Dokumen tersebut membahas program pengembangan industri hasil hutan dan perkebunan Indonesia. Secara garis besar mencakup potensi sumber daya alam yang berlimpah seperti CPO, karet, dan rotan; peningkatan produksi dan ekspor industri pulp, kertas, kayu olahan, serta crumb rubber; serta upaya pengembangan industri turunan CPO dengan memanfaatkan kekuatan iklim tropis dan teknologi yang dimiliki.
Dokumen tersebut membahas latar belakang perlunya revitalisasi industri nasional secara sistematis dan berkelanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja. Dokumen ini mengusulkan pengembangan Visi 2030 dan Roadmap Industri Nasional 2010 untuk merencanakan pengembangan industri secara bertahap hingga tahun 2030 dengan fokus pada investasi asing dan ekspor non migas sebagai penggerak pertumbuhan. Dokumen ini juga
Dokumen tersebut membahas kondisi keenergian nasional Indonesia dan tantangan yang dihadapi. Sumber daya energi terdiri dari tak terbarukan seperti minyak dan gas serta terbarukan seperti air dan matahari. Indonesia memiliki cadangan minyak, gas, dan batubara yang besar namun belum mandiri dan ketahanan energi. Dokumen ini menganalisis gap antara produksi dan kebutuhan energi serta infrastruktur kelistrikan nasional yang perlu ditingkatkan.
Dokumen tersebut membahas rencana pembangunan industri logam berbasis mineral tambang di Indonesia, termasuk strategi hilirisasi industri besi baja, aluminium, tembaga, dan nikel untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri hingga tahun 2025."
Dokumen tersebut membahas latar belakang perlunya revitalisasi industri nasional secara sistematis dan berkelanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja. Dokumen ini mengusulkan pengembangan Visi 2030 dan Roadmap Industri Nasional 2010 untuk merencanakan pengembangan industri secara bertahap hingga tahun 2030 dengan fokus pada investasi asing dan ekspor non migas sebagai penggerak pertumbuhan. Dokumen ini juga
Dokumen tersebut membahas kondisi keenergian nasional Indonesia dan tantangan yang dihadapi. Sumber daya energi terdiri dari tak terbarukan seperti minyak dan gas serta terbarukan seperti air dan matahari. Indonesia memiliki cadangan minyak, gas, dan batubara yang besar namun belum mandiri dan ketahanan energi. Dokumen ini menganalisis gap antara produksi dan kebutuhan energi serta infrastruktur kelistrikan nasional yang perlu ditingkatkan.
Dokumen tersebut membahas rencana pembangunan industri logam berbasis mineral tambang di Indonesia, termasuk strategi hilirisasi industri besi baja, aluminium, tembaga, dan nikel untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri hingga tahun 2025."
Dokumen tersebut membahas tentang lingkungan politik internasional yang mempengaruhi industri minyak kelapa sawit Indonesia. Ia menjelaskan bahwa Indonesia adalah produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia, dengan ekspor sekitar 14,5 juta ton per tahun. Namun, sebagian besar CPO diolah lebih lanjut di luar negeri. Dokumen ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan industri hilir CPO di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang industri di Kabupaten Humbang Hasundutan. Terdapat berbagai jenis industri di kabupaten tersebut seperti industri pengolahan kopi, kacang garing, kemenyan, serta mebel kayu. Industri-industri tersebut tersebar di berbagai kecamatan di kabupaten tersebut.
Dokumen tersebut membahas mengenai upaya peningkatan agribisnis kopi nasional di Indonesia, meliputi peningkatan luas areal tanam, produksi, dan produktivitas kopi; pengembangan kopi arabika dan robusta sebagai komoditas unggulan; serta tantangan dan peluang pengembangan kopi, seperti peningkatan mutu, penerapan budidaya berkelanjutan, dan pengembangan klaster agribisnis kopi.
Industri pulp dan kertas Indonesia menghadapi berbagai tantangan seperti kampanye hitam LSM, tuduhan praktek dumping oleh Jepang, dan peraturan ekspor baru. Kinerja keuangan perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di BEI umumnya mengalami peningkatan, meskipun belum sesuai rata-rata industri, khususnya pada rasio likuiditas dan profitabilitas.
Dokumen tersebut membahas tentang kedaulatan pangan Indonesia sebelum dan sesudah Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Secara khusus membahas peluang dan tantangan dalam perdagangan hortikultura dengan negara-negara ASEAN dan China melalui kesepakatan seperti ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). Juga membandingkan produksi pangan utama Indonesia dengan negara lain.
