SlideShare a Scribd company logo
PROGRAM PENGEMBANGAN
INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN
DIREKTORAT INDUSTRI HASIL HUTAN DAN
PERKEBUNAN
Semarang, 3 Februari 2016
 Indonesia dikaruniai oleh Tuhan memiliki potensi SDA yang
berlimpah, baik yang terbarukan (hasil hutan, perkebunan, pertanian,
perikanan, dll) maupun yang tidak terbarukan (barang tambang dan
bahan galian non-logam).
 Industri hasil hutan dan perkebunan sudah cukup lama berkembang
di Indonesia yang didukung dengan ketersediaan bahan baku yang
cukup berlimpah, seperti : Crude Palm Oil (CPO) produksinya telah
mencapai 31,6 juta ton dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) sebesar
3,5 juta ton (2014), perkebunan karet di Indonesia seluas + 3,6 juta
hektar dengan produksi + 3,15 juta ton (2014); Indonesia merupakan
penghasil rotan terbesar di dunia; Hutan Tanaman Industri (HTI);
Hutan Produksi (HP) dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi
(HPK) yang cukup luas dan lain-lain.
 Cakupan pembinaan Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan,
secara garis besar meliputi : industri turunan CPO; pulp dan kertas;
pengolahan kayu; rotan olahan; dan crumb rubber.
 Peluang pengembangan industri hasil hutan dan perkebunan masih
cukup terbuka, namun perlu strategi tertentu karena hambatan dan
tantangannya juga tidak sedikit.
I. Pendahuluan
UU No. 3 Tahun 2014
RIPIN
KIN
Pembinaan
Pengaturan
Pengembangan
Peraturan dan Perundang-
undangan Terkait meliputi:
 UU No. 39 Tahun 2014 Tentang
Perkebunan
 UU No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan
 UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
 PERATURAN MENTERI
KEUANGAN
 PERMENDAG
 PERMENHUT
 Dll.
Sinergi dan Kolaborasi
dengan pemangku
kepentingan:
 Kementerian LH dan
Kehutanan
 Kementerian Pertanian
 Kementerian Perdagangan
 Kementerian Keuangan
 Pemerintah Daerah
 Asosiasi Industri
 dll.
Industri Hasil Hutan dan
Perkebunan
Yang Berdaya Saing
II. KERANGKA PIKIR
RPJM
Skema Pembangunan Industri Menurut UU No. 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian
Pembangunan Sumber Daya
Industri
• Pembangunan SDM
• Pemanfaatan SDA
• Pengembangan dan Pemanfaatan
Teknologi Industri
• Pengembangan & Pemanfaatan
Kreativitas & Inovasi
• Penyediaan Sumber Pembiayaan
Pembangunan Sarana dan
Prasarana Industri
• Standardisasi Industri
• Infrastruktur Industri
• Sistem Informasi Industri
Nasional
• Perwilayahan Industri
Pemberdayaan Industri
• IKM
• Industri Hijau
• Industri Strategis
• P3DN
• Kerja Sama Internasional
di Bidang Industri
• Rencana Induk Pembangunan Industri
Nasional
• Kebijakan Industri Nasional
• Rencana Kerja Pembangunan Industri
TUJUAN PEMBANGUNAN INDUSTRI
Industri yang mandiri, berdaya saing, dan
maju untuk kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat.
Instrumen Pendukung
• Perizinan
• Penanaman Modal Bidang
Industri
• Fasilitas Industri
Instrumen Pendukung
• Komite Industri Nasional
• Peran Serta Masyarakat
• Pengawasan dan
Pengendalian,
• Sanksi
Tindakan Pengamanan dan
Penyelamatan Industri
• Tindakan Pengamanan
Industri
• Tindakan Penyelamatan
Industri
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di
Bidang Perindustrian
II. KERANGKA PIKIR.......LANJUTAN
• Spesifikasi
bahan baku
• Harga
INPUT
• SNI
• SKKNI
• GMP
• UKL/UPL
• ISO
9001;2008
• ISO 19000
• Panduan
teknis
PROSES
• Akses pasar
• Daya saing
• Nilai jual
OUTPUT
ENVIRONMENT
R & D
- Penguatan Balai Industri
- Pemanfaatan hasil riset
industri
- Pengamanan HKI riset
industri
SDM
- Pendirian Sekolah Industri
- Peningkatan kualifikasi
SDM industri
IKLIM USAHA
- Insentif fiskal dan non fiskal
- Kemudahan perijinan
- Penguatan perdagangan
dalam negeri
INFRASTRUKTUR
- Jalan - Kawasan
Industri
- Pelabuhan -
- Energi
- air
II. KERANGKA PIKIR.......LANJUTAN
Industri Pulp
NO. URAIAN SATUAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 Sept 2015*
1 Jumlah Perusahaan Unit 12 12 12 11 11 11
2 Kapasitas Izin Ton/th 7.813.500 7.902.100 7.932.100 7.890.100 9.890.100 9.890.100
3 Produksi Riil Ton/th 7.574.550 7.140.537 6.158.537 6.845.321 7.156.463 5.107.138
4 Konsumsi Ton 5.285.438 5.524.858 4.324.898 4.324.898 4.732.961 3.377.630
5 Ekspor Ton 2.557.501 2.934.347 3.196.956 2.045.193 2.273.823 1.622.691
Ribu US$ 1.457.072 1.554.835 1.545.804 1.010.620 1.106.293 789.495
6 Impor Ton 1.168.389 1.318.667 1.363.317 897.297 992.553 708.326
Ribu USS 981.877 1.189.817 1.051.078 978.206 1.012.522 722.576
7 Investasi Rp. Juta 12.477.075 12.477.075 13.100.929 13.231.938 15.465.820 15.465.820
8 Tenaga Kerja Orang 79.108 82.350 82.350 82.350 86.530 86.530
NO. URAIAN SATUAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 Sept 2015*
1 Jumlah Perusahaan Unit 79 77 77 77 77 77
2 Kapasitas Izin Ton/th 12.796.470 12.986.470 12.986.470 12.986.470 13.486.470 13.486.470
3 Produksi Riil Ton/th 9.813.348 10.302.553 10.734.537 10.635.537 10.436.655 7.451.292
4 Konsumsi Ton 6.110.543 7.614.945 8.056.216 8.056.216 8.003.721 5.714.289
5 Ekspor Ton 4.215.472 5.492.133 4.229.694 4.341.359 4.583.685 3.272.540
Ribu USS 3.786.312 4.119-100 3.972.077 2.041.904 2.387.694 1.704.704
6 Impor Ton 512.667 660.998 658.533 652.595 703.351 502.160
Ribu USS 781.165 1.220.830 1.968.847 1.872.645 524.106 374.188
7 Investasi Rp. Juta 11.191.027 12.869.681 12.869.681 12.869.681 12.869.681 12.869.681
8 Tenaga Kerja Orang 166.087 184.900 184.901 184.901 184.901 184.901
Industri Kertas
Sumber: Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan (2016)
III. PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN
DAN PERKEBUNAN
Industri Turunan CPO
a. Potensi Bahan Baku
b. Perkiraan Produksi dan Penggunaan
Sumber: Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, GAPKI (2016)
Sumber: Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, GIMNI (2016)
III. PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN
DAN PERKEBUNAN.....LANJUTAN
Industri Furniture
Kayu
NO. URAIAN SATUAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 Sept 2015*
1 Jumlah Perusahaan Unit 1.063 1.084 1.126 1.126 1.126 1.126
2 Kapasitas Izin Ton/th 3.401.350 3.401.350 3.401.350 3.401.350 3.401.350 3.401.350
3 Produksi Riil Ton/th 2.430.125 2.553.524 2.470.147 2.531.544 2.465.312 1.840.311
4 Konsumsi Ton 1.880.824 2.128.656 1.464.700 1.423.200 1.395.624 1.041.808
5 Ekspor Ton 584.666 473.513 461.578 425.268 347.296 259.250
Ribu US$ 1.394.558 1.176.217 1.242.299 1.252.168 2.200.000 1.642.260
6 Impor Ton 35.365 48.645 41.610 23.683 15.535 11.597
Ribu USS 57.919 88.520 89.623 73.296 30.747 22.952
7 Investasi Rp. Juta 7.280.307 7.280.307 7.190.479 7.450.534 7.190.479 7.190.479
8 Tenaga Kerja Orang 430.674 432.700 431.987 431.987 431.987 431.987
NO. URAIAN SATUAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 Sept 2015*
1 Jumlah Perusahaan Unit 220 223 221 220 166 166
2 Kapasitas Izin Ton/th 551.585 551.585 551.585 551.585 551.585 551.585
3 Produksi Riil Ton/th 250.980 341.297 327.194 312.194 311.449 217.281
6 Konsumsi Ton 536.125 758.120 i 267.443 265.643 266.493 185.918
7 Ekspor Ton 65.083 52.177 54.751 61.363 60.633 42.300
Ribu USS 212.033 168.411 190.582 246.231 173.709 121.187
8 Impor Ton 350.228 469.000 94.000 86.000 90.870 63.395
Ribu USS 600.812 103.000 199.000 300.000 250.801 174.970
9 Investasi Rp. Juta 1.005.245 1.132.462 1.122.352 1.131.223 1.133.164 1.133.164
10 Tenaga Kerja Orang 269.200 165.675 169.765 169.765 169.765 169.765
Industri Pengolahan
Rotan
Sumber: Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan (2016)
III. PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN
DAN PERKEBUNAN.....LANJUTAN
Industri Crumb
Rubber
NO
.
URAIAN SATUAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 Sept 2015*
1 Jumlah
Perusahaan
Unit 188 188 188 188 188 188
2 Kapasitas Izin Ton/th 2.515.400 2.817.248 2.817.248 2.817.248 3.746.634 3.746.634
3 Produksi Riil Ton/th 2.463.265 2.544.213 2.562.118 3.257.553 3.153.000 2.069.936
4 Konsumsi Ton 23.171 82.430 480.000 480.000 612.000 401.776
5 Ekspor Ton 2.452.794 2.478.883 2.370.136 2.626.763 2.600.000 1.706.893
Ribu US$ 7.601.905 11.415.986 7.626.725 6.706.864 2.962.581 1.944.926
6 Impor Ton 12.700 17.100 16.400 27.100 25.800 16.938
Ribu USS 6.481 21.626 19.501 12.040 9.104 5.977
7 Investasi Rp. Juta 5.335.426 5.975.677 6.675.225 6.675.225 6.872.654 6.872.654
8 Tenaga Kerja Orang 24.740 26.450 26.564 26.564 26.564 26.564
Sumber: Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan (2016)
III. PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN
DAN PERKEBUNAN.....LANJUTAN
Industri Pulp Dan Kertas
Kekuatan
 Daya saing industri pulp & kertas
Indonesia cukup tinggi (pulp serat pendek
No. 9 dunia, dan kertas No. 6 dunia).
 Ikilm tropis yg memungkinkan tanaman
dpt tumbuh lebih cepat.
 Adanya potensi pengembangan bahan
baku (HPK masih cukup luas).
 Potensi bhn baku non-kayu (abaka,
tandan konsong kelapa sawit, dll).
 Teknologi proses pulp dan kertas telah
dikuasai dan hampir semua jenis kertas
sudah dapat diproduksi di D.N.
 Dukungan BBPK dan ATPK.
Kelemahan
 Masih tingginya impor pulp serat panjang.
 Belum dikuasainya teknologi rancang
bangun dan perekayasaan permesinan
pulp & kertas.
 Sulitnya proses perizinan perolehan HTI
baru.
 Masih rendahnya pengumpulan kertas
bekas di D.N., shg impornya masih tinggi.
Kesempatan
 Jml penduduk yg besar dan konsumsi
kertas per kapita di Indonesia masih
rendah yaitu baru 32,6 kg.
 Menurunnya peranan NORSCAN
(Norwegia, Swedia dan Scadinavia)
sebagai penyuplai utama pulp dan kertas
dunia.
Ancaman :
 Tuntutan lingkungan (eco-label).
 Berkembangnya teknologi informasi
mengarah ke paperless.
 ketentuan impor limbah non B3 dimana
kertas bekas sebagai bahan baku industri
pulp dikategorikan sebagai limbah
IV. ANALISIS SWOT
Kekuatan :
 Ketersediaan b.b CPO dan CPKO berlimpah.
 Bbrp lembaga riset dan P.T. memfokuskan R & D
di bidang ind. turunan CPO, seperti : PPKS-
Medan, SRDC (IPB-Bogor), BBIA, BPPT, dll.
 Adanya dukungan kebijakan, a.l. Penerapan BK;
Tax Holiday; Tax Allowance; pembebasan BM
impor mesin, barang dan bahan; tersedianya
Dana Pungutan Sawit.
 Tersedianya kawasan industri khusus sbg pusat
pengembangan ind. turunan CPO spt : Sei
Mangke-Sumut; Dumai Pelintung-Riau dan
Bontang-Kaltim.
Kelemahan :
 Masih terbatasnya ketersediaan infrastruktur,
termasuk di kawasan-kawasan industri pusat
pengembangan industri berbasis CPO.
 Belum sinerginya kerjasama antar lembaga riset.
 Belum matching-nya R & D dgn kebutuhan
industri.
 Belum dikuasainya teknologi proses produksi ,
termasuk rancang bangun dan perekayasaan
mesin/peralatan.
 Banyak hasil-2 riset yang tidak ditindaklanjuti.
 Masih terbatasnya penyediaan SDM yang
qualified di bidang industri turunan CPO.
 Belum adanya Balai Khusus yang menangani hilir
kelapa sawit
Kesempatan :
 Jumlah penduduk yg besar.
 Produk hilir industri turunan CPO sangat luas
dan banyak yg mrpk keb. sehari-hari, spt : bahan
makanan (minyak goreng, mentega, CBS, dll);
bahan bakar (bio-diesel, bio-avtur), farmasi
(betakaroten, tocoferol, tocotrienol), personal
care (detergent, sabun, dll); bio-lub; bio-plastik;
surfaktan, dll.
 Nilai tambah yang sangat besar dari Industri Hilir
Kelapa Sawit
Ancaman :
 Negative campaign.
 Masih adanya kebijakan yg kontra produktif, spt :
masih tingginya subsidi bhn bakar dari fosil.
 Teknologi dan pasar produk intermediate serta
hilir CPO dikuasai oleh bbrp MNC (spt : Unilever,
Kao, Protec & Gambler).
IV. ANALISIS SWOT.........LANJUTAN
Industri Hilir Kelapa Sawit
Industri Furniture Kayu
Kekuatan
 Industri furniture memiliki nilai tambah
tertinggi dibandingkan industri pengolahan
kayu lainnya.
 Adanya Pusat Desain Furniture Kayu di
Jepara.
 Adanya terminal kayu di beberapa daerah (di
Jateng dan Sulut).
 Banyaknya jumlah perajin furniture di
Indonesia.
 Masih adanya hutan (HPH, HPK, Perhutani,
Hutan Rakyat) sbg sumber bahan baku.
 Masih adanya potensi pengembangan bahan
baku alternatif (spt: kayu kelapa sawit yg tdk
produktif lagi, kayu karet,dll).
Kelemahan
 Lokasi pusat-pusat industri furniture pada
umumnya berjauhan dengan lokasi sumber-
sumber bahan baku kayu.
 Makin terbatasnya pasokan bahan baku kayu
dengan kualitas yang baik
 Terbatasnya SDM yang menguasi bidang
desain dan teknik produksi.
 Terbatasnya penguasaan teknologi kayu
engineering (finger jont, laminating).
 Belum optimalnya peranan Pusat Desain dan
Terminal Kayu
 Terbatasnya pameran produk-produk
furniture.
Kesempatan
 Besarnya permintaan di DN dan ekspor.
 Furniture masuk kelompok industri kreatif dan
fashionable, dinamika pasar cukup tinggi.
 Pasar Eropa, AS dan Jepang mulai
menerapkan regulasi terkait legalitas kayu
dan di Indonesia telah memiliki SVLK untuk
menembus pasar tersebut
Hambatan/Gangguan
 Tuntutan masalah lingkungan dan Negative
campaign.
 Persaingan dengan produk-produk sejenis
dari impor.
 Banyaknya retribusi daerah yang
menyebabkan ekonomi biaya tinggi.
IV. ANALISIS SWOT.........LANJUTAN
Industri Pengolahan Rotan
Kekuatan
 Indonesia merupakan negara penghasil
rotan terbesar di dunia. Diperkirakan
85% bahan baku rotan di seluruh dunia
dihasilkan oleh Indonesia.
 Ada kebijakan larangan ekspor rotan
asalan, sehingga dapat membantu
ketersediaan bahan baku di dalam
negeri.
 Adanya Pusat Desain Furniture Rotan
di Cirebon.
 Bahan baku rotan masuk kategori
ramah lingkungan.
Kelemahan
 Belum adanya litbang yang khusus
meneliti mengenai pemanfaatan rotan,
sehingga belum semua rotan yang
tumbuh di Indonesia dapat
dimanfaatkan.
 Terbatasnya SDM yang menguasai
bidang desain dan proses produksi.
 Belum optimalnya peranan Pusat
Desain Furniture Rotan di Cirebon
dalam mendukung kebutuhan desain
para perajin IKM.
Kesempatan
 Peluang pasar furniture rotan, baik di
dalam maupun di luar negeri.
 Di Indonesia terdapat 312 jenis rotan
sedangkan yang dimanfaatkan secara
komersial hanya 16 jenis dan pada
dasarnya seluruh jenis rotan dapat
dimanfaatkan
Hambatan/Gangguan
 Masih adanya penyelundupan rotan.
 Persaingan dengan produk-produk
sejenis (khususnya dari China).
 Adanya saingan dengan rotan sintetis.
IV. ANALISIS SWOT.........LANJUTAN
Industri Crumb Rubber
Kekuatan
 Areal perkebunan karet terluas di dunia +3,6
juta ha sbg sumber bahan baku.
 Teknologi pengolahan crumb rubber telah
dikuasi.
 Adanya Consorsium Tripartit antara
Indonesia, Malaysia dan Thailand
Kelemahan
 Kapasitas terpasang pabrik crumb rubber
jauh melebihi ketersediaan bahan olah karet,
akibatnya bahan olah karet (bokar) sejelek
apapun diterima pabrik.
 Produktivitas tanaman karet lebih rendah
dibandingkan di Thailand dan Malaysia.
 Mutu bokar yang jelek (kotor), menyebabkan
biaya produksi relatif tinggi dan produk crumb
rubber yg dihasilkan relatif rendah.
 Ada potensi pencemaran lingkungan
(terutama bau).
Kesempatan
 Peluang pemasaran produk karet masih
cukup terbuka baik di pasar dalam negeri
maupun luar negeri.
 Pemanfaatan karet alam dalam
pengembangan inprastruktur di dalam negeri
(jalan, dokpender, dsb)
Hambatan/Gangguan
 Adanya negara pesaing yang tidak masuk
consorsium (terutama Vietnam), shg sulit
