Promosi kesehatan untuk lansia tentang diabetes melitus dan asam urat dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan mereka. Kegiatannya meliputi pemeriksaan kesehatan, penyuluhan, senam lansia, dan diskusi interaktif. Harapannya lansia dapat meningkatkan pengetahuan untuk mencegah dan mengelola penyakit tersebut.
Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular : Epidemiologi Diabetes Melitus
Jurusan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka
Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular : Epidemiologi Diabetes Melitus
Jurusan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka
Pengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetesNiakhairani
penyakit Diabetes adalah penyakit degeneratif, di mana ada beberapa gangguan dalam metabolisme tubuh karbohidrat, lemak, protein, dan juga ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak memproduksi insulin sama sekali. Sel-sel dalam tubuh manusia membutuhkan energi dari gula (glukosa) untuk bisa berfungsi dengan normal.
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik karena adanya masalah pada pengeluaran insulin, aksi insulin atau keduanya (Ignatavicius, Workman, & Winkelman, 2016). Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher (2014) menyatakan bahwa penyakit ini merupakan masalah kesehatan serius di seluruh dunia dan prevalensinya meningkat dengan pesat. World Health Organization (WHO, 2016a) memperkirakan bahwa secara global, 422 juta orang dewasa berusia di atas 18 tahun yang hidup dengan diabetes pada tahun 2014. Hal ini juga didukung oleh data dari International Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa terdapat 382 juta orang (175 juta diperkirakan belum terdiagnosis) di dunia yang menderita DM pada tahun 2013, dari jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang di tahun 2035 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Kemenkes RI], 2014). Peningkatan penyakit ini sebagian besar akan terjadi di negara berkembang, disebabkan oleh pertumbuhan penduduk, penuaan, diet tidak sehat, obesitas dan gaya hidup yang menetap (WHO, 2016b).
Pengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetesNiakhairani
penyakit Diabetes adalah penyakit degeneratif, di mana ada beberapa gangguan dalam metabolisme tubuh karbohidrat, lemak, protein, dan juga ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak memproduksi insulin sama sekali. Sel-sel dalam tubuh manusia membutuhkan energi dari gula (glukosa) untuk bisa berfungsi dengan normal.
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik karena adanya masalah pada pengeluaran insulin, aksi insulin atau keduanya (Ignatavicius, Workman, & Winkelman, 2016). Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher (2014) menyatakan bahwa penyakit ini merupakan masalah kesehatan serius di seluruh dunia dan prevalensinya meningkat dengan pesat. World Health Organization (WHO, 2016a) memperkirakan bahwa secara global, 422 juta orang dewasa berusia di atas 18 tahun yang hidup dengan diabetes pada tahun 2014. Hal ini juga didukung oleh data dari International Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa terdapat 382 juta orang (175 juta diperkirakan belum terdiagnosis) di dunia yang menderita DM pada tahun 2013, dari jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang di tahun 2035 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Kemenkes RI], 2014). Peningkatan penyakit ini sebagian besar akan terjadi di negara berkembang, disebabkan oleh pertumbuhan penduduk, penuaan, diet tidak sehat, obesitas dan gaya hidup yang menetap (WHO, 2016b).
2. Update Situasi dan Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis_16 Mei 2024.pptx
PROPOSAL PROMOSI KESEHATAN GERONTIK_(KEL 5A).docx
1. PROPOSAL PROMOSI KESEHATAN
STASE GERONTIK
Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Sonia Amelia Pratiwi Br. Tarigan 211102112
2. Siti Sariana Putri Lubis 211102111
3. Irma Fahrita Harahap 211102064
4. Ratih Dinda Syafira Anak Ampun 211102025
5. Grace Carolina Sihombing 211102060
6. Monica Levina Br Siburian 211102083
7. Glory Fitry Hutagalung 211102059
8. Dinda Ayu Annisya 211102007
9. Hafnidar Br Sinaga 211102061
Dosen Pembimbing :
Iwan Rusdi, S.Kp., MNS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
2. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan
teknologi khususnya di bidang keperawatan gerontik, manusia yang memasuki
lanjut usia tentu pasti banyak pengalaman hidup tetapi memiliki sedikit
kesempatan menikmati masa tua dengan layak dikarenakan telah terjadi
penurunan kemampuan untuk mengurusi diri sendiri dan penyakit yang di
timbulkan oleh proses penuaan (Padila, 2013; Andri dkk, 2020). Lanjut usia
dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada kehidupan manusia. Lansia
memiliki karakteristik yaitu berusia lebih dari 60 tahun, memiliki kebutuhan
dan masalah yang beragam dari rentang sehat sampai sakit, kebutuhan
biopsikospritual serta dari kondisi maladaptif dan lingkungan tempat tinggal
yang bervariasi (Maryam et al, 2008; Putri dkk,2020).