Presentasi Dewan Kedelai Nasional (Dekenas) KadinBio Perforasi
Dokumen tersebut membahas tentang upaya meningkatkan produksi kedelai di Indonesia agar dapat mencapai swasembada. Saat ini, lebih dari 90% kebutuhan kedelai diimpor karena produksi dalam negeri sangat kecil akibat berbagai hambatan. Dewan Kedelai Nasional berupaya meningkatkan koordinasi antar pemangku kepentingan, meningkatkan produktivitas, memperluas lahan, dan mendorong investasi untuk mencapai target 1,15 juta ha la
Pengembangan IKM dalam meningkatkan peran wirausaha wanitaKacung Abdullah
Dokumen tersebut membahas upaya peningkatan peran wirausaha wanita melalui pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) di Indonesia. Beberapa poin utama yang disinggung adalah peningkatan jumlah wirausaha baru wanita melalui pelatihan dan pemberian modal, pembentukan kelompok usaha bersama (KUB) wanita, serta promosi hasil produk IKM wanita untuk memasuki pasar domestik dan internasional.
Bab II membahas aspek pemasaran plat percetakan. Terdapat pasar pasti (captive market) dan pasar potensial. Permintaan plat percetakan di Indonesia besar, dengan impor mencapai 2,5 juta kg per tahun. Produk awal yang akan dipasarkan adalah plat percetakan, dengan target penjualan 12.000 lembar per bulan. Harga jual ditetapkan berkisar Rp27.500-Rp40.000 per lembar tergantung asal negara.
Dokumen tersebut membahas industri pengolahan nata de coco di Indonesia, khususnya di Lampung Selatan. Nata de coco merupakan produk olahan air kelapa yang memiliki prospek bisnis menjanjikan karena permintaan yang stabil dan bahan baku (air kelapa) yang melimpah di Indonesia. Industri ini menyerap tenaga kerja lokal dan memberikan tambahan pendapatan bagi petani kelapa.
Dokumen tersebut membahas tentang lingkungan politik internasional yang mempengaruhi industri minyak kelapa sawit Indonesia. Ia menjelaskan bahwa Indonesia adalah produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia, dengan ekspor sekitar 14,5 juta ton per tahun. Namun, sebagian besar CPO diolah lebih lanjut di luar negeri. Dokumen ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan industri hilir CPO di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang industri di Kabupaten Humbang Hasundutan. Terdapat berbagai jenis industri di kabupaten tersebut seperti industri pengolahan kopi, kacang garing, kemenyan, serta mebel kayu. Industri-industri tersebut tersebar di berbagai kecamatan di kabupaten tersebut.
Dokumen tersebut membahas mengenai upaya peningkatan agribisnis kopi nasional di Indonesia, meliputi peningkatan luas areal tanam, produksi, dan produktivitas kopi; pengembangan kopi arabika dan robusta sebagai komoditas unggulan; serta tantangan dan peluang pengembangan kopi, seperti peningkatan mutu, penerapan budidaya berkelanjutan, dan pengembangan klaster agribisnis kopi.
Industri pulp dan kertas Indonesia menghadapi berbagai tantangan seperti kampanye hitam LSM, tuduhan praktek dumping oleh Jepang, dan peraturan ekspor baru. Kinerja keuangan perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di BEI umumnya mengalami peningkatan, meskipun belum sesuai rata-rata industri, khususnya pada rasio likuiditas dan profitabilitas.
Dokumen tersebut membahas tentang kedaulatan pangan Indonesia sebelum dan sesudah Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Secara khusus membahas peluang dan tantangan dalam perdagangan hortikultura dengan negara-negara ASEAN dan China melalui kesepakatan seperti ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). Juga membandingkan produksi pangan utama Indonesia dengan negara lain.
Presentasi Dewan Kedelai Nasional (Dekenas) KadinBio Perforasi
Dokumen tersebut membahas tentang upaya meningkatkan produksi kedelai di Indonesia agar dapat mencapai swasembada. Saat ini, lebih dari 90% kebutuhan kedelai diimpor karena produksi dalam negeri sangat kecil akibat berbagai hambatan. Dewan Kedelai Nasional berupaya meningkatkan koordinasi antar pemangku kepentingan, meningkatkan produktivitas, memperluas lahan, dan mendorong investasi untuk mencapai target 1,15 juta ha la
Pengembangan IKM dalam meningkatkan peran wirausaha wanitaKacung Abdullah
Dokumen tersebut membahas upaya peningkatan peran wirausaha wanita melalui pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) di Indonesia. Beberapa poin utama yang disinggung adalah peningkatan jumlah wirausaha baru wanita melalui pelatihan dan pemberian modal, pembentukan kelompok usaha bersama (KUB) wanita, serta promosi hasil produk IKM wanita untuk memasuki pasar domestik dan internasional.