mengendalikan suplai karet dunia,
menyebabkan harga dunia terpuruk.
 Persaingan dengan karet sintetis.
IV. ANALISIS SWOT.........LANJUTAN
Industri Turunan CPO
 Mendorong hilirasi sawit, melalui promosi investasi dengan mensosialisasikan berbagai faslitas
atau insentif yang mendukung pengembangan industry turunan CPO, terutama yang diamanatkan
pada RIPIN dan KIN.
 Mengawal terus pengembangan infrastruktur di Kawasan Industri Sei Mangke, Dumai dan
Bontang, serta pengisian industrinya.
 Mensinergikan berbagai lembaga riset yang memfokuskan R & D di bidang produk-produk turunan
CPO (baik yang melakukan pengembangan produk-produk baru maupun perekayaan
mesin/peralatan) dalam rangka mewujudkan kemandirian pada jangka panjang.
 Mendukung dilakukannya Pilot Project untuk mengangkat hasil-hasil R & D, sampai dengan
komersialisasinya dengan melibatkan pemangku kepentingan. Pada jangka pendek adalah
betakaroten, untuk mengurangi impor Vit. A, yang harus dilakukan terkait program SNI Wajib
Minyak Goreng Sawit yang difortifikasi dengan Vit. A.
 Memfasilitasi kemungkinan dilakukannya aliansi strategis antara pebisnis local dengan pelaku
usaha global (MNC) di bidang industry turunan sawit.
 Tahapan hilirisasi turunan CPO:
Short Term (2011-2015) Medium Term (2016-2020) Longterm (2020-2050)
Fokus pada optimalisasi kapasitas
terpasang, peningkatan kapasitas
refinery dan biodiesel, dan penguatan
iklim usaha investasi.
Focus pada produk hilir dengan
“distinctive aspect” untuk mendukung
ketahanan pangan dan memenuhi
kecukupan nutrisi masyarakat.
Fokus pada produk canggih sawit
sebagai substitusi produk sejenis yang
tidak terbarukan (non-renewable, green
products)
Fokus produk : minyak goring, lemak
padatan pangan, asam lemak dan
alcohol lemak, serta biodiesel.
Fokus produk : betacarotene, tocoferol,
tocotrienol, protein sel tunggal, personal
care.
Contoh : bio-asphalt, bio-surfactant, bio-
polimer, bio-avture, bio-lube, bio-plastic.
V. KEBIJAKAN DAN ARAH PENGEMBANGAN
Industri Pulp dan Kertas
 Kajian pengembangan industry pulp serat pajang dengan bahan baku abaca.
 Pengembangan SNI dalam rangka peningkatan daya saing melalui revisi/penyusunan
SNI baru.
 Peningkatan pengumpulan kertas bekas dari dalam negeri melalui pengembangan
lapak-lapak kertas bekas di berbagai daerah.
 Penyusunan buku pedoman manejemen lingkungan dan pemanfaatan limbah.
 Usulan pemberlakuan SNI wajib untuk kertas pembungkus makanan.
 Implementasi SKKNI
Industri Furniture Kayu
 Pengembangan bahan baku kayu alternative melalui pilot project pemanfatan limbah
kayu kelapa sawit.
 Mendukung pengembangan pemanfatan teknologi kayu engineering.
 Mengoptimalkan pemanfaatan terminal-terminal kayu yang telah ada dan
mengembangkan terminal kayu baru di daerah-daerah pusat pengembangan industry
furniture yang jauh dari sumber bahan baku kayu.
 Mengoptimalkan pemanfaatan Pusat Desain Furniture Kayu
 Memperbanyak frekwensi lomba desain furniture kayu.
 Meneruskan pelaksanaan program pameran di dalam dan di luar negeri untuk
pengembangan akses pasar dan memelihara konsumen tradisional.
 Memperbanyak pelatihan di bidang proses produksi dan desain furniture kayu.
V. KEBIJAKAN DAN ARAH
PENGEMBANGAN....LANJUTAN
Industri Pengolahan Rotan
 Mempertahan kebijakan larangan ekspor rotan asalan.
 Mengoptimalkan pemanfaatan terminal-terminal rotan di daerah-daerah
sumber bahan baku.
 Mengoptimalkan pemanfaatan Pusat Desain Furniture Rotan.
 Memperbanyak frekwensi lomba desain furniture rotan.
 Meneruskan pelaksanaan program pameran di dalam dan di luar negeri
untuk pengembangan akses pasar dan memelihara konsumen tradisional.
 Memperbanyak pelatihan di bidang proses produksi dan desain furniture
rotan.
Industri Crumb Rubber
 Menyusun SNI bokar yang bersih (premium).
 Mempertahankan kebijakan DNI untuk investasi baru di bidang industry
crumb rubber.
 Menyusun buku panduan manajemen lingkungan pada industry crumb
rubber.
 Mendorong pengaktifan kembali pengendalian suplai crumb rubber ke pasar
dunia melalui perluasan kerjasam Consorsium Industri Karet Alam yang
semula hanya terdiri dari dunia menjadi efektif kembali.
 Mendorong penyerapan crumb rubber di dalam negeri dengan pemanfaat
dalam program inprastruktur seperti Aspal karet, Bantalan Jembatan, Dock
fender dermaga, dll
V. KEBIJAKAN DAN ARAH
PENGEMBANGAN....LANJUTAN
1. Penyusunan rekomendasi terkait iklim usaha industri hasil hutan dan
perkebunan
2. Penyusunan rekomendasi terkait pengembangan desain furniture kayu dan
rotan
3. Penyusunan rekomendasi terkait infrastruktur industri kimia hasil hutan,
pertanian dan perkebunan
4. Pendampingan dan mentoring aplikasi sertifikasi sistem verifikasi legalitas
kayu (SVLK) dan dokukmen V-Legal untuk industri furniture dan kerajinan
kayu
5. Penyusunan dokumen kajian DED Pengembangan Indusri Pengolahan
Kayu berbasis bahan baku alternatif
6. Partisipasi dalam kegiatan forum kerjasama International bidang industri
hasil hutan dan perkebunan
7. Penyusunan/penyempurnaan standar furniture, pulp kertas dan crumb
rubber
8. Pembinaan teknis standardisasi dan teknologi Industri Hilir kelapa sawit dan
bahan bakar nabati
9. Penyusunan rancangan SKKNI Industri Furniture, industri percetakan dan
VI. KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2016
11.Bantuan mesin peralatan untuk industri pengolahan kayu
12.Bantuan mesin peralatan Pilot Project Aditif Aspal Berbasis Crumb Rubber
13.Pelatihan SDM Industri Percetakan bidang manajemen Pemasaran
14.Pelatihan SDM Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Bidang aplikasi industri
hijau
15.Pelatihan SDM Industri furniture bidang teknik produksi (finishing) dan
bidang desain
16.Pelatihan SDM Industri Karet Remah dalam bidang konservasi energi dan
bidang SML ISO 14000;2004
17.Pelatihan penerapan pembuatan chipboard dalam rangka pemanfaatan
limbah padat industri pulp dan kertas
18.Pelaksanaan promosi investasi industri hilir kelapa sawit
19.Promosi Industri hasil hutan dan perkebunan pada pameran bertaraf
international baik di dalam maupun di luar negeri
VI. KEGIATAN TAHUN ANGGARAN
2016.........LANJUTAN
• Pendampingan dan Mentoring Aplikasi Sertifikasi Sistem Verifikasi Legalitas
Kayu (SVLK) dan Dokumen V-Legal untuk Industri Furnitur dan Kerajinan Kayu
• Penyusunan/penyempurnaan Rancangan Standar produk industri hasil hutan
dan perkebunan
• penyusunan rancangan SKKNI SDM industri hasil hutan dan perkebunan
• Implementasi SKKNI dan pembiayaan sertifikasi SKKNI SDM industri hasil
hutan dan perkebunan
• Bantuan mesin peralatan pengembangan industri hasil hutan dan perkebunan
• Pelatihan pengembangan SDM Industri crumb rubber
• Pelatihan pengembangan SDM industri pulp dan kertas
• Pelatihan pengemabangan SDM Industri furniture dan pengolahan kayu
• Partisipasi dalam kegiatan forum kerjasama international bidang industri hasil
hutan dan perkebunan
• Pelaksanaan pameran di dalam dan luar negeri dalam rangka promosi industri
hasil hutan dan perkebunan
• Pelaksanaan promosi investasi industri hilir kelapa sawit
• Penyusunan dokumen perencanaan, monitoring dan evaluasi kinerja industri
hasil hutan dan perkebunan
• Penyusunan rekomendasi kebijakan terkait iklim usaha dan investasi industri
hasil hutan dan perkebunan
• Implementasi Pilot Project Aditif Aspal Berbasis Crumb Rubber
VII. RENCANA KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2017
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to PRESENTASI DIR. IHHP PADA RAKER IA SEMARANG.ppt

