Kebijakan ini membahas tentang pelaksanaan surveilans gizi yang meliputi pengumpulan data gizi secara teratur, pengolahan data, dan diseminasi hasil untuk mendeteksi masalah gizi dan mengevaluasi program gizi. Dokumen ini juga menjelaskan dasar hukum dan prinsip surveilans gizi.
WEBINAR : NEW NORMAL DALAM PELAYANAN KESEHATANZakiah dr
dalam rangka menghadapi the new normal, tenaga kesehatan harus bersiap dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan upaya kesehatan masyarakat. apa inovasi yang dilakukan kota depok dalam menghadapi pandemi covid-19?
pelajaran geografi kelas 10
Geografi pada hakekatnya mempelajari permukaan bumi melalui pendekatan keruangan yang mengkaji keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan kewilayahannya. Pentransformasian pengetahuan geografi lebih efektif jika disajikan melalui media peta, hal ini karena peta merupakan media yang sangat penting dalam pem-belajaran geografi. Pembelajaran Geografi pada materi “Peta tentang pola dan bentuk-bentuk muka bumi” merasa belum mampu mengoptimalkan aktivitas siswa khususnya kemampuan membaca peta sehingga ber-pengaruh pada perolehan hasil belajar. Guru merasa kesulitan mem-belajarkan konsep-konsep geografi pada siswa. Hasil identifikasi awal, ditemukan beberapa indikator penyebab diantaranya: (1) minimnya kemampuan siswa menunjukkan letak suatu tempat/lokasi geografis tertentu, (2) kurangpahamnya siswa tentang orientasi peta (menentukan arah pada peta), (3) minimnya kemampuan siswa dalam mengartikan simbol-simbol yang ada pada peta, dan (4) kemampuan siswa mengungkap informasi yang ada pada peta sangat kurang. Pelatihan melengkapi peta diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam membaca peta sehingga ada peningkatan pada hasil belajar geografi.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca peta. Kemampuan membaca peta tersebut meliputi: (1) kemampuan menunjukkan letak suatu tempat/ lokasi geografis tertentu, (2) kemampuan mengartikan/ membaca simbol-simbol yang ada pada peta, dan (3) kemampuan memahami orientasi peta (menentukan arah pada peta).
Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian tindakan kelas model spiral Kemmis Taggart 1999. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan menggunakan rumus ”Gain Score” yaitu membandingkan data sebelum tindakan dengan data sesudah dilakukan tindakan. Tehnik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, angket, dan test. Instrumen penelitian adalah peneliti dan pedoman atau pengumpul data.
Hasil penelitian dalam tindakan siklus I, II, dan III pada pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) melalui pelatihan melengkapi peta setelah dilakukan refleksi, evaluasi serta analisis statistik deskriptif ternyata memperoleh peningkatan dalam hal; pertama, kemampuan membaca peta pada pra tindakan hanya memperoleh nilai 50% akan tetapi setelah dilakukan tindakan dalam setiap siklus ternyata mengalami peningkatan yaitu 56% (siklus I), 63% (siklus II), dan 72% (siklus III); kedua, proses pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Rubaru melalui pelatihan melengkapi peta pada setiap siklus juga memperoleh peningkatan yaitu 63% (siklusI), 65% (siklus II), dan 70% (siklus III); ketiga, aktivitas belajar siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan yaitu 50% (siklus I), 65% (siklus II), dan 75% (siklus III).
Temuan penelitian ini mendukung teori perkembangan yang dikemukakan Piaget dan Vygotsky bahwa pros
More Related Content
Similar to PPT GIZI KEBIJAKAN SURV Kasie Prov.pptx
WEBINAR : NEW NORMAL DALAM PELAYANAN KESEHATANZakiah dr
dalam rangka menghadapi the new normal, tenaga kesehatan harus bersiap dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan upaya kesehatan masyarakat. apa inovasi yang dilakukan kota depok dalam menghadapi pandemi covid-19?