Lansia atau lanjut usia merupakan periode dimana manusia telah
mencapai kematangan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa
dimana seseorang akan mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada
beberapa pendapat mengenai usia seseorang dianggap memasuki masa lansia,
yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang
70 tahun (Dinkes, 2020). Peningkatan usia sejalan dengan penurunan
fungsi organ tubuh sehingga menyebabkan timbulnya beberapa penyakit
degeneratif yang umum seperti diabetes mellitus dan penimbunan asam
urat (Azis et al., 2020).
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang di tandai dengan
tingginya kadar glukosa darah (hyperglikemia) sebagai akibat dari kekurangan
sekresi insulin, gangguan aktifitas insulina atau keduanya (American Diabetes
Association (ADA), 2004 dalam Bulu A dkk, 2019). DM terjadi bila insulin
yang di hasilkan tidak cukup untuk mempertahankan gula darah dalam batas
normal atau jika sel tubuh tidak mampu merespon dengan tepat sehingga akan
muncul keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsi, polifagia, penurunan berat
badan,kelemahan, kesemutan, pandangan kabur dan disfungsi ereksi pada laki
3. laki dan pruritus vulvae pada wanita (Soegondo dan Subekti, 2009; Bulu A
dkk, 2019).
Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multietiologi yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,
lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 2000 dalam
Yosmar dkk, 2018). Seseorang dikatakan menderita diabetes apabila pada
pemeriksaan darah dari pembuluh darah halus (kapiler) glukosa darah lebih
dari 120 mg/dL pada keadaan puasa dan/atau lebih dari 200 mg/dL untuk 2 jam
setelah makan. (Fransisca, 2012 dalam Yosmar dkk, 2018)
Secara umum, penyakit ini dibedakan menjadi dua tipe yaitu diabetes
melitus tipe 1 (DMT1) dan diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Tipe yang paling
umum ditemui di masyarakat yaitu sekitar 80% dari 90% semua kasus DM
merupakan DMT2 yang sebagian besar ditandai dengan adanya kondisi
hiperglikemia, resistensi insulin dan defisiensi relatif insulin. Banyak faktor
yang dapat terlibat dalam proses yang berhubungan dengan resistensi insulin,
termasuk gaya hidup seperti obesitas, kurangnya olahraga, peningkatan diet
tinggi lemak dan kurang serat, usia, serta faktor genetik (Prawitasari, 2019).
Lansia sangat rentan terkena diabetes, dikarenakan semakin tua seseorang
semakin berkurang pula kerja dari organ tubuhnya sehingga semakin
meningkat pula risiko terkena penyakit (CANRISK, 2011 dalam Yosmar dkk,
2018)
Pada kelompok usia lansia komplikasi DM tipe 2 akan lebih cepat terlihat
dibandingkan dengan kelompok usia yang lain. Faktor yang dapat memicu
kondisi tersebut karena secara fisiologis sudah terdapat penurunan fungsi
berbagai organ pada lansia, penurunan respon tubuh terhadap terapi, kondisi
stress yang berhubungan dengan kondisi kesehatannya juga dapat memicu
penurunan imunitas tubuh (Setiyorini & Wulandari, 2017).
