Wood pellet dibuat dari biomassa kayu melalui proses densifikasi untuk memudahkan penanganan, transportasi, dan pemanfaatan seperti pembakaran. Proses utama mencakup: (1) persiapan bahan baku dengan mengatur ukuran partikel dan kadar air, (2) pemecahan ukuran, dan (3) pelletisasi untuk mempadatkan bahan ke dalam bentuk silinder. Kadar air dan suhu die sangat berpengaruh terhadap kualitas pellet akhir.
Teknologi proses produksi wood pellet dengan bahan baku biomasa kayu. Indonesia sangat potensial untuk pengembangan industri wood pellet. Integrasi produksi wood pellet dari kebun energi kaliandra dengan peternakan domba dan lebah madu. Peternakan domba dengan penggembalaan rotasi (rotation grazing).
Proses produksi sawdust briquette, efb briquette, sawdust charcoal briquetteJFE Project
Proses Produksi sawdust briquette, briquette tandan kosong (efb briquette), dan sawdust charcoal briquette. Potensi limbah-limbah kayu terutama serbuk kayu-kayu keras dari berbagai industri perkayuan sangat potensial untuk produksi sawdust charcoal briquette dengan orientasi eksport. Tandan kosong sawit (EFB palm oil) yang umumnya belum dimanfaatkan sangat potensial dibriketkan untuk bioenergy. Serbuk kayu lunak potensial untuk dibuat sawdust briquette juga untuk bioenergy.
Teknologi proses produksi wood pellet dengan bahan baku biomasa kayu. Indonesia sangat potensial untuk pengembangan industri wood pellet. Integrasi produksi wood pellet dari kebun energi kaliandra dengan peternakan domba dan lebah madu. Peternakan domba dengan penggembalaan rotasi (rotation grazing).
Proses produksi sawdust briquette, efb briquette, sawdust charcoal briquetteJFE Project
Proses Produksi sawdust briquette, briquette tandan kosong (efb briquette), dan sawdust charcoal briquette. Potensi limbah-limbah kayu terutama serbuk kayu-kayu keras dari berbagai industri perkayuan sangat potensial untuk produksi sawdust charcoal briquette dengan orientasi eksport. Tandan kosong sawit (EFB palm oil) yang umumnya belum dimanfaatkan sangat potensial dibriketkan untuk bioenergy. Serbuk kayu lunak potensial untuk dibuat sawdust briquette juga untuk bioenergy.
Each wood pellet production line is equipped with a set of biomass pellet mill and other auxiliary equipment; the workshop area is about 3,000㎡. Annual Profit for 40,000t per year is $1.942millon.
Pemanfaatan Sampah / Limbah Sebagai Energi TerbarukanNahdya Maulina
Pemanfaatan limbah tahu menjadi biogas telah dilakukan oleh Bapak Ahmad Sidiq, pelaku industri Tahu Proma dari Kabupaten Probolinggo. Beliau memanfaatkan limbah tahu sebagai hasil buangan dari produksi tahunya untuk dialirkan ke rumah-rumah di sekitar pabrik miliknya dengan biaya yang jauh lebih murah daripada membeli gas dari Pertamina.
ALLIN - Rencana Implementasi Life Cycle Assessment (LCA) pada Kegiatan Pemban...ALLIN
Rencana Implementasi Life Cycle Assessment (LCA) pada Kegiatan Pembangkit Listrik dalam Penilaian PROPER 2019
Dipresentasikan oleh ALLIN - Asosiasi Lingkungan Ketenagalistrikan Indonesia.
Dipresentasikan pada Acara Sosialisasi LCA dan PermenLHK Tentang Emisi Pembangkit Listrik tanggal 18-19 Juli 2019
Each wood pellet production line is equipped with a set of biomass pellet mill and other auxiliary equipment; the workshop area is about 3,000㎡. Annual Profit for 40,000t per year is $1.942millon.
Pemanfaatan Sampah / Limbah Sebagai Energi TerbarukanNahdya Maulina
Pemanfaatan limbah tahu menjadi biogas telah dilakukan oleh Bapak Ahmad Sidiq, pelaku industri Tahu Proma dari Kabupaten Probolinggo. Beliau memanfaatkan limbah tahu sebagai hasil buangan dari produksi tahunya untuk dialirkan ke rumah-rumah di sekitar pabrik miliknya dengan biaya yang jauh lebih murah daripada membeli gas dari Pertamina.
ALLIN - Rencana Implementasi Life Cycle Assessment (LCA) pada Kegiatan Pemban...ALLIN
Rencana Implementasi Life Cycle Assessment (LCA) pada Kegiatan Pembangkit Listrik dalam Penilaian PROPER 2019
Dipresentasikan oleh ALLIN - Asosiasi Lingkungan Ketenagalistrikan Indonesia.
Dipresentasikan pada Acara Sosialisasi LCA dan PermenLHK Tentang Emisi Pembangkit Listrik tanggal 18-19 Juli 2019
kiln dry(oven kayu) merupakan mesin pembantu industri kayu yang bisa membuat kayu lebih awet, kuat dan tahan lama.
kiln dryer type conventional banyak dipakai pada industri di jawa dengan skala besar dengan berbagai keunggulan pada hasilnya.
adapun sumber panas yang dipakai bisa dari boiler dan dapur api
Sejalan dengan pembangunan prasarana fisik yang terus
menerus dilaksanakan, pengkajian dan penelitian masalah bahan
bangunan masih terus dilakukan. Oleh karena itu masih selalu dicari dan
diusahakan pemakaian jenis bahan bangunan dan model struktur
yang ekonomis, mudah diperoleh, mudah pengerjaannya,
mencukupi kebutuhan/kekuatan struktur dengan biaya yang relatif murah.
Sawdust / EFB Briquette and Sawdust Charcoal Briquette Process TechnologyJFE Project
Sawdust / Empty Fruit Bunch Briquette and Sawdust Charcoal Briquette Process Technology. Indonesia and Malaysia have abundant resources of EFB of palm oil mill waste that potential to briquette. Then sawdust is also abundant in many places in Indonesia that potential to briquette (uncarbonised briquette) and sawdust charcoal briquette (carbonised briquette).
Production Process Wood Pellet From Wood BiomassJFE Project
Production Process Wood Pellet From Wood Biomass. Indonesia is the highest biomass potential in ASEAN countries so that the chances of developing wood pellet industry is huge.