pelajaran geografi kelas 10
Geografi pada hakekatnya mempelajari permukaan bumi melalui pendekatan keruangan yang mengkaji keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan kewilayahannya. Pentransformasian pengetahuan geografi lebih efektif jika disajikan melalui media peta, hal ini karena peta merupakan media yang sangat penting dalam pem-belajaran geografi. Pembelajaran Geografi pada materi “Peta tentang pola dan bentuk-bentuk muka bumi” merasa belum mampu mengoptimalkan aktivitas siswa khususnya kemampuan membaca peta sehingga ber-pengaruh pada perolehan hasil belajar. Guru merasa kesulitan mem-belajarkan konsep-konsep geografi pada siswa. Hasil identifikasi awal, ditemukan beberapa indikator penyebab diantaranya: (1) minimnya kemampuan siswa menunjukkan letak suatu tempat/lokasi geografis tertentu, (2) kurangpahamnya siswa tentang orientasi peta (menentukan arah pada peta), (3) minimnya kemampuan siswa dalam mengartikan simbol-simbol yang ada pada peta, dan (4) kemampuan siswa mengungkap informasi yang ada pada peta sangat kurang. Pelatihan melengkapi peta diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam membaca peta sehingga ada peningkatan pada hasil belajar geografi.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca peta. Kemampuan membaca peta tersebut meliputi: (1) kemampuan menunjukkan letak suatu tempat/ lokasi geografis tertentu, (2) kemampuan mengartikan/ membaca simbol-simbol yang ada pada peta, dan (3) kemampuan memahami orientasi peta (menentukan arah pada peta).
Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian tindakan kelas model spiral Kemmis Taggart 1999. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan menggunakan rumus ”Gain Score” yaitu membandingkan data sebelum tindakan dengan data sesudah dilakukan tindakan. Tehnik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, angket, dan test. Instrumen penelitian adalah peneliti dan pedoman atau pengumpul data.
Hasil penelitian dalam tindakan siklus I, II, dan III pada pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) melalui pelatihan melengkapi peta setelah dilakukan refleksi, evaluasi serta analisis statistik deskriptif ternyata memperoleh peningkatan dalam hal; pertama, kemampuan membaca peta pada pra tindakan hanya memperoleh nilai 50% akan tetapi setelah dilakukan tindakan dalam setiap siklus ternyata mengalami peningkatan yaitu 56% (siklus I), 63% (siklus II), dan 72% (siklus III); kedua, proses pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Rubaru melalui pelatihan melengkapi peta pada setiap siklus juga memperoleh peningkatan yaitu 63% (siklusI), 65% (siklus II), dan 70% (siklus III); ketiga, aktivitas belajar siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan yaitu 50% (siklus I), 65% (siklus II), dan 75% (siklus III).
Temuan penelitian ini mendukung teori perkembangan yang dikemukakan Piaget dan Vygotsky bahwa pros
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...d1051231079
Hujan asam merupakan kombinasi ringan dari asam sulfat dan asam nitrat. Hujan asam biasanya terjadi di daerah-daerah yang padat penduduk dan banyaknya aktivitas manusia dalam kegiatan transportasi. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari kegiatan industri dan transportasi merupakan penyebab terjadinya peristiwa hujan asam apabila emisi gas tersebut bereaksi dengan air hujan, dimana senyawa yang bersifat asam terbentuk. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari aktivitas manusia dapat berubah menjadi nitrat (NO3 - ) dan sulfat (SO4 2-) melalui proses fisika dan kimia yang kompleks. Sulfat dan nitrat lebih banyak berbentuk asam yang terlarut dalam air hujan. Keasaman air hujan berhubungan erat dengan konsentrasi SO2 dan NO2 yang terlarut di dalam air hujan. Semakin tinggi konsentrasi SO2 dan NO2 , maka dapat mengakibatkan nilai keasaman air hujan semakin asam .Deposisi asam yang berasal dari emisi antropogenik SO2 dan NOx , memiliki pengaruh besar pada biogeokimia, dan menyebabkan pengasaman tanah dan air permukaan, eutrofikasi ekosistem darat dan air dan penurunan keanekaragaman hayati di banyak wilayah.
