Musni Umar Tugas Pemimpin dan Pentingan Membangun Masyarakat Madani di Indonesia
Musni Umar: HUT PDIP, Megawati dan Jokowi
1.
2. HUT PDIP, Megawati dan Jokowi
Oleh Musni Umar, Ph.D
Sociologist and Researcher
3. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada
10 Januari 2014 genap berusia 41. Setiap berulang
tahun selain melakukan seremonial seperti pidato,
apel, potong tumpeng, makan bersama, dan doa
bersama, juga melakukan introspeksi untuk
mengevaluasi apa-apa yang sudah dilakukan, apaapa yang belum dilaksanakan, tantangan dan
hambatan dalam melaksanakan program, dan
melihat kembali program yang akan dilaksanakan
untuk memajukan masyarakat, bangsa dan negara.
Selain itu, memperbaharui niat dan tekad untuk
semakin meningkatkan pengabdian untuk
mewujudkan cita-cita kemerdekaan Republik
Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD
1945.
4. Memenangkan Pemilu 2014
Oleh karena tahun ini (2014) merupakan tahun
politik, maka dalam suasana memeringati HUT PDIP,
hal yang sangat penting dilakukan ialah
membangkitkan tekad dan mengobarkan semangat
kepada seluruh pimpinan PDIP dari pusat sampai di
berbagai daerah seluruh Indonesia, semua kader,
terutama calon anggota legislatif di semua
tingkatan serta simpatisan PDIP untuk berjuang
sekeras-kerasnya memenangkan pemilu 2014.
Dua pemilu yang akan dilaksanakan bangsa
Indonesia, yaitu pemilu legislatif 9 April 2014 dan
pemilu Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli 2014
harus dimenangkan PDIP.
5. Momentum Menang Terbuka Lebar
Dua pemilu yang akan dilaksanakan bangsa Indonesia, PDIP tidak
punya pilihan kecuali memenangkannya. Momentum untuk
memenangkan pemilu 2014 terbuka lebar. Pertama, PDIP sudah
10 tahun beroposisi dan berada diluar kekuasaan. Rakyat telah
menghukum PDIP selama dua pemilu dengan memberi
kemenangan kepada partai politik lain dan figur lain untuk
memimpin bangsa dan negara ini. Ternyata keadaan rakyat kecil
(wong cilik) tidak semakin baik. Maka saatnya rakyat memberi
kesempatan lagi kepada PDIP dengan memilih PDIP Nomor Urut 4
dalam pemilu legislatif 2014 dan memilih calon Presiden dari PDIP.
Kedua, partai politik dan figur pemimpin yang diberi amanah oleh
rakyat melalui pemilu 2004 dan 2009 untuk memimpin bangsa dan
negara, tidak membawa perbaikan dan peningkatan kehidupan
masyarakat luas sesuai amanat pembukaan UUD 1945 antara lain
untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa. Maka diperlukan perubahan. Rakyat sebagai
pemilik kekuasaan, rubahlah Indonesia melalui pemilu 2014.
6. Ketiga, kehidupan masyarakat bawah semakin terpuruk akibat mahalnya
sembilan bahan pokok (sembako). Pemerintah yang dipilih rakyat melalui
pemilu 2009 seolah tutup mata dan tidak ada upaya maksimal untuk
mengatasi penderitaan rakyat.
Dalam realitas, pemimpin yang dipilih rakyat dalam pemilu 2009, lebih
banyak berwacana dan membangun citra daripada berbuat - mengatasi dan
menyelesaikan persoalan yang dihadapi rakyat, bangsa dan negara
Keempat, kemiskinan gagal diatasi. Pemerintah sudah mengakui susah
mengatasi kemiskinan di Indonesia. Anehnya, BPS terus menyampaikan
data bahwa kemiskinan terus mengalami penurunan. Itu terjadi karena
batas garis kemiskinan yang ditetapkan BPS tidak masuk akal. Badan Pusat
Statistik telah menggunakan batas garis kemiskinan yang baru. Sejak Maret
2011, batas garis kemiskinan adalah pengeluaran Rp 233.740 per kapita per
bulan (Kompas.com, 12/1/2014). Artinya, dikatakan sudah tidak miskin
kalau berpenghasilan per tiap-tiap kepala (perkapita) sebesar Rp 7.791/hari.
