SlideShare a Scribd company logo
Proses Produksi
Wood Pellet Dari Biomassa Kayu
Eko SB Setyawan
Sekilas Tentang Pellet
Berbagai tipe pellet (wood pellet, torrefied wood
pellet & charcoal pellet) Biomass decomposition regimes
-White pellet = wood pellet are made of sawdust or planer shavings without bark
-Brown pellet = wood pellet are made of bark containing raw materials
-Black pellet = torrefied wood pellet
Wood pellet : Property class A1 represents the highest quality level that is particularly relevant for private end
users. In property class A2, the limiting values for the ash content, the NCV, the nitrogen and chlorine content and
the ash melting behaviour are less strict. This property class is mainly relevant for commercial users operating
pellet boilers with higher nominal capacity. Pellets according to property class B are relevant as industrial Pellets.
Faktor utama pembedanya: nilai kalor, kadar abu dan kimia abu
Pellets made from bark containing wood fractions such as forest wood chips, industrial wood chips with bark
and short rotation coppice (SRC) would comply with A2 pellet class.
Sekilas Tentang Pellet
Standard grade fuel is usually up to 3% ash content, while premium grade is less than 1
percent. Premium pellets are usually produced from hardwood or softwood sawdust
containing no tree bark.
Biasanya pellet berwarna cerah dari kayu lunak, dan yang gelap
dari kayu keras. Tetapi pellet yang dibuat dari kayu lunak dari
seluruh bagian pohonnya (“whole tree”) termasuk kulitnya akan
membuat pellet lebih gelap. Sehingga sulit untuk menentukan
kualitas wood pellet dari warnanya saja.
Panjang pellet yang beredar di pasaran sangat bervariasi dari berbagai
produsen. Produksi wood pellet membutuhkan panjang yang konsisten dan
meminimalisir variasi panjang tersebut.
Diameter wood pellet bervariasi mulai dari 6 mm hingga 20 mm.
Diameter 6 mm umumnya digunakan untuk pemanas ruangan rumah
tangga (home heating), sedangkan diameter 8 mm ke atas biasa
digunakan oleh industri dan pembangkit listrik.
Umumnya pellet dari kayu keras lebih disukai terutama untuk
kompor dan perapian/tungku karena secara alami memiliki kadar
air lebih rendah, lebih padat, terbakar lebih lama dan panasnya
seperti batubara.
Sekilas Tentang Pellet
Wood
*Analisa proksimate dan ultimate untuk mengetahui senyawa-senyawa dan unsur-
unsur kimia wood pellet juga bisa dilakukan untuk melengkapi product knowledge
Source : Pellet Fuel Institute, US
A. Teknologi Proses Produksi
Wood Pellet
Esensi Proses Pembuatan Wood Pellet
• Esensi / Philosopy proses pembuatan wood pellet adalah
pemadatan (densifikasi) biomasa sehingga memudahkan
handling, transportasi dan pemanfaatannya seperti
pembakaran, pirolisis dan gasifikasi. Supaya dihasilkan produk
yang berkualitas (standar dan stabil) maka perlu pemilihan
jenis bahan baku, preparasi bahan baku seperti
penyeragaman ukuran partikel dan tingkat kekeringan,
conditioning, menambah perekat dan sebagainya sebelum
dipadatkan (pelletizing). Bahan baku dikategorikan limbah
biomasa ataupun kayu-kayu yang seharga limbah.
• Jenis Bahan Baku
• Ukuran Bahan Baku
• Kadar air
• Kekerasan
• Densitas
• Ukuran Produk (Wood Pellet)
• Kadar abu
• Single atau mixed material?
• Kimia Bahan Baku
• Kimia Abu
• Kontaminan
• Spesifikasi Die
• Operational Pelletiser
These variables have tended to make pelleting
more of an “art” than a “science”, through
significant strides are being made in the
sophistication of this process, bringing these
variables under more control.
Variabel-Variabel Proses
Teknologi Proses Produksi Pabrik Wood Pellet
• Proses Standar Pabrik Wood Pellet Skala Besar
• Komponen biaya terbesar pada :
-Bahan Baku
-Pengeringan
*optional
Perbandingan Pabrik Wood Pellet
Tipikal pabrik wood pellet skala besar. Kiri : 750rb TPY– Georgia, US ; Kanan : 5 TPH – Tenesse, US
Tipikal pabrik wood pellet skala kecil. Kiri : 500kg/h– Cina ; Tengah : 500kg/h – Argentina; Kiri : 350kg/h; Cina
Statistik Produksi Wood Pelet Dunia
• Total produksi Russia 3,093 juta
ton/tahun dengan pabrik terbesar di
Leningrad kapasitas 900.000 ton/tahun,
terkecil di Galway 2500 ton/tahun (2011).
• Total produksi US 5,481 juta ton/tahun,
dengan pabrik terbesar di Georgia
kapasitas 750.000 ton/tahun, terkecil
10.000 ton/tahun ditemukan di banyak
tempat (2011).
• Total produksi Kanada 2,958 juta
ton/tahun; Total produksi Cina 792.000
ton/tahun; Total produksi Jepang 110.000
ton/tahun;Total produksi Indonesia
80.000 ton/tahun (2012).
• Prediksi demand wood pellet terus
meningkat. Tahun 2010 konsumsi global
16 juta ton/tahun; tahun 2015 diprediksi
37 juta ton/tahun dan tahun 2020
diprediksi 59 juta ton/tahun.
Pelabuhan Export Wood Pellet Dunia
Logistic Pemasaran Wood Pellet Skala Besar
(referensi Kanada)
Potensi Biomasa Asia Tenggara
Potensi biomasa Indonesia tertinggi dari sejumlah negara di ASEAN sehingga
peluang pengembangan industri wood pellet sangat besar.
Raw Material
Tingkat kekeringan (MC) memegang peran vital dalam proses produksi wood pellet. Limbah dari kayu
olahan seperti industri mebel umumnya sudah kering, sedangkan dari hutan atau kebun masih basah,
sehingga perlu pengeringan sebelum diproses menjadi wood pellet.
Proses Pengeringan Bahan Baku
• Ditinjau dari penggunaannya ; kayu dibedakan menjadi : 1. kayu
pertukangan dan kerajinan; 2. kayu industri; 3. kayu bakar.
Semuanya membutuhkan pengeringan sebelum digunakan.
• Kayu memegang kelembaban dalam dua cara: sebagai air bebas
dalam rongga sel dan air terikat dalam cellwalls. Yang dimaksud air
bebas yaitu air yang terkandung didalam rongga sel, dimana air ini
mudah keluar masuk, ( higroskopis ).Sedangkan air terikat adalah
air yang terkandung didalam dinding sel, dimana air ini agak
lamban keluar dan masuk.
• Variabel-variabel yang berpengaruh pada proses pengeringan kayu:
1. Kayu, 2. kadar air, 3. panas, 4. media pembawa panas, 5.
sirkulasi udara, 6. suhu udara, 7. kelembaban udara, 8. alat
(mesin) pengering, 9. teknik pengeringan dan 10. waktu.
• Proses pengeringan kayu akan berjalan semakin cepat apabila suhu udara semakin tinggi,
kelembaban udara semakin rendah dan kecepatan sirkulasi udara disekitar permukaan
kayu semakin cepat.
• Kayu yang lebih ringan pada umumnya akan mengering lebih cepat daripada kayu yang
lebih berat, karena porositas kayu ringan lebih tinggi daripada porusitas kayu berat.
• Teknik pengeringan yang dipakai akan mengoptimalkan variabel-variabel proses tersebut,
antara lain : menaikkan suhu udara, menurunkan kelembaban udara (menggunakan udara
kering), menaikkan kecepatan sirkulasi udara kering, memperluas kontak antara kayu yang
dikeringkan dengan udara kering, sehingga didapat kayu kering dengan waktu relatif cepat.
•Pengeringan dengan matahari dengan suhu relatif rendah (40-60 C) juga meminimalkan
emisi senyawa organik (VOC=Volatile Organic Compound) berbau dari kayu.
B. Pengaruh Kadar Air Dalam
Proses Produksi Wood Pellet
Size Reduction Stage
Size Reduction Stage
• Hammer mill umumnya hanya mampu bekerja pada
kadar air maks. 20%.
• Kayu hasil panen umumnya memiliki kadar air tinggi
sekitar 50% sehingga perlu pengeringan terlebih
dahulu sebelum bisa diumpankan ke hammer mill.
• Ukuran batang kaliandra yang kecil rata-rata hanya 5-10
cm cukup dengan 1-step process dengan wood crusher
(wood chipper + Hammer Mill)
• Sedangkan apabila ukurannya lebih dari itu bisa
menggunakan chipper lalu hammer mill atau tipe drum
cutter.
Wood Crusher
(Wood Chipper + Hammer Mill)
Ilustrasi Alat Size Reduction
Wood Chipper
Hammer Mill
Pelleting Stage
Berbagai Jenis Alat Pemellet
Untuk pelletizing highly fibrous biomass L/D = 8,5-9 : 1
Untuk pelletizing wood L/D = 8-10 :1
Untuk kapasitas
kecil <500kg/jam Untuk kapasitas
menengah dan besar;
paling populer
Jarang digunakan,
aplikasi Skala
laboratorium
Jarang digunakan,
aplikasi Skala
laboratorium
For flat die machine the length of of hole is shorter than ring die machine, that’s mean
durability of pellets from ring die machine is better than flat die machine
Pelletiser Komersial
Flat Die Ring Die
Pelletiser Komersial: ada 2
macam, yakni flat die dan
ring die. Flat die : high
operational cost (alat
cepat aus dan lebih
banyak maintenance),
biasa dipakai untuk pakan
ternak atau wood pellet
skala kecil (<500kg/hari),
harga alat murah. Ring
die: low operational cost,
alat (tidak cepat aus dan
sedikit perawatan),
populer dan banyak
dipakai untuk produksi
wood pellet kapasitas
sedang hingga besar
(>500kg/jam), harga alat
lebih mahal.
Analogi Flat Die Vs Ring Die = Motor Vs Mobil
Pada konteks sebagai alat angkut dengan beban tertentu : Mesin sepeda motor
umumnya cc-nya kecil (100-500 cc) sehingga kapasitas angkutnya juga kecil, sedangkan
apabila kapasitas mesinnya besar misalnya 1500 cc atau diatasnya, maka lebih cocok
dipasang atau dibuat mobil untuk efektivitas dan efisiensi pengangkutan, estetika,
handling, keamanan dan sebagainya daripada dibuat moge (motor gedhe).
x
Vs
-Carbon steel alloy : die terkuat, harga murah, tidak
tahan korosi, permukaan die kasar sehingga friksi
dan kompresi lebih besar sehingga wood pellet
yang dihasilkan lebih keras.
-Stainless steel alloy : lebih tahan korosi, harga lebih
mahal, karena permukaan die lebih halus,maka
butuh kedalaman die lebih panjang untuk
menghasilkan wood pellet yang keras.
-High chrome alloy : ketahanan korosi paling tinggi,
start up lebih mudah, karena die lebih halus
sehingga butuh kedalaman die lebih panjang untuk
hasil wood pellet yang keras, harga paling mahal.
Material Die Hampir semua produsen wood pellet press
juga produksi ring die dan roller dan ada juga
yang menjualnya khusus seperti dibawah ini
:
Karakteristik Bahan Baku
Membutuhkan Bentuk dan
Ukuran Die Tersendiri
Setiap die (cetakan)
cocok untuk satu
jenis bahan baku!!!
Die tidak bisa “generik” untuk semua biomasa
Pelleting Stage
• Terlalu tinggi maupun terlalu rendahnya kadar air pada proses pemelletan kayu
akan menyebabkan gagalnya proses ini.
• Untuk mendapat kualitas pellet yang baik, suhu rata-rata di die 125 C; Kanada
mensyaratkan menjaga suhu 85 C untuk suhu minimum die. Semakin tinggi suhu
semakin baik kualitas pellet.
• Efisiensi pabrik wood pellet yang bisa diterima adalah 130-200 kWh/ton, tanpa
drying system.
• Fuels that are used during pellet production may produce a maximum greenhouse
gas (GHG) emission of 100 kg CO2 per tonne of pellets. This value can be achieved
as long as biomass fuels are used for raw material drying and can be lower if use
sun drying.
Proses Pelletisasi #1
Fenomena di Ring Die Pelletiser Close up pada Die Channel, Pelletiser
Proses Pelletisasi #2
Tampilan Thermographic pada die di pelletiser
Source : Serrano et al 2011 Elsevier
Ketika Bahan Baku Terlalu Basah
• Kadar air terlalu tinggi (terlalu basah) akan menyebabkan
tekanan (kompresi) yang sangat tinggi pada die. Hal ini
membuat suhunya meningkat dan menghasilkan steam
dalam jumlah banyak. Tingginya tekanan akan membuat
motor bekerja terlalu berat dan juga potential membuat die
mampet (ter-block). Kondisi ini juga berpengaruh pada
bearing di roller. Pellet yang dihasilkan juga akan lunak dan
sangat mudah pecah. Walaupun kompresi tinggi akan tetapi
suku yang memadai yang membuat lignin keluar sebagai
perekat tidak tercapai. Karena tingginya kadar air, maka
pellet akan mengembang dan mengeluarkan uap air,
akibatnya pellet tidak halus permukaannya dan berbentuk
silinder seperti seharusnya.
Wood Pellet akan rusak bahkan hancur pada tahap
pendinginan bila terlalu tinggi kadar airnya (terlalu
basah).
Wood pellet lunak dan mudah pecah ketika
menggunakan bahan baku terlalu basah (kadar air
tinggi).
Ketika Bahan Baku Terlalu Basah
Skema pendinginan wood
pellet dg aliran udara
lawan arah (counter flow)
Ketika Bahan Baku Terlalu Kering
• Karena bahan baku memiliki
kepadatan rendah dan kurangnya
kadar air (terlalu kering) maka roller
tidak mampu melakukan kompresi
yang memadai didalam die.
Kurangnya tekanan juga berakibat
kurangnya panas dan lignin tidak
mampu keluar sebagai perekat
pada pellet tersebut. Karena bahan
baku tidak bisa menghasilkan friksi
yang cukup dan tekanan / kompresi
maka material akan akan meluncur
bebas di dalam die dan akibatnya
pellet tidak terbentuk.
Pellet tidak terbentuk (ambrol) ketika
menggunakan bahan baku terlalu kering (kadar
air rendah)
Mekanisme Pendinginan (Cooling)
Ketika wood pellet keluar dari pelletiser maka suhunya sangat panas,
lunak dan mengeluarkan uap air. Sebelum pellet bisa disimpan dan
digunakan maka kondisinya harus dingin dan kering. Cara paling mudah
pendinginan wood pellet adalah menghamparkannya dalam ruangan
sehingga dingin dengan sendirinya pada suhu ruang. Counter flow cooler
adalah jenis pendingin wood pellet yang umum di industri wood pellet
saat ini dengan arah udara pendingin dan produk wood pellet secara
lawan arah. Pendinginan bertahap akan meningkatkan kualitas,
mengurangi retakan-retakan di permukaan dan “fine”. Wood pellet keluar
dari cooler dengan kadar air menjadi sekitar 8% dengan suhu berkisar
