai konstanta (a) dan parameter (b) adalah:
a = ΣY / n
b =ΣXY / ΣX2
n = banyaknya data
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Perkembangan Penggunaan Petikemas dalam Ekspor Impor Komoditi Hasil Pertanian.
Untuk menjawab permasalah yang pertama dalam penelitian ini yaitu perkembangan penggunaan petikemas
dalam ekspor impor komoditi hasil pertanian. Beberapa variabel yang dapat menunjukkan tingkat penggunaan
petikemas di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar:
A. Penggunaan Petikemas Ekspor Impor Komoditi Pertanian dan Non Pertanian
20000
18479
15000
10174
10000
5000
0
8009
7884
2416
2006
Petikemas Ekspor Pertanian (box)
7482
2385
2007
Petikemas Ekspor Non Pertanian
(box)
5900
5219
2008
1402
2009
2010
Sumber : PT.Terminal Petikemas Makassar, Setelah Diolah, 2011
Gambar 2.: Grafik Jumlah Penggunaan Petikemas Ekspor Untuk Komoditi Pertanian dan Non Pertanian.
Sedangkan untuk tingkat penggunaan petikemas dalam impor komoditi pertanian dan non pertanian, untuk
jelasnya dapat ditunjukkan dalam Gambar berikut:
5. 2
1200
1135
1000
800
600
400
727
858
860
Petikemas Impor Pertanian (Box)
474
583
557
861
Petikemas Impor Non Pertanian
(Box)
543
200
104
0
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber : PT.Terminal Petikemas Makassar, Setelah Diolah, 2011
Gambar 3.: Grafik Jumlah Penggunaan Petikemas Impor Untuk Komoditi Pertanian dan Non Pertanian.
B. Ekspor Impor Komoditi yang Menggunakan Petikemas dan Non Petikemas
Untuk mengetahui bagaimana Ekspor Impor Komodi yang menggunakan petikemas dan non petikemas dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. : Jumlah Komoditi yang dikirim dengan menggunakan petikemas dan non petikemas di Pelabuhan Makassar,
Tahun 2009.
Sarana Transportasi
Tingkat Penggunaan (%)
Kapal
Jenis Komoditi
Jumlah
Kapal
Kapal
Petikemas
Petikemas
cargo (Ton)
Kargo
(Ton)
Cokelat
44,715.00
106.338.50
151,073,50
29.6%
70.4%
Kopi
1,655.00
2.703.75
4,358,75
38.0%
62.0%
Mente
2,321.00
2,321.00
100.0%
Ikan
9,992.00
9,992.00
100.0%
Kayu
50,839.00
50,839.00
100.0%
Rumput Laut
26,639.00
26,639.00
100.0%
Sumber: Pelabuhan Makassar, Data Hasil Olahan 2011.
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa, untuk komoditi ekspor dan impor khususnya komoditi
hasil pertanian dalam pengirimannya menggunakan dua jenis kapal yaitu, kapal container dan kapal cargo.
C. Jenis Komoditi Hasil Pertanian Ekspor dan Impor dengan Menggunakan Petikemas
Untuk mengetahui jenis komoditi yang diekspor melalui terminal petikemas Makassar, lebih jelasnya dapat
dilihat pada diagram berikut:
6. 3
340000
320000
300000
280000
260000
240000
220000
200000
180000
160000
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
158384
153
36115
49111
64319
7899
26639
52437
50839
11382
2420
230
15697
28552
5893
1834
41744
2006
91008
9992
2321
44715
78903
2007
8314
12484
5719
16432
13194
2996
2008
2009
Lain-Lain (Ton)
Rumput Laut (Ton)
Kayu (Ton)
Ikan (Ton)
Mente (Ton)
Kopi (Ton)
2010
Sumber : PT.Terminal Petikemas, Setelah Diolah, 2011.
Gambar 4: Diagram Komoditi Ekspor yang Melalui Petikemas Makassar Tahun 2006 hingga 2010.
Untuk mengetahui jumlah produksi dari komoditi unggulan yang diekspor melalui terminal petikemas
Makassar pada tabel berikut akan ditunjukkan luas areal, jumlah produksi, serta volume ekspor komoditi hasil
pertanian.