Bab II membahas aspek pemasaran plat percetakan. Terdapat pasar pasti (captive market) dan pasar potensial. Permintaan plat percetakan di Indonesia besar, dengan impor mencapai 2,5 juta kg per tahun. Produk awal yang akan dipasarkan adalah plat percetakan, dengan target penjualan 12.000 lembar per bulan. Harga jual ditetapkan berkisar Rp27.500-Rp40.000 per lembar tergantung asal negara.
Dokumen tersebut membahas industri pengolahan nata de coco di Indonesia, khususnya di Lampung Selatan. Nata de coco merupakan produk olahan air kelapa yang memiliki prospek bisnis menjanjikan karena permintaan yang stabil dan bahan baku (air kelapa) yang melimpah di Indonesia. Industri ini menyerap tenaga kerja lokal dan memberikan tambahan pendapatan bagi petani kelapa.
2. Indonesia dikaruniai oleh Tuhan memiliki potensi SDA yang
berlimpah, baik yang terbarukan (hasil hutan, perkebunan, pertanian,
perikanan, dll) maupun yang tidak terbarukan (barang tambang dan
bahan galian non-logam).
Industri hasil hutan dan perkebunan sudah cukup lama berkembang
di Indonesia yang didukung dengan ketersediaan bahan baku yang
cukup berlimpah, seperti : Crude Palm Oil (CPO) produksinya telah
mencapai 31,6 juta ton dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) sebesar
3,5 juta ton (2014), perkebunan karet di Indonesia seluas + 3,6 juta
hektar dengan produksi + 3,15 juta ton (2014); Indonesia merupakan
penghasil rotan terbesar di dunia; Hutan Tanaman Industri (HTI);
Hutan Produksi (HP) dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi
(HPK) yang cukup luas dan lain-lain.
Cakupan pembinaan Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan,
secara garis besar meliputi : industri turunan CPO; pulp dan kertas;
pengolahan kayu; rotan olahan; dan crumb rubber.
Peluang pengembangan industri hasil hutan dan perkebunan masih
cukup terbuka, namun perlu strategi tertentu karena hambatan dan
tantangannya juga tidak sedikit.
I. Pendahuluan
3. UU No. 3 Tahun 2014
RIPIN
KIN
Pembinaan
Pengaturan
Pengembangan
Peraturan dan Perundang-
undangan Terkait meliputi:
UU No. 39 Tahun 2014 Tentang
Perkebunan
UU No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan
UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
PERATURAN MENTERI
KEUANGAN
PERMENDAG
PERMENHUT
Dll.
Sinergi dan Kolaborasi
dengan pemangku
kepentingan:
Kementerian LH dan
Kehutanan
Kementerian Pertanian
Kementerian Perdagangan
Kementerian Keuangan
Pemerintah Daerah
Asosiasi Industri
dll.
Industri Hasil Hutan dan
Perkebunan
Yang Berdaya Saing
II. KERANGKA PIKIR
RPJM
4. Skema Pembangunan Industri Menurut UU No. 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian
Pembangunan Sumber Daya
Industri
• Pembangunan SDM
• Pemanfaatan SDA
• Pengembangan dan Pemanfaatan
Teknologi Industri
• Pengembangan & Pemanfaatan
Kreativitas & Inovasi
• Penyediaan Sumber Pembiayaan
Pembangunan Sarana dan
Prasarana Industri
• Standardisasi Industri
• Infrastruktur Industri
• Sistem Informasi Industri
Nasional
• Perwilayahan Industri
Pemberdayaan Industri
• IKM
• Industri Hijau
• Industri Strategis
• P3DN
• Kerja Sama Internasional
di Bidang Industri
• Rencana Induk Pembangunan Industri
Nasional
• Kebijakan Industri Nasional
• Rencana Kerja Pembangunan Industri
TUJUAN PEMBANGUNAN INDUSTRI
Industri yang mandiri, berdaya saing, dan
maju untuk kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat.