Panel viii rakornas 2019 - menteri lhk
Panel viii  rakornas 2019 - menteri lhkPanel viii  rakornas 2019 - menteri lhk
Panel viii rakornas 2019 - menteri lhk
Joseph Sitepu
 
Pengembangan Kawasan Andalan Riau
Pengembangan Kawasan Andalan RiauPengembangan Kawasan Andalan Riau
Pengembangan Kawasan Andalan RiauAri Raharjo
 
International political environment ~ ira kristina l. tobing
International political environment ~ ira kristina l. tobingInternational political environment ~ ira kristina l. tobing
International political environment ~ ira kristina l. tobing
Ira Kristina Lumban Tobing
 
Profil indagkop kab.humbahas
Profil indagkop kab.humbahasProfil indagkop kab.humbahas
Profil indagkop kab.humbahas
Zebulon Sitompul
 
PAPARAN KOPI SEMINAR INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI 2014.ppt
PAPARAN KOPI SEMINAR INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI 2014.pptPAPARAN KOPI SEMINAR INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI 2014.ppt
PAPARAN KOPI SEMINAR INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI 2014.ppt
Emailgamer0104gmailc
 
Persiapann dan Rakor-Makassar (28-10-09).ppt
Persiapann dan Rakor-Makassar (28-10-09).pptPersiapann dan Rakor-Makassar (28-10-09).ppt
Persiapann dan Rakor-Makassar (28-10-09).ppt
pnsbeneran
 
Kajian daya saing tenaga kerja lokal
Kajian daya saing tenaga kerja lokal Kajian daya saing tenaga kerja lokal
Kajian daya saing tenaga kerja lokal
Heru Suprapto
 
Bahan Presentasi
Bahan PresentasiBahan Presentasi
Bahan Presentasi
Vera [Chua]
 
Kemandirian pangan sesudah MEA
Kemandirian pangan sesudah MEAKemandirian pangan sesudah MEA
Kemandirian pangan sesudah MEA
Ferdy Mujahid
 
Presentasi Dewan Kedelai Nasional (Dekenas) Kadin
Presentasi Dewan Kedelai Nasional (Dekenas)  KadinPresentasi Dewan Kedelai Nasional (Dekenas)  Kadin
Presentasi Dewan Kedelai Nasional (Dekenas) Kadin
Bio Perforasi
 
Buku 6 prioritas industri kecil dan menengah
Buku 6 prioritas industri kecil dan menengahBuku 6 prioritas industri kecil dan menengah
Buku 6 prioritas industri kecil dan menengaherlangga13
 
Peluang rumput laut
Peluang rumput lautPeluang rumput laut
Peluang rumput laut
Mes Ry
 
