Dokumen tersebut membahas kebijakan pengelolaan irigasi di Kabupaten Tulungagung. Secara garis besar dibahas mengenai pengertian pengelolaan irigasi, dasar hukum, wewenang dan tanggung jawab pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten, serta prinsip-prinsip pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi.
Pola Penanganan Drainase Perkotaan menjelaskan mengenai aspek hukum dan peraturan yang mendasarinya, strategi dan kebijakan penanganan drainase, paradigma baru dalam penanganan drainase, dan berbagai opsi teknologi drainase. Disajikan oleh Direktorat PPLP, Cipta Karya, Kementrian PU.
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...Penataan Ruang
Peraturan ini mengatur tentang pedoman pembinaan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Pembinaan meliputi koordinasi, pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, dan pengawasan terhadap penyelenggara pengembangan sistem penyediaan air minum agar dapat meningkatkan kinerjanya.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Current meter digunakan untuk mengukur debit dan kecepatan aliran sungai dengan cara mencatat putaran propelernya di bawah air.
2. Kecepatan aliran dihitung berdasarkan rumus yang terkait dengan jumlah putaran propeler.
3. Debit dihitung dengan rumus perkalian luas penampang dan kecepatan aliran rata-rata.
Pedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minuminfosanitasi
Pedoman ini membahas penyusunan perencanaan teknis pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM), mencakup ruang lingkup, acuan normatif, istilah dan definisi, muatan perencanaan teknis, tenaga ahli penyusunan, tata cara penyusunan per komponen SPAM, keluaran perencanaan teknis, survei-survei yang dibutuhkan, serta tata cara perancangan anggaran biaya.
Perizinan Pengusahaan dan Penggunaan Sumber Daya Airushfia
Dokumen tersebut membahas tentang pengaturan pengelolaan sumber daya air di Indonesia, termasuk prinsip-prinsip penguasaan air oleh negara, dasar hukum, jenis izin dan prioritas pemberian izin, serta persyaratan permohonan izin."
Pola Penanganan Drainase Perkotaan menjelaskan mengenai aspek hukum dan peraturan yang mendasarinya, strategi dan kebijakan penanganan drainase, paradigma baru dalam penanganan drainase, dan berbagai opsi teknologi drainase. Disajikan oleh Direktorat PPLP, Cipta Karya, Kementrian PU.
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...Penataan Ruang
Peraturan ini mengatur tentang pedoman pembinaan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Pembinaan meliputi koordinasi, pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, dan pengawasan terhadap penyelenggara pengembangan sistem penyediaan air minum agar dapat meningkatkan kinerjanya.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Current meter digunakan untuk mengukur debit dan kecepatan aliran sungai dengan cara mencatat putaran propelernya di bawah air.
2. Kecepatan aliran dihitung berdasarkan rumus yang terkait dengan jumlah putaran propeler.
3. Debit dihitung dengan rumus perkalian luas penampang dan kecepatan aliran rata-rata.
Pedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minuminfosanitasi
Pedoman ini membahas penyusunan perencanaan teknis pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM), mencakup ruang lingkup, acuan normatif, istilah dan definisi, muatan perencanaan teknis, tenaga ahli penyusunan, tata cara penyusunan per komponen SPAM, keluaran perencanaan teknis, survei-survei yang dibutuhkan, serta tata cara perancangan anggaran biaya.
Perizinan Pengusahaan dan Penggunaan Sumber Daya Airushfia
Dokumen tersebut membahas tentang pengaturan pengelolaan sumber daya air di Indonesia, termasuk prinsip-prinsip penguasaan air oleh negara, dasar hukum, jenis izin dan prioritas pemberian izin, serta persyaratan permohonan izin."
Tata Cara Operasional dan Pemeliharaan Drainase Perkotaan - bagian 1Joy Irman
Dokumen ini membahas tentang operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan. Terdiri dari pengertian drainase perkotaan, fungsi drainase perkotaan, prinsip dasar drainase perkotaan, sarana dan prasarana drainase perkotaan seperti saluran, bangunan persilangan, kolam retensi, dan pompa. Juga membahas tata cara operasi dan pemeliharaan drainase perkotaan.
Dokumen tersebut membahas tentang pelatihan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, termasuk definisi pemeliharaan irigasi, tujuan pelatihan, dasar hukum, penyebab buruknya kondisi irigasi, dan tata cara pemeliharaan jaringan irigasi secara terperinci."
Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Sistem Penyediaan Air Minuminfosanitasi
Pedoman ini membahas tahapan pelaksanaan konstruksi sistem penyediaan air minum (SPAM) mulai dari persiapan, pelaksanaan, pengawasan, pengujian, hingga serah terima dengan mengacu pada peraturan dan standar teknis terkait.
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3infosanitasi
Dokumen tersebut membahas tentang tata cara operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan. Mencakup pedoman tentang operasi, pemeliharaan, pembiayaan dan kelembagaan beserta personalianya. Juga menjelaskan berbagai prasarana dan sarana drainase perkotaan seperti saluran, bangunan persilangan, kolam retensi, dan pompa yang memerlukan operasi dan pemeliharaan berkala.
System Planning Jaringan Irigasi Rawa.pptxssusereb31bc
Dokumen tersebut membahas perencanaan sistem jaringan irigasi rawa, termasuk perencanaan awal tata letak saluran, tata guna lahan, unit kesesuaian lahan, prasarana hidraulik, tata letak bangunan pengendali air, dan pengamanan banjir.
Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan - A2 PerencanaanJoy Irman
Dokumen ini membahas perencanaan sistem drainase perkotaan yang meliputi rencana induk, studi kelayakan, dan perencanaan teknik terinci. Rencana induk merupakan kerangka dasar pengembangan sistem drainase kota untuk 25 tahun ke depan, studi kelayakan menilai kelayakan teknis, ekonomi, dan lingkungan proyek, sedangkan perencanaan teknik terinci menghasilkan desain rinci prasarana drainase.
Teks tersebut membahas mengenai sumber air baku dan rancangan bangunan pengambilan. Sumber air baku yang digunakan adalah air sungai Lenovo dengan debit 1,4 liter/detik. Teks ini juga menjelaskan berbagai jenis bangunan pengambilan air seperti direct intake, indirect intake, dan spring intake beserta komponen-komponennya seperti screen, pompa intake, dan kriteria desainnya.
Modul ini membahas tentang gambar bangunan air untuk desain irigasi, meliputi dasar-dasar gambar konstruksi, jenis gambar yang dibutuhkan, ketentuan gambar, contoh gambar bangunan utama dan saluran irigasi. Modul ini merupakan bagian dari seri modul hybrid learning untuk paket keahlian teknologi konstruksi dan properti.
Kriteria kegiatan pembangunan infrastruktur drainase perkotaanJoy Irman
Kriteria kegiatan pembangunan infrastruktur drainase perkotaan meliputi lokasi kota yang sudah memiliki master plan drainase perkotaan dan DED untuk tahun pertama, kawasan permukiman dan strategis di perkotaan yang rawan genangan, serta lingkup kegiatan pembangunan saluran drainase primer, kolam retensi, dan bangunan pelengkap lainnya. Kriteria penanganan meliputi pengurangan daerah genangan secara terintegrasi antara drainase makro dan m
Dokumen tersebut membahas rekomendasi teknis di bidang sumber daya air di Wilayah Sungai Cidanau - Ciujung - Cidurian, mencakup tugas dan fungsi Badan Pengelola Wilayah Sungai C3, visi dan misi pengelolaan sumber daya air di wilayah tersebut, gambaran umum perizinan sumber daya air termasuk jenis perizinan dan proses permohonannya, serta rekomendasi terkait pelayanan perizin
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
Dokumen tersebut membahas kriteria teknis dan non-teknis yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Kriteria teknisnya meliputi jarak minimum IPAL dari pemukiman, topografi lahan, kualitas badan air penerima, tingkat bahaya banjir, dan jenis tanah. Sedangkan kriteria non-teknisnya adalah legalitas lahan, batas administrasi, dan tata guna lahan. Dokumen ini bertuju
Dokumen tersebut membahas tentang drainase perkotaan. Drainase merupakan serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan membuang kelebihan air dari suatu kawasan agar lahan dapat difungsikan secara optimal. Dokumen tersebut juga membahas jenis, sistem jaringan, dan fungsi drainase perkotaan secara umum yang meliputi mengeringkan bagian kota dari genangan, mengalirkan air permukaan ke badan air terdekat, dan melindung
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasiinfosanitasi
Dokumen ini membahas program dan kegiatan sanitasi yang diusulkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk periode 2015-2019. Termasuk di dalamnya adalah peningkatan akses air minum dan sanitasi bagi masyarakat, penanganan kawasan kumuh perkotaan, serta pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan sampah. Dokumen ini juga membahas target kinerja, kebijakan, sumber pendanaan, dan strategi yang akan dilaksanak
Tata Cara Operasional dan Pemeliharaan Drainase Perkotaan - bagian 1Joy Irman
Dokumen ini membahas tentang operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan. Terdiri dari pengertian drainase perkotaan, fungsi drainase perkotaan, prinsip dasar drainase perkotaan, sarana dan prasarana drainase perkotaan seperti saluran, bangunan persilangan, kolam retensi, dan pompa. Juga membahas tata cara operasi dan pemeliharaan drainase perkotaan.