Tabel 6 .:Luas areal, total produksi, dan volume ekspor komoditi unggulan melalui terminal petikemas Makassar, tahun
2010.
No. Jenis Komoditi
Luas Areal
Produksi
Volume Ekspor
Persentase
(Ha)
(Ton)
(Ton)
Ekspor (%)
1.
Rumput Laut
193.700
9.000.000
49.111
0.55
2.
Kopi
80.601,1
38.066,58
3.510
9.22
3.
Cokelat
262.807,03
164.346,38
78.903
48.01
537.108,13
9.202.412,96
131.524
1.43
Jumlah
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010.
Sedangkan untuk komodi impor dapat dilihat pada diagram berikut.
20000
19000
18000
17000
16000
15000
14000
13000
12000
11000
10000
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
3948
6105
6931
403
Lain-Lain (Ton)
755
3748
Buku (Ton)
10194
9486
2009
2010
6606
1056
1221
2007
Kayu (Ton)
Tepung Terigu (Ton)
545
4117
2006
7533
2008
Sumber : PT.Terminal Petikemas, Setelah Diolah, 2011.
7. 4
Gambar 5: Diagram Komoditi Impor yang Melalui Petikemas Makassar Tahun 2006 hingga 2010
D. Analisis Trend Penggunaan Petikemas dalam Perkembangan Ekspor Impor Komoditi Hasil pertanian
Setelah mengetahui perkembangan penggunaan petikemas ekspor impor khususnya untuk komoditi hasil
pertanian selama lima tahun terakhir ini, selanjutnya akan dilakukan analisis mengenai trend penggunaan petikemas
untuk lima tahun kedepan, dengan persamaan Y = a + b.XAdapun perkembangan penggunaan petikemas ekspor dan
volume ekspor komoditi hasil pertanian selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 7. : Perkembangan penggunaan petikemas ekspor dan volume ekspor komoditi hasil pertanian di Pelabuhan
Soekarno Hatta Makassar tahun 2006-2010
Petikemas Ekspor
Volume Ekspor (ton)
(box)
2006
2,416
42,949
2007
5,219
95,891
2008
10,174
211,468
2009
7,482
144,060
2010
18,479
356,147
Jumlah
43,770
850,515
Sumber: PT.Terminal Petikemas Makassar, Hasil olah data 2011,
Tahun
Berikut adalah gambar yang menunjukkan garis trend penggunaan petikemas ekspor untuk komoditi hasil
pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.
35000
30000
25000
20000
18479
15000
10000
5000
0
29387.4
25948.5
22509.6
19070.7
Tahun
Jumlah Petikemas (Box)
10174
5219
2416
2006
2007
2008
7482
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber : PT.Terminal Petikemas Makassar, Setelah Diolah, 2011
Gambar 6. Garis Trend penggunaan petikemas ekspor untuk komoditi hasil pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta
Makassar tahun 2006 sampai tahun 2015.
Sedangkan garis yang menunjukkan trend volume ekspor komoditi hasil pertanian di Pelabuhan Soekarno
Hatta dapat dilihat pada gambar berikut:
8. 5
700000
642298.5
600000
574842
507385.5
500000
356147
400000
300000
439929
372472.5
Tahun
211468
Volume Ekspor
(Ton)
200000
100000
0
144060
95891
42949
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber : PT.Terminal Petikemas Makassar, Setelah Diolah, 2011
Gambar 7. Garis Trend volume ekspor komoditi hasil pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar tahun 2006
sampai tahun 2015.
Sedangkan perkembangan penggunaan petikemas impor dan volume impor komoditi hasil pertanian selama
lima tahun terakhir ini dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 8.: Perkembangan penggunaan petikemas impor dan volume impor komoditi hasil pertanian di Pelabuhan
Soekarno Hatta Makassar tahun 2006-2010
Petikemas
Impor
(Box)
Tahun
Volume
impor
(Ton)
2006
2007
583
727
11451
10899
2008
104
2277
2009
858
20247
2010
860
17774
Jumlah
3132
62648
Sumber: PT.Terminal Petikemas Makassar, Hasil olah data 2011,
Berikut adalah gambar yang menunjukkan garis trend penggunaan petikemas impor untuk komoditi hasil
pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.
