Dokumen tersebut membahas tentang diam sebagai bentuk persetujuan, keutamaan perbuatan yang bermanfaat bagi orang lain, dan pengecualian terhadap kaidah keutamaan perbuatan sunnah.
Makalah ini mencoba menguraikan masalah yang berkenaan dengan Talfiq dan taqlid yang ramai dan tetap hangat untuk didiskusikan, dan pembahasan ini sangat kita butuhkan, terutama juga masyarakat kita di Indonesia, oleh karena itu kita dituntut agar mengetahui, meneliti dan mendalami ilmu usul fiqh terutama untuk materi ini, sehingga kita tidak canggung ketika dihadapkan permasalahan atau pertanyaan tentang masalah ini. Makalah ini hanyalah sebagai pengantar, agar nantinya kita bisa lebih mendalami dengan mengkaji khazanah-khazanah keilmuan yang ada di negeri ini.
Makalah ini mencoba menguraikan masalah yang berkenaan dengan Talfiq dan taqlid yang ramai dan tetap hangat untuk didiskusikan, dan pembahasan ini sangat kita butuhkan, terutama juga masyarakat kita di Indonesia, oleh karena itu kita dituntut agar mengetahui, meneliti dan mendalami ilmu usul fiqh terutama untuk materi ini, sehingga kita tidak canggung ketika dihadapkan permasalahan atau pertanyaan tentang masalah ini. Makalah ini hanyalah sebagai pengantar, agar nantinya kita bisa lebih mendalami dengan mengkaji khazanah-khazanah keilmuan yang ada di negeri ini.
Qaedah fiqh adalah perkara penting yang boleh membantu ummah dalah membuat keputusan dengan baik dan menghampiri ajaran Islam. Ianya adalah petunjuk dan pertimbangan yang asal dari alQuran dan Sunnah Nabi saw
2. Maksudnya bahwa orang yang diam itu tidak bisa
dianggap sebagai suatu persetujuan seperti sikap
diamnya orang tua atau guru terhadap anak-anak
didiknya. Begitu juga diamnya „ulama‟ atau tersangka
saat di periksa tidak bisa dianggap sebagai suatu sikap
setuju.
3. a)
b)
Diamnya beliau Nabi saw terhadap ucapan
atau perbuatan para sahabat. Hal ini
dianggap sebagai suatu sikap beliau yang
setuju, bahkan termasuk “Sunnah Taqriri”.
Diamnya gadis saat ditanya walinya tentang
mau dan tidaknya ia dinikahkan dengan
laki-laki, baik pilihan sendiri maupun
pilihan walinya.
4. Janda itu lebih berhak dengan dirinya dari pada
walinya dan gadis dimintai persetujuan tentang
dirinya....adapun
persetujuannya(cukup)
sikap
diamnya.
5. A.
Dasar hukum kaidah kesembilan belas
Kaidah ini berdasarkan perkataan Nabi
Muhammad saw kepada „Aisyah ra., katanya sebagai
berikut:
Pahalamu itu berdasarkan pada usahanya
6. 1.
2.
Shalat witir yang dilaksanakan dengan cara
diputus, akan menambah dilakukanya suatu
perbuatan, yaitu niat, takbir dan salam.
Shalat sunnah dengan cara berdiri, lebih
utama dari pada dengan duduk dan duduk
lebih utama dari pada dengan berbaring.
7. Sekalipun demikian, tidak semua perbuatan masuk
kedalam kaidah tersebut, sehingga ditemukan
adanya beberapa perbuatan yang
dikecualikan, yaitu:
1)
2)
Membaca surat-surat pendek dalam shalat, lebih utama
dari pada bacaan panjang potongan dari surat yang
panjang, sebab bacaan seperti inilah yang biasa dilakukan
oleh Nabi saw.
Shadaqoh qurban dengan terlebih dahulu memakan sedikit
dagingnya untuk mengambil berkah, lebih utama dari pada
keseluruhannya dishadaqohkan, sebab hal ini yang sesuai
dengan sabda Nabi saw.:
Makanlah kamu sekalian, lau sedekahkanlah dan simpanlah.
8. Maksudnya, perbuatan yang hasil kemanfaatannya dapat
dirasakan oleh orang lain, lebih utama dari pada
perbuatan yang hasil kemanfaatannya hanya dapat
dirasakan oleh dirinya sendiri.
Tanggapan para ulama
1.
Imam Syafi‟i berpendapat bahwa mencari ilmu itu
lebih utama dari pada shalat-sunnah, karena mencari
ilmu akan bisa bermanfaat pada orang banyak, sedang
shalat sunnah hanya pada diri sendiri.
9. Sesungguhnya ketaatan yang lebih utama adalah menurut
kadar ukuran kemaslahatan yang ditimbulkannya
2. Ibnu Qayyim berpendapat:
Sesungguhnya peribadatan yang paling utama ialah
melakukan perbuatan yang diridhoi Allah dan yang sesuai
dengan tuntutan dan kepentingan umum, dimana
perbuatan tersebut sedang diberlakukan didalamnya.
10. A.
Dasar Hukum Kaidah Kedua Puluh Satu
Kaidah ini berdasarkan adanya sabda Nabi Muhammad
saw sebagai berikut:
Tidak ada cara yang paling aku sukai dari hamba-ku yang
memerdekakan diri kepada-ku dengan melaksanakan
segala sesuatu yang telah Aku fardhukan kepadanya
dan tidak henti-hentinya hamba-ku mendekatkan diri
kepada- ku dengan melaksanakan ibadah-ibadah
sunnah sehingga Aku mencintainya.
11. Dalam menghadapi kaidah tersebut, sebagian „Ulama‟
membuat suatu pengecualian, diantaranya ialah:
1. Membebaskan pembayaran orang yang sedang
mengalami kesulitan itu lebih utama dari pada
memberi penundaan terhadap pembayaran , sebab
pembebasan itu hukumnya adalah “Sunnah” , sedang
penundaan hukumnya “Wajib” , sebagai firman Allah
swt sebagai berikut:
Dan jika berhutang itu dalam kesulitan, maka berilah
penundaan sampai pada ia berkecukupan. Dan
mensedekahkan (sebagian atau semua hutang) itu lebih
baik jika kamu mengetahui.
12. Memulai memberi salam itu hukumnya “Sunnah”
dan statusnya lebih utama dari orang yang
menjawabnya. Karena itulah hukum menjawab
adalah “ Wajib”.
Hal ini sesuai dengan sabda Nabi saw sebagai berikut:
2.
Dua orang pejalan kaki jika bertmu, maka diantara
keduanya yang mendahului mengucapkan “salam” (
kepada kawannya) itulah yang lebih utama
13. SUB KAIDAH
1.
2.
3.
suatu kesunnahan.
Kewajiban tdk blh ditinggalkan krn
Aktifitas yg sebelumnya
dilarang, ketika diperbolehkan maka hukumnya
menjadi wajib.
suatu yg sandainya
tdk diysriatkan adalah perbuatan terlarang merupakan
bukti kewajibannya.