Dokumen tersebut membahas tentang pelatihan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, termasuk definisi pemeliharaan irigasi, tujuan pelatihan, dasar hukum, penyebab buruknya kondisi irigasi, dan tata cara pemeliharaan jaringan irigasi secara terperinci."
Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Sistem Penyediaan Air Minuminfosanitasi
Pedoman ini membahas tahapan pelaksanaan konstruksi sistem penyediaan air minum (SPAM) mulai dari persiapan, pelaksanaan, pengawasan, pengujian, hingga serah terima dengan mengacu pada peraturan dan standar teknis terkait.
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3infosanitasi
Dokumen tersebut membahas tentang tata cara operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan. Mencakup pedoman tentang operasi, pemeliharaan, pembiayaan dan kelembagaan beserta personalianya. Juga menjelaskan berbagai prasarana dan sarana drainase perkotaan seperti saluran, bangunan persilangan, kolam retensi, dan pompa yang memerlukan operasi dan pemeliharaan berkala.
System Planning Jaringan Irigasi Rawa.pptxssusereb31bc
Dokumen tersebut membahas perencanaan sistem jaringan irigasi rawa, termasuk perencanaan awal tata letak saluran, tata guna lahan, unit kesesuaian lahan, prasarana hidraulik, tata letak bangunan pengendali air, dan pengamanan banjir.
Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan - A2 PerencanaanJoy Irman
Dokumen ini membahas perencanaan sistem drainase perkotaan yang meliputi rencana induk, studi kelayakan, dan perencanaan teknik terinci. Rencana induk merupakan kerangka dasar pengembangan sistem drainase kota untuk 25 tahun ke depan, studi kelayakan menilai kelayakan teknis, ekonomi, dan lingkungan proyek, sedangkan perencanaan teknik terinci menghasilkan desain rinci prasarana drainase.
Teks tersebut membahas mengenai sumber air baku dan rancangan bangunan pengambilan. Sumber air baku yang digunakan adalah air sungai Lenovo dengan debit 1,4 liter/detik. Teks ini juga menjelaskan berbagai jenis bangunan pengambilan air seperti direct intake, indirect intake, dan spring intake beserta komponen-komponennya seperti screen, pompa intake, dan kriteria desainnya.
Modul ini membahas tentang gambar bangunan air untuk desain irigasi, meliputi dasar-dasar gambar konstruksi, jenis gambar yang dibutuhkan, ketentuan gambar, contoh gambar bangunan utama dan saluran irigasi. Modul ini merupakan bagian dari seri modul hybrid learning untuk paket keahlian teknologi konstruksi dan properti.