Salah satu faktor resiko dari diabetes mellitus yaitu gaya hidup. gaya
hidup menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya
memelihara kondisi fisik, mental dan social berada dalam keadaan positif
4. (Bulu A dkk, 2019). Kondisi hiperglikemia pada DM yang tidak dikontrol
dapat menyebabkan gangguan serius pada sistem tubuh, terutama saraf dan
pembuluh darah (World Health Organization, 2018).
Asam urat disebut juga artritis gout, termasuk suatu penyakit
degeneratif yang menyerang persendian, dan paling sering dijumpai di
masyarakat terutama dialami oleh lanjut usia (lansia). Namun tak jarang
penyakit ini juga ditemukan pada golongan pra-lansia (Damayanti, 2012;
Simamora & Ellyanor, 2019). Insiden gout di Indonesia menduduki urutan
kedua setelah osteoarthritis (Festy, Rosyiatul, & Aris, 2011; Simamora &
Ellyanor, 2019). Faktor yang mempengaruhi kadar asam urat digolongkan
menjadi tiga: Faktor pri-mer, faktor sekunder dan faktor predisposisi. Pada
faktor primer dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor sekunder dapat
disebabkan oleh dua hal, yaitu produksi asam urat yang berlebihan dan
penurunan ekskresi asam urat. Pada faktor predisposisi dipengaruhi oleh
usia, jenis kelamin, dan iklim (Muttaqin, 2008). Faktor sekunder dapat
berkembang dengan penyakit lain (obesitas, diabetes melitus, hipertensi,
polisitemia, leukemia, mieloma, anemiasel sabit dan penyakit ginjal
(Simamora & Ellyanor, 2019).
Diabetes Mellitus memiliki kaitan dengan kejadian asam urat dimana
kadar asam urat juga dapat ditandai dengan terjadinya hiperurisemia yang
merupakan salah satu ciri-ciri pada penderita diabetes mellitus. Hiperurisemia
terjadi bila kadar asam urat melebihi daya larutnya dalam plasma yaitu 6,7
mg/dL pada suhu 37°C. Kondisi ini dapat disebabkan karena ketidak
seimbangan antara produksi yang berlebihan,dan penurunan ekskresi atau
gabungan keduanya. Produksi yang berlebihan terjadi pada keadaan diet tinggi
purin, alkoholisme, turn over nukleotida yang meningkat, obesitas, dan
dislipidemia. Sedangkan penurunan ekskresi asam urat terjadi pada penyakit
ginjal, hipertensi, penggunaan diuretik, resistensi insulin, dan kadar estrogen
yang rendah (Johnson dkk., 2003). Pokok masalah dari Diabetes Mellitus dan
Asam Urat adalah gangguan pada sirkulasi darah dan resistensi insulin pada
penderita Diabetes Mellitus yang memainkan peran sebagai faktor pemicu
5. perkembangan Asam Urat. Hal ini disebabkan sirkulasi darah yang buruk
memungkinkan Asam Urat muncul dimana kerja ginjal melemah dan tidak
efisien ketika melepaskan purin menyebabkan tingkat keasaman pada darah
meningkat dan pH menjadi tidak seimbang. Selain itu adapula faktor yang
mempengaruhi munculnya komplikasi lain pada diabetes mellitus yaitu pola
makan atau perilaku makan yang keliru (Hapsari dkk, 2017).
Pencegahan DM yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat perubahan
gaya hidup pasien, seperti meningkatkan diet dan latihan fisik (International
Diabetes Federation, 2017; Kusnanto dkk, 2019). Gaya hidup meliputi
kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat badan, tidak merokok atau minum-
minuman beralkohol, berolahraga secara teratur dan terampil dalam mengelola
stres yang di alami (Bulu A dkk, 2019). Pengobatan diabetes yang paling
utama yaitu mengubah gaya hidup terutama mengatur pola makan yang sehat
dan seimbang (Chatterjee, et al., 2018; Kusnanto dkk, 2019). Hal ini akan
dapat diterapkan jika lansia memiliki pengetahuan yang adekuat tentang
penyakit tersebut.