+5-10C dari suhu kamar. Hampir semua cooler dilengkapi screen untuk
menyaring “fine”/”powder” dari wood pellet. “Fine” /”Powder” tersebut
kemudian dikembalikan ke pelletiser untuk bisa digunakan sebagai bahan
baku lagi.
Kiri : Skema alat
counter flow cooler;
Tengah : photo cooler
komersial; Kanan :
wood pellet yand
didinginkan secara
memadai
permukaannya halus
dan mengkilap.
C. Karakteristik Pelletiser dan
Perawatan Peralatan Termasuk
Pelletiser
6 Pertimbangan Kunci Pemelletan
Pemelletan sukses = kualitas pellet
1. Hubungan antara kualitas bahan baku, kapasitas pemelletan
dari mesin dan proses pemelletan (kondisi operasi
pemelletan) harus sinkron.
2. Kapasitas friksi pada die. Semakin besar friksi maka densitas
pelet semakin tinggi.
3. Permukaan dan material die dan roller. Die dari stainless
steel memiliki permukaan halus dan tahan karat sehingga
start up lebih mudah dibandingkan die dari carbon steel,
tetapi memperbesar friksi maka diperdalam kedalaman
lubangnya (die hole).
4. Rasio Panjang dan diameter lubang pada die.
5. Ketebalan lapisan bahan baku diatas die dan sehingga
ketebalan bahan tersebut yang dipress ke dalam die.
Ketebalan optimum umumnya adalah 1 mm
6. Frekuensi kompresi (kecepatan rotasinya).
Ketinggian Roller dan Carpet
Carpet adalah lapisan tipis bahan yang dipress, yang berada pada puncak permukaan die. Ketika bahan baku
masuk ke pelletiser maka akan terdorong oleh roller dan membentuk carpet. Semakin banyak bahan
dimasukkan ke pelletiser maka akan semakin menambah ke carpet. Carpet inilah kemudian yang ditekan ke
lubang die dan menghasilkan pellet. Sehingga untuk material yang bisa membentuk pellet, awalnya harus bisa
membentuk carpet.
1 mm Gap
Umumnya carpet dengan ketebalan 1 mm adalah kondisi optimum antara kualitas
pellet, konsumsi energi dan tingkat keausan alat.
>1mm Gap
Memperbesar gap antara roller dan die, akan meningkatkan kebutuhan energi yang
dibutuhkan. Jika roller diset diatas 1 mm, maka kemungkinan tekanan yang
dihasilkan tidak akan cukup antara die dan roller. Tanpa tekanan yang cukup maka
tidak ada panas, sehingga tidak ada perekat yang dikeluarkan dan carpet tidak
terbentuk, sehingga pellet juga tidak terbentuk. Hanya pada kondisi sangat khusus
sehingga sangat jarang diaplikasikan untuk >1 mm gap pada produksi pellet.
< 1mm Gap
Ketika roller dan die bersentuhan berarti tidak ada ruang untuk membentuk carpet,
sehingga bahan ditekan langsung ke dalam luabng die, akibatnya kualitas pellet
akan menurun. Lebih penting lagi, ketika kontak antar logam terjadi maka akan
secara significant mengurangi umur roller dan die tersebut.
Tips : Ketika menyetting roller gap karakteristik bahan baku perlu dipertimbangkan, sebagai contoh densitas
material dan kemampuan perekatan. 1mm gap direkomendasikan untuk hampir semua bahan tetapi mencoba
variasi gap akan bermanfaat. Semua produksi pellet adalah masalah mengurangi kebutuhan energi dan tingkat
keausan peralatan sementara secara simultan meningkatkan kualitas pellet dan produktivitas. Hal ini mengapa
produksi kualitas pellet membutuhkan skill tersendiri.
Karakteristik Perekatan (Bonding
Mechanism) Dalam Produksi Wood Pellet
• Variabel bahan baku termasuk moisture content &, particle size,
shape, and distribution, hardness serta lignin content
mempunyai pengaruh besar thd kualitas pellet dan pemilihan
kondisi proses yang memadai. Adanya cairan seperti air selama
pelletisasi menghasilkan gaya antar muka (interfacial forces) dan
tekanan kapiler, shg meningkatkan ikatan partikel.
• Ada 3 tahap pada pemadatan biomasa termasuk pellet. Tahap 1
: partikel menyusun formasi sendiri ke bentuk cukup padat.
Tahap 2 : partikel saling dorong dan terbentuk sifat seperti
plastik dan deformasi elastis, sehingga meningkatkan kontak
antar partikel secara signifikan; partikel menjadi diikat dengan
gaya electrostatic van der Waal. Tahap 3 : terjadi penurunan
volume yang signifikan akibat tingginya tekanan/kompresi
sehingga kepadatan/density pellet dapat dicapai
Mekanisme Deformasi Partikel Biomasa Pada Penekanan #1
Deformation mechanisms of biomass powder particles under compression
Mekanisme Deformasi Partikel Biomasa Pada Penekanan #2
Kurva kompresi partikel serbuk biomasa. Proses pemadatan dapat dipisahkan
dalam beberapa tahap : particle rearrangement, elastic & plastic deformation,
dan hardening .
Susunan Cellulose, Hemicelullose dan
Lignin Pada Biomasa
Karakteristik Perekatan Dalam Produksi
Wood Pellet #1
Pemadatan biomassa seperti
pellet dengan tekanan/
kompresi tinggi akan
meningkatkan mechanical
interlocking dan adhesi antar
partikel, sehingga membentuk
ikatan antar molekul pada area
kontak. Pada bahan baku
biomasa seperti kayu
mekanisme perekatan dapat
dibagi menjadi gaya adhesi
dan kohesi , gaya tarik antara
partikel dan interlocking
bonds.
Karakteristik Perekatan Dalam Produksi
Wood Pellet #2
a. Tipikal permukaan patah-patah pada pellet yang mengindikasikan terjadinya adhesi
yang kuat
b. Tipikal permukaan patah-patah pada pellet yang mengindikasikan ahesi yang lemah
Tampilan permukaan patah-patah pada pellet dengan scanning electrone microscope
Karakteristik Perekatan Dalam Produksi
Wood Pellet #3
Tampilan light microscopy yang menunjukkan polymer melting dan interlocking pada fiber
(biomass)
Perekatan dan Kualitas Wood Pellet
Partikel “Fines” (bubuk) terbentuk akibat kurangnya perekatan sewaktu
pembentukan pellet. Sehingga kinerja dari pelletiser dan produk jadi pellet
berpengaruh terhadap persen fines. Pellet sangat kuat apabila ditekan secara
vertikal tetapi mudah pecah ketika ditekan secara horisontal. Kualitas pellet yang
jelek membuatnya hancur/pecah berkeping-keping dan menghasilkan banyak
bubuk. Tergantung target pasarnya, prosentase “fine” yang terbentuk perlu
dinyatakan atau tidak. Pada kualitas wood pellet premium target dari fines harus
kurang dari 1%. CEN European standard memiliki spesifikasi prosentase “fines” yang
diperbolehkan dan dalam banyak kasus prosentase fine harus dinyatakan ketika
dijual. Kapasitas pengemasan juga berpengaruh thd terjadinya prosentase fine,
semakin kecil wadah akan membuat prosentase fine lebih kecil.
Karakteristik Pelletiser
• Setiap bahan baku memiliki kualitas dan karakteristik yang berbeda.
Parameter tersebut adalah kadar air, kepadatan dan kualitas
perekatan.
• Ketika kualitas bahan baku telah sesuai untuk wood pellet
berkualitas, maka setelah masuk pelletiser dan berkontak dengan
roller dan mendapat panas serta tekanan yang sesuai maka pellet
akan keluar. Pisau bisa ditambahkan untuk mengeset panjang pellet.
Dan setelah didinginkan pellet akan keras dan siap digunakan.
Karakteristik Pelletiser
• Pemilihan bahan baku berkualitas berpengaruh besar
terhadap kualitas wood pellet, dan settingan pelletiser
meliputi ketebalan dan material die, pressing time, pressing
temperature dan pressure juga membantu meningkatkan
kualitas wood pellet. Tekanan (pressure) bisa diset dengan
pemilihan die, material die dan jarak dengan roller. Sehingga
untuk produksi wood pellet dari beragam bahan baku perlu
mengubah kecepatan pengumpanan ke pelletiser maupun
pemilihan pellet die-nya. Idealnya pemilihan die juga terkait
rasio kompresinya, misalnya mengolah bahan baku kayu lunak
membutuhkan die lebih tebal dibandingkan mengolah kayu
keras, untuk hasil kualitas pemelletan yang sama.
• Ada perbedaan antara hanya membuat wood pellet dengan
membuat wood pellet berkualitas dengan konsumsi energi
minimum dan maximum roller & die life.
Perawatan Peralatan Termasuk Pelletiser
Peralatan yang digunakan produksi wood pellet
terekspose suhu dan tekanan tinggi, sehingga
perawatan yang memadai menjadi esensi untuk
memaksimalkan umur peralatan dan mengurangi
konsumsi energi.
A. Perawatan Bearing
Peralatan khususnya crusher tipe hammer mill dan
pelletiser memiliki banyak bearing, yang mencapai
suhu tinggi selama operasi. Mengecek secara berkala
bearing dibutuhkan untuk menjaga kinerja dan umur
peralatan. Beberapa peralatan dilengkapi dengan
pelumasan otomatis untuk bearing.
Perawatan Peralatan Termasuk Pelletiser
B. Menjaga Konsumsi Energi Minimum
Periksalah hammer mill dan pelletiser bisa beroperasi tanpa
tahanan akan menjaga kebutuhan energi tetap
minimum.Sebagai contoh pengecekan bahwa tidak ada
material yang menyebabkan friksi tambahan sekitar
pelletiser dan roller.
C. Yang Harus Dilakukan Pada Akhir Produksi
Ketika akhir produksi sangat penting untuk memasukkan
bahan berminyak ke pelletiser sehingga produksi nantinya
bisa dimulai dengan mudah lagi contoh dedak atau katul
dengan minyak goreng. Jika bahan baku yang diproses
tertinggal di die, selanjutnya ketika die dingin bahan baku
di dalam die juga dingin dan akan mengeras. Jika hal itu
terjadi maka sangat sulit untuk memulai produksi lagi dan
mungkin perlu dibor die yang tersumbat tersebut.
Photo Peralatan Yang Perlu Dirawat Termasuk Pelletiser
Penerimaan Bahan Baku (Receiving Station)
• Bahan baku diterima di pabrik dengan dihitung dengan cara :
1. volume (kubikan). Menghitung volume kayu dalam bak mobil atau
truk lalu dikalikan dengan kepadatan (density) rata-rata kayu (100-
150 kg/m3)
2. Penimbangan. Kayu bisa dimasukkan dalam karung lalu ditimbang
dg timbangan duduk ataupun berat mobil dg kayu dikurangi berat
mobilnya yakni dg timbangan muatan mobil. Estimasi harga 100
juta rupiah.
Cara 1 lebih murah dan praktis, tetapi akurasi berat atau bobot tidak
sebaik cara 2.
Packing Wood Pellet
• Disarankan untuk mengemas wood pellet dengan ukuran besar, shg
apabila tidak menggunakan mesin packing misalnya langsung dari cooler-
pun tidak masalah, karena jumlahnya sedikit.
• Kemasan model jumbo bag dengan kapasitas 1 ton atau 500 kg bisa
diterapkan.
Umumnya pabrik wood pellet
kapasitas kecil di Indonesia
Langsung packing dari cooler.
Jumbo bag untuk 500kg
wood pellet
Jumbo bag untuk 1 ton
wood pellet
Packing / Bagging
A. Semi-Manual
B. Full Automatic
D. Konfigurasi Pabrik Wood Pellet
Penyimpanan Produk (Product Storage)
• Penyimpanan produk wood pellet di tempat kering
ber-ventilasi. Sangat disarankan menggunakan pallet
untuk menjaga kekeringan produk. Beberapa
panduan lain seperti pada kolom disamping.
K3 Produksi Wood Pellet
• Hal-hal yang perlu diperhatikan di area pabrik:
-Mengenakan masker, sepatu, kaos tangan dan helm.
-Menghindari membakar sampah dan semacamnya
yang menimbulkan api.
-Dilarang merokok.
-Motor listrik dan peralatan relay harus terlindungi.
-Hati-hati bila mengelas dan memotong logam di area
banyak sawdust kering berpotensi bahaya.
-Hindari permukaan panas berkontak dengan sawdust
kering, karena berpotensi menimbulkan percikan
api.
-Wood pellet tidak boleh disimpan lama tanpa
monitoring suhu yang memadai*
-Waspadai terhadap gesekan, benturan dan percikan
api timbul karena bearing panas, komponen
bergerak, dsb yang menyebabkan kecelakaan
dengan sawdust kering.
*aktivitas mikroba akan meningkatkan suhu wood pellet sampai 90 C yang selanjutnya
bila teroksidasi bisa menyebabkan kebakaran. Kadar air yang tinggi serta proses
produksi sehingga bahan baku tidak terekspose suhu >100 C akan memacu aktivitas
mikroba.
Based on US Data
E. Promosi Pemakaian Wood Pellet di
Indonesia
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perbandingan Wood Pellet Dengan Batubara
No. Factors Wood Pellet Coal
1. Calorific Value 4000 kcal/kg and up 5000-5500 kcal/kg
2. Ash Content < 4% 20 to 40%
3. Pollution/Poisonous effluent Smoke No Smoke No Sulphur Sulphur,
phosphorous fumes
4. Moisture 8 %( max) 20 to 35%
5. Efficiency of boiler 75% 75%
6. Wastages/Loss 8-10% 15-20%
7. Labour usage Single person is enough Require two persons
8. Boiler efficiency Normal Fly ash deposit on tubes High wear & tear
9. Handling Easy because of packed material Tough material
10. Type of Fuel Carbon Neutral Carbon Positive
-Berbagai keuggulan wood pellet bisa dijadikan bargaining postion harga jual wood pellet untuk subtitusi
batubara di industri.
-Sebagai perbandingan : US hampir semua wood pellet digunakan untuk pemanas rumah tangga dengan
pellet stove, sedangkan mayoritas wood pellet di Asia digunakan untuk co-firing dengan batubara pada PLTU
(coal powerplant).
-Sebagian proses produksi wood pellet juga dengan debarking (menghilangkan kulit dari kayunya) utk
mengurangi kadar abu. Karena konsumen wood pellet di Indonesia adalah industri yang umumnya lebih
toleran utk kadar abu lebih tinggi maka tidak dengan debarking tidak menjadi masalah.
F. Bagaimana Mendapatkan Suplai
Bahan Baku dengan volume besar
Budidaya Tanaman Trubusan dengan
Hutan/Kebun Energi
Ketersediaan Lahan di Indonesia
Source : YETTI RUSLI PRESENTATION
Perbandingan Produktivitas Tanaman
Trubusan Indonesia dengan Eropa/US
Poduktivitas biomasa kayu 1 tahun kaliandra di Indonesia (negara tropis) = 4
tahun willow di negara sub tropis.
Harga Wood Pellet Internasional
G. Peternakan Domba dan
Lebah Madu
Integrasi Pabrik Wood Pellet dan
Peternakan Domba
Keutamaan Domba Dibanding Binatang Ternak
Lainnya, menurut Al Qur’an
