Analisis beban kerja operator proses di seksi Pro-PET PT. Mitsubishi Chemical Indonesia menunjukkan bahwa beban kerja operator bervariasi untuk setiap shiftnya. Beban kerja operator pada shift pagi dan siang tergolong normal sedangkan pada shift malam mengalami overload.
Business Process Modelling Notation - overviewFaqih Zulfikar
Business Process Modelling Notation (BPMN) adalah salah satu notasi paling populer yang digunakan untuk memodelkan proses bisnis.
dalam slide ini akan dipaparkan konsep dari BPMN, komponen-komponennya, quiz (tebak2an), serta contoh yang sederhana sehingga mudah dipahami.
Pemodelan tersebut dapat menjadi bagian dari Standard Operating Procedure (SOP) yaitu panduan bagian pegawai dalam melaksanakan tugas organisasi.
Melalui pemodelan ini juga, kita dapat membuat inovasi seperti digitalisasi, simplifikasi, integrasi, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pengguna BPMN tidak hanya dituntut untuk dapat menggambarkan proses bisnis, namun juga harus dapat mengidentifikasi potensi2 perbaikan organisasi. Biasanya ditrigger oleh pain point (hal yang kurang menyenangkan) dan trigger event (hal yang ingin dicapai).
---
Penyusun merupakan salah satu anggota tim Enterprise Architecture Kementerian Keuangan yang antusias di bidang digital transformation dan inovasi organisasi.
1 e campus-siakad-proposal penawaran software aplikasi sistem informasi manaj...Ahmad SKT
1. SIAKAD (Software Aplikasi Sistem Informasi Akademik) ... hal 3
2. SIRS (Software Aplikasi Sistem Informasi Rumah Sakit) ... hal 4
3. SIMPEG (Software Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian) ... hal 8
4. SIMDIK (Software Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Pendidikan dan Sekolah) ... hal 10
5. SIMPUS (Sistem Informasi Manajemen Perpustakaan) ... hal 12
6. SIDAK (Sistem Informasi Dokumentasi dan Kearsipan) ... hal 13
7. SITARA (Sistem Informasi Manajemen Tata Persuratan) ... hal 14
8. SIRAB (Sistem Informasi Rencana Anggaran Belanja) ... hal 14
9. SIMA (Sistem Informasi Manajemen Aset) ... hal 15
10. SIM SPD (Software Aplikasi Sistem Informasi Surat Perjalanan Dinas)-non web based ... hal 15
11. SIMKEU (Software Aplikasi Sistem Informasi Keuangan Pusat)-non web based ... hal 16
12. SIKD (Software Aplikasi Sistem Informasi Keuangan Daerah)-non web based ... hal 17
13. SIMWAS (Software Aplikasi Sistem Informasi Pengawasan)-non web based ... hal 20
14. e-StockKB (Software Aplikasi Inventory Kawasan Berikat) ... hal 20
15. SIMPRUS (Software Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Perusahaan)-non web based ... hal 23
Business Process Modelling Notation - overviewFaqih Zulfikar
Business Process Modelling Notation (BPMN) adalah salah satu notasi paling populer yang digunakan untuk memodelkan proses bisnis.
dalam slide ini akan dipaparkan konsep dari BPMN, komponen-komponennya, quiz (tebak2an), serta contoh yang sederhana sehingga mudah dipahami.
Pemodelan tersebut dapat menjadi bagian dari Standard Operating Procedure (SOP) yaitu panduan bagian pegawai dalam melaksanakan tugas organisasi.
Melalui pemodelan ini juga, kita dapat membuat inovasi seperti digitalisasi, simplifikasi, integrasi, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pengguna BPMN tidak hanya dituntut untuk dapat menggambarkan proses bisnis, namun juga harus dapat mengidentifikasi potensi2 perbaikan organisasi. Biasanya ditrigger oleh pain point (hal yang kurang menyenangkan) dan trigger event (hal yang ingin dicapai).
---
Penyusun merupakan salah satu anggota tim Enterprise Architecture Kementerian Keuangan yang antusias di bidang digital transformation dan inovasi organisasi.