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfd1051231033
Tanah merupakan bagian terpenting dalam bidang pertanian, peranan tanah juga sangat kompleks bagi media perakaran tanaman. Tanah mampu menopang dan menyediakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, udara dan air. Bahan mineral tersusun dari hasil aktivitas pelapukan bebatuan, sedangkan bahan organik berasal dari pelapukan serasah tumbuhan akibat adanya aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Salah satu jenis tanah adalah tanah sulfat masam. Tanah sulfat masam ini keberadaannya di daerah rawa pasang surut. Sering kali tanah sulfat masam dijumpai pada lahan gambut terdegradasi yang mengakibatkan tanah mengandung pirit (FeS2) naik kepermukaan. Tanah sulfat masam yang mengandung pirit ini juga mengganggu pertumbuhan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman menyebabkan lahan ini nantinya akan ditinggalkan petani bila tidak dilakukan usaha perbaikan atau menjadi lahan bongkor.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfd1051231031
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan seperti pepohonan maupun semak-semak, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (Ground fire), membakar bahan organicmelalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar ataupun pohon yang bagian atasnya terbakar. Selanjutnya api menjalar secara vertical dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang Nampak di atas permukaan, yang sering dikenal dengan kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang bersifat masiv. Oleh karena peristiwa kebakaran tersebut terjadi di bawah tanah dan tidak nampak di permukaanselain itu tanahnya merupakan tanah basah/gambut yang mengandung air maka proses kegiatan pemadamannya tentu akan menimbulkan kesulitan.
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...aisyrahadatul14
Pencemaran udara adalah pelepasan zat-zat berbahaya ke atmosfer, seperti polusi industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran sampah. Dampaknya terhadap lingkungan sangat serius. Udara yang tercemar dapat merusak lapisan ozon, memicu perubahan iklim, dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Bagi makhluk hidup, pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, dan bahkan kematian. Lingkungan juga terdampak dengan terganggunya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...
PPT GIZI KEBIJAKAN SURV Kasie Prov.pptx
1. KEBIJAKAN SURVEILANS
GIZI
DISAMPAIKAN PADA :
ORIENTASI PEMANFAATAN APLIKASI ELEKTRONIK PENCATATAN PELAPORAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (e-PPGBM)
DAN APLIKASI CERIA BAGI KEBUPATEN/KOTA
DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
MEDAN, 25-27 SEPTEMBER 2023
4. RPJMN
2020-2024
(Perpres 18 Tahun 2020)
Meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan
kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan
kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan
mendorong peningkatan upaya PROMOTIF dan
PREVENTIF didukung oleh inovasi dan pemanfaatan
teknologi
Peningkatan
Kesehatan Ibu,
Anak, KB, dan
Kesehatan
Reproduksi
Peningkatan
Pengendalian
Penyakit
Pembudayaan
Gerakan
Masyarakat
Hidup Sehat
GERMAS
Penguatan Sistem
Kesehatan &
Pengawasan Obat
dan makanan
Percepatan
Perbaikan
Gizi Masyarakat
MAJOR
PROJECT
Target 2020 2021 2022 2023 2024
Prevalensi Stunting
Balita (%)
24,1 21,1 % 18,4% 16% 14 %
AKI /100.000 KH 230 217 205 194 183
AKB /1.000 KH 20,6 19,5 18,6 17,6 16
5. KONDISI MASALAH
GIZI DAN
KESEHATAN
REMAJA
ANEMIA
(26-32%
NASIONAL)
STUNTING
(21,1% SUMUT,
21,6% NASIONAL)
WASTING
(7,8% SUMUT,
7,7% NASIONAL)
BUMIL
ANEMIA
(48,9% NASIONAL)
UNDERWEIGHT
(15,8% SUMUT,
17,1% NASIONAL)
PTM
(USIA >15 THN,
NASIONAL)
OBESITAS 21,8%
STROKE 10,9%
HIPERTENSI 8,4%
GINJAL 3,8%
DM 2%
JANTUNG 1,5%
MEROKOK
28,8%
AKTIVITAS FISIK
KURANG (KURANG 150
MENIT/MINGGU) 33,5%
KONSUMSI SAYUR
BUAH KURANG
(KURANG 5 PORSI/HR) 95,5%
KONSUMSI MAKAN
BERAGAM (ANAK USIA 6-
23 BLN) 46,6%
Sumber : Seanuts 2011, SDT 2014, Riskesdas 2018, SDKI 2017, SSGI 2022,
TIDAK
SARAPAN
65%
9. BERAPA JUMLAH
BALITASTUNTING…WASTING
….UNDERWEIGHT…???