Penyuluhan kesehatan sangatlah penting bagi masyarakat penderita Gout
Arthritis agar lebih memahami tentang penyakit tersebut dan dapat merubah
pola hidupnya demi tercapainya hidup sehat. Terdapat perubahan perilaku
meliputi pengetahuan dan sikap pada lansia setelah diberikan Penyuluhan
kesehatan tentang Gout Arthritis (Kurniawati dkk, 2014). Menurut
Notoatmodjo (2007, dalam Kurniawati, 2014) menyatakan bahwa pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Oleh karena
itu, kelompok ingin melakukan penyuluhan kepada lansia tentang Diabetes
Mellitus dan Asam Urat untuk menambah pengetahuan lansia sehingga mampu
melakukan pencegahan atau perawatan yang meningkatkan kualitas hidup.
6. 2. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman lansia tentang penyakit
Diabetes Melitus dan Asam Urat
3. Tujuan Khusus
Meningkatkan pengetahuan lansia tentang Diabetes Melitus dan Asam
Urat, yaitu mengenai :
3.1. Pengertian Diabetes Melitus dan Asam Urat
3.2. Penyebab dan factor resiko Diabetes Melitus dan Asam Urat
3.3. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus dan Asam Urat
3.4. Pencegahan Diabetes Melitus dan Asam Urat
3.5. Pengobatan Diabetes Melitus dan Asam Urat
3.6. Perawatan Diabetes Melitus dan Asam Urat
7. B. Strategi/solusi penyelesaian masalah
• Promosi kesehatan tentang Diabetes Melitus dan Asam Urat
• Melakukan senam lansia
C. Waktu dan tempat pelaksanaan
Waktu : Jumat, 10 Juni 2022
Tempat : Jln. Banteng hulu tembung medan tembung
D. Target kegiatan
Target kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan mengenai diabetes
melitus dan Asam Urat. Adapun jumlah target kegiatan ini adalah 6-10 orang
lansia (lansia dengan penyakit dan lansia yang beresiko diabetes mellitus dan
Asam Urat)
E. Struktur organisasi kegiatan
• Ratih Dinda : Ketua Pelaksana
• Glory Fitry Hutagalung : Moderator acara penkes
• Grace Carolina Sihombing : PJ Promosi Kesehatan Diabetes Melitus
• Sonia Amelia Pratiwi : Anggota Promosi Diabetes Melitus
• Dinda Ayu Annisya : PJ Promosi Kesehatan Asam Urat
• Irma Fahrita Harahap : Anggota Promosi Kesehatan Asam Urat
• Hafnidar : Pemeriksa kgd dan asam urat
• Siti : PJ Senam Kaki Lansia
• Monica Levina Br Siburian : PJ dokumentasi kegiatan dan konsumsi
F. Rondown Acara
1. Salam pembuka, perkenalkan, serta maksud dan tujuan (09.00-09.15)
2. Pemeriksaan tekanan darah, kadar gula darah dan asam urat (09.15-09.30)
3. Pemaparan materi tentang Diabetes Melitus dan Asam Urat (9.30-10.30)
4. Senam Kaki lansia (10.30-11.10)
5. Penutup dan pembagian kue kotak (11.20-11.40)
8. G. Pembiayaan
• Sumber Dana : Kumpulan Anggota
• Rician Biaya
No Nama Barang Satuan Harga
1. Leaflet 25 lembar Rp 46.000
2. Aqua 1 kotak Rp 14.000
3. Spanduk 1 pcs Rp 24.000
4. Kue kotak 25 biji Rp 187,500
5. Kue bolu 1 Rp 43.000
5. Lanset 1 bungkus Rp 15.000
6. Strip gula darah 1 botol Rp 87.000
7. Strip asam urat 1 botol Rp 97.000
Jumlah Rp. 513.500
H. Media/materi/alat yang digunakan
• Leaflet
• Tensimeter
• Spanduk
• Kursi
• Cek KGD dan Asam Urat
I. Evaluasi kegiatan/indikator keberhasilan
Jumlah lansia yang berhadir dalam kegiatan promkes yaitu 14 orang. Kegiatan promkes
berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang direncanakan. Lansia dapat mengikuti
kegiatan dengan baik, memberi perhatian penuh saat penyuluhan, serta antusias saat
mengikuti pemeriksaan, tanya jawab (diskusi) dan senam. Lansia menyampaikan bahwa
mereka merasa senang dengan diadakannya kegiatan ini, bermanfaat untuk mereka,
bahkan mereka juga berharap akan ada lagi kegiatan seperti ini kedepannya.