2. Sekilas Tentang Pellet
Berbagai tipe pellet (wood pellet, torrefied wood
pellet & charcoal pellet) Biomass decomposition regimes
-White pellet = wood pellet are made of sawdust or planer shavings without bark
-Brown pellet = wood pellet are made of bark containing raw materials
-Black pellet = torrefied wood pellet
Wood pellet : Property class A1 represents the highest quality level that is particularly relevant for private end
users. In property class A2, the limiting values for the ash content, the NCV, the nitrogen and chlorine content and
the ash melting behaviour are less strict. This property class is mainly relevant for commercial users operating
pellet boilers with higher nominal capacity. Pellets according to property class B are relevant as industrial Pellets.
Faktor utama pembedanya: nilai kalor, kadar abu dan kimia abu
Pellets made from bark containing wood fractions such as forest wood chips, industrial wood chips with bark
and short rotation coppice (SRC) would comply with A2 pellet class.
3. Sekilas Tentang Pellet
Standard grade fuel is usually up to 3% ash content, while premium grade is less than 1
percent. Premium pellets are usually produced from hardwood or softwood sawdust
containing no tree bark.
Biasanya pellet berwarna cerah dari kayu lunak, dan yang gelap
dari kayu keras. Tetapi pellet yang dibuat dari kayu lunak dari
seluruh bagian pohonnya (“whole tree”) termasuk kulitnya akan
membuat pellet lebih gelap. Sehingga sulit untuk menentukan
kualitas wood pellet dari warnanya saja.
Panjang pellet yang beredar di pasaran sangat bervariasi dari berbagai
produsen. Produksi wood pellet membutuhkan panjang yang konsisten dan
meminimalisir variasi panjang tersebut.
Diameter wood pellet bervariasi mulai dari 6 mm hingga 20 mm.
Diameter 6 mm umumnya digunakan untuk pemanas ruangan rumah
tangga (home heating), sedangkan diameter 8 mm ke atas biasa
digunakan oleh industri dan pembangkit listrik.
Umumnya pellet dari kayu keras lebih disukai terutama untuk
kompor dan perapian/tungku karena secara alami memiliki kadar
air lebih rendah, lebih padat, terbakar lebih lama dan panasnya
seperti batubara.
4. Sekilas Tentang Pellet
Wood
*Analisa proksimate dan ultimate untuk mengetahui senyawa-senyawa dan unsur-
unsur kimia wood pellet juga bisa dilakukan untuk melengkapi product knowledge
Source : Pellet Fuel Institute, US
6. Esensi Proses Pembuatan Wood Pellet
• Esensi / Philosopy proses pembuatan wood pellet adalah
pemadatan (densifikasi) biomasa sehingga memudahkan
handling, transportasi dan pemanfaatannya seperti
pembakaran, pirolisis dan gasifikasi. Supaya dihasilkan produk
yang berkualitas (standar dan stabil) maka perlu pemilihan
jenis bahan baku, preparasi bahan baku seperti
penyeragaman ukuran partikel dan tingkat kekeringan,
conditioning, menambah perekat dan sebagainya sebelum
dipadatkan (pelletizing). Bahan baku dikategorikan limbah
biomasa ataupun kayu-kayu yang seharga limbah.
7. • Jenis Bahan Baku
• Ukuran Bahan Baku
• Kadar air
• Kekerasan
• Densitas
• Ukuran Produk (Wood Pellet)
• Kadar abu
• Single atau mixed material?
• Kimia Bahan Baku
• Kimia Abu
• Kontaminan
• Spesifikasi Die
• Operational Pelletiser
These variables have tended to make pelleting
more of an “art” than a “science”, through
significant strides are being made in the
sophistication of this process, bringing these
variables under more control.
Variabel-Variabel Proses
8. Teknologi Proses Produksi Pabrik Wood Pellet
• Proses Standar Pabrik Wood Pellet Skala Besar
• Komponen biaya terbesar pada :
-Bahan Baku
-Pengeringan
*optional
9. Perbandingan Pabrik Wood Pellet
Tipikal pabrik wood pellet skala besar. Kiri : 750rb TPY– Georgia, US ; Kanan : 5 TPH – Tenesse, US
Tipikal pabrik wood pellet skala kecil. Kiri : 500kg/h– Cina ; Tengah : 500kg/h – Argentina; Kiri : 350kg/h; Cina
10. Statistik Produksi Wood Pelet Dunia
• Total produksi Russia 3,093 juta
ton/tahun dengan pabrik terbesar di
Leningrad kapasitas 900.000 ton/tahun,
terkecil di Galway 2500 ton/tahun (2011).
• Total produksi US 5,481 juta ton/tahun,
dengan pabrik terbesar di Georgia
kapasitas 750.000 ton/tahun, terkecil
10.000 ton/tahun ditemukan di banyak
tempat (2011).
• Total produksi Kanada 2,958 juta
ton/tahun; Total produksi Cina 792.000
ton/tahun; Total produksi Jepang 110.000
ton/tahun;Total produksi Indonesia
80.000 ton/tahun (2012).
• Prediksi demand wood pellet terus
meningkat. Tahun 2010 konsumsi global
16 juta ton/tahun; tahun 2015 diprediksi
37 juta ton/tahun dan tahun 2020
diprediksi 59 juta ton/tahun.
13. Potensi Biomasa Asia Tenggara
Potensi biomasa Indonesia tertinggi dari sejumlah negara di ASEAN sehingga
peluang pengembangan industri wood pellet sangat besar.
14. Raw Material
Tingkat kekeringan (MC) memegang peran vital dalam proses produksi wood pellet. Limbah dari kayu
olahan seperti industri mebel umumnya sudah kering, sedangkan dari hutan atau kebun masih basah,
sehingga perlu pengeringan sebelum diproses menjadi wood pellet.
15. Proses Pengeringan Bahan Baku
• Ditinjau dari penggunaannya ; kayu dibedakan menjadi : 1. kayu
pertukangan dan kerajinan; 2. kayu industri; 3. kayu bakar.
Semuanya membutuhkan pengeringan sebelum digunakan.
• Kayu memegang kelembaban dalam dua cara: sebagai air bebas
dalam rongga sel dan air terikat dalam cellwalls. Yang dimaksud air
bebas yaitu air yang terkandung didalam rongga sel, dimana air ini
mudah keluar masuk, ( higroskopis ).Sedangkan air terikat adalah
air yang terkandung didalam dinding sel, dimana air ini agak
lamban keluar dan masuk.