Pengembangan IKM dalam meningkatkan peran wirausaha wanita
Pengembangan IKM dalam meningkatkan peran wirausaha wanitaPengembangan IKM dalam meningkatkan peran wirausaha wanita
Pengembangan IKM dalam meningkatkan peran wirausaha wanita
Kacung Abdullah
 
Plat 02
Plat 02Plat 02
Plat 02
imecommunity
 
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwDukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
xie_yeuw_jack
 
Company Profile for educational RNI.pptx
Company Profile for educational RNI.pptxCompany Profile for educational RNI.pptx
Company Profile for educational RNI.pptx
winarnigultom
 
Demographical environment~ira kristina l. tobing
Demographical environment~ira kristina l. tobingDemographical environment~ira kristina l. tobing
Demographical environment~ira kristina l. tobing
Ira Kristina Lumban Tobing
 
Industri pengolahannatadecoco
Industri pengolahannatadecocoIndustri pengolahannatadecoco
Industri pengolahannatadecoco
Indah Lestari Sitompul
 
Greenwarriorindonesia
Greenwarriorindonesia Greenwarriorindonesia
Greenwarriorindonesia
zhakim farsi
 

Similar to PRESENTASI DIR. IHHP PADA RAKER IA SEMARANG.ppt (20)

Panel viii rakornas 2019 - menteri lhk
Panel viii  rakornas 2019 - menteri lhkPanel viii  rakornas 2019 - menteri lhk
Panel viii rakornas 2019 - menteri lhk
 
Pengembangan Kawasan Andalan Riau
Pengembangan Kawasan Andalan RiauPengembangan Kawasan Andalan Riau
Pengembangan Kawasan Andalan Riau
 
International political environment ~ ira kristina l. tobing
International political environment ~ ira kristina l. tobingInternational political environment ~ ira kristina l. tobing
International political environment ~ ira kristina l. tobing
 
Profil indagkop kab.humbahas
Profil indagkop kab.humbahasProfil indagkop kab.humbahas
Profil indagkop kab.humbahas
 
PAPARAN KOPI SEMINAR INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI 2014.ppt
PAPARAN KOPI SEMINAR INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI 2014.pptPAPARAN KOPI SEMINAR INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI 2014.ppt
PAPARAN KOPI SEMINAR INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI 2014.ppt
 
Persiapann dan Rakor-Makassar (28-10-09).ppt
Persiapann dan Rakor-Makassar (28-10-09).pptPersiapann dan Rakor-Makassar (28-10-09).ppt
Persiapann dan Rakor-Makassar (28-10-09).ppt
 
Kajian daya saing tenaga kerja lokal
Kajian daya saing tenaga kerja lokal Kajian daya saing tenaga kerja lokal
Kajian daya saing tenaga kerja lokal
 
Bahan Presentasi
Bahan PresentasiBahan Presentasi
Bahan Presentasi
 
Kemandirian pangan sesudah MEA
Kemandirian pangan sesudah MEAKemandirian pangan sesudah MEA
Kemandirian pangan sesudah MEA
 
Presentasi Dewan Kedelai Nasional (Dekenas) Kadin
Presentasi Dewan Kedelai Nasional (Dekenas)  KadinPresentasi Dewan Kedelai Nasional (Dekenas)  Kadin
Presentasi Dewan Kedelai Nasional (Dekenas) Kadin
 
Buku 6 prioritas industri kecil dan menengah
Buku 6 prioritas industri kecil dan menengahBuku 6 prioritas industri kecil dan menengah
Buku 6 prioritas industri kecil dan menengah
 
Peluang rumput laut
Peluang rumput lautPeluang rumput laut
Peluang rumput laut
 
Perindustrian di malaysia
Perindustrian di malaysiaPerindustrian di malaysia
Perindustrian di malaysia
 
Pengembangan IKM dalam meningkatkan peran wirausaha wanita
Pengembangan IKM dalam meningkatkan peran wirausaha wanitaPengembangan IKM dalam meningkatkan peran wirausaha wanita
Pengembangan IKM dalam meningkatkan peran wirausaha wanita
 
Plat 02
Plat 02Plat 02
Plat 02
 
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwDukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
 
Company Profile for educational RNI.pptx
Company Profile for educational RNI.pptxCompany Profile for educational RNI.pptx
Company Profile for educational RNI.pptx
 
Demographical environment~ira kristina l. tobing
Demographical environment~ira kristina l. tobingDemographical environment~ira kristina l. tobing
Demographical environment~ira kristina l. tobing
 
Industri pengolahannatadecoco
Industri pengolahannatadecocoIndustri pengolahannatadecoco
Industri pengolahannatadecoco
 
Greenwarriorindonesia
Greenwarriorindonesia Greenwarriorindonesia
Greenwarriorindonesia
 