Kriteria kegiatan pembangunan infrastruktur drainase perkotaanJoy Irman
Kriteria kegiatan pembangunan infrastruktur drainase perkotaan meliputi lokasi kota yang sudah memiliki master plan drainase perkotaan dan DED untuk tahun pertama, kawasan permukiman dan strategis di perkotaan yang rawan genangan, serta lingkup kegiatan pembangunan saluran drainase primer, kolam retensi, dan bangunan pelengkap lainnya. Kriteria penanganan meliputi pengurangan daerah genangan secara terintegrasi antara drainase makro dan m
Dokumen tersebut membahas rekomendasi teknis di bidang sumber daya air di Wilayah Sungai Cidanau - Ciujung - Cidurian, mencakup tugas dan fungsi Badan Pengelola Wilayah Sungai C3, visi dan misi pengelolaan sumber daya air di wilayah tersebut, gambaran umum perizinan sumber daya air termasuk jenis perizinan dan proses permohonannya, serta rekomendasi terkait pelayanan perizin
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
Dokumen tersebut membahas kriteria teknis dan non-teknis yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Kriteria teknisnya meliputi jarak minimum IPAL dari pemukiman, topografi lahan, kualitas badan air penerima, tingkat bahaya banjir, dan jenis tanah. Sedangkan kriteria non-teknisnya adalah legalitas lahan, batas administrasi, dan tata guna lahan. Dokumen ini bertuju
Dokumen tersebut membahas tentang drainase perkotaan. Drainase merupakan serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan membuang kelebihan air dari suatu kawasan agar lahan dapat difungsikan secara optimal. Dokumen tersebut juga membahas jenis, sistem jaringan, dan fungsi drainase perkotaan secara umum yang meliputi mengeringkan bagian kota dari genangan, mengalirkan air permukaan ke badan air terdekat, dan melindung
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasiinfosanitasi
Dokumen ini membahas program dan kegiatan sanitasi yang diusulkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk periode 2015-2019. Termasuk di dalamnya adalah peningkatan akses air minum dan sanitasi bagi masyarakat, penanganan kawasan kumuh perkotaan, serta pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan sampah. Dokumen ini juga membahas target kinerja, kebijakan, sumber pendanaan, dan strategi yang akan dilaksanak
MATERI IV - TUGAS dan TANGGUNGJAWAB PENGURUS.pptxHestinaEviyanti3
Dokumen tersebut membahas tentang tugas dan tanggung jawab pengurus organisasi pengelolaan irigasi di tingkat petani, mulai dari P3A, GP3A, hingga IP3A. Secara ringkas, dibahas mengenai struktur organisasi, hak dan kewajiban pengurus organisasi tersebut dalam mengelola jaringan irigasi tersier dan memberikan pelayanan kepada petani."
Dokumen ini membahas tentang pedoman pelaksanaan Program Padat Karya Tunai di bidang irigasi (P3-TGAI) untuk mendukung pemulihan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat selama pandemi Covid-19. Dokumen ini menjelaskan tujuan, sasaran, jenis kegiatan, penerima manfaat, struktur organisasi pelaksana, dan tata cara pelaksanaan P3-TGAI.
Kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukimanJoy Irman
Dokumen tersebut membahas kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman di Indonesia. Ada 5 kebijakan utama yaitu peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah, peningkatan peran masyarakat dan swasta, pengembangan peraturan, penguatan lembaga pengelola, dan peningkatan sumber pendanaan. Strateginya meliputi peningkatan akses masyarakat, perubahan perilaku, partisipasi swasta, penyusun
Slum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota SukabumiBagus ardian
Dokumen tersebut membahas rencana penanganan permukiman kumuh di Kota Sukabumi. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain:
1. Visi dan misi penanganan permukiman kumuh di Kota Sukabumi untuk menciptakan rumah yang layak huni dalam lingkungan yang sehat, aman, dan berkelanjutan.
2. Profil kawasan kumuh di Kota Sukabumi yang tersebar di 33 kelurahan seluas 139,02 Ha.
3
Materi kementerian pekerjaan umum sesi pleno 1 konferensi sanitasi air minum ...Indriany ,
Dokumen tersebut membahas tentang pencapaian target air minum dan sanitasi, tantangan keberlanjutan pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi, serta peluang dan sinergi antara kementerian dalam pembangunan air minum dan sanitasi di Indonesia."
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya pengelolaan irigasi yang baik dan berkelanjutan untuk mendukung pertanian dan peningkatan kesejahteraan petani. Irigasi merupakan faktor pendukung utama keberhasilan pertanian di Indonesia. Namun diperlukan kelembagaan P3A yang kuat dan mandiri untuk mengelola irigasi secara efektif agar dapat meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian.
Dokumen tersebut membahas tiga poin utama:
1. Perundangan dan kebijakan terkait sistem drainase perkotaan di Indonesia.
2. Isu-isu strategis dan kebijakan serta strategi dalam penanganan drainase perkotaan.
3. Jenis dan persyaratan data yang dibutuhkan dalam perencanaan drainase perkotaan.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air mengatur pengelolaan sumber daya air di Indonesia melalui 18 bab dan 100 pasal yang mencakup ketentuan umum, wewenang dan tanggung jawab, konservasi, pendayagunaan, pengendalian daya rusak air, perencanaan, pelaksanaan, sistem informasi, pemberdayaan, pembiayaan, hak dan kewajiban masyarakat, koordinasi, serta penyelesaian sengketa sumber daya air.