• Variabel-variabel yang berpengaruh pada proses pengeringan kayu:
1. Kayu, 2. kadar air, 3. panas, 4. media pembawa panas, 5.
sirkulasi udara, 6. suhu udara, 7. kelembaban udara, 8. alat
(mesin) pengering, 9. teknik pengeringan dan 10. waktu.
• Proses pengeringan kayu akan berjalan semakin cepat apabila suhu udara semakin tinggi,
kelembaban udara semakin rendah dan kecepatan sirkulasi udara disekitar permukaan
kayu semakin cepat.
• Kayu yang lebih ringan pada umumnya akan mengering lebih cepat daripada kayu yang
lebih berat, karena porositas kayu ringan lebih tinggi daripada porusitas kayu berat.
• Teknik pengeringan yang dipakai akan mengoptimalkan variabel-variabel proses tersebut,
antara lain : menaikkan suhu udara, menurunkan kelembaban udara (menggunakan udara
kering), menaikkan kecepatan sirkulasi udara kering, memperluas kontak antara kayu yang
dikeringkan dengan udara kering, sehingga didapat kayu kering dengan waktu relatif cepat.
•Pengeringan dengan matahari dengan suhu relatif rendah (40-60 C) juga meminimalkan
emisi senyawa organik (VOC=Volatile Organic Compound) berbau dari kayu.
18. Size Reduction Stage
• Hammer mill umumnya hanya mampu bekerja pada
kadar air maks. 20%.
• Kayu hasil panen umumnya memiliki kadar air tinggi
sekitar 50% sehingga perlu pengeringan terlebih
dahulu sebelum bisa diumpankan ke hammer mill.
• Ukuran batang kaliandra yang kecil rata-rata hanya 5-10
cm cukup dengan 1-step process dengan wood crusher
(wood chipper + Hammer Mill)
• Sedangkan apabila ukurannya lebih dari itu bisa
menggunakan chipper lalu hammer mill atau tipe drum
cutter.
21. Berbagai Jenis Alat Pemellet
Untuk pelletizing highly fibrous biomass L/D = 8,5-9 : 1
Untuk pelletizing wood L/D = 8-10 :1
Untuk kapasitas
kecil <500kg/jam Untuk kapasitas
menengah dan besar;
paling populer
Jarang digunakan,
aplikasi Skala
laboratorium
Jarang digunakan,
aplikasi Skala
laboratorium
For flat die machine the length of of hole is shorter than ring die machine, that’s mean
durability of pellets from ring die machine is better than flat die machine
22. Pelletiser Komersial
Flat Die Ring Die
Pelletiser Komersial: ada 2
macam, yakni flat die dan
ring die. Flat die : high
operational cost (alat
cepat aus dan lebih
banyak maintenance),
biasa dipakai untuk pakan
ternak atau wood pellet
skala kecil (<500kg/hari),
harga alat murah. Ring
die: low operational cost,
alat (tidak cepat aus dan
sedikit perawatan),
populer dan banyak
dipakai untuk produksi
wood pellet kapasitas
sedang hingga besar
(>500kg/jam), harga alat
lebih mahal.
23. Analogi Flat Die Vs Ring Die = Motor Vs Mobil
Pada konteks sebagai alat angkut dengan beban tertentu : Mesin sepeda motor
umumnya cc-nya kecil (100-500 cc) sehingga kapasitas angkutnya juga kecil, sedangkan
apabila kapasitas mesinnya besar misalnya 1500 cc atau diatasnya, maka lebih cocok
dipasang atau dibuat mobil untuk efektivitas dan efisiensi pengangkutan, estetika,
handling, keamanan dan sebagainya daripada dibuat moge (motor gedhe).
x
Vs
24. -Carbon steel alloy : die terkuat, harga murah, tidak
tahan korosi, permukaan die kasar sehingga friksi
dan kompresi lebih besar sehingga wood pellet
yang dihasilkan lebih keras.
-Stainless steel alloy : lebih tahan korosi, harga lebih
mahal, karena permukaan die lebih halus,maka
butuh kedalaman die lebih panjang untuk
menghasilkan wood pellet yang keras.
-High chrome alloy : ketahanan korosi paling tinggi,
start up lebih mudah, karena die lebih halus
sehingga butuh kedalaman die lebih panjang untuk
hasil wood pellet yang keras, harga paling mahal.
Material Die Hampir semua produsen wood pellet press
juga produksi ring die dan roller dan ada juga
yang menjualnya khusus seperti dibawah ini
:
25. Karakteristik Bahan Baku
Membutuhkan Bentuk dan
Ukuran Die Tersendiri
Setiap die (cetakan)
cocok untuk satu
jenis bahan baku!!!
Die tidak bisa “generik” untuk semua biomasa
26. Pelleting Stage
• Terlalu tinggi maupun terlalu rendahnya kadar air pada proses pemelletan kayu
akan menyebabkan gagalnya proses ini.
• Untuk mendapat kualitas pellet yang baik, suhu rata-rata di die 125 C; Kanada
mensyaratkan menjaga suhu 85 C untuk suhu minimum die. Semakin tinggi suhu
semakin baik kualitas pellet.
• Efisiensi pabrik wood pellet yang bisa diterima adalah 130-200 kWh/ton, tanpa
drying system.
• Fuels that are used during pellet production may produce a maximum greenhouse
gas (GHG) emission of 100 kg CO2 per tonne of pellets. This value can be achieved
as long as biomass fuels are used for raw material drying and can be lower if use
sun drying.
29. Ketika Bahan Baku Terlalu Basah
• Kadar air terlalu tinggi (terlalu basah) akan menyebabkan
tekanan (kompresi) yang sangat tinggi pada die. Hal ini
membuat suhunya meningkat dan menghasilkan steam
dalam jumlah banyak. Tingginya tekanan akan membuat
motor bekerja terlalu berat dan juga potential membuat die
mampet (ter-block). Kondisi ini juga berpengaruh pada
bearing di roller. Pellet yang dihasilkan juga akan lunak dan
sangat mudah pecah. Walaupun kompresi tinggi akan tetapi
suku yang memadai yang membuat lignin keluar sebagai
perekat tidak tercapai. Karena tingginya kadar air, maka
pellet akan mengembang dan mengeluarkan uap air,
akibatnya pellet tidak halus permukaannya dan berbentuk
silinder seperti seharusnya.
30. Wood Pellet akan rusak bahkan hancur pada tahap
pendinginan bila terlalu tinggi kadar airnya (terlalu
basah).