Pertanyaannya, adakah yang bisa hidup di DKI Jakarta atau diberbagai
daerah dengan penghasilan sebesar itu? Penghasilan sebesar itu hanya bisa
membeli 1 kilogram beras. Pada hal banyak sekali kebutuhan lainnya yang
diperlukan untuk bisa hidup tiap hari.
7. Kelima, korupsi makin merajalela. Partai politik dan
pemimpin yang dipilih mayoritas rakyat Indonesia
dalam pemilu 2009 gagal membangun pemerintahan
yang bebas dari korupsi.
Selain itu, sangat banyak persoalan yang dialami rakyat
Indonesia dan persoalan bangsa dan negara yang tidak
diatasi.
Dengan banyaknya persoalan yang menimpa rakyat,
bangsa dan negara, maka rakyat tidak punya pilihan
kecuali melakukan perubahan dalam pemilu 2014
dengan memilih wakil-wakil rakyat yang dapat
dipercaya. Kader-kader PDIP yang menjadi calon
anggota parlemen, nampaknya siap melakukan koreksi
dan perubahan untuk Indonesia baru yang maju, adil
dan sejahtera.
8. Isyarat Suksesi di PDIP
Megawati Sukarno Putri, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP) sebagai pemegang mandat dari Kongres PDIP
dan Rakernas untuk menetapkan calon Presiden RI dari PDIP,
sampai saat ini belum mengeluarkan keputusan, apakah akan
tampil kembali menjadi calon Presiden RI atau melakukan suksesi
kepada kadernya yang telah dipersiapkan.
Menurut saya, Ibu Megawati belum mengeluarkan keputusan,
tetapi telah memberi berbagai isyarat. Pertama, Ibu Mega dan
Gubernur Jokowi melakukan blusukan, dan bahkan pernah makan
bersama di Warteg.
Kedua, Jokowi diberi kepercayaan membacakan “Dedication of
Life” dari Bung Karno pada saat Rakernas di Ancaol beberapa
waktu lalu,
Ketiga, Ibu Mega sewaktu pidato pembukaan di Rakernas PDIP di
Ancol Jakarta sebanyak 4 (empat) kali menyebut nama Jokowi.
9. Keempat, Ibu Mega dan Jokowi sering melakukan
pertemuan empat mata yang tidak banyak diketahui
oleh publik dan tidak dipublikasikan.
Kelima, ibu menyerahkan tumpengan kepada
Jokowi pada saat HUT PDIP ke 41 di Kantor PDIP
lenteng Agung Jakarta Selatan.
Kelima hal tersebut merupakan isyarat bahwa ibu
Mega akan melakukan suksesi dan mendorong
Jokowi, kader PDIP untuk menjadi calon Presiden RI.
Pengumuman calon Presiden dari PDIP akan dilihat
momentum yang tepat, dan kemungkinan besar
sebelum pemilu legislatif 9 April 2014.
10. Kesimpulan
PDIP mendapat momentum emas pada 2014 untuk
memenangi pemilu legislatif dan pemilu Presiden RI
dengan munculnya figur Jokowi yang tegas, merakyat,
dan telah memberi bukti bisa memimpin dengan baik
dan memberi hasil yang nyata, baik selama memimpin
Kota Surakarta (Solo) maupun setelah menjadi
Gubernur DKI Jakarta.
Sebagai manusia, tentu ada kelemahan dan
kekurangannya, tetapi masyarakat melihat lebih banyak
kebaikannya daripada kekurangannya, sehingga jatuh
hati kepada Jokowi. Kebaikan dan gebrakannya yang
banyak itu, kemudian dipublikasikan secara luas oleh
media, dan mendapat respon positif dari masyarakat
luas di DKI Jakarta dan seluruh Indonesia.
11. Ibu Mega telah melihat realitas yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat yang menginginkan
perubahan sebagai respon atas ketidak-puasan
masyarakat terhadap kepemimpinan yang ada
sekarang, sehingga ingin ada perubahan. Perubahan
itu ada pada diri Jokowi, yang model kepemimpinannya
merupakan antitesa dari kepemimpinan sekarang.
Ibu Mega telah memberi isyarat, dan bagi yang arif dan
bijaksana, hendaknya menangkap isyarat tersebut
sehingga tidak usaha melakukan manuver untuk
memaksa ibu Mega segera mengumumkan pencalonan
Jokowi sebagai calon Presiden RI, karena beliau juga
paham dan mengetahui tren perubahan yang
diinginkan masyarakat.
Jakarta, 12 Januari 2014