Instrumen Pendukung
• Perizinan
• Penanaman Modal Bidang
Industri
• Fasilitas Industri
Instrumen Pendukung
• Komite Industri Nasional
• Peran Serta Masyarakat
• Pengawasan dan
Pengendalian,
• Sanksi
Tindakan Pengamanan dan
Penyelamatan Industri
• Tindakan Pengamanan
Industri
• Tindakan Penyelamatan
Industri
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di
Bidang Perindustrian
II. KERANGKA PIKIR.......LANJUTAN
5. • Spesifikasi
bahan baku
• Harga
INPUT
• SNI
• SKKNI
• GMP
• UKL/UPL
• ISO
9001;2008
• ISO 19000
• Panduan
teknis
PROSES
• Akses pasar
• Daya saing
• Nilai jual
OUTPUT
ENVIRONMENT
R & D
- Penguatan Balai Industri
- Pemanfaatan hasil riset
industri
- Pengamanan HKI riset
industri
SDM
- Pendirian Sekolah Industri
- Peningkatan kualifikasi
SDM industri
IKLIM USAHA
- Insentif fiskal dan non fiskal
- Kemudahan perijinan
- Penguatan perdagangan
dalam negeri
INFRASTRUKTUR
- Jalan - Kawasan
Industri
- Pelabuhan -
- Energi
- air
II. KERANGKA PIKIR.......LANJUTAN
6. Industri Pulp
NO. URAIAN SATUAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 Sept 2015*
1 Jumlah Perusahaan Unit 12 12 12 11 11 11
2 Kapasitas Izin Ton/th 7.813.500 7.902.100 7.932.100 7.890.100 9.890.100 9.890.100
3 Produksi Riil Ton/th 7.574.550 7.140.537 6.158.537 6.845.321 7.156.463 5.107.138
4 Konsumsi Ton 5.285.438 5.524.858 4.324.898 4.324.898 4.732.961 3.377.630
5 Ekspor Ton 2.557.501 2.934.347 3.196.956 2.045.193 2.273.823 1.622.691
Ribu US$ 1.457.072 1.554.835 1.545.804 1.010.620 1.106.293 789.495
6 Impor Ton 1.168.389 1.318.667 1.363.317 897.297 992.553 708.326
Ribu USS 981.877 1.189.817 1.051.078 978.206 1.012.522 722.576
7 Investasi Rp. Juta 12.477.075 12.477.075 13.100.929 13.231.938 15.465.820 15.465.820
8 Tenaga Kerja Orang 79.108 82.350 82.350 82.350 86.530 86.530
NO. URAIAN SATUAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 Sept 2015*
1 Jumlah Perusahaan Unit 79 77 77 77 77 77
2 Kapasitas Izin Ton/th 12.796.470 12.986.470 12.986.470 12.986.470 13.486.470 13.486.470
3 Produksi Riil Ton/th 9.813.348 10.302.553 10.734.537 10.635.537 10.436.655 7.451.292
4 Konsumsi Ton 6.110.543 7.614.945 8.056.216 8.056.216 8.003.721 5.714.289
5 Ekspor Ton 4.215.472 5.492.133 4.229.694 4.341.359 4.583.685 3.272.540
Ribu USS 3.786.312 4.119-100 3.972.077 2.041.904 2.387.694 1.704.704
6 Impor Ton 512.667 660.998 658.533 652.595 703.351 502.160
Ribu USS 781.165 1.220.830 1.968.847 1.872.645 524.106 374.188
7 Investasi Rp. Juta 11.191.027 12.869.681 12.869.681 12.869.681 12.869.681 12.869.681
8 Tenaga Kerja Orang 166.087 184.900 184.901 184.901 184.901 184.901
Industri Kertas
Sumber: Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan (2016)
III. PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN
DAN PERKEBUNAN
7. Industri Turunan CPO
a. Potensi Bahan Baku
b. Perkiraan Produksi dan Penggunaan
Sumber: Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, GAPKI (2016)
Sumber: Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, GIMNI (2016)
III. PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN
DAN PERKEBUNAN.....LANJUTAN
8. Industri Furniture
Kayu
NO. URAIAN SATUAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 Sept 2015*
1 Jumlah Perusahaan Unit 1.063 1.084 1.126 1.126 1.126 1.126
2 Kapasitas Izin Ton/th 3.401.350 3.401.350 3.401.350 3.401.350 3.401.350 3.401.350
3 Produksi Riil Ton/th 2.430.125 2.553.524 2.470.147 2.531.544 2.465.312 1.840.311
4 Konsumsi Ton 1.880.824 2.128.656 1.464.700 1.423.200 1.395.624 1.041.808
5 Ekspor Ton 584.666 473.513 461.578 425.268 347.296 259.250
Ribu US$ 1.394.558 1.176.217 1.242.299 1.252.168 2.200.000 1.642.260
6 Impor Ton 35.365 48.645 41.610 23.683 15.535 11.597
Ribu USS 57.919 88.520 89.623 73.296 30.747 22.952
7 Investasi Rp. Juta 7.280.307 7.280.307 7.190.479 7.450.534 7.190.479 7.190.479
8 Tenaga Kerja Orang 430.674 432.700 431.987 431.987 431.987 431.987
NO. URAIAN SATUAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 Sept 2015*
1 Jumlah Perusahaan Unit 220 223 221 220 166 166
2 Kapasitas Izin Ton/th 551.585 551.585 551.585 551.585 551.585 551.585
3 Produksi Riil Ton/th 250.980 341.297 327.194 312.194 311.449 217.281
6 Konsumsi Ton 536.125 758.120 i 267.443 265.643 266.493 185.918
7 Ekspor Ton 65.083 52.177 54.751 61.363 60.633 42.300
Ribu USS 212.033 168.411 190.582 246.231 173.709 121.187
8 Impor Ton 350.228 469.000 94.000 86.000 90.870 63.395
Ribu USS 600.812 103.000 199.000 300.000 250.801 174.970
9 Investasi Rp. Juta 1.005.245 1.132.462 1.122.352 1.131.223 1.133.164 1.133.164
10 Tenaga Kerja Orang 269.200 165.675 169.765 169.765 169.765 169.765
Industri Pengolahan
Rotan
Sumber: Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan (2016)
III. PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN
DAN PERKEBUNAN.....LANJUTAN
9. Industri Crumb
Rubber
NO
.