Dokumen tersebut membahas tentang kerangka hukum yang mengatur pengaturan irigasi di Indonesia, mulai dari Undang-Undang Dasar, ketetapan MPR, undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden, hingga peraturan daerah. Dokumen ini juga membahas mengenai masalah keterbatasan saluran irigasi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan pentingnya pembangunan irigasi untuk meningkatkan produksi pertanian di daerah
Analisis Dampak Lingkungan (Environmental Impact Assessment/EIA) adalah proses sistematis untuk mengevaluasi potensi dampak suatu proyek, kebijakan, atau kegiatan terhadap lingkungan sekitarnya. Tujuan utama dari analisis ini adalah untuk mengidentifikasi, memahami, dan mengelola dampak-dampak tersebut agar dapat mengurangi atau menghindari kerusakan lingkungan.
Keberadaan Nganjuk sebagai kabupaten yang memiliki resiko bencana berskala sedang menjadi fokus pembahasan dalam FGD Lingkungan yang di gelar di Dinas Lingkungan Hidup Kab. Nganjuk.
Dalam kegiatan FGD yang di hadiri seluruh Komunitas, Pemangku Kebijakan (Dinas Kehutanan Jawa Timur, FPRB Nganjuk, BPBD Nganjuk) tersebut menyoroti pentingnya kolaborasi antar pihak untuk melakukan aksi mitigasi pengurangan resiko bencana.
Dalam Paparan ini, Pelestari Kawasan Wilis memaparkan konsep mitigasi yang bertumpu pada perlindungan sumber mata Air. Hal ini selaras dengan aksi & kegiatan yang telah dilakukan sejak 2020, dimana Perkawis mengambil peran konservasi di sekitar lereng Wilis
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdfZainul Ulum
Sekelumit cerita tentang ekspresi kegelisahan kaum muda desa atas kondisi negara, yang memilih menyalakan lilin-lilin kecil sebisanya daripada mengutuk kegelapan yang memiskinkannya selama beberapa generasi
1. KEBIJAKAN PENGELOLAAN IRIGASI
DINAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN TULUNGAGUNG
Reorganisasi GHIPPA Daerah Irigasi Lodoyo
di Kabupaten Tulungagung
Kamis, 1 Juli 2021
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA
AIR
BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI BRANTAS
Bekerjasama dengan
2. PENGERTIAN
PENGELOLAAN
IRIGASI
WEWENANG DAN
TANGGUNGJAWAB
HAK DAN
TANGGUNG
JAWAB PADA
SISTEM IRIGASI
TERSIER
DASAR HUKUM
PRINSIP
PENGEMBANGAN
DAN
PENGELOLAAN
SISTEM IRIGASI
1
TOPIK PEMBAHASAN
2
3
4
5
6
PARTISIPASI
MASYARAKAT
PETANI DALAM
PENGEMBANGAN
DAN PENGELOLAAN
SISTEM IRIGASI
HUBUNGAN PEMERINTAH
KOTA/KABUPATEN
DENGAN P3A
DALAM PENGUATAN
KELEMBAGAN P3A
7
8
HUBUNGAN
DINAS PKP
DENGAN P3A
3. PENGERTIAN PENGELOLAAN IRIGASI
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi,
pengelolaan jaringan irigasi adalah kegiatan yang
meliputi operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi
jaringan irigasi di daerah irigasi.
Pengelolaan aset irigasi (PAI) adalah proses
manajemen yang terstruktur untuk perencanaan
pemeliharaan dan pendanaan sistem irigasi, guna
mencapai tingkat pelayanan yang ditetapkan dan
berkelanjutan dengan pembiayaan seefisien mungkin.
4. DASAR HUKUM
Peraturan perundang-undangan terkait dengan Kelembagaan Pengelolaan Irigasi adalah sebagai
berikut :
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air.