PRESENTASI DIR. IHHP PADA RAKER IA SEMARANG.ppt

  • 1. PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN DIREKTORAT INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN Semarang, 3 Februari 2016
  • 2.  Indonesia dikaruniai oleh Tuhan memiliki potensi SDA yang berlimpah, baik yang terbarukan (hasil hutan, perkebunan, pertanian, perikanan, dll) maupun yang tidak terbarukan (barang tambang dan bahan galian non-logam).  Industri hasil hutan dan perkebunan sudah cukup lama berkembang di Indonesia yang didukung dengan ketersediaan bahan baku yang cukup berlimpah, seperti : Crude Palm Oil (CPO) produksinya telah mencapai 31,6 juta ton dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) sebesar 3,5 juta ton (2014), perkebunan karet di Indonesia seluas + 3,6 juta hektar dengan produksi + 3,15 juta ton (2014); Indonesia merupakan penghasil rotan terbesar di dunia; Hutan Tanaman Industri (HTI); Hutan Produksi (HP) dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) yang cukup luas dan lain-lain.  Cakupan pembinaan Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, secara garis besar meliputi : industri turunan CPO; pulp dan kertas; pengolahan kayu; rotan olahan; dan crumb rubber.  Peluang pengembangan industri hasil hutan dan perkebunan masih cukup terbuka, namun perlu strategi tertentu karena hambatan dan tantangannya juga tidak sedikit. I. Pendahuluan
  • 3. UU No. 3 Tahun 2014 RIPIN KIN Pembinaan Pengaturan Pengembangan Peraturan dan Perundang- undangan Terkait meliputi:  UU No. 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan  UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan  UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.  PERATURAN MENTERI KEUANGAN  PERMENDAG  PERMENHUT  Dll. Sinergi dan Kolaborasi dengan pemangku kepentingan:  Kementerian LH dan Kehutanan  Kementerian Pertanian  Kementerian Perdagangan  Kementerian Keuangan  Pemerintah Daerah  Asosiasi Industri  dll. Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Yang Berdaya Saing II. KERANGKA PIKIR RPJM
  • 4. Skema Pembangunan Industri Menurut UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian Pembangunan Sumber Daya Industri • Pembangunan SDM • Pemanfaatan SDA • Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri • Pengembangan & Pemanfaatan Kreativitas & Inovasi • Penyediaan Sumber Pembiayaan Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri • Standardisasi Industri • Infrastruktur Industri • Sistem Informasi Industri Nasional • Perwilayahan Industri Pemberdayaan Industri • IKM • Industri Hijau • Industri Strategis • P3DN • Kerja Sama Internasional di Bidang Industri • Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional • Kebijakan Industri Nasional • Rencana Kerja Pembangunan Industri TUJUAN PEMBANGUNAN INDUSTRI Industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Instrumen Pendukung • Perizinan • Penanaman Modal Bidang Industri • Fasilitas Industri Instrumen Pendukung • Komite Industri Nasional • Peran Serta Masyarakat • Pengawasan dan Pengendalian, • Sanksi Tindakan Pengamanan dan Penyelamatan Industri • Tindakan Pengamanan Industri • Tindakan Penyelamatan Industri Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Bidang Perindustrian II. KERANGKA PIKIR.......LANJUTAN
  • 5. • Spesifikasi bahan baku • Harga INPUT • SNI • SKKNI • GMP • UKL/UPL • ISO 9001;2008 • ISO 19000 • Panduan teknis PROSES • Akses pasar • Daya saing • Nilai jual OUTPUT ENVIRONMENT R & D - Penguatan Balai Industri - Pemanfaatan hasil riset industri - Pengamanan HKI riset industri SDM - Pendirian Sekolah Industri - Peningkatan kualifikasi SDM industri IKLIM USAHA - Insentif fiskal dan non fiskal - Kemudahan perijinan - Penguatan perdagangan dalam negeri INFRASTRUKTUR - Jalan - Kawasan Industri - Pelabuhan - - Energi - air II. KERANGKA PIKIR.......LANJUTAN
  • 6. Industri Pulp NO. URAIAN SATUAN TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 Sept 2015* 1 Jumlah Perusahaan Unit 12 12 12 11 11 11 2 Kapasitas Izin Ton/th 7.813.500 7.902.100 7.932.100 7.890.100 9.890.100 9.890.100 3 Produksi Riil Ton/th 7.574.550 7.140.537 6.158.537 6.845.321 7.156.463 5.107.138 4 Konsumsi Ton 5.285.438 5.524.858 4.324.898 4.324.898 4.732.961 3.377.630 5 Ekspor Ton 2.557.501 2.934.347 3.196.956 2.045.193 2.273.823 1.622.691 Ribu US$ 1.457.072 1.554.835 1.545.804 1.010.620 1.106.293 789.495 6 Impor Ton 1.168.389 1.318.667 1.363.317 897.297 992.553 708.326 Ribu USS 981.877 1.189.817 1.051.078 978.206 1.012.522 722.576 7 Investasi Rp. Juta 12.477.075 12.477.075 13.100.929 13.231.938 15.465.820 15.465.820 8 Tenaga Kerja Orang 79.108 82.350 82.350 82.350 86.530 86.530 NO. URAIAN SATUAN TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 Sept 2015* 1 Jumlah Perusahaan Unit 79 77 77 77 77 77 2 Kapasitas Izin Ton/th 12.796.470 12.986.470 12.986.470 12.986.470 13.486.470 13.486.470 3 Produksi Riil Ton/th 9.813.348 10.302.553 10.734.537 10.635.537 10.436.655 7.451.292 4 Konsumsi Ton 6.110.543 7.614.945 8.056.216 8.056.216 8.003.721 5.714.289 5 Ekspor Ton 4.215.472 5.492.133 4.229.694 4.341.359 4.583.685 3.272.540 Ribu USS 3.786.312 4.119-100 3.972.077 2.041.904 2.387.694 1.704.704 6 Impor Ton 512.667 660.998 658.533 652.595 703.351 502.160 Ribu USS 781.165 1.220.830 1.968.847 1.872.645 524.106 374.188 7 Investasi Rp. Juta 11.191.027 12.869.681 12.869.681 12.869.681 12.869.681 12.869.681 8 Tenaga Kerja Orang 166.087 184.900 184.901 184.901 184.901 184.901 Industri Kertas Sumber: Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan (2016) III. PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN
  • 7. Industri Turunan CPO a. Potensi Bahan Baku b. Perkiraan Produksi dan Penggunaan Sumber: Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, GAPKI (2016) Sumber: Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, GIMNI (2016) III. PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN.....LANJUTAN
  • 8. Industri Furniture Kayu NO. URAIAN SATUAN TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 Sept 2015* 1 Jumlah Perusahaan Unit 1.063 1.084 1.126 1.126 1.126 1.126 2 Kapasitas Izin Ton/th 3.401.350 3.401.350 3.401.350 3.401.350 3.401.350 3.401.350 3 Produksi Riil Ton/th 2.430.125 2.553.524 2.470.147 2.531.544 2.465.312 1.840.311 4 Konsumsi Ton 1.880.824 2.128.656 1.464.700 1.423.200 1.395.624 1.041.808 5 Ekspor Ton 584.666 473.513 461.578 425.268 347.296 259.250 Ribu US$ 1.394.558 1.176.217 1.242.299 1.252.168 2.200.000 1.642.260 6 Impor Ton 35.365 48.645 41.610 23.683 15.535 11.597 Ribu USS 57.919 88.520 89.623 73.296 30.747 22.952 7 Investasi Rp. Juta 7.280.307 7.280.307 7.190.479 7.450.534 7.190.479 7.190.479 8 Tenaga Kerja Orang 430.674 432.700 431.987 431.987 431.987 431.987 NO. URAIAN SATUAN TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 Sept 2015* 1 Jumlah Perusahaan Unit 220 223 221 220 166 166 2 Kapasitas Izin Ton/th 551.585 551.585 551.585 551.585 551.585 551.585 3 Produksi Riil Ton/th 250.980 341.297 327.194 312.194 311.449 217.281 6 Konsumsi Ton 536.125 758.120 i 267.443 265.643 266.493 185.918 7 Ekspor Ton 65.083 52.177 54.751 61.363 60.633 42.300 Ribu USS 212.033 168.411 190.582 246.231 173.709 121.187 8 Impor Ton 350.228 469.000 94.000 86.000 90.870 63.395 Ribu USS 600.812 103.000 199.000 300.000 250.801 174.970 9 Investasi Rp. Juta 1.005.245 1.132.462 1.122.352 1.131.223 1.133.164 1.133.164 10 Tenaga Kerja Orang 269.200 165.675 169.765 169.765 169.765 169.765 Industri Pengolahan Rotan Sumber: Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan (2016) III. PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN.....LANJUTAN