1200
1000
858
800
600
968.9
831.9
860
727
1105.9
1037.4
900.4
Tahun
583
400
Jumlah Petikemas
(Box)
200
104
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 20142015
Sumber : PT.Terminal Petikemas Makassar, Setelah Diolah, 2011.
9. 6
Gambar 8. Garis Trend penggunaan petikemas impor untuk komoditi hasil pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta
Makassar tahun 2006 sampai tahun 2015.
Sedangkan garis yang menunjukkan trend volume impor komoditi hasil pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta
dapat dilihat pada gambar berikut:
30000
25000
20247
20000
17774
15000
27925.4
25726
23526.6
21327.2
19127.8
Tahun
11451
10000
Volume Impor
(Ton)
10899
5000
2277
2015
2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
0
Sumber: PT.Terminal Petikemas Makassar, Setelah Diolah, 2011.
Gambar 9. Garis Trend volume impor untuk komoditi hasil pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar tahun
2006 sampai tahun 2015
Dengan demikian terlihat bahwa volume impor untuk komoditi hasil pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta
pada lima tahun terakhir ini mengalami penurunan pada tahun 2008, dan kembali meningkat pada tahun 2009 yang
tentunya akan meningkatkan penggunaan petikemas ekspor dalam pengirimannya, dan ternd volume ekspor untuk
komoditi hasil pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar pada lima tahun kedepan cenderung mengalami
peningkatan yang secara otomatis juga meningkatkan penggunaan jasa petikemas dalam pengirimannya
2. Pembiayaan dalam sistem penanganan petikemas
Pembiayaan penanganannya sesuai dengan sistem alur dan pergerakan petikemas, yaitu memindahkan
petikemas dari satu tempat ke tempat lainnya, ada 2 jenis pembiayaan status pergerakan petikemas di pelabuhan
Makassar yaitu:
A. Pembiayaan penanganan petikemas full container load (FCL).
Pelayan petikemas berdasarkan status FCL meliputi stevedoring, haulage/trucking dan lift on/off atau
sebaliknya termasuk jasa dermaga. Adapun besarnya tarif penanganan petikemas Full Container Load(FCL) dapat
dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 9: Biaya penanganan petikemas Ekspor-Impor FCL di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.
Tarif Penanganan petikemas (Per Box)(US$)
Menggunakan crane
Menggunakan crane
Uraian
dermaga
kapal
20”
40”
20”
40”
Stevedoring
70.00
105.00
63.00
95.00
Haulage (Shifting petikemas)
30.00
45.00
23.00
35.00
Petikemas OH/OW/OL
267.00
400.00
186.90
280.00
Membuka dan Menutup palka
48.00
48.00
48.00
48.00
Lift On/Off
Penumpukan
Jumlah Total
415.00
598.00
320.90
458.00
Sumber: PT.Terminal Petikemas Makassar, Hasil Olah Data. 2011
10. 2
B. Pembiayaan penanganan petikemas less than container load (LCL).
Adapun besarnya tarif penanganan petikemas Less Than Container Load(FCL) dapat dilihat pada Tabel
berikut:
Tabel 10: Biaya penanganan petikemas Ekspor-Impor LCL di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.
Tarif Penanganan petikemas (Per
Box)(US$)
Uraian
Menggunakan crane Menggunakan crane
dermaga
kapal
20”
40”
20”
40”
Stevedoring
117.00
176.00
119.00
179.00
Haulage (Shifting petikemas)
51.00
76.00
43.00
64.00
Petikemas OH/OW/OL
333.00
499.00
233.10
349.30
Membuka dan Menutup palka
48.00
48.00
48.00
48.00
Lift On/Off
Penumpukan
Jumlah Total
549.00
799.00
443.10
640.30
Sumber: PT.Terminal Petikemas Makassar, Hasil Olah Data.
Tabel 11: Biaya Penanganan Petikemas Ekspor-Impor Tahun 2010
Jumlah
Petikemas
Uraian
20"
1
Ekspor
Impor
40"
2
3
16163
1144
3718
190
Status Pergerakan Petikemas Menggunakan Crane
Dermaga
FCL
LCL
20"
40"
20"
40"
@US$ 415. @US$ 598.