1 e campus-siakad-proposal penawaran software aplikasi sistem informasi manaj...Ahmad SKT
1. SIAKAD (Software Aplikasi Sistem Informasi Akademik) ... hal 3
2. SIRS (Software Aplikasi Sistem Informasi Rumah Sakit) ... hal 4
3. SIMPEG (Software Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian) ... hal 8
4. SIMDIK (Software Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Pendidikan dan Sekolah) ... hal 10
5. SIMPUS (Sistem Informasi Manajemen Perpustakaan) ... hal 12
6. SIDAK (Sistem Informasi Dokumentasi dan Kearsipan) ... hal 13
7. SITARA (Sistem Informasi Manajemen Tata Persuratan) ... hal 14
8. SIRAB (Sistem Informasi Rencana Anggaran Belanja) ... hal 14
9. SIMA (Sistem Informasi Manajemen Aset) ... hal 15
10. SIM SPD (Software Aplikasi Sistem Informasi Surat Perjalanan Dinas)-non web based ... hal 15
11. SIMKEU (Software Aplikasi Sistem Informasi Keuangan Pusat)-non web based ... hal 16
12. SIKD (Software Aplikasi Sistem Informasi Keuangan Daerah)-non web based ... hal 17
13. SIMWAS (Software Aplikasi Sistem Informasi Pengawasan)-non web based ... hal 20
14. e-StockKB (Software Aplikasi Inventory Kawasan Berikat) ... hal 20
15. SIMPRUS (Software Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Perusahaan)-non web based ... hal 23
Merupakan hasil diskusi dalam menyusun proposal Project Management Plan yang sebelumnya telah menentukan system request, feasibility dengan kasus sewa alat berat PT. Terlalu Berat.
Merupakan hasil diskusi dalam menyusun proposal Project Management Plan yang sebelumnya telah menentukan system request, feasibility dengan kasus sewa alat berat PT. Terlalu Berat.
Analisis Metode Produksi Dimetil Ester Tereftalat (DMT)Rhoma Dhianah
Industri polimer, merupakan salah satu industri yang berkembang pesat di Indonesia, dimana menghasilkan bahan-bahan polimer untuk kebutuhan alat-alat rumah tangga, pakaian dan lain-lain. Salah satu bahan dasar yang dibutuhkan pada industri polimer adalah dimetil tereftalat (DMT).
Perancangan Pabrik Isopropil Asetat Dari Asam Asetat dan Propilen Dengan Kap...RBMelaniPutri001
Produksi Isopropil asetat pada perancangan pabrik ini melibatkan berbagai alat proses yang
meliputi tempat penyimpanan, reaktor, unit pemanas dan pemisahan. Dalam proses reaksinya
untuk menghasilkan produk berupa isopropil asetat membutuhkan bahan baku yaitu berupa
asam asetat dan propilen yang berasal dari tangki penyimpanan yang dinaikkan terlebih dahulu
temperatunya sebelum masuk ke dalam reaktor. Pada reaktor terjadi proses esterifikasi dengan
bantuan katalis padat yang berupa Amberlyst-15.
Kiman siregar b2 01-s3-1-room b for ecobalance seminar_yokohama_22 nov 2012 e...Kiman Siregar
International Seminar About Life Cycle Assessment of Biodiesel Production Used Catalyst from Crude Palm Oil and Crude Jatropha Curcas Oil at Yokoma Japan
5. 5
2
4
9
1 8
3
5
April 1989
Mulai Persiapan Lahan Pabrik
Juni 1990
Mendapat persetujuan dari BKPM
6
7
Maret 1991
Berdirinya PT. Bakrie Kasei
Februari 1994
Pabrik TPA-1 mulai beroperasi
komersial
April 1994
Berdirinya PT. Bakrie Kasei PET
Corporation
November 1995
Pabrik PET mulai beroperasi
komersial
Juli 1996
Pabrik TPA-2 beroperasi
komersial
Desember 1996
PT. Bakrie Kasei dengan PT.
Bakrie Kasei PET Corporation
bergabung
Maret 2001
Perubahan Nama menjadi PT.