BAGAIMANA KITA MENJAWAB PERTANYAAN/KONDISI….
BERAPA PERSENTASE
IBU HAMIL
ANEMIA…KEK…DAPAT
& KONSUMSI TTD…???
BERAPA PERSENTASE
REMATRI
ANEMIA…DAPAT &
KONSUMSI TTD…???
BAGAIMANA
TATALAKSANA
STUNTING, GIBUR…
BERAPA RERATA
PENIMBANGAN BALITA…
BERAPA YANG NAIK BB NYA,
DSB…..
BERAPA PERSENTASE
ASI EKSKLUSIF, IMD,
BBLR…??
BERAPA PERSENTASE
BUMIL KEK DAN BALITA
GIZI KURANG DAPAT
PMT…?
BERAPA JUMLAH
PUSK/KAB/KOTA MELAKUKAN
SURVEILANS GIZI
BAGAIMANA DENGAN
FAKTOR DETERMINAN
PENYEBAB MASALAH GIZI..
DAN TENTUNYA MASIH BANYAK LAGI PERTANYAAN YANG MUNCUL…
DAN HARUS DIJAWAB DENGAN DATA YANG AKURAT
11. PERLU DIPAHAMI SEMUA PIHAK, BAHWA…
TIDAK PERLU ADA PERDEBATAN DATA SURVEI DAN DATA SURVEILANS GIZI/DATA RUTIN
12. TERKAIT DENGAN DATA, PAHAMI KEMBALI, BAHWA…
STUNTING
DARI DATA
SURVEI
STUNTING
DARI DATA
RUTIN
METODOLOGI :
ENUM,
SAMPEL,
ALAT TERSTANDAR
METODOLOGI :
SEMUA SASARAN,
KADER/BIDAN/TPG
ALAT BELUM
TERSTANDAR
SEMUANYA
UNTUK
MENGETAHUI
BESARAN MASALAH
DAN PERENCANAAN
KEBIJAKAN
UNTUK DETEKSI
DINI DAN
INTERVENSI
Dalam
pelaksanaanannya,
dibutuhkan..
CAKUPAN
DITINGKATKAN
MINIMAL 80%
PERLU ANALISIS
DAN VALIDASI
DATA YANG BERKUALITAS
INPUT : SDM, sarana
dan prasaran
terstandar, pedoman
PROSES :
sosialisasi,pelaksanaa,
peningkatan kapasitas,
assessment, analysis &
desiminasi
OUTPUT : tindak lanjut,
monev, indikator
13. MASIH RAGU DENGAN DATA SURVEILANS
GIZI/DATA RUTIN…?
TIDAK.!!