9. REFERENSI
Andri, J., Padila, P., Sartika, A., Putri, S. E. N., & Harsismanto, J. (2020). Tingkat
Pengetahuan terhadap Penanganan Penyakit Rheumatoid Artritis pada
Lansia. Jurnal Kesmas Asclepius, 2(1), 12-21.
Azis, W. A., Muriman, L. Y., & Burhan, S. R. (2020). Hubungan Tingkat
Pengetahuan dengan Gaya Hidup Penderita Diabetes Mellitus.
Jurnal Penelitian Perawat Profesional.
https://doi.org/10.37287/jppp.v2i1.52
Bulu, A., Wahyuni, T. D., & Sutriningsih, A. (2019). Hubungan antara tingkat
kepatuhan minum obat dengan kadar gula darah pada pasien diabetes
melitus tipe ii. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 4(1).
Dinkes. (2020). Kenali Perubahan Pada Lansia:
https://dinkes.depok.go.id/User/DetailArtikel/kenali-perubahan-pada-lansia.
Diakses 05 Juni 2022 21:55
Hapsari, E.H., Junet, F.C., Franzesca, D.W. 2017. Pengaruh Penyuluhan Tentang
Pola Makan Pada Penderita Diabetes Dengan Dan Tanpa Komplikasi Di
Kecamatan Getasan. Jurnal Ilmu Kesehatan, 5 (2).
Kurniawati, E., Kaawoan, A., Onibala, F. 2014. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan
Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Klien Gout Arthritis Di Puskesmas
Tahuna Timur Kabupaten Sangihe. E-Journal Unsrat.
Kusnanto, K., Sundari, P. M., Asmoro, C. P., & Arifin, H. (2019). Hubungan
tingkat pengetahuan dan diabetes self-management dengan tingkat stres
pasien diabetes melitus yang menjalani diet. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 22(1), 31-42.
Prawitasari, D. S. (2019). Diabetes melitus dan antioksidan. KELUWIH: Jurnal
Kesehatan dan Kedokteran, 1(1), 48-52.
Simamora, R.H., & Ellyanor, S. 2019. Penyuluhan kesehatan masyarakat:
Penatalaksanaan perawatan penderita asam urat menggunakan media
audiovisual. Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, 6 (1).
Setiyorini, E., & Wulandari, N. A. (2017). Hubungan Lama Menderita Dan
10. Kejadian Komplikasi Dengan Kualitas Hidup Lansia Penderita Diabetes
Mellitus. Research Report, 75–82.
Yosmar, R., Almasdy, D., & Rahma, F. (2018). Survei risiko penyakit diabetes
melitus terhadap masyarakat Kota Padang. Jurnal sains farmasi &
klinis, 5(2), 134-141.
11. Lampiran SAP dan Leaflet
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIABETES MELITUS
Pokok Bahasan : Diabetes Melitus
Sasaran : Lansia
Pelaksanaan/Waktu : Jumat, 10 Juni 2022/ 09.00 WIB
Tempat : Jl. Banteng Hulu Pasar 7 Kecamatan Medan
Tembung, Medan
Penyuluh : Mahasiswi Ners Fakultas Keperawatan USU
I. Latar Belakang
II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan materi penyuluhan mengenai Diabetes Melitus ,
diharapkan :
Peserta dapat memahami, mengerti dan mengetahui tindakan yang harus
dilakukan apabila terkena Diabetes Melitus.
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta dapat :
6. Setelah mengikuti penyuluhan lansia dapat menjelaskan pengertian
Diabetes Melitus.