URAIAN SATUAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 Sept 2015*
1 Jumlah
Perusahaan
Unit 188 188 188 188 188 188
2 Kapasitas Izin Ton/th 2.515.400 2.817.248 2.817.248 2.817.248 3.746.634 3.746.634
3 Produksi Riil Ton/th 2.463.265 2.544.213 2.562.118 3.257.553 3.153.000 2.069.936
4 Konsumsi Ton 23.171 82.430 480.000 480.000 612.000 401.776
5 Ekspor Ton 2.452.794 2.478.883 2.370.136 2.626.763 2.600.000 1.706.893
Ribu US$ 7.601.905 11.415.986 7.626.725 6.706.864 2.962.581 1.944.926
6 Impor Ton 12.700 17.100 16.400 27.100 25.800 16.938
Ribu USS 6.481 21.626 19.501 12.040 9.104 5.977
7 Investasi Rp. Juta 5.335.426 5.975.677 6.675.225 6.675.225 6.872.654 6.872.654
8 Tenaga Kerja Orang 24.740 26.450 26.564 26.564 26.564 26.564
Sumber: Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan (2016)
III. PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN
DAN PERKEBUNAN.....LANJUTAN
10. Industri Pulp Dan Kertas
Kekuatan
Daya saing industri pulp & kertas
Indonesia cukup tinggi (pulp serat pendek
No. 9 dunia, dan kertas No. 6 dunia).
Ikilm tropis yg memungkinkan tanaman
dpt tumbuh lebih cepat.
Adanya potensi pengembangan bahan
baku (HPK masih cukup luas).
Potensi bhn baku non-kayu (abaka,
tandan konsong kelapa sawit, dll).
Teknologi proses pulp dan kertas telah
dikuasai dan hampir semua jenis kertas
sudah dapat diproduksi di D.N.
Dukungan BBPK dan ATPK.
Kelemahan
Masih tingginya impor pulp serat panjang.
Belum dikuasainya teknologi rancang
bangun dan perekayasaan permesinan
pulp & kertas.
Sulitnya proses perizinan perolehan HTI
baru.
Masih rendahnya pengumpulan kertas
bekas di D.N., shg impornya masih tinggi.
Kesempatan
Jml penduduk yg besar dan konsumsi
kertas per kapita di Indonesia masih
rendah yaitu baru 32,6 kg.
Menurunnya peranan NORSCAN
(Norwegia, Swedia dan Scadinavia)
sebagai penyuplai utama pulp dan kertas
dunia.
Ancaman :
Tuntutan lingkungan (eco-label).
Berkembangnya teknologi informasi
mengarah ke paperless.
ketentuan impor limbah non B3 dimana
kertas bekas sebagai bahan baku industri
pulp dikategorikan sebagai limbah
IV. ANALISIS SWOT
11. Kekuatan :
Ketersediaan b.b CPO dan CPKO berlimpah.
Bbrp lembaga riset dan P.T. memfokuskan R & D
di bidang ind. turunan CPO, seperti : PPKS-
Medan, SRDC (IPB-Bogor), BBIA, BPPT, dll.
Adanya dukungan kebijakan, a.l. Penerapan BK;
Tax Holiday; Tax Allowance; pembebasan BM
impor mesin, barang dan bahan; tersedianya
Dana Pungutan Sawit.
Tersedianya kawasan industri khusus sbg pusat
pengembangan ind. turunan CPO spt : Sei
Mangke-Sumut; Dumai Pelintung-Riau dan
Bontang-Kaltim.
Kelemahan :
Masih terbatasnya ketersediaan infrastruktur,
termasuk di kawasan-kawasan industri pusat
pengembangan industri berbasis CPO.
Belum sinerginya kerjasama antar lembaga riset.
Belum matching-nya R & D dgn kebutuhan
industri.
Belum dikuasainya teknologi proses produksi ,
termasuk rancang bangun dan perekayasaan
mesin/peralatan.
Banyak hasil-2 riset yang tidak ditindaklanjuti.
Masih terbatasnya penyediaan SDM yang
qualified di bidang industri turunan CPO.
Belum adanya Balai Khusus yang menangani hilir
kelapa sawit
Kesempatan :
Jumlah penduduk yg besar.