JIKA…:
PAHAM KONSEP SURVEILANS GIZI,
ARTINYA…
TINGKATKAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN
PERTUMBUHAN & KEGIATAN LAYANAN LAINNYA
SECARA RUTIN & BERKESINAMBUNGAN
KONFIRMASI & VALIDASI SEMUA DATA YANG ADA
LAKUKAN INPUT SEMUA DATA SASARAN
LAKUKAN UPDATE DATA SETIAP BULAN MINIMAL
80%, TEPAT WAKTU
LAKUKAN ANALISIS DARI DATA YANG SUDAH
DIUPDATE
DISEMINASIKAN DENGAN NARASI, TABEL, GRAFIK
PADA SETIAP KESEMPATAN KEPADA
PIMPINAN/PENGAMBIL KEBIJAKAN
15. DASAR HUKUM
UNDANG-UNDANG
NO 17 TAHUN 2007
TENTANG RPJP 2005-
2025
UNDANG-UNDANG
NO 17 TAHUN 2023
TENTANG KESEHATAN
PERPRES NO 42
TAHUN 2013 TENTANG
GERAKAN NASIONAL
PERCEPATAN
PERBAIKAN GIZI
PP NO 33 TAHUN 2012
TENTANG PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF
PERPRES NO 18 TAHUN
2020 TENTANG RPJMN
2020-2024
PERPRES NO 72 TAHUN
2021 TENTANG
PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING
PMK NO 23 TAHUN
2014 TENTANG UPAYA
PERBAIKAN GIZI
PMK NO 45 TAHUN 2014
TENTANG
PENYELENGGARAAN
SURVEILANS
KESEHATAN
PMK NO 14 TAHUN 2019
TENTANG
PELAKSANAAN
TEKNIS SURVEILANS
GIZI
16. Permenkes 14 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi
Pelaksanaan teknis Surveilans Gizi dilakukan dengan tahapan pengumpulan data, pengolahan dan analisis data serta desiminasi
(pasal 5)
Permenkes No. 23 Tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi
Surveilans gizi bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai perubahan pencapaian indikator kinerja perbaikan gizi secara
nasional dan regional (pasal 28)
UU 17 tahun 2023 tentang Kesehatan
Upaya perbaikan gizi dilakukan melalui surveilans gizi, pendidikan gizi, tatalaksana gizi dan suplementasi gizi (pasal 66)
UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJP 2005-2025
Pembangunan pangan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor meliputi produksi, pengolahan, distribusi, hingga
konsumsi pangan dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang, serta terjamin keamanannya
Kebijakan Nasional Perbaikan Gizi melalui Surveilans Gizi
21. PENGERTIAN SURVEILANS GIZI
SURVEILANS GIZI ADALAH
kegiatan pengamatan yang
sistematis, terus menerus dan teratur terhadap
masalah gizi masyarakat dan indikator pembinaan gizi
bagi upaya peningkatan dan pencegahan
memburuknya keadaan gizi masyarakat
Melalui pengumpulan data secara teratur, baik yang
dilakukan secara khusus untuk keperluan surveilans
maupun dari data yang sudah ada, atau keduanya
Data atau informasi yang dikumpulkan harus akurat
dan tepat waktu agar dapat diinterpretasikan dan
digunakan untuk tindakan yang tepat waktu
22. TUJUAN SURVEILANS GIZI BERBASIS INDIKATOR
Mendeteksi masalah dan mengukur beban masalah gizi di populasi
Mengetahui faktor risiko dan determinan masalah gizi di populasi;
Memantau tren masalah gizi;
Mengaktifkan tindakan kesehatan masyarakat yang tepat dalam
menanggapi masalah gizi;
Mengidentifikasi KLB/wabah dan masalah gizi yang baru muncul
Mendeteksi perubahan dalam praktik dan perilaku kesehatan;
Memberikan bukti untuk menginformasikan perencanaan dan pelaksanaan
publik program gizi;
Mendukung alokasi sumber daya gizi yang efektif;
Mengevaluasi efektivitas tindakan pencegahan dan penanggulangan
masalah gizi;
Mendukung penelitian terkait gizi
23. PRINSIP SURVEILANS GIZI
Sederhana (simplicity)
Kelenturan (flexibility)
Dapat diterima (acceptability)
Kepekaan (sensitivity)
Kemampuan memberikan nilai duga
positif (positif predictive value)
Keterwakilan (representativeness)
Kualitas data (data quality)
Stabilitas data (data stability)
Ketepatan waktu (timeliness)
24. 24
Lampiran Permenkes No. 14 Tahun 2019