7. Setelah mengikuti penyuluhan lansia dapat menyebutkan tanda dan
gejala Diabetes Melitus
8. Setelah mengikuti penyuluhan lansia dapat menyebutkan Faktor resiko
Diabetes Melitus
9. Setelah mengikuti penyuluhan lansia dapat menyebutkan pencegahan
Diabetes Melitus
III.Pokok Bahasan
a. Materi Penyuluh
a) Pengertian Diabetes Melitus
b) Tanda dan gejala Diabetes Melitus
c) Faktor resiko Diabetes Melitus
d) Pencegahan Diabetes Melitus
b. Kegiatan Penyuluh
1) Menjelaskan Pengertian Diabetes Melitus
12. 2) Menjelaskan Tanda dan gejala Diabetes Melitus
3) Menjelaskan Faktor resiko Diabetes Melitus
4) Menjelaskan Pencegahan Diabetes Melitus
IV. Strategi Proses Pembelajaran
Topik : Diabetes Melitus
Waktu : Jumat, 10 Juni 2022
Tempat : Jl. Banteng Hulu Pasar 7 Kecamatan Medan Tembung, Medan
V. Sasaran
Sasaran : Lansia
VI. Strategi Pelaksanaan
1. Pemeriksaan Kadar Gula Darah
2. Ceramah
3. Tanya jawab
VII.Media
Media yang digunakan adalah leaflet
VIII. Klasifikasi Evaluasi
a) Struktur persiapan
Menyiapkan media penyuluhan dan alat pemeriksaan KGD
Menyiapkan tempat
Menyiapkan peserta.
b) Proses
No Tahap/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Klien
1 Pra Interaksi
(5 menit)
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan maksud dan tujuan
4. Kontrak waktu dan
menyampaikan pokok
pembahasan
1. Menjawab salam
2. Mendengarkan
3. Memperhatikan
4. Menyetujui kontrak dan
mendengarkan
2. Interaksi
(10 menit)
1. Pemeriksaan KGD
Menjelaskan tentang :
1) Menjelaskan Pengertian
Diabetes Melitus
2) Menjelaskan Tanda dan
Gejala Diabetes Melitus
3) Menjelaskan Faktor resiko
Diabetes Melitus
4) Menjelaskan Pencegahan
Bersedia diperiksa
Menyimak dan
memperhatikan
13. Diabetes Melitus.
3 Terminasi
(5 menit)
1. Menyimpulkan materi dan Tanya
jawab
2. Mengevaluasi dengan memberi
pertanyaan
3. Mengucapkan salam penutup
1. Memperhatikan dan
Mengajukan pertanyaan
pada pemberi materi
2. Menjawab pertanyaan
cukup baik
3. Menjawab salam
IX. Evaluasi Kegiatan
Apa pengertian dari Diabetes Melitus?
Jawab :
Sebutkan Tanda dan Gejala Diabetes Melitus ?
Jawab:
Bagaimana cara mencegah Diabetes Melitus?
Jawab :
14. MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis
ditandai dengan tingginya kadar gula darah. Diabetes Mellitus (DM)
adalah suatu penyakit kronisByang terjadi ketika pankreas tidak dapat
menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup, atau ketika tubuh tidak
dapat menggunakan insulin yang dihasilkan dengan efektif. Menurut
American Diabetes Assosiation (ADA), DM adalah suatu penyakit dimana
tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara normal.
Menurut kriteria who (1999), kadar glukosa normal darah vena pada waktu
puasa tidak melebihi 126 mg/dl dan 2 jam sesudah beban glukosa oral 75
gr tidak melebihi 200 mg/dl. Apabila hormon insulin yang dihasilkan oleh
sel beta pankreas tidak memadai untuk mengubah glukosa menjadi sumber
energi bagi sel, maka glukosa tersebut akan tetap berada dalam darah dan
kadar glukosa dalam darah akan meningkat sehingga timbullah DM.
2. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus
Adapun tanda dan gejala diabetes melitus yaitu:
Sering buang air kecil terutama pada malam hari
Cepat lapar dan dahaga
Berat badan menurun nafsu makan bertambah
Ibu yang melahirkan bayi lebih dari 4 kg
Penglihatan kabur
Cepat lelah dan mengantuk
Kesemutan
3. Faktor Resiko Diabetes Melitus
Kegemukan (berat badan lebih/ IMT >23 kg/m²) dan lingkar perut
(pria >90 cm dan perempuan >80 cm)
Kurang aktivitas fisik
Riwayat penyakit jantung
Diet tidak seimbang (tinggi gula, garam, lemak, dan rendah serat)
Riwayat keluarga dengan DM
4. Pencegahan Diabetes Melitus
Hindari konsumsi alkohol dan tidak merokok
Cek kesehatan secara teratur
Konsumsi lebih banyak sayur dan buah
Jaga berat badan agar tetap ideal
Kenali faktor resiko diabetes dan beraksi segera
15.
16. SATUAN ACARA PENYULUHAN
ASAM URAT
Pokok Bahasan : Asam Urat
Sub Pokok Bahasan :
1) Pengertian asam urat
2) Penyebab asam urat
3) Gejala asam urat
4) Pencegahan asam urat
Sasaran : Lansia
Pelaksanaan/Waktu : Jumat, 10 Juni 2022/ 09.00 WIB
Tempat : Jl. Banteng Hulu Pasar 7 Kecamatan Medan
Tembung, Medan
Penyuluh : Mahasiswi Ners Fakultas Keperawatan USU
X. Latar Belakang
XI. Tujuan
c. Tujuan Umum
Setelah diberikan materi penyuluhan mengenai Asam Urat , diharapkan :
Peserta dapat memahami, mengerti dan mengetahui tindakan yang harus
dilakukan apabila terkena asam urat.
d. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta dapat :
10. Setelah mengikuti penyuluhan lansia dapat menjelaskan pengertian
asam urat.
11. Setelah mengikuti penyuluhan lansia dapat menyebutkan penyebab
asam urat
12. Setelah mengikuti penyuluhan lansia dapat menyebutkan gejala
asam urat
17. 13. Setelah mengikuti penyuluhan lansia dapat menyebutkan
Pencegahan asam urat
XII.Pokok Bahasan
b. Materi Penyuluh
5) Pengertian asam urat
6) Penyebab asam urat
7) Gejala asam urat
8) Pencegahan asam urat
b. Kegiatan Penyuluh
5. Menjelaskan Pengertian asam urat
6. Menjelaskan penyebab asam urat
7. Menjelaskan gejala asam urat
8. Menjelaskan Pencegahan asam urat
XIII. Strategi Proses Pembelajaran
Topik : asam urat
Waktu : Jumat, 10 Juni 2022
Tempat : Jl. Banteng Hulu Pasar 7 Kecamatan Medan Tembung, Medan
XIV. Sasaran
Sasaran : Lansia
XV.Strategi Pelaksanaan
4. Pemeriksaan asam urat
5. Ceramah
6. Tanya jawab
XVI. Media
Media yang digunakan adalah leaflet
18. XVII. Klasifikasi Evaluasi
c) Struktur persiapan
Menyiapkan media penyuluhan dan alat pemeriksaan asam urat
Menyiapkan tempat
Menyiapkan peserta
d) Proses
No Tahap/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Klien
1 Pra Interaksi
(5 menit)
5) Mengucapkan salam
6) Memperkenalkan diri
7) Menjelaskan maksud dan tujuan
8) Kontrak waktu dan
menyampaikan pokok
pembahasan
5. Menjawab salam
6. Mendengarkan
7. Memperhatikan
8. Menyetujui kontrak dan
mendengarkan
2. Interaksi
(10 menit)
e) Pemeriksaan asam urat
Menjelaskan tentang :
2. Menjelaskan Pengertian asam
urat
3. Menjelaskan penyebab asam
urat
4. Menjelaskan gejala asam urat
5. Menjelaskan Pencegahan
asam urat.