Produk hilir industri turunan CPO sangat luas
dan banyak yg mrpk keb. sehari-hari, spt : bahan
makanan (minyak goreng, mentega, CBS, dll);
bahan bakar (bio-diesel, bio-avtur), farmasi
(betakaroten, tocoferol, tocotrienol), personal
care (detergent, sabun, dll); bio-lub; bio-plastik;
surfaktan, dll.
Nilai tambah yang sangat besar dari Industri Hilir
Kelapa Sawit
Ancaman :
Negative campaign.
Masih adanya kebijakan yg kontra produktif, spt :
masih tingginya subsidi bhn bakar dari fosil.
Teknologi dan pasar produk intermediate serta
hilir CPO dikuasai oleh bbrp MNC (spt : Unilever,
Kao, Protec & Gambler).
IV. ANALISIS SWOT.........LANJUTAN
Industri Hilir Kelapa Sawit
12. Industri Furniture Kayu
Kekuatan
Industri furniture memiliki nilai tambah
tertinggi dibandingkan industri pengolahan
kayu lainnya.
Adanya Pusat Desain Furniture Kayu di
Jepara.
Adanya terminal kayu di beberapa daerah (di
Jateng dan Sulut).
Banyaknya jumlah perajin furniture di
Indonesia.
Masih adanya hutan (HPH, HPK, Perhutani,
Hutan Rakyat) sbg sumber bahan baku.
Masih adanya potensi pengembangan bahan
baku alternatif (spt: kayu kelapa sawit yg tdk
produktif lagi, kayu karet,dll).
Kelemahan
Lokasi pusat-pusat industri furniture pada
umumnya berjauhan dengan lokasi sumber-
sumber bahan baku kayu.
Makin terbatasnya pasokan bahan baku kayu
dengan kualitas yang baik
Terbatasnya SDM yang menguasi bidang
desain dan teknik produksi.
Terbatasnya penguasaan teknologi kayu
engineering (finger jont, laminating).
Belum optimalnya peranan Pusat Desain dan
Terminal Kayu
Terbatasnya pameran produk-produk
furniture.
Kesempatan
Besarnya permintaan di DN dan ekspor.
Furniture masuk kelompok industri kreatif dan
fashionable, dinamika pasar cukup tinggi.
Pasar Eropa, AS dan Jepang mulai
menerapkan regulasi terkait legalitas kayu
dan di Indonesia telah memiliki SVLK untuk
menembus pasar tersebut
Hambatan/Gangguan
Tuntutan masalah lingkungan dan Negative
campaign.
Persaingan dengan produk-produk sejenis
dari impor.
Banyaknya retribusi daerah yang
menyebabkan ekonomi biaya tinggi.
IV. ANALISIS SWOT.........LANJUTAN
13. Industri Pengolahan Rotan
Kekuatan
Indonesia merupakan negara penghasil
rotan terbesar di dunia. Diperkirakan
85% bahan baku rotan di seluruh dunia
dihasilkan oleh Indonesia.
Ada kebijakan larangan ekspor rotan
asalan, sehingga dapat membantu
ketersediaan bahan baku di dalam
negeri.
Adanya Pusat Desain Furniture Rotan
di Cirebon.
Bahan baku rotan masuk kategori
ramah lingkungan.
Kelemahan
Belum adanya litbang yang khusus
meneliti mengenai pemanfaatan rotan,
sehingga belum semua rotan yang
tumbuh di Indonesia dapat
dimanfaatkan.
Terbatasnya SDM yang menguasai
bidang desain dan proses produksi.
Belum optimalnya peranan Pusat
Desain Furniture Rotan di Cirebon
dalam mendukung kebutuhan desain
para perajin IKM.
Kesempatan
Peluang pasar furniture rotan, baik di
dalam maupun di luar negeri.
Di Indonesia terdapat 312 jenis rotan
sedangkan yang dimanfaatkan secara
komersial hanya 16 jenis dan pada
dasarnya seluruh jenis rotan dapat
dimanfaatkan
Hambatan/Gangguan
Masih adanya penyelundupan rotan.
Persaingan dengan produk-produk
sejenis (khususnya dari China).
Adanya saingan dengan rotan sintetis.
IV. ANALISIS SWOT.........LANJUTAN
14. Industri Crumb Rubber
Kekuatan
Areal perkebunan karet terluas di dunia +3,6
juta ha sbg sumber bahan baku.
Teknologi pengolahan crumb rubber telah
dikuasi.
Adanya Consorsium Tripartit antara
Indonesia, Malaysia dan Thailand
Kelemahan
Kapasitas terpasang pabrik crumb rubber
jauh melebihi ketersediaan bahan olah karet,
akibatnya bahan olah karet (bokar) sejelek
apapun diterima pabrik.