Langkah
Surveilans Gizi
SATU KESATUAN UTUH, TIDAK TERPISAHKAN
3 (TIGA) LANGKAH SURVEILANS GIZI
25. ASSESSMENT
(PENGUMPULAN
DATA)
ANALYSIS
(PENGOLAHAN &
ANALISIS DATA)
ACTION
(DISEMINASI)
Pemantauan pertumbuhan;
Pelaporan kasus;
Pelaporan data rutin;
Survei;
Kegiatan lainnya
(Posyandu/Fasilitas Pelayanan
Kesehatan/masyarakat/
sumber data lainnya)
D
A
R
I
Perekaman data;
Validasi;
Pengkodean;
Alih bentuk;
Pengelompokan berdasarkan
tempat, waktu dan orang
Musyawarah perencanaan
pembangunan;
Lokakarya mini;
Pertemuan lintas
program/lintas sektor;
Forum komunikasi dan
koordinasi lainnya
Sumber : PMK No. 14, 2019
PASAL 6
PASAL 8
PASAL 7
28. A. PENGUMPULAN
DATA
1. Catat hasil
posyandu
2. Isi buku KIA
3. Entry e-PPGBM
B. PENGOLAHAN &
ANALISIS DATA
1.Rekap hasil
timbang
2.Rekap hasil ukur
3. Rekap
pelayanan
lainnya (TTD,
ASI Eksklusif,
PMT,
4. Rekap SKDN
setiap bulan
C. DESIMINASI
1. Sampaikan hasil
kepada kepala
desa tembusan
kapusk
2. Sampaikan
pada
Musrembang
Desa
TINDAK LANJUT
Bersama Tokoh
masyarakat
gerakkan masy.
Aktif ke posyandu
Kader merujuk
balita yg tidak naik
BB ke puskesmas
Kunjungan rumah
bagi yg tdk hadir
A. PENGUMPULAN DATA
1. Catat hasil pelayanan
gizi dlm & luar gedung
2. Rekap hsl timbnag, ukur,
dsb
3. Pastikan ketersediaan
suplementasi gizi
4. Sinkronisasi dgn program
lainnya
5. Entry e-PPGBM
B. PENGOLAHAN &
ANALISIS DATA
1.Buat grafik SKDN
2.Analisis data indikator
3. Melakukan konfirmasi
data posyandu
C. DESIMINASI
1. Kapusk
mengadvokasihasil
surveilans gizi kepada
Kepala desa dan Camat
2. Kapusk sampaikan hsl
analisis dalam
miniloakarya
triwulan/musrembang kec
TINDAK LANJUT
Koordinasi dgn program lain
Melakukan respon cepat pada
balita tdk naik BB/Gibur
Lapor hsl surv. kepada Kapuk
Melakukan intervensi
Perumusan
kembali/penyesuaian
kebijakan program
Menyusun rencana intervensi
untuk tahun berikutnya
Monev sigiziterpadu
A. PENGUMPULAN DATA
1. Rekap data surveilans
gizi dari semua
Puskesmas
2. Sinkronisasi data dgn
program lainnya
3. Kadinkes melakukan
koordinasi dengan LS
B. PENGOLAHAN &
ANALISIS DATA
1. Membuat pemetaan
situasi gizi secara
periodik untuk gambarkan
besaran masalah gizi
2. Menganalisis faktor risiko
terjadinya masalah gizi
C. DESIMINASI
1. Umpan balik kepada
puskesmas
2. Diseminasi hasil
surveilans gizi pada
Musrembang kab/kota
dan advokasi kepada
Bupati/Walikota
TINDAK LANJUT
Melakukan intervensi
Bersama lintas sektor
berdasarkan rekomendasi
yang disepakati
Perumusan
kembali/penyesuaian
kebijakan program
Menyusun rencana intervensi
untuk tahun berikutnya
Monev sigiziterpadu
A. PENGUMPULAN DATA
1. Rekap data surveilans
gizi dari semua kab/kota
2. Sinkronisasi data dgn
program lainnya
3. Kadinkes melakukan
koordinasi dengan LS
B.PENGOLAHAN &
ANALISIS DATA
1. Membuat pemetaan
situasi gizi secara
periodik untuk gambarkan
besaran masalah gizi
2. Melakukan analisis
hubungan factor
penyebab dengan lintas
sector
3. Menganalisis faktor risiko
terjadinya masalah gizi
C. DESIMINASI
1. Umpan balik kepada
kabu/kota
2. Diseminasi hasil
surveilans gizi kepada
Gubernur
TINDAK LANJUT
Melakukan intervensi
Bersama lintas sektor
berdasarkan rekomendasi
yang disepakati
Perumusan
kembali/penyesuaian
kebijakan program
Menyusun rencana intervensi
untuk tahun berikutnya
Monev sigiziterpadu
A. PENGUMPULAN DATA
1. Kompilasi semua data
2. Sinkronisasi data
3. Koordinasi dgn LS
B. PENGOLAHAN &
ANALISIS DATA
1.Mengkaji permasalahan
gizi di semua kab/kota
2.Memetakan situasi gizi
nasional
3.Menganalisis factor
determinan
4.Melakukan analisis data
dlm bnetuk grafik, table
5.Melakukan analisis hub.