Bersedia diperiksa
4. Menyimak dan
memperhatikan
5. Mendengarkan dan
memperhatikan
6. Mendengarkan dan
memperhatikan
7. Mendengarkan dan
memperhatikan
3 Terminasi
(5 menit)
Menyimpulkan materi dan Tanya
jawab
Mengevaluasi dengan memberi
pertanyaan
Mengucapkan salam penutup
4. Memperhatikan dan
Mengajukan pertanyaan
pada pemberi materi
5. Menjawab pertanyaan
cukup baik
6. Menjawab salam
20. MATERI PENYULUHAN
Definisi Asam Urat
Asam urat (gout) adalah penyakit kelainan metabolisme
dimana terjadi produksi asam urat berlebihan atau penumpukan
asam urat dalam tubuh secara berlebihan. Peningkatan produksi asam
urat menyebabkan peradangan sendi dan pembengkakan sendi. Asam
urat adalah zat hasil metabolisme purindalam tubuh. Kadar asam urat
dapat diketahui melalui hasil pemeriksaan darah dan urin.
Gangguan metabolisme yang mendasarkan arthritis gout adalah
hipeuresemia yang didefinisikan sebagai peninggian kadar urat lebih dari
7,0 ml/dl untuk pria dan 6,0 ml/dl untuk wanita (Tehupelory, 2006).
Asam urat adalah asam yang berbentuk Kristal-kristal yang merupakan
hasil akhir dari metabolism purin (berbentuk turunan nucleoprotein), yaitu
salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh
(Suryo Wibowo, 2006).
2. Penyebab Asam Urat
Penyakit gout primer
Penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan
dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa
juga diakibatkan karena berkurangnya produksi asam urat dari
tubuh.
Penyakit gout sekunder
Disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam
urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar
purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic
21. yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk
dalam kelompok asam amino, unsure pembentuk protein.
Adapun penyebab yang lainnya, antara lain:
1. Faktor genetik dan hormonal
Hal ini dapat menyebabkan gangguan metabolism yang
dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat.
2. Jenis kelamin dan umur
Presentase pria : wanita 2; pria lebih beresiko terjadinya
asam urat yaitu umur 30 tahun ke atas, sedangkan wanita
terjadi pada usia menopause sekitar umur 50-60 tahun.
3. Berat badan
Kelebihan berat badan dapat meningkatkan resiko
hiperuresemia dan gout berkembang karena ada jaringan
yang tersedia untuk omset atau kerusakan, yang
menyebabkan kelebihan asam urat.
4. Konsumsi alkohol
Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan
hiperuresemia, karena alkohol menganggu penghapusan
asam urat dari tubuh.
5. Diet
Makan-makanan yang mengandung tinggi purin dapat
menyebabkan atau memperburuk asam urat.
3. Tanda dan Gejala Asam Urat
Gejala khas dari serangan artritis gout adalah serangan akut
biasanya bersifat monoartikular (menyerang satu sendi saja)
dengan gejala pembengkakan, kemerahan, nyeri hebat, panas
dan gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi
22. mendadak (akut) yang mencapai puncaknya kurang dari 24
jam.
Lokasi yang paling sering pada serangan pertama adalah
sendipangkal ibu jari kaki. Hampir pada semua kasus, lokasi
artritis terutama pada sendi perifer dan jarang pada sendi
sentral.
Perjalanan penyakit gout sangat khas dan mempunyai 3
tahapan.
1. Tahap pertama disebut tahap artritis gout akut. Pada tahap
ini penderitaakan mengalami seranganartritis yang
khasdanserangan tersebut akan menghilang tanpa
pengobatan dalam waktu 5 – 7hari. Setelah serangan
pertama, penderita akan masuk pada gout interkritikal.
Pada keadaan ini penderita dalam keadaan sehat selama
jangka waktu tertentu.
2. Tahap kedua disebut sebagai tahap artritis gout akut
intermiten yang ditandai dengan serangan artritis yang
khas. Selanjutnya penderita akan sering mendapat
serangan (kambuh) yang jarak antara serangan yang satu
dan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan
lama, serangan makin lama makin panjang, serta jumlah
sendi yang terserang makin banyak.
3. Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik
bertofus. Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita
sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini akan
terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering
meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa
benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang
merupakan deposit dari kristal monosodium urat.
23. 4. Pencegahan Asam Urat
Pencegahan asam urat yaitu:
mengatur pola makan
menghindari kebiasan buruk yang meningkatkan resiko
terjadi asam urat
melakukan aktivitas yang sehat