"Dia menciptakan kamu dari diri yang satu kemudian Dia jadikan daripadanya istri dan
Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor hewan yang berpasangan dari binatang
ternak...." (QS 39:6).
Dalam ayat lain (QS 6 : 143-144), delapan ekor hewan yang berpasangan (4 pasang)
tersebut adalah dua ekor (sepasang) domba, sepasang kambing, sepasang unta dan
sepasang sapi.
Dari serangkaian hewan ternak yang disebutkan dalam ayat-ayat di atas, domba disebut
pertama, baru kambing, unta dan sapi. Kaidah dalam Al Qur'an, sesuatu yang disebut
pertama memiliki keutamaan daripada sesudahnya. Nah, disinilah domba memiliki
keutamaan dibandingkan hewan ternak lain yang disebut dalam ayat tersebut, walaupun
semua hewan tersebut dagingnya halal dimakan. Indikasi lain tentang keutamaan domba
juga bisa kita dapati pada peristiwa Qurban, yakni ketika Nabi Ibrahim diperintah Allah
SWT untuk menyembelih putranya yakni Ismail, lalu oleh Allah SWT menyelamatkan
Ismail dan menggantinya dengan domba besar. Peristiwa tersebut kemudian kita
peringati setiap tahun dan menjadi syariat Qurban pada hari raya Idhul Adha setiap 10
Dzulhijah.
Mengapa Beternak Domba ?
•Pertama, produksi daging cepat. Secara matematis perkembangbiakkan domba jauh lebih cepat
daripada sapi . Satu ekor domba betina bisa melahirkan enam ekor anak dalam enam anak
domba dalam dua tahun, sedangkan sapi hanya melahirkan satu atau maksimal dua ekor dalam
waktu yang sama.
•Kedua, daging domba adalah kualitas terbaik apalagi dengan pakan rumput dan dedaunan,
sehingga rasio omega 6 terhadap omega 3 mendekati 1 (healthiest food).
•Ketiga : domba dengan ukuran lebih kecil juga lebih mobile dalam menyebarkan kotoran
sehingga efek pemupukan terhadap tanah juga lebih merata.
•Keempat, kualitas kotoran domba sebagai pupuk juga lebih baik daripada kotoran sapi terutama
pada kandungan makro yakni nitrogen (N), phospur (P), dan kalium (K).
Mengapa Dengan Penggembalaan ?
A. Dalil-Dalil Al Qur’an dan Hadist
“Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya
(menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. ” (QS 16:10)
• Indonesia yang beriklim tropis sangat cocok untuk penggembalaan tersebut karena curah hujan
tinggi dan banyak pohon-pohon tumbuh dengan mudah.
“Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-
tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.”(QS 20:54)
"Dan (Allah SWT) yang menumbuhkan rumput-rumputan" (QS Al A'laa :4)
“"Setiap Nabi yang diutus oleh Allah adalah menggembala domba/kambing". Sahabat-sahabat beliau bertanya :
“Begitu juga engkau ?” ; Rasulullah bersabda : “Ya, aku menggembalanya dengan upah beberapa qirath penduduk
Mekah”. (H.R. Bukhari)
"Orang-orang muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, dalam hal padang rumput (lahan), air dan api (energi)". (HR.
Sunan Abu Daud).
Dari Abu Said Al-Khudri berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Waktunya akan datang bahwa harta
muslim yang terbaik adalah domba yang digembala di puncak gunung dan tempat jatuhnya hujan.
Dengan membawa agamanya dia lari dari beberapa fitnah(kemungkaran atau pertikaian sesama muslim)”.
(H.R. Bukhari)
B. Analisa Ilmiah
Dari Abu Hurairah R.A. dari Rasulullah SAW, beliau bersabda : “Diantara penghidupan (pekerjaan)
manusia yang terbaik, adalah seorang laki-laki yang memegang kendali kudanya di jalan Allah. Dia
terbang diatasnya (dia menaikinya dengan jalan yang cepat). Setiap mendengar panggilan perang dia
terbang diatasnya dengan bersemangat untuk mencari kematian dengan jalan terbunuh (dalam keadaan
syahid) atau menyongsong kematian ditempat datangnya. Atau seorang laki-laki yang menggembala
domba di puncak gunung dari atas gunung ini atau lembah dari beberapa lembah. Dia mendirikan
sholat, memberikan zakat dan menyembah kepada Tuhannya hingga kematian datang kepadanya. Dia
tidak mengganggu kepada manusia, dan hanya berbuat baik kepada mereka.” (H.R. Muslim).
• Menggembala adalah salah satu profesi terbaik.
a. Produksi daging paling ekonomis dan kualitas terbaik adalah dengan penggembalaan.
b. Penggembalaan akan menyuburkan tanah dan menghidupkan tanah-tanah mari. Sebuah
referensi dari Allan Savory, seorang biologist dari Zimbabwe yang telah menghijaukan bumi
atau istilahnya menyelamatkan kehidupan di bumi dengan penggembalaan tersebut. Telah
lebih dari 16 juta hektar (sekitar 1,5 kali perkebunan sawit Indonesia) terselamatkan dengan
konsep penggembalaan tersebut.
c. Domba secara khusus adalah hewan yang cerdas, lebih cerdas daripada kambing dan
sapi. Domba hanya kalah cerdas dari simpanse, gajah dan lumba-lumba. Konon domba
adalah binatang yang paling baik ingatannya, dia bisa mengingat wajah penggembalanya,
mengingat jalur perjalanan pulang ke kandangnya, ingat siapa yang memimpin
perjalanannya dan bahkan bisa mengingat mana-mana batasnya yang boleh dimakan dan
tidak, batas wilayah yang boleh dilalui dan tidak. Faktor-fator tersebut semakin
memudahkan penggembalaannya. Domba juga memiliki ketahanan penyakit yang tinggi.
Mengamalkan Contoh Para Nabi
Karena buah karya manusia biasa, pendekatan Savory ini tentu masih banyak
mengandung kelemahan, tetapi itupun sudah bisa melestarikan areal puluhan juta
hektar di seluruh dunia tersebut diatas. Seluruh Nabi pernah sebagai penggembala
domba. Bagaimana jika contoh para Nabi dengan penggembalaan domba tersebut
diterapkan di seluruh dunia? Tentu hasilnya jauh akan lebih baik dalam semua
aspeknya.
“"Setiap Nabi yang diutus oleh Allah adalah menggembala domba/kambing". Sahabat-sahabat beliau
bertanya : “Begitu juga engkau ?” ; Rasulullah bersabda : “Ya, aku menggembalanya dengan upah
beberapa qirath penduduk Mekah”. (H.R. Bukhari)
Teknis Pelaksanaan Integrasi Produksi Wood Pellet
dari Kebun Energi dan Peternakan Domba
Salah satu cara atau teknik yang bisa dilakukan yakni,
peternakan domba tersebut dibuat dalam koloni
tersendiri dalam area kebun energi. Misalnya total
lahan kebun energi 2.000 hektar, maka sekitar 100
hektar digunakan untuk peternakan domba dengan
membuat padang-padang penggembalaan. Padang
gembalaan tersebut dibagi-bagi menjadi sejumlah
area (paddock) dengan tujuan untuk teknik
penggembalaan terbaik yakni penggembalaan rotasi
(rotation grazing). Penjelasan rotation grazing di slide
selanjutnya.
Rumput-rumput pada padang-padang gembalaan sebagai sumber pakan utama domba-
domba tersebut. Sedangkan daun-daun dari limbah pemanenan kayu kaliandra dari
kebun energi sebagai pakan tambahannya.
Kotoran domba sebagai pupuk bagi rumput-rumput di padang gembalaan tersebut.
Sedangkan kotoran yang berada di kandang bisa untuk produksi biogas dan dikumpulkan
untuk pupuk pada kebun energi.
Penggembalaan Rotasi Cara Terbaik
Penggembalaan Domba
Penggembalaan rotasi adalah membagi padang gembalaan
tersebut menjadi beberapa unit seperti arena latihan kuda
(paddock) selanjutnya binatang ternaknya secara bergiliran
digembalakan di area gembalaan yang bersekat-sekat
tersebut. Pada penggembalaan rotasi selalu ada padang
gembalaan yang diistirahatkan untuk memulihkan
pertumbuhan rumputnya.
Penggembalaan rotasi akan memberikan hasil yang efisien baik produktivitas
daging maupun keberlanjutan padang gembalaan tersebut. Pertumbuhan
rumput bisa dijaga sedemikian rupa dengan penggembalaan rotasi tersebut,
yakni dipertahankan pada ketinggian 8-10 cm. Bila rumput dimakan habis
(overgrazed) sampai pangkal batang maka akan sulit tumbuh lagi dengan baik.
Teknik mengatur supaya rumput terus tumbuh dengan baik yakni dengan
mengatur durasi penggembalaan pada sekat penggembalaan tersebut, ini juga
akan terpengaruh oleh faktor musim. Rumput akan tumbuh lebih cepat pada
musim penghujan dan sebaliknya pada musim kemarau lebih lambat. Dengan
irigasi yang baik pertumbuhan rumput pada musim kemarau bisa tetap
dipertahankan. Padang gembalaan pada hakikatnya adalah bertani atau
budidaya rumput itu sendiri.
Selain itu dengan penggembalaan rotasi domba atau hewan ternak akan merumput
lebih merata karena area penggembalaannya dibatasi dengan sekat-sekat tersebut.
Sebagai perbandingan adalah dengan penggembalaan terus menerus (continous
grazing), dimana ternak cenderung hanya makan rumput yang disukai bahkan sampai
habis (overgrazing) sehingga keberlanjutan rumput padang gembalaan kurang optimal.
4 Hal Penting Perlu Diperhatikan Dalam
Penggembalaan Rotasi
Setidaknya ada 4 hal fisik yang perlu diperhatikan untuk pembuatan penggembalaan rotasi
berjalan baik, yakni : supplai pakan, sistem pagar atau sekat-sekat, supplai air dan tempat
teduhan.
Supplai pakan atau ketersediaan rumput adalah faktor penting keberlangsungan penggembalaan tersebut. Pada
musim penghujan rumput atau bulan-bulan tertentu akan berlimpah sedangkan pada musim kemarau berkurang.
Untuk menyesuaikan dengan jumlah pakan tersebut, populasi hewan ternak juga bisa disesuaikan. Ketika pakan
berlimpah populasi ternak lebih banyak daripada ketika pakan berkurang. Untuk menjaga pakan lebih tersedia, padang
gembalaan bisa dilengkapi dengan sistem irigasi yang baik sehingga rumput bisa terus tumbuh pada musim kemarau
sekalipun.
Sistem pagar atau sekat-sekat juga merupakan faktor suksesnya penggembalaan rotasi. Sistem pagar tersebut
memungkinkan pengelolaan padang gembalaan secara terencana. Pengaturan penggunaan area untuk
penggembalaan maupun area yang harus diistirahatkan sehingga rumput tumbuh kembali merupakan fungsinya
sistem pagar tersebut.
Supplai air, jelas ini merupakan faktor penting karena Allah SWT menciptakan sesuatu yang hidup dari air (QS 21:30)
dan setiap yang hidup pasti membutuhkan air khususnya hewan-hewan ternak tersebut. Setiap sekat atau kamar
area penggembalaan harus dilengkapi supplai air tersebut. Semakin banyak pakan atau rumput yang dikonsumsi
semakin banyak air yang dibutuhkan. Kekurangan supplai air juga akan menurunkan konsumsi pakan.
Tempat teduhan juga merupakan hal penting bagi penggembalaan. Hewan-hewan ternak cenderung mencari tempat
teduh supaya bisa merumput lebih lama. Ketika cuaca panas, maka hewan ternak tidak bertahan lama merumput.
Tempat teduhan terbaik adalah pepohonan sehingga pohon-pohon perlu ditanam di area padang gembalaan
tersebut.
Penggembalaan Campur (Mixed Grazing) – Domba Dengan Sapi.
Penggembalaan domba dengan sapi juga terbukti memberikan hasil
positif. Hal ini dikarenakan kedua jenis hewan ternak tersebut
mempunyai kebiasaan penggembalaan yang berbeda, sebagai contoh
domba menyukai rumput berdaun lebar, sedangkan sapi menyukai
rumput berdaun sempit. Penggembalaan domba dan sapi tersebut
bisa dilakukan secara bersamaan maupun waktunya berlainan.
Padang gembalaan juga lebih baik, karena seluruh tanaman
rerumputan dimakan ternak baik domba maupun sapi secara merata.
Apabila padang rerumputan tidak digembala secara merata, maka
kualitas rumput juga akan menurun. Jenis-jenis rumput tertentu
menjadi favorit bagi domba sehingga jenis ini akan lebih banyak
dimakan, bahkan habis. Rumput dengan kondisi demikian menjadi
sulit untuk tumbuh lagi dengan baik. Padang gembalaan seperti
halnya ladang pertanian juga harus dijaga keberlanjutannya untuk
terus bisa menghasilkan pakan ternak-ternak tersebut. Indikasi
penting lainnya bahwa penggembalaan bersama ini memberikan hasil
lebih positif, adalah dari sejumlah penelitian yang dilakukan
diberbagai lokasi di dunia bahwa dengan penggembalaan domba
dengan sapi, kenaikan berat badan domba sekitar 10% daripada
hanya penggembalaan domba saja dan kenaikkan berat badan sapi
sekitar 25% dibandingkan hanya penggembalaan sapi saja.
Pengelolaan Rumput
Allah SWT menumbuhkan rumput-rumputan (QS Al A'laa :4) walaupun manusia bisa saja
menanam rerumputan tersebut tetapi pada hakikatnya Allah-lah yang menumbuhkan
rumput-rumput tersebut. Rerumputan juga sangat mudah tumbuh dan bisa dijumpai di
hampir semua tempat di Indonesia. Dalam banyak hal rumput-rumput ini malah dianggap
sebagai masalah sehingga sejumlah upaya dikerahkan untuk mengatasi masalah rumput
tersebut. Padang gembalaan pada hakikatnya adalah bertani atau budidaya rumput itu
sendiri. Hal ini sehingga kualitas dan kuantitas rumput sebagai sumber pakan utama domba-
domba tersebut, harus terus dijaga dengan baik. Di Inggris bahkan rumput memiliki
kontribusi sekitar 90% pada produksi daging mereka, sehingga budidaya rumput untuk
penggembalaan ternak secara professional menjadi hal penting dalam sektor pangan
mereka.
Peternakan Lebah Madu
Peternakan lebah madu adalah usaha tambahan
lainnya untuk meningkatkan optimalisasi
pemanfaatan lahan dan membantu sejumlah
penyerbukan pada berbagai tanaman. Ada
banyak jenis lebah madu, pertimbangan memilih
jenis lebah madu juga didasarkan pada teknik
budidayanya dan hasil madunya. Lebah madu
lokal pada umumnya lebih mudah dibudidayakan
seperti genus Trigona (stingless bee). Madu
kaliandra juga salah satu madu terbaik dengan
nilai ekonomi tinggi.
Terimakasih
Eko SB Setyawan Mobile : 081328841805
Biomass to Energy Entrepreneur
eko.sbs@gmail.com
@ekosbs http://inovasibiomasa.blogspot.com/