Wood pellet lunak dan mudah pecah ketika
menggunakan bahan baku terlalu basah (kadar air
tinggi).
Ketika Bahan Baku Terlalu Basah
Skema pendinginan wood
pellet dg aliran udara
lawan arah (counter flow)
31. Ketika Bahan Baku Terlalu Kering
• Karena bahan baku memiliki
kepadatan rendah dan kurangnya
kadar air (terlalu kering) maka roller
tidak mampu melakukan kompresi
yang memadai didalam die.
Kurangnya tekanan juga berakibat
kurangnya panas dan lignin tidak
mampu keluar sebagai perekat
pada pellet tersebut. Karena bahan
baku tidak bisa menghasilkan friksi
yang cukup dan tekanan / kompresi
maka material akan akan meluncur
bebas di dalam die dan akibatnya
pellet tidak terbentuk.
Pellet tidak terbentuk (ambrol) ketika
menggunakan bahan baku terlalu kering (kadar
air rendah)
32. Mekanisme Pendinginan (Cooling)
Ketika wood pellet keluar dari pelletiser maka suhunya sangat panas,
lunak dan mengeluarkan uap air. Sebelum pellet bisa disimpan dan
digunakan maka kondisinya harus dingin dan kering. Cara paling mudah
pendinginan wood pellet adalah menghamparkannya dalam ruangan
sehingga dingin dengan sendirinya pada suhu ruang. Counter flow cooler
adalah jenis pendingin wood pellet yang umum di industri wood pellet
saat ini dengan arah udara pendingin dan produk wood pellet secara
lawan arah. Pendinginan bertahap akan meningkatkan kualitas,
mengurangi retakan-retakan di permukaan dan “fine”. Wood pellet keluar
dari cooler dengan kadar air menjadi sekitar 8% dengan suhu berkisar
+5-10C dari suhu kamar. Hampir semua cooler dilengkapi screen untuk
menyaring “fine”/”powder” dari wood pellet. “Fine” /”Powder” tersebut
kemudian dikembalikan ke pelletiser untuk bisa digunakan sebagai bahan
baku lagi.
Kiri : Skema alat
counter flow cooler;
Tengah : photo cooler
komersial; Kanan :
wood pellet yand
didinginkan secara
memadai
permukaannya halus
dan mengkilap.
34. 6 Pertimbangan Kunci Pemelletan
Pemelletan sukses = kualitas pellet
1. Hubungan antara kualitas bahan baku, kapasitas pemelletan
dari mesin dan proses pemelletan (kondisi operasi
pemelletan) harus sinkron.
2. Kapasitas friksi pada die. Semakin besar friksi maka densitas
pelet semakin tinggi.
3. Permukaan dan material die dan roller. Die dari stainless
steel memiliki permukaan halus dan tahan karat sehingga
start up lebih mudah dibandingkan die dari carbon steel,
tetapi memperbesar friksi maka diperdalam kedalaman
lubangnya (die hole).
4. Rasio Panjang dan diameter lubang pada die.
5. Ketebalan lapisan bahan baku diatas die dan sehingga
ketebalan bahan tersebut yang dipress ke dalam die.
Ketebalan optimum umumnya adalah 1 mm
6. Frekuensi kompresi (kecepatan rotasinya).
35. Ketinggian Roller dan Carpet
Carpet adalah lapisan tipis bahan yang dipress, yang berada pada puncak permukaan die. Ketika bahan baku
masuk ke pelletiser maka akan terdorong oleh roller dan membentuk carpet. Semakin banyak bahan
dimasukkan ke pelletiser maka akan semakin menambah ke carpet. Carpet inilah kemudian yang ditekan ke
lubang die dan menghasilkan pellet. Sehingga untuk material yang bisa membentuk pellet, awalnya harus bisa
membentuk carpet.
1 mm Gap
Umumnya carpet dengan ketebalan 1 mm adalah kondisi optimum antara kualitas
pellet, konsumsi energi dan tingkat keausan alat.
>1mm Gap
Memperbesar gap antara roller dan die, akan meningkatkan kebutuhan energi yang
dibutuhkan. Jika roller diset diatas 1 mm, maka kemungkinan tekanan yang
dihasilkan tidak akan cukup antara die dan roller. Tanpa tekanan yang cukup maka
tidak ada panas, sehingga tidak ada perekat yang dikeluarkan dan carpet tidak
terbentuk, sehingga pellet juga tidak terbentuk. Hanya pada kondisi sangat khusus
sehingga sangat jarang diaplikasikan untuk >1 mm gap pada produksi pellet.
< 1mm Gap
Ketika roller dan die bersentuhan berarti tidak ada ruang untuk membentuk carpet,
sehingga bahan ditekan langsung ke dalam luabng die, akibatnya kualitas pellet
akan menurun. Lebih penting lagi, ketika kontak antar logam terjadi maka akan
secara significant mengurangi umur roller dan die tersebut.
Tips : Ketika menyetting roller gap karakteristik bahan baku perlu dipertimbangkan, sebagai contoh densitas
material dan kemampuan perekatan. 1mm gap direkomendasikan untuk hampir semua bahan tetapi mencoba
variasi gap akan bermanfaat. Semua produksi pellet adalah masalah mengurangi kebutuhan energi dan tingkat
keausan peralatan sementara secara simultan meningkatkan kualitas pellet dan produktivitas. Hal ini mengapa
produksi kualitas pellet membutuhkan skill tersendiri.
36. Karakteristik Perekatan (Bonding
Mechanism) Dalam Produksi Wood Pellet
• Variabel bahan baku termasuk moisture content &, particle size,
shape, and distribution, hardness serta lignin content
mempunyai pengaruh besar thd kualitas pellet dan pemilihan
kondisi proses yang memadai. Adanya cairan seperti air selama
pelletisasi menghasilkan gaya antar muka (interfacial forces) dan
tekanan kapiler, shg meningkatkan ikatan partikel.
• Ada 3 tahap pada pemadatan biomasa termasuk pellet. Tahap 1
: partikel menyusun formasi sendiri ke bentuk cukup padat.