Produktivitas tanaman karet lebih rendah
dibandingkan di Thailand dan Malaysia.
Mutu bokar yang jelek (kotor), menyebabkan
biaya produksi relatif tinggi dan produk crumb
rubber yg dihasilkan relatif rendah.
Ada potensi pencemaran lingkungan
(terutama bau).
Kesempatan
Peluang pemasaran produk karet masih
cukup terbuka baik di pasar dalam negeri
maupun luar negeri.
Pemanfaatan karet alam dalam
pengembangan inprastruktur di dalam negeri
(jalan, dokpender, dsb)
Hambatan/Gangguan
Adanya negara pesaing yang tidak masuk
consorsium (terutama Vietnam), shg sulit
mengendalikan suplai karet dunia,
menyebabkan harga dunia terpuruk.
Persaingan dengan karet sintetis.
IV. ANALISIS SWOT.........LANJUTAN
15. Industri Turunan CPO
Mendorong hilirasi sawit, melalui promosi investasi dengan mensosialisasikan berbagai faslitas
atau insentif yang mendukung pengembangan industry turunan CPO, terutama yang diamanatkan
pada RIPIN dan KIN.
Mengawal terus pengembangan infrastruktur di Kawasan Industri Sei Mangke, Dumai dan
Bontang, serta pengisian industrinya.
Mensinergikan berbagai lembaga riset yang memfokuskan R & D di bidang produk-produk turunan
CPO (baik yang melakukan pengembangan produk-produk baru maupun perekayaan
mesin/peralatan) dalam rangka mewujudkan kemandirian pada jangka panjang.
Mendukung dilakukannya Pilot Project untuk mengangkat hasil-hasil R & D, sampai dengan
komersialisasinya dengan melibatkan pemangku kepentingan. Pada jangka pendek adalah
betakaroten, untuk mengurangi impor Vit. A, yang harus dilakukan terkait program SNI Wajib
Minyak Goreng Sawit yang difortifikasi dengan Vit. A.
Memfasilitasi kemungkinan dilakukannya aliansi strategis antara pebisnis local dengan pelaku
usaha global (MNC) di bidang industry turunan sawit.
Tahapan hilirisasi turunan CPO:
Short Term (2011-2015) Medium Term (2016-2020) Longterm (2020-2050)
Fokus pada optimalisasi kapasitas
terpasang, peningkatan kapasitas
refinery dan biodiesel, dan penguatan
iklim usaha investasi.
Focus pada produk hilir dengan
“distinctive aspect” untuk mendukung
ketahanan pangan dan memenuhi
kecukupan nutrisi masyarakat.
Fokus pada produk canggih sawit
sebagai substitusi produk sejenis yang
tidak terbarukan (non-renewable, green
products)
Fokus produk : minyak goring, lemak
padatan pangan, asam lemak dan
alcohol lemak, serta biodiesel.
Fokus produk : betacarotene, tocoferol,
tocotrienol, protein sel tunggal, personal
care.
Contoh : bio-asphalt, bio-surfactant, bio-
polimer, bio-avture, bio-lube, bio-plastic.
V. KEBIJAKAN DAN ARAH PENGEMBANGAN
16. Industri Pulp dan Kertas
Kajian pengembangan industry pulp serat pajang dengan bahan baku abaca.
Pengembangan SNI dalam rangka peningkatan daya saing melalui revisi/penyusunan
SNI baru.
Peningkatan pengumpulan kertas bekas dari dalam negeri melalui pengembangan
lapak-lapak kertas bekas di berbagai daerah.
Penyusunan buku pedoman manejemen lingkungan dan pemanfaatan limbah.
Usulan pemberlakuan SNI wajib untuk kertas pembungkus makanan.
Implementasi SKKNI
Industri Furniture Kayu
Pengembangan bahan baku kayu alternative melalui pilot project pemanfatan limbah
kayu kelapa sawit.
Mendukung pengembangan pemanfatan teknologi kayu engineering.
Mengoptimalkan pemanfaatan terminal-terminal kayu yang telah ada dan
mengembangkan terminal kayu baru di daerah-daerah pusat pengembangan industry
furniture yang jauh dari sumber bahan baku kayu.
Mengoptimalkan pemanfaatan Pusat Desain Furniture Kayu
Memperbanyak frekwensi lomba desain furniture kayu.
Meneruskan pelaksanaan program pameran di dalam dan di luar negeri untuk
pengembangan akses pasar dan memelihara konsumen tradisional.
Memperbanyak pelatihan di bidang proses produksi dan desain furniture kayu.
V. KEBIJAKAN DAN ARAH
PENGEMBANGAN....LANJUTAN
17. Industri Pengolahan Rotan
Mempertahan kebijakan larangan ekspor rotan asalan.
Mengoptimalkan pemanfaatan terminal-terminal rotan di daerah-daerah
sumber bahan baku.