More Related Content

What's hot

Pengelolaan limbah B3
Pengelolaan limbah B3Pengelolaan limbah B3
Pengelolaan limbah B3
Instansi
 
Cara Pembuatan Kantong Plastik
Cara Pembuatan Kantong PlastikCara Pembuatan Kantong Plastik
Cara Pembuatan Kantong PlastikRochmad Putra
 
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWITTEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT
Hajrah Nanda Putri
 
Penyulingan minyak serai wangi
Penyulingan minyak serai wangiPenyulingan minyak serai wangi
Penyulingan minyak serai wangi
PT. RAPP
 
1.proses pembuatan bahan karet
1.proses pembuatan bahan karet1.proses pembuatan bahan karet
1.proses pembuatan bahan karet
Alex Fernandez
 
Limbah pangan
Limbah panganLimbah pangan
Limbah pangan
megasekeon
 
Proses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbk
Proses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbkProses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbk
Proses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbk
rino firsa
 
Typical wood pellet plant design
Typical wood pellet plant designTypical wood pellet plant design
Typical wood pellet plant design
Jossie Xiong
 
Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industriguest150909
 
MACAM MACAM DAUR
MACAM MACAM DAURMACAM MACAM DAUR
MACAM MACAM DAUR
EDIS BLOG
 
Proses pembuatan briket arang
Proses pembuatan briket arang Proses pembuatan briket arang
Proses pembuatan briket arang
MuhammadAidilFitrah
 
Pemanfaatan Sampah / Limbah Sebagai Energi Terbarukan
Pemanfaatan Sampah / Limbah Sebagai Energi TerbarukanPemanfaatan Sampah / Limbah Sebagai Energi Terbarukan
Pemanfaatan Sampah / Limbah Sebagai Energi Terbarukan
Nahdya Maulina
 
ALLIN - Rencana Implementasi Life Cycle Assessment (LCA) pada Kegiatan Pemban...
ALLIN - Rencana Implementasi Life Cycle Assessment (LCA) pada Kegiatan Pemban...ALLIN - Rencana Implementasi Life Cycle Assessment (LCA) pada Kegiatan Pemban...
ALLIN - Rencana Implementasi Life Cycle Assessment (LCA) pada Kegiatan Pemban...
ALLIN
 
Pertemuan 2 pengetahuan dasar konstruksi kayu
Pertemuan 2 pengetahuan dasar konstruksi kayuPertemuan 2 pengetahuan dasar konstruksi kayu
Pertemuan 2 pengetahuan dasar konstruksi kayu
M Agphin Ramadhan
 
Pengertian Kayu
Pengertian KayuPengertian Kayu
Pengertian Kayu
Kartic Muna
 
Briket Arang
Briket ArangBriket Arang
Briket Arang
Daniel Marison
 

What's hot (20)

Pengelolaan limbah B3
Pengelolaan limbah B3Pengelolaan limbah B3
Pengelolaan limbah B3
 
Cara Pembuatan Kantong Plastik
Cara Pembuatan Kantong PlastikCara Pembuatan Kantong Plastik
Cara Pembuatan Kantong Plastik
 
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWITTEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT
 
Penyulingan minyak serai wangi
Penyulingan minyak serai wangiPenyulingan minyak serai wangi
Penyulingan minyak serai wangi
 
1.proses pembuatan bahan karet
1.proses pembuatan bahan karet1.proses pembuatan bahan karet
1.proses pembuatan bahan karet
 
Dasar2 tphp(4)
Dasar2 tphp(4)Dasar2 tphp(4)
Dasar2 tphp(4)
 
Limbah pangan
Limbah panganLimbah pangan
Limbah pangan
 
Proses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbk
Proses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbkProses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbk
Proses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbk
 
Typical wood pellet plant design
Typical wood pellet plant designTypical wood pellet plant design
Typical wood pellet plant design
 
Proses pengolahan karet
Proses pengolahan karetProses pengolahan karet
Proses pengolahan karet
 
Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industri
 
MACAM MACAM DAUR
MACAM MACAM DAURMACAM MACAM DAUR
MACAM MACAM DAUR
 
Industri PPT
Industri PPTIndustri PPT
Industri PPT
 
Proses pembuatan briket arang
Proses pembuatan briket arang Proses pembuatan briket arang
Proses pembuatan briket arang
 
Pemanfaatan Sampah / Limbah Sebagai Energi Terbarukan
Pemanfaatan Sampah / Limbah Sebagai Energi TerbarukanPemanfaatan Sampah / Limbah Sebagai Energi Terbarukan
Pemanfaatan Sampah / Limbah Sebagai Energi Terbarukan
 
ALLIN - Rencana Implementasi Life Cycle Assessment (LCA) pada Kegiatan Pemban...
ALLIN - Rencana Implementasi Life Cycle Assessment (LCA) pada Kegiatan Pemban...ALLIN - Rencana Implementasi Life Cycle Assessment (LCA) pada Kegiatan Pemban...
ALLIN - Rencana Implementasi Life Cycle Assessment (LCA) pada Kegiatan Pemban...
 