Mitsubishi Chemical Indonesia
SEJARAH
6. TUJUAN KERJA PRAKTIK
6
1. Mendapat gambaran nyata tentang proses kimia secara langsung pada suatu sarana
produksi.
2. Mendapat pengalaman untuk beradaptasi dengan budaya lingkungan industri sebagai
bekal untuk memasuki dunia kerja.
3. Memahami tahapan proses produksi dan sarana pendukung proses yang digunakan
selama proses produksi di Proses PET PT. Mitsubishi Chemical Indonesia.
8. BAHAN BAKU UTAMA
8
1. Purified Terephthalic Acid (PTA)
PTA adalah hasil pemurnian dari asam tereftalat
yang merupakan suatu padatan yang berbentuk serbuk
berwarna putih yang digunakan sebagai baku polyester
atau PET.
Kapasitas 46.500 ton/tahun
Sumber Plant PTA-1 atau PTA-2
Kemasan Flexible Bag
Penyimpanan Warehouse
9. BAHAN BAKU UTAMA
9
2. Ethylene Glycol (EG)
Etilen glikol merupakan senyawa organik dengan
rumus kimia (CH2OH)2 yang merupakan bahan baku utama
pada proses produksi PET.
Kapasitas 18.500 ton/tahun
Sumber Impor
Transportasi Lorry
Penyimpanan Tangki
10. BAHAN BAKU PENDUKUNG
10
1. Isophtalic Acid (IPA)
Bahan ini tidak berwarna dan merupakan
isomer dari asam fatalat dan asam terftalat.
• Berpengaruh terhadap transparansi dan tingkat
ketahanan panas.
Kapasitas 730 ton/tahun
Sumber Lotte Titan Chemical
Kemasan Flexible Bag
Penyimpanan Warehouse (suhu ruang)
2. Phosphoric Acid
Asam Phospat merupakan senyawa anorganik
dengan rumus kimia H3PO4. Bahan ini merupakan
asam yang tidak beracun.
• Menambah ketahanan panas produk PET
Kapasitas 4,5 ton/tahun
Sumber Impor
Konsentrasi 85%
Kemasan Jerigen plastik
11. BAHAN BAKU PENDUKUNG
11
4. Dietjylene Glycol
Penambahan Diethylen Glycol tujuannya untuk
mempengaruhi struktur produk polimer. Dengan
penambahan DEG crystallinity dari PET akan
meningkat.
Kapasitas 270 ton/tahun
Sumber Impor
Penyimpanan Tangki
3. Katalis
Katalis yang digunakan dapat berupa antimony
trioksida (Sb2O3) atau tetrabuthyl orthotitanate TBT
tergantung grade plastik yang diinginkan.
TBT Sb2O3
Kapasitas 1,681 ton/tahun 12,5 ton/tahun
Sumber Impor Impor
Kemasan Kemasan Kaleng Kantong Kertas
Penyimpanan Catalyst Storage
12. BAHAN BAKU PENDUKUNG
12
5. Ethyl Acetate Phospat
Ethyl Acid Phoshate (EAP) digunakan dalam
proses pembuatan PET sebagai pengganti H3PO4
ketika katalis yang digunakan adalah Tetrabuthyl
Orthotitanate (TBT).
Kapasitas 650 ton/tahun
Sumber Impor
Kemasan Kaleng
Penyimpanan Catalyst Storage (suhu ruang)
6. Magnesium Acetate
Sebagai activator katalis TBT yang
memungkinkan katalis untuk bekerja pada reaksi
polikondensasi.
Kapasitas 1258 ton/tahun
Sumber Impor
Kemasan Kardus
Penyimpanan Catalyst Storage (suhu ruang)
13. BAHAN BAKU PENDUKUNG
13
7. Cobalt Acetate
Cobalt Acetate merupakan pewarna yang
digunakan pada produk dengan katalis Antimoni
Trioksida (Sb2O3).
Kapasitas 2,7 ton/tahun
Sumber Impor
Kemasan Kantong Kertas
Penyimpanan Catalyst Storage (suhu
ruang)
8. Pewarnaa Organik
Zat warna yang digunakan terdiri dari warna,
polysynthren BLUE yang berwarna biru dan macrolex
RED yang berwarna merah.