Mengoptimalkan pemanfaatan Pusat Desain Furniture Rotan.
Memperbanyak frekwensi lomba desain furniture rotan.
Meneruskan pelaksanaan program pameran di dalam dan di luar negeri
untuk pengembangan akses pasar dan memelihara konsumen tradisional.
Memperbanyak pelatihan di bidang proses produksi dan desain furniture
rotan.
Industri Crumb Rubber
Menyusun SNI bokar yang bersih (premium).
Mempertahankan kebijakan DNI untuk investasi baru di bidang industry
crumb rubber.
Menyusun buku panduan manajemen lingkungan pada industry crumb
rubber.
Mendorong pengaktifan kembali pengendalian suplai crumb rubber ke pasar
dunia melalui perluasan kerjasam Consorsium Industri Karet Alam yang
semula hanya terdiri dari dunia menjadi efektif kembali.
Mendorong penyerapan crumb rubber di dalam negeri dengan pemanfaat
dalam program inprastruktur seperti Aspal karet, Bantalan Jembatan, Dock
fender dermaga, dll
V. KEBIJAKAN DAN ARAH
PENGEMBANGAN....LANJUTAN
18. 1. Penyusunan rekomendasi terkait iklim usaha industri hasil hutan dan
perkebunan
2. Penyusunan rekomendasi terkait pengembangan desain furniture kayu dan
rotan
3. Penyusunan rekomendasi terkait infrastruktur industri kimia hasil hutan,
pertanian dan perkebunan
4. Pendampingan dan mentoring aplikasi sertifikasi sistem verifikasi legalitas
kayu (SVLK) dan dokukmen V-Legal untuk industri furniture dan kerajinan
kayu
5. Penyusunan dokumen kajian DED Pengembangan Indusri Pengolahan
Kayu berbasis bahan baku alternatif
6. Partisipasi dalam kegiatan forum kerjasama International bidang industri
hasil hutan dan perkebunan
7. Penyusunan/penyempurnaan standar furniture, pulp kertas dan crumb
rubber
8. Pembinaan teknis standardisasi dan teknologi Industri Hilir kelapa sawit dan
bahan bakar nabati
9. Penyusunan rancangan SKKNI Industri Furniture, industri percetakan dan
VI. KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2016
19. 11.Bantuan mesin peralatan untuk industri pengolahan kayu
12.Bantuan mesin peralatan Pilot Project Aditif Aspal Berbasis Crumb Rubber
13.Pelatihan SDM Industri Percetakan bidang manajemen Pemasaran
14.Pelatihan SDM Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Bidang aplikasi industri
hijau
15.Pelatihan SDM Industri furniture bidang teknik produksi (finishing) dan
bidang desain
16.Pelatihan SDM Industri Karet Remah dalam bidang konservasi energi dan
bidang SML ISO 14000;2004
17.Pelatihan penerapan pembuatan chipboard dalam rangka pemanfaatan
limbah padat industri pulp dan kertas
18.Pelaksanaan promosi investasi industri hilir kelapa sawit
19.Promosi Industri hasil hutan dan perkebunan pada pameran bertaraf
international baik di dalam maupun di luar negeri
VI. KEGIATAN TAHUN ANGGARAN
2016.........LANJUTAN
20. • Pendampingan dan Mentoring Aplikasi Sertifikasi Sistem Verifikasi Legalitas
Kayu (SVLK) dan Dokumen V-Legal untuk Industri Furnitur dan Kerajinan Kayu
• Penyusunan/penyempurnaan Rancangan Standar produk industri hasil hutan
dan perkebunan
• penyusunan rancangan SKKNI SDM industri hasil hutan dan perkebunan
• Implementasi SKKNI dan pembiayaan sertifikasi SKKNI SDM industri hasil
hutan dan perkebunan
• Bantuan mesin peralatan pengembangan industri hasil hutan dan perkebunan
• Pelatihan pengembangan SDM Industri crumb rubber
• Pelatihan pengembangan SDM industri pulp dan kertas
• Pelatihan pengemabangan SDM Industri furniture dan pengolahan kayu
• Partisipasi dalam kegiatan forum kerjasama international bidang industri hasil
hutan dan perkebunan
• Pelaksanaan pameran di dalam dan luar negeri dalam rangka promosi industri
hasil hutan dan perkebunan
• Pelaksanaan promosi investasi industri hilir kelapa sawit
• Penyusunan dokumen perencanaan, monitoring dan evaluasi kinerja industri
hasil hutan dan perkebunan
• Penyusunan rekomendasi kebijakan terkait iklim usaha dan investasi industri
hasil hutan dan perkebunan
• Implementasi Pilot Project Aditif Aspal Berbasis Crumb Rubber
VII. RENCANA KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2017