Indikator surv gizi dgn
indicator diluar
kesehatan
6.Melakukan sinkronisasi
data (pusdatin)
C. DESIMINASI
1. Mellakukan umpan
balik pencapaian
kinerja surv. Gizi
kepada pimpinan
daerah
2. Diseminasi hasil
surveilans gizi kepada
sector terkait
TINDAK LANJUT
Kemkes bersama lintas
sektor melakukan intervensi
berdasarkan rekomendasi
yang disepakati
Menyusun rencana
intervensi untuk tahun
berikutnya
29. PELAKSANAAN SISTEM
SURVEILANS GIZI
PELAKSANAAN
TEKNIS
SURVEILANS
GIZI
MENGGUNAKAN
SISTEM
INFORMASI GIZI
BERBASIS
TEKNOLOGI
INFORMASI SISTEM INFORMASI
GIZI TERPADU
(SIGIZI TERPADU)
YANG
TERINTEGRASI
HASILKAN
INFORMASI :
1. INDIKATOR
STATUS/MASALAH
GIZI
2. INDIKATOR
KINERJA
PROGRAM GIZI
IDENTIFIKASI
MASALAH GIZI
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN &
KEBIJAKAN
PROGRAM GIZI DI
MASYARAKAT
https://sigiziterpadu.kemkes.go.id/login_sisfo/index.php
EPPGBM/STATUS GIZI
LAPORAN RUTIN
Elektronik Pencatatan Pelapaoran Gizi Berbasis Masyarakat
(e-PPGBM)
https://sigiziterpadu.kemkes.go.id/ppgbm/index.php/Dashboard/
30. 1. INDIKATOR STATUS/MASALAH GIZI
1) Persentase balita berat badan kurang; (BB/U)
2) Persentase balita pendek; (PB/U atau TB/U)
3) Persentase balita gizi kurang; (BB/PB atau BB/TB)
4) Persentase remaja putri anemia;
5) Persentase ibu hamil anemia;
6) Persentase ibu hamil risiko Kurang Energi Kronik (KEK);
7) Persentase Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
31. 2. INDIKATOR KINERJA PROGRAM GIZI
1) Cakupan bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif;
2) Cakupan bayi usia 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif;
3) Cakupan ibu hamil yang mendapatkan Tablet Tambah Darah minimal 90 tablet selama masa kehamilan;
4) Cakupan ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan tambahan;
5) Cakupan balita kurus yang mendapat makanan tambahan;
6) Cakupan remaja putri (Rematri) mendapat Tablet Tambah Darah;
7) Cakupan bayi baru lahir yang mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD);
8) Cakupan balita yang ditimbang berat badannya;
9) Cakupan balita mempunyai buku Kesehatan Ibu Anak (KIA)/Kartu Menuju Sehat (KMS);
10)Cakupan balita ditimbang yang naik berat badannya;
11)Cakupan balita ditimbang yang tidak naik berat badannya dua kali berturut-turut;
12)Cakupan balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A;
13)Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A;
14)Cakupan rumah tangga mengonsumsi garam beriodium;
15)Cakupan kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan
Lampiran Permenkes No. 14 Tahun 2019
32. FAKTOR PENDUKUNG PELAKSANAAN
TEKNIS SURVEILANS GIZI
1. SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)
2. SARANA & PRASARANA (penyediaan perangkat lunak dan perangkat
keras untuk mendukung pemanfaatan informasi gizi berbasis
teknologi informasi
SARANA : segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat atau
media dalam mencapai maksud atau tujuan”
PRASARANA: segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses
3. PENDANAAN (APBN, APBD, sumber lainnya…)
33. PEMBINAAN & PENGAWASAN
1. PELAKSANA : Menteri, Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota
2. TUJUAN : Peningkatan kualitas data dan peningkatan
kapasitas SDM
3. KEGIATAN : Sosialisasi, advokasi, bimbingan teknis,
pelatihan, peningkatan kapasitas SDM,
pemantauan dan evaluasi
4. WAKTU : berkala, (bulanan, triwulan, semester, tahunan)
34. PEMANTAUAN KEBERHASILAN
PELAKSANAAN SURVEILANS GIZI
INPUT
1.Tenaga pengumpul
data
2.Tersedianya
instrumen
pengumpulan &
pengolahan data
3.Tersedianya sarana &
prasarana
4.Tersedianya biaya
opersasional
surveilans gizi
PROSES
1.Adanya proses
pengumpulan
2.Adanya proses
pengolahan
3.Adanya tindakan dari
hasil surveilans gizi
(laporan & umpan
balik, sosialisasi,
advokasi)
OUTPUT
1.Adanya perencanaan
berbasis bukti
2.Terlaksananya
advokasi kepada
pemangku
kepentingan
36. KESIMPULAN
1. Strategi pelayanan kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary
Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya PROMOTIF dan PREVENTIF melalui percepatan
perbaikan gizi masyarakat
2. Indonesia, Sumatera Utara masih mengalami banyak masalah gizi dan kesehatan
3. Maka surveilans gizi perlu dilakukan untuk mendukung pencapaian indicator dalam rangka
peningkatan status gizi dan kesehatan
4. Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023, PMK Nomor 45 Tahun 2014 dan Nomor 14 Tahun
2019, menjadi dasar pelaksanaan surveilans gizi dalam upaya perbaikan gizi
5. Surveilans : kegiatan pengamatan yang sistematis, terus menerus dan teratur terhadap masalah gizi
masyarakat dan indikator pembinaan gizi bagi upaya peningkatan dan pencegahan memburuknya
keadaan gizi masyarakat
6. Langkah surveilans gizi ada 3 yaitu Assessment, Analysis dan Action
7. Setiap tingkat wilayah (posyandu, puskesmas, kabupaten/kota, provinsi dan pusat) memiliki peran yang
berbeda dalam pelaksanaan surveilans gizi, namun dengan tujuan yang sama untuk mendapatkan data
surveilans gizi yang akiurat dalam rangka penyusunan perencanaan kegiatan dan kebijakan
8. Surveilans harus berbasis teknologi dan informasi
9. Sigiziterpadu didalamnya terdapat pencatatan, pelaporan status gizi, masalah gizi dan menggambarkan
indikator kinerja program gizi
38. HARAPAN
1. Penguatan Surveilans Gizi dalam upaya perbaikan gizi masyarakat
2. Posyandu, Puskesmas dapat menginput sasaran dalam e-PPGBM secara full
coverage dan diupdate setiap bulan secara rutin, sehingga pemantauan tumbuh
kembang dan status gizi tersedia by name by address, serta indikator kinerja
program dapat tergambarkan dengan baik
3. Kabupaten/kota tetap melakukan bimbingan, pengawasan, monitoring dna
evaluasi terhadap pelaksanaan surveilans gizi
4. Memanfaatkan data surveilans gizi yang akurat sebagai sumber data
perencanaan program maupun kebijakan di berbagai tingkat
5. Selalu terjalin kerja sama yang baik antar lintas program dan lintas sektor untuk
mendukung percepatan perbaikan gizi