Pertemuan 2 pengetahuan dasar konstruksi kayu
Pertemuan 2 pengetahuan dasar konstruksi kayuPertemuan 2 pengetahuan dasar konstruksi kayu
Pertemuan 2 pengetahuan dasar konstruksi kayu
 
Pengertian Kayu
Pengertian KayuPengertian Kayu
Pengertian Kayu
 
Briket Arang
Briket ArangBriket Arang
Briket Arang
 
Power point biodiesel
Power point biodieselPower point biodiesel
Power point biodiesel
 

Similar to Proses produksi pabrik wood pellet

Pembuatan kayu lapis
Pembuatan kayu lapisPembuatan kayu lapis
Pembuatan kayu lapis
Warnet Raha
 
Kayu lapis 2
Kayu lapis 2Kayu lapis 2
Kayu lapis 2
Warnet Raha
 
Integrasi industri (teknoekonomi2)
Integrasi industri (teknoekonomi2)Integrasi industri (teknoekonomi2)
Integrasi industri (teknoekonomi2)
muhpidah
 
Pembuatan Minyak Kelapa Sawit.pptx
Pembuatan Minyak Kelapa Sawit.pptxPembuatan Minyak Kelapa Sawit.pptx
Pembuatan Minyak Kelapa Sawit.pptx
MalikLamendo1
 
Bahan bangunan
Bahan bangunanBahan bangunan
Bahan bangunan
hendri gunawan
 
Studi kelayakan pembangunan pabrik briket arang di hti
Studi kelayakan pembangunan pabrik briket arang di htiStudi kelayakan pembangunan pabrik briket arang di hti
Studi kelayakan pembangunan pabrik briket arang di hti
Ana Khoiriyah
 
Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...
Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...
Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...John Kelik
 
ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN SUHU PENGAKTIFAN LIGNIN DAN TEKANAN PENGEMPAAN PA...
ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN SUHU PENGAKTIFAN LIGNIN DAN TEKANAN PENGEMPAAN PA...ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN SUHU PENGAKTIFAN LIGNIN DAN TEKANAN PENGEMPAAN PA...
ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN SUHU PENGAKTIFAN LIGNIN DAN TEKANAN PENGEMPAAN PA...John Kelik
 
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayuBio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
KEHATI
 
A review of biomass densification
A review of biomass densificationA review of biomass densification
A review of biomass densificationYosua Irawan
 
A review of biomass densification
A review of biomass densificationA review of biomass densification
A review of biomass densificationYosua Irawan
 
A review of biomass densification
A review of biomass densificationA review of biomass densification
A review of biomass densificationYosua Irawan
 
A review of biomass densification
A review of biomass densificationA review of biomass densification
A review of biomass densificationYosua Irawan
 
A review of biomass densification
A review of biomass densificationA review of biomass densification
A review of biomass densificationYosua Irawan
 
Plastik pembuatan nooraini md saad
Plastik pembuatan nooraini md saadPlastik pembuatan nooraini md saad
Plastik pembuatan nooraini md saadNain Mdsaad
 
mesin pengering kayu
mesin pengering kayumesin pengering kayu
mesin pengering kayu
AKP, PT
 
Kayu
KayuKayu
Arang briket
Arang briketArang briket
Arang briket
Hardiansyah Sinaga SP
 

Similar to Proses produksi pabrik wood pellet (20)

10. kertas
10. kertas10. kertas
10. kertas
 
Pembuatan kayu lapis
Pembuatan kayu lapisPembuatan kayu lapis
Pembuatan kayu lapis
 
Kayu lapis 2
Kayu lapis 2Kayu lapis 2
Kayu lapis 2
 
Integrasi industri (teknoekonomi2)
Integrasi industri (teknoekonomi2)Integrasi industri (teknoekonomi2)
Integrasi industri (teknoekonomi2)
 
Pembuatan Minyak Kelapa Sawit.pptx
Pembuatan Minyak Kelapa Sawit.pptxPembuatan Minyak Kelapa Sawit.pptx
Pembuatan Minyak Kelapa Sawit.pptx
 
Bahan bangunan
Bahan bangunanBahan bangunan
Bahan bangunan
 
Studi kelayakan pembangunan pabrik briket arang di hti
Studi kelayakan pembangunan pabrik briket arang di htiStudi kelayakan pembangunan pabrik briket arang di hti
Studi kelayakan pembangunan pabrik briket arang di hti
 
Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...
Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...
Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...
 
ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN SUHU PENGAKTIFAN LIGNIN DAN TEKANAN PENGEMPAAN PA...
ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN SUHU PENGAKTIFAN LIGNIN DAN TEKANAN PENGEMPAAN PA...ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN SUHU PENGAKTIFAN LIGNIN DAN TEKANAN PENGEMPAAN PA...
ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN SUHU PENGAKTIFAN LIGNIN DAN TEKANAN PENGEMPAAN PA...
 
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayuBio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
 
A review of biomass densification
A review of biomass densificationA review of biomass densification
A review of biomass densification
 
A review of biomass densification
A review of biomass densificationA review of biomass densification
A review of biomass densification
 
A review of biomass densification
A review of biomass densificationA review of biomass densification
A review of biomass densification
 
A review of biomass densification
A review of biomass densificationA review of biomass densification
A review of biomass densification
 
A review of biomass densification
A review of biomass densificationA review of biomass densification
A review of biomass densification
 
Plastik pembuatan nooraini md saad
Plastik pembuatan nooraini md saadPlastik pembuatan nooraini md saad
Plastik pembuatan nooraini md saad
 
mesin pengering kayu
mesin pengering kayumesin pengering kayu
mesin pengering kayu
 
Sde tm10-f
Sde tm10-fSde tm10-f
Sde tm10-f
 
Kayu
KayuKayu
Kayu
 
Arang briket
Arang briketArang briket
Arang briket
 

More from JFE Project

Sawdust / EFB Briquette and Sawdust Charcoal Briquette Process Technology
Sawdust / EFB Briquette and Sawdust Charcoal Briquette Process TechnologySawdust / EFB Briquette and Sawdust Charcoal Briquette Process Technology
Sawdust / EFB Briquette and Sawdust Charcoal Briquette Process Technology
JFE Project
 
Production Process Wood Pellet From Wood Biomass
Production Process Wood Pellet From Wood BiomassProduction Process Wood Pellet From Wood Biomass
Production Process Wood Pellet From Wood Biomass
JFE Project
 
Komersialisasi gasifier biomasa untuk panas dan pembangkit listrik
Komersialisasi gasifier biomasa untuk panas dan pembangkit listrikKomersialisasi gasifier biomasa untuk panas dan pembangkit listrik
Komersialisasi gasifier biomasa untuk panas dan pembangkit listrik
JFE Project
 
Prospek bambu
Prospek bambuProspek bambu
Prospek bambu
JFE Project
 
Manufacturing activated carbon
Manufacturing activated carbonManufacturing activated carbon
Manufacturing activated carbon
JFE Project
 
Jfbc new plant
Jfbc new plantJfbc new plant
Jfbc new plant
JFE Project
 
Biomass utilization
Biomass utilizationBiomass utilization
Biomass utilization
JFE Project
 

More from JFE Project (7)

Sawdust / EFB Briquette and Sawdust Charcoal Briquette Process Technology
Sawdust / EFB Briquette and Sawdust Charcoal Briquette Process TechnologySawdust / EFB Briquette and Sawdust Charcoal Briquette Process Technology
Sawdust / EFB Briquette and Sawdust Charcoal Briquette Process Technology
 
Production Process Wood Pellet From Wood Biomass
Production Process Wood Pellet From Wood BiomassProduction Process Wood Pellet From Wood Biomass
Production Process Wood Pellet From Wood Biomass
 
Komersialisasi gasifier biomasa untuk panas dan pembangkit listrik
Komersialisasi gasifier biomasa untuk panas dan pembangkit listrikKomersialisasi gasifier biomasa untuk panas dan pembangkit listrik
Komersialisasi gasifier biomasa untuk panas dan pembangkit listrik
 
Prospek bambu
Prospek bambuProspek bambu
Prospek bambu
 
Manufacturing activated carbon
Manufacturing activated carbonManufacturing activated carbon
Manufacturing activated carbon
 