@US$ 549. @US$ 799.
4
5
6
7
6,707,645
474,760
2,223,364
113,620
8,873,487
628,056
2,970,682
151,810
17307
3908
7,182,405
2,336,984
9,501,543
Jumlah
Sumber : PT. Terminal Petikemas Makassar, Hasil Olah Data, 2011.
3,122,492
Dari Tabel di atas menunjukkan bahwa total biaya penanganan petikemas di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar
tahun 2010, khususnya untuk petikemas ekspor dan impor berdasarkan status pergerakan petikemasnya dengan
menggunakan crane dermaga yaitu untuk petikemas FCL dengan ukuran 20” sebesar US$ 7.182.405,- dan untuk
ukuran 40” sebesar US$ 2.336.984,- sedangkan petikemas LCL untuk ukuran 20” sebesar US$ 9.501.543,- dan ukuran
40” sebesar US$ 3.122.492,C. Pembiayaan Terhadap Petikemas Untuk Komoditi Hasil Pertanian.
Selain biaya penanganansecara umum, khusus untuk komoditi hasil pertanian yang sifatnya mudah rusak di
berikan penanganan khusus, adapun biaya khusus untuk penanganan komoditi pertanian dapat dilihat dalam tabel
berikut
:
Tabel 12.: Biaya penanganan khusus untuk komoditi hasil pertanian yang mudah rusak
Jenis Petikemas
No
Jenis Biaya
20”
40”
1. Fumigasi
Rp. 1.200.000,Rp.1.500.000,2. Biaya Charge
Rp. 137.000,Rp.187.000,Jumlah
Rp.1.337.000,Rp. 1.687.000,Sumber: Data Prime Setelah Diolah, 2011.
3. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan para pemilik barang dalam menggunakan jasa petikemas
11. 2
A. Arus Kunjungan Kapal dan Bongkar Muat Petikemas
Arus kunjungan kapal dan bongkar muat petikemas pada periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 di
Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar adalah sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel berikut:
Tabel 14. : Jumlah kunjungan kapal dan arus bongkar muat petikemas ekspor dan impor
Jumlah kunjungan kapal dan bongkar
Pertumbuhan (%)
muat petikemas ekspor-impor
No. Tahun
Call**
bongkar
Muat
Jumlah
Call
Bongkar
Muat
kapal
(Box)***
(Box)***
(3+4)
kapal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2006
660
1140
10300
11440
-
-
-
1
2007
636
1270
13228
14498
-3.64
11.40
28.43
3
2008
696
1239
12559
13798
9.43
-2.44
-5.06
4
5
2009
2010
832
824
1719
1334
13382
19881
15101
21215
19.54
-0.96
38.74
-22.39
6.55
48.57
0.24
0.25
0.78
Rata-rata
729.6
1340.4
13870
15210.4
Sumber: PT.Terminal Petikemas Makassar,Hasil olah data, 2011.
Tabel 17.: Kinerja bongkar muat petikemas di Pelabuhan Soekarno Hatta dalam box/jam kerja.
Tahun
1
Jumlah kunjungan kapal dan jam kerja bongkar muat
Call*
bongkar
Muat
Jam
Jumlah
Jumlah
kapal
(Box)
(Box)
kerja
Shift**
2
3
4
5 = 3+4
6
7
Kinerja
bongkar muat
(Box)
8=5/6
9=5/7
2006
660
1140
10300
11440
512
64 22.34
178.75
2007
636
1270
13228
14498
640
79 22.65
183.52
2008
696
1239
12559
13798
580
73 23.79
189.01
2009
832
1719
13382
15101
620
79 24.36
191.15
2010
824
1334
19881
21215
850
108 24.96
196.44
Ratarata
729.6
1340.4
13870
15210.4
640.4
80.6 23.62
187.77
Sumber: PT.Terminal Petikemas Makassar,, Hasil olah data, 2010.