  • 9. Industri Crumb Rubber NO . URAIAN SATUAN TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 Sept 2015* 1 Jumlah Perusahaan Unit 188 188 188 188 188 188 2 Kapasitas Izin Ton/th 2.515.400 2.817.248 2.817.248 2.817.248 3.746.634 3.746.634 3 Produksi Riil Ton/th 2.463.265 2.544.213 2.562.118 3.257.553 3.153.000 2.069.936 4 Konsumsi Ton 23.171 82.430 480.000 480.000 612.000 401.776 5 Ekspor Ton 2.452.794 2.478.883 2.370.136 2.626.763 2.600.000 1.706.893 Ribu US$ 7.601.905 11.415.986 7.626.725 6.706.864 2.962.581 1.944.926 6 Impor Ton 12.700 17.100 16.400 27.100 25.800 16.938 Ribu USS 6.481 21.626 19.501 12.040 9.104 5.977 7 Investasi Rp. Juta 5.335.426 5.975.677 6.675.225 6.675.225 6.872.654 6.872.654 8 Tenaga Kerja Orang 24.740 26.450 26.564 26.564 26.564 26.564 Sumber: Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan (2016) III. PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN.....LANJUTAN
  • 10. Industri Pulp Dan Kertas Kekuatan  Daya saing industri pulp & kertas Indonesia cukup tinggi (pulp serat pendek No. 9 dunia, dan kertas No. 6 dunia).  Ikilm tropis yg memungkinkan tanaman dpt tumbuh lebih cepat.  Adanya potensi pengembangan bahan baku (HPK masih cukup luas).  Potensi bhn baku non-kayu (abaka, tandan konsong kelapa sawit, dll).  Teknologi proses pulp dan kertas telah dikuasai dan hampir semua jenis kertas sudah dapat diproduksi di D.N.  Dukungan BBPK dan ATPK. Kelemahan  Masih tingginya impor pulp serat panjang.  Belum dikuasainya teknologi rancang bangun dan perekayasaan permesinan pulp & kertas.  Sulitnya proses perizinan perolehan HTI baru.  Masih rendahnya pengumpulan kertas bekas di D.N., shg impornya masih tinggi. Kesempatan  Jml penduduk yg besar dan konsumsi kertas per kapita di Indonesia masih rendah yaitu baru 32,6 kg.  Menurunnya peranan NORSCAN (Norwegia, Swedia dan Scadinavia) sebagai penyuplai utama pulp dan kertas dunia. Ancaman :  Tuntutan lingkungan (eco-label).  Berkembangnya teknologi informasi mengarah ke paperless.  ketentuan impor limbah non B3 dimana kertas bekas sebagai bahan baku industri pulp dikategorikan sebagai limbah IV. ANALISIS SWOT
  • 11. Kekuatan :  Ketersediaan b.b CPO dan CPKO berlimpah.  Bbrp lembaga riset dan P.T. memfokuskan R & D di bidang ind. turunan CPO, seperti : PPKS- Medan, SRDC (IPB-Bogor), BBIA, BPPT, dll.  Adanya dukungan kebijakan, a.l. Penerapan BK; Tax Holiday; Tax Allowance; pembebasan BM impor mesin, barang dan bahan; tersedianya Dana Pungutan Sawit.  Tersedianya kawasan industri khusus sbg pusat pengembangan ind. turunan CPO spt : Sei Mangke-Sumut; Dumai Pelintung-Riau dan Bontang-Kaltim. Kelemahan :  Masih terbatasnya ketersediaan infrastruktur, termasuk di kawasan-kawasan industri pusat pengembangan industri berbasis CPO.  Belum sinerginya kerjasama antar lembaga riset.  Belum matching-nya R & D dgn kebutuhan industri.  Belum dikuasainya teknologi proses produksi , termasuk rancang bangun dan perekayasaan mesin/peralatan.  Banyak hasil-2 riset yang tidak ditindaklanjuti.  Masih terbatasnya penyediaan SDM yang qualified di bidang industri turunan CPO.  Belum adanya Balai Khusus yang menangani hilir kelapa sawit Kesempatan :  Jumlah penduduk yg besar.  Produk hilir industri turunan CPO sangat luas dan banyak yg mrpk keb. sehari-hari, spt : bahan makanan (minyak goreng, mentega, CBS, dll); bahan bakar (bio-diesel, bio-avtur), farmasi (betakaroten, tocoferol, tocotrienol), personal care (detergent, sabun, dll); bio-lub; bio-plastik; surfaktan, dll.  Nilai tambah yang sangat besar dari Industri Hilir Kelapa Sawit Ancaman :  Negative campaign.  Masih adanya kebijakan yg kontra produktif, spt : masih tingginya subsidi bhn bakar dari fosil.  Teknologi dan pasar produk intermediate serta hilir CPO dikuasai oleh bbrp MNC (spt : Unilever, Kao, Protec & Gambler). IV. ANALISIS SWOT.........LANJUTAN Industri Hilir Kelapa Sawit
  • 12. Industri Furniture Kayu Kekuatan  Industri furniture memiliki nilai tambah tertinggi dibandingkan industri pengolahan kayu lainnya.  Adanya Pusat Desain Furniture Kayu di Jepara.  Adanya terminal kayu di beberapa daerah (di Jateng dan Sulut).  Banyaknya jumlah perajin furniture di Indonesia.  Masih adanya hutan (HPH, HPK, Perhutani, Hutan Rakyat) sbg sumber bahan baku.  Masih adanya potensi pengembangan bahan baku alternatif (spt: kayu kelapa sawit yg tdk produktif lagi, kayu karet,dll). Kelemahan  Lokasi pusat-pusat industri furniture pada umumnya berjauhan dengan lokasi sumber- sumber bahan baku kayu.  Makin terbatasnya pasokan bahan baku kayu dengan kualitas yang baik  Terbatasnya SDM yang menguasi bidang desain dan teknik produksi.  Terbatasnya penguasaan teknologi kayu engineering (finger jont, laminating).  Belum optimalnya peranan Pusat Desain dan Terminal Kayu  Terbatasnya pameran produk-produk furniture. Kesempatan  Besarnya permintaan di DN dan ekspor.  Furniture masuk kelompok industri kreatif dan fashionable, dinamika pasar cukup tinggi.  Pasar Eropa, AS dan Jepang mulai menerapkan regulasi terkait legalitas kayu dan di Indonesia telah memiliki SVLK untuk menembus pasar tersebut Hambatan/Gangguan  Tuntutan masalah lingkungan dan Negative campaign.  Persaingan dengan produk-produk sejenis dari impor.  Banyaknya retribusi daerah yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi. IV. ANALISIS SWOT.........LANJUTAN
  • 13. Industri Pengolahan Rotan Kekuatan  Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar di dunia. Diperkirakan 85% bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan oleh Indonesia.  Ada kebijakan larangan ekspor rotan asalan, sehingga dapat membantu ketersediaan bahan baku di dalam negeri.  Adanya Pusat Desain Furniture Rotan di Cirebon.  Bahan baku rotan masuk kategori ramah lingkungan. Kelemahan  Belum adanya litbang yang khusus meneliti mengenai pemanfaatan rotan, sehingga belum semua rotan yang tumbuh di Indonesia dapat dimanfaatkan.  Terbatasnya SDM yang menguasai bidang desain dan proses produksi.  Belum optimalnya peranan Pusat Desain Furniture Rotan di Cirebon dalam mendukung kebutuhan desain para perajin IKM. Kesempatan  Peluang pasar furniture rotan, baik di dalam maupun di luar negeri.  Di Indonesia terdapat 312 jenis rotan sedangkan yang dimanfaatkan secara komersial hanya 16 jenis dan pada dasarnya seluruh jenis rotan dapat dimanfaatkan Hambatan/Gangguan  Masih adanya penyelundupan rotan.  Persaingan dengan produk-produk sejenis (khususnya dari China).  Adanya saingan dengan rotan sintetis. IV. ANALISIS SWOT.........LANJUTAN
  • 14. Industri Crumb Rubber Kekuatan  Areal perkebunan karet terluas di dunia +3,6 juta ha sbg sumber bahan baku.  Teknologi pengolahan crumb rubber telah dikuasi.  Adanya Consorsium Tripartit antara Indonesia, Malaysia dan Thailand Kelemahan  Kapasitas terpasang pabrik crumb rubber jauh melebihi ketersediaan bahan olah karet, akibatnya bahan olah karet (bokar) sejelek apapun diterima pabrik.  Produktivitas tanaman karet lebih rendah dibandingkan di Thailand dan Malaysia.  Mutu bokar yang jelek (kotor), menyebabkan biaya produksi relatif tinggi dan produk crumb rubber yg dihasilkan relatif rendah.  Ada potensi pencemaran lingkungan (terutama bau). Kesempatan  Peluang pemasaran produk karet masih cukup terbuka baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri.  Pemanfaatan karet alam dalam pengembangan inprastruktur di dalam negeri (jalan, dokpender, dsb) Hambatan/Gangguan  Adanya negara pesaing yang tidak masuk consorsium (terutama Vietnam), shg sulit mengendalikan suplai karet dunia, menyebabkan harga dunia terpuruk.  Persaingan dengan karet sintetis. IV. ANALISIS SWOT.........LANJUTAN