Jfbc new plant
Jfbc new plantJfbc new plant
Jfbc new plant
 
Biomass utilization
Biomass utilizationBiomass utilization
Biomass utilization
 

Proses produksi pabrik wood pellet

  • 1. Proses Produksi Wood Pellet Dari Biomassa Kayu Eko SB Setyawan
  • 2. Sekilas Tentang Pellet Berbagai tipe pellet (wood pellet, torrefied wood pellet & charcoal pellet) Biomass decomposition regimes -White pellet = wood pellet are made of sawdust or planer shavings without bark -Brown pellet = wood pellet are made of bark containing raw materials -Black pellet = torrefied wood pellet Wood pellet : Property class A1 represents the highest quality level that is particularly relevant for private end users. In property class A2, the limiting values for the ash content, the NCV, the nitrogen and chlorine content and the ash melting behaviour are less strict. This property class is mainly relevant for commercial users operating pellet boilers with higher nominal capacity. Pellets according to property class B are relevant as industrial Pellets. Faktor utama pembedanya: nilai kalor, kadar abu dan kimia abu Pellets made from bark containing wood fractions such as forest wood chips, industrial wood chips with bark and short rotation coppice (SRC) would comply with A2 pellet class.
  • 3. Sekilas Tentang Pellet Standard grade fuel is usually up to 3% ash content, while premium grade is less than 1 percent. Premium pellets are usually produced from hardwood or softwood sawdust containing no tree bark. Biasanya pellet berwarna cerah dari kayu lunak, dan yang gelap dari kayu keras. Tetapi pellet yang dibuat dari kayu lunak dari seluruh bagian pohonnya (“whole tree”) termasuk kulitnya akan membuat pellet lebih gelap. Sehingga sulit untuk menentukan kualitas wood pellet dari warnanya saja. Panjang pellet yang beredar di pasaran sangat bervariasi dari berbagai produsen. Produksi wood pellet membutuhkan panjang yang konsisten dan meminimalisir variasi panjang tersebut. Diameter wood pellet bervariasi mulai dari 6 mm hingga 20 mm. Diameter 6 mm umumnya digunakan untuk pemanas ruangan rumah tangga (home heating), sedangkan diameter 8 mm ke atas biasa digunakan oleh industri dan pembangkit listrik. Umumnya pellet dari kayu keras lebih disukai terutama untuk kompor dan perapian/tungku karena secara alami memiliki kadar air lebih rendah, lebih padat, terbakar lebih lama dan panasnya seperti batubara.
  • 4. Sekilas Tentang Pellet Wood *Analisa proksimate dan ultimate untuk mengetahui senyawa-senyawa dan unsur- unsur kimia wood pellet juga bisa dilakukan untuk melengkapi product knowledge Source : Pellet Fuel Institute, US
  • 5. A. Teknologi Proses Produksi Wood Pellet
  • 6. Esensi Proses Pembuatan Wood Pellet • Esensi / Philosopy proses pembuatan wood pellet adalah pemadatan (densifikasi) biomasa sehingga memudahkan handling, transportasi dan pemanfaatannya seperti pembakaran, pirolisis dan gasifikasi. Supaya dihasilkan produk yang berkualitas (standar dan stabil) maka perlu pemilihan jenis bahan baku, preparasi bahan baku seperti penyeragaman ukuran partikel dan tingkat kekeringan, conditioning, menambah perekat dan sebagainya sebelum dipadatkan (pelletizing). Bahan baku dikategorikan limbah biomasa ataupun kayu-kayu yang seharga limbah.
  • 7. • Jenis Bahan Baku • Ukuran Bahan Baku • Kadar air • Kekerasan • Densitas • Ukuran Produk (Wood Pellet) • Kadar abu • Single atau mixed material? • Kimia Bahan Baku • Kimia Abu • Kontaminan • Spesifikasi Die • Operational Pelletiser These variables have tended to make pelleting more of an “art” than a “science”, through significant strides are being made in the sophistication of this process, bringing these variables under more control. Variabel-Variabel Proses
  • 8. Teknologi Proses Produksi Pabrik Wood Pellet • Proses Standar Pabrik Wood Pellet Skala Besar • Komponen biaya terbesar pada : -Bahan Baku -Pengeringan *optional
  • 9. Perbandingan Pabrik Wood Pellet Tipikal pabrik wood pellet skala besar. Kiri : 750rb TPY– Georgia, US ; Kanan : 5 TPH – Tenesse, US Tipikal pabrik wood pellet skala kecil. Kiri : 500kg/h– Cina ; Tengah : 500kg/h – Argentina; Kiri : 350kg/h; Cina
  • 10. Statistik Produksi Wood Pelet Dunia • Total produksi Russia 3,093 juta ton/tahun dengan pabrik terbesar di Leningrad kapasitas 900.000 ton/tahun, terkecil di Galway 2500 ton/tahun (2011). • Total produksi US 5,481 juta ton/tahun, dengan pabrik terbesar di Georgia kapasitas 750.000 ton/tahun, terkecil 10.000 ton/tahun ditemukan di banyak tempat (2011). • Total produksi Kanada 2,958 juta ton/tahun; Total produksi Cina 792.000 ton/tahun; Total produksi Jepang 110.000 ton/tahun;Total produksi Indonesia 80.000 ton/tahun (2012). • Prediksi demand wood pellet terus meningkat. Tahun 2010 konsumsi global 16 juta ton/tahun; tahun 2015 diprediksi 37 juta ton/tahun dan tahun 2020 diprediksi 59 juta ton/tahun.
  • 11. Pelabuhan Export Wood Pellet Dunia
  • 12. Logistic Pemasaran Wood Pellet Skala Besar (referensi Kanada)
  • 13. Potensi Biomasa Asia Tenggara Potensi biomasa Indonesia tertinggi dari sejumlah negara di ASEAN sehingga peluang pengembangan industri wood pellet sangat besar.
  • 14. Raw Material Tingkat kekeringan (MC) memegang peran vital dalam proses produksi wood pellet. Limbah dari kayu olahan seperti industri mebel umumnya sudah kering, sedangkan dari hutan atau kebun masih basah, sehingga perlu pengeringan sebelum diproses menjadi wood pellet.
  • 15. Proses Pengeringan Bahan Baku • Ditinjau dari penggunaannya ; kayu dibedakan menjadi : 1. kayu pertukangan dan kerajinan; 2. kayu industri; 3. kayu bakar. Semuanya membutuhkan pengeringan sebelum digunakan. • Kayu memegang kelembaban dalam dua cara: sebagai air bebas dalam rongga sel dan air terikat dalam cellwalls. Yang dimaksud air bebas yaitu air yang terkandung didalam rongga sel, dimana air ini mudah keluar masuk, ( higroskopis ).Sedangkan air terikat adalah air yang terkandung didalam dinding sel, dimana air ini agak lamban keluar dan masuk. • Variabel-variabel yang berpengaruh pada proses pengeringan kayu: 1. Kayu, 2. kadar air, 3. panas, 4. media pembawa panas, 5. sirkulasi udara, 6. suhu udara, 7. kelembaban udara, 8. alat (mesin) pengering, 9. teknik pengeringan dan 10. waktu. • Proses pengeringan kayu akan berjalan semakin cepat apabila suhu udara semakin tinggi, kelembaban udara semakin rendah dan kecepatan sirkulasi udara disekitar permukaan kayu semakin cepat. • Kayu yang lebih ringan pada umumnya akan mengering lebih cepat daripada kayu yang lebih berat, karena porositas kayu ringan lebih tinggi daripada porusitas kayu berat. • Teknik pengeringan yang dipakai akan mengoptimalkan variabel-variabel proses tersebut, antara lain : menaikkan suhu udara, menurunkan kelembaban udara (menggunakan udara kering), menaikkan kecepatan sirkulasi udara kering, memperluas kontak antara kayu yang dikeringkan dengan udara kering, sehingga didapat kayu kering dengan waktu relatif cepat. •Pengeringan dengan matahari dengan suhu relatif rendah (40-60 C) juga meminimalkan emisi senyawa organik (VOC=Volatile Organic Compound) berbau dari kayu.
  • 16. B. Pengaruh Kadar Air Dalam Proses Produksi Wood Pellet
  • 18. Size Reduction Stage • Hammer mill umumnya hanya mampu bekerja pada kadar air maks. 20%. • Kayu hasil panen umumnya memiliki kadar air tinggi sekitar 50% sehingga perlu pengeringan terlebih dahulu sebelum bisa diumpankan ke hammer mill. • Ukuran batang kaliandra yang kecil rata-rata hanya 5-10 cm cukup dengan 1-step process dengan wood crusher (wood chipper + Hammer Mill) • Sedangkan apabila ukurannya lebih dari itu bisa menggunakan chipper lalu hammer mill atau tipe drum cutter.
  • 19. Wood Crusher (Wood Chipper + Hammer Mill) Ilustrasi Alat Size Reduction Wood Chipper Hammer Mill
  • 21. Berbagai Jenis Alat Pemellet Untuk pelletizing highly fibrous biomass L/D = 8,5-9 : 1 Untuk pelletizing wood L/D = 8-10 :1 Untuk kapasitas kecil <500kg/jam Untuk kapasitas menengah dan besar; paling populer Jarang digunakan, aplikasi Skala laboratorium Jarang digunakan, aplikasi Skala laboratorium For flat die machine the length of of hole is shorter than ring die machine, that’s mean durability of pellets from ring die machine is better than flat die machine
  • 22. Pelletiser Komersial Flat Die Ring Die Pelletiser Komersial: ada 2 macam, yakni flat die dan ring die. Flat die : high operational cost (alat cepat aus dan lebih banyak maintenance), biasa dipakai untuk pakan ternak atau wood pellet skala kecil (<500kg/hari), harga alat murah. Ring die: low operational cost, alat (tidak cepat aus dan sedikit perawatan), populer dan banyak dipakai untuk produksi wood pellet kapasitas sedang hingga besar (>500kg/jam), harga alat lebih mahal.
  • 23. Analogi Flat Die Vs Ring Die = Motor Vs Mobil Pada konteks sebagai alat angkut dengan beban tertentu : Mesin sepeda motor umumnya cc-nya kecil (100-500 cc) sehingga kapasitas angkutnya juga kecil, sedangkan apabila kapasitas mesinnya besar misalnya 1500 cc atau diatasnya, maka lebih cocok dipasang atau dibuat mobil untuk efektivitas dan efisiensi pengangkutan, estetika, handling, keamanan dan sebagainya daripada dibuat moge (motor gedhe). x Vs
  • 24. -Carbon steel alloy : die terkuat, harga murah, tidak tahan korosi, permukaan die kasar sehingga friksi dan kompresi lebih besar sehingga wood pellet yang dihasilkan lebih keras. -Stainless steel alloy : lebih tahan korosi, harga lebih mahal, karena permukaan die lebih halus,maka butuh kedalaman die lebih panjang untuk menghasilkan wood pellet yang keras. -High chrome alloy : ketahanan korosi paling tinggi, start up lebih mudah, karena die lebih halus sehingga butuh kedalaman die lebih panjang untuk hasil wood pellet yang keras, harga paling mahal. Material Die Hampir semua produsen wood pellet press juga produksi ring die dan roller dan ada juga yang menjualnya khusus seperti dibawah ini :
  • 25. Karakteristik Bahan Baku Membutuhkan Bentuk dan Ukuran Die Tersendiri Setiap die (cetakan) cocok untuk satu jenis bahan baku!!! Die tidak bisa “generik” untuk semua biomasa
  • 26. Pelleting Stage • Terlalu tinggi maupun terlalu rendahnya kadar air pada proses pemelletan kayu akan menyebabkan gagalnya proses ini. • Untuk mendapat kualitas pellet yang baik, suhu rata-rata di die 125 C; Kanada mensyaratkan menjaga suhu 85 C untuk suhu minimum die. Semakin tinggi suhu semakin baik kualitas pellet. • Efisiensi pabrik wood pellet yang bisa diterima adalah 130-200 kWh/ton, tanpa drying system. • Fuels that are used during pellet production may produce a maximum greenhouse gas (GHG) emission of 100 kg CO2 per tonne of pellets. This value can be achieved as long as biomass fuels are used for raw material drying and can be lower if use sun drying.
  • 27. Proses Pelletisasi #1 Fenomena di Ring Die Pelletiser Close up pada Die Channel, Pelletiser
  • 28. Proses Pelletisasi #2 Tampilan Thermographic pada die di pelletiser Source : Serrano et al 2011 Elsevier
  • 29. Ketika Bahan Baku Terlalu Basah • Kadar air terlalu tinggi (terlalu basah) akan menyebabkan tekanan (kompresi) yang sangat tinggi pada die. Hal ini membuat suhunya meningkat dan menghasilkan steam dalam jumlah banyak. Tingginya tekanan akan membuat motor bekerja terlalu berat dan juga potential membuat die mampet (ter-block). Kondisi ini juga berpengaruh pada bearing di roller. Pellet yang dihasilkan juga akan lunak dan sangat mudah pecah. Walaupun kompresi tinggi akan tetapi suku yang memadai yang membuat lignin keluar sebagai perekat tidak tercapai. Karena tingginya kadar air, maka pellet akan mengembang dan mengeluarkan uap air, akibatnya pellet tidak halus permukaannya dan berbentuk silinder seperti seharusnya.
  • 30. Wood Pellet akan rusak bahkan hancur pada tahap pendinginan bila terlalu tinggi kadar airnya (terlalu basah). Wood pellet lunak dan mudah pecah ketika menggunakan bahan baku terlalu basah (kadar air tinggi). Ketika Bahan Baku Terlalu Basah Skema pendinginan wood pellet dg aliran udara lawan arah (counter flow)
  • 31. Ketika Bahan Baku Terlalu Kering • Karena bahan baku memiliki kepadatan rendah dan kurangnya kadar air (terlalu kering) maka roller tidak mampu melakukan kompresi yang memadai didalam die. Kurangnya tekanan juga berakibat kurangnya panas dan lignin tidak mampu keluar sebagai perekat pada pellet tersebut. Karena bahan baku tidak bisa menghasilkan friksi yang cukup dan tekanan / kompresi maka material akan akan meluncur bebas di dalam die dan akibatnya pellet tidak terbentuk. Pellet tidak terbentuk (ambrol) ketika menggunakan bahan baku terlalu kering (kadar air rendah)