Tabel 18 : Tanggapan PBM Mengenai Kelompok Regu Kerja dan kinerja TKBM
Tanggapan PBM
Jumlah (2+4)
Tanggapan PBM
Kinerja TKBM
KRK
Fr
1
(%)
Fr
(%)
Fr
(%)
2
3
4
5
6
7
STE dan Efisien
2
6.25
4
12.5
6
9.38
Kurang Efektif &Efisien
5
15.63
3
9.37
8
12.5
16
50
18
56.25
34
53.12
Efektif dan Efisien
12. 3
Sangat Efektif & Efisien
9
Jumlah
Sumber : data primer olahan, 2011
28.12
7
21.88
16
25
32
100
32
100
64
100
B. Peranan Penggunaan Petikemas
Peranan petikemas adalah keunggulan penggunaan petikemas, indikator variabel ini adalah sebagai berikut:
1) Mempertahankan kualitas komoditi hasil pertanian
Untuk melihat perlakuan pengemasan komoditi ekspor dan impor hasil pertanian dalam upaya
mempertahankan kualitasnya dapat dilihat pada Tabel 20 di bawah ini:
Tabel 20.: Perlakuan Pengemasan komoditi hasil pertanian yang di kirim melalui petikemas di Pelabuhan Soekarno
Hatta.
No.
Komoditi
Jenis Petikemas
Cara Pengemasan
1.
Biji Cokelat
Dry container ventilasi 20” dan Dikemas dalam karung goni.
40”
2.
Mente
Dry container 20” dan 40”
Dikemas dalam plastik dan
karton
3.
Kopi
Dry container 20” dan 40”
Dikemas dalam karung goni
4.
Udang
Reefer container 20” dan 40”
Dikemas dalam plastik dan
karton
5.
Daging
Reefer container 20” dan 40”
Dikemas dalam plastik dan
karton
6.
Buah-buahan
Reefer container 20” dan 40”
Dikemas dalam keranjang
buah atau karton.
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2011.
2) Volume Pengangkutan Besar
Untuk melihat bagaimana kapasitas angkut petikemas di bandingkan dengan kapal general kargo dapat
ditunjukan dalam tabel berikut :
Tabel 21. : Matriks perbandingan pengangkutan kapal container dengan kapal general cargo.
Uraian
Kapal container
Kapal general cargo
Kapasitas
18.000 - 20.000 ton
12.000 - 15.000 ton
Jumlah kapal
35 unit
750 – 1000 unit
Jumlah kontainer
24 unit
2 – 5 palka
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2011.
3) Resiko kerusakan/pencurian Rendah
Untuk lebih jelasnya berikut akan ditunjukan tabel mengenai konstruksi petikemas sehingga mampu menjaga
keamanan komoditi hasil pertanian.
Tabel 22.: Matriks kontruksi petikemas
Petikemas
Kontruksi
-
Uraian
Dinding terbuat dari baja yang berfungsi
sebagai pelindung dari cuaca
Dilengkapi dengan ventilasi dan pendingin
yang disesuaikan dengan jenis komoditi
13. 4
yang dikirim.
Pintu-pintu petikemas dilengkapi dengan
sistem penutup dan penyegelan yang aman
agar muatan tidak dapat dicuri
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011.
-
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Pembiayaan dalam sistem
penanganan petikemas diPelabuhan Soekarno Hatta Makassar berdasarkan status pergerakannya yaitu biaya
penanganan petikemas LCL (Less Than Container Load) lebih tinggi dibanding FCL (Full Container Load), atau
mengalami kenaikan 11,14% untuk petikemas 20 feet, dan 11,87% untuk petikemas 40 feet, 2)Faktor-faktor yang
menjadi pertimbangan para pengguna jasa menggunakan petikemas dalam pengiriman komoditinya adalah frekuensi
arus kunjungan kapal dan bongkar muat yang terus meningkat, resiko kerusakan yang sangat kecil, waktu pengiriman
yang sangat cepat, volume pengangkutan yang cukup besar, dan kemampuan mempertahankan kualitas komoditi, 3)
Volume ekspor komoditi hasil pertanian diPelabuhan Soekarno Hatta Makassar, terus mengalami peningkatan hingga
lima tahun kedepan yang secara otomatis juga akan meningkatkan penggunaan petikemas ekspor. Begitu juga dengan
volume impor,terus meningkat dari tahun ke tahun yang mengakibatkan peningkatan penggunaan petikemas impor.