  • 15. Industri Turunan CPO  Mendorong hilirasi sawit, melalui promosi investasi dengan mensosialisasikan berbagai faslitas atau insentif yang mendukung pengembangan industry turunan CPO, terutama yang diamanatkan pada RIPIN dan KIN.  Mengawal terus pengembangan infrastruktur di Kawasan Industri Sei Mangke, Dumai dan Bontang, serta pengisian industrinya.  Mensinergikan berbagai lembaga riset yang memfokuskan R & D di bidang produk-produk turunan CPO (baik yang melakukan pengembangan produk-produk baru maupun perekayaan mesin/peralatan) dalam rangka mewujudkan kemandirian pada jangka panjang.  Mendukung dilakukannya Pilot Project untuk mengangkat hasil-hasil R & D, sampai dengan komersialisasinya dengan melibatkan pemangku kepentingan. Pada jangka pendek adalah betakaroten, untuk mengurangi impor Vit. A, yang harus dilakukan terkait program SNI Wajib Minyak Goreng Sawit yang difortifikasi dengan Vit. A.  Memfasilitasi kemungkinan dilakukannya aliansi strategis antara pebisnis local dengan pelaku usaha global (MNC) di bidang industry turunan sawit.  Tahapan hilirisasi turunan CPO: Short Term (2011-2015) Medium Term (2016-2020) Longterm (2020-2050) Fokus pada optimalisasi kapasitas terpasang, peningkatan kapasitas refinery dan biodiesel, dan penguatan iklim usaha investasi. Focus pada produk hilir dengan “distinctive aspect” untuk mendukung ketahanan pangan dan memenuhi kecukupan nutrisi masyarakat. Fokus pada produk canggih sawit sebagai substitusi produk sejenis yang tidak terbarukan (non-renewable, green products) Fokus produk : minyak goring, lemak padatan pangan, asam lemak dan alcohol lemak, serta biodiesel. Fokus produk : betacarotene, tocoferol, tocotrienol, protein sel tunggal, personal care. Contoh : bio-asphalt, bio-surfactant, bio- polimer, bio-avture, bio-lube, bio-plastic. V. KEBIJAKAN DAN ARAH PENGEMBANGAN
  • 16. Industri Pulp dan Kertas  Kajian pengembangan industry pulp serat pajang dengan bahan baku abaca.  Pengembangan SNI dalam rangka peningkatan daya saing melalui revisi/penyusunan SNI baru.  Peningkatan pengumpulan kertas bekas dari dalam negeri melalui pengembangan lapak-lapak kertas bekas di berbagai daerah.  Penyusunan buku pedoman manejemen lingkungan dan pemanfaatan limbah.  Usulan pemberlakuan SNI wajib untuk kertas pembungkus makanan.  Implementasi SKKNI Industri Furniture Kayu  Pengembangan bahan baku kayu alternative melalui pilot project pemanfatan limbah kayu kelapa sawit.  Mendukung pengembangan pemanfatan teknologi kayu engineering.  Mengoptimalkan pemanfaatan terminal-terminal kayu yang telah ada dan mengembangkan terminal kayu baru di daerah-daerah pusat pengembangan industry furniture yang jauh dari sumber bahan baku kayu.  Mengoptimalkan pemanfaatan Pusat Desain Furniture Kayu  Memperbanyak frekwensi lomba desain furniture kayu.  Meneruskan pelaksanaan program pameran di dalam dan di luar negeri untuk pengembangan akses pasar dan memelihara konsumen tradisional.  Memperbanyak pelatihan di bidang proses produksi dan desain furniture kayu. V. KEBIJAKAN DAN ARAH PENGEMBANGAN....LANJUTAN
  • 17. Industri Pengolahan Rotan  Mempertahan kebijakan larangan ekspor rotan asalan.  Mengoptimalkan pemanfaatan terminal-terminal rotan di daerah-daerah sumber bahan baku.  Mengoptimalkan pemanfaatan Pusat Desain Furniture Rotan.  Memperbanyak frekwensi lomba desain furniture rotan.  Meneruskan pelaksanaan program pameran di dalam dan di luar negeri untuk pengembangan akses pasar dan memelihara konsumen tradisional.  Memperbanyak pelatihan di bidang proses produksi dan desain furniture rotan. Industri Crumb Rubber  Menyusun SNI bokar yang bersih (premium).  Mempertahankan kebijakan DNI untuk investasi baru di bidang industry crumb rubber.  Menyusun buku panduan manajemen lingkungan pada industry crumb rubber.  Mendorong pengaktifan kembali pengendalian suplai crumb rubber ke pasar dunia melalui perluasan kerjasam Consorsium Industri Karet Alam yang semula hanya terdiri dari dunia menjadi efektif kembali.  Mendorong penyerapan crumb rubber di dalam negeri dengan pemanfaat dalam program inprastruktur seperti Aspal karet, Bantalan Jembatan, Dock fender dermaga, dll V. KEBIJAKAN DAN ARAH PENGEMBANGAN....LANJUTAN
  • 18. 1. Penyusunan rekomendasi terkait iklim usaha industri hasil hutan dan perkebunan 2. Penyusunan rekomendasi terkait pengembangan desain furniture kayu dan rotan 3. Penyusunan rekomendasi terkait infrastruktur industri kimia hasil hutan, pertanian dan perkebunan 4. Pendampingan dan mentoring aplikasi sertifikasi sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) dan dokukmen V-Legal untuk industri furniture dan kerajinan kayu 5. Penyusunan dokumen kajian DED Pengembangan Indusri Pengolahan Kayu berbasis bahan baku alternatif 6. Partisipasi dalam kegiatan forum kerjasama International bidang industri hasil hutan dan perkebunan 7. Penyusunan/penyempurnaan standar furniture, pulp kertas dan crumb rubber 8. Pembinaan teknis standardisasi dan teknologi Industri Hilir kelapa sawit dan bahan bakar nabati 9. Penyusunan rancangan SKKNI Industri Furniture, industri percetakan dan VI. KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2016
  • 19. 11.Bantuan mesin peralatan untuk industri pengolahan kayu 12.Bantuan mesin peralatan Pilot Project Aditif Aspal Berbasis Crumb Rubber 13.Pelatihan SDM Industri Percetakan bidang manajemen Pemasaran 14.Pelatihan SDM Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Bidang aplikasi industri hijau 15.Pelatihan SDM Industri furniture bidang teknik produksi (finishing) dan bidang desain 16.Pelatihan SDM Industri Karet Remah dalam bidang konservasi energi dan bidang SML ISO 14000;2004 17.Pelatihan penerapan pembuatan chipboard dalam rangka pemanfaatan limbah padat industri pulp dan kertas 18.Pelaksanaan promosi investasi industri hilir kelapa sawit 19.Promosi Industri hasil hutan dan perkebunan pada pameran bertaraf international baik di dalam maupun di luar negeri VI. KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2016.........LANJUTAN
  • 20. • Pendampingan dan Mentoring Aplikasi Sertifikasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dan Dokumen V-Legal untuk Industri Furnitur dan Kerajinan Kayu • Penyusunan/penyempurnaan Rancangan Standar produk industri hasil hutan dan perkebunan • penyusunan rancangan SKKNI SDM industri hasil hutan dan perkebunan • Implementasi SKKNI dan pembiayaan sertifikasi SKKNI SDM industri hasil hutan dan perkebunan • Bantuan mesin peralatan pengembangan industri hasil hutan dan perkebunan • Pelatihan pengembangan SDM Industri crumb rubber • Pelatihan pengembangan SDM industri pulp dan kertas • Pelatihan pengemabangan SDM Industri furniture dan pengolahan kayu • Partisipasi dalam kegiatan forum kerjasama international bidang industri hasil hutan dan perkebunan • Pelaksanaan pameran di dalam dan luar negeri dalam rangka promosi industri hasil hutan dan perkebunan • Pelaksanaan promosi investasi industri hilir kelapa sawit • Penyusunan dokumen perencanaan, monitoring dan evaluasi kinerja industri hasil hutan dan perkebunan • Penyusunan rekomendasi kebijakan terkait iklim usaha dan investasi industri hasil hutan dan perkebunan • Implementasi Pilot Project Aditif Aspal Berbasis Crumb Rubber VII. RENCANA KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2017