2. Instruksi Presiden No. 2 Tahun 1984 tentang Pembinaan P3A.
3. Permen PUPR No. 8/PRT/M/2015 tentang Penetapan Sempadan Jaringan Irigasi.
4. Peraturan Menteri PUPR No. 12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi.
5. Peraturan Menteri PUPR No. 14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi.
6. Peraturan Menteri PUPR No. 17/PRT/M/2015 tentang Komisi Irigasi.
7. Peraturan Menteri PUPR No. 30/PRT/M/2015 tentang Pengembangan Pengelolaan Sistem Irigasi.
5. WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB
a. Menetapkan kebijakan nasional pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi.
b. Menetapkan status daerah irigasi yang sudah dibangun dengan melibatkan pemerintah daerah terkait.
c. Menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan, serta melaksanakan pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi pimer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya lebih dari 3000 ha, atau pada daerah irigasi lintas
provinsi, daerah irigasi lintas negara, dan daerah irigasi strategis nasional.
d. Memfasilitasi penyelesaian sengketa antarprovinsi dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi.
e. Memberikan bantuan teknis dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi kepada pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota.
f. Memberikan bantuan kepada masyarakat petani dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang menjadi
tanggung jawab masyarakat petani atas permintaannya berdasarkan prinsip kemandirian.
1. Pemerintah Pusat
6. BANGUNAN BAGI (BLT) 3 BUAH (BLT III – V)
SALURAN PRIMER 11.59 Km
SALURAN SEKUNDER 19 Saluran Sekunder
108,34 Km
PINTU PENGAMBILAN (TERSIER) 143 Buah
WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB
Kewenangan
Pemerintah Pusat
Daerah Irigasi (DI) Lodoyo 10.580 Ha, terdiri dari
No. Ruas saluran L (Panjang)
A. SALURAN PRIMER (L = 11,59 km)
1 BLT.III – BLT.IV 5,68 km
2 BLT.IV – BLT.V 5,91 km
No. Ruas saluran L (Panjang)
B. SALURAN SEKUNDER (L = 108,34 km)
1 Sekunder Roworemang 8,50 km
2 Sekunder Rejotangan 5,45 km
3 Sekunder Aryojeding 3,87 km
4 Sekunder Kalidawir 15,77 km
5 Sekunder Ngunut 3,21 km
6 Sekunder Kacangan 9,07 km
7 Sekunder Karangsono 3,50 km
8 Sekunder Jabon 1,10 km
9 Sekunder Sumbergempol 6,39 km
10 Sekunder Bangoan 5,50 km
11 Sekunder Ngujang 6,51 km
12 Sekunder Karangrejo 13,61 km
13 Sekunder Ngipeng 3,53 km
14 Sekunder Boyolangu 11,84 km
15 Sekunder Bendilwungu 0,80 km
16 Sekunder Doro Ampel 2,41 km
17 Sekunder Ngranti 2,10 km
18 Sekunder Campur Darat 1,70 km
19 Sekunder Palem 3,48 km
7. WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB
a. Menetapkan kebijakan provinsi dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi diwilayahnya berdasarkan
kebijakan nasional dengan mempertimbangkan kepentingan provinsi sekitarnya.
b. Melaksanakan pengembangan dan pengelolaan serta menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan
sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya antara 1000-3000 ha, atau pada daerah irigasi
yang lintas kabupaten/kota.
c. Memberi rekomendasi dan bantuan teknis kepada pemerintah kabupaten/kota atas penggunaan dan pengusahaan
tanah untuk irigasi yang diambil dari cekungan air tanah lintas kabupaten kota untuk irigasi.
d. Memfasilitasi penyelesaian sengketa antar kabupaten/kota dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi.
e. Memberikan bantuan kepada masyarakat petani dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang menjadi
tanggung jawab masyarakat petani atas permintaannya berdasarkan prinsip kemandirian.
f. Membentuk komisi irigasi provinsi.
2. Pemerintah Provinsi
8. Kewenangan Provinsi, terdapat 5 Daerah Irigasi (DI)
terdiri dari:
• DI Widoro 1544 Ha
• DI Paingan 533 Ha
• DI Sumber Gayam 1466 Ha
• DI Lemah Dhuwur 15 Ha
• DI Kaliboto 8 Ha +
DI Kewenangan Provinsi 4944 Ha
WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB
Kewenangan Provinsi
BENDUNG 4 Buah
DAM Paingan
DAM Gelang
DAM Sumber Gayam
DAM Widoro
SALURAN SEKUNDER 8 Saluran Sekunder
PANJANG Saluran 23.110 Meter
23,11 Km
9. WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB
a. Menetapkan kebijakan kabupaten/kota dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi berdasarkan kebijakan
sistem irigasi nasional dan provinsi dengan memberhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya.
b. Melaksanakan pengembangan dan pengelolaan serta menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan
sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi utuh dalam 1 kabupaten/kota yang luasnya dibawah 1000 ha.
c. Menetapkan kebijakan kabupaten/kota pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi.
d. Memfasilitasi penyelesaian sengketa antar daerah irigasi yang berada dalam satu kabupaten/kota yang berkaitan
dengan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
e. Melaksanakan pemberdayaan P3A.
f. Memberikan bantuan kepada masyarakat petani dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang menjadi
tanggung jawab masyarakat petani atas permintaannyaberdasarkan prinsip kemandirian.
g. Membentuk komisi irigasi kabupaten/kota.