Tahap 2 : partikel saling dorong dan terbentuk sifat seperti
plastik dan deformasi elastis, sehingga meningkatkan kontak
antar partikel secara signifikan; partikel menjadi diikat dengan
gaya electrostatic van der Waal. Tahap 3 : terjadi penurunan
volume yang signifikan akibat tingginya tekanan/kompresi
sehingga kepadatan/density pellet dapat dicapai
37. Mekanisme Deformasi Partikel Biomasa Pada Penekanan #1
Deformation mechanisms of biomass powder particles under compression
38. Mekanisme Deformasi Partikel Biomasa Pada Penekanan #2
Kurva kompresi partikel serbuk biomasa. Proses pemadatan dapat dipisahkan
dalam beberapa tahap : particle rearrangement, elastic & plastic deformation,
dan hardening .
40. Karakteristik Perekatan Dalam Produksi
Wood Pellet #1
Pemadatan biomassa seperti
pellet dengan tekanan/
kompresi tinggi akan
meningkatkan mechanical
interlocking dan adhesi antar
partikel, sehingga membentuk
ikatan antar molekul pada area
kontak. Pada bahan baku
biomasa seperti kayu
mekanisme perekatan dapat
dibagi menjadi gaya adhesi
dan kohesi , gaya tarik antara
partikel dan interlocking
bonds.
41. Karakteristik Perekatan Dalam Produksi
Wood Pellet #2
a. Tipikal permukaan patah-patah pada pellet yang mengindikasikan terjadinya adhesi
yang kuat
b. Tipikal permukaan patah-patah pada pellet yang mengindikasikan ahesi yang lemah
Tampilan permukaan patah-patah pada pellet dengan scanning electrone microscope
42. Karakteristik Perekatan Dalam Produksi
Wood Pellet #3
Tampilan light microscopy yang menunjukkan polymer melting dan interlocking pada fiber
(biomass)
43. Perekatan dan Kualitas Wood Pellet
Partikel “Fines” (bubuk) terbentuk akibat kurangnya perekatan sewaktu
pembentukan pellet. Sehingga kinerja dari pelletiser dan produk jadi pellet
berpengaruh terhadap persen fines. Pellet sangat kuat apabila ditekan secara
vertikal tetapi mudah pecah ketika ditekan secara horisontal. Kualitas pellet yang
jelek membuatnya hancur/pecah berkeping-keping dan menghasilkan banyak
bubuk. Tergantung target pasarnya, prosentase “fine” yang terbentuk perlu
dinyatakan atau tidak. Pada kualitas wood pellet premium target dari fines harus
kurang dari 1%. CEN European standard memiliki spesifikasi prosentase “fines” yang
diperbolehkan dan dalam banyak kasus prosentase fine harus dinyatakan ketika
dijual. Kapasitas pengemasan juga berpengaruh thd terjadinya prosentase fine,
semakin kecil wadah akan membuat prosentase fine lebih kecil.
44. Karakteristik Pelletiser
• Setiap bahan baku memiliki kualitas dan karakteristik yang berbeda.
Parameter tersebut adalah kadar air, kepadatan dan kualitas
perekatan.
• Ketika kualitas bahan baku telah sesuai untuk wood pellet
berkualitas, maka setelah masuk pelletiser dan berkontak dengan
roller dan mendapat panas serta tekanan yang sesuai maka pellet
akan keluar. Pisau bisa ditambahkan untuk mengeset panjang pellet.
Dan setelah didinginkan pellet akan keras dan siap digunakan.
45. Karakteristik Pelletiser
• Pemilihan bahan baku berkualitas berpengaruh besar
terhadap kualitas wood pellet, dan settingan pelletiser
meliputi ketebalan dan material die, pressing time, pressing
temperature dan pressure juga membantu meningkatkan
kualitas wood pellet. Tekanan (pressure) bisa diset dengan
pemilihan die, material die dan jarak dengan roller. Sehingga
untuk produksi wood pellet dari beragam bahan baku perlu
mengubah kecepatan pengumpanan ke pelletiser maupun
pemilihan pellet die-nya. Idealnya pemilihan die juga terkait
rasio kompresinya, misalnya mengolah bahan baku kayu lunak
membutuhkan die lebih tebal dibandingkan mengolah kayu
keras, untuk hasil kualitas pemelletan yang sama.
• Ada perbedaan antara hanya membuat wood pellet dengan
membuat wood pellet berkualitas dengan konsumsi energi
minimum dan maximum roller & die life.
46. Perawatan Peralatan Termasuk Pelletiser
Peralatan yang digunakan produksi wood pellet
terekspose suhu dan tekanan tinggi, sehingga
perawatan yang memadai menjadi esensi untuk
memaksimalkan umur peralatan dan mengurangi
konsumsi energi.
A. Perawatan Bearing
Peralatan khususnya crusher tipe hammer mill dan
pelletiser memiliki banyak bearing, yang mencapai
suhu tinggi selama operasi. Mengecek secara berkala
bearing dibutuhkan untuk menjaga kinerja dan umur
peralatan. Beberapa peralatan dilengkapi dengan
pelumasan otomatis untuk bearing.
47. Perawatan Peralatan Termasuk Pelletiser
B. Menjaga Konsumsi Energi Minimum
Periksalah hammer mill dan pelletiser bisa beroperasi tanpa
tahanan akan menjaga kebutuhan energi tetap
minimum.Sebagai contoh pengecekan bahwa tidak ada
material yang menyebabkan friksi tambahan sekitar
pelletiser dan roller.
C. Yang Harus Dilakukan Pada Akhir Produksi
Ketika akhir produksi sangat penting untuk memasukkan
bahan berminyak ke pelletiser sehingga produksi nantinya
bisa dimulai dengan mudah lagi contoh dedak atau katul
dengan minyak goreng. Jika bahan baku yang diproses
tertinggal di die, selanjutnya ketika die dingin bahan baku
di dalam die juga dingin dan akan mengeras. Jika hal itu
terjadi maka sangat sulit untuk memulai produksi lagi dan
mungkin perlu dibor die yang tersumbat tersebut.
49. Penerimaan Bahan Baku (Receiving Station)
• Bahan baku diterima di pabrik dengan dihitung dengan cara :
1. volume (kubikan). Menghitung volume kayu dalam bak mobil atau
truk lalu dikalikan dengan kepadatan (density) rata-rata kayu (100-
150 kg/m3)
2. Penimbangan. Kayu bisa dimasukkan dalam karung lalu ditimbang
dg timbangan duduk ataupun berat mobil dg kayu dikurangi berat
mobilnya yakni dg timbangan muatan mobil. Estimasi harga 100
juta rupiah.
Cara 1 lebih murah dan praktis, tetapi akurasi berat atau bobot tidak
sebaik cara 2.