14. 01
03
02
14
PRODUK
Melt State Polycondensation (MSP) Solid State Polycondensation (SSP)
MSP merupakan produk PET yang
terpolikondensasi dalam keadaan lelehan.
SSP merupakan produk hasil dari proses
kristalisasi dan polikondensasi dalam
bentuk padatan.
15. 01
03
02
15
PRODUCT GRADE
1 2
3 4
Free Antimony Grades
(BK-5180B dan BK-6180B)
Strong Bottle Grade
(BK-2185P)
Common Bottle Grades
(BK-2170 dan BK-2180)
Film (Special) Grade
(BK-7064)
17. DIAGRAM BLOK PROSES PET
17
Melt State Polycondensation (MSP)
Solid State Polycondensation (SSP)
18. 18
MIXING
• Pencampuran TPA dan IPA dengan EG
menghasilkan slurry.
• Penambahan bahan additive sesuai grade
• Kondisi Operasi
• Slurry Density dikontrol oleh DC-111
Waktu Tinggal 2 jam
Outlet Temp 40 – 60 °C
19. 19
ESTERIFIKASI
• TPA dan EG bereaksi membentuk oligomer
• Kondisi Operasi
• Didukung oleh unit recovery EG
Parameter R-120 R-130
Rasio outlet (%) 87.5 ± 1.0 96.5 ± 1.0
Volume (m3) 46,2 15,7
Waktu Tinggal (jam) 6 2,2
Temperatur (°C) 260 – 266 260
Tekanan (kg/cm2G) 0.8 – 1.75 0.05
20. 20
POLIKONDENSASI
• Oligomer membentuk polimer
• EG di-recovery seluruhnya
• Kondisi Operasi
Parameter R-200 R-210 R-220
Waktu Tinggal (jam) 1,3 1,3 1,3
Temperatur (°C) 275 275 275
Tekanan (torr) 20 3 1
Derajat polimerisasi 15 55 97,8
21. 21
KRISTALISASI
• Terjadi penyusunan kembali rantai molekul
pada polimer chip.
• Pemanasan pada temperature spesifik
160°C.
• Kecepatan rotasi tinggi karena chip yang
lengket (Temp. Transisi Glass 60°C).
• Pemanas menggunakan sirkulasi thermo
oil.
22. 22
PENGERINGAN
• Proses pengeringan dan penghilangan AA
(deacetaldehyde).
• Kondisi Operasi
• Media pemanas gas nitrogen yang
dialirkan dari bawah.
• Gas Nitrogen disirkulasikan kembali ke
hopper dryer.
Waktu Tinggal 4 jam
Temperature 167 °C
23. 23
PRE-HEATING
• Temperatur chip dinaikan hingga mencapai
temperature reaksi polikondensasi yaitu
210°C.
• Pemanasan bertahap 200°C pada K-430
dan 210°C pada reaktor kedua.
• Media pemanas SK-Oil mengalir pada jaket
dan torus disk shaft.
24. 24
POLIKONDENSASI
• Proses bertujuan untuk meningkatkan
derajat polimerisasi
• Kondisi Operasi
• Media pemanas SK-Oil mengalir pada
jaket.
Waktu Tinggal (jam) 18
Temperatur (°C) 210
25. 25
COOLING
• Pendinganan dilakukan untuk menghentikan
reaksi polikondensasi.
• Media pendingin WT mengalir pada jaket
dan torus disk shaft.
• Disk berotasi dengan kecepatan rotasi
rendah.
26. 26
BAGGING
• Unit untuk pengemasan
• Produk dikemas dalam jumbo bag
Line B Untuk SSP Packing
Line A Untuk SSP Packing (Jika line A
bermasalah)
Line D Untuk MSP Packing
T-580 Untuk proses recharging
33. LIMBAH CAIR
33
Limbah Cair Diolah pada Unit Waste Water Treatment
Limbah Cair
PET
Limbah Cair
PTA
Equalization
Tank
UASB
Hybrid
Nutrition
Injection
Aerobic
Tank
Sedimenta
tion
Filtration
35. 35
Penanganan
Limbah B3 Kebisingan
Sumber
Waste bag katalis, waste oil, dan majun yang
terkontaminasi bahan kimia ataupun oli.