3. Pemerintah Kabupaten / Kota
10. WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB
Kewenangan Kabupaten
Kewenangan Kabupaten ( D.I < 1000 Ha) terdapat 168 Daerah Irigasi (DI)
terdiri dari:
• DI Ampel Gading 169 Ha
• DI Babaan 15 Ha
• DI Bendogilir 1466 Ha
• DI Boso 51 Ha
• DI Cari 124 Ha +
Dst…..
DI Kewenangan Kabupaten Tulungagung 9382 Ha
11. WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB
Pemerintah Pusat
Pemerintah
Provinsi
Pemerintah
Kabupaten/Kota
Perkumpulan
Petani
Pemakai Air
Memperkuat dan
meningkatkan kemandirian
Bantuan
Teknis
Bantuan
Teknis
Bantuan
Teknis
Penguatan Organisasi
Strategi & Program
12. PRINSIP PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
1. Sinergi Potensi
(Personil, Dana, Alat,
Material, dll)
2. Bagi Tugas,
Peran & Fungsi
Antara Pusat,
Propinsi & Kab/Kota
3. Pertahankan
Operator Irigasi
Yang Ada
(Balai PSDA / PUK)
4. Kesepahaman ( MOU )
Antara Pusat, Propinsi &
Kab/Kota
5. Kerja Sama Operasi
( KSO) antar
Operator- developer - User
Pusat, Propinsi, Kab/Kota
dan P3A
6. P3A
Pemberdayaan &
Partisipatip
Terselenggaranya
PPSIP
dan Keberlanjutan
Sistem Irigasi
Peningkatan
Kesejahteraan
Petani
13. HAK DAN TANGGUNG JAWAB PADA SISTEM IRIGASI TERSIER
Dalam hal pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilakukan pada sistem irigasi
tersier, P3A/HIPPA mempunyai hak dan tanggung jawab dalam pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi tersier.
Hak dan tanggung jawab masyarakat petani dalam pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi meliputi:
a. Melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi tersier.
b. Menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi tersier yang menjadi tanggung jawabnya.
c. Memberikan persetujuan pembangunan, pemanfaatan, pengubahan, dan/atau
pembongkaran bangunan dan/atau saluran irigasi pada jaringan irigasi tersier
berdasarkan pendekatan partisipatif.
14. PARTISIPASI MASYARAKAT PETANI
DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
1. Partisipasi masyarakat petani dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
diwujudkan mulai dari pemikiran awal, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan
kegiatan dalam pembangunan, peningkatan, operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi.
2. Partisipasi masyarakat petani dapat diwujudkan dalam bentuk sumbangan
pemikiran, gagasan, waktu, tenaga, material, dan dana.
3. Partisipasi masyarakat petani didasarkan atas kemauan dan kemampuan
masyarakat petani serta semangat kemitraan dan kemandirian.
4. Partisipasi masyarakat petani dapat disalurkan melalui perkumpulan petani pemakai air
di wilayah kerjanya.