  • 32. Mekanisme Pendinginan (Cooling) Ketika wood pellet keluar dari pelletiser maka suhunya sangat panas, lunak dan mengeluarkan uap air. Sebelum pellet bisa disimpan dan digunakan maka kondisinya harus dingin dan kering. Cara paling mudah pendinginan wood pellet adalah menghamparkannya dalam ruangan sehingga dingin dengan sendirinya pada suhu ruang. Counter flow cooler adalah jenis pendingin wood pellet yang umum di industri wood pellet saat ini dengan arah udara pendingin dan produk wood pellet secara lawan arah. Pendinginan bertahap akan meningkatkan kualitas, mengurangi retakan-retakan di permukaan dan “fine”. Wood pellet keluar dari cooler dengan kadar air menjadi sekitar 8% dengan suhu berkisar +5-10C dari suhu kamar. Hampir semua cooler dilengkapi screen untuk menyaring “fine”/”powder” dari wood pellet. “Fine” /”Powder” tersebut kemudian dikembalikan ke pelletiser untuk bisa digunakan sebagai bahan baku lagi. Kiri : Skema alat counter flow cooler; Tengah : photo cooler komersial; Kanan : wood pellet yand didinginkan secara memadai permukaannya halus dan mengkilap.
  • 33. C. Karakteristik Pelletiser dan Perawatan Peralatan Termasuk Pelletiser
  • 34. 6 Pertimbangan Kunci Pemelletan Pemelletan sukses = kualitas pellet 1. Hubungan antara kualitas bahan baku, kapasitas pemelletan dari mesin dan proses pemelletan (kondisi operasi pemelletan) harus sinkron. 2. Kapasitas friksi pada die. Semakin besar friksi maka densitas pelet semakin tinggi. 3. Permukaan dan material die dan roller. Die dari stainless steel memiliki permukaan halus dan tahan karat sehingga start up lebih mudah dibandingkan die dari carbon steel, tetapi memperbesar friksi maka diperdalam kedalaman lubangnya (die hole). 4. Rasio Panjang dan diameter lubang pada die. 5. Ketebalan lapisan bahan baku diatas die dan sehingga ketebalan bahan tersebut yang dipress ke dalam die. Ketebalan optimum umumnya adalah 1 mm 6. Frekuensi kompresi (kecepatan rotasinya).
  • 35. Ketinggian Roller dan Carpet Carpet adalah lapisan tipis bahan yang dipress, yang berada pada puncak permukaan die. Ketika bahan baku masuk ke pelletiser maka akan terdorong oleh roller dan membentuk carpet. Semakin banyak bahan dimasukkan ke pelletiser maka akan semakin menambah ke carpet. Carpet inilah kemudian yang ditekan ke lubang die dan menghasilkan pellet. Sehingga untuk material yang bisa membentuk pellet, awalnya harus bisa membentuk carpet. 1 mm Gap Umumnya carpet dengan ketebalan 1 mm adalah kondisi optimum antara kualitas pellet, konsumsi energi dan tingkat keausan alat. >1mm Gap Memperbesar gap antara roller dan die, akan meningkatkan kebutuhan energi yang dibutuhkan. Jika roller diset diatas 1 mm, maka kemungkinan tekanan yang dihasilkan tidak akan cukup antara die dan roller. Tanpa tekanan yang cukup maka tidak ada panas, sehingga tidak ada perekat yang dikeluarkan dan carpet tidak terbentuk, sehingga pellet juga tidak terbentuk. Hanya pada kondisi sangat khusus sehingga sangat jarang diaplikasikan untuk >1 mm gap pada produksi pellet. < 1mm Gap Ketika roller dan die bersentuhan berarti tidak ada ruang untuk membentuk carpet, sehingga bahan ditekan langsung ke dalam luabng die, akibatnya kualitas pellet akan menurun. Lebih penting lagi, ketika kontak antar logam terjadi maka akan secara significant mengurangi umur roller dan die tersebut. Tips : Ketika menyetting roller gap karakteristik bahan baku perlu dipertimbangkan, sebagai contoh densitas material dan kemampuan perekatan. 1mm gap direkomendasikan untuk hampir semua bahan tetapi mencoba variasi gap akan bermanfaat. Semua produksi pellet adalah masalah mengurangi kebutuhan energi dan tingkat keausan peralatan sementara secara simultan meningkatkan kualitas pellet dan produktivitas. Hal ini mengapa produksi kualitas pellet membutuhkan skill tersendiri.
  • 36. Karakteristik Perekatan (Bonding Mechanism) Dalam Produksi Wood Pellet • Variabel bahan baku termasuk moisture content &, particle size, shape, and distribution, hardness serta lignin content mempunyai pengaruh besar thd kualitas pellet dan pemilihan kondisi proses yang memadai. Adanya cairan seperti air selama pelletisasi menghasilkan gaya antar muka (interfacial forces) dan tekanan kapiler, shg meningkatkan ikatan partikel. • Ada 3 tahap pada pemadatan biomasa termasuk pellet. Tahap 1 : partikel menyusun formasi sendiri ke bentuk cukup padat. Tahap 2 : partikel saling dorong dan terbentuk sifat seperti plastik dan deformasi elastis, sehingga meningkatkan kontak antar partikel secara signifikan; partikel menjadi diikat dengan gaya electrostatic van der Waal. Tahap 3 : terjadi penurunan volume yang signifikan akibat tingginya tekanan/kompresi sehingga kepadatan/density pellet dapat dicapai
  • 37. Mekanisme Deformasi Partikel Biomasa Pada Penekanan #1 Deformation mechanisms of biomass powder particles under compression
  • 38. Mekanisme Deformasi Partikel Biomasa Pada Penekanan #2 Kurva kompresi partikel serbuk biomasa. Proses pemadatan dapat dipisahkan dalam beberapa tahap : particle rearrangement, elastic & plastic deformation, dan hardening .
  • 39. Susunan Cellulose, Hemicelullose dan Lignin Pada Biomasa
  • 40. Karakteristik Perekatan Dalam Produksi Wood Pellet #1 Pemadatan biomassa seperti pellet dengan tekanan/ kompresi tinggi akan meningkatkan mechanical interlocking dan adhesi antar partikel, sehingga membentuk ikatan antar molekul pada area kontak. Pada bahan baku biomasa seperti kayu mekanisme perekatan dapat dibagi menjadi gaya adhesi dan kohesi , gaya tarik antara partikel dan interlocking bonds.
  • 41. Karakteristik Perekatan Dalam Produksi Wood Pellet #2 a. Tipikal permukaan patah-patah pada pellet yang mengindikasikan terjadinya adhesi yang kuat b. Tipikal permukaan patah-patah pada pellet yang mengindikasikan ahesi yang lemah Tampilan permukaan patah-patah pada pellet dengan scanning electrone microscope
  • 42. Karakteristik Perekatan Dalam Produksi Wood Pellet #3 Tampilan light microscopy yang menunjukkan polymer melting dan interlocking pada fiber (biomass)
  • 43. Perekatan dan Kualitas Wood Pellet Partikel “Fines” (bubuk) terbentuk akibat kurangnya perekatan sewaktu pembentukan pellet. Sehingga kinerja dari pelletiser dan produk jadi pellet berpengaruh terhadap persen fines. Pellet sangat kuat apabila ditekan secara vertikal tetapi mudah pecah ketika ditekan secara horisontal. Kualitas pellet yang jelek membuatnya hancur/pecah berkeping-keping dan menghasilkan banyak bubuk. Tergantung target pasarnya, prosentase “fine” yang terbentuk perlu dinyatakan atau tidak. Pada kualitas wood pellet premium target dari fines harus kurang dari 1%. CEN European standard memiliki spesifikasi prosentase “fines” yang diperbolehkan dan dalam banyak kasus prosentase fine harus dinyatakan ketika dijual. Kapasitas pengemasan juga berpengaruh thd terjadinya prosentase fine, semakin kecil wadah akan membuat prosentase fine lebih kecil.
  • 44. Karakteristik Pelletiser • Setiap bahan baku memiliki kualitas dan karakteristik yang berbeda. Parameter tersebut adalah kadar air, kepadatan dan kualitas perekatan. • Ketika kualitas bahan baku telah sesuai untuk wood pellet berkualitas, maka setelah masuk pelletiser dan berkontak dengan roller dan mendapat panas serta tekanan yang sesuai maka pellet akan keluar. Pisau bisa ditambahkan untuk mengeset panjang pellet. Dan setelah didinginkan pellet akan keras dan siap digunakan.
  • 45. Karakteristik Pelletiser • Pemilihan bahan baku berkualitas berpengaruh besar terhadap kualitas wood pellet, dan settingan pelletiser meliputi ketebalan dan material die, pressing time, pressing temperature dan pressure juga membantu meningkatkan kualitas wood pellet. Tekanan (pressure) bisa diset dengan pemilihan die, material die dan jarak dengan roller. Sehingga untuk produksi wood pellet dari beragam bahan baku perlu mengubah kecepatan pengumpanan ke pelletiser maupun pemilihan pellet die-nya. Idealnya pemilihan die juga terkait rasio kompresinya, misalnya mengolah bahan baku kayu lunak membutuhkan die lebih tebal dibandingkan mengolah kayu keras, untuk hasil kualitas pemelletan yang sama. • Ada perbedaan antara hanya membuat wood pellet dengan membuat wood pellet berkualitas dengan konsumsi energi minimum dan maximum roller & die life.
  • 46. Perawatan Peralatan Termasuk Pelletiser Peralatan yang digunakan produksi wood pellet terekspose suhu dan tekanan tinggi, sehingga perawatan yang memadai menjadi esensi untuk memaksimalkan umur peralatan dan mengurangi konsumsi energi. A. Perawatan Bearing Peralatan khususnya crusher tipe hammer mill dan pelletiser memiliki banyak bearing, yang mencapai suhu tinggi selama operasi. Mengecek secara berkala bearing dibutuhkan untuk menjaga kinerja dan umur peralatan. Beberapa peralatan dilengkapi dengan pelumasan otomatis untuk bearing.
  • 47. Perawatan Peralatan Termasuk Pelletiser B. Menjaga Konsumsi Energi Minimum Periksalah hammer mill dan pelletiser bisa beroperasi tanpa tahanan akan menjaga kebutuhan energi tetap minimum.Sebagai contoh pengecekan bahwa tidak ada material yang menyebabkan friksi tambahan sekitar pelletiser dan roller. C. Yang Harus Dilakukan Pada Akhir Produksi Ketika akhir produksi sangat penting untuk memasukkan bahan berminyak ke pelletiser sehingga produksi nantinya bisa dimulai dengan mudah lagi contoh dedak atau katul dengan minyak goreng. Jika bahan baku yang diproses tertinggal di die, selanjutnya ketika die dingin bahan baku di dalam die juga dingin dan akan mengeras. Jika hal itu terjadi maka sangat sulit untuk memulai produksi lagi dan mungkin perlu dibor die yang tersumbat tersebut.
  • 48. Photo Peralatan Yang Perlu Dirawat Termasuk Pelletiser
  • 49. Penerimaan Bahan Baku (Receiving Station) • Bahan baku diterima di pabrik dengan dihitung dengan cara : 1. volume (kubikan). Menghitung volume kayu dalam bak mobil atau truk lalu dikalikan dengan kepadatan (density) rata-rata kayu (100- 150 kg/m3) 2. Penimbangan. Kayu bisa dimasukkan dalam karung lalu ditimbang dg timbangan duduk ataupun berat mobil dg kayu dikurangi berat mobilnya yakni dg timbangan muatan mobil. Estimasi harga 100 juta rupiah. Cara 1 lebih murah dan praktis, tetapi akurasi berat atau bobot tidak sebaik cara 2.
  • 50. Packing Wood Pellet • Disarankan untuk mengemas wood pellet dengan ukuran besar, shg apabila tidak menggunakan mesin packing misalnya langsung dari cooler- pun tidak masalah, karena jumlahnya sedikit. • Kemasan model jumbo bag dengan kapasitas 1 ton atau 500 kg bisa diterapkan. Umumnya pabrik wood pellet kapasitas kecil di Indonesia Langsung packing dari cooler. Jumbo bag untuk 500kg wood pellet Jumbo bag untuk 1 ton wood pellet
  • 51. Packing / Bagging A. Semi-Manual B. Full Automatic
  • 52. D. Konfigurasi Pabrik Wood Pellet
  • 53. Penyimpanan Produk (Product Storage) • Penyimpanan produk wood pellet di tempat kering ber-ventilasi. Sangat disarankan menggunakan pallet untuk menjaga kekeringan produk. Beberapa panduan lain seperti pada kolom disamping.
  • 54. K3 Produksi Wood Pellet • Hal-hal yang perlu diperhatikan di area pabrik: -Mengenakan masker, sepatu, kaos tangan dan helm. -Menghindari membakar sampah dan semacamnya yang menimbulkan api. -Dilarang merokok. -Motor listrik dan peralatan relay harus terlindungi. -Hati-hati bila mengelas dan memotong logam di area banyak sawdust kering berpotensi bahaya. -Hindari permukaan panas berkontak dengan sawdust kering, karena berpotensi menimbulkan percikan api. -Wood pellet tidak boleh disimpan lama tanpa monitoring suhu yang memadai* -Waspadai terhadap gesekan, benturan dan percikan api timbul karena bearing panas, komponen bergerak, dsb yang menyebabkan kecelakaan dengan sawdust kering. *aktivitas mikroba akan meningkatkan suhu wood pellet sampai 90 C yang selanjutnya bila teroksidasi bisa menyebabkan kebakaran. Kadar air yang tinggi serta proses produksi sehingga bahan baku tidak terekspose suhu >100 C akan memacu aktivitas mikroba. Based on US Data
  • 55. E. Promosi Pemakaian Wood Pellet di Indonesia
  • 57. Perbandingan Wood Pellet Dengan Batubara No. Factors Wood Pellet Coal 1. Calorific Value 4000 kcal/kg and up 5000-5500 kcal/kg 2. Ash Content < 4% 20 to 40% 3. Pollution/Poisonous effluent Smoke No Smoke No Sulphur Sulphur, phosphorous fumes 4. Moisture 8 %( max) 20 to 35% 5. Efficiency of boiler 75% 75% 6. Wastages/Loss 8-10% 15-20% 7. Labour usage Single person is enough Require two persons 8. Boiler efficiency Normal Fly ash deposit on tubes High wear & tear 9. Handling Easy because of packed material Tough material 10. Type of Fuel Carbon Neutral Carbon Positive -Berbagai keuggulan wood pellet bisa dijadikan bargaining postion harga jual wood pellet untuk subtitusi batubara di industri. -Sebagai perbandingan : US hampir semua wood pellet digunakan untuk pemanas rumah tangga dengan pellet stove, sedangkan mayoritas wood pellet di Asia digunakan untuk co-firing dengan batubara pada PLTU (coal powerplant). -Sebagian proses produksi wood pellet juga dengan debarking (menghilangkan kulit dari kayunya) utk mengurangi kadar abu. Karena konsumen wood pellet di Indonesia adalah industri yang umumnya lebih toleran utk kadar abu lebih tinggi maka tidak dengan debarking tidak menjadi masalah.
  • 58. F. Bagaimana Mendapatkan Suplai Bahan Baku dengan volume besar
  • 59. Budidaya Tanaman Trubusan dengan Hutan/Kebun Energi
  • 60. Ketersediaan Lahan di Indonesia Source : YETTI RUSLI PRESENTATION
  • 61. Perbandingan Produktivitas Tanaman Trubusan Indonesia dengan Eropa/US Poduktivitas biomasa kayu 1 tahun kaliandra di Indonesia (negara tropis) = 4 tahun willow di negara sub tropis.