Penyimpanan
Limbah B3 di simpan di TPS sebelum di
transportasikan ke pihak ke tiga
Terdapat SOP dan perlengkapan keselamatan
Penanganan
Diserahkan ke pihak ketiga
Sumber
Peralatan proses
Penanganan
1. Disediakan APD lengkap
2. Terdapat peringatan pada aera bising
(peringatan penggunaan APD, tingkat
kebisingan, waktu maksimal bekerja pada
area tersebut)
41. 41
LATAR BELAKANG
Pekerja yang terampil dan
mampu bekerja secara efektif
serta efisien
PT. Mitsubishi Chemical
Indonesia berkomitmen tinggi
terhadap standar kualitas yang
baik. Agar kualitas produk
terjaga.
Analisis beban kerja dilakukan
agar beban kerja yang diterima
operator dapat bekerja secara
optimal.
42. TUJUAN ANALSIS BEBAN KERJA
42
01
Mengetahui beban kerja operator proses di seksi ProPET.
Mengetahui pengaruh shift terhadap beban kerja operator proses di
seksi ProPET.
Mengevaluasi kesesuaian antara beban kerja dengan jumlah
operator proses tersedia di seksi ProPET.
01
03
02
44. Job Description baik regular work
maupun additional work
Pengambilan data pada log book
25 Februari – 3 Maret 2019
Analisis beban kerja dilakukan menggunakan
metode FTE (Full Time Equivalent) pada setiap
shift operator proses di seksi Pro-PET
PT. Mitsubishi Chemical Indonesia.
ANALISIS BEBAN KERJA DILAKUKAN BERDASARKAN
3
2
1
46. 46
BEBAN KERJA
WORKLOAD
ANALYSIS
Beban kerja adalah besaran pekerjaan
yang harus dipikul oleh suatu
jabatan/unit organisasi dan merupakan
hasil kali antara volume kerja dan norma
waktu.
Analisa beban kerja adalah suatu teknik
manajemen yang dilakukan secara
sistematis untuk memperoleh informasi
mengenai tingkat efektivitas dan
efisiensi kerja organisasi berdasarkan
volume kerja.
47. 47
Full Time Equivalent
Menurut Dwi dan Satya (2012) Full Time Equivalent
adalah salah satu metoda analisis beban kerja
berdasarkan waktu dengan cara mengukur lama waktu
penyelesaian pekerjaan kemudian waktu tersebut
dikonversikan ke dalam indeks nilai FTE.
FTE bertujuan untuk menyederhanakan pengukuran
kerja dengan mengubah jam beban kerja ke jumlah orang
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu
(Adawiyah,2013).
Implikasi dari nilai FTE terbagi menjadi 3 jenis yaitu :
• Overload >1,28
• Normal/Fit 1-1.28
• Underload 0-0.99
49. 49
PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dibagi
menjadi dua, yaitu :
▰ Pengumpulan Data Primer
▰ Pengumpulan Data Sekunder
No. Data Primer Data Sekunder
1 Log book Studi literatur
2 Wawancara Buku
3 Regular Work Sheet Skripsi
4 Job Description Jurnal
5 Situs-situs internet
50. 50
Tahapan pengolahan data sebagai berikut :
PENGOLAHAN DATA
Identifikasi
Job
Description
Raw Data
Penentuan
Allowance
Perhitungan
Beban Kerja
Analisis
53. SHIFT 1
53
Hari
FTE
Indeks
Beban Kerja
Senin 1.0 Fit/Normal
Selasa 0.9 Underload
Rabu 0.9 Underload
Kamis 0.7 Underload
Jumat 0.8 Underload
Sabtu 0.9 Underload
Minggu 0.8 Underload
1.0
0.9 0.9
0.7
0.8 0.9 0.8
S E NI N S E LA S A RA B U K A MI S J UMA T S A B TU MI NGGU
FTE
INDEKS
HARI KERJA
FTE INDEKS SHIFT 1
54. 54
ANALISIS BEBAN KERJA PER SHIFT
Setelah dilakukan perhitungan beban kerja dan pengolahan data seperti diagram diatas, maka dapat di
analisa sebagai berikut.