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan sehubungan dengan penelitian ini adalah: 1) Sebaiknya penetapan tarif
penanganan petikemas di Pelabuhan Soekarno Hatta tidak terlalu tinggi supaya tidak memberatkan para pemilik
barang, karena hal ini akan mempengaruhi biaya produksi barang menjadi tinggi , 2) Agar kualitas, keamanan, serta
kelancaran dalam penanganan barang selama pengangkutan terjaga, khususnya untuk komoditi ekspor maupun impor,
sebaiknya para pengusaha menggunakan petikemas, 3)Sebagai pelabuhan terbesar dikawasan indonesia timur,
diharapkan Pelabuhan Soekarno Hatta dapat meningkatkan sarana dan prasarana penunjang petikemas demi
meningkatkan pelayan kepada para pengguna jasa petikemas.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, H. 2005. Pengaruh Ekspor Pertanian dan Nonpertanian Terhadap Pendapatan Nasional: Studi Kasus Indonesia
Tahun 1981-2003. Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan Volume 8 Nomor 4.
Boediono, 2000. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No 3. Ekonomi Internasional BPFE-Yogyakarta: Yogyakarta.
Bruun P. 1976. Port Engineering Optimizing Containerships and Their Terminals. Gulfpublishing Company. London.
Cao Weiqun, dan Nuo Wang. 2003. Container Thoughput Forecast Model For A Distict Port Based on BP Neural
Network, P. 254-258, Volume 4.
Furuichi, Masahiko. 2005. Evolving Short-Sea Container Networks in East Asia-Implications From Direct and
Transshipment Service. Journal of The Eastern Asia Society For Transportation Studies, P.814-824. Vol.4.
Furuichi, Masahika dan Kanafani Adib, 1983. Transportation Demand Analysis. Mc.Graw-Hill Book Company. New
York.
Gurning, Raja, dkk., 2007. Manajemen Bisnis Pelabuhan. Penerbit APE Publishing
Kartasapoetra, G. 1992. Marketing Produk Pertanian dan Industri. Edisi II. Rineka Cipta: Jakarta.
Kuroda K,Takebayashi M, Tsuji T.,2005.International Container Transportation Network Analysis Considering PostPanamax Class Container Ships. Journal Transportation Economics, Volume 13, 369-391.
14. 5
Liqiang,MA., dan Ryuichi Shibasaki. 2005. An Estimation Of The International Container Shipping Transport
Volumes Among Asian Countries By Global Trade Analysis Project Model Ang Its Aplication to FTA and
Transport Improvement Scenarios. Journal Transportation. P.920-935.Vol.6
Morlok, Edward. 1988. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Erlangga: Jakarta.
Nasril, CH. 2006. Kajian Pungutan Liar Petikemas Ekspor Impor di Pelabuhan Tanjung Priok. Balitbang: Jakarta.
Nasution,MN., 1996. Manajemen Transportasi. Balai aksara. Jakarta.
Priyamdono. 2005. Upaya Memangkas Biaya Tidak Resmi di Pelabuhan (Ekspor-Impor). Warta Penelitian
Perhubungan: Jakarta.
Rath, Eric, 1973. Container Systems Transportation Engineering President, TRC Development, INC,Jhon Wiley &
Sons. New York.
Raga, Paulus & Nasril, 1995. Kajian Pelayanan Peti Kemas di Pelabuhan Tanjung Priok. Warta Penelitian Transportasi
Departemen Perhubungan. Jakarta.
Schumer, LA., 1968. The Elements of Transport. London
Setia atmaja, Lukas. 2009. Statistik Untuk Bisnis dan Ekonomi. Penerbit Andi: Yogyakarta.
Setyowaty, 2004. Ekonomi Makro. Pengantar Cetakan Pertama, STIE Yayasan Keluarga Pahlawan Negara :
Yogyakarta.
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian. PT.Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Subandi. 1996. Manajemen Peti Kemas. Penerbit ARCAN:Jakarta
Sudjana. 1992. Metode Statistik. Edisi ke-5. Tarsito: Bandung.
Sukrisman. 1985. Ekspedisi Muatan (Freight Forwarding). Alumni,Bandung.
Suryana, A. 2005. Kiat Sukses Ekspor Impor. Penerbit Progres: Jakarta.
Warpani,SP.,2002. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Penerbit ARCAN : Jakarta.
.