15. KELEMBAGAAN
TEKNIS
IRIGASI
TEKNIS
PERTANIAN
Dinas Perumahan dan Kawasan
Permukiman dengan P3A
1. Kondisi Jaringan Irigasi
2. Operasi Jaringan Irigasi
3. Pemeliharaan
a. PSETK
b. Gotong royong / Swadaya
c. Konstruksi Partisipatif / Swakelola
4. Lingkungan Jaringan Irigasi
5. Inovasi
Dinas Pertanian dengan P3A
1. Intensitas Tanaman
2. Produksi
3. Komoditi Unggulan
4. Saprodi
5. Penerapan Program Teknologi
Pertanian
6. Inovasi
Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda)
dengan P3A
1. Pembentukan dan Legalitas
Kelembagaan
2. Visi, Misi, dan Tujuan
3. Potensi dan Kondisi
Kelembagaan
a. Wilayah Kerja
b. Kepengurusan
c. Administrasi Kelembagaan
d. Aktivitas Kelembagaan
e. Inovasi
4. Program Kerja
a. Perencanaan Program Kerja
b. Realisasi Program Kerja
HUBUNGAN PEMERINTAH KOTA/KABUPATEN DENGAN P3A
DALAM PENGUATAN KELEMBAGAN P3A
KEUANGAN
Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) dengan P3A
1. Mekanisme Penarikan IPAIR
2. Hasil IPAIR
3. Pemanfaatan Hasil IPAIR
4. Pengembangan usaha ekonomi
5. Inovasi
16. HUBUNGAN DINAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
DENGAN P3A
TEKNIS
IRIGASI
TEKNIS PENYELENGGARAN OPERASI
DAN PEMELIHARAAN (OP) IRIGASI
No. Paramater Himpunan Petani Pemakai Air
HIPPA GHIPPA IHIPPA
1. Basis Pengelolaan
● Daerah Layanan Suatu daerah
layanan/petak tersier
atau desa
Blok sekunder,
gabungan beberapa
blok sekunder, atau satu
daerah irigasi
Daerah layanan blok
primer, gabungan
beberapa blok primer,
atau satu daerah irigasi
● Bangunan Boks Tersier Bangunan Sadap Bangunan Sadap
Boks Kuarter Bangunan Bagi Bangunan Bagi
Bangunan Pelengkap Bangunan Bagi-Sadap Bangunan Bagi-Sadap
Bangunan Pelengkap Bangunan Pelengkap
● Saluran Saluran Tersier/Kuarter Saluran Sekunder Saluran Primer
1. Perencanaan OP (Operasi Pemeliharaan)
2. Pelaksanaan Operasi Irigasi
3. Pelaksanaan Pemeliharaan Jaringan
4. Pengembangan Irigasi
WILAYAH KERJA
Petak Tersier max 150 Ha
Petak Kuarter 10 – 15 Ha
17. HUBUNGAN DINAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
DENGAN P3A/HIPPA
Operasi dan
Pemeliharaan
Jaringan Irigasi
Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air
irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan:
1. Membuka, menutup pintu bangunan irigasi.
2. Menyusun rencana tata tanam.
3. Menyusun sistem golongan
4. Menyusun rencana pembagian air.
5. Melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan.
6. Mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi.
Sedangkan pemeliharaan
jaringan irigasi adalah upaya
menjaga dan mengamankan
jaringan irigasi agar selalu dapat
berfungsi dengan baik guna
memperlancar pelaksanaan
operasi dan mempertahankan
kelestariannya.
HIPPA dapat bekerjasama dalam berpartisipasi dalam operasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi primer dan sekunder serta dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaannya.
Rehabilitasi
Jaringan Irigasi
Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna mengembalikan
fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula.
HIPPA/ GHIPPA/ IHIPPA dapat berperan serta dalam rehabilitasi jaringan irigasi primer dan
sekunder sesuai kebutuhan dan kemampuannya.
18. No. Paramater Kelembagaan Pengelola Irigasi
HIPPA GHIPPA IHIPPA
1. Basis Pengelolaan
● Daerah Layanan suatu daerah layanan/petak
tersier atau desa
Blok sekunder, gabungan beberapa
blok sekunder, atau satu daerah
irigasi
Daerah layanan blok primer,
gabungan beberapa blok
primer, atau satu daerah irigasi
● Bangunan Boks Tersier Bangunan Sadap Bangunan Sadap
Boks Kuarter Bangunan Bagi Bangunan Bagi
Bangunan Pelengkap Bangunan Bagi-Sadap Bangunan Bagi-Sadap
Bangunan Pelengkap Bangunan Pelengkap
● Saluran Saluran Tersier/Kuarter Saluran Sekunder Saluran Primer
2. Wewenang dan
Tanggung Jawab
Bertanggung-jawab pengelolaan
jaringan tersier
Berpartisipasi dalam pengembangan dan pengelolaan jaringan
sekunder/primer sesuai daerah layanan
3. Aktivitas Pengelolaan Pemberian air irigasi adalah
kegiatan menyalurkan air
dengan jumlah tertentu dari
jaringan primer atau jaringan
sekunder ke petak tersier
Pembagian air irigasi adalah kegiatan membagi air di bangunan bagi
dalam jaringan primer dan/atau jaringan sekunder
HUBUNGAN DINAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
DENGAN P3A/HIPPA
WEWENANG