SHIFT 1
• Terjadi Underload pada hari Selasa sampai hari minggu.
• Pada hari Senin beban kerja Normal/Fit.
• Dari hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, beban kerja operator pada shift 1 lebih berat
dibanding shift lainnya.
• Dilihat dari tanggal 25 Februari sampai 3 Maret 2019 rata-rata beban kerja pada shift 1 yaitu 0.9.
55. SHIFT 2
55
Hari
FTE
Indeks
Beban Kerja
Senin 0.8 Underload
Selasa 0.7 Underload
Rabu 0.9 Underload
Kamis 0.7 Underload
Jumat 0.8 Underload
Sabtu 0.8 Underload
Minggu 0.8 Underload
0.8
0.7
0.9
0.7
0.8
0.8
0.8
S E NI N S E LA S A RA B U K A MI S J UMA T S A B TU MI NGGU
FTE
INDEX HARI KERJA
FTE INDEKS SHIT 2
56. 56
ANALISIS BEBAN KERJA PER SHIFT
Setelah dilakukan perhitungan beban kerja dan pengolahan data seperti diagram diatas, maka dapat di
analisa sebagai berikut.
• Beban kerja pada hari Senin sampai Minggu Underload. Hal ini terjadi karena pada hari senin sampai
minggu persentase regular work dan additional work yang kecil dibandingkan di shift yang lain.
• Dilihat dari tanggal 25 Februari sampai 3 Maret 2019 rata-rata beban kerja pada shift 2 yaitu 0.8.
SHIFT 2
57. SHIFT 3
57
0.9
0.7 0.7 0.6
0.7
0.9
0.7
S E NI N S E LA S A RA B U K A MI S J UMA T S A B TU MI NGGU
FTE
INDEKS
HARI KERJA
FTE INDEKS SHIFT 3
Hari
FTE
Indeks
Beban Kerja
Senin 0.9 Underload
Selasa 0.7 Underload
Rabu 0.7 Underload
Kamis 0.6 Underload
Jumat 0.7 Underload
Sabtu 0.9 Underload
Minggu 0.7 Underload
58. 58
ANALISIS BEBAN KERJA PER SHIFT
Setelah dilakukan perhitungan beban kerja dan pengolahan data seperti diagram diatas, maka dapat di
analisa sebagai berikut.
• Beban kerja pada shift 3 setiap harinya dari tanggal 25 Februari sampai 3 Maret 2019 Underload.
• Hal ini terjadi karena shift 3 bekerja dari jam 24.00 sampai jam 08.00, pada waktu tersebut proses hanya
perlu dikontrol lewat DCS.
• Dilihat dari tanggal 25 Februari sampai 3 Maret 2019 rata-rata beban kerja pada shift 3 yaitu 0.7 .
SHIFT 3
59. 59
1. Perusahaan juga memperhatikan dan meneliti beban kerja mental dan beban kerja fisik yang terintegrasi agar
beban kerja pekerja dapat di lihat secara keseluruhan.
2. Perusahaan melakukan peninjauan ulang dalam membuat kebijakan rekruitmen pekerja di tahun mendatang.
3. Menurut kami perlu penyusunan kembali Job description pada bagian-bagian yang telah diukur sehingga
beban kerja dapat tersebar dan merata pada tiap operator di per shift-nya. (dilakukan pemerataan beban
kerja pada setiap shift). Agar bisa menyeimbangkan antara kerja efektif, aman, dan efesien.
SARAN
60. KESIMPULAN
Berdasarkan pengolahan serta analisa data, maka didapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Beban kerja pada shift 1 rata-rata adalah 0.9
Beban kerja pada shift 2 rata-rata adalah 0.8
Beban kerja pada shift 3 rata-rata adalah 0.7
Pada hasil beban kerja di atas maka perlu dilakukan pemerataan beban kerja pada setiap shift.
Agar menyeimbangkan tugas kerja yang akan didapat setiap shift.