50. Packing Wood Pellet
• Disarankan untuk mengemas wood pellet dengan ukuran besar, shg
apabila tidak menggunakan mesin packing misalnya langsung dari cooler-
pun tidak masalah, karena jumlahnya sedikit.
• Kemasan model jumbo bag dengan kapasitas 1 ton atau 500 kg bisa
diterapkan.
Umumnya pabrik wood pellet
kapasitas kecil di Indonesia
Langsung packing dari cooler.
Jumbo bag untuk 500kg
wood pellet
Jumbo bag untuk 1 ton
wood pellet
53. Penyimpanan Produk (Product Storage)
• Penyimpanan produk wood pellet di tempat kering
ber-ventilasi. Sangat disarankan menggunakan pallet
untuk menjaga kekeringan produk. Beberapa
panduan lain seperti pada kolom disamping.
54. K3 Produksi Wood Pellet
• Hal-hal yang perlu diperhatikan di area pabrik:
-Mengenakan masker, sepatu, kaos tangan dan helm.
-Menghindari membakar sampah dan semacamnya
yang menimbulkan api.
-Dilarang merokok.
-Motor listrik dan peralatan relay harus terlindungi.
-Hati-hati bila mengelas dan memotong logam di area
banyak sawdust kering berpotensi bahaya.
-Hindari permukaan panas berkontak dengan sawdust
kering, karena berpotensi menimbulkan percikan
api.
-Wood pellet tidak boleh disimpan lama tanpa
monitoring suhu yang memadai*
-Waspadai terhadap gesekan, benturan dan percikan
api timbul karena bearing panas, komponen
bergerak, dsb yang menyebabkan kecelakaan
dengan sawdust kering.
*aktivitas mikroba akan meningkatkan suhu wood pellet sampai 90 C yang selanjutnya
bila teroksidasi bisa menyebabkan kebakaran. Kadar air yang tinggi serta proses
produksi sehingga bahan baku tidak terekspose suhu >100 C akan memacu aktivitas
mikroba.
Based on US Data
57. Perbandingan Wood Pellet Dengan Batubara
No. Factors Wood Pellet Coal
1. Calorific Value 4000 kcal/kg and up 5000-5500 kcal/kg
2. Ash Content < 4% 20 to 40%
3. Pollution/Poisonous effluent Smoke No Smoke No Sulphur Sulphur,
phosphorous fumes
4. Moisture 8 %( max) 20 to 35%
5. Efficiency of boiler 75% 75%
6. Wastages/Loss 8-10% 15-20%
7. Labour usage Single person is enough Require two persons
8. Boiler efficiency Normal Fly ash deposit on tubes High wear & tear
9. Handling Easy because of packed material Tough material
10. Type of Fuel Carbon Neutral Carbon Positive
-Berbagai keuggulan wood pellet bisa dijadikan bargaining postion harga jual wood pellet untuk subtitusi
batubara di industri.
-Sebagai perbandingan : US hampir semua wood pellet digunakan untuk pemanas rumah tangga dengan
pellet stove, sedangkan mayoritas wood pellet di Asia digunakan untuk co-firing dengan batubara pada PLTU
(coal powerplant).
-Sebagian proses produksi wood pellet juga dengan debarking (menghilangkan kulit dari kayunya) utk
mengurangi kadar abu. Karena konsumen wood pellet di Indonesia adalah industri yang umumnya lebih
toleran utk kadar abu lebih tinggi maka tidak dengan debarking tidak menjadi masalah.
61. Perbandingan Produktivitas Tanaman
Trubusan Indonesia dengan Eropa/US
Poduktivitas biomasa kayu 1 tahun kaliandra di Indonesia (negara tropis) = 4
tahun willow di negara sub tropis.
65. Keutamaan Domba Dibanding Binatang Ternak
Lainnya, menurut Al Qur’an
"Dia menciptakan kamu dari diri yang satu kemudian Dia jadikan daripadanya istri dan
Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor hewan yang berpasangan dari binatang
ternak...." (QS 39:6).
Dalam ayat lain (QS 6 : 143-144), delapan ekor hewan yang berpasangan (4 pasang)
tersebut adalah dua ekor (sepasang) domba, sepasang kambing, sepasang unta dan
sepasang sapi.
Dari serangkaian hewan ternak yang disebutkan dalam ayat-ayat di atas, domba disebut
pertama, baru kambing, unta dan sapi. Kaidah dalam Al Qur'an, sesuatu yang disebut
pertama memiliki keutamaan daripada sesudahnya. Nah, disinilah domba memiliki
keutamaan dibandingkan hewan ternak lain yang disebut dalam ayat tersebut, walaupun
semua hewan tersebut dagingnya halal dimakan. Indikasi lain tentang keutamaan domba
juga bisa kita dapati pada peristiwa Qurban, yakni ketika Nabi Ibrahim diperintah Allah
SWT untuk menyembelih putranya yakni Ismail, lalu oleh Allah SWT menyelamatkan
Ismail dan menggantinya dengan domba besar. Peristiwa tersebut kemudian kita
peringati setiap tahun dan menjadi syariat Qurban pada hari raya Idhul Adha setiap 10
Dzulhijah.
66. Mengapa Beternak Domba ?
•Pertama, produksi daging cepat. Secara matematis perkembangbiakkan domba jauh lebih cepat
daripada sapi . Satu ekor domba betina bisa melahirkan enam ekor anak dalam enam anak
domba dalam dua tahun, sedangkan sapi hanya melahirkan satu atau maksimal dua ekor dalam
waktu yang sama.
•Kedua, daging domba adalah kualitas terbaik apalagi dengan pakan rumput dan dedaunan,
sehingga rasio omega 6 terhadap omega 3 mendekati 1 (healthiest food).
•Ketiga : domba dengan ukuran lebih kecil juga lebih mobile dalam menyebarkan kotoran
sehingga efek pemupukan terhadap tanah juga lebih merata.
•Keempat, kualitas kotoran domba sebagai pupuk juga lebih baik daripada kotoran sapi terutama
pada kandungan makro yakni nitrogen (N), phospur (P), dan kalium (K).
67. Mengapa Dengan Penggembalaan ?
A. Dalil-Dalil Al Qur’an dan Hadist
“Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya
(menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. ” (QS 16:10)
• Indonesia yang beriklim tropis sangat cocok untuk penggembalaan tersebut karena curah hujan
tinggi dan banyak pohon-pohon tumbuh dengan mudah.
“Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-
tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.”(QS 20:54)
"Dan (Allah SWT) yang menumbuhkan rumput-rumputan" (QS Al A'laa :4)
“"Setiap Nabi yang diutus oleh Allah adalah menggembala domba/kambing". Sahabat-sahabat beliau bertanya :
“Begitu juga engkau ?” ; Rasulullah bersabda : “Ya, aku menggembalanya dengan upah beberapa qirath penduduk
Mekah”. (H.R. Bukhari)
"Orang-orang muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, dalam hal padang rumput (lahan), air dan api (energi)". (HR.
Sunan Abu Daud).
Dari Abu Said Al-Khudri berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Waktunya akan datang bahwa harta
muslim yang terbaik adalah domba yang digembala di puncak gunung dan tempat jatuhnya hujan.
Dengan membawa agamanya dia lari dari beberapa fitnah(kemungkaran atau pertikaian sesama muslim)”.
(H.R. Bukhari)
68. B. Analisa Ilmiah
Dari Abu Hurairah R.A. dari Rasulullah SAW, beliau bersabda : “Diantara penghidupan (pekerjaan)
manusia yang terbaik, adalah seorang laki-laki yang memegang kendali kudanya di jalan Allah. Dia
terbang diatasnya (dia menaikinya dengan jalan yang cepat). Setiap mendengar panggilan perang dia
terbang diatasnya dengan bersemangat untuk mencari kematian dengan jalan terbunuh (dalam keadaan
syahid) atau menyongsong kematian ditempat datangnya. Atau seorang laki-laki yang menggembala
domba di puncak gunung dari atas gunung ini atau lembah dari beberapa lembah. Dia mendirikan
sholat, memberikan zakat dan menyembah kepada Tuhannya hingga kematian datang kepadanya. Dia
tidak mengganggu kepada manusia, dan hanya berbuat baik kepada mereka.” (H.R. Muslim).
• Menggembala adalah salah satu profesi terbaik.
a. Produksi daging paling ekonomis dan kualitas terbaik adalah dengan penggembalaan.
b. Penggembalaan akan menyuburkan tanah dan menghidupkan tanah-tanah mari. Sebuah
referensi dari Allan Savory, seorang biologist dari Zimbabwe yang telah menghijaukan bumi
atau istilahnya menyelamatkan kehidupan di bumi dengan penggembalaan tersebut. Telah
lebih dari 16 juta hektar (sekitar 1,5 kali perkebunan sawit Indonesia) terselamatkan dengan
konsep penggembalaan tersebut.
c. Domba secara khusus adalah hewan yang cerdas, lebih cerdas daripada kambing dan
sapi. Domba hanya kalah cerdas dari simpanse, gajah dan lumba-lumba. Konon domba
adalah binatang yang paling baik ingatannya, dia bisa mengingat wajah penggembalanya,
mengingat jalur perjalanan pulang ke kandangnya, ingat siapa yang memimpin
perjalanannya dan bahkan bisa mengingat mana-mana batasnya yang boleh dimakan dan
tidak, batas wilayah yang boleh dilalui dan tidak. Faktor-fator tersebut semakin
memudahkan penggembalaannya. Domba juga memiliki ketahanan penyakit yang tinggi.
69. Mengamalkan Contoh Para Nabi
Karena buah karya manusia biasa, pendekatan Savory ini tentu masih banyak
mengandung kelemahan, tetapi itupun sudah bisa melestarikan areal puluhan juta
hektar di seluruh dunia tersebut diatas. Seluruh Nabi pernah sebagai penggembala
domba. Bagaimana jika contoh para Nabi dengan penggembalaan domba tersebut
diterapkan di seluruh dunia? Tentu hasilnya jauh akan lebih baik dalam semua
aspeknya.
“"Setiap Nabi yang diutus oleh Allah adalah menggembala domba/kambing". Sahabat-sahabat beliau
bertanya : “Begitu juga engkau ?” ; Rasulullah bersabda : “Ya, aku menggembalanya dengan upah
beberapa qirath penduduk Mekah”. (H.R. Bukhari)
70. Teknis Pelaksanaan Integrasi Produksi Wood Pellet
dari Kebun Energi dan Peternakan Domba
Salah satu cara atau teknik yang bisa dilakukan yakni,
peternakan domba tersebut dibuat dalam koloni
tersendiri dalam area kebun energi. Misalnya total
lahan kebun energi 2.000 hektar, maka sekitar 100
hektar digunakan untuk peternakan domba dengan
membuat padang-padang penggembalaan. Padang
gembalaan tersebut dibagi-bagi menjadi sejumlah
area (paddock) dengan tujuan untuk teknik
penggembalaan terbaik yakni penggembalaan rotasi
(rotation grazing). Penjelasan rotation grazing di slide
selanjutnya.
Rumput-rumput pada padang-padang gembalaan sebagai sumber pakan utama domba-
domba tersebut. Sedangkan daun-daun dari limbah pemanenan kayu kaliandra dari
kebun energi sebagai pakan tambahannya.
Kotoran domba sebagai pupuk bagi rumput-rumput di padang gembalaan tersebut.
Sedangkan kotoran yang berada di kandang bisa untuk produksi biogas dan dikumpulkan
untuk pupuk pada kebun energi.
71. Penggembalaan Rotasi Cara Terbaik
Penggembalaan Domba
Penggembalaan rotasi adalah membagi padang gembalaan
tersebut menjadi beberapa unit seperti arena latihan kuda
(paddock) selanjutnya binatang ternaknya secara bergiliran
digembalakan di area gembalaan yang bersekat-sekat
tersebut. Pada penggembalaan rotasi selalu ada padang
gembalaan yang diistirahatkan untuk memulihkan
pertumbuhan rumputnya.
Penggembalaan rotasi akan memberikan hasil yang efisien baik produktivitas
daging maupun keberlanjutan padang gembalaan tersebut. Pertumbuhan
rumput bisa dijaga sedemikian rupa dengan penggembalaan rotasi tersebut,
yakni dipertahankan pada ketinggian 8-10 cm. Bila rumput dimakan habis
(overgrazed) sampai pangkal batang maka akan sulit tumbuh lagi dengan baik.
Teknik mengatur supaya rumput terus tumbuh dengan baik yakni dengan
mengatur durasi penggembalaan pada sekat penggembalaan tersebut, ini juga
akan terpengaruh oleh faktor musim. Rumput akan tumbuh lebih cepat pada
musim penghujan dan sebaliknya pada musim kemarau lebih lambat. Dengan
irigasi yang baik pertumbuhan rumput pada musim kemarau bisa tetap
dipertahankan. Padang gembalaan pada hakikatnya adalah bertani atau
budidaya rumput itu sendiri.