  • 62. Harga Wood Pellet Internasional
  • 63. G. Peternakan Domba dan Lebah Madu
  • 64. Integrasi Pabrik Wood Pellet dan Peternakan Domba
  • 65. Keutamaan Domba Dibanding Binatang Ternak Lainnya, menurut Al Qur’an "Dia menciptakan kamu dari diri yang satu kemudian Dia jadikan daripadanya istri dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor hewan yang berpasangan dari binatang ternak...." (QS 39:6). Dalam ayat lain (QS 6 : 143-144), delapan ekor hewan yang berpasangan (4 pasang) tersebut adalah dua ekor (sepasang) domba, sepasang kambing, sepasang unta dan sepasang sapi. Dari serangkaian hewan ternak yang disebutkan dalam ayat-ayat di atas, domba disebut pertama, baru kambing, unta dan sapi. Kaidah dalam Al Qur'an, sesuatu yang disebut pertama memiliki keutamaan daripada sesudahnya. Nah, disinilah domba memiliki keutamaan dibandingkan hewan ternak lain yang disebut dalam ayat tersebut, walaupun semua hewan tersebut dagingnya halal dimakan. Indikasi lain tentang keutamaan domba juga bisa kita dapati pada peristiwa Qurban, yakni ketika Nabi Ibrahim diperintah Allah SWT untuk menyembelih putranya yakni Ismail, lalu oleh Allah SWT menyelamatkan Ismail dan menggantinya dengan domba besar. Peristiwa tersebut kemudian kita peringati setiap tahun dan menjadi syariat Qurban pada hari raya Idhul Adha setiap 10 Dzulhijah.
  • 66. Mengapa Beternak Domba ? •Pertama, produksi daging cepat. Secara matematis perkembangbiakkan domba jauh lebih cepat daripada sapi . Satu ekor domba betina bisa melahirkan enam ekor anak dalam enam anak domba dalam dua tahun, sedangkan sapi hanya melahirkan satu atau maksimal dua ekor dalam waktu yang sama. •Kedua, daging domba adalah kualitas terbaik apalagi dengan pakan rumput dan dedaunan, sehingga rasio omega 6 terhadap omega 3 mendekati 1 (healthiest food). •Ketiga : domba dengan ukuran lebih kecil juga lebih mobile dalam menyebarkan kotoran sehingga efek pemupukan terhadap tanah juga lebih merata. •Keempat, kualitas kotoran domba sebagai pupuk juga lebih baik daripada kotoran sapi terutama pada kandungan makro yakni nitrogen (N), phospur (P), dan kalium (K).
  • 67. Mengapa Dengan Penggembalaan ? A. Dalil-Dalil Al Qur’an dan Hadist “Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. ” (QS 16:10) • Indonesia yang beriklim tropis sangat cocok untuk penggembalaan tersebut karena curah hujan tinggi dan banyak pohon-pohon tumbuh dengan mudah. “Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.”(QS 20:54) "Dan (Allah SWT) yang menumbuhkan rumput-rumputan" (QS Al A'laa :4) “"Setiap Nabi yang diutus oleh Allah adalah menggembala domba/kambing". Sahabat-sahabat beliau bertanya : “Begitu juga engkau ?” ; Rasulullah bersabda : “Ya, aku menggembalanya dengan upah beberapa qirath penduduk Mekah”. (H.R. Bukhari) "Orang-orang muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, dalam hal padang rumput (lahan), air dan api (energi)". (HR. Sunan Abu Daud). Dari Abu Said Al-Khudri berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Waktunya akan datang bahwa harta muslim yang terbaik adalah domba yang digembala di puncak gunung dan tempat jatuhnya hujan. Dengan membawa agamanya dia lari dari beberapa fitnah(kemungkaran atau pertikaian sesama muslim)”. (H.R. Bukhari)
  • 68. B. Analisa Ilmiah Dari Abu Hurairah R.A. dari Rasulullah SAW, beliau bersabda : “Diantara penghidupan (pekerjaan) manusia yang terbaik, adalah seorang laki-laki yang memegang kendali kudanya di jalan Allah. Dia terbang diatasnya (dia menaikinya dengan jalan yang cepat). Setiap mendengar panggilan perang dia terbang diatasnya dengan bersemangat untuk mencari kematian dengan jalan terbunuh (dalam keadaan syahid) atau menyongsong kematian ditempat datangnya. Atau seorang laki-laki yang menggembala domba di puncak gunung dari atas gunung ini atau lembah dari beberapa lembah. Dia mendirikan sholat, memberikan zakat dan menyembah kepada Tuhannya hingga kematian datang kepadanya. Dia tidak mengganggu kepada manusia, dan hanya berbuat baik kepada mereka.” (H.R. Muslim). • Menggembala adalah salah satu profesi terbaik. a. Produksi daging paling ekonomis dan kualitas terbaik adalah dengan penggembalaan. b. Penggembalaan akan menyuburkan tanah dan menghidupkan tanah-tanah mari. Sebuah referensi dari Allan Savory, seorang biologist dari Zimbabwe yang telah menghijaukan bumi atau istilahnya menyelamatkan kehidupan di bumi dengan penggembalaan tersebut. Telah lebih dari 16 juta hektar (sekitar 1,5 kali perkebunan sawit Indonesia) terselamatkan dengan konsep penggembalaan tersebut. c. Domba secara khusus adalah hewan yang cerdas, lebih cerdas daripada kambing dan sapi. Domba hanya kalah cerdas dari simpanse, gajah dan lumba-lumba. Konon domba adalah binatang yang paling baik ingatannya, dia bisa mengingat wajah penggembalanya, mengingat jalur perjalanan pulang ke kandangnya, ingat siapa yang memimpin perjalanannya dan bahkan bisa mengingat mana-mana batasnya yang boleh dimakan dan tidak, batas wilayah yang boleh dilalui dan tidak. Faktor-fator tersebut semakin memudahkan penggembalaannya. Domba juga memiliki ketahanan penyakit yang tinggi.
  • 69. Mengamalkan Contoh Para Nabi Karena buah karya manusia biasa, pendekatan Savory ini tentu masih banyak mengandung kelemahan, tetapi itupun sudah bisa melestarikan areal puluhan juta hektar di seluruh dunia tersebut diatas. Seluruh Nabi pernah sebagai penggembala domba. Bagaimana jika contoh para Nabi dengan penggembalaan domba tersebut diterapkan di seluruh dunia? Tentu hasilnya jauh akan lebih baik dalam semua aspeknya. “"Setiap Nabi yang diutus oleh Allah adalah menggembala domba/kambing". Sahabat-sahabat beliau bertanya : “Begitu juga engkau ?” ; Rasulullah bersabda : “Ya, aku menggembalanya dengan upah beberapa qirath penduduk Mekah”. (H.R. Bukhari)
  • 70. Teknis Pelaksanaan Integrasi Produksi Wood Pellet dari Kebun Energi dan Peternakan Domba Salah satu cara atau teknik yang bisa dilakukan yakni, peternakan domba tersebut dibuat dalam koloni tersendiri dalam area kebun energi. Misalnya total lahan kebun energi 2.000 hektar, maka sekitar 100 hektar digunakan untuk peternakan domba dengan membuat padang-padang penggembalaan. Padang gembalaan tersebut dibagi-bagi menjadi sejumlah area (paddock) dengan tujuan untuk teknik penggembalaan terbaik yakni penggembalaan rotasi (rotation grazing). Penjelasan rotation grazing di slide selanjutnya. Rumput-rumput pada padang-padang gembalaan sebagai sumber pakan utama domba- domba tersebut. Sedangkan daun-daun dari limbah pemanenan kayu kaliandra dari kebun energi sebagai pakan tambahannya. Kotoran domba sebagai pupuk bagi rumput-rumput di padang gembalaan tersebut. Sedangkan kotoran yang berada di kandang bisa untuk produksi biogas dan dikumpulkan untuk pupuk pada kebun energi.
  • 71. Penggembalaan Rotasi Cara Terbaik Penggembalaan Domba Penggembalaan rotasi adalah membagi padang gembalaan tersebut menjadi beberapa unit seperti arena latihan kuda (paddock) selanjutnya binatang ternaknya secara bergiliran digembalakan di area gembalaan yang bersekat-sekat tersebut. Pada penggembalaan rotasi selalu ada padang gembalaan yang diistirahatkan untuk memulihkan pertumbuhan rumputnya. Penggembalaan rotasi akan memberikan hasil yang efisien baik produktivitas daging maupun keberlanjutan padang gembalaan tersebut. Pertumbuhan rumput bisa dijaga sedemikian rupa dengan penggembalaan rotasi tersebut, yakni dipertahankan pada ketinggian 8-10 cm. Bila rumput dimakan habis (overgrazed) sampai pangkal batang maka akan sulit tumbuh lagi dengan baik. Teknik mengatur supaya rumput terus tumbuh dengan baik yakni dengan mengatur durasi penggembalaan pada sekat penggembalaan tersebut, ini juga akan terpengaruh oleh faktor musim. Rumput akan tumbuh lebih cepat pada musim penghujan dan sebaliknya pada musim kemarau lebih lambat. Dengan irigasi yang baik pertumbuhan rumput pada musim kemarau bisa tetap dipertahankan. Padang gembalaan pada hakikatnya adalah bertani atau budidaya rumput itu sendiri.
  • 72. Selain itu dengan penggembalaan rotasi domba atau hewan ternak akan merumput lebih merata karena area penggembalaannya dibatasi dengan sekat-sekat tersebut. Sebagai perbandingan adalah dengan penggembalaan terus menerus (continous grazing), dimana ternak cenderung hanya makan rumput yang disukai bahkan sampai habis (overgrazing) sehingga keberlanjutan rumput padang gembalaan kurang optimal.
  • 73. 4 Hal Penting Perlu Diperhatikan Dalam Penggembalaan Rotasi Setidaknya ada 4 hal fisik yang perlu diperhatikan untuk pembuatan penggembalaan rotasi berjalan baik, yakni : supplai pakan, sistem pagar atau sekat-sekat, supplai air dan tempat teduhan. Supplai pakan atau ketersediaan rumput adalah faktor penting keberlangsungan penggembalaan tersebut. Pada musim penghujan rumput atau bulan-bulan tertentu akan berlimpah sedangkan pada musim kemarau berkurang. Untuk menyesuaikan dengan jumlah pakan tersebut, populasi hewan ternak juga bisa disesuaikan. Ketika pakan berlimpah populasi ternak lebih banyak daripada ketika pakan berkurang. Untuk menjaga pakan lebih tersedia, padang gembalaan bisa dilengkapi dengan sistem irigasi yang baik sehingga rumput bisa terus tumbuh pada musim kemarau sekalipun. Sistem pagar atau sekat-sekat juga merupakan faktor suksesnya penggembalaan rotasi. Sistem pagar tersebut memungkinkan pengelolaan padang gembalaan secara terencana. Pengaturan penggunaan area untuk penggembalaan maupun area yang harus diistirahatkan sehingga rumput tumbuh kembali merupakan fungsinya sistem pagar tersebut. Supplai air, jelas ini merupakan faktor penting karena Allah SWT menciptakan sesuatu yang hidup dari air (QS 21:30) dan setiap yang hidup pasti membutuhkan air khususnya hewan-hewan ternak tersebut. Setiap sekat atau kamar area penggembalaan harus dilengkapi supplai air tersebut. Semakin banyak pakan atau rumput yang dikonsumsi semakin banyak air yang dibutuhkan. Kekurangan supplai air juga akan menurunkan konsumsi pakan. Tempat teduhan juga merupakan hal penting bagi penggembalaan. Hewan-hewan ternak cenderung mencari tempat teduh supaya bisa merumput lebih lama. Ketika cuaca panas, maka hewan ternak tidak bertahan lama merumput. Tempat teduhan terbaik adalah pepohonan sehingga pohon-pohon perlu ditanam di area padang gembalaan tersebut.
  • 74. Penggembalaan Campur (Mixed Grazing) – Domba Dengan Sapi. Penggembalaan domba dengan sapi juga terbukti memberikan hasil positif. Hal ini dikarenakan kedua jenis hewan ternak tersebut mempunyai kebiasaan penggembalaan yang berbeda, sebagai contoh domba menyukai rumput berdaun lebar, sedangkan sapi menyukai rumput berdaun sempit. Penggembalaan domba dan sapi tersebut bisa dilakukan secara bersamaan maupun waktunya berlainan. Padang gembalaan juga lebih baik, karena seluruh tanaman rerumputan dimakan ternak baik domba maupun sapi secara merata. Apabila padang rerumputan tidak digembala secara merata, maka kualitas rumput juga akan menurun. Jenis-jenis rumput tertentu menjadi favorit bagi domba sehingga jenis ini akan lebih banyak dimakan, bahkan habis. Rumput dengan kondisi demikian menjadi sulit untuk tumbuh lagi dengan baik. Padang gembalaan seperti halnya ladang pertanian juga harus dijaga keberlanjutannya untuk terus bisa menghasilkan pakan ternak-ternak tersebut. Indikasi penting lainnya bahwa penggembalaan bersama ini memberikan hasil lebih positif, adalah dari sejumlah penelitian yang dilakukan diberbagai lokasi di dunia bahwa dengan penggembalaan domba dengan sapi, kenaikan berat badan domba sekitar 10% daripada hanya penggembalaan domba saja dan kenaikkan berat badan sapi sekitar 25% dibandingkan hanya penggembalaan sapi saja.
  • 75. Pengelolaan Rumput Allah SWT menumbuhkan rumput-rumputan (QS Al A'laa :4) walaupun manusia bisa saja menanam rerumputan tersebut tetapi pada hakikatnya Allah-lah yang menumbuhkan rumput-rumput tersebut. Rerumputan juga sangat mudah tumbuh dan bisa dijumpai di hampir semua tempat di Indonesia. Dalam banyak hal rumput-rumput ini malah dianggap sebagai masalah sehingga sejumlah upaya dikerahkan untuk mengatasi masalah rumput tersebut. Padang gembalaan pada hakikatnya adalah bertani atau budidaya rumput itu sendiri. Hal ini sehingga kualitas dan kuantitas rumput sebagai sumber pakan utama domba- domba tersebut, harus terus dijaga dengan baik. Di Inggris bahkan rumput memiliki kontribusi sekitar 90% pada produksi daging mereka, sehingga budidaya rumput untuk penggembalaan ternak secara professional menjadi hal penting dalam sektor pangan mereka.
  • 76. Peternakan Lebah Madu Peternakan lebah madu adalah usaha tambahan lainnya untuk meningkatkan optimalisasi pemanfaatan lahan dan membantu sejumlah penyerbukan pada berbagai tanaman. Ada banyak jenis lebah madu, pertimbangan memilih jenis lebah madu juga didasarkan pada teknik budidayanya dan hasil madunya. Lebah madu lokal pada umumnya lebih mudah dibudidayakan seperti genus Trigona (stingless bee). Madu kaliandra juga salah satu madu terbaik dengan nilai ekonomi tinggi.
  • 77. Terimakasih Eko SB Setyawan Mobile : 081328841805 Biomass to Energy Entrepreneur eko.sbs@gmail.com @ekosbs http://inovasibiomasa.blogspot.com/