72. Selain itu dengan penggembalaan rotasi domba atau hewan ternak akan merumput
lebih merata karena area penggembalaannya dibatasi dengan sekat-sekat tersebut.
Sebagai perbandingan adalah dengan penggembalaan terus menerus (continous
grazing), dimana ternak cenderung hanya makan rumput yang disukai bahkan sampai
habis (overgrazing) sehingga keberlanjutan rumput padang gembalaan kurang optimal.
73. 4 Hal Penting Perlu Diperhatikan Dalam
Penggembalaan Rotasi
Setidaknya ada 4 hal fisik yang perlu diperhatikan untuk pembuatan penggembalaan rotasi
berjalan baik, yakni : supplai pakan, sistem pagar atau sekat-sekat, supplai air dan tempat
teduhan.
Supplai pakan atau ketersediaan rumput adalah faktor penting keberlangsungan penggembalaan tersebut. Pada
musim penghujan rumput atau bulan-bulan tertentu akan berlimpah sedangkan pada musim kemarau berkurang.
Untuk menyesuaikan dengan jumlah pakan tersebut, populasi hewan ternak juga bisa disesuaikan. Ketika pakan
berlimpah populasi ternak lebih banyak daripada ketika pakan berkurang. Untuk menjaga pakan lebih tersedia, padang
gembalaan bisa dilengkapi dengan sistem irigasi yang baik sehingga rumput bisa terus tumbuh pada musim kemarau
sekalipun.
Sistem pagar atau sekat-sekat juga merupakan faktor suksesnya penggembalaan rotasi. Sistem pagar tersebut
memungkinkan pengelolaan padang gembalaan secara terencana. Pengaturan penggunaan area untuk
penggembalaan maupun area yang harus diistirahatkan sehingga rumput tumbuh kembali merupakan fungsinya
sistem pagar tersebut.
Supplai air, jelas ini merupakan faktor penting karena Allah SWT menciptakan sesuatu yang hidup dari air (QS 21:30)
dan setiap yang hidup pasti membutuhkan air khususnya hewan-hewan ternak tersebut. Setiap sekat atau kamar
area penggembalaan harus dilengkapi supplai air tersebut. Semakin banyak pakan atau rumput yang dikonsumsi
semakin banyak air yang dibutuhkan. Kekurangan supplai air juga akan menurunkan konsumsi pakan.
Tempat teduhan juga merupakan hal penting bagi penggembalaan. Hewan-hewan ternak cenderung mencari tempat
teduh supaya bisa merumput lebih lama. Ketika cuaca panas, maka hewan ternak tidak bertahan lama merumput.
Tempat teduhan terbaik adalah pepohonan sehingga pohon-pohon perlu ditanam di area padang gembalaan
tersebut.
74. Penggembalaan Campur (Mixed Grazing) – Domba Dengan Sapi.
Penggembalaan domba dengan sapi juga terbukti memberikan hasil
positif. Hal ini dikarenakan kedua jenis hewan ternak tersebut
mempunyai kebiasaan penggembalaan yang berbeda, sebagai contoh
domba menyukai rumput berdaun lebar, sedangkan sapi menyukai
rumput berdaun sempit. Penggembalaan domba dan sapi tersebut
bisa dilakukan secara bersamaan maupun waktunya berlainan.
Padang gembalaan juga lebih baik, karena seluruh tanaman
rerumputan dimakan ternak baik domba maupun sapi secara merata.
Apabila padang rerumputan tidak digembala secara merata, maka
kualitas rumput juga akan menurun. Jenis-jenis rumput tertentu
menjadi favorit bagi domba sehingga jenis ini akan lebih banyak
dimakan, bahkan habis. Rumput dengan kondisi demikian menjadi
sulit untuk tumbuh lagi dengan baik. Padang gembalaan seperti
halnya ladang pertanian juga harus dijaga keberlanjutannya untuk
terus bisa menghasilkan pakan ternak-ternak tersebut. Indikasi
penting lainnya bahwa penggembalaan bersama ini memberikan hasil
lebih positif, adalah dari sejumlah penelitian yang dilakukan
diberbagai lokasi di dunia bahwa dengan penggembalaan domba
dengan sapi, kenaikan berat badan domba sekitar 10% daripada
hanya penggembalaan domba saja dan kenaikkan berat badan sapi
sekitar 25% dibandingkan hanya penggembalaan sapi saja.
75. Pengelolaan Rumput
Allah SWT menumbuhkan rumput-rumputan (QS Al A'laa :4) walaupun manusia bisa saja
menanam rerumputan tersebut tetapi pada hakikatnya Allah-lah yang menumbuhkan
rumput-rumput tersebut. Rerumputan juga sangat mudah tumbuh dan bisa dijumpai di
hampir semua tempat di Indonesia. Dalam banyak hal rumput-rumput ini malah dianggap
sebagai masalah sehingga sejumlah upaya dikerahkan untuk mengatasi masalah rumput
tersebut. Padang gembalaan pada hakikatnya adalah bertani atau budidaya rumput itu
sendiri. Hal ini sehingga kualitas dan kuantitas rumput sebagai sumber pakan utama domba-
domba tersebut, harus terus dijaga dengan baik. Di Inggris bahkan rumput memiliki
kontribusi sekitar 90% pada produksi daging mereka, sehingga budidaya rumput untuk
penggembalaan ternak secara professional menjadi hal penting dalam sektor pangan
mereka.
76. Peternakan Lebah Madu
Peternakan lebah madu adalah usaha tambahan
lainnya untuk meningkatkan optimalisasi
pemanfaatan lahan dan membantu sejumlah
penyerbukan pada berbagai tanaman. Ada
banyak jenis lebah madu, pertimbangan memilih
jenis lebah madu juga didasarkan pada teknik
budidayanya dan hasil madunya. Lebah madu
lokal pada umumnya lebih mudah dibudidayakan
seperti genus Trigona (stingless bee). Madu
kaliandra juga salah satu madu terbaik dengan
nilai ekonomi tinggi.
77. Terimakasih
Eko SB Setyawan Mobile : 081328841805
Biomass to Energy Entrepreneur
eko.sbs@gmail.com
@ekosbs http://inovasibiomasa.blogspot.com/